PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS ASESMEN KINERJA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH PADA SISWA KELAS V SD I Nyoman Suparta,A.A.I.N Marhaeni,Nyoman Tika Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Indonesia Email:
[email protected],
[email protected],nyoman.
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari sikap ilmiah. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus V Belayu – Marga pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 113 siswa dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Desgn.Sampel penelitian berjumlah 80 siswa, kelas sampel dipilih dengan menggunakan tehnik Random Sampling. Data diperoleh dengan instrument test hasil belajar IPA kemudian diolah menggunakan analisis Variant (ANAVA) dua jalan melalui uji F dilanjutkan dengan ujii Tukey. Penelitian ini menunjukkan: (1)Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis Asesmen Kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, (2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar, (3) untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis Asesmen Kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, ( 4 ) untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Kata Kunci : Asesmen Kinerja, Hasil Belajar IPA,Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Sikap Ilmiah.
Abstract This research aims at investigating the effect of performance assessment-based cooperative learning type STAD on natural science learning achievement viewed from scientific attitude of fifth grade elementary students of Cluster V, Belayu-Marga in the academic year 2014/2015 which quantity 113 students with the design of posttest only control group design. The sample was 80 students gathered by using random sampling technique. The data were collected by using test of natural science learning achievement which were analyzed by using two-way performance assessment-based cooperative learning type STAD nova and Tukey test. The result of the research shows: (1) there is a difference of natural science learning achievement between students following performance assessment-based cooperative learning type STAD and those following conventional learning model, (2) there is an interactional effect between performance assessment-based cooperative learning type STAD and scientific attitude on natural science learning achievement, (3) for those having high scientific attitude, there is a difference of natural science learning achievement between students following performance assessment-based cooperative learning type STAD and those following conventional learning model, (4) for those having low scientific attitude, there is a difference of natural science learning achievement between students following performance assessment-based cooperative learning type STAD and those following conventional learning model. Keywords: natural science learning achievement,performance assessment - based cooperative learning type STAD, scientific attitude.
1
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan sumber belajar. Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsipprinsip mengajar diantaranya menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Dalam prinsip mengajar sebagai guru diharapkan mampu memperhatikan perbedaan individu, menggunakan variasi metode mengajar, menggunakan alat bantu mengajar, melibatkan siswa secara aktif, menumbuhkan minat belajar siswa,dan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. Konsentrasi diperlukan dalam kegiatan mengajar karena kegiatan belajar mengajar memerlukan perhatian khusus. Dengan adanya konsentrasi belajar dapat meningkatkan intelektual, emosional dan minat siswa. Siswa merasakan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, sehingga siswa benar benar berkonsentrasi atau memusatkan perhatiannya pada mata pelajaran yang sedang dipelajarinya. Jika siswa berkonsentrasi dalam belajar,maka tujuan belajar mengajar akan mudah dicapai. Pada prakteknya pembelajaran IPA sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Demikian juga prestasi belajar IPA di SD gugus V Belayu-Marga masih belum optimal. Belum optimalnya prestasi belajar IPA di SD gugus V Belayu-Marga disebabkan oleh beberapa masalah dalam proses pembelajaran,yaitu: 1) siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, (3) keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses pembelajaran masih kurang, 4) kemampuan siswa dalam praktikum masih rendah. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA disebabkan
diantaranya kebanyakan guru-guru belum melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang inovatiif, masih menggunakan pembelajaran dan penilaian yang konvensional. Hal ini dapat berakibat terhadap rendahnya motivasi dan minat siswa dalam mempelajari IPA sehingga menyebabkan rendahnya pencapaian prestasi hasil belajar. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional, yaitu pembelajaran yang suasana kelas cendrung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif (Trianto,2007).Pembelajaran konvensional bersifat menghambat perkembangan berpikir siswa karena sumber informasi sebagai fasilitas belajar dalam pembelajaran cenderung bersifat simbolik, seperti mendengarkan penjelasan guru atau membaca (Santyasa,2007). Sebagai makhluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada disekitarnya. Kecendrungan anak memberi arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya.Hal ini mulai terjadi pada anak kecil yang mulai merasa ingin tahu pada alam sekitarnya tentang apa yang dilihat, didengar,dan dirasakannya. Hal ini juga terjadi pada pembelajaran di kelas,siswa bertanya tentang tidak hanya yang mereka tidak tahu tetapi bertanya tentang akibat atau penyebab sesuatu hal yang mereka sedang pelajari. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan di Indonesia mulai diarahkan pada pendidikan berpikir ilmiah, sehingga siswa mengetahui tujuan dan mengapa mereka mempelajari dan melakukannya. Sehubungan dengan hal tersebut, penganut aliran kognitif seperti Piaget (dalam Sagala,2007) berpendapat ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak,yaitu proses asimilasi dan proses akomodasi. Cari R.Rogers (dalam Sagala,2007) menitikberatkan segi pembelajaran bukan pengajaran. Alasan penting guru memperhatikan prinsip pendidikan adalah: (1) menjadi manusia berarti memiliki
2
kekuatan untuk belajar,siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya,(2) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya, (3) pengorganisasian bahan pembelajaran berarti pengorganisasian bahan dan ide baru sebagi bagian yang bermakna bagi siswa, (4) belajar bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,keterbukaan,belajar mengalami sesuatu, kerja sama dengan melakukan pengubahan diri terusmenerus, (5) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadai proses pembelajaran,(6) belajar mengalami dapat terjadi bila siswa dapat mengevaluasi dirinya sendiri,dan (7) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan bersungguh-sungguh. Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar IPA, pendidik telah berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan dan model pembelajaran dengan harapan siswa dapat termotivasi untuk menekuni mata pelajaran tersebut. Karena disadari bahwa salah satu faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar siswa adalah kemampuan pendidik dalam mengelola kelas dalam hal ini menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Dengan usaha dan kemampuan ini diharapkan potensi siswa dapat digali dan dikembangkan secara optimal. Salah satu cara untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna maka para guru dalam proses pembelajaran diharapkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran (Sagala,2007). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan besama Penerapan pembelajaran kooperatif sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara bersama-sama dengan kemampuan yang berbeda. Slavin (dalam Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sementara itu, Jhonson (dalam Trianto,2007) mengemukakan pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.Sedangkan Eggan dan Kauchak (dalam Trianto,2007) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama.Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok. Selanjutnya Hamalik (1991) mengemukakan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh setiap anggota kelompok, jadi tujuan pembelajaran hanya mungkin dapat tercapai jika ada kerja sama di antara anggota kelompok.Berdasarkan pendapatpendapat tersebut dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan diskusi dengan teman sebaya,guru tidak lagi mendominasi tetapi siswa dituntun untuk berbagi informasi dan saling belajar sesama mereka. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok.Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik tetapi adanya kerja sama untuk penguasaan materi pelajaran,adanya kerja sama inilah merupakan ciri khas pembelajaran ini. Untuk lebih mengefektifkan pembelajaran kooperatif, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif hendaknya diterapkan dalam pembelajaran, seperti yang dinyatakan oleh Roger dan Jhonson (dalam Anita,2002).Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur pembelajaran kooperatif yaitu : (1) saling
3
ketergantungan positif, (2) bertanggung jawab perseorangan, (3) interaksi tatap muka, (4) komunikasi antar anggota,dan (5) evaluasi kerja kelompok. Untuk memenuhi kelima unsur tersebut dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok belajar sehingga pembelajar dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model kooperatif tipe STAD.Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana dan merupakan pendekatan yang paling cocok untuk guru yang mulai menerapakn model pembelajaran kooperatif dalam kelas.Guru yang menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini mengacu pada belajar kelompok siswa,menyampaikan informasi akademik baru pada siswa.Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompokkelompok yang beranggotakan 4-5 orang.Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen,baik jenis kelamin, ras, etnis,maupun kemampuan akademiknya (Slavin dalam Wina,2006).Pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok diterapkan pada pembelajaran IPA, karena pembelajaran IPA menuntut para siswa melakukan kegiatan pembelajaran secara berkelompok misalnya pada kegiatan praktikum, diskusi, dan presentasi. Di samping itu kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatiif tipe STAD dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari IPA, demikian pula penghargaan yang diberikan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memacu siswa untuk meningkatkan prestasi dalam belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA memerlukan teknik penilaian yang tepat.Banyak teknik atau metode penilaian yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan tentang kemajuan belajar siswa baik yang berhubungan dengan proses maupun hasil. Teknik penilaian yang berhubungan dengan proses belajar adalah asesmen kinerja. Asesmen kinerja merupakan asesmen yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti praktek di laboratorium, presentasi, diskusi, demonstrasi, bermain peran,dan berpuisi (Jihad dan Haris,2008). Sedangkan Dantes (2008) mendefinisikan asesmen kinerja adalah penelusuran produk dan proses,artinya hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunaka sebagai basis untuk melakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.Hal ini senada dengan pengertian yang menyatakan asesmen kinerja adalah penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi,terhadap unjuk kerja,tingkah laku atau interaksi siswa (Depdiknas,2006).Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja merupakan penilaian menyeluruh dari proses pembelajaran yang meliputi proses dan hasil belajar seperti unjuk kerja,hasil kerja,hasil belajar dan interaksi siswa. Asesmen kinerja mempunyai tiga komponen utama yaitu: tugas kinerja,rubrik performansi,dan cara penilaian. Asesmen kinerja sangat cocok untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas/kinerja baik secara berkelompok maupun secara individu (Haryati,2007). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan penilaian kinerja pada kegiatan evaluasinya. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dalam pembelajaran IPA dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung, keterlibatan siswa secara aktif, berdiskusi antar anggota kelompok dengan tujuan berbagi kemampuan, saling berpikir dan saling menghargai, menerapkan konsep IPA memecahkan masalah bersama-sama, membantu siswa memahami konsep yang sulit, menumbuhkan keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa di luar sekolah, dan juga dapat meningkatkan kinerja siswa karena
4
asesmen kinerja dapat menilai hasil dan proses belajar. Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dapat dilihat pada table berikut. Tabel 1.1 Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja. No Kegiatan Pembelajaran A
Pendahuluan Kegiatan Guru
1
B 2
3
4
kinerja dengan menggunakan lembar observasi yang disesuaikan dengan kinerja siswa.
Fase 1 Menyampikan SK, KD, tujuan pembelajaran,me motivasi siswa dan memberikan apersepsi.
Kegiatan siswa Menyimak informasi yang diberikan dan menyiapkan buku -buku sumber yang berkaitan dengan informasi yang diberikan
Kegiatan Inti Fase 2 Menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi dan penjelasan singkat.
Fase 3 Membimbing siswa membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Memberikan tugas pada siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa bekerja dalam kelompok.Melaku kan penilaian
Menyimak informasi yang diberikan, menanggapi dan menggali informasi dari buku sumber atau sumber lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
5
Membentuk kelompok belajar yang beranggota kan 4-5 orang yang heterogen. C 6 Mengerjakan tugas,bekerja dan belajar dalam kelompok belajar. Melakukan tugas diantaranya :1) melakukan
5
Fase 5 Memberikan evaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa atau mengevaluasi hasil presentasi tiap-tiap kelompok.
praktikum.Aspek yang dinilai adalah ketepatan memilih alat dan bahan,prosedur kerja,ketepatan pengamatan, pengumpulan data dan pelaporan.2) observasi lapangan.Aspek yang dinilai adalah ketekunan melakukan obvservasi,kerja sama dalam kelompok,keaktif an berpendapat, ketepatan waktu pelaksanaan tugas.3) diskusi. Aspek yang dinilai adalah ketekunan berdiskusi,kerja sama kelompok, keaktifan berpendapat, menghargai pendapat dan ketepatan waktu .
Mengerjakan tes hasil belajar secara individual atau mempresentasi kan hasil karya secara kelompok.
Penutup Fase 6 Memberikan penghargaan pada siswa yang menunjukkan kinerja dan hasil belajar yang terbaik secara
Menerima penghargaan atas hasil belajar dan kinerja yang diraih dan ditunjukkan dalam kegiatan
belajar IPA siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga, (3) pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi,ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tip[e STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu – Marga,(4) pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah,ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga.
individu maupun pembelajaran. secara kelompok. Mencatat tugas Memberikan tugas yang diberikan. atau PR sebagai umpan balik atau tindak lanjut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja pada pembelajaran IPA,para guru perlu menumbuhkan sikap ilmiah siswa, karena sikap ilmiah dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.Sikap ilmiah merupakan sikap yang dimiliki oleh golongan orang yang tidak menerima begitu saja tentang sesuatu hal,melainkan memandang hal itu menimbulkan tanda tanya,dan memerlukan suatu jawaban (Ndraka,1985). Harlen (1993) membedakan sikap ilmiah menjadi dua yaitu: (1) sikap terhadap sains sebagai suatu kekuatan untuk kemajuan,(2) sikap terhadap obyek dan kejadian-kejadian dalam lingkup yang dipelajari sebagai aktivitas ilmiah. Menurut Baharuddin (1982) sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan oleh individu untuk bertindak dan berperilaku dalam memecahkan masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.Sikapsikap tersebut antara lain:ingin tahu,kritis, obyektif, ingin menemukan, menghargai hasil karya orang lain,tekun,dan terbuka. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran koopertaif tipe STAD berbasis asesmen kinerja terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah siswa. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga, (2) pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan sikap ilmiah terhadap hasil
METODE Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen post test only control group design. Penelitian ini melibatkan tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu : (1) sikap ilmiah yang berperan sebagai variabel moderator, (2) model pembelajaran yang berperan sebagai variabel perlakuan, dan (3) hasil belajar IPA sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan di SD gugus V BelayuMarga pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015 dengan populasi sebanyak 113 siswa. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknink random sampling dengan jumlah 80 siswa. Data diperoleh dengan instrumen tes hasil belajar IPA dan kuesioner sikap ilmiah kemudian diolah menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Objek penelitian dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA ditinjau dari sikap ilmiah.Perhitungan ukuran sentral (mean, modus,median) dan ukuran penyebaran data,dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2 Rekapitulasi hasil perhitungan skor hasil belajar IPA A1
rera ta
6
34,1
A2
30, 35
B1
B2
A1 B1
A2 B1
A1 B2
A2 B2
158, 130,0 36,7 29,35 30,4 31,7 63 5 5 5
me dian mo dus std. devi asi be sar an ren tang an skor ter ren dah skor ter ting gi to tal
34 32
30 32
157, 130 5 156 119
3,69
3,43 7,37
13, 58
11, 79
54, 34
14
14
28
26
24
146
40
38
174
8,49
72, 10
37
29,5
38
32
32 32
34 3,66
2,43
2,81 2,68
5,88
7,92 7,21 13,3 8
10
9
12
14
117
30
25
26
24
145
40
34
38
38
28
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dapat disusun tabel konversi kategori data hasil belajar IPA siswa dengan formula konversi yang dikelompokkan menjadi lima kategori berdasarkan pedoman konversi pada norma relatiif skala lima berikut. 1.(Mi + 1,5 SDi) < A = sangat baik
32
2.(Mi + 0,5 SDi) < B < (Mi + 1,5 SDi) = baik 3.(Mi - 0,5 SDi) < C < (Mi + 0,5 SDi) = sedang 4.(Mi – 1,5 SDi) < D < (Mi – 0,5 SDi) = kurang baik
5.E < (Mi – 1,5 SDi) = sangat kurang baik 136 4
122 1
63 45
520 2 735
587
587
Berdasarkan perhitungan dapat dibual tabel konversi kategorinya seperti tertera pada table berikut. Tabel 1.3 Konversi kategori data hasil belajar siswa No Kriteria Klasifikasi 1 Sangat baik X > 30 2 23,33 < X < 30 Baik 3 16,66 < X < 23,33 Sedang 4 9,99 < X < 16,66 Kurang baik 5 Sangat kurang X < 9,99 baik Rerata hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja adalah 34,1 dan berada pada kriteria X > 30,sehingga berada pada katagori sangat baik. Rerata hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 30,53 dan berada pada kriteria X > 30,sehingga berada pada katagori sangat baik. Rerata kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi sebesar 158,63 dan berada pada kriteria 133,33 < X < 160,sehingga berada pada katagori baik. Rerata Kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah sebesar 130,05 dan berada pada kriteria 106,66 < X <133,33, sehingga berada pada katagori sedang. Rerata hasil belajar IPA siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang mengikuti model pembelajaran
634
Keterangan : A1 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja. A2 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. B1 = Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. B2 = Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. A1B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dan memiliki sikap ilmiah tinggi. A2B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dan memiliki sikap ilmiah tinggi. A1B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dan memiliki sikap ilmiah rendah. A2B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dan memiliki sikap ilmiah rendah. Untuk mengetahui kecendrungan klasifikasi data hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan menghitung mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi) di mana Mi = ½ x (skor maksimal ideal + skor minimal ideal). SDi = 1/6 x (skor maksimal ideal - skor minimal ideal).
7
kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja sebesar 36,75 dan berada pada kriteria X > 30,sehingga berada pada katagori sangat baik. Rerata hasil belajar IPA siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang mengikuti model pembelajaran konvensional sebesar 29,35 dan berada pada kriteria 23,33 < X < 30,sehingga berada pada katagori baik. Rerata hasil belajar IPA siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja sebesar 30,45 dan berada pada criteria X > 30, sehingga berada pada katagori sangat baik. Rerata hasil belajar IPA siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang mengikuti model pembelajaran konvensional sebesar 31,7 dan berada pada kriteria X > 30,sehingga berada pada katagori sangat baik. Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil belajar IPA yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dan model pembelajaran konvensional baik secara keseluruhan maupun berdasarkan sikap ilmiah. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPA berdistribusi normal atau tidak. Pengujian hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional”,menghasilkan F hitung = 5,061 sedangkan harga F tabel
IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional diterima.Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Haryati (2013) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Bakat Numerik pada Siswa Kelas X SMKN 3 Singaraja. Selain itu penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imtihan (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA. Pengujian hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA pada siswa”,menghasilkan F hitung = 34,033 dan F tabel = 4,00 yang berarti F hitung > F tabel . Hal ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Deasy (2009) yang berjudul “Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar dalam Metode Pembelajaran STAD. Pengujian hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat perbedaan signifikan terhadap hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi” ,menghasilkan Q hitung = 22,02 dan Q tabel
= 4,00 yang berarti F hitung lebih besar dari
pada taraf signifikan 5 % yang berarti Q hitung lebih besar dari Q tabel .Hal ini berarti
F tabel . Hal ini berarti hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditolak.Sebaliknya,hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Deasy (2009) yang berjudul “Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar dalam Metode Pembelajaran STAD,dengan Materi Pokok Laju Reaksi pada Kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Surabaya.
8
Pengujian hipotesis keempat yang berbunyi “terdapat perbedaan signifikan terhadap hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah”,menghasilkan Q hitung = 3,72 dan
model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga. Berkenaan dengan hasil penelitian dan manfaat yang diperoleh maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu dikenalkan dan dikembangkan lebih lanjut kepada para guru, siswa, dan praktisi pendidikan lainnya sebagai model pembelajaran IPA alternatif setelah sekian lama menggunakan pendekatan konvensional. Proses pengenalan dan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilakukan melalui pertemuanpertemuan seperti MGMP IPA, seminar pembelajaran IPA, dan penataran– penataran atau pelatihan–pelatihan pembelajaran IPA. 2) penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu dilakukan dengan melibatkan materi IPA yang lain dengan melibatkan sampel yang lebih luas. Disamping itu, faktor budaya yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan siswa perlu dikaji pengaruhnya terhadap pengembangan dan penerapan model pembelajaran kontekstual serta dampaknya terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah.
Q tabel pada taraf signifikan 5 % yang berarti Q hitung lebih besar dari Q tabel . Hal ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Deasy (2009) yang berjudul “Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar dalam Metode Pembelajaran STAD,dengan Materi Pokok Laju Reaksi pada Kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Surabaya. PENUTUP Berdasarkan tiga temuan dari hasil pengujian hipotesis, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa temuan penelitian menunjukkan : 1) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga. 2) pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga. 3) untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Belayu-Marga. 4) untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis asesmen kinerja dengan siswa yang mengikuti
DAFTAR RUJUKAN Anita Lie, 2002.Cooperatif Learning.PT Gramedia Widiasarana Indonesia Baharuddin,1982. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media. Dantes,2008.Hakekat Asesmen Kinerja Otentik sebagai Penilaian Proses dan Produk dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi. Makalah,disajikan pada workshop penilaian pendidikan pada guru di kabupaten Gianyar tanggal 27 Desember 2008 di SMA Negeri 1 Payangan.
9
Depdiknas,2006.Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas. Deasy
Sagala,2007.Konsep Pembelajaran. Alfabeta.
Wulandari, 2009. Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar dalam Metode Pembelajaran STAD, dengan Materi Pokok Laju Reaksi pada Kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Surabaya.Skripsi.http://docs.goog le.com/viewer//penelitian-prestasi –belajar-ipa-di-sekolah.
Trianto,2007.Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya :Pustaka Publisher. Wina,2006.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Jakarta:Prana Media.
Harlen,W.1993.Teaching And Learning Primary Science.London:Paul Chapman Publishing,Ltd. Putu Sri .2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Bakat Numerik pada Siswa Kelas X SMKN 3 Singaraja.Tesis.
Haryati,2007. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press. Imtihan,2013.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA. EJurnal Pascasarjana Undiksha. Jihad,A
Makna Bandung:
Santyasa, 2007.Belajar dan Pembelajaran. Bahan Buku Ajar Fakultas Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika. Singaraja : IKIP Institut Pendidikan Fisika.
Hamalik,Oemar.2001.Proses Belajar Mengajar. Bandung.Bumi Aksara.
Haryati,
dan
dan Haris,A. 2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Multi Presindo.
Ndraka,T.1985.Teori Metodelogi Administrasi.Jakarta;Bina Aksara.
10