Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
HUBUNGAN MOTIVASI, KECEPATAN LARI DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT JAUH
Ibnu Abbas*)
Abstrak:Lompat jauh merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan pada siswa sekolah menengah atas (SMA). Secara teoritis dan empiris terdapat berbagai faktor yang menentukan hasil lompat jauh di antaranya motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa SMA Negeri I Calang Kabupaten Aceh Jaya. Sampel penelitian sebanyak 31 orang siswa sekolah tersebut. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data terdiri dari korelasi parsial dan korelasi ganda. Dari analisis data diperoleh hasil terdapat hubungan yang signifikan motivasi dengan hasil lompat jauh dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.540.Terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari dengan hasil lompat jauh dengan nilai koefisien korelasi (r) besar 0.362.,terdapat hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.348. Secara bersama-sama motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa SMA Negeri I Calang Kabupaten Aceh Jaya mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai koefisien korelasi (r) 0.722. Kata Kunci:Motivasi, Kecepatan Lari,Panjang Tungkai, Lompat Jauh Pendahuluan Cabang olahraga atletik mempunyai beberapa jenis nomor, diantaranya jalan, lari, lempar, dan lompat. Atletik disebut olahraga yang memasyarakat, karena selain mudah dilakukan setiap saat juga relatif murah, lari misalnya semua orang dapat melakukannya setiap saat dan tidak dibutuhkan pelatihan yang tetap agar bibit-bibit unggul bisa dipersiapkan lebih dini sehingga menjadi atlit yang profesional. Upaya peningkatan prestasi cabang olahraga, khususnya pada satu cabang olahraga tertentu seperti lompat jauh memerlukan prioritas faktor fisik. Dukungan prioritas pada faktor fisik ini sangat menentukan dan memegang peranan penting dalam nomor lompat jauh. Dukungan dan peran faktor fisik dalam pembinaan prestasi olahraga lompat jauh sangat menentukan kemampuan lompatan maksimal. Peran fisik meliputi kemampuan tungkai dan kemampuan otot tungkai atau kekuatan otot tungkai. Komponen fisik juga merupakan dasar tubuh yang meliputi daya tahan jantung-paru, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power (daya ledak), kelentukan, keseimbangan, ketepatan dan koordinasi. Masingmasing komponen fisik tubuh tersebut mempunyai peranan yang berbeda pada setiap pembinaan olahraga. Pada cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh unsur komponen fisik dominan adalah kecepatan, kekuatan dan panjang tungkai. Hal ini didukung oleh pendapat Suharto (2000:75) yang menyatakan, faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh, yakni: (1) Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian tubuh 22
Ibnu Abbas
atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau bertumpu pada papan/balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan banyak ditentukan kekuatan dan fleksibelitas, (2) Kekuatan (strenght) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan atau latihan dalam melakukan lompatan, (3)Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh melayang di udara saat lepas dari balok tumpu, (4) Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai melakukan lompatan dan (5) Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan motorik secara benar. Hasil pengamatan dan penelitian awal yang dilakukan mengindikasikan bahwa siswa SMA Negeri I Calang Kabupaten Aceh Jaya memiliki kemampuan yang berbeda dalam olahraga lompat jauh. Kemampuan siswa dalam olahraga lompat jauh dapat dikaitkan dengan beberapa faktor yang secara teoritis dan empiris dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh. Faktor yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai. Motivasi berkaitan dengan daya dorongan yang mengakibatkan seorang mau dan rela untuk mengarahkan kemauan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang mau menjadi tanggung jawabnya akan menunaikan kewajiban, dalam rangka pencapaian telah ditentukan sebelumnya. Dikaitkan dengan olahraga lompat jauh, motivasi dimaksudkan adalah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
motivasi siswa untuk dapat memperoleh hasil lompatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Dengan kata lain, dalam olahraga lompat jauh, motivasi berprestasi dalam diri seseorang siswa adalah hasrat siswa tersebut untuk dapat mencapai hasil lompatan yang lebih jauh sesuai dengan batas kemampuannya. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi dalam olahraga lompat jauh akan berupaya untuk mengambil risiko atas keinginannya dalam mencapai hasrat berprestasi dalam bidang olahraga tersebut. Selain itu, ia juga berupaya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil lompatan yang dicapai dalam lompat jauh serta tekun melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dalam olahraga lompat jauh. Semakin tinggi motivasi berprestasi dalam olahraga lompat jauh, semakin kuat usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil terbaik dalam olahraga tersebut. Siswa yang memiliki motivasi relatif tinggi dalam olahraga lompat jauh akan berupaya untuk memiliki prestasi yang baik dalam olahraga tersebut. Sehingga motivasi yang dikaitkan dengan olahraga lompat jauh adalah motivasi berprestasi yang diwujudkan dengan adanya kesungguhan untuk memperoleh prestasi terbaik dalam olahraga tersebut. Kecepatan lari dan panjang tungkai juga dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh siswa. Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang-cabang olahraga seperti nomor sprint, dan pada nomor lompat jauh. Dalam lompat jauh terdapat empat teknik, terdiri dari teknik awalan, tumpuan, atau tolakan, melayang dan mendarat. Dari keempat teknik tersebut diketahui bahwa hasil lompat jauh dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tumpu dan koordinasi waktu melayang dan mendarat. Unsur kecepatan lari awalan memegang peranan yang sangat penting. Sebagai salah satu syarat terpenting bagi prestasi loncat jauh yang baik adalah suatu perkembangan yang baik dari suatu kecepatan, tetapi tetap dalam pengawasan (Bernhard, 1993:46). Keterkaitan antara kecepatan lari dengan kemampuan lompat jauh juga dikemukakan oleh Adisasmita (1992:57) bahwa unsur dasar dari suatu prestasi lompat jauh adalah kecepatan lari pada saat awalan. Kecepatan lari merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kemampuan seseorang untuk melompat sejauh mungkin. Seseorang pelompat jauh harus mengetahui kecepatan tertinggi yang dapat dikendalikan untuk memperoleh lepas landas yang seimbang. Selanjutnya panjang tungkai juga memiliki keterkaitan dengan kemampuan lompat jauh disebabkan tungkai memiliki peranan penting
dalam kegiatan olahraga lompat jauh. Dalam cabang olahraga seperti lompat jauh khususnya pada teknik dasar jauhnya lompatan diperlukan unsur-unsur struktur tubuh yang baik terutama berkaitan dengan panjang tungkai. Hal ini disebabkan panjang tungkai dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan lompatan. Adanya keterkaitan antara panjang tungkai dengan hasil lompat jauh sesuai dengan pendapat Sajoto (1995:2) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penentu prestasi olahraga adalah aspek biologis, diantaranya adalah struktur dan postur tubuh, yang terdiri dari ukuran tinggi badan dan panjang tubuh. Termasuk panjang tungkai dalam lompat jauh. Panjang tungkai seseorang siswa tidak hanya dapat berdampak pada kemampuan lari, tetapi juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam lompat jauh. Hal ini berarti bahwa panjang tungkai merupakan syarat mutlak bagi prestasi olahraga lompat jauh. Karena itu, pemilihan panjang tungkai dan keterkaitannya dengan jauhnya lompatan dilandasi adanya pemikiran bahwa unsur tersebut sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan lompat jauh. Tungkai adalah dasar pada struktur tubuh sebab dia mampu untuk menahan beban di atas (badan) atau bobot berat badan. Keberadaan tungkai dalam melakukan lompat jauh perlu ditopang atau didukung oleh kemampuan fisik, sebab walaupun seseorang memiliki tungkai yang panjang kalau tidak memiliki kemampuan fisik maka keterampilan yang dilakukan tidak mampu dilaksanakan secara maksimal. Jadi dalam melakukan lompatan dalam olahraga lompat jauh perlu ditunjang oleh panjang tungkai yang ideal, agar keterampilan yang dilakukan mampu ditampilkan dengan efesien dengan pergerakan yang lebih luas. Pengamatan sekilas berkaitan dengan motivasi siswa, kecepatan lari dan panjang tungkai siswa SMA Negeri I Calang diketahui bahwa motivasi dalam olahraga lompat jauh berbeda satu sama lain. Demikian pula halnya dengan kecepatan lari dan panjang tungkai juga berbeda. Indikasi adanya perbedaan motivasi siswa dalam olahraga lompat jauh dapat dilihat dari kemauan mereka untuk melatih diri dalam olahraga tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mengacu pada teori tentang lompat jauh dan didukung oleh temuan penelitian-penelitian terdahulu, kemampuan lompat jauh dapat dikaitkan dengan motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai. Motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai. Adapun tujuan penelitan ini untuk mengetahui hubungan motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh siswa SMA Negeri I Calang Kabupaten Aceh Jaya”
Ibnu Abbas
23
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
Kajian Teoritis Korelasi adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena adanya hubungan sebab akibat dapat juga karena kebetulan saja. Dua variabel dikatakan berkolerasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau berlawanan. Guna mengetahui korelasi atau hubungan antara dua variabel atau lebih digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah peralatan statistika yang digunakan untuk menghitung kadar hubungan antara dua variabel (Sudjana,2003:46). Jika koefisien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi diketemukan +1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Jika koefisien korelasi diketemukan -1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Secara etiomologi motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang berarti menggerakkan. Memotivasi berarti tindakan dari seseorang yang ingin mempengaruhi orang lain untuk berprilaku dalam hal tertentu. Moekijat dalam kamus manajemen yang dikutip oleh Matutina (2002:16) mengatakan bahwa motivasi adalah: (1) setiap perasaan atau keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan orang, sehingga didorong orang untuk bertindak; (2) pengaruh kekuatan yang menimbulkan kelakuan; (3) dan Proses-Proses menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan-tujuan. Seorang pelari dalam penyelesaian jarak tempuh lari baik lari jarak pendek, lari jarak menengah, dan lari jarak jauh harus selalu meningkatkan kecepatannya. Kemampuan berlari dengan kecepatan tinggi dalam jarak pendek, jarak menengah maupun jarak jauh dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan, tetapi banyak dicapai dengan mengajarkan tehnik lari yang lebih baik dan lebih efisien terutama pada nomor lari jarak pendek, menengah dan jarak jauh (Adisasmita, 1992: 4). Percepatan pencapaian olahraga lari terdapat berbagai macam tingkat penerapan kecepatan, karena adanya kinerja yang menggunakan kecepatan tinggi, namun ada pula yang menggunakan kecepatan yang kurang cepat atau bahkan ada yang lambat. Berdasar uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan merupakan kemampuan tubuh untuk dapat menggerakkan semua sistem dalam melawan
24
Ibnu Abbas
beban, jarak, dan waktu yang menghasilkan kinerja mekanik. Panjang secara klinis diukur dari ujung maleolus medial sampai ke sisi medial patela. Maleolus medial berada di subkutan. Ujungnya terletak pada bidang yang berada di anterior dan di atas ujung maleolus lateral. Tendo m.fleksor digitorum teraba di belakang maleolus. Permukaan subkutan bagian bawah fibula berbentuk segitiga yang dapat diraba dan melanjut sebagai permukaan lateral maleolus lateral. Ujung maleolus lateral kira-kira satu sentimeter lebih distel dari pada ujung maleolus medial dan letaknya lebih posterior. Otot-otot tungkai yang merupakan otototot anggota gerak bagian bawah yang terdiri dari sebagian otot serat lintang atau otot rangka (Syarifuddin, 1992:120). Lompat jauh adalah merupakan salah satu nomor lompat dalam olahraga atletik. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarifuddin (1992:87) yang menyatakan : “nomor lompat terbagi menjadi beberapa nomor lomba, yaitu : lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah”. Pengertian atau definisi dari lompat jauh menurut Adisasmita (1992:112) adalah sebagai berikut:”Salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di ak lompat sejauh-jauhnya.” Prosedur Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi (corelation research). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel yang akan diteliti. Besar kecilnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi, hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (1989:309) “Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel, besar atau tingginya hubungan dinyatakan dengan koefien korelasi”. Dalam suatu penelitian perlu didesain rancangan penelitian yang tepat, sesuai dengan jenis variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yakni mendeskripsikan fenomena yang berkaitan dengan variabel yang diteliti dengan menggunakan perhitungan statistik.
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
(3) Motivasi (X1)
(4) Kecepatan Lari
Hasil Lompat Jauh
Panjang Tungkai
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti, hal ini sesuai dengan ditemukakan oleh Arikonto (2010:115) yaitu: “Populasi adalah seluruh objek peneliti”. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri I Calang Kabupaten Aceh Jaya yang berjumlah 31 orang. Untuk menghasilkan data dalam penelitian ini, dapat digunakan alat pengumpul data atau yang disebut instrumen penelitian. Data tersebut didapat dari hasil pengukuran dan pengetesan melalui alat pengumpulan data. Adapun beberapa alat pengumpul data/ instrumen penelitian ini di antaranya : (1) Untuk mengukur motivasi digunakan instrumen pengukuran motivasi. Motivasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah motivasi siswa untuk mencapai hasil lompat jauh. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada teori tentang motivasi berprestasi, dengan indikatornya meliputi: (1) hasrat mencapai tujuan dengan sub indikator terdiri dari hasrat mencapai hasil terbaik, (2) rasa tanggung jawab pribadi dengan sub indikator bertanggung jawab terhadap hasil yang diperoleh, (3) kemauan untuk mengambil risiko dengan sub indikator terdiri dari berusaha melakukan perbaikan terhadap hasil yang dicapai, kemauan untuk mengambil resiko atas perbuatan, dan tindakan yang diambil sesuai dengan batas kemampuan, (4) Cenderung bertindak kreatif dan inovatif dengan sub indikator terdiri dari kreatif dan inovatif, (5) menyukai hal-hal yang penuh tantangan dengan sub indikator terdiri dari menyukai tantangan, dan punya kepuasan ketika mampu melewati tantangan. Masingmasing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Keseluruhan indikator dijabarkan dalam 37 item pernyataan, terdiri item pernyataan negatif dan item pernyataan positif. (2) Untuk mengukur kecepatan lari 30 meter dengan menggunakan tes lari jarak 30 meter.
Untuk mengukur panjang tungkai dengan menggunakan tes panjang tungkai dengan satuan centimeter. Untuk mengukur hasil lompatan pada lompat jauh dengan menggunakan tes prestasi lompat jauh.
Hasil dan Pembahasan Penelitian Berdasarkan bagian output SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai sig untuk keempat kelompok data yaitu sebesar 0.054 untuk motivasi, sebesar 0.168 untuk untuk kecepatan lari, sebesar 0.149 untuk variabel panjang tungkai dan sebesar 0.051 untuk hasil lompat jauh. Keempat nilai sig tersebut lebih besar dari 0.05 dapat diartikan bahwa data yang berkaitan dengan motivasi, kecepatan lari, panjang tungkai dan hasil lompat jauh terdistribusi secara normal. a.
Korelasi masing-masing variabel Nilai korelasi antara motivasi (X1) dengan hasil lompat jauh (Y) menunjukkan angka sebesar 0.540. Angka ini lebih besar dari 0.50 dapat diartikan bahwa hubungan antara motivasi dengan hasil lompat jauh tergolong erat. Nilai sig sebesar 0.002 <0.05 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil lompat jauh. Bahkan hubungan motivasi dengan hasil lompat jauh dinilai signifikan pada tingkat keyakinan 99,8 persen (1-0.002), lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat keyakinan standar dalam penelitian ini yakni 95 persen. Selanjutnya nilai korelasi antara kecepatan lari (X2) dengan hasil lompat jauh (Y) menunjukkan angka sebesar 0.362 dengan nilai sig sebesar 0.045 <0.05 dapat diartikan bahwa hubungan yang signifikan dan searah antara kecepatan lari yang diukur dari kemampuan lari dengan satuan meter per detik, dengan hasil lompat jauh di sisi lain. Hubungan dimaksud signifikan (nyata) pada tingkat keyakinan 95,5 persen (10.45) juga lebih besar bila dibandingkan dengan standar keyakinan 95 persen. Nilai koefisien korelasi antara kecepatan lari dengan hasil lompat jauh menunjukkan angka negatif. Hal disebabkan, kecepatan lari diukur berdasarkan waktu yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh jarak 30 meter. Sehingga semakin lama waktu yang digunakan oleh seseorang siswa dalam menempuh jarak tersebut berarti semakin lambat lari siswa tersebut. Sebaliknya semakin sedikit waktu yang digunakan oleh siswa dalam menempuh jarak 30 meter, berarti semakin cepat lari siswa tersebut. Hal inilah yang menyebabkan adanya hubungan yang tidak searah antara kecepatan lari dengan hasil lompat jauh.
Ibnu Abbas
25
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
b.
Korelasi Ganda Korelasi ganda digunakan untuk mengetahui korelasi antara ketiga variabel independen motivasi, kecepatan lari, panjang tungkai dan hasil lompat jauh secara bersamasama. Berdasarkan output SPSS di atas diperoleh nilai korelasi ganda motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh sebesar 0.722. Angka ini lebih besar dari 0.50 dapat diartikan bahwa hubungan antara motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh disisi lain termasuk katagori erat/kuat. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa, motivasi berhubungan signifikan dengan hasil lompat jauh, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.540. Kecepatan lari berhubungan signifikan dengan hasil lompat jauh, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.362. dan panjang tungkai berhubungan signifikan dengan hasil lompat jauh, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.384. Secara bersama-sma motivasi, kecepatan lari, panjang tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil lompat jauh dengan nilai ganda sebesar 0.722. Angka ini juga dapat diartikan bahwa hubungan motivasi, kecepatan lari dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh termasuk katagori erat. yang berarti ketiga variabel independen motivasi, kecepatan lari, panjang tungkai secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil lompat jauh.
Daftar Pustaka Adisasmito, L S. 2007. Mental Juara: Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Adisasmita, Yusuf. 1992. Atletik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Amir, Nyak. 2010. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Olahraga Suatu Pendekatan Praktis. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Arikunto, Suharsimi 2006. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ballesteros. J.M. 1979. Pedoman Latihan dasar Atletik. Alih Bahasa SDS. Jakarta: PB PASI. Bastaman, H.D. 1999. Motivasi dan Strategi Meningkatkan Motivasi Atlet. Jakarta: Gunung Mulya. Bernhard, Gunter. 1993. Atletik. Semarang: Dahara Prize.
26
Ibnu Abbas
Budiman. 2011. Hubungan Kecepatan Lari Sprint dengan Prestasi Lompat Jauh. Jurnal Sport Pedagogy. Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan. Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-dasar Ilmu Kepelatihan.Semarang: IKIP Semarang Press. Feldman, R. 2008. Essentials of Understanding Psychology. (fifth ed). Boston: McGraw Hill. Franken, R E. 1994. Human Motivation. (third ed). California: Brooks/ Cole Pub. Gunarsa, Singgih. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hamid, Abd. 2012. Keterkaitan antara Frekuensi Latihan Satu Minggu Dan Daya Ledak Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok, Jurnal Vidya Karya , Jilid 27 No. 01, Oktober 2012. Hasibuan, M. 2001. Teori Motivasi. Jakarta: Erlangga. Hersey & Blanchard. 2006. Human Resources Management, (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Husdarta. 2009. Manejemen Pandidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Husnan, S. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Erlangga. Ispardjadi, M. 1998. Pengantar Statistik. Bandung: Tarsito. Jonath U. Haag E. dan R. Krempel. 1987. Atletik I Lari Loncat. Jakarta: Rosda Karya. Kosasih, Engkos. 1995. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk SLTP. Jakarta: Erlangga. Lutan, Rusli.2003. Olahraga, Kebijakan dan Politik: Sebuah Analisis. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga. Direktorat Jenderal Olahraga. Depdiknas. Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Untuk SMP. Jakarta: Erlangga. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Saputra, Yuda. 2004. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik: Pendekatan Bermain Untuk SLTA. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas 2004. Soegito. 1990. Teori dan Praktek Atletik I. Surakarta. Departemen Pendidikan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5. No. 1. April 2015
Kebudayaan RI. Universitas Sebelas Maret. Soekarman, (1986) Pendidikan Olahraga. Jakarta: Erlangga. Sudjana. 2003. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Suharto, M. 2000. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sujiono, Bambang. 2007. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Syarifuddin, Aip. 1992.Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.
Ibnu Abbas
27