JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA
JKKI untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter
Oleh : Wirawati Nirwani 12711074
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
1
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
CORRELATION OF USING COSMETICS AND LEVEL OF SEVERITY OF ACNE VULGARIS IN TEENAGE WOMEN IN SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA
JKKI
To fulfil some requirements to achieve a degree of bachelor of medicine
Study Program of Medical Education
By : Wirawati Nirwani 12711074
FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA INTISARI Wirawati Nirwani1, Rosmelia2, Betty Ekawati Suryaningsih3
Latar Belakang: Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis folikel pilosebasea yang umum terjadi pada usia 14-17 tahun. Pada tahun 2007 terdapat sekitar 80% remaja penderita akne vulgaris di Indonesia. Salah satu faktor penyebab akne adalah penggunaan kosmetik. Dampak yang ditimbulkan oleh akne vulgaris tidak hanya pada permasalahan fisik saja, akan tetapi akan berdampak pada kualitas hidup seseorang dan kesehatan psikis pada remaja Tujuan: Untuk mengetahui hubungan penggunaan kosmetik dengan tingkat keparahanakne vulgaris pada remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan metode stratifikasi. Uji analisis yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil Penelitian: Dari uji chi-square tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi pembersihan wajah (p=0,842), pelembab wajah (p=0,351), pelindung wajah (p=0,583) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pembersih berupa sabun dengan scrub (p=0,017) dan penggunaan bedak padat (p=0,007) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara penggunaan kosmetik (frekuensi pembersihan wajah, pelembab wajah, dan pelindung wajah) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Terdapat hubungan antara penggunan kosmetik (jenis pembersih berupa sabun dengan scrub dan penggunaan bedak padat) dengan tingkat keparahan akne vulgaris para remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Kata Kunci: Kosmetik, tingkat keparahan akne vulgaris, remaja wanita.
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
4
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Correlation of Using Cosmetics And Level of Severity of Acne Vulgaris In Teenage Women In SMA N 2 Sleman, Yogyakarta Abstract Wirawati Nirwani1, Rosmelia2, Betty Ekawati Suryaningsih3
Background : Acne vulgaris is a chronic inflammatory disease of pilosebaceous follicle which commonly affect in 14-17 years old. In 2007, there was 80% teenage with acne vulgaris in Indonesia. One of the causes of acne is by the using cosmetics. An impact caused by acne vulgaris is not only about physical problem, but also about quality of life and psychological health in teenagers. Objective : To find out the Correlation of Using Cosmetics and Level of Severity of Acne Vulgaris in Teenage women In SMA N 2 Sleman, Yogyakarta. Methods : This study is a analytical study with cross sectional approach. The sampling method is stratification method. Analytical test used in this study is Chisquare test. Results: Chi-square test shows there is no significant correlation between frequence of facial cleansing (p=0.842), face moisturizer (p=0.351), face protector (0,583) with level of severity of acne vugaris in teenage woman . There is significant correlation between type of cleanser such as soap with scrub (p=0.017) and face compact powder (0.007) with level of severity of acne vugaris in teenage woman. Conclusion : There is no correlation between using cosmetics (frequence of facial cleansing, moisturizer, and face protector) with the level of severity of acne vulgaris. There is correlation between using cosmetics (type of face cleanser such as soap with scrub and face compact powder) with the level of severity of acne vulgaris in teenage women in SMA N 2 Sleman, Yogyakarta. Keywords : Cosmetics, level ofseverity of acne vulgaris, teenage women.
1
The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
2
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
3
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
5
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Dampak yang ditimbulkan
PENDAHULUAN Akne
vulgaris
merupakan
suatu peradangan kronis dari folikel polisebasea1.
Usia
remaja
dan
dewasa muda, mulai dari 15 sampai 40 tahun ialah usia yang rentan terkena
akne
vulgaris2.
Pada
umumnya insiden akne terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita dan 1619 tahun pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan papul3,4. Dalam suatu penelitian telah disebutkan
bahwa
terdapat
60%
penderita akne vulgaris di tahun 2006 dan pada tahun 2007 terdapat
oleh akne vulgaris tidak hanya pada permasalahan fisik saja, akan tetapi akan berdampak pada kualitas hidup seseorang. Remaja yang lebih sering mengalami
akne
akan
mengalami penurunan kualitas hidup. Kualitas
hidup
yang
terganggu
adalah mengenai kepercayaan diri, body image, dan hubungan sosial dengan orang di lingkungannya6. Pada
sebuah
penelitian
dengan
partisipan karyawan, murid sekolah, dan pekerja paruh waktu, sebanyak 12,3% memilih untuk melewatkan pekerjaan
sekiranya 80% di Indonesia5.
vulgaris
atau
sekolah
mereka
karena jerawat. Sebanyak 43,4% Banyak
faktor
yang mengalami
menyebabkan
terjadinya
kesulitan
dalam
akne konsentrasi
ditempat
kerja
atau
vulgaris, seperti genetik, ras, usia, sekolah stress
psikis,
makanan,
dan
28,7%
melaporkan
iklim, bahwa jerawat telah mengganggu
higienitas,
penggunaan
kosmetik, pekerjaan
dan
sekolah
mereka2.
kejiwaan, atau kelelahan3. Penurunan
kualitas
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
hidup
dan
6
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
kesehatan psikis pada remaja berupa
kedokteran di salah satu wilayah di
rasa malu dan penurunan harga diri
Indonesia menunjukkan hasil bahwa
sebanyak 46,8% diantaranya untuk
sebanyak 69,4% orang menggunakan
akne ringan 39,8%, akne sedang
kosmetik
64,6% dan akne berat 89,3%6.
menggunakan bedak secara rutin8.
Jumlah penduduk Indonesia
pelembab
Bahan
dan
yang
58,8%
terkandung
sekitar 250 juta jiwa yang sebagian
dalam kosmetik minim akan bahan-
besar berada pada usia produktif. Hal
bahan alami, namun kaya dengan
ini menjadi pasar yang menjanjikan
bahan sintetik8. Kosmetika dapat
bagi industri kosmetik. Penjualan
menyebabkan akne jika mengandung
kosmetik
bahan-bahan
pada
tahun
2012
komedogenik.
Jika
mengalami peningkatan penjualan
bahan yang bersifat komedogenik
sebesar 14% atau dari Rp 8,5 triliun
tersebut
menjadi Rp 9,76 triliun. Lebih lanjut
folikel kulit maka folikel akan
lagi di tahun 2015 terjadi dugaan
tersumbat
peningkatan
menyebabkan munculnya akne8.
penjualan
kosmetik
sebesar 15% dari Rp 9,76 triliun7.
terakumulasi
di
dalam
sehingga
akan
METODE PENELITIAN
Penggunaan kosmetik sudah menjadi Penelitian hal
yang
lazim
di
ini
merupakan
masyarakat penelitian kuantitatif dengan desain
Indonesia, baik laki-laki ataupun analitik dengan pendekatan cross perempuan.
Sebuah
penelitian sectional. Penelitian ini dilakukan di
mengenai
angka
penggunaan SMA Negeri 2 Sleman Yogyakarta.
kosmetik pada mahasiswa fakultas 1
The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
2
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
3
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
7
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Populasi dalam penelitian ini adalah
pemotretan wajah responden untuk
remaja wanita kelas X di SMA
menghitung
Negeri
papul/pustul, dan nodul pada wajah.
2
Sleman
Pengambilan
sampel
menggunakan
teknik
Yogyakarta. diambil stratifikasi
jumlah
Selanjutnya,
data
terkumpul,
dicek
komedo,
yang
sudah
kelengkapan
dengan sampel sebesar 60 remaja
datanya kemudian diberikan kode
wanita. Variabel yang diteliti dalam
untuk
penelitian ini yaitu : keparahan akne
komputer
vulgaris sebagai Variabel dependent
menggunakan
(terkait),
dengan chi-square.
sedangkan
independent penggunaan
variabel
(bebas) kosmetik
adalah
dimasukkan untuk analisis
kedalam dianalisis bivariat
HASIL PENELITIAN
(pembersih
Penelitian ini dilakukan pada
wajah, jenis pembersih, pelembab,
remaja wanita dengan rentang usia
pelindung, bedak). Variabel perancu
14 -16 tahun yang diwakili oleh siswi
yang diikut sertakan untuk diteliti
sekolah menengah atas. Dimana usia
adalah hormonal, riwayat keluarga,
14 tahun sebanyak 1 orang (2%),usia
diet, jenis kulit, dan psikis.
15 tahun sebanyak 24 orang (47,1%),
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu
kuesioner
yang
diberikan kepada subyek yang diisi oleh
subyek
Kemudian
selaku dilakukan
responden. proses
dan usia 16 tahun sebanyak 26 orang (51%). Distribusi menderita
responden
akne
derajat
yang ringan
sebanyak 29 orang (56,9%), akne derajat sedang 22 orang (43,1%).
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
8
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Tabel 1. Karakteristik Responden Variabel
N (%)
Usia ▪ 14 tahun
1 (2,00 %)
▪ 15 tahun
24 (47,1 %)
▪ 16 tahun
26 (51,0 %)
▪ Ringan
29 (56,9 %)
▪ Sedang
22 (43,1 %)
▪ Berat
0 (0,00 %)
▪ Ya
44 (86,3 %)
▪ Tidak
7 (13,7 %)
▪ Ya
35 (68,6 %)
▪ Tidak
16 (31,4 %)
▪ Ya
16 (31,4 %)
▪ Tidak
35 (68,6 %)
▪ Berminyak
31 (60,8 %)
▪ Tidak berminyak
20 (39,2 %)
▪ Ya
30 (58,8 %)
▪ Tidak
21 (41,2 %)
Derajat akne
Riwayat keluarga
Hormonal
Diet
(indeks
glikemik tinggi)
Persepsi jenis kulit
Persepsi psikis
Sedangkan yang menderita akne derajat berat sebanyak 0 orang (0%).
Responden yang mempunyai keluarga yang menderita akne adalah
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
9
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
44 orang (86,3%) dan yang tidak
bukan karena pengaruh makanan
mempunyai keluarga yang menderita
yang dikonsumsinya.
akne sebanyak 7 orang (13,75%). Dapat disimpulkan bahwa hampir semua
responden
mempunyai
riwayat keluarga yang menderita akne.
Dari 51 responden, memiliki
persepsi
berminyak (60,8%),
yang
jenis
kulit
sebanyak
31
orang
sementara
20
orang
(39,2%) memiliki persepsi memiliki Responden yang menyatakan
kulit tidak berminyak.
akne muncul atau bertambah banyak ketika menjelang menstruasi adalah sebanyak 35 orang (68,6%) dari 51 responden. Sementara akne yang muncul
bukan
hormonal
karena
sebanyak
pengaruh 16
orang
(31,4%). Responden yang menyatakan akne yang dideritanya muncul dan bertambah banyak setelah memakan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi adalah 16 orang (31,4%), dan sebanyak 35 orang (68,6%) menyatakan
akne
yang
diderita
Sebanyak 30 orang (58,8%) menyatakan bahwa akne muncul atau bertambah banyak ketika sedang stres, banyak pikiran atau dalam kondisi tertekan. Sementara 21 orang (41,2%)
menyatakan
muncul
atau
akne
bertambah
tidak banyak
ketika tidak mengalami stres. Responden
yang
sering
membersihkan wajahnya sebanyak 49 responden (96,1%), sementara responden
yang
tidak
sering
membersihkan wajah sebanyak 2 responden (3,9%). Responden yang
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
10
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan penggunaan kosmetik wajah Variabel
n (%)
Pembersih wajah ▪ Sering
49 (96,1 %)
▪ Tidak sering
2 (3,90 %)
▪ Sabun dengan scrub
36 (68,6 %)
▪ Sabun tanpa scrub
16 (31,4 %)
▪ Sering
27 (52,9 %)
▪ Tidak sering
24 (47,1 %)
▪ Sering
16 (31,4 %)
▪ Tidak sering
35 (68,6 %)
▪ Padat
26 (51,0 %)
▪ Tabur
25 (49,0 %)
Jenis pembersih
Pelembab
Pelindung
Pemakaian bedak
membersihkan
wajahnya
dengan
sabun pembersih berscrub sebanyak 35 orang (68,6%), sedangkan yang membersihkan wajah dengan sabun pembersih tanpa scrub sebanyak 16 orang (31,4%). Responden yang sering
menggunakan
tidak sering menggunkan pelembab sebanyak
orang
(47,1%).
Sebanyak 16 orang (31,4%) sering memakai pelindung wajah sedangkan sebanyak 35 orang (68,6%) tidak sering memakai pelindung wajah. Responden
pelembab
sebanyak 27 orang (52,9%) dan yang
24
yang
menggunakan bedak padat sebanyak 26
orang
(51%)
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
dan
yang
11
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
menggunakan bedak tabur sebanyak
25 orang (49%).
Tabel 3. Hubungan penggunaan kosmetik dengan tingkat keparahan akne vulgaris Variabel
Derajat akne
Nilai p
Ringan
Sedang
Berat
n (%)
n (%)
n (%)
▪ Sering
28 (54,9)
21 (41,2)
0 (0)
▪ Tidak sering
1 (2)
1 (2)
0 (0)
▪ Dengan scrub
16 (31,4)
19 (37,3)
0 (0)
▪ Tanpa scrub
13 (25,5)
3 (5,9)
0 (0)
▪ Sering
17 (33,3)
10 (19,6)
0 (0)
▪ Tidak sering
12 (23,5)
12 (23,5)
0 (0)
▪ Sering
10 (19,6)
6 (11,8)
0 (0)
▪ Tidak sering
19 (37,3)
16 (31,4)
0 (0)
▪ Padat
10 (19,6)
16 (31,4)
0 (0)
▪ Tabur
19 (37,3)
6 (11,8)
0 (0)
PR
CI (95%)
Pembersih wajah 0,842
1,143
0,07922,571
Jenis pembersih 0,017
0,563
0,0470,805
Pelembab 0,351
1,259
0,5565,201
Pelindung 0,583
1,151
0,4184,712
Bedak 0,007
0,506
0,0590,663
Berdasarkan tabel 3, dari 51
penggunaan jenis pembersih wajah
responden yang diikutkan dalam
sebesar p-value 0,017 yang berarti
penelitian dan dilakukan uji statistik
lebih kecil dari α-value 0,05. Dengan
dengan menggunakan uji chi-square
demikian dapat dinyatakan bahwa
dengan tingkat kepercayaan 95%
terdapat hubungan
diperoleh nilai signifikan pada
pembersih dengan tingkat keparahan
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
antara jenis
12
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
akne vulgaris pada remaja wanita di
Dari karakteristik responden
SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Nilai
terkait dengan hormonal (menjelang
signifikan
pada
menstruasi) didapatkan hasil bahwa
pemakaian bedak sebesar p-value
akne muncul atau bertambah banyak
0,007 yang berarti lebih kecil dari α-
menjelang menstruasi sebanyak 35
value 0,05. Dengan demikian dapat
responden (68,6%). Pada 60–70%
dinyatakan bahwa terdapat hubungan
wanita dengan akne menjadi lebih
antara
pemakaian bedak dengan
aktif kurang lebih satu minggu
tingkat keparahan akne vulgaris pada
sebelum haid oleh karena hormon
remaja wanita di SMA N 2 Sleman
progesteron. Estrogen dalam kadar
Yogyakarta.
tertentu dapat menekan pertumbuhan
PEMBAHASAN
akne9.
juga
ditemukan
yang
Responden yang menyatakan
memenuhi kriteria inklusi, hampir
bahwa akne yang diderita muncul
semua mempunyai keluarga yang
dan
sedang menderita akne sebanyak 44
memakan makanan dengan indeks
responden (86,3%). Kemungkinan
glikemik tinggi sebesar 16 responden
besar
penyakit
(31,4%). Makanan dengan indeks
genetik dimana pada penderita terjadi
glikemik tinggi dapat merangsang
peningkatan
tumbuhnya
Dari
akne
responden
merupakan
respon
pilosebasea
bertambah
banyak
akne
setelah
karena
dapat
terhadap kadar normal androgen
meningkatkan
kadar
dalam darah4.
sebum
folikel
sebasea9.
tersebut
dapat
Makanan
pada
1
The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
2
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
3
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
komposisi
13
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
mempengaruhi metabolisme tubuh
berlebihan
sehingga
kelenjar
mendorong penderita memanipulasi
menghasilkan
aknenya secara mekanis, sehingga
mengaktifkan
polisebasea
untuk
sebum9.
dimana
hal
tersebut
kerusakan dinding folikel semakin parah dan bisa menimbulkan lesi-lesi
Kulit yang berminyak sangat akne baru5.
3
menunjang terjadinya akne . Dari 51 Tidak
responden, 31 responden (60,8%)
didapatkan
memiliki persepsi kulit berminyak.
signifikan
Kulit berminyak dan kotor oleh debu,
pembersih wajah dengan p-value
polusi udara, maupun sel-sel kulit
0,842. Untuk iklim tropis seperti di
mati yang tidak dilepaskan dapat
Indonesia frekuensi mencuci muka
menyebabkan
yang ideal adalah 3-4x sehari10.
penyumbatan
pada
pada
hasil
pemakaian
saluran kelenjar sebasea dan dapat
Dengan
menerapkan
frekuensi
menimbulkan akne3.
mencuci wajah yang ideal akan mencegah timbulnya akne vulgaris.
Persepsi psikis berupa emosi, Tidak terutama
stres
sering
adanya
hubungan
yang
ditemukan bermakna
sehingga
bisa
ditarik
sebagai faktor penyebab kambuhnya kesimpulan akne.
Sebanyak
30
bahwa
frekuensi
responden membersihkan wajah secara ideal
(58,8%) menyatakan bahwa akne saja tidaklah cukup, perlu juga bertambah banyak ketika sedang bagaimana meningkatkan kualitas stres.
Adanya
akne
kadang dari cara membersihkan wajah.
menimbulkan
kecemasan
yang
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
14
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Membersihkan wajah secara
acnegenic11. Sediaan pelembab yang
berlebihan dengan produk-produk
dapat menimbulkan akne adalah
seperti alcohol-based cleanser dan
yang
scrub dapat mengiritasi kulit lebih
komedogenik13.
jauh
dan
meningkatkan
trauma
bersifat
minyak
dan
Tidak terdapatnya hubungan
mekanis sehingga memperparah akne
yang
vulgaris, padahal yang diperlukan
wajah
hanya membersihkan wajah dengan
bervariasinya
air dan sabun yang lembut untuk
pelindng kulit yang digunakan baik
mengurangi minyak yang berlebihan
pelindung fisik maupun kimiawi
dan mengangkat sel kulit mati4.
serta frekuensi penggunaannya. Pada
signifikan dapat
pada
pelindung
disebabkan
karena
alat
bahan
dan
Tidak adanya hubungan yang
penderita akne sebaiknya dihindari
bermakna antara pelembab wajah
karena tabir surya yang bersifat
dengan derajat akne vulgaris dapat
menyumbat
dikarenakan jenis pelembab yang
menambah timbulnya akne, sehingga
digunakan tidak mengandung unsur
pemilihannya harus bebas minyak
minyak
dan non komedogenik.
dan
komedogenik
serta
pori-pori
dapat
bervariasinya cara dan frekuensi Bedak pemakaian
pelembab.
padat
(compact
Terdapat powder) adalah jenis bedak yang
pelembab bebas lemak (oil free sering cosmetics)
yang
menyebabkan
akne.
merupakan Pemakaian
bedak
dimaksudkan
campuran propilen glikol dan air untuk mendapatkan covering effect sehingga
diakui
bersifat
non pada wajah, yaitu untuk menutup
1
The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
2
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
3
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
15
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
permukaan kulit wajah. Bedak padat
pemakaian bedak padat berhubungan
mempunyai kemampuan menutupi
dengan
jauh lebih baik dibandingkan bedak
vulgaris pada remaja wanita.
tabur
SARAN
karena
memiliki
ukuran
tingkat
partikel yang lebih kecil dan daya
Bagi
adhesi yang lebih kuat karena adanya
berhati-hati
zat
kosmetik
seperti
zinc
strearat
dan
keparahan
responden, dalam
akne
lebih
pemilihan
yang digunakan untuk
magnesium stearat, laurates. Bahan
menghindari efek pada kulit. Bagi
tersebut tidak hanya menyebabkan
peneliti, perlu penelitian lebih lanjut
daya adhesi bedak ke kulit namun
dengan metode penelitian selain
juga bedak ke puff. Hal ini ditambah
cross sectional, jumlah sampel lebih
dengan zat pengikat (yang dipakai
banyak
dalam
bedak
tingkat keparahan akne oleh dokter
padat) antara lain lanolin yang
spesialis kulit. Selain itu perlu
bersifat
justru
dilakukan penelitian mengenai faktor
menjadi faktor penyebab terjadinya
resiko dan juga pengukuran secara
akne12.
lebih spesifik pada setiap faktor yang
proses
pembuatan
aknegenik
yang
dan
diagnosis
langsung
mempengaruhi akne vulgaris. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
dilakukan di SMA N 2 Sleman
1. Zaenglein,
Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa
E.M.,
pada pemakaian jenis pembersih
Strauss, J.S., 2008. Acne
berupa sabun dengan scrub dan
Vulgaris
A.L.,
Graber,
Thiboutot,
and
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
D.M.,
Acneiform 16
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Eruptions.
In:Wolff,
K.,
Diponegoro
dan
Ikatan
Goldsmith, L.A., Katz, S.I.,
Dokter
Gilchrest, B.A., Paller, A.S.,
Jawa Tengah, Volum 43, 37-
Leffell, D.J. eds Fitzpatrick’s
40.
Dermatology
in
General
Indonesia Wilayah
5. Kabau S. 2012. Hubungan
Medicine 7th ed. New York:
antara
Mc Graw Hill, 690-702.
Kosmetik dengan Kejadian
2. Tanghetti EA, Kawata AK, Daniels SR, Yeomans K, Burk CT, Callender VD., 2014.
Understanding
Burden Acne.
Jenis
Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika Muda. 43:32-6. 6. Tasoula
E,
Chalikias
J,
The
Danopoulou I, Rigopoulos D,
of
Adult
Female
Gregoriou S, Lazarou D,
J
Clin
Aesthet
Katsambas
Dermatol, 7(2):22-30. 3. Djuanda
Pemakaian
A,
A.,2012.
The
Impact of Acne Vulgaris on M,
Quality of Life and Physic
Aisah S., 2011. Ilmu Penyakit
Health in Young Adolescents
Kulit dan Kelamin. Jakarta:
in Greece: Results of a
FKUI, 253-255.
Population Survey. An Bras
4. Tjekyan,
Hamzah
R.M.S.,
2009,
Kejadian dan Faktor Resiko Akne
Vulgaris.
Media
Dermatol, 87(6):862-869. 7. Kemenperin
RI,
2015.
http://kemenperin.go.id/artike
Medika Indonesiana: Fakultas
l/5897/Indonesia-Lahan-
Kedokteran
Subur-Industri-Kosmetik
Universitas
1
The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
2
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
3
Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta
.
17
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
[Diakses pada tanggal 14 Mei
Penerbit Fakultas Kedokteran
2015]
Universitas Indonesi, 31-155.
8. Kusuma
GFP.
Prevalensi
2014.
Penggunaan
Kosmetik
Pelembab
dan
12. Rahmawati,
Wajah Dengan Timbulnya
pada
Mahasiswi
Akne
Program
Studi
Pendidikan
Semarang:
yang
Menderita
Acne
Tahun
2014.
Vulgaris [Skripsi]
Fakultas
Kedokteran,
Universitas
2012,
Hubungan Perawatan Kulit
Bedak
Dokter Universitas Udayana
D.,
Vulgaris.
[Skripsi]. Universitas
Diponegoro. 13. Tranggono, Buku
R.I.S.,
Pegangan
2014, Dasar
Kosmetologi, Sagung Set, 4046.
Udayana. 9. Siregar
RS.
2005.
Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 209-214. 10. Draelos JD., 2005. Dalam Cosmecenticals Procedures in Cosmetic Dermatology. Edisi ke-1. Elsvier Inc. 165-6. 11. Wasitaatmadja, S.M., 2012. Dermatologi Klinik Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Badan
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
18