PENERAPAN KONSEP ASTA KOSALA KOSALI BUMI PADA ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT HINDU DI DESA KARYA MUKTI KECAMATAN DAMSOL KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH I Ketut Suparta * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah
ABSTRAK Konsep asta kosala kosali bumi merupakan peninggalan leluhur masyarakat Bali yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai sebuah konsep rancang bangun arsitektur masyarakat Bali. Konsep asta kosala kosali bumi memuat perpaduan harmonis terhadap mikrokosmos dan makrokosmos, namun pada dimensi praktis-empirik bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ternyata belum memahami konsep tersebut, penerapannya mengalami benturan terutama pada pemberlakuan aturan-aturan desain. Hal tersebut memunculkan permasalahan yaitu apa esensi konsep asta kosala kosali bumi bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti dan bagaimana penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggalnya. Setelah dilaksanakan penelitian diperoleh hasil bahwa masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah belum memaknai secara mendalam dan benar berdasarkan keilmuan arsitektur, dimaknai sebagai konsep yang penting dalam pembangunan rumah tinggal belum mendalam pula, terdapat kebingungan dalam memaknai konsep asta kosala kosali bumi sebagai adat Bali atau agama Hindu, namun sudah dimaknai sebagai konsep rumah tinggal untuk menciptakan kenyamanan skala dan niskala. Penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa karya Mukti, keberadaannya dirasakan melalui tingkat kenyamanan rumah, asta kosala kosali bumi efektif dalam pembangunan rumah tinggal, penerapan asta kosala kosali bumi tidak secara total tetapi masih sebatas pelaksanaan tata upacara dan penerapan ornamentasi atau lebih bersifat situasional, dalam menjamin hubungan masyarakat terhadap kelestarian konsep asta kosala kosali Bumi masih terjadi pertentangan terhadap penting tidaknya disosialisasikan kepada seluruh masyarakat Desa Karya Mukti maupun pemerintah desa. Kata Kunci: Konsep, Asta Kosala Kosali Bumi, Arsitektur Rumah Tinggal
1.
Pendahuluan Asta kosala kosali bumi merupakan salah satu nilai-nilai, norma-norma dan keyakinan masyarakat Hindu dalam membuat suatu karya arsitektur yang berbudaya dan bercitra. Keberadaaan asta kosala-kosali bumi dalam penciptaan karya arsitektur yang mendasarkan pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesame manusia, dan WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
dengan alam atau lingkungan. Asta kosala kosali bumi sebagai wiswadewata atau wiswakarma adalah dewata arsitektur alam semesta yang memberi inspirasi bagi para pemikir Hindu sehingga dalam sejarah pertumbuhan seni bangunan Hindu telah tersusun menjadi naskah yang dikenal dengan Silpa Sastra. Ajaran tattwa ini telah digubah dan dikembangkan untuk memenuhi 49
kebutuhan-kebutuhan di bidang seni bangunan keagamaan seperti pembuatan arca, bangunan tempat ibadah, bangunan rumah tinggal, dan candi-candi. Penerapan nilai-nilai atau norma-norma yang dimiliki manusia yang mengikat dirinya secara lahiriah akan menjadi citra bagi dirinya secara kognitif. Asta kosala kosali bumi sebagai norma dalam penciptaan karya seperti rumah tinggal merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia Hindu. Hal ini tercermin di dalam setiap langkah baik di awal pembangunan maupun akhir pembangunan rumah tinggal seperti tahap pengukuran lokasi, pemilihan lokasi, pemilihan bahan bangunan, peresmian bangunan bahkan lebih jauh menyangkut ukuran (dimensi) dan masih banyak lagi norma-norma lain yang harus dipatuhi yang berhubungan dengan penerapan asta kosala kosali bumi. Dalam penciptaan rumah merupakan wujud karya berarsitektur, selain dimensi guna sebuah karya arsitektur barulah manusiawi yang berkebudayaan bila dimensi citra, yang lebih tinggi serta bersumber pada nilai-nilai, norma-norma dan keyakinan serta jati diri yang lebih dalam, juga benar-benar berkualitas. Karya arsitektur pada hakekatnya bukan hanya gejala keterampilan teknis saja, namun dimensi citra benar-benar harus menyinarkan budaya manusia itu sendiri. Kualitas, citra, filsafat yang menjadi sumber cipta rekayasa maupun ekspresi dalam mewujudkan karya-karya arsitektur perlu semakin diperhatikan sehingga suatu karya arsitektur dapat terwujud sesuai fungsi, estetika dan kontekstual (Rogi, 1996: 14). Berdasarkan perkembangan zaman keberadaan rumah tinggal masyarakat Hindu di Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, telah mengalami berbagai perubahan, baik dari fungsi maupun dari segi citra 50
sehingga lebih sulit membedakan model rumah umat Hindu dengan umat lain karena telah terjadi pembiasan dalam desain arsitektur. Asta kosala kosali bumi sebagai pedoman yang memuat aturan-aturan yang jelas tentang kenyamanan untuk menciptakan suatu rumah yang ideal yang dapat mewadahi konsep keselaran manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam tidak lagi terpahami secara komprehensif sehingga terjadi konflik. Konflik penerapan juga terjadi akibat pengaruh faktor strata ekonomi masyarakat yang berbeda-beda, kondisi lokasi serta pemahaman yang kurang terhadap konsep Asta kosala kosali bumi. Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat diketahui bahwa secara teoritis (das solen) asta kosala kosali bumi memiliki nilai yang ideal dan universal yang sangat indah untuk dideskripsikan, namun pada dimensi praktis-empirik-implementatif (das sein) ternyata penerapan asta kosala kosali bumi banyak mengalami benturan, terutama ketika memberlakukan aturan-aturan desain dalam penciptaan rumah tinggal, tidak sedikit aturanaturan dalam asta kosala kosali bumi pada tingkat implementasinya digugat oleh masyarakat Hindu karena dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Pada akhirnya menimbulkan permasalahan, apa hakekat dan bagaimana penerapan konsep asta kosala kosali bumi bagi masyarakat Hindu di Desa Karya Mukti? Untuk menjawab permasalahan tersebut maka diperlukan adanya penelitian yang mendalam guna mengetahui esensi bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti dan bagaimana penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu di Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
2.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena hasil-hasil temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya, menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, lisan, dan perilaku orang-orang yang diamati. Penelitian dilaksanakan di Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan selama dua bulan yakni bulan Oktober dan November 2014. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak sembilan orang, meliputi pemangku, tukang bangunan serta orang orang yang telah mengetahui dengan jelas tentang permasalahan yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang mengetahui permasalahan yang diteliti dan data sekunder yaitu buku-buku penunjang yang mempunyai kaitan dengan penelitian. Teknik análisis data yang digunakan adalah reduksi data, display/penyajian data, dan verifikasi atau penyimpulan. 3.
Hasil dan Pembahasan Setelah melakukan tahapan-tahapan proses penelitian yang meliputi pengumpulan data sampai proses análisis data, maka esensi konsep asta kosala kosali bumi bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti dan penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti sebagai berikut: 3.1 Esensi Konsep Asta Kosala Kosali Bumi bagi Masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Arsitektur adalah hasil karya manusia yang memenuhi nilai etika dalam penciptaannya. Sebuah karya dinyatakan sebagai arsitektur jika dibuat berdasarkan norma-norma keilmuan. Sebuah bangunan WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
dapat disebut sebagai karya arsitektur jika telah memenuhi kaidah-kaidah kearsitekturan. Asta kosala kosali bumi adalah sebuah norma atau kaidah untuk penciptaan sebuah karya arsitektur. Asta kosala kosali bumi memuat ilmu pengetahuan tentang perwujudan sebuah karya arsitektur. Pemahaman komprehensif antara Asta kosala kosali bumi dengan arsitektur menjadi suatu dasar dalam penciptaan karya arsitektur secara utuh. Asta kosala kosali bumi dan arsitektur dipenuhi dengan simbol-simbol. Simbol merupakan pengantaran pemahaman terhadap objek, simbol berfungsi memimpin pemahaman subyek kepada objek. Berdasarkan beberapa pendapat informan, pemaknaan (esensi) asta kosala kosali bumi dan arsitektur dipenuhi oleh simbol-simbol bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti cendrung belum dipahami, sebagian paham secara praktis bukan teoritis sehingga belum memiliki kekuatan dalam mempertanggungjawabkan pendapatnya. Berdasarkan pendapat informan, esensi asta kosala kosali bumi dan rumah tinggal memiliki pernyataan sama, bahwa ketika kata arsitektur diubah dengan kata rumah tinggal menunjukkan pandangan sama, dimana rumah tinggal merupakan keharusan bagi setiap keluarga untuk memilikinya dan dibangun dengan menggunakan norma-norma pembangunan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa informan secara implementatif baru memahami tentang asta kosala kosali bumi dalam tataran bahasa sederhana jika dikaitkan dengan pemahaman rumah tinggal. Pada uraian definitif, banyak informan telah secara eksplisit menyatakan bahwa asta kosala kosali bumi sebagai konsep rancang bangun sebuah bangunan, namun muncul beberapa pernyataan terkait asta kosala kosali bumi sebagai rancang bangun konsep Hindu atau adat Bali. Pandangan informan bahwa konsep asta kosala kosali bumi ada yang 51
berpendapat sebagai konsep Hindu dan ada yang berpendapat sebagai tradisi Bali. Perbedaan pendapat ini tergantung dari kedalaman orang dalam belajar agama Hindu. Bagi informan yang kurang pemahamannya tentang agama Hindu maka jawaban singkatnya asta kosala kosali bumi dipandang sebagai tradisi Bali karena melihat sastra yang digunakan sastra Bali, sehingga bersifat lokal. Informan yang setuju pada konsep asta kosala kosali bumi sebagai konsep Hindu karena konsep ini memuat tentang unsur-unsur agama Hindu dan dilengkapi dengan tata aturan yang jelas sesuai tattwa, susila, dan upacara, intinya memuat ajaran agama Hindu. Namun umumnya informan tetap meyakini lebih jauh bahwa ada keterkaitan antara tradisi dan agama. Pandangan informan tentang esensi penerapan asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti, seluruh informan sepakat bahwa dengan asta kosala kosali bumi sangat erat kaitannya dengan penciptaan karya arsitektur rumah tinggal untuk kenyamanan baik secara skala dan niskala. Secara skala, dengan asta kosala kosali bumi setiap karya arsitektur rumah tinggal dapat memberikan keindahan dan identitas bagi pemiliknya, sedangkan secara niskala dengan asta kosala kosali bumi akan memberikan kenyamanan spiritual, ada nilai keyakinan untuk terhindar dari malapetaka atau gangguan makhluk gaib yang mengganggu manusia. Pandangan Herbert Blumer (dalam Wirawan, 2012: 118) menyatakan bahwa asumsi-asumsi interaksi simbolik meliputi: 1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasar atas makna yang dimiliki benda itu bagi mereka yang tengah berinteraksi, 2) makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia, 3) makna dimodifikasikan dan ditangani melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh setiap 52
individu dalam keterlibatannya dengan tandatanda yang dihadapinya. Jika diamati pernyataan semua informan terhadap pandangan Herbert Blumer maka terlihat jelas bahwa pemaknaan penerapan asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti merupakan hasil dari interaksi informan terhadap rumah tinggal dengan menggunakan konsep Asta kosala kosali bumi dan penafsiran makna setiap informan dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dihadapinya seperti kenyamanan skala, kenyamanan niskala, serta dengan mudah mengenali tanda rumah tinggal orang Bali. Ditinjau dari pandangan arsitektur (Rogi, 1996: 6) dalam penciptaan karya arsitektur ada dua hal yang sangat penting sebagaimana rumah tinggal, hendaknya memperhatikan aspek fungsi dan citra. Fungsi adalah kegunaan sebuah karya arsitektur, rumah sebagai sebuah karya arsitektur memiliki kegunaan untuk kenyamanan tempat tinggal keluarga. Citra sebagai penampakan jati diri (karakter) seseorang, rumah tinggal diciptakan sebagai sebuah karya arsitektur hendaknya mengejawantahkan karakter pemiliknya. Berdasarkan pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa esensi penerapan asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti telah memenuhi makna kaidah arsitektur dari segi fungsi dan citra. 3.2
Penerapan Konsep Asta Kosala Kosali pada Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Melalui para informan diperoleh informasi tentang eksistensi konsep asta kosala kosali bumi pada rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti. Adapun informasi yang dapat dipetik adalah bahwa sebagian masyarakat Hindu Desa Karya Mukti merasakan keberadaan asta kosala kosali bumi WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
dalam membangun rumah sebatas orang yang paham dengan konsep asta kosala kosali bumi. Sebagian ada juga yang belum paham namun sudah melaksanakan sehingga tidak merasakan keberadaannya. Sebagai kata kunci bahwa jika seseorang telah paham terhadap konsep asta kosala kosali bumi maka seseorang akan merasakan keberadaannya. Keberadaan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti telah diketahui namun perlu diketahui lagi tentang efektifitas konsep tersebut dalam pembuatan arsitektur rumah tinggalnya. Pendapat beberapa informan, kehadiran konsep asta kosala kosali bumi dalam membangun rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti sebagian merasa efektif, namun sebagian lagi menyatakan lebih bersifat situasional. Efektif memberikan citra bagi pemilik, situasional lebih menyesuaikan pada kondisi ekonomi dan selera pemilik bangunan. Pada masa mendatang konsep ini akan efektif jika konsep ini telah dipahami benar oleh umat Hindu Desa Karya Mukti karena akan memberikan nilai spiritual pada rumah tinggal yang dibangun dalam arti kata bangunan rumah tinggal dibangun tidak asal-asalan tanpa menggunakan konsep yang jelas. Setelah dibahas tentang keberadaan dan efektifitas maka perlu melihat lebih jauh bagaimana penerapan atau pelaksanaan konsep asta kosala kosali bumi pada rancangan arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa Karya Mukti. Beberapa informan berpendapat bahwa pelaksanaan konsep asta kosala kosali bumi tidak dilaksanakan secara menyeluruh oleh umat Hindu Desa Karya Mukti, penerapannya sangat situasional artinya ada yang digunakan adapula yang tidak digunakan aturannya karena kesulitan dalam mengaplikasikannya. Pelaksanaan konsep asta kosala kosali bumi di Desa Karya Mukti tidak
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
nyata terlihat, kecuali pada bagian-bagian ornamentasi dan upacara-upacara. Keberadaan, efektifitas dan penerapannya telah diketahui dari informan sehingga perlu diketahui lagi tentang bagaimana hal ini dapat diterapkan. Konsep asta kosala kosali bumi secara teoritis merupakan konsep adi luhur untuk penciptaan karya arsitektur rumah tinggal. Keistimewaan konsep telah teruji dalam ketahanan style bangunan di Bali sebagai daerah asalnya sampai dibawa oleh masyarakat transmigrasi ke Desa Karya Mukti walaupun telah terjadi perubahan-perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa secara sadar atau tidak, konsep asta kosala kosali bumi berguna dalam pembangunan rumah tinggal, sebab sesuatu yang tidak berguna akan dengan mudah ditinggalkan. Beberapa pernyataan informan tentang penting tidaknya konsep asta kosala kosali bumi disosialisasikan menyatakan bahwa asta kosala koslai bumi di Desa Karya Mukti belum punah karena masih diterapkan walaupun tetap membutuhkan orang yang ahli di bidangnya, namun secara garis besar dapat dibedakan dua pandangan lagi yakni sebagian menyatakan bahwa asta kosala kosali bumi penting disosialisasikan ke masyarakat Hindu maupun non Hindu termasuk pemerintah desa dan sebagian lagi menyatakan hanya perlu disosialisasikan kepada masyarakat Hindu saja. Kedua pendapat informan ini perlu mendapatkan perhatian lebih karena masing masing memiliki alasan yang kuat. Kedua pendapat tersebut jika di telusuri berdasarkan ayat dalam Veda dijelaskan bahwa: “Hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia, cendikiawan-rohaniawan, raja/pemerintahan/masyarakat, para pedagang, petani dan nelayan serta para buruh, kepada orang-orang-Ku dan orang asing sekalipun”. 53
Pernyataan Veda tersebut tertuang di dalam kitab Yajurveda XXVI.2, maka pendapat yang menyatakan bahwa penting disosialisasikan asta kosala kosali bumi kepada masyarakat Hindu maupun non Hindu termasuk pemerintah desa sangat sesuai dengan ajaran Veda, karena telah tersurat dalam Veda bahwa hendaknya disampaikan kepada semua orang isi ajaran Veda (ajaran Veda hendaknya disosialisasikan secara luas), apalagi sikap Kepala Desa Karya Mukti terbuka untuk setiap sosialisasi budaya yang dimiliki oleh setiap warganya asalkan tidak menimbulkan perpecahan. Menurut pandangan Teori Struktural Fungsional, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain (Ritzer dalam Wirawan, 2012: 42). Demikian halnya dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat Hindu Desa Karya Mukti juga akan mempengaruhi perubahan konsep rancang bangun rumah tinggal masyarakatnya. Asta kosala kosali bumi sebagai konsep rancang bangun rumah tinggal yang telah mengakar di Bali sebagai daerah asal warga Hindu Desa Karya Mukti sudah dilaksanakan secara turun temurun kemudian masyarakat tersebut melakukan transmigrasi ke Desa Karya mukti secara otomatis struktur masyarakat berubah dan perubahan tersebut juga mempengaruhi penerapan konsep Asta kosala kosali bumi pada rancangan rumah tinggalnya. Akibat pengaruh perubahan kemampuan pemahaman secara otomatis juga berpengaruh pada penerapan konsep tersebut. Sebagaimana Teori Struktural Fungsional pula menyatakan bahwa masyarakat adalah sistem, masyarakat sebagai sistem untuk mencapai keseimbangan memerlukan suatu konsensus. Dalam 54
konsensus dibutuhkan nilai yang berhubungan dengan norma. Norma diciptakan dalam rangka mempertahankan suatu nilai tertentu. Sebagaimana diketahui pula bahwa di dalam pendekatan fungsional terdapat prinsip yang paling penting, yaitu adanya saling keterkaitan antar bagian-bagian dalam suatu sistem. Apabila saling keterkaitan ini terabaikan, maka mekanisme sistem akan terganggu (Sutaryo dalam Wirawan, 2012: 45). Untuk menciptakan keterkaitan dalam suatu sistem, konsensus merupakan persyaratan fungsional, konsensus memerlukan norma, norma diajarkan melalui proses sosialisasi agar individu dapat hidup dengan mudah dalam masyarakat. Dengan proses sosialisasi, setiap bagian sistem berusaha agar sistem yang ada tetap dipertahankan, karena dianggap dapat menjamin hubungan sosial (Parsons dalam Wirawan, 2012: 45). Dengan demikian maka penting disosialisasikan konsep Asta kosala kosali kepada seluruh masyarakat Desa Karya Mukti termasuk pemerintah desa karena konsep tersebut merupakan norma yang diharapkan dapat menjamin hubungan sosial di dalam masyarakat. 4.
Kesimpulan Melalui prosedur analisis deskriptif kualitatif terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa esensi konsep asta kosala kosali bumi bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah belum memaknai secara mendalam dan benar berdasarkan keilmuan arsitektur, dimaknai sebagai konsep yang penting dalam pembangunan rumah tinggal belum mendalam pula, terdapat kebingungan dalam memaknai konsep asta kosala kosali bumi sebagai adat Bali atau agama Hindu, namun sudah dimaknai sebagai konsep rumah tinggal untuk menciptakan kenyamanan skala dan niskala. WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
Penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa karya Mukti, keberadaannya dirasakan melalui tingkat kenyamanan rumah, asta kosala kosali bumi efektif dalam pembangunan rumah tinggal, penerapan asta kosala kosali bumi tidak secara total tetapi masih sebatas pelaksanaan tata upacara dan penerapan ornamentasi atau lebih bersifat situasional, dalam menjamin hubungan masyarakat terhadap kelestarian konsep asta kosala kosali bumi masih terjadi pertentangan terhadap penting tidaknya disosialisasikan kepada seluruh masyarakat Desa Karya Mukti maupun pemerintah desa.
Bagus , Lorena. 2002. Kamus Filsafat .Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.
Afriadi,Dewa Nyoman Doni. 2008. Eksistensi & Efektifitas Sistem Banjar Suka Duka Pada Masyarakat Hindu Etnis Bali di Luar Bali. Cetakan I. Surabaya: Paramita. Alit, I Ketut . 2004. Agustus.” Morfologi Pola Mukiman Adati Bali” Dalam Jurnal Permukiman Natah.Vol 2.No.2 ( Hal 56-107). Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian Cetakan ke-3. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Broadbent Geoffrey, Bunt Ricard,Jenck Charles. 1980. cetakan Pertama. Signs, Symbols and Architekture, Penerbit John Wiley and Sons Ltd Bungin, Burhan. 2003. Metodelogi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. -------------------. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja grafindo Persada. Campbell, Tom. 2001. Tujuh Teori Sosial. Yogyakarta: Kanisius.
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2009. Arsitektur Bangunan Suci Hindu. Cetakan II Denpasar: Udayana University Press kerjasama CV. Bali Media Adhikarsa. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodelogi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Geertz, Clifford. 1992, Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Ida Bagus. 2010. Ngwangun Parhyangan Lan Paumahan. Denpasar: Widya Dharma.
Gunawan,Adi. 2008 Kamus lengkap InggrisIndonesia Indonesia-Inggris. Cetakan XIII. Surabaya: Kartika.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadi, WM Abdul. 2004. Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas. Yogyakarta: Matahari.
Atmanadhi,I.N.S. 1974. Asta Kosala Kosali Bumi, PHDI Denpasar (tidak diterbitkan).
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Indonesia Galia.
Badan Pusat Statistik Kota Donggala, 2013.
Kecamatan Damsol Dalam Angka, 2011.
Anom,
Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah, 2013 WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
55
Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi. Yakarta: Universitas Indonesia. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Ke-empat.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Latief,
Supaat I. 2002. Sastra: Eksistensialisme Mistisisme Religius. Lamongan: Pustaka Ilalang.
Lloyd,Christopher. 1986.April. Teori Sosial dan Praktek Politik. Terjemahan Nazaruddin Sjamsudin, dkk, Social Theory and Political Pratice.1983. Cetakan I. Jakarta: CV.Rajawali. Mangunwijaya, Y. B. 1992. Wastu Citra. Jakarta: PT Gramedia. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mulana, Achmad dkk. 2003. Kamus Ilmiah Popular Lengkap. Yogyakarta: Absolut. Moersid,Adi. 2008.” Rumah dan Maknanya yang Dalam”. Rumah Tinggal Karya Arsitek Indonesia, Edisi tahun 2008: Hal 12-13. Jakarta: Pustaka Rumah Kebun PT. Pritindo Utama. Poloma, Margaret M. 2003. Sosiologi Kotemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Poerwadarminta,W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka. Prijotomo, Yosep. Anatomi Petungan Bangunan dalam Primbon Jawa, Majalah Ilmiah Dimensi Arsitektur Universitas Kristen Petra Volume 19/Ars Agustus 1993.
Parisadha Hindu Dharma Kabupaten Tabanan. 1976. Tuntunan Ngwangun Karang Paumahan Manut Smerti Agama Hindu. Departemen Agama Kabupaten Tabanan ( tidak diterbitkan). Ratna,Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rogi,O.H.A. 1996. Konsepsi Fungsi dalam Arsitektur. Karya Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado (tidak diterbitkan). Robertson, Roland. 1980. Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi. Jakarta: Rajawali. Robson, S.O. 1978. Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia, Bahasa dan Sastra, Tahun IV, Nomor 6. Scharf, Beity.R. 2004. November. Sosiologi Agama. Terjemahan Machnun Husein. The Sociological Study Of Relegion.2004. Cetakan I Edisis Kedua. Jakarta: Prenada Media. Suandra, I Made. 1997. Himpunan Ulap-Ulap Palinggih, Cetakan Ke I, Denpasar : Upada Sastra. Subagio. 1999. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial-Agama, Bandung : Remaja Rosda Karya. Strauss & Corbin. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Titib, I Made. 1996. Veda: Pedoman Praktis Kehidupan Sehari-hari. Surabaya: Paramita.
Profil Desa Karya Mukti, 2014 56
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
----------------. 2003. Teologi & Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Triguna, Ida Bagus Gede Yudha. 2000.Teori Tentang simbol. Denpasar: Widya Dharma. Ven, Cornelis Van De. 1992. Ruang dalam Arsitektur, Surabaya: Erlangga. Watra, I wayan, dkk. 2008. Ulap-Ulap dan Rerajahan dalam Agama Hindu di Bali. Surabaya: Paramita. Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial, Definisi Sosial dan Prilaku Sosial) Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
57