perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL, KALURAHAN KENEP, KECAMATAN SUKOHARJO, KEBUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh : Tri Haryanto Jalu Pamungkas D 0308060
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaklah (ia) berilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat maka hendaklah belajar dan berilmu, dan barang siapa menginginkan keduaduanya maka ia harus berilmu. ( HR. BUKHORI MUSLIM )
......” Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa”..... ( Q.S. Ash Syura : 19 )
Allah telah berfirman bahwa baca dan tulis adalah kunci ilmu pengetahuan.
( H.R. Shohih Bukhori )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang “ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang telah mengajar dengan perantara kalam. Dan mengajarkan Kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya “ ( Q.S. Al’ Alaq : 1 – 5 )
Kupersembahkan karya ini.......................... Bagi mereka yang selalu membimbingku dan menasehatiku untuk selalu di JalanNya Mendoakanku agar selalu dilimpahi oleh rahmat dan hidayahNya Mendorongku agar selalu menjadi umatNya Yang selalu menginspirasiku di dalam seyiap langkah-langkahku Teruntuk almarhum ibu dan seluruh keluarga serta seseorang yang selalu mendorongku.
commit to user
Terima kasih............
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis sengaja mengangkat masalah hubungan patron-klien dalam industri masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel. Tujuan yang ingin di capai oleh penulis adalah untuk mengetahui
hubungan patron-klien dalam industri
rumahtangga di Desa Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT dan Rasul-RasulNya, Bp. Prof. Dr. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Drs. Sudarsana, PGD. PD selaku Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Siti Zunariyah, S. Sos, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat selesai. Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi data, Staff pengajar fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Unversitas Sebelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya selama penulis menempuh studi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mas Danang, Mas Untung, Dik Galih dan Erna Indah Panglipur terima kasih atas dorongan moral kalian, Teman-teman Jurusan Sosiologi angkatan 2008 yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas segalanya terima kasih. Semoga semua bantuannya mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati untuk perbaikannya di waktu yang mendatang. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
Sukoharjo, .....januari 2013
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. HUBUNGAN PATRONKLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan patronklien yang terjadi dalam masyarakat industri pedesaan di Desa Kedunggudel, Kenep Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Lokasi penelitian berada di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, obeservasi partisipatoris, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran dari Peter Blau dan teori patron-klien James Scott yang menjelaskan bahwa hubungan ini mempunyai karakteristik sebagai bberikut : pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, makelar dan pengaruh, jasa patron kolektif. Hubungan patron klien yang terjadi antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya merupakan salah satu bentuk interaksi timbal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam proses hubungan kerja. Hubungan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan status dan kedudukan antara kedua belah pihak,yakni status kepemilikan industri. Hubungan ini merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi elementer, dimana dalam hubungan tersebut terjalin pertukaran modal dengan jasa tenaga kerja. Pemilik industri memberikan jaminan penghidupan susbsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan dan jaminan pengupahan. Pemilik industri ini juga memberikan jaminan krisis subsistensi misalnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan Tunjangan Hari Raya. Selain itu dalam hubungan ini juga terdapat hubungan saling melindungi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Selain itu dalam hubungan ini, pemilik industri juga memberikan bentuk bantuan jasa patron kolektif untuk kepentingan masyarakat sekitar, misalnya pemberian hak guna lahan dan rumah untuk dijadikan gudang perkakas, bantuan sponshorship,dan lain-lain. Dan apabila ada permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak yang dapat mengganggu keberlangsungan hubungan ini, maka akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sehingga akan ada titik temu yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan adanya kepercayaan, rasa kekeluargaan, dan rasa saling menguntungkan antara kedua belah pihak yakni patron dan klien, dapat mempertahankan keberlangsungan hubungan patron klien ini dalam kehidupan masyarakat Desa Kedunggudel dapat bertahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Kata Kunci : Patron, Klien, Industri Rumah Tangga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. PATERN OF RELATION BETWEEN PATRON-CLIENT IN A FOOD INDUSTRY IN KEDUNGGUDEL VILLAGE. Script of Sociology Social Politic Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.
This research is aimed to understand the patern of patron-client relation which occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. The writer uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village, Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interview methode, observation of participation, an documentation. In this study, the writer empolys exchange theory from Peter Blau and James Scott theory of patronclient, which explains that this relation has some characteristics; such as : the completenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistention crisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron. The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industry with their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchange and it is covered in a process of job relation. This relation is caused by a difference of status and state between two different sides, the status of industry ownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in which occurs an exchange between modal and worker service. The owner gives an occupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee of subsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidy of holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs each other. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colective patron service for society important, for example : delegation of authority of area an building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occur between them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way, so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, by having believing, familial relation an beneficial feeling, between patron and client, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for long time.
Key Word : Patron, Client, Home Industry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................vi ABSTRAK....................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................11
A. Batasan Konsep ....................................................................................11 1. Hubungan ................................................................................. 11 2. Patron-klien .............................................................................. 11 3. Hubungan Patron-klien ............................................................12 4. Industri ....................................................................................12
commit to user 5. Industri Rumah Tangga ............................................................12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 13 C. Landasan Teori .....................................................................................15 D. Kerangka Berpikir ................................................................................ 27 BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................29
A. Lokasi Penelitian ..................................................................................29 B. Metode Penelitian................................................................................. 29 C. Sumber Data .........................................................................................31 D. Jenis Sumber Data ................................................................................ 34 E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 34 1. Wawancara Mendalam ( indepth interview ) ..........................34 2. Obvervasi Langsung................................................................. 35 3. Dokumentasi............................................................................. 36 F. Populasi ................................................................................................36 G. Tehnik Pengambilan Sampel................................................................36 H. Validitas Data .......................................................................................37 I. Analisis Data ........................................................................................38 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................. 41 B. Profil Informan .....................................................................................44 C. Hubungan Patron-Klien Dalam Industri Makanan
Di Desa
Kedunggudel ........................................................................................47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Hubungan Patro-klien dalam Industri Jenang di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo............................................. .. 51 A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar.........................54 1.
Jaminan Pekerjaan Tetap .............................................. 54
2.
Jaminan Pengupahan.....................................................59
B. Jaminan Krisis Subsistensi...................................................63 C. Perlindungan ........................................................................ 65 D. Jasa Patron Kolektif .............................................................67 E. Matriks Hasil Penelitian.......................................................69 B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/Rambak di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo ………………. 69 A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar.........................71 1.
Jaminan Pekerjaan Tetap .............................................. 71
2.
Jaminan Pengupahan.....................................................73
B. Jaminan Krisis Subsistensi...................................................75 C. Perlindungan ........................................................................ 77 D. Jasa Patron Kolektif .............................................................78 E. Matriks Hasil Penelitian.......................................................79 C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri........................................ .. 80 D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja.............................................. .. 82 D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan PatronKlien.................................................................................................... 82 1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif..................................................83 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel ..................84 3. Adanya Politik Balas Budi .............................................................85 4. Matriks Hasil Penelitian ................................................................. 86 E. Pembahasan ..........................................................................................87 A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar .............................88 1. Jaminan Pekerjaan Tetap.................................. 89 2. Jaminan Pengupahan ........................................ 91 B. Jaminan Krisis Subsistensi .......................................................93 C. Perlindungan............................................................................. 94 D. Jasa Patron Kolektif ................................................................. 95 E. Faktor yang mempengaruhi masih berlangsungnya hubungan patron-klien sampai saat ini.....................................................
98
1. Keterbatasan Alternatif Pekerjaan......................................
98
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel.......
100
3. Adanya Politik Balas Budi................................................. BAB V
101
PENUTUP .....................................................................................103
A. Kesimpulan...........................................................................................103 B. Implikasi...............................................................................................105
commit to user C. Saran..................................................................................................... 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 116 LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan industri
diarahkan
perekonomian
pada
nasional
peningkatan serta
kemajuan
kesejahteraan
dan
rakyat.
kemandirian Satu
diantara
pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil, dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari keluarga dan kerabatnya. Adapun manfaat social yang ketiga : industri kecil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim. Sehingga dengan demikian memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ke tangan konsumen secara tepat, mudah dan murah. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 ) Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia memberikan andil yang cukup besar terhadap produk nasional, sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia perlu mendapatkan perhatian, pembinaan dan pengarahan baik dari segi permodalan maupun pemasaran. Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah sangat diperlukan guna kelangsungan usaha. Kebijakan jangka panjang yang dilakukan pemerintah saat ini dalam sector industri terutama dalam usaha berskala kecil-menengah yaitu dengan meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional ( Tiktik Sartika dan Abd. Rachman, 2002 : 25). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari beberapa penjelasan di atas dalam tinjauan kedepan industri kecil pada dasarnya menjanjikan berbagai potensi yang bagus. Namun untuk menghindarkan timbulnya diskrepansi dalam penilaian dan pemahaman, sebaiknya hal ini tetap dilihat dalam konteks permasalahan yang menyertainya. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terhadap industri kecil ini dapat disimpulkan beberapa permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri kecil antara lain : a. Iklim yang diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintah b. Relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersiil, dan, c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi perkembangan industri kecil. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 ) Akan tetapi dalam kenyataannya, melalui berbagai survey yang dilakukan oleh pemerintah, keberadaan industri kecil ini mampu menunjukkan eksistensinya ditengah himpitan persaingan ekonomi, bahkan banyak terjadi peningkatan jumlah industri kecil yang pada akhirnya meningkatkan pula jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil tersebut. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur perekonomian di Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa menunjukkan tingkat perkembangan yang mengesankan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam perekonomian Indonesia. a. Alasan pertama : sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang semakin berkurang, maka industri kecil sebagai jalan keluarnya. b. Kedua : beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber terdekat ( disamping upah yang murah ) juga telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah. c.
Ketiga : harga jual yang relative murah serta tingkat pendapatan kelompok “bawah” yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi tersendiri yang member peluang industri kecil untuk tetap bertahan.
d. Keempat : tetap adanya permintaan akan komoditi yang tidak diproduksi secara masinal ( seperti batik tulis, batik cap, dll ) juga merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat kuat. ( Irzan Ashari Saleh 1986 : 11) Salah satu industri kecil yang masih bertahan adalah Industri Kecil di desa Kedunggudel. Secara administratif Desa Kedunggudel ini terletak dalam garis pemerintahan Kalurahan Kenep, Sukoharjo. Dengan Luas Wilayah 282. 1535 Ha Kalurahan Kenep ini mempunyai sekitar 75 jenis industri rumah tangga/ industri kecil yeng menyerap sekitar 275 tenaga kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik berasal dari dalam maupun dari luar. Kebanyakan industri kecil ini terletak di kalurahan Kenep Bagian Selatan tepatnya di Desa Kedunggudel. Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Dan dari beberapa jenis industri ada di Desa Kedunggudel ini, Industri jenang merupakan industri paling populer yang dijalankan oleh masyarakat di Desa Kedunggudel. Sehingga desa ini pun menjadi desa Sentra Industri Jenang di Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan Industri Jenang di Desa Kedunggudel ini umumnya bersifat turun-menurun. Hal ini dikarenakan banyak pengelola industri ini merupakan keturunan dari para pendahulu mereka yang telah merintis industri jenang dari awal. Besarnya peluang dari industri ini mempunyai daya tarik sendiri dari generasi selanjutnya untuk meneruskan industri yang telah dijalankan oleh orang tuanya selama bertahun-tahun. Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa Kedunggudel.
Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial
ekonomi yang diakibatkan oleh keberadaan industri ini yakni berkurangnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah angka pengangguran yang ada di desa Kedunggudel, sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat desa Kedunggudel. Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2 tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan aturanaturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ), jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih fleksibel
dikarenakan
dalam
recruitment
tenaga
kerjanya
lebih
mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih, melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan. Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal di desa ini lazim disebut dengan hubungan Patron-klien. Hubungan Patronklien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua
commit to user peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungankeuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan buruh. Hal inilah yang kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk bergabung
dengan
industri
formal
tersebut
yang
berakibat
pada
perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik, Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya. Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah tangga ini adalah mengenai hubungan yang terbentuk dalam industri rumah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangga di Desa Kedunggudel. Hal ini menarik bagi peneliti karena hubungan ini ini mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha. Dimana adanya hubungan yang baik akan memperngaruhi proses pelaksanaan industri. Tanpa adanya hubungan yang baik, maka industri tersebut tidak akan berjalan dan berkembang. Penelitian ini melihat mengenai
hubungan patron-klien yang
terbentuk, yaitu antar patron dan klien. Menurut James C. Scott, hubungan patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron. hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga di Desa Kedunggudel ini sangat menarik bagi peneliti, karena dalam hubungan patron-klien terbentuk kerjasama yang sangat berguna bagi kelangsungan usaha industri. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan patron-klien yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul beberapa perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. “Bagaimanakah
Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di
Desa Kedunggudel ?” 2. “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Hubungan Patron-klien di Desa Kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini ?” C. Tujuan Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di Desa Kedunggudel. b. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi hubungan patron-klien ini mampu bertahan sampai dengan saat ini. c. Meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis serta mengetahui antara kesesuaian teori yang didapat penulis dari perkuliahan dengan realitas yang ada di dalam masyarakat D. Manfaat 1.
Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Imu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sosial dan Politik, khususnya mengenai interaksi social patron klien di industri rumah tangga pedesaan. b.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian bagi peneliti lain yang ingin mendalami penelitian serupa.
c.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi industri rumah tangga, agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha.
2.
Praktis a.
Dapat memberikan gambaran mengenai interaksi social Patron-klien di industri pedesaan
b.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang masih berhubungan dengan interaksi social patron-klien di industri rumah tangga pedesaan.
c.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia akademis dan dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan - hubungan kerja khususnya dalam industri rumah tangga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep a. Hubungan Suatu ikatan pertalian antara 2 variabel yang berbeda, dimana yang keduanya berdifat saling mengikat dan saling mempengaruhi. b. Patron-Klien Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosioekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungankeuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai
pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang
dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott, 1993 : 7-8 ). Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling menguntungkan,
serta
saling memberi commit to user
dan
menerima
(bersifat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dyadicbersifat rangkap). Ikatan ini merupakan salah satu strategi nafkah yang diterapkan melalui pemanfaatan modal sosial untuk bertahan hidup atau memperbaiki standar hidupnya. Dalam hubungan timbal balik tersebut, tercermin dalam hubungan kerja antar relasi keduanya, serta hubungan sosial yang dilakukan antara keduanya di luar hubungan kerja. Patron-clientelism is an unequal relationship involving a two-way exchange between a patron of a higher socioeconomic status and a client of a lower one. Although they can become quite complex, the simplest of these relationships involve patrons who use their influence and/or resources to provide protection and/or benefits to clients who in turn reciprocate by offering support and assistance, potentially votes, for example. c. Hubungan Patron-Klien Hubungan antara dua variabel yakni patron dan klien dimana keduanya saling mengikat dan saling mempengaruhi. d. Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang atau menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. ( Thee Kian Wee, 1994 :67 ) e. Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau pengusaha itu sendiri. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai hubungan patron-klien ini pernah dilakukan oleh Marisa Kurniasih dengan judul “- Hubungan Patron-klien di Sentra Kerajinan perak Kotagede Yogyakarta”. Dimana dalam penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa dalam industri kerajinan perak tercipta hubungan kerja yang baik antara perajin besar/ juragan dengan buruh/ ataupun perajin kecil. hubungan kerja tersebut mulai dilakukan oleh pengusaha/ juragan dengan perajin/ subkontrak ketika pemasaran kerajinan perak mulai ramai dan menembus ke beberapa pasar di luar kota sehingga para juragan tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan waktu dan tenaga kerja yang dimiliki. Pada dasarnya hubungan kerja yang tercipta pada industri tersebut dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Keberadaan juragan di desa tersebut sangat menguntungkan bagi perajin, karena dapat mengatasi masalah pemasaran produk yang dihasilkannya. Selain itu, perajin dapat mengasah ketrampilan yang dimilikinya dengan cara belajar dan membuat inovasi baru pada hasil karyanya tanpa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Sedangkan bagi pengusaha, kerja sama yang dilakukan dengan perajin sangat menguntungkan karena dapat memenuhi permintaan pasar. Akan tetapi, perjanjian kerja antara pengusaha dengan perajin pada industri gerabah tidak resmi/ formal, perjanjian hanya atas dasar rasa saling percaya saja sehingga hak dan kewajiban masing-masing tidak dinyatakan secara tegas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian lain tentang masalah hubungan kerja pernah dilakukan Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja. Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan adanya rasa kepercayaan antara kedua belah pihak , rasa kekeluargaan, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rasa saling menguntungkan antara juragan ( patron ) dan buruh ( klien ), dapat mempertahankan sebuah hubungan patron-klien petani tembakau di desa wonotirto dengan baik dan akan berlangsung lama. Dari kedua hasil penelitian diatas, maka terdapat persamaan yang mana dalam pengelolaannya saling menggunakan pola hubungan Patronklien, akan tetapi juga terdapat suatu perbedaan yakni mengenai lingkup kerjanya, dimana yang satu berada dalam lingkup kerajinan perak yang notabene mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan industri rumah tangga yang mempunyai lingkup yang lebih sempit. Disini menjadi sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk lebih mendalami bagaimana pola hubungan Patron-klien yang terjalin dalam lingkungan industri
rumah
tangga. C. Landasan Teori Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Pertukaran Sosial sebagai dasar acuan dalam proses menganalisa hubungan yang terjadi dalam industri yang berkembang di pedesaan, dalam kasus ini mengenai hubungan patron klien dalam industri di Desa Kedunggudel. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) adalah teori yang termasuk dalam paradigma perilaku sosial, yaitu paradigma yang mempelajari perilaku mausia secara terus-menerus di dalam hidupnya. Teori pertukaran sosial merupakan satu teori yang telah dikembangkan oleh pakar psikologi John Thibaut dan Harlod Kelley (1959),ahli sosiologi seperti George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memasuki dalam hubungan pertukaran dengan orang lain kerana daripadanya kita dapat memperolehi sesuatu ganjaran Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan sesuatu ganjaran.Bagi kita teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Pada umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam
hubungan
tersebut,yang
terdapat
unsur
ganjaran
(reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, - perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Secara
spesifik dalam pengkajian karya
tulis ini, penulis
menggunakan Teori Pertukaran Sosial yang di kemukakan oleh Peter Michele Blau. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung munncul. Dengan menggunakan paradigma Menurut ahli sosiologi dari Amerika iaitu Peter Blau.Beliau menempatkan dirinya pada permasalahan yang bersumberkan proses sosial yang mengatur struktur komuniti dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
struktur sosial yang sangat kompleks, dari proses yang lebih meluas pada aktiviti seharian hubungan antara individu dan hubungan peribadi antara mereka.Berbeza dengan Homans,Blau lebih melihat pada peringkat dimensi kekuasaan di dalam pertukaran sosial.Transaksi dan kekuasaan adalah akibat daripada pertukaran yang membentuk tekanan sosial sehingga harus dipelajari daripada dimensi pertukaran itu sendiri dan bukan hanya daripada sudut pandangan nilai dan konteks normatif sehingga dapat membatasi atau menguat studi tersebut.Ketika seseorang menggunakan kekuasaannya terhadap orang lain,maka segala bentuk kepuasannya bererti ia telah menekan dan meminta wang daripada individu lain,iaitu orang yang dibebani oleh kekuasaan tersebut.Hal ini tidak bererti bahawa hubungan sosial tidak semestinya dalam permainan yang sama.Tetapi mungkin kekuasaaan itu bermaksud setiap individu-individu dapat memperolehi keuntungan daripada kumpulan mereka Perhatian utama Blau ditujukan pada perubahan dalam prosesproses sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju strutuktur sosial yang kompleks, dan pada kekuatan-kekuatan sosial baru yang tumbuh dari yang terakhir. Tidak semua transisi sosial bersifat simetris dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang. Syarat Perilaku yang mengurus Pertukaran Sosial, 1. perilaku tersebut “ harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Empat tipe nilai perantara: 1. Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi dan solidaritas sosial. 2. Ukuaran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat umum melahirkan sistem stratifikasi sosial. 3. Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan medium pelaksanaan wewenang dan organisasi-organisasi usahausaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif. 4. Gagasan-gagasan oposisi adala media reoorganisasi dan perubahan, oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan. Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lngkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi ( reciprocal), karena lingkungan kita umumnya erdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang –orang
lain
tersebut
dipandang
mempnyai
perilaku
yang
saling
mempengaruhi. Hubungan pertukara dengan orag lain akan menghasilkan suatu imbalan kepada kita. Dalam penelitian mengenai hubungan Patron-klien ini penulis menggunakan Teori Patron-klien oleh James Scott yang menjelaskan konsep tindakan yang mempunyai tujuan dimana tindakan tersebut mempunyai skema pertukaran barang dan jasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung untuk menawarkan berbagai macam pelayanan atau hadiah secara sepihak. Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang lain. The term of patron-client politics is nothing new to students of politics. In regimes where channel of political patricipation are not open, the state seeks to regiment political patricipation by the infomal hierachies of patron-client network. Relationships in patronage networks are instrumental in which high status patrons offer protection and resources to lower status clients in exchange for their votes, support, adn following. Patron can then make use of their power base in negoitaion with goverment officials. In many developing countries, networks of patron and clients serve to bring ordinary people into contact with formal politics. These networks replace the representative institution in democracies, adn act as political glue. However, where clientism pervades, it sustains political inequality, limits genuine political participation, adn hinders democratis consolidation. ( LAM WAI-MAN Patron-client politics Revisited : The Case of Macau ) Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai status dan kedudukan dalam politik yang lebih rendah ( klien ). Adapun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertukaran yang terjadi dalam hubungan politik ini, pihak patron memberikan perlindungan dan menyediakan kebutuhan bagi klien untuk mendapatkan hak suara, dukungan dan partisipasi. Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya memunculkan hubungan yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan menjelma menjadi hubungan patron-klien. Selain itu ada beberapa pengertian mengenai Patron-klien antara lain seperti : a. Wolf menekankan bahwa hubungan patron-klien bersifat vertikal antara seseorang atau pihak yang mempunyai kedudukan sosial, politik dan ekonomi yang lebih tinggi dengan seseorang atau pihak yang berkedudukan sosial, politik dan ekonominya lebih rendah. Ikatan yang tidak simetris tersebut merupakan bentuk persahabatan yang berat sebelah. b. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Scott, di mana menurutnya seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala sesuatu yang diberikan oleh patronnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Menurut Legg, nilai barang yang dipertukarkan harus seimbang, di mana nilai barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut ditentukan oleh pelaku atau pihak yang melakukan pertukaran, di mana ketika barang atau jasa tersebut semakin dibutuhkan maka ia akan semakin tinggi nilainya. Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh James Scott berkaitan dengan kehidupan petani adalah: a. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap kepada klien. b. Jaminan krisis subsistensi, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada klien saat terkena musibah atau sedang sakit. c. Perlindungan, yaitu melindungi klien dari bahaya pribadi maupun bahaya umum. d. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya. e. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya. Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah: Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian makanan secara periodik dll. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal. Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang selalu
berusaha
untuk
mempertahankan
sistem
tersebut
demi
mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi dikeduanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Scott, agar bentuk hubungan kerja patron klien dapat berjalan mulus diperlukan adanya unsur-unsur sebagai berikut : 1. Apa yang diberikan satu pihak adalah sesuatu yang berharga dipihak lain. Entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa, dan bisa beragam bentuknya. Dengan pemberian ini diharapkan pihak penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya, sehingga terjadi hubungan timbal balik. 2. Terjadi hubungan timbal balik. Adanya unsur timbal balik inilah, kata Scott, yang mebedakan hubungan ini dengan hubungan lainnya, seperti hubungan yang bersifat pemaksaan ( coercion ) atau hubungan karena adanya wewenang formal ( formal authority ). 3. Didukung oleh norma-norma dalam masyarakat yang memungkinkan pihak yang lebih rendah kedudukannya (klien) melakukan penawaran. Artinya bilamana salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat menarik diri dari hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali. Lebih jauh lagi Scott juga mengemukakan hubungan patron klien mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial lain, Scott mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai berikut : 1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan. Klien adalah seorang yang masuk dalam pertukaran yang tidak seimbang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimana ia tidak mampu sepenuhnya mengembalikan pemberian patron, sehingga hutang kewajibannya mengikat dan bergantung kepada patron. Ketimpangan ini terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh si klien beserta keluarganya agar mereka bisa tetap hidup. Rasa wajib membalas pada diri si klien muncul lewat pemberian ini, selama pemberian tersebut masih dirasakan mampu memenuhi kebutuhan yang paling pokok atau masih diperlukan. 2. Adanya sifat tatap muka ( face to face character ), dimana hubungan ini bersifat instrumental yakni, kedua belah pihak saling memperhitungkan untung dan rugi, meskipun demikian masih terdapat unsur rasa yang tetap berpengaruh karena kedekatan hubungan. Memang hubungan timbalbalik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati ( affection) antara kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala diwujudkan dalam bentuk penggunaan istilah panggilan yang akrab bagi partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini seorang klien dapat mengahrapkan bahwa si patron akan membantunya jika dia mengalami kesulitan, jika dia memerlukan modal dan sebagainya. Sebaliknya jika si patron juga dapat mengharapkan dukungan dari si klienapabila pada suatu saat dia memerlukan. Dengan demikian, walaupun hubungan ini bersifat instrumental, dimana kedua belah pihak memperhitungkan untung dan rugunya dari hubungan tersebut bagi mereka, namun demikian ini tidak berarti bahwa relasi yang terbentuk itu netral sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekali. Unsur rasa masih terlibat juga didalamnya. Adanya tahapan tatap muka dalam hubungan ini, serta terbatasnya sumber daya si patron membuat jumlah hubungan yang dapat digantikannya menjadi hubungan patronase yang terbatas pula. 3. Ikatan ini bersifat luwes dan meluas ( diffuse flexibility ), sifat meluas terlihat pada tidak terbatasnya hubungan pada kegiatan kerja saja, melainkan juga hubungan tetangga, kedekatan secara turun menurun atau persahabatan di masa lalu, selain itu terdapat pertukaran bantuan tenaga ( jasa ), dan kekuatan selain jenis-jenis pertukaran dengan barang dan jasa. Seorang patron misalnya, tidak saja dikaitkan dengan hubungan sewamenyewa tanah dengan kliennya, tetapi juga oleh hubungan sebagai sesama tetangga, atau mungkin teman sesama sekolah dulu, atau orangorang tua mereka saling bersahabat, dan sebagainya. Juga bantuan yang diminta dari klien dapatt bermacam-macam, antara lain mulai dari membantu
dalam
upaya
perbaikan
rumah,
mengolah
tanah,
mengantarkan anak ke sekolah, samapai ke kampanye politik. Di lain pihak si klien dibantu tidak hanya kalau ada musibah saja, melainkan juga kalau dia mengalami kesulitan dalam mengurus sesuatu, kalau mengadakan pesta-pesta tertentu, serta kalau ada keperluan lagi. Pendeknya hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluanoleh kedua belah pihak, dan sekaligus juga merupakan semacam jaminan sosial bagi mereka. Oleh karena itu, relasi inipun dapat memberikan rasa tenteram bagi para pelakunya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
( Scott dalam Hedi Sri Ahimsa Putra, 1988 : 3 ) Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa hubungan
bentuk
patron-klien yang terjadi antara juragan dan buruh,
menempatkan posisi juragan sebagai patron dan buruh sebagai klien. Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara keduanya dan apa yang diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat berharga di pihak yang lain. Dalam hal ini, akan terjadi pertukaran yang saling menguntungkan antara keduanya. Dimana juragan akan memberikan pekerjaan bagi menjadi buruhnya. Sehingga dari adanya hubungan pertukaran antara patron-klien akan mengarah pada aktivitas hubungan kerja dan hubungan sosial yang saling menguntungkan. D. Kerangka Berpikir Pada sentra industri
rumah tangga Di Kedunggudel, terbentuk
hubungan kerja antara pelaku industri
dengan tenaga kerjanya.
Pola
hubungan kerja tersebut tercermin dalam hubungan patron-klien yang terjalin antara pelaku industri dengan dengan tenaga kerjanya. Hubungan patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berlakunya hubungan timbal balik ini akan berdampak langsung terhadap keberlangsungan usaha. Pemilik Industri
Penghidupan,Perlindungan, Jaminan Subsistensi
(Juragan/Patron )
Tenaga Kerja Buruh/ Klien
Kesetiaan, Jasa Kolektif
Keberlangsungan Industri Rumah Tangga
Gb. Kerangka Berpikir Keberadaan pelaku industri dalam sentra industri tersebut cukup menguntungkan bagi tenaga kerjanya, karena memberikan kesempatan peluang kerja demi menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Hubungan yang terjalin nantinya akan mengarah pada hubungan kerja dan hubungan sosial diantara keduanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo . Adapun alasan yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi tersebut karena : 1. Di Desa Kedunggudel terdapat banyak pelaku industri yang bergerak dalam industri rumah tangga. 2. Peneliti sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk menjadi informan. 3. Dekat dengan rumah saudara peneliti. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk membawa kita untuk memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan untuk mengetahui apa yang sudah diketahui melalui penelitian sebelumnya. Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat dengan studi kasus dan penelitian dengan diskusi. Beberapa alasan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut: 1. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal sebuah kasus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan data, dan menganalisa 3. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa suatu kejadian terjadi, dan apa yang mungkin menjadi penting untuk melihat lebih intensif di masa mendatang. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut: 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. 2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubunganhubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu social. Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga mempunyai keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh Black dan Champion ( 1992 ) antara lain sebagai berikut : a. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topic yang diselidiki. c. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan social. d. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori. e. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan. 3. Sumber Data Menurut Robert K. Yin, Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi kasus adalah : 1. Dokumen-dokumen sebuah studi kasus dapat berbentuk surat-surat, memorandum, agenda, surat adminsistrasi, artikel koran, atau berupa dokumen
dokumen
yang
relevan
untuk
diinvestigasi.
Dalam
kepentingan triangulasi bukti, dokumen-dokumen ini berfungsi untuk menguatkan
bukti-bukti
dari
sumber
lain.
Dokumen
dapat
menyebabkan menyebabkan kepalsuan di tangan para peneliti yang berpengalaman, yang telah menjadi kritik terhadap studi kasus. Dokumen adalah komunikasi antara pihak-pihak dalam penelitian, peneliti sebagai pengamat mengganti serta menjaga pemikiran ini akan membantu peneliti menghindari kesesatkan dari dokumen tersebut. 2. Arsip dokumen mendapatkan layanan catatan dari peneliti, pencatatan organisasi, daftar nama-nama, survey data, dan jenis pencatatan lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti harus berhati-hati dalam menilai ketepatan catatan sebelum menggunakannya. 3. Wawancara adalah salah satu sumber informasi paling penting studi kasus. Ada beberapa bentuk wawancara: wawancara terbuka, wawancara terfokus, dan terstruktur atau survei. Dalam sebuah wawancara terbuka, responden atau sumber informasi diminta memberikan komentar tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Mereka dapat mengajukan solusi atau memberikan informasi tentang peristiwaperistiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Mereka juga dapat menguatkan bukti yang diperoleh dari sumber-sumber lain. Peneliti harus menghindari ketergantungan pada satu informan, dan mencari data yang sama dari sumber lain untuk memeriksa keasliannya. Wawancara terfokus digunakan dalam situasi di mana responden yang diwawancarai untuk waktu singkat, biasanya menjawab pertanyaan pun sudah ditetapkan. Teknik ini sering digunakan untuk mengkonfirmasi data yang dikumpulkan dari sumber lain. Wawancara terstruktur mirip dengan survei, dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam kasuskasus
seperti
studi
lingkungan.
Pertanyaan
yang
rinci
dan
dikembangkan di muka, sama seperti mereka dalam survey. Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil responden dari pemilik usaha/ industri ( Patron ), tenaga kerja ( Klien ), dan masyarakat setempat guna menguatkan bukti yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pengamatan langsung terjadi ketika kunjungan lapangan dilakukan selama studi kasus. Bisa sesederhana kegiatan pengumpulan data kasual, atau protokol formal untuk mengukur dan mencatat perilaku. Teknik ini berguna untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang sedang dipelajari, yakni mengenai
yang terjadi dalam
pengelolaan industri rumah tangga di Desa Kedunggudel. Keandalan ditingkatkan ketika lebih dari satu pengamat terlibat dalam tugas. 5. Partisipant-observasi membuat peneliti menjadi peserta aktif dalam penelitian yang sedang dipelajari. Hal ini sering terjadi dalam studi tentang lingkungan atau kelompok. Teknik ini menyediakan beberapa peluang yang tidak biasa untuk mengumpulkan data, tapi bisa menghadapi beberapa masalah. Teknik ini mampu untuk mengetahui seberapa jauh hubungan ini terjadi, sehingga dalam penelitian ini bisa mengambil kesimpulan yang mungkin berada diluar konteks hubungan yang terjadi. 6. Physical artifacts bisa menjadi alat, instrumen, atau beberapa bukti fisik lainnya yang dapat dikumpulkan selama studi sebagai bagian dari kunjungan lapangan. Perspektif peneliti dapat diperluas sebagai hasil dari penemuan itu. Sehingga peneliti mampu menganalisa data yang diperoleh secara luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Jenis Sumber Data a. Data Primer Data primer yang digunakan untuk studi kasus ini berasal dari hasil wawancara antara peneliti dengan informan. b. Data Sekunder Data yang dikumpulkan mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa arsip mengenai data monografi penduduk Kalurahan Kenep, yang didapatkan di Kalurahan Kenep. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong), 2002:135) Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh
dan mendalam.
Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara intensif dan berulang-ulang untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, sehingga dalam wawancara mendalam lebih bersifat terbuka (Bungin, 2003 : 110). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara atau interview guide yang berupa daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sesuai dengan fokus penelitian. Teknik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana pewawancara
telah
mempersiapkan
daftar
pertanyaan
yang
dimungkinkan dapat berkembang saat wawancara berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai obyek peneliti dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan dari penelitian ini guna menggali informasi tentang dan faktor yang menyebabkan
terjadinya
hubungan
Patron-klien
di
Desa
Kedunggudel. b. Observasi Berperan / Pengamatan Secara Langsung Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan maupun pencatatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang diteliti. Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan terhadap aktivitas masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas seorang pengamat. Salah satu contohnya peneliti mengamati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aktivitas klien yang sedang di rumah seorang patron, guna mengetahui secara langsung bagaimana hubungan yang terjadi. c.
Dokumentasi Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang berupa kamera. Kamera yang ada digunakan untuk mengambil gambar yang ada di lapangan. Adapun gambar yang diambil misalnya proses kerja dalam pembuatan produk-produk industri rumah tangga, industri yang berkembang, dan hasil-hasil industri rumah tangga.
5. Populasi Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Dalam kasus ini adalah orang-orang yang bergerak dalam bidang industri kecil baik pemilik industri maupun pekerja atau tenaga kerja yang berada di wilayah di desa Kedunggudel. 6. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini bersifat Purpossive Sampling. Purpossive sampling adalah pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti. Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu, fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampelnya dengan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. 7. Validitas Data Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002:178). Untuk melakukan pembandingan dan pengecekan, peneliti melakukannya dengan menanyakan kembali kebenarannya pada obyek peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Analisis Data Menurut Moleong, dalam Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu , kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data (Moleong, 2002:103). Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan analisis data studi kasus berupa Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan yang terakhir tahap kesimpulan atau konklusi. Keempat tahapan analisis data model interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut:
Pengumpulan data
Reduksi data
Display data
Kesimpulan / Verifikasi Gambar 1 Analisis data model interaktif Miles dan Huberman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keempat model interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data terjadi disaat peneliti melakukan wawancara, observasi partisipan, disaat membuat catatan lapangan, bahkan disaat peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subyek penelitian. Hasil dari kegiatan itu adalah data yang akan diolah. Sepanjang penelitian berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan. Ketika data yang diperoleh telah cukup untuk diproses dan dianalisi, tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data. 2. Reduksi Data Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, dan hasil studi dokumen diformat menjadi skrip analisi dokumen. 3. Display Data Setelah semua data di format berdasarkan instrumen pengumpul data dan telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas kedalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikelompokan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan subtema dan diakhiri dengan memberikan kode. 4. Kesimpulan atau Verifikasi Kesimpulan merupakan uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara. Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan. Yang pertama, menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean disertai dengan kutipan verbatim wawancara. Yang kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian. Yang ketiga, membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Desa Kedunggudel Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang berada di bawah wilayah administratif Kalurahan Kenep. Desa Kedunggudel ini berada di wilayah selatan Kalurahan Kenep. Jarak antara Desa Kedunggudel dengan Kalurahan sekitar 1 Kilometer dan Jarak antara Desa Kedunggudel dengan wilayah Pemerintahan Pusat Kabupaten Sukoharjo sekitar 10 Kilometer. Desa Kedunggudel ini berada di wilayah Kecamatan Sukoharjo. Adapun batas-batas wilayah Desa Kedunggudel
secara
administratif adalah sebagai berikut : a.
Sebelah Utara
: Desa Bangkekan
b.
Sebelah Timur
: Desa Banmati
c.
Sebelah Selatan
: Sungai Bengawan Solo
d.
Sebelah Barat
: Desa Tangkisan.
Desa Kedunggudel sendiri terbagi menjadi 3 RW, dan 11 RT. Mengenai Keadaan Sosial budaya di Desa Kedunggudel, sebagian besar merupakan penduduk asli meskipun ada juga yang berstatus sebagai pendatang yang sebagian besar merupakan karyawan PT. SRITEX yang berasal dari luar wilayah Desa Kedunggudel. Yang dimaksudkan dengan penduduk asli di Desa Kedunggudel commit to user adalah penduduk yang semenjak lahir telah tinggal dalam desa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedunggudel sejak kampung ini mulai adanya pertumbuhan, dan secara turun menurun mendiami lahan yang ada, dimana alasan mereka tinggal adalah karena mereka telah tinggal selama ini sejak desa ini mulai terdapat pertumbuhan, rumah warisan, ikatan kekeluargaan, letak strategis dan aksesbilitas dan juga tempat untuk mencari makan. Sedangkan yang dimaksud dengan penduduk pendatang adalah penduduk yang berasal dari luar daerah dan berangsur-angsur dan mendiami rumah tinggal mereka yang baru, dimana alasan mereka tinggal adalah mereka masih merasa betah tinggal ditempat yang baru selain itu juga karena diakibatkan kedekatan keluarga dengan penduduk asli, adapula dikarenakan karena kedekatan dengan lokasi pekerjaan. Untuk kegiatan sosial yang umum dilaksanakan di desa Kedunggudel ini adalah rutin setiap bulan mengadakan pertemuanpertemuan antara warga desa dalam satu kelurahan membicarakan mengenai kelangsungan hidup mereka, perkembangan hidup mereka, kemudian mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di desa Kedunggudel. Selain itu juga diadakan kegiatan gotongroyong yang dilaksanakan
rutin
setiap
minggunya
secara
bergantian
untguk
mengadakan kegiatan bersih-bersih desa. Untuk kegiatan sosial yang sifatnya non formal dilakukan antar warga masyarakat seyiap harinya ketika berkomunikasi dengan tetangganya sehari-hari, kemudian pada saat melakukan aktivitas pekerjaan dan keagamaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Desa Kedunggudel sendiri juga dikenal sebagai Sentra Industri baik makanan maupun industri batik. Tercatat ada sekitar 18 industri yang bergerak dalam bidang pembuatan Jenang Merah, Kerupuk ( Karak dan Rambak ), Cumi-cumi( pangsit ), emping, dan jajanan pasar dan ada 4 industri yang bergerak dalam pembuatan kain batik, baik batik cap maupun batik tulis. Keberadaan industri kecil ini dianggap sangat membantu taraf perekonomian masyarakat Desa Kedunggudel pada umumnya, karena sebagian besar masyarakat Desa Kedunggudel bergerak dalam bidang perdagangan, dan indutsri ini mampu menyerap tenaga kerja baik dari wilayah Desa Kedunggudel maupun dari luar wilayah desa Kedunggudel. Dari identifikasi yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, keberadaan industri batiklah yang mampu menyerap jumlah tenaga yang paling besar yakni sekitar 40 orang yang bekerja dalam industri batik. Selain batik industri makanan yang ada didesa Kedunggudel juga mampu menyerap jumlah tenaga kerja sekitar 30 orang. Potensi mengenai pemasaran hasil industri rumah tangga di desa Kedunggudel kebanyakan didistribusikan ke luar daerah, bahkan ada juga yang pemasarannya sampai ke luar Provinsi maupun luar Jawa. Antara lain ke Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap perantau yang kembali ke tanah rantau selalu membawa hasil industri rumah tangga tersebut sebagai oleh-oleh sehingga daerah ini mempunyai potensi sebagai salah
commit to Kabupaten user satu pusat jajanan dan oleh-oleh khas Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Profil Informan Dalam penelitian ini, informan yang diambil adalah informan yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini mengenai hubungan patron klien yang terjadi dalam lingkup industri kecil di masyarakat pedesaan, maka informan yang diambil adalah pemilik industri kecil dan tenaga kerjanya. Adapun informan tersebut adalah 6 informan yang bertindak sebagai pemilik industri kecil dan 6 informan yang bertindak sebagai tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya, data mengenai informan tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemilik Industri/ Patron a. Bapak Teguh Miyatno. Bapak Teguh merupakan pemilik industri kecil yang bergerak dalam pembuatan jenang. Pendidikan terakhir yang dienyam oleh Bapak Teguh ini adalah Tidak Tamat SD. Beliau menjalankan industri ini yang diwariskan secara turun menurun. Usaha yang dijalankan ini tergolong cukup besar, karena kapasitas produksinya cukup besar. Terutama saat ada pesanan untuk keperluan hajatan dan lain-lain. Adapun daerah pemasaran produk yang dihasilkan adalah wilayah sukoharjo pada umumnya, di Pasar Tawangsari ( beliau mempunyai kios ), akan tetapi ada juga yang dibawa keluar kota sebagai oleh-oleh antara lain ke Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Bapak Supano Pandyo Raharjo Hampir sama dengan Bapak teguh Miyatno, Bapak Supano merupakan pemilik industri yang bergerak dalam pembuatan jenang. Selain bergerak dalam industri jenang, industri Bapak Supano ini juga bergerak dalam bidang pembuatan roti. Pendidikan terkahir yang dijalani Bapak Supano ini adalah Tamat SMP. Beliau menjalankan industri ini secara turun menurun dari orangtuanya. Daerah pemasarannya juga cukup luas yakni daerah sukoharjo pada umumnya, Pasar Tawangsari ( Beliau mempunyai Kios ), dan ada yang dari luar kota sekedar untuk memberikan oleh-oleh atau keperluan hajatan,dll. c. Bapak Geming Ariyanto Bapak Geming Ariyanto merupakan pemilik industri yang bergerak dalam pembuatan Jenang. Beliau menjalankan usahanya ini juga secara turun menurun. Terhitung sejak tahun 2003, beliau mulai meneruskan usaha yang telah dilakoni oleh mertuanya. Beliau menjalankan usahanya ini dari warisan mertuanya yang sudah meninggal. Pendidikan terakhir yang dijalani oleh Bapak Geming ini adalah Tamat SMA. d. Ibu Karno Semito Ibu Karno adalah pemilik industri yang bergerak dalam industri pembuatan Karak dan Rambak. Beliau menjalankan industri ini secara turun menurun. Pendidikan terakhir beliau adalah Tamat SD. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tenaga Kerja/ Buruh/ Klien a. Ibu Warsiyem Ibu warsiyem adalah buruh yang bekerja kepada Bapak Teguh Miyatno. Beliau sudah bekerja dalam industri selama belasan tahun, kurang lebih 18 tahun. Pendidikan terakhir yang dijalaninya adalah Tidak Tamat SD. Menjadi tenaga dalam industri ini merupakan pekerjaan pokok dari ibu Warisyem ini untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Ibu Saidi Ibu saidi adalah seorang buruh yang bekerja kepada Bapak Supano. Beliau sudah bekerja pada Bp. Supano ini juga sudah belasan tahun, kurang lebih 15 tahun. Karena suaminya hanya bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Kedunggudel, ibu Saidi ini bekerja kepada bapak Supano ini sebagai upaya untuk membantu
perekonomian
keluarganya
guna
mencukupi
kebutuhan hidupnya. c. Ibu Pringgo Sutrisno Ibu Pringgo ini adalah tenaga kerja yang bekerja kepada Ibu Karno. Beliau sudah menjalani pekerjaan ini sudah bertahuntahun. Sebagai seorang janda, belaiu membanting tulang untuk pemenuhan kebutuhan hidup bagi anak-anaknya. Pendidikan terakhir adalah Tamat SD. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Mas Ade Mas Ade adalah buruh yang bekerja kepada Bp. Geming Ariyanto. Beliau sudah bekerja dalam industri ini selama 6 tahun terhitung semenjak tahun 2006. Pendidikan terakhirnya adalah Tamat SMP. C. Hubungan Patron-Klien Dalam Industri Makanan Di Desa Kedunggudel Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia dalam dirinya terdapat keinginan untuk saling bersama-sama dengan orang lain. Dalam kegiatan sehari-hari manusia sangat membutuhkan kerja sama dengan pihak lain, baik
itu
kebutuhan matriil maupun spirituil. Karena itulah manusia antara satu individu dengan individu yang lain saling membutuhkan. Interaksi sosial yang terjadi salah satu faktor utama dalam kehidupan sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Hubungan sosial berisikan kemungkinan bahwa para pribadi terlihat didalamnya akan berperilaku dengan cara yang mengandung arti serta ditetapkan terlebih dahulu. Maksudnya adalah hubungan sosial dapat disepakati atas dasar persetujuan mutual yaitu para pihak yang terlibat di dalamnya membuat perjanjian tentang perilaku di masa yang akan datang. Adapun isi dari hubungan sosial di satu pihak mencakup konflik sikap saling bermusuhan, persahabatan, kepercayaan dari lain pihak. Di pihak lain, menyangkut pemenuhan suatu kebutuhan terhadap kewajiban commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketegasan untuk mentaati perjanjian, keanggotaan pada kelompok kelas tertentu. Dalam setiap lingkungan sosial, terdapat aturan-aturan atau nilai yang merupakan bagian dari kearifan sosial suatu komunitas dalam hubungan sosial atau berinteraksi. Aturan atau nilai yang berkembang kemudian akan menjadi pranata-pranata sosial yang kemudian akan membentuk
institusi-institusi
masyarakatnya dalam hal pranata-pranata
yang
kemudian
akan
mengakomodir
pemenuhan kebutuhan mereka. Akan tetapi
yang ada tidak selamanya
seharusnya, khususnya dalam
berfungsi sebagaimana
hubungan yang terjadi dalam suatu
masyarakat. Relevan dengan tidak berfungsinya pranata/ institusi tersebut maka berimplikasi terhadap pencarian mata pencaharian alternatif lain oleh anggota-anggota masyarakat dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan mereka,
sehingga
dalam
memenuhi
kebutuhannya
mereka
dalam
mengadakan hubungan yang bersifat Dyadik ( Soekanto, 1986 ) yang bersifat vertikal yakni merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari 2 orang yang terjalin dalam suatu hubungan yang bersifat pribadi antara orang yang memiliki sumber daya, kekuasaan atau status yang berbeda, yang kemungkinan besar bahwa salah satu pihak akan tenggelam dalam kedudukan dan peranan pihak lain, dimana kedua belah pihak saling memberikan bantuan dalam wujud yang berbeda. Hubungan Dyadik ini terdapat pihak yang mempunyai kedudukan yang berbeda, dimana salah satu
to user pihak mempunyai kedudukancommit yang lebih superior disebut dengan patron dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih inferior yang disebut dengan klien. Hubungan patron-klien, menurut Scott (1993:7) adalah sebuah pertukaran hubungan antara kedua peran petani lapisan bawah dengan petani lapisan atas yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan dyadic (dua orang) yang terutama melibatkan persahabatan instrumental di mana seorang individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan dan/atau keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status lebih rendah (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa pribadi, kepada patron. Beberapa bentuk barang dan jasa yang dipertukarkan oleh patron ke klien adalah sebagai berikut: 1. Penghidupan subsistensi dasar. Pada banyak daerah agraris, jasa utama dapat berupa pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok tanam, dan juga mencakup penyediaan benih, peralatan, jasa pemasaran, nasehat teknis, dan sebagainya. 2. Jaminan krisis subsistensi. Umumnya, patron diharapkan memberikan jaminan pada saat bencana ekonomi, membantu menghadapi keadaan sakit atau kecelakaan, atau membantu pada saat panen gagal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Perlindungan. Yang dimaksud di sini adalah penyediaan jasa dari patron yang bertujuan untuk melindungi klien dalam hal terjadinya konflik sebagai akibat hubungan-hubungan yang dijalin oleh klien dengan “orang luar”. 4. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya. 5. Jasa patron kolektif. Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif. Mereka dapat memberikan subsidi atau sumbangan untuk tujuan-tujuan kolektif masyarakat desa, misalnya dalam bentuk sumbangan tanah untuk fasilitas umum. Berbeda dengan arus patron ke klien, arus barang dan jasa dari klien ke patron amat sukar untuk digolongkan, karena seorang klien umumnya menyediakan tenaga dan keahliannya untuk kepentingan patron, apa pun bentuknya. Unsur-unsur tipikal dalam arus hubungan ini, antara lain mencakup jasa pekerjaan dasar , dan pemberian jasa tambahan berupa bantuan dalam pekerjaan domestik (rumah tangga patron). Melihat dari beberapa karakteristik hubungan patron-klien diatas, peneliti mencoba menguraikan hasil temuan dari penelitian tentang hubungan hubungan patron-klien dalam industri kecil yang berkembang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo : A.
Hubungan
Patro-klien
dalam
Industri
Jenang
di
Desa
Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo. Industri Jenang merupakan salah satu bentuk industri yang paling populer di Desa Kedunggudel ini, tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang bergerak dalam proses pembuatan jenang. Jenang yang diproduksi di Desa Kedunggudel ini umumnya adalah Jenang Merah. Banyaknya industri jenang di wilayah kedunggudel ini, maka sebagai bentuk perhatian pemerintah Kabupaten Sukoharjo terhadap keberlangsungan industri kecil yang berada di wilayahnya, maka Desa Kedunggudel ini dicanangkan sebagai desa Sentra Industri Jenang untuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, hal ini dimaksudkan sebagai sarana promosi akan pemasaran hasil produksi jenang.
Diharapkan dengan status
sebagai desa sentra industri jenang, mampu membawa masyarakat sekitar tahu bahwa desa Kedunggudel merupakan salah satu basis industri kecil yang bergerak dalam pembuatan jenang di wilayah Sukoharjo, sehingga masyarakat di wilayah Sukoharjo pada umumnya tidak akan susah untuk mencari hasil produksi jenang untuk mencukupi segala kebutuhannya. Dengan semakin dikenalnya Desa Kedungggudel sebagai daerah sentra industri jenang, secara tidak langsung juga akan mempengaruhi angka produksi jenang karena meningkatnya angka pesanan hasil produksi jenang tersebut. Dengan meningkatnya angka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi jenang, diharapkan mampu meningkatkan jumlah pendapatan bagi pelaku industri jenang, dan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat pada umumnya. Industri jenang yang berada di desa Kedunggudel ini, pada umumnya berkembang dan bertahan secara turun menurun. Dikatakan turun menurun, dikarenakan hampir semua pemilik industri jenang saat ini merupakan generas penerusi dari pendiri industri jenang ini. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo R sebagai berikut : “saya menjalankan industri ini secara turun menurun,mas. Meneruskan usaha yang telah dirintis oleh orang tua saya sejak dulu,mas. Kurang lebih hampir 30 tahunan saya sudah menggeluti usaha pembuatan jenang ini”. Wawancara : 10 Agustus 2012 Selain industri yang bersifat turun menurun, ada juga yang mendirikan industri ini atas segala jerih payahnya sendiri, bukan dari industri yang diturunkan oleh orang tuanya dahulu. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno : “saya mendirikan usaha ini sendiri,mas. Bukan warisan dari orang tua saya,mas.”wawancara : 10 Agustus 2012 Dari beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa industri jenang yang bergerak di desa Kedunggudel, secara historis dapat dibedakan menjadi yakni industri diturunkan/ diwariskan dan industri yang didirikan oleh pemilik industri sendiri. Keberadaan industri jenang di wilayah Kedunggudel ini juga sangat membantu bagi perekonomian warga sekitar, hal ini di
commit to user karenakan banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam proses kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi industri jenang ini. Tenaga kerja yang bergerak dalam industri jenang ini mayoritas berasal dari masyarakat Kedunggudel, meskipun ada beberapa yang berasal dari wilayah lain, misalnya Kel. Banmati, Kel. Pojok, Tawangsari, dan lain-lain. Alasan pemilik industri lebih memprioritaskan untuk merekrut tenaga kerja yang berasal dari wilayah Kedunggudel,
dibandingkan
dari
luar
wilayah
adalah
untuk
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini merupakan sebuah bentuk kepedulian pemilik industri akan kehidupan perekonomian
masyarakat
Kedunggudel,
sehingga
tingkat
pengangguran di Desa Kedunggudel ini sangatlah sedikit. Dalam perekrutannya sendiri, sang pemilik industri ini juga tidak menyertakan keahlian khusus bagi calon tenaga kerjanya, melainkan hanya sebuah kesepakatan kerja yang hanya berdasarkan atas kemauan dan kepercayaan akan kedua belah pihak yang saling membutuhkan ini. Selain itu dalam perekrutannya pun, tidak terikat dengan perjanjian tertulis melainkan kesepakan lisan kedua belah pihak. Dalam menjalin hubungan kerjasama dalam industri ini, terjadi pertukaran antara kedua belah pihak, baik berupa barang maupun jasa. Terjadinya pertukaran dalam
pengelolaan industri ini dikarenakan
masing-masing pihak mempunyai kepentingan atas sumber daya yang dimilikinya, dimana pihak yang satu mempunyai kepentingan agar industri yang dikelolanya ini tetap berjalan, dan pihak yang satu mempunyai kepentingan untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarganya. Dari pertukaran kepentingan antara kedua belah pihak tersebut memunculkan suatu skema timbal balik atas
hubungan
tersebut, antara lain sebagai berikut : A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar. Penghidupan kebutuhan subsistensi dasar ini merupakan salah satu bentuk jaminan atau tanggung jawab pemilik industri terhadap tenaga kerjanya yang diharapkan mampu meningkatkan taraf perekonomian bagi tenaga kerjanya, antara lain sebagai berikut : 1. Jaminan pekerjaan tetap bagi Tenaga Kerjanya. . Hubungan yang terjalin dalam kegiatan industri di desa Kedunggudel, antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya dikarenakan
adanya
perbedaan
status
ekonomi
antara
keduanya, yaitu dengan adanya stasus kepemilikan industri. Dengan kepemilikan industri, maka dapat dijadikan lapangan pekerjaan oleh buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemilik industri akan membutuhkan tenaga kerja untuk produksi dan keberlangsungan usahanya, dan disini tenaga kerja menyediakan jasa dan tenaganya untuk membantu melakukan kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik industri. Pemilik industri mempunyai kedudukan yang sangat penting. Karena sang pemilik industri mempunyai fungsi dan peranan yang sangat besar dalam menentukan bagaimana cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk merekrut tenaga kerja yang akan bekerja dalam industri yang dikelolanya. Untuk merekrut tenaga kerja, biasanya pemilik industri mengajak teman atau tetangga dekatnya untuk bekerja sama dengannya. Pemberian pekerjaan tersebut semata-mata didasarkan atas dasar tolong menolong, karena melihat teman atau tetangga yang tidak mempunyai pekerjaan atau modal untuk bekerja. Akan tetapi ada juga warga yang datang dengan sendiri untuk melamar menjadi tenaga kerja. Dan dalam perekrutannya, sesuai dengan yang menjadi kesepakan antara kedua belah pihak yakni pemilik industri dan tenaga kerjanya. Dalam hubungan kerja ini, tertuang secara lisan dan tanpa ada perjanjian yang tertulis karena kedua belah pihak telah menyepakati apa yang menjadi ketentuan yang telah ditetapkan dan percaya satu sama lain, apalagi terdapat tenaga kerja yang sudah lama ikut dengan pemilik industri, sehingga ini menekankan bahwa terdapat kepercayaan dan hubungan yang baik antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Dalam perekrutan tenaga kerja dalam industri kecil di desa Kedunggudel dapat diketahui berdasarkan keterangan informan. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“saya mengajak mereka untuk bekerja kepada saya karena saya melihat kondisi perekonomiannya,mas. Akan tetapi ada juga beberapa yang datang kepada saya untuk melamar pekerjaan, mas” wawancara : 10 Agustus 2012 Untuk merekrut tenaga kerjanya, sang pemilik industri kecil ini tidak melihat dari keahlian atau pun skill yang dimiliki oleh tenaga kerjanya, melainkan adanya kemauan dan kepercayaan. Hal ini dapat dilihat bahwa, hampir semua tenaga kerjanya tidak mempunyai keahlian yang dalam industri yang bersangkutan. Melainkan melalui pengarahan dan pengajaran yang diberikan oleh pemilik industri kecil, akhirnya tenagatenaga kerja tadi mempunyai kemampuan ataupun skill yang mumpuni guna keberlangsungan industri tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Ade sebagai berikut : “Dulu saya tidak mempunyai keahlian dalam proses pembuatan jenang,mas. Juragan saya yang mengajari saya dalam proses pembuatan jenang,mas.” Wawancara : 8 Januari 2013 Dari beberapa urain diatas, dapat dilihat bahwa dengan sumber daya
yang dimiliki oleh patron, ini mampu
mempengaruhi seorang klien bekerja kepada patron. Di sini dapat dilihat juga bahwa patron dengan segala sumber daya yang dimilikinya merupakan suatu wadah untuk mencari nafkah bagi pemenuhan kebutuhan hidup kliennya, seorang klien akan senang karena pekerjaannya akan dihargai dan commit to user diniliai dengan upah yang akan diterima dan keuntungan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seorang patron adalah kepuasan kerja yang dilakukan dan laba produksi. Dari sini, dapat dilihat bahwa transaksi elementer juga terjadi dalam hubungan ini, dimana seseorang akan menyediakan dan sebagai imbalannya mereka juga akan memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Pemberian jaminan pekerjaan tetap oleh patron terhadap kliennya ini merupakan salah satu bentuk pertukaran yang ada dalam industri jenang, dalam hal ini patron sangat terbantu dengan apa yang diberikan oleh kliennya dalam menjaga keberlangsungan proses produksinya, dan klien juga merasa terbantu oleh jaminan pekerjaan tetap yang diberikan oleh patron
untuk
mencukupi
segala
bentuk
kebutuhannya.
Sehingga timbal balik ini sangatlah menguntungkan bagi dua pihak yang saling membutuhkan, dalam hal ini pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warsiyem sebagai berikut : “Meskipun hasilnya tak seberapa, tapi alhamdulillah saya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak,mas” wawancara : 12 Agustus 2012 Senada dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Saidi sebagai berikut : “ semenjak saya bekerja di sini, saya mampu membantucommit suami saya dalam mencukupi kebutuhan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mas, meskipun hanya untuk makan, tapi ya alhamdulillah mas” wawancara : 12 Agustus 2012 Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan industri kecil di Desa ini sangatlah membantu masyarakat sekitar dalam mencukupi kebutuhan ekonominya. Dapat dilihat dari data diatas, bahwa semenjak bekerja dalam industri kecil ini, para tenaga kerja ini mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk membantu biaya menyekolahkan anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Scott, dalam relasi yang penting ada unsur timbal balik antar pelakunya, dan dalam pelaksanaanya ada norma yang mengendalikan hubungan timbal balik ini, dimana hubungan ini dapat bersifat universal dan mengandung dua unsur pokok yaitu bahwa orang seharusnya membantu mereka yang menolongnya dan jangan menyakiti para penolong ini ( Gouldner, 1977:38 dalam Hedi Shri Ahimsa Putra, Patron & Klien di Sulawesi Selatan : 2007 : 11 ). Walaupun universal, hal ini tidak lantas dilihat berarti bahwa norma-norma ini tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pertukaran yang terjadi. Apakah seseorang yang diberi merasa memiliki kewajiban untuk membalas pemberian orang lain tergantung pada nilai yang diberikan, dan ini dipengaruhi lagi oleh faktor yang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk hubungan ini memang sengaja diciptakan, tidak dapat melalui seorang inidividu. Apabila seseorang ingin mempunyai suatu relasi tertentu dengan pihak lain maka perlu memberikan sesuatu terlebih dahulu, dan jika pihak lain bersedia maka pemberian itu akan dibalas ( Foster (1963) dalam Hedi Shri Ahimsa Putra, Patron Klien di Sulawesi Selatan: 2007 : 11) 2. Jaminan Pengupahan Bagi Tenaga Kerjanya Dalam
pengelolaan
suatu
organisasi
industri,
pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses produksi. Karena pengupahan
ini
berfungsi
untuk
memperlancar
proses
produksi dan merupakan pra syarat fungsional bagi eksistensi industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sistem pembayaran upah atau pengupahan pada kegiatan industri di Desa Kedunggudel ini adalah sistem upah harian. Sistem upah harian, merupakan salah satu bentuk sistem pengupahan yang diterapkan oleh pemilik industri di Desa Kedunggudel ini yang mana pemilik industri akan memberikan upah kepada tenaga kerjanya setelah kegiatan produksi selesai. Besarnya upah yang diterima ini, tergantung dari pemilik industri yang menggunakan jasa tenaga kerjanya untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membantu proses produksi dalam industrinya. Apabila seorang tenaga kerja sudah tidak mempunyai hubungan kerja dengan pemilik industri, maka tidak akan mendapatkan upah atau gaji. Jadi seorang tenaga kerja akan menerima upah dari pemilik industrinya setelah bekerja, dan ini akan berlangsung sesuai dengan kesepakatan awal terjadinya hubungan kerja antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Mengenai pemberian upah, seorang tenaga kerja akan menerima besarnya upah sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik industri kecil yang terjadi dalam awal perekrutan tenaga kerja. Pembayarannya pun dilaksanakan tiap hari dan besarnya upah yang diterima itu tergantung industri
yang
digeluti oleh sang klien, hal ini dikarenakan di Desa Kedunggudel ini terdapat bermacam-macam industri , antara lain Industri Jenang /Roti, Industri Batik, Industri Karak dan Rambak dll. Sehingga besarnya pemberian upah yang diberikan oleh pemilik industri
saling berbeda tergantung
kekuatan ekonomi masing-masing industri. Besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerjanya pun dapat berubah sesuai dengan permintaan pasar, apabila permintaan pasar meningkat, maka akan mempengaruhi proses produksi
sehingga secara tidak commit to user
langsung
juga
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi besarnya upah yang akan di berikan oleh pihak patron. Pemberian upah bagi klien yang bekerja dalam industri jenang, yakni pemberian upah disesuaikan dengan jumlah proses produksi yang berlangsung. Apabila tanpa lembur, seorang klien akan menerima satu kali gaji dan apabila lembur klien akan menerima dua kali gaji. Akan tetapi pemberian upah ini tidak berlaku kepada semua kliennya, melainkan hanya kepada yang berproses dalam pengolahan jenang atau yang lazim disebut dengan istilah “njenang”. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno : “pemberian upah saya berikan setiap hari mas. Saya hitung Rp. 40.000,00 tiap hari. Apabila lembur saya berikan Rp. 80.000,00” wawancara : 10 Agustus 2012 Pengupahan juga dilakukan dalam industri yang lebih kecil dengan sistem harian. Hal ini dikarenakan, pesanan atau orderan tidak selalu setiap hari, biasanya tergantung pasaran. Maksud pasaran di sini adalah pasaran ( weton ) dalam hitungan jawa. Dan apabila sepi, maka para klien tidak bekerja. Hal ini sepereti apa yang dituturkan oleh Bp. Geming Ariyanto sebagai berikut : “Di tempat saya upahnya harian,mas. Perharinya saya hitung Rp. 30.000,00 dan apabila commit to userRp. 60.000,00 mas. Dan lembur saya berikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apabila tidak ada pesenan maka tenaga kerja saya libur,mas” wawancara :10 Agustus 2012 Selain itu besarnya upah yang akan diterima antara seorang laki-laki dan perempuan ini cenderung berbeda. Hal ini dikarenakan laki-laki menduduki pos pengerjaan yang cenderung lebih berat dengan apa yang dikerjakan oleh perempuan. Sehingga perbedaan ini juga mempengaruhi mengenai berapa besar upah yang diterima oleh laki-laki dan perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo Raharjo sebagai berikut : “ pemberian upah dibedakan antara pria dan wanita, mas. Untuk pria saya berikan Rp. 30. 000,00, dan wanita saya berikan Rp. 20.000,00. Hal ini dikarenakan pria pekerjaannya lebih berat,mas” wawancara : 10 Agustus 2012 Dari penjelasan uraian diatas, dapat dilihat bahwa pemberian upah oleh patron dibedakan oleh jenis kelamin kliennya, dikarenakan perbedaan kapasitas pekerjaan yang dilakukan oleh kliennya tersebut. Pendapatan penghasilan berupa pemberian ini sangatlah membantu kehidupan masyarakat pelaku industri ini dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Saidi : “ semenjak saya bekerja di sini, saya mampu membantu suami saya dalam mencukupi kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mas, meskipun hanya untuk makan, tapi alhamdulillah mas” wawancara : 12 Agustus 2012 Selain itu hal senada juga diungkapkan oleh mas Ade : “alhamdulillah mas. Saya dapat membantu orang tua saya untuk mencukupi kebutuhan hidup,mas. Wawancara : 8 Januari 2013. Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dengan keikutsertaannya dalam industri
ini mereka
dapat
meringankan
beban
hidup.
Pendapatan yang mereka dapatkan atas industri ini merupakan salah satu faktor penting untuk mencukupi kebutuhan hidup, pemberian upah yang sesuai dengan apa yang telah diberikan pekerja kepada industri ini diharapkan mampu meningkatkan dan mempertahankan hubungan patron klien ini dalam jangka waktu yang lama. B. Jaminan Krisis Subsistensi Selain upah seorang Patron juga akan memberikan jaminan sosial yang menjadi haknya terhadap kliennya. Pemberian jaminan sosial dilakukan secara lesan dan kekeluragaan. Bentuk Jaminanjaminan sosial ini antara lain :Jaminan terhadap keberlangsungan pendidikan anak Kliennya. Jaminan kesehatan terhadap kesehatan klien dan keluarganya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) bagi kliennya, dan lain-lain. .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemberian mengenai jaminan diatas, itu sesuai dengan apa yang ungkapkan oleh ibu Warsiyem, Klien Bp. Teguh Miyatno: “iya,mas. Saya selalu dibantu mas apabila saya sedang mengalami kesulitan terutama kesulitan ekonomi, misalnya kalo saya sedang mebutuhkan biaya untuk sekolah anak saya dan biaya apabila saya atau anggota keluarga saya sedang mengalami sakit, mas. Selain itu, kalau hari Idul Fitri saya selalu diberikan Tunjangan Hari Raya,mas. Wawancara 12 Agustus 2012.” selain itu pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang dialami oleh kliennya juga diutarakan oleh Mas Ade sebagai berikut: “Juragan saya itu baik orangnya, mas. Setiap saya datang untuk meminjam uang untuk mencukupi kebutuhan, saya selalu dipermudah mas. Pengembaliannya pun tidak terlalu dipersulit, hanya dengan membantu pekerjaan juragan saya,mas” wawancara 11 Agustus 2012. Mengenai pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang dialamai kliennya, hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo Raharjo sebagai berikut : “ saya selalu berusaha membantu tenaga saya,mas. Apabila sedang mengalami kesulitan ekonomi, saya meminjaminya uang,mas. Pengembaliaanya pun tidak saya persulit,mas. Hanya dengan membantu pekerjaan saya,mas” wawancara : 10 Agustus 2012 Jaminan sosial yang berikan oleh seorang patron ini tidak bersifat tertulis, melainkan menjadi kewajiban bagi seorang patron untuk memberikan jaminan sosial commit to userterhadap kliennya atas apa yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberikan oleh kliennya guna keberlangsungan usaha patron. Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan ini, pihak patron ( pemilik industri ) ini juga tidak mempersulit, hanya dengan kesetiaan dalam membantu pekerjaan patron ( pemilik industri ). Dengan adanya pemberian jaminan ini, maka klien akan merasa hutang budi kepada patron, sehingga klien akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses produksi guna keberlangsungan industri yang dimiliki oleh sang patron. Pemberian jaminan ini, merupakan salah satu bentuk pertukaran yang terjadi dalam relasi patron-klien dalam industri pedesaan di Desa Kedunggudel. C. Perlindungan Dalam kehidupan sosial, masyarakat umum selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan, baik permasalahan dalam
kehidupannya
sendiri,
maupun
dengan
kehidupan
bermasyarakat. Permasalahan dalam kehidupannya sendiri ini sebagai contoh mengenai permasalahan ekonomi, hubungan keluarga dan lain-lain. Sedangkan untuk permasalahan dengan kehidupan
bermasyarakat
merupakan
salah
satu
bentuk
permasalahan yang berhubungan dengan orang lain, misalnya konflik dengan seseorang, ancaman, gangguan, fitnah dan lain-lain. Melihat dari berbagai bentuk permasalahan diatas, masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihadapkan dengan situasi bagaimana memecahkan permasalahan tersebut. Dalam kehidupan industri, baik pemilik maupun tenaga kerja juga dihadapkan dengan berbagai permasalahan diatas. Dalam hubungan
industri
patronklien
ini,
masing-masing
pihak
mempunyai kewajiban untuk saling melindungi satu sama lain. Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk ikatan antara kedua belah pihak atas apa yang telah didapatkan. Apabila seorang patron dihadapkan dengan permasalahan maka tidak segan klien juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut, begitu juga sebaliknya apabila klien mengalami masalah maka patron juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Perlindungan ini didasari atas hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara kedua belah pihak. Adanya jaminan mengenai perlindungan terhadap klien ini juga diungkapkan oleh pernyataan oleh Ibu Warsiyem sebagai berikut : “sewaktu anak saya batal nikah, juragan saya membantu menyelesaikan masalah saya,mas.” wawancara : 8 Januari 2013 Senada dengan yang diungkapkan oleh Bp. Geming Ariyanto sebagai berikut : “dulu pernah ada berita miring mengenai usaha saya , dan tenaga kerja saya selalu membela saya kalau berita itu tidak benar” wawancara : 8 Januari 2013.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing
pihak
mempunyai
kewajiban
untuk
saling
melindungi satu sama lain, adanya faktor ketergantungan antara kedua belah pihak dan adanya rasa kekeluargaan dan kekerabatan dalam
hubungan patron-klien ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya perlindungan tersebut. D. Jasa Patron Kolektif Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringan, menyumbangkan tanah untuk saran kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolah, jalan kecil, bangunan masyarakat ), dan mensponsori festival atau perayaan desa. Di industri desa kedunggudel, patron selalu berusaha untuk berperan aktif bagi kepentingan masyarakat Desa Kedunggudel. Apabila ada kepentingan yang mengatasnamakan kepentingan warga, pihak pemilik industri ini juga tidak segansegan untuk membantu kegiatan kemasyarakatan yang ada di Desa Kedunggudel. Pemberian bantuan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemilik industri ini terhadap kepentingan masyarakat sekitar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo Raharjo yang mana menjelaskan sebagai berikut : “kami selalu berusaha untuk terlibat dalam setiap kegiatan masyarakat,mas. Apabila ada kegiatan masyarakat tak jarang saya memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bantuan berupa uang, maupun bantuan berupa penyediaan makanan” wawancara : 10 Agustus 2012 Dari ungkapan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilik industri berusaha untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan
masyarakat
sebagai
bentuk
kepedulian
atau
tanggungjawab sosial atas keberadaan industri ini di desa Kedunggudel. Selain itu ada juga bentuk pengelolaan jasa patron kolektif yakni pemberian hak guna rumah untuk gudang perkakas/ inventaris
masyarakat
Desa
Kedunggudel.
Dengan
adanya
pemberian hak guna ini masyarakat sekitar merasa terbantu untuk menyimpan dan merawat inventaris/ perkakas masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno sebagai berikut : “ saya memberikan ijin hak guna atas lahan dan rumah kosong saya untuk dijadikan gudang inventaris masyarakat di Desa Kedunggudel ini,mas” wawancara 8 Januari 2013 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemilik industri ini tidak segan untuk memberikan hak guna lahan maupun rumah kosong yang dimilikinya untuk kepentingan warga masyarakat. Hal ini merupakan perwujudan patron mampu melaksanakan fungsi jasa patron kolektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 1 Hasil Temuan di Industri Jenang No. A.
Aspek Penghidupan
Hasil Temuan Kebutuhan
Subsistensi Dasar a.Jaminan Pekerjaan Tetap
Pemberian jaminan pekerjaan tetap oleh pemilik industri terhadap klien
b. Pemberian Upah
Jaminan
pemberian
upah
oleh
pemilik industri kepada klien B.
Jaminan Krisis Subsistensi
Pemberian jaminan krisis subsistensi, pinjaman uang, jaminan kesehatan, THR
C.
Perlindungan
Adanya sikap saling melindungi antara kedua belah pihak
D.
Jasa Patron Klolektif
Adanya pemberian hak guna lahan dan rumah untuk gudang perkakas desa
Sumber : Data Primer diolah ( 2013 ) B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/ Rambak di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo. Selain industri Jenang dan Batik, ada juga industri yang bisa dikatakan cukup populer di Desa Kedunggudel, yakni Industri Karak
to user dan Rambak. Tercatat commit ada sekitar 3 industri yang bergerak dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembuatan karak dan rambak di Desa Kedunggudel ini. Kebanyakan industri karak ini merupakan industri yang bersifat turun menurun, dilihat dengan pelaku industri karak dan rambak ini merupakan generasi penerus dari pendiri industri karak dan rambak ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito : “saya hanya meneruskan apa yang telah dirintis oleh orang tua saya dahulu,mas.” Wawancara : 16 Agustus 2012. Dari uraian diatas, dapat diketahui keberadaan industri karak dan rambak di Desa Kedunggudel ini hampir sama dengan industri jenang dan industri batik di Desa Kedunggudel, dilihat dari pendirian industri karak dan rambak ini merupakan suatu bentuk industri yang diwariskan secara turun menurun. Keberadaan industri karak dan rambak ini juga mempunyai pengaruh bagi warga sekitar, selain mencukupi kebutuhan akan hasil produksi karak dan rambak, keberadaan industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja, meskipun dengan jumlah tenaga kerja yang cukup sedikit dengan industri yang bergerak dalam pembuatan jenang maupun industri batik. Hal ini dikarenakan proses pembuatan karak dan rambak ini hanya membutuhkan proses yang lebih sederhana dibanding dengan pembuatan jenang dan batik. Industri karak dan rambak ini, dalam proses pembuatannya hanya meliputi 4 proses pembuatan yakni “njenang”( pembuatan adonan), “ngrajang” (pengirisan), ndhendheng (penjemuran), dan penggorengan. Tercatat tidak kurang dari 3 orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masing-masing industri karak dan rambak. Meskipun hanya menyerap tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan industri lain yang berkembang di desa ini, keberadaan industri karak dan rambak ini mampu membantu meningkatkan perekonomian bagi pelaku industri ini. Dalam pengelolaannya industri karak dan rambak ini terjadi transaksi pertukaran antara kedua belah pihak, adapun bentuk pertukaran terjadi antara lain : A. Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar Sama halnya dengan industri lain yang berada di Desa Kedunggudel, pemenuhan akan kebutuhan subsistensi dasar tenaga kerjanya merupakan tanggungjawab dan kewajiban yang dimiliki oleh pemilik industri. Adapun bentuk pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Jaminan pekerjaan tetap Dalam suatu industri pasti membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan proses produksi. Kebutuhan akan tenaga kerja dalam industri ini merupakan magnet tersendiri bagi seseorang
untuk
mencukupi
segala
bentuk
kebutuhan
hidupnya. Adanya kepentingan antara kedua belah pihak, yakni antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya memunculkan pertukaran antara kedua belah pihak. Pemilik industri membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
industrinya, dan keberadaan industri ini juga menjadi wadah bagai seseorang untuk mencari nafkah guna mencukupi kebutuhannya. Dalam perekrutannya, tidak berbeda jauh dengan perekrutan yang terjadi dalam industri jenang maupun batik, semuanya
hanya
didasarkan
atas
rasa
kemauan
dan
kepercayaan antara kedua belah pihak untuk menjalin hubungan kerja. Tidak adanya suatu ikatan janjian tertulis membuat hubungan ini sangatlah fleksibel, akan tetapi mudah terputus apabila salah satu pihak tidak terpenuhi kebutuhannya. Sehingga dengan adanya jaminan pekerjaan tetap, kedua belah pihak ini akan merasa saling membutuhkan, yang nantinya akan membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri ini memprioritaskan bagi warga yang kurang mampu secara ekonomi di wilayah desa Kedunggudel ini. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk menolong kondisi perekonomiannya. Sehingga diharapkan setelah tergabung dalam industri ini kondisi perekonomiannya mampu meningkat karena sudah mempunyai pekerjaan dan pemasukan yang tetap. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“saya mengajak mereka untuk bekerja kepada saya, semata-mata hanya untuk menolong mereka,mas. Karena mereka tidak mempunyai pekerjaan” wawancara 16 Agustus 2012 Pemberian jaminan pekerjaan tetap merupakan salah satu bentuk kepedulian yang dimiliki oleh pemilik industri terhadap kehidupan perekonomian tenaga kerjanya. Dengan adanya pemberian jaminan akan pekerjaan ini mampu menjadi sumber mata pencaharian bagi tenaga kerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti yang diungkapkan oleh ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut : “alhamdulillah,mas. Semenjak saya bekerja disini saya mampu membantu anak-anak saya untuk memenuhi kebutuhan makan,mas.” wawancara : 16 Agustus 2012 Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan adanya jaminan pekerjaan tetap bagi tenaga kerjanya, akan sangat mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan hidup tenaga kerjanya. Karena, jaminan pekerjaan yang diberikan mampu menjadi sumber mata pencaharian bagi tenaga kerjanya. 2. Pemberian Upah Pemberian upah merupakan salah satu kewajiban bagi seorang pemilik industri kepada tenaga kerjanya atas apa yang dikerjakan untuk keberlangsungan industri yang dijalankan oleh pemilik industri. Pemberian upah ini menjadi poin penting dalam suatu hubungan pekerjaan, karena keberlangsungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan pekerjaan ini akan dapat terus terjalin apabila seorang tenaga kerja mendapatkan hak yang sesuai dengan apa yang telah diberikannya terhadap keberlangsungan industri. Pemberian upah yang layak ini juga merupakan salah satu bentuk kesepakan awal antara kedua belah pihak sebelum menjalin hubungan ini. Untuk pemberian upah di industri karak dan rambak ini sangat dipengaruhi oleh jumlah pesanan, karena semakin besar jumlah pesanan yang dikerjakan oleh suatu industri maka akan mempengaruhi jumlah pemasukan bagi industri tersebut yang nantinya secara tidak langsung juga akan mempengaruhi besarnya upah yang akan diterima oleh tenaga kerjanya. Selain itu, pasaran dalam hitungan Jawa (weton) juga mempengaruhi produsksi, apabila pasaran dalam hitungan Jawa termasuk pasaran yang sepi, maka produksi akan libur atau dalam skala produksi yang lebih sedikit, berbeda apabila pasaran tergolong dalam pasaran yang ramai, maka kapasitas produksinya akan ditambah. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Karno Semito sebagai berikut : “ upah saya berikan setiap hari,mas. Setiap harinya saya hitung Rp. 20.000,00 dan apabila lembur saya tambahkan Rp. 10.000,00. Apabila pasarannya sepi saya terkadang terpaksa libur produksi,mas. Kalaupun ada produksi jumlahnya juga lebih sedikit,mas. Wawancara 16 agustus 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kapasitas produksi itu akan sangat menentukan jumlah pendapatan yang akan diterima oleh tenaga kerjanya. Pemberian upah yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakan oleh tenaga kerja juga mampu membantu tenaga kerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut : “alhamdulillah,mas. Semenjak saya bekerja disini saya mampu membantu anak-anak saya untuk memenuhi kebutuhan makan,mas.” wawancara : 16 Agustus 2012
Dari hasil wawancara diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dengan adanya jaminan pemberian upah tenaga kerja mampu mencukupi segala bentuk kebutuhan hidupnya. B. Jaminan Krisisi Subsistensi Selain upah seorang Patron juga akan memberikan jaminan sosial yang menjadi haknya terhadap kliennya. Pemberian jaminan sosial dilakukan secara lesan dan kekeluragaan. Bentuk Jaminanjaminan sosial ini antara lain : Jaminan terhadap keberlangsungan pendidikan anak Kliennya. Jaminan kesehatan terhadap kesehatan klien dan keluarganya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) bagi kliennya, dan lain-lain. .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemberian mengenai jaminan diatas, itu sesuai dengan apa yang ungkapkan oleh ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut : “saya selalu dibantu juragan saya apabila saya sedang mengalami kesulitan ekonomi,mas. Juragan saya selalu meminjami saya uang. ” wawancara 16 Agustus 2012. Mengenai pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang dialami kliennya, hal yang senada juga diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai berikut : “saya selalu berusaha menmbantu tenaga saya,mas. Apabila sedang kesulitan ekonomi saya selalu memberikan pinjaman uang” wawancara : 16 Agustus 2012 Jaminan sosial yang berikan oleh seorang patron ini tidak bersifat tertulis, melainkan menjadi kewajiban bagi seorang patron untuk memberikan jaminan sosial terhadap kliennya atas apa yang diberikan oleh kliennya guna keberlangsungan usaha patron. Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan ini, pihak patron ( pemilik industri ) ini juga tidak mempersulit, hanya dengan kesetiaan dalam membantu pekerjaan patron ( pemilik industri ). Dengan adanya pemberian jaminan ini, maka klien akan merasa hutang budi kepada patron, sehingga klien akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses produksi guna keberlangsungan industri yang dimiliki oleh sang patron. Pemberian jaminan ini, merupakan salah satu bentuk pertukaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terjadi dalam relasi patron-klien dalam industri pedesaan di Desa Kedunggudel. C. Perlindungan Dalam kehidupan industri, baik pemilik maupun tenaga kerja juga dihadapkan hubungan
dengan industri
berbagai patronklien
permasalahan ini,
diatas.
masing-masing
Dalam pihak
mempunyai kewajiban untuk saling melindungi satu sama lain. Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk ikatana antara kedua belah pihak atas apa yang telah didapatkan. Apabila seorang patron dihadapkan dengan permasalahan maka tidak segan klien juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut, begitu juga sebaliknya apabila klien mengalami masalah maka patron juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Perlindungan ini didasari atas hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara kedua belah pihak. Adanya jaminan mengenai perlindungan terhadap klien ini juga dibenarkan oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut : “ Dulu waktu saya pernah ada masalah dengan saudara saya, juragan saya yang membantu menyelesaikan,mas” wawancara : 9 Januari 2013 Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“dulu saya pernah ada masalah dengan tetangga saya,mas. Tenaga saya ikut membantu menyelesaikan,mas” Wawancara : 9 Januari 2013. Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing
pihak
mempunyai
kewajiban
untuk
saling
melindungi satu sama lain, adanya faktor ketergantungan antara kedua belah pihak dan adanya rasa kekeluargaan dan kekerabatan dalam
hubungan patron-klien ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya perlindungan tersebut. D. Jasa Patron Kolektif Secara
internal,
patron
sebagai
kelompok
dapat
melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola
dan
mensubsidi
sumbangan
dan
keringan,
menyumbangkan tanah untuk saran kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolah, jalan kecil, bangunan masyarakat ), dan mensponsori festival atau perayaan desa. Industri karak dan rambak ini belum mampu sepenuhnya memberikan bentuk jasa patron kolektif terhadap kepentingan warga masyarakat, hal ini dikarenakan industri ini lebih kecil dibandingkan dengan dua jenis industri yang lain, selain itu hanya beberapa orang saja yang menjalankan industri karak dan rambak di Desa Kedunggudel ini. Akan tetapi, apabila ada kegiatan yang ada di Desa Kedunggudel ini, para pemilik industri ini berusaha untuk selalu terlibat, baik dalam bantuan fisik maupun bantuan non fisik, misalnya dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemberian bantuan uang maupun jaminan penyediaan bahan makanan untuk keperluan kegiatan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai berikut : “apabila ada kegiatan di desa ini, saya selalu berusaha membantu semampu saya,mas” wawancara : 16 Agustus 2012 Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemilik industri ini selalu berusaha berpartisipasi dalam segala bentuk kegaiatn yang ada di masyarakat, mereka beranggapan semua ini merupakan salah satu bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat atas keberadaan industri karak dan rambak di desa Kedunggudel ini. Matriks 1.2 Hasil Temuan di Industri Karak dan Rambak No. A.
Aspek Penghidupan
Hasil Temuan Kebutuhan
Subsistensi Dasar a.Jaminan Pekerjaan Tetap
Pemberian jaminan pekerjaan tetap oleh pemilik industri terhadap klien
b. Pemberian Upah
Jaminan
pemberian
upah
oleh
pemilik industri kepada klien B.
Jaminan Krisis Subsistensi
Pemberian jaminan krisis subsistensi, pinjaman uang, jaminan kesehatan,
THR commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Perlindungan
digilib.uns.ac.id
Adanya sikap saling melindungi antara kedua belah pihak
D.
Jasa Patron Klolektif
Adanya bantuan dari pihak pemilik industri untuk setiap kegiatan desa
Sumber : Data Primer diolah ( 2013 ) C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari suatu tanggungjawab yang berupa kewajiban, yang senantiasa harus dijalankan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Demikian pula salam suatu aktivitas yang melibatkan dua pihak, masing-masing harus memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain. Hubungan kerja yang terjadi pada industri kecil di desa Kedunggudel ini melibatkan pemilik industri selaku Patron dan tenaga kerjanya selaku klien sebagai pihak yang memiliki kewajiban yang harus dipenuhi satu sama lain. Adapun kewajiban pokok yang dimiliki oleh pemilik industri adalah memberikan apa yang menjadi hak seorang tenaga kerjanya, dalam hal ini mengenai pemberian upah atau gaji kepada tenaga kerjanya. Upah atau gaji ini sebagai wujud pengganti atas apa yang diberikan tenaga kerja kepada pemilik industri demi keberlangsungan industrinya. Upah yang diberikan juga bukan sembarang upah, melainkan besaran upah yang diterima oleh sang klien ini sudah menjadi kesepakan awal antara kedua belah pihak, dan disesuaikan dengan kemampuan produksi suatu industri kecil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain berkewajiban memberikan upah, para pemilik industri ini juga berkewajiban untuk mengatur jalannya pekerjaan. Dalam hal produksi, pemilik industri akan menyediakan alat dan bahan produksi untuk tenaga kerjanya. Hak oleh pemilik industri dalam hubungan kerja dengan tenaganya antara lain hak untuk dihargai, dan dihormati oleh para tenaga kerjanya. Walaupun selama proses produksi, tenaga kerja akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan penuh tanggungjawab, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Pemilik industri juga berhak untuk menilai pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerjanya, peniliain ini didasarkan pada hasil produksi. Apabila tenaga kerja melakukan kesalahan atau pemilik industri merasa kurang puas dengan kinerja yang dilakukan oleh tenaga kerjanya, maka yang dilakukan oleh pemilik industri hanya menegur dan memberikan pengrahan kepada tenaga kerjanya, jadi untuk tidak melakuakan kesalahan, seorang tenaga kerja akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan arahan yang diberikan oelh pemilik industri. Hal ini didasari oleh adanya kepercayaan dan hubungan kekeluargaan dengan pemilik industri. Selain itu, pemilik industri ini juga mempunyai hak untuk mendapatkan laba/ keuntungan atas proses produksi yang telah dilakukan, setelah mengeluarkan modal/ biaya produksi maka pemilik industri ini berhak memperoleh pendapatan yang sebanding dengan apa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang telah dikeluarkannya. Meskipun dalam proses produksi ini sangat dipengaruhi oleh jumlah pesanan produksi. D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Sedangkan kewajiban utama tenaga kerja adalah melaksanakan apa yang telah menjadi tugasnya, dan menerima setiap tugas yang telah diberikan oleh sang pemilik industri. Dan untuk hak mutlak yang harus diterima dari pemilik industri adalah mendapatkan upah atas apa yang telah diberikan untuk keberlangsungan proses produksi. Seorang tenaga kerja pasti berharap untuk mendapatkan upah atau gaji dari pemilik industri sebagai pengganti atas jerih payah yang telah diberikan kepada pemilik industri. D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-Klien Seperti
relasi atau hubungan lainnya yang memiliki alasan
untuk selalu berkembang dan tumbuh, begitu juga dengan hubungan patronklien yang mempunyai beberapa fakor yang menyebabkan hubungan ini selalu berkembang dalam masyarakat. Berdasar dari hasil pengamatan guna menyelesaikan studi penelitian ini,
peneliti
menjabarkan
tentang
factor-faktor
penentu
yang
menyebabkan hubungan ini masih berlangsung sampai sekarang. Antara lain seperti :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk bekerja dalam sektor industri kecil ini. Sehingga mayoritas tenaga yang bekerja dalam industri ini merupakan masyarakat lokal. Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa 70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau 14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para pemilik industri kecil di Desa Kedunggudel lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu mengangkat
kondisi
perekonomiannya
dan
mengurangi
angka
pengangguran di desa Kedunggudel ini. Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh mas Ade sebagai berikut : “mau kerja dimana lagi,mas. Besarnya upah yang saya dapatkan saat bekerja disini pun hampir sama dengan apa yang saya dapatkan kalo bekerja diluar, bahkan lebih besar dari pekerjaan yang lain,mas” wawancara 11 Agustus 2012. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk mencari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang dialami oleh klien, juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar industri sekarang memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan, sedangkan untuk bekerja di industri
kecil ini seorang klien hanya
berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. 2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga sudah mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp. Teguh Miyatno, yakni Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di industri jenang ini lebih dari 18 tahunan. Meskipun sudah lama bergelut dalam industri ini, beliau tidak mampu berinovasi untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini. Selain itu, faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya. 3. Adanya Politik Balas Budi Selain itu faktor merasa hutang budi kepada pemilik industri atas apa yang telah diberikan juga dapat mengakibatkan rendahnya tingkat mobilitas mereka untuk mencari lapangan kerjaan yang mungkin dapat lebih meningkatkan taraf hidup mereka, mereka beranggapan merasa sungkan untuk pindah ke tempat lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warsiyem sebagai berikut : “saya merasa hutang budi kepada juragan saya,mas. Jadi saya enggan untuk mencari pekerjaan lain, mas. Wawancara tanggal 12 Agustus 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 1.3 Faktor yang mempengaruhi keberlangsungan Hubungan Patron-klien dalam industri masyarakat pedesaan No. a.
Aspek Keterbatasan
Hasil Temuan Pekerjaan Keengganan untuk mencari pekerjaan
Alternatif b.
lain.
Rendahnya
Mobilitas Kurangnya inovasi, kretifitas warga
Masyarakat c.
Adanya
Politik
masyarakat. Balas Adanya keinginan untuk membalas
Budi
jasa patron.
Sumber : Data Primer yang diolah (2013) Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri ini mampu menjalin hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang sangat lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Pembahasan Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang masyarakatnya bergerak dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Maka tak ayal, jika di desa Kedunggudel ini banyak sekali di jumpai industri kecil atau industri rumah tangga. Industri yang ada di Desa Kedunggudel ini, secara historis perkembangannya dapat dibedakan menjadi 2 yakni, industri yang berkembang secara turun menurun ( warisan ) ataupun industri yang berkembang dengan sendirinya, didirikan oleh pemilik industri bukan warisan turun menurun. Meskipun begitu, untuk perkembangannya di desa Kedunggudel ini mayoritas industrinya bersifat turun menurun. Para pelaku industi ini merupakan generasi penerus dari pendiri industri ini. Dalam pola pengelolaannya hampir kesemua industri yang ada di Desa Kedunggudel ini menggunakan hubungan patron klien. Hal ini dapat dilihat dari poal pengelolaan industri ini hanya di dasari oleh rasa saling tolong menolong, kekerabatan, kekeluargaan dan persahabatan antara masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Adanya perbedaan mengenai penguasaan sumber daya menempatkan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih superior ( tinggi ) yakni pemilik industri, dan pihak yang lain menempati kedudukan yang lebih inferior ( rendah ) yakni tenaga kerja. Meskipun ada perbedaan yang sangat mencolok antara kedua belah pihak, mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal ini dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan dan pada hakekatnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
The patron-client relationship can be characterized generally as an unequal (but theoretically nonbinding) relationship between a superior (a patron or leader) and a number of inferiors (clients, retainers, or followers), based on an asymmetrie exchange of services, where the de facto dependence on the patron of the clients, whose unpaid services may include economie obligations, paid or unpaid work, armed service, political support and other services, is counterbalanced by the role the patron plays as a leading figure for all the clients and by the assistance, including monetary loans and protection, he or she provides when necessary. (CHRISTIAN PELRAS Patron-client ties among the Bugis and Makassarese of South Sulawesi) Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan patron klien ini terjadi karena adanya perbedaan status kedudukan yakni salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi ( superior ) dan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih rendah ( inferior ). Adanya perbedaan status ini menjadikan suatu bentuk pertukaran antara kedua belah pihak, baik secara ekonomi ataupun sosial termasuk perlindungan yang diberikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Mengenai yang lebih lanjut mengenai hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga atau industri kecil di desa Kedunggudel ini, peneliti mencoba
menguraikannya
menggunakan
Teori
Patron-klien
yang
dikemukakan oleh James Scott. Adapun beberapa kriteria tersebut antara lain sebagai berikut : A. Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar Pemenuhan akan kebutuhan susistensi dasar merupakan salah satu faktor
yang mendasari
Pemenuhan
akan
terjalinnya
hubungan
kebutuhan subsistensi commit to user
dasar
patron-klien ini
ini.
merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanggungjawab pemilik industri ini terhadap tenaga kerjanya. Pemenuhan ini menjadi penting dalam hubungan patron-klien ini dikarenakan apabila pihak tenaga kerja ini tidak mendapatkan jaminan akan pemenuhan kebutuhannya, maka tidak akan menjamin terjalinnya hubungan ini dalam waktu yang lama. Untuk menanggulangi masalah tentang
pemenuhan
kebutuhan
subsistensi
dasar
ini,
peneliti
menemukan beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemilik industri untuk menjamin kebutuhan subsistensi tenaga kerjanya antara lain dengan memberikan jaminan sebagai berikut : 1. Pemberian Jaminan Pekerjaan Tetap Dalam menjalankan proses produksinya, pemilik industri sangatlah membutuhkan bantuan tenaga kerjanya agar proses produksinya berjalan dengan lancar. Adanya ketergantungan terhadap tenaga kerjanya ini menjadi perhatian sendiri bagi pemilik industri untuk memberikan jaminan pekerjaan yang tetap bagi tenaga kerjanya. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini juga diharapkan mampu menjadikan hubungan patronklien ini dalam jangka waktu yang lama. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini semata-mata untuk memberikan bantuan perekonomian bagi tenaga kerjanya sebagai imbalan atas apa yang dikerjakan untuk kepentingan industri ini. Pemberian akan jaminan pekerjaan yang tetap ini secara nyata juga sangat membantu bagi tenaga kerja untuk mencukupi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
segala bentuk kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan pemberian jaminan yang tetap ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah pendapatan tenaga kerja yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang semakin kompleks. Dalam proses perekrutan tenaga kerjanya para pemilik industri ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada industrinya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya tanggungjawab pemilik industri di desa Kedunggudel ini terhadap kehidupan perekonomian warga sekitar. Mayoritas pekerja dalam industri rumah tangga ini berasal dari wilayah desa kedunggudel meskipun ada beberapa yang berasal dari luar wilayah desa kedunggudel. Dalam perekrutannya pun, selain pemilik industri ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada industrinya, ada juga beberapa yang melamar pekerjaan kepada pemilik industri untuk bekerja pada industrinya. Dalam perekrutannya ini, tidaklah didasari oleh perjanjian tertulis, melainkan hanya kesepakan lisan yang didasarkan atas kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan. Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini tidak memberikan kriteria atau spesialisasi keahlian bagi calon tenaga kerjanya, melainkan hanya didasari oleh kemauan dan kepercayaan antara kedua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belah pihak untuk menjalin hubungan patron-klien ini. Keahlian tenaga kerja menjadi nomor dua, karena nantinya dengan pengarahan dan bimbingan yang dilakukan oleh pemilik industri ini diharapkan akan menjadikan tenaga kerjanya mampu dan termapil dalam menjalankan setiap proses produksinya. Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perekrutan dan pemberian jaminan pekerjaan yang tetap ini diharapkan mampu membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Pemberian Jaminan Upah Pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses
produksi.
Hal
ini
dikarenakan
dengan
adanya
pengupahan ini berfungsi untuk memperlancar jalannya proses produksi dan merupakan pra syarat fungsional bagi eksistensi industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembayaran upah atau pengupahan yang biasa dilakukan oleh pemilik industri adalah sistem pengupahan harian. Sistem pengupahan harian ini dimaksudkan agar tenaga kerjanya dapat mencukupi
kebutuhan
sehari-harinya.
Selain
itu,
dalam
pemberian upah ini masing-masing industri ini memberikan upah kepada tenaga kerjanya ini berbeda-beda tergantung dengan kemampuan ekonomi masing-masing industri. Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikarenakan masing-masing industri mempunyai kapasitas produksi yang berbeda dengan industri yang lain. Misalnya kapasitas produksi industri karak atau rambak tentunya berbeda dengan kapasitas produksi industri batik, maupun industri jenang. Adanya perbedaan kapasitas produksi ini sangatlah mempengaruhi terhadap perbedaan mengenai besaran besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerjanya. Selain itu, dalam pemberian upahnya masing-masing industri ini juga membedakan besaran upah yang diterima berdasarkan jenis kelamin tenaga kerjanya. Besaran upah yang akan diterima oleh tenaga kerja laki-laki akan sangat berbeda dengan jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini dikarenakan dalam industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini, tenaga kerja laki-laki menjalankan proses produksi yang lebih berat dibandingkan dengan proses produksi yang dijalankan oleh tenaga kerja perempuan. Besaran upah yang diterima oleh tenaga kerja ini juga sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi, apabila jumlah produksi sedang mengalami peningkatan maka pemilik industri memberlakukan jam kerja tambahan atau yang lazim disebut dengan istilah lembur. Adanya jam kerja tambahan atau lembur ini juga akan sangat mempengaruhi jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerjanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adanya pemberian jaminan upah yang diberikan oleh pemilik
industri
ini
sangatlah
membantu
kehidupan
perekonomian tenaga kerjanya dalam mencukupi segala kebutuhannya. B. Jaminan Krisis Subsistensi Selain pemberian jaminan akan pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, pemilik industri juga memberikan jaminan sosial terhadap kliennya. Pemberian jaminan sosial ini dilakukan dengan lesan dan kekeluargaan. Adapun bentuk jaminan yang diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya antara lain seperti : pemberian jaminan pendidikan, pemberian jaminan kesehatan bagi klien dan keluarganya, pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) dan jaminan lainnya. Pemberian jaminan krisis subsistensi ini diharapkan untuk meringankan beban atau meminimalisir kerugian yang akan ditanggung oleh tenaga kerjanya dalam mencukupi segala bentuk kebutuhannya. Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadi
suatu
tanggungjawab
pemilik
industri
terhadap
keberlangsungan hidup tenaga kerjanya. Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadikan hubungan patron-klien ini bukan hanya semata-mata proses ekploitasi yang dilakukan oleh pemiliik industri terhadap tenaga kerjanya, melainkan sudah mencakup masalah kekeluargaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemberian akan jaminan atas krisis subsistensi ini juga merupakan suatu bentuk timbal balik atas apa yang telah diberikan oleh tenaga kerja terhadap keberlangsungan usaha patron. Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan krisis subsitensi ini pemilik industri tidak terlalu menuntut atau mempersulit, melainkan hanya dengan kesetiaan dalam membantu proses produksi. Dengan adanya kemudahan dalam proses pengembalian atas jaminan krisis subsistensi ini, maka tenaga kerja akan merasa berhutang budi terhadap kebaikan pemilik industri. Maka dengan begituu, tenaga kerja akan mengerahkan segala usaha dan upaya untuk membantu segala bentuk kepentingan patron baik itu kepentingan produksi maupun kepentingan yang diluar dari kepentingan industri. Pemberian akan jaminan atas krisis subsitensi ini merupakan salah satu wujud dari saling ketergantungan antara kedua belah pihak, sehingga menjadikan kedua belah pihak saling mempunyai tanggungjawab satu sama lain untuk saling membantu. Adanya pemberian jaminan krisis subsistensi ini juga diharapkan mampu membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup lama. C. Perlindungan Dalam kehidupannya sehari-hari, baik pemilik industri dan juga tenaga kerja selalu dihadapkan dengan berbagai macam bentuk permasalahan, baik tekanan dari dalam maupun tekana dari luar. Dalam hubungan patron klien ini, masing-masing pihak mempunyai tanggungjawab commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk saling melindungi satu sama lain. Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk yang dipertukarkan dalam
hubungan
patron-klien ini. Perlindungan ini dimaksudkan agar salah satu pihak merasa terlindungi baik dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, masalah, fitnah dan lain-lain. Dengan adanya pemberian perlindungan oleh masing-masing pihak ini maka akan merasa saling berbalas budi. Misalnya apabila pemilik industri ini sedang mengalami permasalahan, maka tidak segan tenaga kerja akan merasa membantu, begitu juga dengan sebaliknya. Sebagai contohnya, apabila pemilik industri sedang diterpa isu miring mengenai keberlangsungan usahanya, maka tidak segan tenaga kerja ikut membantu mengklarifikasi mengenai isu miring yang menerpa juragannya. Adanya bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk terimakasih atas apa yang telah diberikan oleh mmasing-masing pihak dalam pemenuhan segala bentuk kebutuhannya. Bentuk perlindungan ini juga merupakan suatu bentuk nyata dari rasa saling memiliki, rasa kekeluargaan dan rasa kekerabatan antara kedua belah pihak. D. Jasa Patron Kolektif Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringanan, menyumbangkan tanah untuk sarana kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolaj,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jalan kecil, bangunan masyarakat ) dan mensponsosri festival atau perayaan desa. Untuk bentuk jasa patron kolektif yang diberikan oleh masingmasing pemilik industri ini berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini didasari oleh kekuatan ekonomi masing-masing pemilik industri. Sebagai buktinya, ada pihak patron dalam industri jenang memberikan hak guna atas lahan atau rumahnya untuk dijadikan sebagai gudang untuk menyimpan perkakas desa, dan untuk industri karak dan rambak yang notabene mempunyai kekuatan ekonomi yang tak sekuat kedua industri diatas hanya mampu memberikan bantuan apabila ada kegiatan yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Dari beberapa uraian diatas, besarnya kekuatan ekonomi masing-masing industri ini sangat mempengaruhi besarnya jasa patroon kolektif yang diberikan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain intu, pemberian jasa patron kolektif ini juga sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab pemilik industri terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dilihat bahwa bentuk pertukatan yang terjadi dalam hubungan patron-klien di Desa Kedunggudel meliputi pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar yang meliputi pemberian jaminan pekerjaan tetap dan pemberian upah, pemberian jaminan atas krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron kolektif. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hubungan kerja yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya dalam industri masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel merupakan salah satu bentuk hubungan patron-klien. Selain itu, melihat dari beberapa bentuk pertukaran yang terjadi dalam hubungan patron-klien dalam kedua jenis industri makanan di Desa Kedunggudel, dapat diketahui bahwa hubungan Patron-klien yang terjadi merupakan salah satu bentuk hubungan Patron-klien yang bersifat vertikal. Hal ini dikarenakan dalam hubungan tersebut terjadi ketimpangan pertukaran antara kedua belah pihak yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan. Dimana pemilik industri dengan segala bentuk kekayaan ( kepemilikan modal dan kepemilikan industri ) yang dimilikinya mempunyai kedudukan, kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang hanya mempunyai modal berupa jasa dan tenaga. Akan tetapi, ini bukanlah suatu polemik yang besar karena pada hakekatnya manusia adalah sama. Perbedaan hanya ada status sebagai tingkat kedudukan yang terbentuk dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bentuk pertukaran ini, Klien masuk dalam bentuk pertukaran yang tidak seimbang, dimana klien tidak mampu mengembalikan sepenuhnya apa yang telah diberikan oleh patronnya, sehingga hal ini mengakibatkan adanya hutang kewajiban terhadap patron yang secara tidak langsung mengikat dan bergantung kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
patron. Ketimpangan ini terjadi karena patron atau pemilik industri berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh klien dan keluarganya untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya, seperti jaminan pemberian pekerjaan tetap, jaminan pemberian upah, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, dan lain-lain. Rasa wajib untuk membalas pada diri si klien ini muncul lewat pemberian yang dilakukan oleh patron, selama pemberian tersebut masih bisa dirasakan mampu untuk memenuhi kebutuhan yang pokok atau masih diperlukan. Adanya rasa saling membutuhkan dan saling menguntungkan
ini
mengakibatkan
kedua
belah
pihak
saling
tergantung, pemilik industri membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan industrinya dan tenaga kerja membutuhkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. E. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron Klien Dalam perkembangannya
hubungan patron-klien di dessa
Kedunggudel ini mampu berkembang dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama,hal ini dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1.
Keterbatasan Pekerjaan Alternatif Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk bekerja dalam sektor industri kecil ini. Sehingga mayoritas tenaga yang bekerja dalam industri ini merupakan masyarakat lokal. Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa 70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau 14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para pemilik
industri
kecil
di
Desa
Kedunggudel
lebih
mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu mengangkat kondisi perekonomiannya dan mengurangi angka pengangguran di desa Kedunggudel ini. Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencari
pekerjaan
lain.
Selain
itu
rendahnya
tingkat
pendidikan yang dialami oleh klien, juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar industri
sekarang
memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan, sedangkan untuk bekerja di industri kecil ini seorang klien hanya berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. 2.
Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel Masih rendahnya tingkat
pendidikan di kalangan
masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga sudah mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp. Teguh Miyatno, yakni Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di industri jenang ini lebih dari 18 tahunan. Meskipun sudah lama bergelut dalam industri ini, beliau tidak mampu berinovasi untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini.
Selain
itu,
faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya. 3.
Adanya Politik Balas Budi Adanya faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri ini mampu menjalin hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang sangat lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai hubungan patronklien yang terdapat dalam hubungan kerja dalam industri masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel, maka dapat ditarik sbuah kesimpulan sebagai berikut : Hubungan patron-klien yang terlihat sebagai suatu fakta sosialkultural, dan hanya didasarkan pada perjanjian informal menjadi pembungkus yang halus dari hubungan sosial, politik dan ekonomi yang diwarnai ketidaksetaraan. Adapun bentuk ketidaksetaraanya yakni patron sebagai pemilik industri kecil dan kliennya sebagai tenaga kerjanya. Jadi dalam industri kecil yang berkembang di Desa Kedunggudel ini, terdapat bentuk hubungan kerja antara pemilik industri ( patron ) dan tenaga kerjanya ( klien ). Hubungan kerja tersebut sebagai bentuk hubungan Patronklien. Hubungan ini merupakan patronklien yang bersifat vertikal, karena adanya perbedaan status sosial ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana salah satu pihak mempunyai kedudukan, kekuasaan dan kekayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak yang lain. Akan tetapi, ini bukanlah suatu polemik besar karena pada dasarnya manusia adalah sama. Perbedaan hanya ada pada status sebagai tingkat kedudukan yang terbentuk dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Awalnya hubungan ini terbentuk karena adanya kepentingan masingmasing
individu.
Pemilik
industri
mempunyai
kepentingan
untuk
memperoleh keuntungan dalam proses produksinya demi meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil industrinya. Sedangkan tenaga kerja sebagai pihak yang mempunyai kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, didalam mempertahankan hubungan kerja agar dapat terlaksana dengan baik dan dapat bertahan dengan jangka waktu yang sangat lama, maka diperlukan adanya kemauan, kesepakatan dan kepercayaan antar masing-masing individu. Hubungan ini lebih menekankan kepada pemenuhan hak dan kewajiban baik oleh pemilik industri maupun tenaga kerjanya. Keduanya menyadari posisi dan perannya masing-masing, sehingga hubungan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Peran pemilik industri yakni sebagai investor dengan modal berupa alat produksi dan bahan-bahan produksi. Sedangkan peranan tenaga kerja ini yakni menyediakan jasanya untuk keberlangsungan produksi industri kecil tersebut. Pertukaran yang terjadi dalam hubungan ini merupakan
pertukaran secara timbal balik.
Dimana masing-masing bagian menjalin kerjasama memiliki sifat hubungan kerja yang lebih khusus lagi berkaitan dengan aktivitas yang berlangsungsehari-hari. Pada umumnya kesepakatan ini umumnya dilakukan secara langsung, tidak ada perjanjian tertulis guna mendasari terjalin hubungan kerja ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun pertukaran yang terjadi dalam hubungan Patron-klien dalam industri rumah tangga atau industri kecil di Desa Kedunggudel terbagi dalam beberapa pertukaran antara lain sebagai berikut : adanya jaminan akan pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan tetap dan jaminan pemberian upah yang layak, jaminan akan krisis subsistensi, perlindungan , dan jasa patron kolektif. Dari beberapa bentuk pertukaran yang terjadi di atas diharapkan dapat membawa hubungan Patron-klien ini langgeng dalam jangka waktu yang lama. B. Implikasi Kesimpulan-kesimpulan yang ada dapat diketahui pada implikasi berikut ini : a. Implikasi Empiris hubungan yang terjadi dalam industri di desa Kedunggudel merupakan salah satu bentuk hubungan patron-klien. Hubungan ini terjadi antara seorang pemilik industri ( patron ) yang mempunyai kedudukan lebih tinggi ( superior ) dan seorang tenaga kerja ( klien ) yang menduduki posisi yang lebih rendah ( inferior ). Selain itu hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak merupakan hubungan kerja nonformal yang lebih menitikberatkan kepada aspek saling tolong menolong. Hubungan ini terjalin tidak dengan perjanjian tertulis melainkan lebih ke arah adanya kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan. Dalam hal ini pemilik industri membutuhkan jasa berupa tenaga untuk membantu dalam proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi industri yang dilakukan oleh pemilik industrinya. Sedangkan tenaga kerja ini membutuhkan pemilik industri untuk memberikan lapangan pekerjaan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Jadi pemilik industri ini memberikan pekerjaan kepada tenaga kerjanya untuk membantu dalam proses produksinya dan buruh memberikan bantuan jasanya berupa tenaganya. Harapan buruh dari jasa yang diberikan adalah mendapatkan upah dari pekerjaan yang dilakukannya guna mencukupi segala bentuk kebutuhan hidup keluarganya. Upah yang didapatkan dalam industri sudah dibilang mampu untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan hidup seorang tenaga kerja. Selain itu, dalam pengelolaannya terjadi pertukaran antara kedua belah pihak baik berupa barang ataupun jasa antara lain : pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan tetap dan memberikan jaminan upah, pemberian jaminan krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron kolektif yang ditujukan kepada pemenuhan kepentingan masyarakat pada umumnya. Dalam perkembangannya, hubungan patron klien ini mampu berkembang dan bertahan sampai dengan saat ini. Keberlangsungan hubungan patron klien ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti tingkat pendidikan akhir tenaga kerja yang cukup rendah, sehingga untuk mencari alternatif pekerjaan lain sangatlah sulit karena kompetisi di lapangan sangatlah ketat. Sehingga ini juga memunculkan rasa enggan untuk mencari pekerjaan alternatif, dan mereka tetap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertahan sebagai pelaku industri kecil di Desa Kedunggudel. Faktor politik balas budi, dan kebaikan dari sang patron juga dapat memicu rasa keengganan untuk mencari pekerjaan lain karena merasa sungkan untuk meninggalkan sang patron. Rasa saling ketergantungan inilah yang mampu mempertahankan
hubungan patronklien ini mampu
bertahan hingga saat ini. Apabila kedua belah pihak mampu mencukupi hak dan kewajiban masing-masing, hubunan patron-klien ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama. b. Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa individu yang terlibat dalam perilaku pertukaran antara tenaga kerja dengan pemilik industri disebabkan oleh faktor yang saling menarik satu sama lain untuk mempertukarkan apa yang dimiliki oleh pihak pertama yakni pemilik industri sebagai pemilik alat produksi dan bahan produksi dengan pihak kedua yakni tenaga kerja yang memiliki jasa berupa tenaga untuk membantu proses produksi. Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung untuk menawarkan berbagai macam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelayanan atau hadiah secara sepihak. Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang lain. Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya
kewajiban
untuk
tunduk
hingga
pada
gilirannya
memunculkan hubungan yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan menjelma menjadi hubungan patron-klien. Adapun arus dari patron ke klien adalah : a. penghidupan subsistensi dasar, yaitu pemberian pekerjaan tetap dan pemberian upah yang layak bagi tenaga kerja. b. jaminan krisis subsistensi, patron menjamin dasar subsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugiankerugian yang ditimbulkan yang dapat mengganggu kehidupan kliennya. c. perlindungan,
perlindungan
dari
berbagai
bentuk
permasalahan baik secara internal maupun eksternal. d. Jasa patron kolektif, secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kepentingan masyarakat umum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan arus dari klien ke patron adalah sebagai berikut : menyediakan jasa dan tenaganya dalam jasa tenaga dasar, jasa tambahan dan jasa domestik pribadi. Adapun jasa-jasa tersebut adalah berupa jasa pekerjaan dasar sebagai tenaga kerjanya dan jasa tambahan bagi rumah tangga pemilik industri yaitu dengan cara membantu pada saat pemilik industri sedang mempunyai hajatan ataupun kepentingan yang disitu membutuhkan jasa berupa bantuan tenaga dari tenaga kerjanya. Sesuai dengan penelitian ini, secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon, baik secara positif maupun negative suatu objek. Dalam sikap terkandung penilaian yang emosional atau afektif ( senang, benci, kesal, sedih ) disamping komponen kognitif ( berupa pengetahuan, pergaulan dan kepercayaan terhadap suatu obyek ) serta konatif ( kecenderungan untuk bertindak ). Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respons pada penelitian ini timbul karena adanya stimulus berupa lapangan pekerjaan yang dimanfaatkan oleh seorang untuk bekerja guna mencukupi segala kebutuhan hidup keluarganya. c. Implikasi Metodologis Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk membawa kita untuk memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan untuk apa yang sudah diketahui melalui penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelumnya. Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat dengan studi kasus dan penelitian dengan diskusi. Ada beberapa alasan mengapa peneliti menggunakan metode studi kasus untuk penelitian mengenai
hubungan patronklien di industri
masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut: a. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal sebuah kasus. b. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan data, dan menganalisa c. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa suatu kejadian terjadi, dan apa yang mungkin menjadi penting untuk melihat lebih intensif di masa mendatang. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut: 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. 2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubunganhubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagau dasar untuk membangun latar permasalahan bagi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu social. Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga mempunyai keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh Black dan Champion ( 1992 ) antara lain sebagai berikut : 1. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan. 2. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topic yang diselidiki. 3. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan social. 4. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori. 5. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Purpossive Sampling. Purpossive sampling adalah pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti. Dalam
penelitian
ini,
hasil
sampel
yang
dikumpulkan
tidak
dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu, fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampelnya dengan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Informan dalam hal ini adalah pemilik industri kecil dan tenaga kerjanya. Selain itu dari Perangkat Desa yakni Kepala Lingkungan I merupakan informan yang dibutuhkan untuk triangulasi sumber. Untuk pengambilan data di lapangan peneliti menggunakan wawancara mendalam ( indepth interview ), observasi partisipatoris, dan dokumentasi. Dalam wawancara peneliti menggunakan pertanyaanpertanyaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan patronklien kepada informannya guna untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, dan kebenarannya dapat dibuktikan dengan observasi atau pengamatan yang peneliti lakukan. Dengan observasi tersebut didpatkan kesesuaian antara data yang diperoleh dilapangan dengan fakta yang terjadi dilapangan. Data yang peroleh didukung oleh dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang berkaitan dengan industri yang berkembang di Desa Kedunggudel ini. Beberapa data tersebut didapatkan di Kecamatan, Kalurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat dan lain-lain. Selain itu juga digunakan untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai fungsi sebagai pembanding terhadap data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan perspektif peneliti maka itu perlu mewawancarai informan yang dapat mewakili atau representative. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan yang terakhir tahap kesimpulan atau konklusi. Dalam menggunakan metode penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kelebihan dan kesulitan. Adapun kelebihannya adalah : a. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, sehingga peneliti bisa menggambarkan dan mendeskripsikan mengenai hubungan patron-klien antar perajin secara mendalam. b. Dengan menggunakan metode depth interview, peneliti dapat menemukan gambaran mengenai hubungan yang terjadi antara pemilik industri kecil dengan tenaga kerjanya. c. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti lebih mudah untuk menggali apa yang dibutuhkan untuk penelitian. d. Dengan triangulasi sumber banyak membantu dalam mencari validitas data, terutama dari Bapak Kepala Lingkungan I (Bayan). Adapun kesulitan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Adanya kesulitan dalam menggali informasi dari pihak buruh atau pekerja. Buruh atau pekerja kurang bisa menangkap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertanyaan yang diajukan peneliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan,
peneliti
mempergunakan
pendekatan
secara
kekeluargaan, berhati-hati dalam berbicara dan berusaha menciptakan suasana yang santai agar informan lebih terbuka. b. Keberadaan tenaga kerja yang masih berkativitas, sehingga perlu menunggu kedatangan tenaga kerja untuk melakukan wawancara utnuk pengumpulan data. C. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai lingkungan industri
hubungan patron klien dalam
kecil di desa Kedunggudel, penulis menemukan
beberapa kasus di lapangan yang perlu dibenahi. Adapun kasus atau permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : a. Perlu adanya peranan Pemerintah untuk melindungi keberlangsungan industri kecil ini, misalnya dengan pemberian kredit ringan kepada pengusaha, pelabelan desa sebagai daerah tujuan wisata kuliner, fashion, kebudayaan, dan lain-lain. Dengan adanya perhatian pemerintah ini, diharapkan keberlangsungan industri ini akan berdampak pada perkembangan
industri
ini
dan
semakin
berkurangnya
angka
pengangguran, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa Kedunggudel pada khususnya dan masyarakat Sukoharjo pada umumnya. b. Perlu dibentuk Paguyuban Pemilik Industri Kecil, sebagai wadah untuk saling bertukar pemikiran antar pemilik indstri tentang masalah atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
problema yang dihadapi. Sehingga dengan adanya Paguyuban ini diharapkan adanya rasa saling tolong menolong antar industri kecil yang berdampak pada keberlangsungan industri. c. Adanya perlindungan Pemerintah tentang kestabilan harga bahan pokok guna kebutuhan proses produksi. Sehingga para pelaku industri kecil di Desa Kedunggudel ini tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku industrinya, dan proses produksi mampu berjalan sebagaimana mestinya, guna menjaga keberlangsungan industri kecil di daerah Kedunggudel.
commit to user