HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN BENTUK DEFENCE MECHANISM YANG DITAMPILKAN MAHASISWA PRODI BIMBINGAN KONSELING STAIN BUKITTINGGI DALAM MENGHADAPI MASALAH Alfi Rahmi* Abstract: Basically every individual has a self-concept that will affect individual behaviour in facing the problems. Students as growing individuals definately have problems such as too many credit, lecture demands, and friendship problems. In this kind of situation, selfconcept plays a role. Not many students are able to solve the problem well. Sometimes to defend himself in the correct state when facing problems, someone forms a defense mechanism to reject or to change the reality, but at the same time protecting himself from conflict and anxiety. This is quantitative study with correlational research design. The population in this study was 452 people and 102 were taken as samples with a questionnaire as data collection tool. The technique of data analysis used simple statistic and SPSS was used to correlate research variables. The study revealed that that self-concept of STAIN Bukittinggi students majoring Counseling is generally medium. There is significant correlation between self-concept and defense mechanism in facing problems 0.433. Hence, the connection strength between self-concept and defense mechanism shown by counseling students in facing problems is categorized fair or medium. Keywords : self-concept, defence mechanism, individual behaviour
LATAR BELAKANG Konsep diri sangat mempengaruhi tingkah laku individu. Seperti diungkapkan oleh Wasti Soemanto bahwa konsep diri merupakan salah satu faktorpenting yang mempengaruhi tingkah laku.1 Salah satunya dalam menghadapi masalah. Permasalahan pada umumnya dialami oleh setiap individu yang merasa kehidupan efektifnya sehari-hari terganggu. Mahasiswa adalah salah satu individu dalam tingkatan usia tertentu yang tidak tertutup * Dosen STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
kemungkinan juga mengalami masalah.Diantara permasalahan yang dialami mahasiswa berkenaan dengan beban kredit semester yang terlalu banyak, tuntutan perkuliahan yang harus diselesaikan, ketidakselarasan hubungan dengan teman, hidup yang terpisah jauh dari keluarga, jarang menjalin komunikasi dengan orangtua, kondisi tempat tinggal yang kurang layak, sarana dan prasarana penunjang belajar yang kurang, tugas akhir yang tak kunjung selesai, ketidakpastian karir di masa depan, serta banyak lagi permasalahan lain yang membebani pikiran mahasiswa. Tidak banyak mahasiswa yang mampu keluar dengan baik dari permasalahannya. Terkadang untuk mempertahankan dirinya dalam keadaan yang benar saat menghadapi masalah individu membentuk sebuah defence mechanism. Menurut M. Surya defence mechanism adalah upaya yang dilakukan untukmenghadapi ancaman yang menimbulkan kecemasan atau ketegang an, ego mencoba menguasai bahaya dengan meredakan kecemasan dengan mempergunakan cara-cara menolak, memalsukan, atau mengaburkankenyataan.2 Cara-cara yang demikian lebih dikenal dengan sebutan mekanisme pertahanan diri. Menurut Gibson Robert. L and Mitchell Marianne. H, yang dialihbahasakan Yudi Santoso menyatakan bahwa semua mekanisme pertahanan diri mencerminkan respon perilaku yang dirancang untuk melindungi konsep diri individu dari semua ancaman yang menyakitkan.3 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan paparan sebelumnya, rumusan masalah dalam peneliti an ini adalah : 1. Adakah hubungan konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa prodi Bimbingan Konseling STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah? 2. Bagaimana arah hubungan konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa prodi Bimbingan Konseling STAIN Bukittinggi dalam meng hadapi masalah? 3. Seberapa besar hubungan konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa Bimbingan Konseling STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah?
2
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
KERANGKA TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Djaali mengemukakan bahwa konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.4 Konsep diri ini merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Menurut William D. Brooks dalam Jalaluddin Rahmat konsep diriadalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.5 Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial dan fisik. Selanjutnya Jalaluddin Rahmat mengungkapkan bahwa dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita, inilah yang disebut dengan konsep diri.6 Konsep diri bukan hanya sekedar meng amati tapi juga menilai diri kita sendiri.Wasty Soemanto menjelaskan bahwa konsep diri adalah pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri.7 Dengan kata lain, konsep diri yaitu bagaimana orang melihat dirinya sendiri. Dari berbagai pendapat tentang pengertian konsep diri yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandanganatau pendapat seseorang tentang dirinya sendiri meliputi segala hal yang dimilikinya baik menyangkut fisik (materi dan bentuk tubuh) maupun psikis (sosial, emosi, moral dan kognitif). 2. Jenis-jenis Konsep Diri Epstein, Brim, Blyth dan Traeger dalam Elida Prayitno mengemuka kan bahwa konsep diri (self concept) sebagai pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik (materi dan bentuk tubuh) maupun psikis (sosial, emosi, moral dan kognitif) yang dimiliki seseorang.8 a. Konsep diri yang menyangkut fisik 1). Konsep diri yang menyangkut materi Menurut Elida Prayitnokonsep diri yang menyangkut materi yaitu pendapat seseorang tentang segala sesuatu yang dimilikinya yang menyangkut harga benda.9 2). Konsep diri yang menyangkut bentuk tubuh 3
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
b.
Burns mengungkapkan bahwa tinggi tubuh, beratnya, corak kulitnya, pandangan matanya, proporsi-proporsi tubuhnya, kemampuan fisik, ketahanan fisik, penampilan fisik menjadi sedemikian berkaitan erat dengan sikap terhadap dirinya sendiri dan perasaan tentang kemampuan pribadi serta kemampuan untuk menerima keadaan orang lain.10 Jadi konsep diri yang menyangkut tubuh adalah pendapat seseorang tentang bentuk tubuh yang dimilikinya. Konsep diri yang menyangkut psikis 1). Konsep diri yang menyangkut sosial Seperti diungkapkan oleh Elida Prayitno bahwa individu yang memiliki konsep diri secara positif realistis, cenderung menampilkan tingkah laku sosial yang positif dalam arti menghormati, menghargai dan mengasihi orang lain.11 Jadi konsep diri yang menyangkut sosial adalah perasaan seseorang tentang kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain. 2). Konsep diri yang menyangkut emosi Menurut Elida Prayitno bahwa emosi positif dialami oleh individu yang kebutuhannya terpuaskan seperti kebutuhan mendapatkan status atau harga diri, diakrabi, sukses, mandiri dan filsafat hidup.12 Jadi konsep diri yang menyangkut emosi adalah pendapat seseorang tentang emosi yang dimilikinya, meliputi emosi marah, takut, cemas, kecewa, cinta, gembira, sedih, berani, benci dan emosi lainnya. 3). Konsep diri yang menyangkut moral Burns mengungkapkan bahwa bagian moral dari konsep diri adalah sangat penting karena aspek moral ini merefleksikan penerimaan terhadap nilai-nilai dari masyarakat.13 Jadi konsep diri yang menyangkut moral adalah pendapat individu me ngenai moral yang dimilikinya dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang anggota masyarakat 4). Konsep diri yang menyangkut kognitif Elida Prayitno menjelaskan bahwa konsep diri yang menyangkut kognitif adalah pendapat seseorang tentang kecerdasan yang dimilikinya baik dalam memecahkan masalah maupun dalam prestasi akademik.14 Jadi konsep diri yang menyang4
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
3.
4.
5.
kut kognitif adalah pendapat seseorang tentang kemampuan yang dimilikinya dalam memecahkan masalah dan dalam mencapai prestasi akademik. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Djaali mengungkapkan bahwa ada empat faktor yang mempe ngaruhi terbentuknya konsep diri, yaitu kemampuan, perasaan mempunyai arti bagi orang lain, kebajikan dan kekuatan.15 Seperti di jelaskan Jalaluddin Rahmat bahwa bagaimana orang lain menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya.16 Kemudian James. F . Calhoun and Joan Ross Acocella juga berpendapat bahwa orang tua, teman sebaya dan masyarakat memberitahu kita bagaimana mendefinisikan diri kita sen diri. Konsep diri juga merupakan hasil belajar, dimana pengalaman sangat berpengaruh pada konsep diri seseorang.17 Fungsi Konsep diri Felker .D. dalam Elida Prayitno mengemukakan ada tiga fungsi utama konsep diri yaitu konsep diri sebagai pemeliharaan konsistensi internal, konsep diri sebagai interpretasi dari pengalaman dan konsep diri sebagai suatu kumpulan harapan-harapan.18 Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga fungsi utama dari konsep diri yaitu sebagai pemeliharaan konsistensi internal, sebagai interpretasi dari peng alaman dan yang terakhir sebagai suatu kumpulan harapan-harapan. Konsep diri positif dan konsep diri negatif a. Konsep diri positif Menurut E. Koswara tingkah laku orang yang menerima diri nya adalah spontan, sederhana, tidak di buat-buat atau wajardan tidak terikat. Orang dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik.19 Jadi individu dapat memiliki konsep diri yang positif jika memiliki pemahaman tentang dirinya, mampu menerima dirinya apa adanya dan juga dapat menerima orang lain dengan baik. b. Konsep Diri Negatif Menurut William .D. Brooks dan Philip Emmert yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu peka pada kritik, responsif sekali terhadap pujian, cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.20 James .F. Calhoun and Joan Ross Acocella mengungkapkan individu yang berkonsep diri negatif 5
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
memiliki pandangan yang benar-benar tidak teratur tentang diri nya sendiri, dan juga jika konsep diri itu terlalu stabil atau terlalu teratur, dengan kata lain kaku.21 B. 1.
2.
3.
Defence Mechanism Pengertian Defence Mechanism Rita L. Atkinson, dkk yang dialihbahasakan Nurdjanah Taufiq juga menyatakan bahwa Defence Mechanism merupakan alat untuk mempertahankan diri dari kecemasan yang tidak menyenangkan.22 Jadi yang dimaksud dengan defence mechanismdisini adalah sebuah tameng yang digunakan manusia sebagai pelindung untuk melindungi ego (dirinya) dari keadaan yang mencemaskan atau keadaan yang akan melukai ego (dirinya). Defence mechanism yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tameng yang digunakan mahasiswa sesuai cerminan konsep dirinya dalam menghadapi permasalahan. Fungsi Defence Mechanism Tantangan dari lingkungan luar dan dorongan dalam diri meng ancam individu dengan kecemasan. Hal ini dapat berupa konflik dengan mereka yang dekat dengan individu atau mereka yang mengancamharga diri individu. Howard S. Friedman and Miriam W. Schustack yang dialihbahasakan oleh Fransiska Dian Ikarini, dkk menyatakan bahwaterkadang individu harus menyimpangkan kenyataan untuk melindungi dirinya dari dorongan menyakitkan atau mengancam yang ditimbulkan oleh id. Maka dari uraian diatas dapat diketahui bahwa mekanisme pertahanan diri ini secara fungsional menghilangkan kecemasan, me ngurangi perasaan yang menyakitkan, juga untuk mempertahankan dorongan perasaan yang ingin dicapai serta kedirian seseorang. Mekanisme pertahanan, merupakan mekanisme yang normal pada seseorang, namun bila berlebihkan akan mengakibatkan gangguan integritas individu. Bentuk Defence Mechanism dalam Menghadapi Permasalahan Beberapa bentuk mekanisme pertahanan yang cukup dikenal adalah: a. Identifikasi Gibson Robert. L and Mitchell Marianne. H, yang dialih bahasakan Yudi Santoso menyatakan identifikasi yaitu upayameniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan atau kompensasi tertentu.23 Di kasus tertentu identifikasimemampu kan klien memperoleh perilaku baru dan berguna. Menurut 6
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
SumadiSuryabrata identifikasi adalah metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadibagian daripada kepribadiannya.24 Individu tersebut belajar mereduksikan tegangannya dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Jadi, identifikasi adalah upaya untuk menambah rasa per caya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Pada umumnya identifikasi itu berlangsung dengan tidak disadari, jarang dilakukan dengan maksud sadar. Identifikasi dapat merupakan cara yang dipergunakan orang untuk mencapai kembali hal yang telah hilang. b. Kompensasi Carole Wade and Carol Tavris yang dialihbahasakan Padang Mursalin menjelaskan kompensasi terjadi saat seseorang mengarahkan emosi mereka terhadap benda, binatang atau orang lain yang bukan merupakan sasaran emosi mereka yang sesungguhnya.25 Individu tidak secara langsung mengatasi penyebab kesulitan atau sumber frustrasinya, melainkan melampiaskan amarahnya kepada orang lain atau pada aneka objek yang kurang mengandungresiko yang terdapat di sekitarnya. Jadi kompensasi adalah proses mengganti objek kateksis untuk meredakan ketegangan yang merupakan kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego. Kemampuan untuk membentuk obyek pengganti ini adalah mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian. Sebagai akibat dari bermacam-macam kompensasi ini, maka terjadilah penumpukan tegangan, yang kemudian bertindak sebagai alasan yang tetap bagitingkah laku. c. Sublimasi Gibson Robert. L and Mitchell Marianne. H, yang dialihbahasakan Yudi Santoso mengungkapkan sublimasi yaitu mengubah arah energi yang terarah kepada perilaku yang tidak bisa diterima menuju perilaku yang bisa diterima.26 Contohnya mengalihkan energi seksual terhadap seseorang yang tidak diperbolehkan secara sosial menjadi energi non-seksual seperti bekerja keras, berolah raga dan lainnya.
7
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
Jadi sublimasi adalah menyalurkan dorongan-dorongan yang tidak diterima secara umum kepada perilaku lain yang lebih diterima. Contohnya, dorongan agresif yang ada pada seseorang disalurkan kedalam aktivitas bersaing di bidang olahraga sehingga dia menemukan jalan bagi pengungkapan jalan agresifnya, dan sebagai tambahan dia bisa memperoleh imbalan apabila berprestasi dibidang olahraga itu. d. Represi Carole Wade and Carol Tavris yang dialihbahasakan Padang Mursalin menuliskan bahwa represi terjadi saat ide, ingatan, atau emosi yang mengancam ditahan agar tidak keluar ke tataran ke sadaran.27 Represi digunakan untuk memaknai tindakan menekan hal-hal yang mengganggu agar tidak muncul ke tataran kesadar an secara sadar maupun tidak sadar. Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau yang bisa membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak diterima kepada ketidaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Howard S. Friedman and MiriamW. Schustack yang dialihbahasakan oleh Fransiska Dian Ikarini, dkk menjabarkan represi adalah mekanisme pertahanan ego yang menekan pikiran-pikiran yang mengancam ke alam ketidaksadaran.28 e. Proyeksi Menurut Taufik proyeksi adalah Menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri. Secara tidak sadar orang takut memiliki sejumlah motif tertentu, lalu melihat semuanya itu dalam diri orang lain.29 Bisa juga melihat dalam diri orang lain suatu gagasan atau perasaan tertentu. Jadi Proyeksi adalah mengalamatkan peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Se seorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk orang lain karenakejahatannya dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwadi dalam dirinya terdapat dorongan yang dianggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini. 8
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
f.
Reaksi Formasi Menurut Jhon Mc Leod yang dialihbahasakan A.K. Anwar menyatakan bahwa reaksi formasi adalah mempertahankan diri dari dorongan yang tidak dapat diterima dengan mengubah mereka menjadi lawan.30 Pembentukan reaksi adalah penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya di dalam kesadaran. Reaksi formasi yaitu melakukan tindakan yang berlawanandengan hasrat-hasrat tidak sadar. Jika perasaan yang lebih dalam me nimbulkan ancaman, maka orang akan menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu. Taufik menuliskan bahwa pembentukan reaksi dipergunakan baik terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam. Sikap ini mengaburkan kenyataan dan menjadikan kepribadian kaku.31 g. Fiksasi Timbulnya fiksasi pada diri seseorang karena individu itu tidak berani mengambil langkah selanjutnya karena bahaya-bahaya dan kesulitan yang dilihatnya di depan. Taufik menjabarkan bahwa fiksasi dapat diartikan terpaku atau tertahan, maksudnya tertahan pada tahap perkembangan tertentu dan tidak berani melangkah pada tahap selanjutnya karena bisa menimbulkan kecemasan.32 Jadi fiksasi adalah terpaku pada tahap-tahap perkembang an yang lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu bergantung menunjukkan pertahanan berupa fiksasi, hal ini dapat menghambatanak dalam belajar mandiri. h. Regresi Carole Wade and Carol Tavris yang dialihbahasakan Padang Mursalin menyatakan bahwa regresi terjadi saat seseorang mundur ke fase perkembangan psikologis sebelumnya.33 Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda.Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil).
9
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
i.
j.
C. 1.
Jadi regresi adalah bersikap kembali ke tahap-tahap lebih awal dari usia perkembangan ketika menghadapi pikiran-pikiran atau impuls yang tidak dapat diterima. Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu dapat mengakibatkan individu mengalami regesi; mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, di mana ia merasa puas di sana. Denial Denial ini biasa individu lakukan kalau sedang stres berat atau kejadian-kejadian yang sangat menyakitkan. Denial akan terbentuk untuk melindungi ego individu. Carole Wade and Carol Tavris yang dialihbahasakan Padang Mursalin menguraikan denial terjadi saat seseorang menolak mengakui bahwa sesuatu yang tidak nyaman telah terjadi.34 Denial melindungi citra diri seseorang dan mempertahankan ilusi tidak terkalahkan. Jadi denial adalah menolak kenyataan, menolak stimulus/persepsi realistik yang tidak menyenangkan dengan menghilangkan atau mengganti persepsi itu dengan fantasi dan halusinasi. Denial menghilangkan “bahaya yang datang dari luar” dengan mengingkari (menganggap bahwa bahwa itu tidak ada). Mengingkari ada nya kenyataan kadangkala lebih baik daripada menghadapinya. Dalam krisis yang gawat, pengingkaran mungkin memberikan orang waktu untuk menghadapi kenyataan yang menyedihkan dalam tingkatan yang lebih pelan-pelan. Rasionalisasi Howard S. Friedman and Miriam W. Schustack yang dialihbahasakan oleh Fransiska Dian Ikarini, dkk menjelaskan bahwa rasionalisasi adalah mekanisme yang melibatkan memberikan penjelasan logis terhadap perilaku yang sebenarnya didorong oleh motif-motif tidak sadar di dalam diri.35 Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapatditerima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.
Masalah Bidang Pribadi Prayitno menjelaskan bahwa masalah bidang pribadi, mengacu kepada terhambatnya perkembangan pancadaya (daya taqwa, cipta,rasa, 10
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
2.
3.
4.
5.
6.
karsa dan karya) pada diri individu.36 Masalah bidang pribadi mengacu pada terhambatnya individu mengenal, menemukan dan berkembangnya pribadi yang mandiri. Masalah lain yang termasuk dalam bidang pribadi ini adalah ketidakpahaman tentang kekuatan diri, bakat, minat, kelemahan diri, ketidakmampuan mengambil keputusan, tidak mampu mengarah diri sesuai keputusan dan belum mampu dalam perencana an kehidupan. Bidang Sosial Masalah dalam bidang sosial menurut Prayitno adalah hal-hal yang berkaitan dengan kurangnya pemahaman diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi dengan budi luhur dan tanggung jawab sosial.37 Secara lebih khusus permasalahan dalam bidang sosial ini antara lain kurangnya kemampuan komunikasi, kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat, kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial. Bidang Belajar Masalah bidang belajar akan selalu berhubungan dengan kegiatan belajar. Prayitno menjabarkan bahwa masalah bidang belajar meliputi kurangnya kemampuan individu mengenal, menumbuhkan, dan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jurusan tertentu dalam rangka berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.38 Bidang Karir Prayitno menuliskan bahwa masalah yang berhubungan dengan karir itu antara lain ketidakmampuan mengenal potensi diri, mempersiapkan diri untuk karir, pemantapan orientasi tentang karir, kesalahan dalam pemilihan karir yang dijalani.39 Bidang Kehidupan Keberagamaan Prayitno menjabarkan bahwa masalah keberagamaan meliputi pewujudan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannya, pemenuhan tuntutan agama itu sen diri, dan dalam kaitannya dengan segenap sisi kehidupan pribadi, sosial, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.40 Bidang Kehidupan Berkeluarga Masalah dalam kehidupan keluarga menurut Prayitno terfokus secara khusus berkenaan dengan persiapan dan keberlangsungan 11
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
k ehidupan perkawinan beserta segenap kontekstualnya.41 Kehidupan keluarga yang bahagia, efektif dan sukses hanya dapat dicapai melalui pengembangan dan pengaplikasian kompetensi yang bernuansa budi pekerti dalam kehidupan berkeluarga. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa BK dalam menghadapi masalah. Hipotesis Nihil (Ho)
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa BK dalam menghadapi masalah.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah korelational. A. Muri Yusuf menjelaskan bahwa penelitian korelasional merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau beberapa ubahan yang lain.42 Populasi menurut S. Margono adalah seluruh datayang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu.43 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi Bimbingan Konseling STAIN Bukittinggi yang masih aktif kuliah sebanyak 452 orang dan jumlah sampel 102 orang.Alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tentang konsep diri dan defence mechanism mahasiswa dalam menghadapi masalah adalah kuisinor yang berisi tentang konsep diridan defence mechanism mahasiswa dalam menghadapi masalah. Kuisioner yang penulis gunakan adalah alat ukur yang penulis susun sendiri dengan menggunakan skala likert. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN 1. Konsep Diri Mahasiswa BK STAIN Bukittinggi Untuk dapat melihat gambaran konsep diri mahasiswa BK STAIN Bukittinggi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
12
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
Tabel 1 Konsep Diri Mahasiswa BK STAIN Bukittinggi N = 102 Deskriptif Statistik No Aspek Konsep Diri
Mean Skor
Skor Ra SD nge Min Max
%
1
Konsep diri berkaitan dengan aspek materi
3,5
59,9
4
1
5
2
Konsep diri berkaitan dengan aspek keadaan fisik
3,5
60,7 0,9 4
1
5
3
Konsep diri berkaitan dengan aspek sosial
3,9
67,2 1
4
1
5
4
Konsep diri berkaitan dengan aspek emosi
3,6
62,3 1
4
1
5
5
Konsep diri berkaitan dengan aspek moral
3,6
61,6 1
4
1
5
6
Konsep diri berkaitan dengan aspek intelektual
3,3
56,5
1
4
1
5
3,5
61,4 1
4
1
5
Rata-rata
2.
1,1
Pada tabel 1 di atas diperoleh gambaran bahwa konsep diri mahasiswa BK STAIN Bukittinggi secara umum dikategorikan sedang. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata skor yaitu sebesar 61,4% dengan SD 1. Defence Mechanism mahasiswa BK dalam menghadapi masalah Untuk dapat melihat gambaran defence mechanisme mahasiswa BK STAIN Bukittinggi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Defence Mechanism Mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam Menghadapi Masalah N 102 Deskriptif Statistik Mean
No Aspek Defence Mechanism
Skor
%
SD
Range
Skor Min Max
1
Defence mechanism aspek identifikasi
3,1
53,6 1,04 4
1
5
2
Defence mechanism aspek kompen- sasi
4,1
70,8 1
4
1
5
3
Defence mechanism aspek sublimasi
3,8
66,2 0,9
4
1
5
4
Defence mechanism aspek represi
2,4
42,2
4
1
5
5
Defence mechanism aspek proyeksi
3,4
58,7 1
4
1
5
6
Defence mechanism aspek reaksi formasi 3,6
62,9 1,1
4
1
5
7
Defence mechanism aspek fiksasi
3,2
54,5 1
4
1
5
8
Defence mechanism aspek regresi
3,9
67,5 1
4
1
5
9
Defence mechanism aspek denial
3,3
57
4
1
5
13
0,9
1,1
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ... 10 Defence mechanism aspek rasiona- lisasi
2,9
50,4 1,1
4
1
5
Rata-rata
3,4
58,4 1
4
1
5
Pada tabel 2 di atas diperoleh gambaran bahwa defence mechanism mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah secara umum dikategorikan sedang. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata skor yaitu sebesar 58,4% dengan SD 1. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ialah terdapat hubungan yang berarti antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah. Adapun hipotesisyang akan diuji adalah : Tabel 3 Hasil analisis PearsonProductMoment hubungan konsep diri dengan defence mecanism mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah Correlations Konsep Diri Defence Mechanism
Konsep Diri 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
102
Defence Mechanism .433** .000
102
.433**
1
102
102
.000
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa probabilitas (Sig. 2-tailed) hubungan konsep diri dengan defence mechanism mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah sebesar 0,000 atau probabilitas di bawah alpha 0,05 (0,000 < 0,05) dan rhitung > rtabel, dimana rhitung sebesar 0,433 sedangkan rtabel sebesar 0,164 dengan df 101. Hal ini berarti bahwa jika p lebih kecil dari α dan rhitung > rtabel, maka terdapathubungan yang signifikan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah. Berdasarkan perhitungan di atas, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah. Dengan demikian arah korelasinya positif, artinya semakin tinggi konsep diri seseorang, maka 14
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
diperkirakan semakin tinggi pula kemampuannya untuk mengontrol defence mechanism yang ditampilkannya dalam menghadapi masalah. Sebaliknya semakin rendah konsep diri seseorang, maka diperkirakan semakin rendah pula kemampuannya untuk mengontrol defence mecha nism yang ditampilkannya dalam menghadapi masalah. Dari perolehan tersebut, dapat diketahui kekuatan hubungan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah. Kekuatan hubungan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 4 Interpretasi rxy
Besarnya “r” Product Moment (rxy) 0,00-0,20 0,20-0,40 0,40-0,70 0,70-0,90 0,90-1,00
Interpretasi Tidak ada korelasi Korelasi lemah atau rendah Korelasi sedang atau cukup Korelasi kuat atau tinggi Korelasi sangat kuat atau sangat tinggi
Pada tabel 4 di atas, dikemukakan interpretasi kekuatan hubungan antara variabel X dan Y. Berdasarkan hasil perhitungan pearson product moment untuk data penelitian ini diperoleh rhitung sebesar 0,433, dengan demikan kekuatan hubungan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah berada pada taraf sedang atau cukup. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan secara umum bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah dan kesimpulan secara khususnya adalah : 1. Berdasarkan hasil perhitungan pearson product moment diperoleh data probabilitas (Sig. 2-tailed)sebesar 0,000 atau probabilitas di bawah alpha 0,05 (0,000 < 0,05)dan rhitung >rtabel, dimana rhitung sebesar 0,433 sedangkan rtabel sebesar 0,164 dengan df 101, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara 15
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ...
2.
3.
konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah. Arah hubungannya positif, artinya semakin tinggi konsep diri se seorang, maka diperkirakan semakin tinggi pula kemampuannya untuk mengontrol defence mechanism yang ditampilkannya dalam menghadapi masalah. Sebaliknya semakin rendah konsep diri seseorang, maka diperkirakan semakin rendah pula kemampuannya untuk mengontrol defence mechanism yang ditampilkannya dalam menghadapi masalah. Hasil perhitungan pearson product moment untuk data penelitian ini diperoleh rhitung sebesar 0,433, berdasarkan tabel interpretasi hubung an variabel x dan y dapat diketahui bahwa kekuatan hubungan antara konsep diri dengan defence mechanism yang ditampilkan mahasiswa BK STAIN Bukittinggi dalam menghadapi masalah berada pada taraf sedang atau cukup.
SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling untuk dapat memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan diri sendiri baik aspek pisik maupun psikis dengan cara belajar memberikan penilaian atau pendapat terhadap orang lain dan memberikan tangggap an positif terhadap penialan orang lain tersebut. 2. Kepada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling untuk dapat mengelola ego yang dimilikinya agar tidak menimbulkan perilaku yang mempertahankan diri dengan cara membaca, memahami, mengkaji, menganalisis berbagai kondisi dan keadaan diri sehingga mampu menampilkan perilaku yang tepat. 3. Kepada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling dapat memanfaatkan Dosen Pembimbing Akademik untuk membantu dalam mengembangkan konsep diri yang positif serta mengatasi masalah yang sedang dialaminya. 4. Kepada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling dapat berkonsultasi atau konseling dengan Konselor yang telah ada di STAIN Bukittinggi.
16
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
ENDNOTE Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) hal 185 M. Surya,Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling), (Jakarta: Dirjen Dikti, 1988), hal 33 3 Gibson, Robert L and Mitchell, Marianne H, Bimbingan dan KonselingAlih Bahasa: Yudi Santoso,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 210 1 2
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana UNJ, 2000), hal 166 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hal 99 4 5
6
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ... hal 99
7
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal 185
Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 119 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 119 10 Burns.R.B, Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan perilaku, Alih Bahasa: Eddy, (Jakarta: Arcan, 1993), hal 191 11 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 80 12 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 69 13 Burns.R.B, Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan perilaku, ... hal 273 14 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 119 15 Djaali, Psikologi Pendidikan, ... hal 169 16 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ... hal 101 17 Calhoun, James. F dan Acocella, Joan Ross, Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, ... hal 78 18 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, ... hal 124 8 9
19
E. Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), hal 139
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ... hal 105 Calhoun, James. F dan Acocella, Joan Ross, Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, ... hal 72 20 21
Atkinson, Rita L, dkk, Pengantar Psikologi Alih Bahasa: Nurdjannah Taufiq dan Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal 165 22
23 24
Friedman, Howard S and Schustack, Miriam W, Kepribadian, ... hal 88 Gibson, Robert L and Mitchell, Marianne H, Bimbingan dan Konseling, ... hal 210
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal 141 25
Wade, Carole and Tavris, Carole, Psikologi, ... hal 196 Gibson, Robert L and Mitchell, Marianne H, Bimbingan dan Konseling, ... hal 210 28 Wade, Carole and Tavris, Carole, Psikologi, ... hal 196 29 Friedman, Howard S and Schustack, Miriam W, Kepribadian, ... hal 88 30 Taufik, Model-Model Konseling, ... hal 25 31 McLeod, Jhon, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus Alih Bahasa: A. K. Anwar, (Jakarta: Kencana, 2008), hal 95 32 Taufik, Model-Model Konseling, ... hal 35 26 27
17
Alfi Rahmi, Hubungan Konsep Diri Dengan Bentuk Defence Mechanism ... Taufik, Model-Model Konseling, ... hal 28 Wade, Carole and Tavris, Carole, Psikologi, ... hal 197 35 Wade, Carole and Tavris, Carole, Psikologi, ... hal 197 36 Friedman, Howard S and Schustack, Miriam W, Kepribadian, ... hal 98 33 34
37
Prayitno, Wawasan Profesional Konseling, (Padang: UNP Press, 2011), hal 10
Prayitno, Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997), hal 51 39 Prayitno, Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah, ... hal 51 40 Prayitno, Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah, ... hal 52 41 Prayitno, Wawasan Profesional Konseling, ... hal 12 42 Prayitno, Wawasan Profesional Konseling, ... hal 13 43 A.Muri Yusuf, Metodologi Penelitian, (Padang: UNP Press, 2005), hal 83 38
44
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal
118
DAFTAR PUSTAKA. A.Muri Yusuf.2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP press. Atkinson, Rita L, dkk. 2011. Pengantar Psikologi (Alih Bahasa: Nurdjannah Taufiq dan Agus Dharma). Jakarta: Erlangga. Burns.R.B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan perilaku). (Alih Bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan. Calhoun, James. F dan Acocella, Joan Ross. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Alih Bahasa: R.S. Satmoko). Semarang: IKIP Semarang Press. Djaali. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana UNJ. Elida Prayitno.2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: UNP Press. E. Koswara. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Friedman, Howard S and Schustack, Miriam W. 2008. Kepribadian (Alih Bahasa: Fransiska Dian Ikarini, dkk) Jakarta: Erlangga. Gibson, Robert L and Mitchell, Marianne H. 2011. Bimbingan dan Konseling (Alih Bahasa: Yudi Santoso) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jalaluddin Rahmat. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. McLeod, Jhon. 2008. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Alih Bahasa: A. K. Anwar). Jakarta: Kencana. M. Surya. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Dirjen Dikti. Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta. Ghalia Indonesia. _______. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang. UNP Press. 18
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
_______. 2004. Seri Layanan Konseling L1-L9. Padang: UNP Press. _______. 2011. Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP Press. S. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Taufik. 2009. Model-Model Konseling. Padang: UNP Press. Wade, Carole and Tavris, Carole. 2007. Psikologi (Alih Bahasa: Padang Mursalin dan Dinastuti) Jakarta: Erlangga. Wasty Soemanto. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
19