HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN ASUPAN CAIRAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD IBNU SINA GRESIK (The Relationship
of Family Support with Liquid Intake Obedience of Chronic Kidney Failure’s Patient Who Has ‘Hemodialisis’ in RSUD Ibnu Sina Gresik ) Nurul Kartika Sari Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban
ABSTRAK Kepatuhan asupan cairan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis untuk menjaga keadaan tubuhnya agar tetap seimbang. Faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan ialah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi 273, sehingga didapatkan besar sampel 73 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah koefisien phi. Hasil penelitian didapatkan responden dengan dukungan keluarga baik 40 (54,8%), responden yang patuh dalam asupan cairan sebanyak 41 (56,2%) dan responden dengan dukungan keluarga baik yang patuh dalam asupan cairan sebanyak 35 (87,5%) responden. Berdasarkan uji koefisien phi terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepatuhan asupan cairan, sehingga diharapakan keluarga lebih memberikan dukungan kepada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Kata Kunci:Keluarga, Kepatuhan, Gagal Ginjal Kronis, Hemodialisis
ABSTRACT The obedience of liquid intake is a must requirement which has been done by chronic kidney failure’s patient who has ‘Hemodialisis’ for taking care of their balanced body. The obedience can be influenced by the factor family support. The purpose of this research is for finding out the relationship of family support and the obedience of liquid intake. This research uses ‘cross sectional’ as the research design and 273 populations, with the result that 73 respondent of samples. This research uses systematic random sampling as the sample taking technique and the data collected by using questionnaires and observation sheets, besides the statistical test uses ‘koefisien phi’. Based on the research, has been got 40 respondents with good family support (54,8%), 41 obedient respondents of liquid intake (56,2%) and 35 respondents with good family support with the obedience of liquid intake (87.5%). Based on the ‘koefisien phi’ test, there is a relationship between family support and liquid intake obedience. From the clarification above, it can be concluded that family support can influence the liquid intake obedience, so that it is be expected that family can give more supports to chronic kidney failure’s patient who has ‘hemodialisis’. Keywords:Family, Obedience, Chronic Kidney Failure’s, Hemodialisis
dari 3 bulan, dimanifestasikan dengan abnormalitas patologis dan komplikasi darah dan urin National Kidney Foundation dalam (Armiyati, 2009).Penyakit ginjal kronis
PENDAHULUAN Gagal ginjal kronis sebagai kerusakan ginjal progresif dengan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 ml/mnt/1,73m² lebih 247
memerlukan terapi pengganti ginjal salah satunya hemodialisis. Menurut (Sylvia A. Price, 2013) hemodialisis adalah suatu mesin ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari membran semipermeabel dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis di sisi lain. Penyakit gagal ginjal kronis pada saat ini semakin tahun penderitanya semakin meningkat, dan pengobatannya mengarah pada hemodialisis. Survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Desember 2014 di ruang hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik terdapat masalah ketidakpatuhan asupan cairan. Didapatkan pada 20 pasien (100%) gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis terdapat 15 pasien (75%) yang menunjukkan ketidakpatuhan asupan cairan yang di tandai dengan odem, sesak nafas, hipertensi dan asites. Sedangkan 5 pasien (25%) dalam kondisi patuh dalam asupan cairan. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan asupan cairan menjadi masalah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik. Menurut Sackett dalam (Niven, 2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Data yang diperoleh dari rekam medis RSUD Ibnu Sina Gresik, penderita gagal ginjal kronis berada pada urutan pertama pada tahun 2014. Peningkatan terjadi dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 sebanyak 514 penderita (15,40%), tahun 2013 sebanyak 520 penderita (13,03%) dan tahun 2014 data yang terkumpul sampai dengan bulan November sebanyak 733 penderita (27,67%). Sedangkan pasien hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik pada akhir tahun 2012 berjumlah 204 pasien,
pada akhir tahun 2013 berjumlah 242 pasien dan tahun 2014 pada bulan November berjumlah 273 pasien. Penderita gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga perut disebut ascites. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas. Secara tidak langsung pasien juga akan mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi penderita gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Karena itulah perlunya pasien gagal ginjal kronis mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan penting agar penderita gagal ginjal kronis tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Suddarth, 2002). Perawat melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisi, ditemukan berbagai masalah keperawatan termasuk kepatuhan. Data demografi, kondisi fisik seperti status nutrisi, situasi sosial maupun status emosional dapat dievaluasi untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien (Suddarth, 2002). Perawat dapat menegakkan diagnosis terkait ketidakpatuhan yang selanjutnya dibuat perencanaan dan implementasi dengan tujuan utama mencakup upaya pencapaian kepatuhan. Intervensi diharapkan 248
mampu memotivasi pasien untuk patuh pada program pengobatan sehingga tidak terjadi komplikasi. Evaluasi diharapkan mencapai kepatuhan pasien terhadap anjuran pendidikan kesehatan, adanya keseimbangan diet, cairan, dan terapi obat-obatan (Suddarth, 2002). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik.
pasien hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik berjumlah 273 pasien. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagian pasien hemodialisis yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik. Kriteria yang akan dijadikan sampel penelitian terdiri dari dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang meliputi: 1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini, ialah: (1) Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin (2) Kesadaran composmentis (3) Mampu berkomunikasi, membaca dan menulis 2) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kiteria eksklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, ialah: (1) Pasien hemodialisis bukan karena gagal ginjal kronis (2) Pasien hemodialisis yang tidak sesuai jadwalnya Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008), dalam penelitian ini carapengambilan sampel yang akan digunakan adalah probability samplingdengan teknik Systematic Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara setiap pasien datang dengan urutan ke “K” dari titik awal yang dipilih secara random. Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah (Nursalam, 2013). Instrumen yang digunakan
METODE DAN BAHAN Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan metode penelitian “Analitik observasional” dengan pendekatan waktu “Cross Sectional” yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu benda, manusia, dan lain-lain(Nursalam, 2013). Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2008) dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga. Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008) dalam penelitian ini adalah kepatuhan asupan cairan. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notostmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh 249
dalam penelitian ini adalah: kuesioner dukungan keluarga dan lembar observasi kepatuhan asupan cairan dan timbangan berat badan. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara mendatangi responden saat menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik. Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Melakukan pendekatan kepada subyek penelitian 2) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian 3) Membuat legalitas persetujuan dengan surat persetujuan menjadi subyek penelitian 4) Mengukur berat badan sebelum dilakukan hemodialisis dan menanyakan berat badan kemarin setelah dilakukan hemodialisis 5) Memberikan lembar kuesioner dukungan keluarga pada responden yang melakukan hemodialisis. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan, dimana tujuan pokok penelitian adalah pernyataan-pernyataan penelitian dalam mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan uji koefisien phi, karena pada variabel independen menggunakan skala nominal dan variabel dependen menggunakan skala nominal. Setelah data terkumpul semua dari hasil pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tahap sebagai berikut: 1) Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.. 2) Coding, yaitumemberi tanda kode terhadap data yang telah terkumpul, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu
mengadakan tabulasi dan analisis. 3) Scoring, yaitumenentukan skor atau nilai untuk item pertanyaan dan menentukan nilai terendah dan tertinggi. 4) Interpretasi Data, yaitu menjelaskan bahwa interpretasi data berdasarkan subvariabel dikategorikan dengan kriteria: 1. Seluruhnya : 100% 2. Hampir Seluruhnya : 76 % 99 % 3. Sebagian Besar : 51 % – 75 % 4. Setengahnya : 50 % 5. HampirSetengahnya : 26 % 49 % 6. Sebagian Kecil : 1 % 25 % 7. Tidak Satupun :0% 5)
Tabulating, yaitu teknik menstabulasi data yang diperoleh sesuai item pertanyaan. 6) Uji statistik, selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan softwere SPSS for windows. 7) Cara penarikan kesimpulan a. Jika p value > 0,05 maka H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel. b. Jika p value ≤ 0,05 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara variabel. Analisa Data Univariat Menguji hubungan variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji koefisien phi. Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif yaitu teknik statistik yang digunakan untuk mengolah data dalam bentuk angka (Notoadmodjo, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga, dimana dukungan 250
keluaga itu terdiri dari emosional, instrumental, penghargaan dan informasional. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kepatuhan asupan cairan dimana berat badan pasien normal apabila kenaikan kurang dari 0,5kg/24 jam.
Tabel
No 1 2 3 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden dalam penelitan ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis berdasarkan umur responden yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan jumlah 73 responden.
Umur 13-21 Tahun 22-40 Tahun 41-60 Tahun 61-90 Tahun Jumlah
Pendidikan SD SMP SMA PT Jumlah
Frekuensi 19 14 25 15 73
% 26,0 19,2 34,2 20,5 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden hampir setengahnya berpendidikan SMA yaitu 25 (34,2%).
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015 No 1 2 3 4
2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitan ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan responden yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan jumlah 73 responden.
Frekuensi % 1 1,4 16 21,9 51 69,9 5 6,8 73 100
Tabel Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden sebagian besar berumur 41-60 tahun yaitu 51 (69,9%). Rata-rata umur responden dalam penelitian ini yaitu 49 tahun, umur termuda 16 tahun, umur tertua 68 tahun dan mediannya 46,6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden dalam penelitan ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis berdasarkan tingkat pendidikan responden yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan jumlah 73 responden.
No 1 2
3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi
%
42 31 73
57,5 42,5 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 42 (57,5%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 251
Responden dalam penelitan ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis berdasarkan pekerjaan responden yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan jumlah 73 responden. Tabel
Jumlah
4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik Kepatuhan asupan cairan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan mengenai asupan cairan atau minum.
Pekerjaan Frekuensi % PNS 9 12,3 Petani 5 6,8 Swasta 27 37,0 Wiraswasta 9 12,3 IRT 23 31,5 Jumlah 73 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden hampir setengahnya responden bekerja swasta yaitu 27 (37,0%). Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik Dukungan keluarga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada anggota keluarga, baik moril maupun materil dalam bentuk motivasi, informasi, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku. Dukungan Keluarga responden yang berada di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan jumlah 73 responden. Tabel 5 Distribusi Dukungan Keluarga pada Responden di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015
1 2
Dukungan Keluarga Buruk Baik
Frekuens i 33 40
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden sebagian besar mendapat dukungan keluarga baik sebanyak 40 (54,8%) dan hampir setengahnya mendapat dukungan keluarga buruk sebanyak 33 (45,2%).
No 1 2 3 4 5
No
73
Tabel 6 Distribusi Kepatuhan Asupan Cairan pada Responden di Ruang Hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015 No
Kepatuhan Frekuensi % Asupan Cairan 1 Tidak patuh 32 43,8 2 Patuh 41 56,2 Jumlah 73 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden sebagian besar patuh dalam asupan cairan sebanyak 41 (56,2%) sedangkan hampir setengahnya tidak patuh dalam asupan cairan sebanyak 32 (43,8%). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Asupan Cairan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik Tabulasi silang dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan disajikan sebagai berikut:
% 45,2 54,8 252
keluarga dengan kepatuhan asupan cairan.
Tabel 7 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik pada Bulan Maret 2015 DUK UNG AN KEL UAR GA Buruk
Baik
Total
KEPATUHA N ASUPAN CAIRAN Tidak Patu Patuh h 27 (81,8 %) 5 (12,5 %) 32 (43,8 %)
6 (18, 2%) 35 (87, 5%) 41 (56, 2%)
Tota l
33 (100 %) 40 (100 %) 73 (100 %)
Analisa Data Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan pada pasien gagl ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik dapat diketahui menggunakan program SPSS for windows dengan uji koefisien phi dengan tingkat kemaknaan =0,05 didapatkan p value= 0,000, nilai p
P Valu e
0,00 0
PEMBAHASAN Identifikasi Dukungan Keluarga Tabel 5.5 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien memiliki dukungan keluarga baik yaitu 40 (54,8%) dan hampir setengahnya memiliki dukungan keluarga buruk yaitu 33 (45,2%). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang diterima. Niven (2002) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga dapat membantu menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan keluarga seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang hidup dalam satu rumah karena ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
Tabel di atas menjelaskan bahwa responden yang mempunyai dukungan keluarga buruk dengan tidak patuh dalam asupan cairan hampir seluruhnya yaitu 27 (81,8%), dan yang patuh dalam asupan cairan yaitu sebagian kecil 6 (18,2%) dari 33 (100%) responden. Dukungan keluarga baik dengan tidak patuh dalam asupan cairan sebagian kecil 5 (12,5%) dan yang patuh dalam asupan cairan hampir seluruhnya yaitu 35 (87,5%) dari 40 (100%) responden. Total keseluruhan responden tidak patuh dalam asupan cairan hampir setengahnya yaitu 33 (43,8%) dan sebagian besar patuh dalam asupan cairan 40 (56,2%) jadi jumlah keseluruhan responden 73 (100%). Hasil uji statistik koefisien phi dengan SPSS didapatkan ρ = 0,000 dimana nilai significant 0,05. Maka H1 diterima, atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan 253
fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota keluarga. Keluarga sebagai suatu sistem yang terdiri atas ayah, ibu, anak, nenek dan semua individu dalam satu rumah yang saling berinteraksi untuk mencapai tujan bersama Friedman dkk dalam (Suprajitno, 2012). Keluarga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Keluarga juga berperan dalam memahami kondisi pasien baik secara fisik, psikis, sosial dan spiritual. Hal ini dikarenakan keluarga mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sangat penting bagi anggota keluarganya. Smet dalam (Wardani, 2014) menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada anggota keluarga, baik moril maupun materil dalam bentuk motivasi, informasi, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku. Orang yang mendapat dukungan secara emosional akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik saat ini hampir seluruhnya memiliki dukungan keluarga baik, hal ini di buktikan dengan keluarga sudah dapat memberikan dukungan instrumental yaitu hampir seluruhnya keluarga tahu jumlah minum pasien yang diminum setiap harinya sebanyak 91,8%, dan sebagian besar keluarga ikut membantu menyediakan minum yang dibutuhkan oleh pasien sebanyak 74,0%. Dukungan informasional hampir seluruhnya keluarga dapat memberi semangat kepada pasien untuk menahan rasa haus yang di alami sebanyak 98,6%, dan sebagian besar keluarga mencari informasi tentang cara mengurangi rasa haus yang dialami pasien sebanyak 75,3%.
Dukungan emosional hampir seluruhnya keluarga memberi semangat pada pasien untuk patuh pada aturan minum yang dianjurkan sebanyak 97,3%, dan keluarga memberi perhatian terhadap jenis minuman yang pasien minum sebanyak 95,9%. Dukungan penghargaan hampir seluruhnya keluarga dapat memberi dukungan pada pasien saat mematuhi aturan minum yang dianjurkan sebanyak 98,6% dan keluarga dapat mengarahkan pasien kepada pasien lain untuk meminta nasihat dan saran tentang cara menahan rasa haus sebanyak 90,4%. Penelitian sebelumnya Desitasari (2014) hasil terbukti bahwa dari 36 responden ada 23 (63,9%) yang memiliki dukungan keluarga baik dan 13 (36,1%) memiliki dukungan keluarga buruk yang dapat mempengaruhi kepatuhan asupan cairan. Identifikasi Kepatuhan Asupan Cairan Tabel 5.6 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien patuh dalam asupan cairan yaitu 41 (56,2%) dan hampir setengahnya pasien tidak patuh dalam asupan cairan yaitu 32 (43,8%). Tingkat kepatuhan adalah sikap yang ditunjukkan oleh penderita GGK untuk mematuhi asupan cairan yang harus dijalani. Menurut Sackett dalam (Niven, 2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti 254
diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002). Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan menurut WHO dalam (Syamsiah, 2011). Kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan suatu intervensi. Ketidakpatuhan menjadi masalah yang besar terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis, sehingga berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, termasuk konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan dan cairan menurut Kutner dalam (Syamsiah, 2011). Pasien gagal ginjal kronik yang tidak mematuhi pembatasan asupan cairan akan mengalami penumpukan cairan sehingga menyebabkan edema paru dan hipertropi pada ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2002). Penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan fungsi kerja jantung dan paru-paru semakin berat, yang berakibat pada respon fisik pasien yang cepat lelah dan sesak, aktifitas fisik juga mengalami gangguan baik pada saat beraktifitas ringan maupun sedang (Riyanto, 2011). Pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik saat ini sebagian besar patuh dalam asupan cairan hal ini di buktikan oleh peningkatan berat badan pasien yang tidak lebih dari 0.5kg/24 jam. Kepatuhan asupan cairan pasien hemodialisis ini baik karena dapat memperbaiki keadaan umum pasien. Kepatuhan asupan cairan pada pasien hemodialisis juga dapat dilihat pada penelitian sebelumnya Lita kartika sari
(2009) diketahui bahwa kepatuhan asupan cairan dari 73 responden yang patuh sebanyak 50 (68,5%) dan 23 (31,5%) responden tidak patuh dalam asupan cairan. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Asupan Cairan Hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik, setelah dilakukan uji statistik koefisien phi dengan SPSS didapatkan nilai pvalue= 0,000 dimana nilai significant 0,05, dengan demikian H1 diterima atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang kepatuhan asupan cairan. Niven (2002) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga dapat membantu menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan keluarga seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Data dari responden tentang tingkat kepatuhan asupan cairan, sebagian besar pasien menyatakan patuh dalam asupan cairan sebanyak 41 (56,2%) dan hampir setengahnya pasien menyatakan tidak patuh sebanyak 32 (43,8%). Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa sebagian besar 40 (54,8%) responden yang memiliki dukungan keluarga baik dan hampir setengahnya 33 (45,2%) memiliki dukungan keluarga buruk. 255
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ridlwan (2009) yang berjudul analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku Green dalam (Notoatmodjo, 2005). Dukungan keluarga dalam hal ini memberikan motivasi, perhatian, mengingatkan untuk selalu melakukan pembatasan asupan cairan sesuai dengan anjuran tim medis. Penelitian yang dilakukan Foote dalam (Sari, 2009) membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami. Dukungan keluarga diperlukan karena klien gagal ginjal kronik akan mengalami sejumlah perubahan bagi hidupnya sehingga menghilangkan semangat hidup klien, diharapkan dengan adanya dukungan keluarga dapat menunjang kepatuhan klien (Suddarth, 2002). Pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik saat ini hampir seluruhnya mendapat dukungan keluarga baik dengan patuh dalam asupan cairan, hal ini dikarenakan dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien mempengaruhi kepatuhan asupan cairan terbukti dengan kenaikkan berat pasien yang menjalani hemodialisis tidak lebih dari 0,5kg/24 jam.
Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Azwar (1995) dalam Sari (2009) menyebutkan terdapat kaitan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku positif yang menjadi dasar pengertian (pemahaman) dan perilaku dalam diri seorang individu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri. Tingkat pendidikan individu memberikan kesempatan yang lebih banyak terhadap diterimanya pengetahuan baru termasuk informasi kesehatan. 2) Pengetahuan (Notoatmodjo, 2005) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku didasarkan atas pengetahuan, walaupun pengetahuan yang mendasari sikap seseorang masih dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang sangat kompleks sehingga terbentuk perilaku yang nyata (Notoatmodjo, 2003). 3)
Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi 256
yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan atau reaksi tertutup). 4) Lama menjalani hemodialisis Individu dengan hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Gaya hidup terencana dalam jangka waktu lama, yang berhubungan dengan terapi hemodialisis dan pembatasan asupan makanan dan cairan klien gagal ginjal kronik sering menghilangkan semangat hidup klien sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan klien dalam terapi hemodialisis ataupun dengan pembatasan asupan cairan (Suddarth, 2002). 5) Informasi Dalam teori Lawrence Green 1980 yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005), salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku adalah faktor pemungkin (enabling factor) yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin yang di maksud adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Salah satu sarana dan prasarana yang digunakan adalah informasi. Dengan adanya kemudahan memperoleh informasi mengenai pentingnya pembatasan asupan cairan pada klien gagal ginjal kronik sehingga dapat memfasilitasi terjadinya perilaku kepatuhan dalam melakukan pembatasan asupan cairan.
Snehandu yang dikutip (Notoatmodjo, 2005) menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang. 6) Dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku Green dalam (Notoatmodjo, 2005). Dukungan keluarga dalam hal ini memberikan motivasi, perhatian, mengingatkan untuk selalu melakukan pembatasan asupan cairan sesuai dengan anjuran tim medis. Pada Penelitian yang dilakukan Foote dalam (Sari, 2009) membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami. Dukungan keluarga diperlukan karena klien gagal ginjal kronik akan mengalami sejumlah perubahan bagi hidupnnya sehingga menghilangkan semangat hidup klien, diharapkan dengan adanya dukungan keluarga dapat menunjang kepatuhan klien (Suddarth, 2002). 7) Usia Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita GGK usia 35 tahun dengan 2 orang anak balita dibandingkan dengan penderita lain yang berusia 78 tahun dimana semua anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang 257
tinggi, sebagai tulang punggung keluarga , sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu, akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis.Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Peningkatan usia mempengaruhi tingkat kematangan sesorang untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Orang dewasa cenderung mampu mempertahankan peningkatan kepatuhan terhadap program terapi yang diberikan terkait pembatasan cairan terutama pada pasien CKD. Elizabeth B. Hurlock merumuskan tahap perkembangan manusia secara lebih lengkap sebagai berikut: (1) Masa Prantal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir (2) Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua (3) Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua (4) Masa Kanak-kanak awal, umur 2-6 tahun (5) Masa kanak-kanak akhir, umur 6-10 atau 11 tahun (6) Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11-13 tahun (7) Masa remaja awal, umur 13-17 tahun, masa remaja akhir, 17-21 tahun (8) Masa Dewasa awal, umur 21-40 tahun (9) Masa Setengah Baya, umur 4060 tahun (10) Masa Tua, umur 60 tahun keatas
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar dukungan keluarga yaitu dukungan keluarga baik dan hampir setengahnya mendapat dukungan keluarga buruk. 2. Sebagian besar kepatuh asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis yaitu dalam kondisi patuh sedangkan hampir setengahnya tidak patuh dalam asupan cairan. 3. Berdasarkan analisis ini didapatkan hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik. SARAN Hasil penelitian yang diperoleh maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut: Bagi Peneliti Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempelajari aspek lain dari kepatuhan asupan cairan dan diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap kepatuhan asupan cairan tidak hanya melihat berat badan pasien saja tetapi dapat menggunakan observasi skala odema atau melakukan kunjungan rumah (home visit). Bagi Institusi Institusi ilmu keperawatan disarankan untuk dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber informasi mengenai gagal 258
ginjal kronik, hemodialisis, dukungan keluarga dan kepatuhan asupan cairan.
Hardi Kusuma, A.H.N., 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda Nic-Noc. Yokjakarta: Media Hardy.
Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan lebih menjaga kesehatan, terutama kesehatan ginjal karena semakin banyak angka kejadian gagal ginjal kronis. Masyarakat yang memiliki keluarga yang menjalani hemodialisis agar memberi dukungan yang baik, karena dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis.
Hidayat, A.A.A., 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Kamaluddin, R., 2009. Analisis Faktofaktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman , VI.
KEPUSTAKAAN Arif Muttaqin, K.S., 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. Penelitian. Cipta.
Niven, N., 2002. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. 2nd ed. Jakarta: EGC.
1994. Prosedur Jakarta: Rineka
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Armiyati, Y., 2009. Komplikasi Intradialisis yang Dialami Pasien CKD saat Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: FIK UI.
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3rd ed. Jakarta: EGC.
Nursalam, F., 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Disitasari, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Universitas Riau.
Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tensis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gallon, H.&., 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. 6th ed. Jakarta: EGC. 259
Patricia Gonce Morton, D.F.C.M.H.B.M.G., 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. 8th ed. Jakarta: EGC.
Keperawatan STILES Husada, I, pp.42-45.
Deli
Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Potter, P., 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Suddarth, B., 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Rini, S., 2013. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Universitas Riau.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta. Suprajitno, 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Riyanto, W. (2011). Hubungan antara penmabahan berat badan diantara dua waktu hemodialisa (interdialysis weight gain = IDWG) terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit Hemodialisa IP2K RSUP Fatmawati Jakarta.
Suwitra, K., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publising. Syaifuddin, 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika. Syamsiah, N., 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien CKD yang Menjalani Hemodialisa di RSPAU dr. Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta.Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: FIK UI.
Sari, L.K., 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Fatmawati Jakarta 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: UIN.
Sylvia A. Price, L.M.W., 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.
Saryono, S.&., 2010. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wardani, I.O., 2014. Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani rehabilitasi Pada Pasien Strok Di RSU Haji Surabaya. pp.17-19. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: FIK UNAIR.
Sitepu, N.F., 2012. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Ketidakpatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Melakukan Hemodialisa Di RSUD Djasamen Saragih di Pematang Siantar Tahun 2012. Jurnal 260