I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan saintis; dan proses atau kerja ilmiah. Proses yang dimaksud dapat berupa keterampilan mendasar yang sudah ada dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keterampilan proses sains. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati 2006).
Kemampuan pengajar dalam menentukan model, metode dan media pembelajaran yang efektif merupakan faktor yang menentukan tingkat keberhasilan proses belajar, karena belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahan-perubahan perilaku yang bersifat positif yang berorientasi pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
2
Melalui proses belajar pula, diharapkan dapat mengembangkan keterampilanketerampilan proses sains siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung, diketahui bahwa guru lebih dominan menggunakan metode yang diselingi dengan tanya jawab dan latihan soal dalam menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan metode ini cenderung membuat siswa mendapatkan konsep dari suatu materi berdasarkan penjelasan dari guru. Penggunaan metode ini tentunya belum sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih menekankan pada proses belajar yang berpusat pada siswa atau student centered. Dengan proses belajar yang berpusat pada siswa, maka siswa akan dapat menemukan sendiri konsep dari suatu materi.
Siswa diharapkan tidak hanya mampu menemukan konsep dari suatu materi, tetapi juga mampu menerapkan konsep tersebut, sehingga mereka mampu memecahkan masalah, menemukan fakta dan ide-ide serta fakta bagi diri mereka sendiri. Sehingga guru dituntut tidak hanya menuangkan atau memberikan sejumlah informasi ke siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting tertanam kuat dalam benak siswa. Pembelajaran yang sesuai dengan hal tersebut adalah pembelajaran melalui penerapan teori pembelajaran kognitif yang dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori konstruktivisme.
Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai siswa kelas X adalah memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri), dengan kompetensi dasar yang diukur yaitu membuktikan
3
dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia.
Konsep dari materi hukum-hukum dasar kimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat konkret, yaitu konsep tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini sebagian dapat dilakukan dengan metode praktikum dan diskusi sehingga siswa diharapkan dapat membangun konsep hukum-hukum dasar kimia sendiri. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme, yaitu siswa sendiri yang dipacu untuk menemukan konsep dalam dirinya, sehingga ilmu yang diperoleh siswa diharapkan dapat bertahan lama. Oleh karena itu, guru diharapkan mengupayakan cara-cara komunikasi yang efektif dan menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik adalah inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
4
proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).
Keefektifan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga didukung oleh penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan. Seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Ayuwulanda (2011) yang dilaksanakan di SMAN 1 Pringsewu memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilaksanakan oleh Woelandez (2011) di SMAN 14 Bandar Lampung dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menyimpulkan siswa.
Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu keterampilan inferensi. Keterampilan ini meliputi menjelaskan hasil pengamatan, dan menyimpulkan dari fakta terbatas. Menurut American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), keterampilan inferensi (menyimpulkan) adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya. Keterampilan inferensi dapat dikembangkan dan dilatih kepada siswa dengan
5
menggunakan media lembar kerja siswa ( LKS ). LKS dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan mencegah terjadinya miskonsepsi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi Hukum-Hukum Dasar Kimia? 2. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing fektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Hukum-Hukum Dasar Kimia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia. 2. Efektivitas model pembelajaran inkuiri efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia.
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kimia siswa, khususnya pada materi pokok HukumHukum Dasar Kimia.
2.
Memberikan informasi mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Efektivitas pembelajaran merupakan sesuatu ukuran yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dan berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan). 2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan cara membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung, yaitu memberikan konsep kimia secara langsung kepada siswa dan siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep itu sendiri.
7
4.
Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan inferensi, yaitu sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan dengan indikator menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas
5.
Penguasaan konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia berupa nilai siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.
6. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia siswa kelas X semester ganjil SMA Al Azhar 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.