HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PEMULUNG (LASKAR MANDIRI) DI KELURAHAN SUMUR BATU KECAMATAN BANTAR GEBANG TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh: YENI FARIDAWATI 109101000065
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2013 M
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Desember 2013 Yeni Faridawati, NIM: 109101000065 Hubungan Antara Personal Higiene, Karakteristik Individu Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 xviii + 94 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 6 lampiran. ABSTRAK Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005). Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pemulung merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulit akibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan pada bulan Agustus – September 2013 pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 66 responden. Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain karakteristik individu yang meliputi umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi dan personal higiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku). Penentuan keluhan gangguan kulit berdasarkan kuisioner dan wawancara, variabel karakteristik individu berdasarkan wawancara, dan variabel personal higiene berdasarkan wawancara dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square dan t independent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,6 % pemulung mengalami keluhan gangguan kulit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini adalah masa kerja (P value 0,013) dan kebersihan kulit (P value 0,03). Disarankan kepada pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dengan cara diantaranya mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja, sebelum dan sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri setelah mandi sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit. Daftar bacaan : 38 (1992-2012)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH Undergratuated Thesis, December 2013 Yeni Faridawati, NIM: 109101000065 Correlations of Personal Hygiene and Individuals Characteristic with Complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District. Xviii+ 94 pages, 16 tables, 2 pictures, 6 attachments Complaints of skin disorders is an itch-like sensation (during morning, afternoon, evening, or all day), that causes red spots / bumps / bulla containing clear fluid or pus on the skin surface of the body raised rash to appear (Graham, 2005). Scavengers are people of whom collected scrap items or certain bins for the recycling process and is one of the job at risk of developing skin disorders due to poor working conditions. Based on pre-eliminary study at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District, founded that 9 out of 10 scavengers were having complaints of skin disorders. This research was quantitative study with cross sectional approach, held in August-September 2013 at the Sumur Batu district Bantar Gebang Subdistrict. The purpose of this study was to analyze the correlation between personal hygiene and individuals characteristic with complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District. Total sample are 66 people. The independent variables are Individuals characteristic including age, hours of work, years of employment, and history of allergies; and personal hygiene includes skin, hands, feet, and nail hygiene. Determination of skin disorders complaint based on questionnaires and interviews, whereas the individuals characteristic and personal hygiene variables are based on interviews and observations. Afterwards, chi square and t independent test are used to analiyze the data. The results showed that 60.6% scavengers suffered complaints of skin disorders. Factors associated with complaints of skin disorders in this study are years of employment (P value 0.013) and skin hygiene (P value 0.03). Thus, to those scavengers at Sumur Batu Subdistrict are expected to pay more attention to the health behavior such as washing their hand and foot with running water and soap after work, before and after eating; also using one's own towel after a shower in reducing the risks of skin disorders complaint.
References : 38 (1992-2012)
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Yeni Faridawati
TTL
: Ponorogo, 10 Febuari 1992
Alamat
: Jl. Pahlawan, Gg swadaya RT 003, RW 09 No. 30 Rempoa Ciputat
Agama
: Islam
Gol. Darah
:A
No. Telp
: 085776439743
RIWAYAT PENDIDIKAN 1997 – 2003
SDN SITU GINTUNG 1
2003 – 2006
MTSN 3 JAKARTA
2006 – 2009
SMAN 87 JAKARTA
2009 – Sekarang
S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2003-2005
Koord Divisi Perlengkapan PMR MTSN 3 JAKARTA
2006 – 2007
Sekretaris Karang Taruna Rajawali Rempoa
2007 – 2008
Wakil Keputrian ROHIS SMAN87 JAKARTA
2010 - 2011
Koord. Divisi Artisitik PASIFIK (Paduan Suara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN)
2011-Sekarang
Anggota Envihsa vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga dapat terselesainya laporan kerja praktek ini. Shalawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad Saw. Skripsi dengan judul “ Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013” ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang dihadapi, tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Febrianti M. Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dewi Utami Iriani SKM, M.Kes, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama, terima kasih Ibu sudah memberikan saran, kritik, motivasi, dan sabar membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. 4. Bapak Dr. Arif Sumantri SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua, terima kasih bapak atas bimbingan, arahan, doa, dan nasihat yang sangat berarti dan
vii
membuat penulis menjadi semangat untuk segera menyelesaikan laporan skripsi ini. 5. Kepada semua staff Dinas Kesehatan Bekasi, Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang, Kelurahan Sumur Batu, dan Dinas Kesbangpolinmas Bekasi, terima kasih atas bantuan dan telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penulis bisa melaksanakan penelitian di daerah Bapak dan Ibu sekalian. 6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kedua adik tersayang, dan nenek, terimakasih atas doa yang tulus, perhatian, kasih sayang yang melimpah yang diberikan kepada penulis dari awal penelitian sampai terselesaikannya laporan skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan kesling 2009, Ziah, Cita, Dila, Ami, Maya, Reni, Tari, Nisa, Ratna, Nita, Imah, Agung, Yudi, Morrys, Ersa, Aan, Rudi, Udin kalian sangat super sekali. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu, berbagi cerita, dan mendengarkan keluh kesah penulis. 8. Dua sahabat super, Lilik dan Badra yang sudah lulus duluan dengan setia mendengar keluh kesah penulis dan dan memberikan semangat membara kepada penulis sehingga sedikit demi sedikit penulis bisa menyusul kelulusan kalian. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir kiranya penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Mohon kritik dan sarannya.
Jakarta, 10 Desember 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6 C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ............................................................................................... 8 2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 8 E. Manfaat 1. Instansi Terkait ............................................................................................. 9 2. Bagi Pemulung ........................................................................................... 10 F. Ruang Lingkup .................................................................................................. 10
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah 1. Pengertian Sampah ..................................................................................... 11 2. Pengelolaan Sampah Menurut Sumbernya ................................................. 11 3. Jenis Sampah .............................................................................................. 13 4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan .......................... 14 B. Keluhan Gangguan Kulit 1. Penyakit Kulit ............................................................................................. 15 2. Penyebab Penyakit Kulit ............................................................................ 17 C. Anatomi Kulit .................................................................................................... 18 D. Fungsi Kulit ....................................................................................................... 19 E. Definisi Pemulung ............................................................................................. 20 F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ....................................................................... 22 G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung 1.
Kondisi Lingkungan TPA........................................................................... 22 a. Penyediaan Air ..................................................................................... 23 b. Suhu dan Kelembaban .......................................................................... 24 c. Paparan Sinar Matahari ........................................................................ 25
2. Personal Hygiene ......................................................................................... 27 a. Kebersihan Kulit .................................................................................... 28 b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ..................................................... 29 c. Kebersihan Rambut ............................................................................... 31 3. Karakteristik Individu .................................................................................. 32 a. Jam Kerja ............................................................................................... 32 b. Umur ...................................................................................................... 33 c. Masa Kerja ............................................................................................. 33 d. Riwayat Alergi ....................................................................................... 34 e. Pendidikan ............................................................................................. 35 f. Penggunaan APD ................................................................................... 35 x
H. Kerangka Teori .................................................................................................. 38 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep............................................................................................... 40 B. Definisi Operasional .......................................................................................... 43 C. Hipotesis ............................................................................................................ 45 D. Definisi Operasional .......................................................................................... 41 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 46 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 46 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ........................................................................................ 47 a. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 47 b. Kriteria Eksklusi .................................................................................... 48 2. Sampel Penelitian.......................................................................................... 48 a. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 50 b. Instrumen Penelitian .............................................................................. 50 c. Pengolahan Data .................................................................................... 51 d. Analisa Data ........................................................................................... 53 BAB V HASIL PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu .................................................... 54 a. Data Geografis ....................................................................................... 54 b. Data Demografi...................................................................................... 55 2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I .............................................. 56 B. Analisis Univariat 1. Distribusi Karakteristik Individu .................................................................. 57 a. Distribusi Umur ..................................................................................... 57 b. Distribusi Jam Kerja .............................................................................. 58 xi
c. Distribusi Masa Kerja ............................................................................ 58 d. Distribusi Riwayat Alergi ...................................................................... 59 2. Distribusi Personal Higiene .......................................................................... 59 a. Distribusi Kebersihan Kulit ................................................................... 59 b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki .................................... 60 C. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit . 61 a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................... 61 b. Hubungan jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ........................ 62 c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ..................... 63 d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit ............... 64 2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit ......... 65 a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit............. 65 b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit ...................................................................................... 66 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 68 B. Keluhan Gangguan Kulit ................................................................................... 69 C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ................................... 71 2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................ 73 3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit .......................... 76 4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit .................... 79 D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ................. 81 2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................................................................................................ 84
xii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................................ 88 B. Saran .................................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................... 43 Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 ....................................................................................................................................... 55 Tabel 5.2 Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013............................................................................................................................ 56 Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 57 Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58 Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58 Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59 Tabel 5.8 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59 Tabel 5.9 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ................... 60 Tabel 5.10 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 60
xiv
Tabel 5.11 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 61 Tabel 5.12 Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 62 Tabel 5.13 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 63 Tabel 5.14 Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013............................................................................................................................ 64 Tabel 5.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013............................................................................................................................ 65 Tabel 5.16 Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ............................................................................ 66
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Segitiga Epidemiologi ........................................................................ 2 Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit................................................................................. 19
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori.................................................................................................. 39 Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 42
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Pengantar dari Kelurahan Sumur Batu 2. Lampiran 2 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat 3. Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 4. Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat 5. Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat 6. Lampiran 6 Foto
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barangbarang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin, 2012). Pencegahan pencemaran oleh sampah, walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari lingkungan, bahkan bila dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap merupakan masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu dengan dampak yang beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota/pemukiman (Sumantri, 2010). Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa hubungan antara manusia (host), 1
penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi. Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan (Budiarto & Anggraeni, 2002).
Gambar 1.1 Model Segitiga Epidemiologi ( Listautin, 2012) Penyakit akibat sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan, dan lain-lain. Selain itu sampah juga dapat menyebabkan meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor, penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing, dan zat kimia (Soemirat, 2009). Menurut Adnani (2011) sampah apabila tidak dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.
2
Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam listautin 2012). Menurut Soepadmo (2006) dalam Rianti (2010), penyakit infeksi kulit banyak ditemukan dikalangan penduduk didaerah beriklim panas, lembab, keadaan perorangan yang kurang higiene, lingkungan yang buruk, pekerjapekerja yang berhubungan dengan kotoran (misalkan sampah dan selokan), dan pekerja-pekerja yang berhubungan dengan minyak-minyak pelumas. Masyarakat umumnya
beranggapan
bahwa
penyakit
kulit
bukan
penyakit
yang
membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius. Pemulung (Laskar Mandiri) adalah orang yang bekerja mengambil barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit, karena pemulung bekerja di lingkungan yang tidak kondusif (Junaedi, 2007). Kegiatan yang bergerak di sektor informal 3
ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah untuk meringankan beban daya dukung lingkungan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja pemulung yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006). Pada Tahun 1986 Pemerintah DKI Jakarta mulai membangun TPA Bantar Gebang. Areal TPA Bantar Gebang mencakup 3 kelurahan dari 8 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Bantar Gebang, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu (Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, 2008). Data Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang pada Tahun 2012, menunjukkan bahwa penyakit kulit termasuk penyakit terbesar ke 7 dari 10 penyakit yang ada di Puskesmas. Selain itu berdasarkan data yang ditemukan dan pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak mengalami keluhan gangguan kulit terdapat di Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan data yang di dapat dari Kelurahan Sumur Batu diketahui jumlah pemulung yang ada disana sekitar 350 orang, namun jumlah data pemulung tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan tempat tinggal pemulung yang yang tidak menetap. Para pemulung mempunyai hubungan yang baik dengan lapak, bahkan banyak lapak yang menyediakan tempat berlindung bagi para pemulung dan keluarganya. Pengertian dari lapak itu tersendiri yaitu bos besar dari para pemulung, hasil yang diperoleh dalam setiap harinya mereka serahkan ke lapak 4
dengan mendapatkan imbalan yang sesuai. Para pemulung tersebut tinggal di tempat yang jauh dari fungsinya sebagai rumah sehat. Mereka tinggal di sebuah pondok yang terbuat dari kayu, bambu, kardus dan plastik bekas. Rata- rata pondok mereka berukuran 3 x 5 m yang posisinya saling berdampingan dan berhadapan antar pondok pemulung. Hasil penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan gangguan kulit. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap baubauan, kontak dengan vektor, kebersihan rambut, dan IMT. Kemudian hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah. Tetapi tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kebersihan kuku, pemakaian sarung, pemakaian sepatu kerja, dan pemakaian masker, terhadap keluhan gangguan kulit. Selanjutnya hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011) mengenai kejadian dermatitis pada nelayan dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit, dan riwayat alergi dengan kejadian dermatitis pada nelayan. 5
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Pada umumnya keluhan gangguan kulit yang dirasakan yaitu timbulnya gatal-gatal bila mereka mulai berkeringat dan setelah itu timbul kemerahan. Namun tidak sedikit juga ada yang mengalami timbul nanah pada permukaan kulitnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini menggunakan variabel riwayat alergi yang termasuk dari variabel karakteristik individu responden.
B. Rumusan Masalah Pemulung (Laskar Mandiri) dalam keberadaannya antara diharapkan atau tidak diharapkan, namun diperlukan fungsinya sebagai pemisah sampah dalam meminimalisir banyaknya timbunan sampah. Laskar Mandiri merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulitakibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Pekerjaan pemulung yaitu memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu di Tempat Pembuangan Akhir sampah, yang kemudian dikumpulkan kepada pengumpul untuk dilakukan daur ulang. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bantar Gebang, didapatkan penyakit kulit merupakan urutan ke 7 dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas. Data lain yang ditemukan dan pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak 6
mengalami keluhan gangguan kulit di Kecamatan Bantar Gebang terdapat di Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius dan lebih memperburuk kondisi penderita. Dengan demikian penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013? 2. Bagaimana gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013? 3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, pendidikan, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013? 7
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja, pendidikan, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013? 5. Apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara personal higiene, karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. b. Mengetahui gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
8
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. d. Mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. e. Mengetahui apakah hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
E. Manfaat 1. Instansi Terkait Instansi terkait disini yang dimaksud yaitu Dinas Kesehatan maupun Puskesmas setempat. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan kulit, sebab serta dampak gangguan kulit bagi para pemulung yang pada umumnya lepas dari perhatian pemerintah.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi puskesmas kecamatan Bantar Gebang mengenai keluhan gangguan kulit yang dialami pemulung
9
sehingga bisa diciptakan program kesehatan yang dapat dijangkau oleh pemulung. 2. Bagi Pemulung Dapat dijadika informasi kepada mengenai bahaya dan faktor apa saja yang dapat dapat mengakibatkan gangguan kulit sebelum, selama melakukan pekerjaan dan sesudahnya supaya tidak ada keluhan gangguan kulit yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
F. Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan gangguan kulit pada pemulung ditinjau dari personal hygiene (kebersihan kulit dan kebersihan tangan, kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, lama kerja, jam kerja,dan riwayat alergi). Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sasaran penelitian ini adalah pemulung yang berada di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – September 2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara pengisian kuisioner, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Bantar Gebang.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah 1. Pengertian Sampah Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yamg dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya). 2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber seperti berikut :
11
a. Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa/di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan. b. Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisasisa makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misal : rumah sakit, dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan saran pemerintah yang lain. d. Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor, dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini 12
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya. e. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman. 3. Jenis Sampah Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapajenis yaitu sebagai berikut: a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya: 1) Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas, dan abu 2) Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan. b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar 1) Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kainkain dankayu. 2) Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisasisapotongan besi, gelas dan abu
13
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk 1) Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kalengkaleng,pecahan gelas, karet dan abu. 2) Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potonganpotongandaging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buahbuahan, kertas danlain-lain. 4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Menurut Adnani (2011) dan Soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu: a. Pengaruh langsung Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung bakteri patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri. b. Pengaruh tidak langsung Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera 14
dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogensulfida (H2S) dan sebagainya. Pengaruh tidak langsung lainnya dapat dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah yang tergantung dengan jenis sampahnya seperti mengandung mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya.
B. Keluhan Gangguan Kulit Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005). 1. Penyakit Kulit Menurut Sitorus (2008) dalam Listautin (2012), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit
15
kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptesscabiei). a. Gatal-gatal Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini seringkali menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi penanahan. Salah satu penyakit kulit adalah skabies dengan gejala keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari dan adanya bintikbintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung oleh: 1) Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis. 2) Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan. 3) Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi. Walaupun bukan merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak dapat dibiarkan. Alergi dapat terjadi karena terhirup debu, bulu hewan dan pakaian. Upaya yang penting dalam pencegahan adalah pola hidup yang baik. Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila tidak disertai dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci 16
tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus, 2008). b. Kulit kemerahan Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala bakteri, efeknegatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga memiliki sifat yangsensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena beberapa faktor yaitu alergi terhadapudara, debu, plastik maupun obatobatan dan akibat matahari. Sinar mataharimerupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparanberlebihan dalam waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panasdan luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008 dalam Listautin, 2012). 2. Penyebab Penyakit Kulit Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain : a. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan : 1) Mengubah pHnya 2) Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) 3) Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya 4) Merendahkan daya tahan kulit. 17
b. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu : 1) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garamgaram logam. 2) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll. 3) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll 4) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll. c. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produkproduknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
C. Anatomi Kulit Kulit dianggap sebagai sebuah organ tubuh dengan luas permukaan sekitar 2 m. Bila dibandingkan dengan organ tubuh lainnya, proporsi kulit cukup besar yaitu sekitar 3% dari berat total tubuh, dengan demikian lebih besar dari hati dan otak. Fungsi utama dari kulit adalah sebagai pembatas yang melindungi organ internal tubuh dari gangguan berbagai faktor lingkungan di luar tubuh dan infeksi bakteri. Selain itu juga berfungsi dalam mengatur suhu tubuh, berperan
18
dalam fungsi kekebalan tubuh serta sebagai alat peraba yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungan (Alatas, 1998). Kulit adalah organ khusus yang terdiri dari komponen hidup dan tidak hidup. Kulit tersusun dari jaringan-jaringan yang berbeda seperti pembuluh darah, jaringan ikat, lemak, kelenjar- kelenjar, organ peraba dan saraf. Tiga lapisan jaringan utama penyusun kulit adalah epidermis, dermis dan lemak subkutan (Alatas, 1998).
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit
D. Fungsi Kulit Kulit merupakan organ yang langsung terkena trauma dan kerusakan akibat kontak dengan alam sekitarnya. Fungsi kulit antara lain : 1. Sebagai pembungkus untuk melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak dengan bahan berbahaya dari luar serta menjaga tubuh dari kekeringan yang dilakukan oleh stratum korneum. Sedangkan mekanisme perlindungan dan 19
penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya dari pancaran sinar matahari, dilakukan oleh pigmen melanin yang dibentuk oleh sel melanosit. 2. Alat sekresi yang berperan dalam respon fisiologik maupun patologik, antara lain dilakukan oleh kalenjar keringat dan kalenjar sebasea. 3. Fungsi imunologik yang berperan dalam reaksi kekebalan tubuh.
E. Definisi Pemulung Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja sebagai swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang. Bagi sebagian besar orang, pemulung adalah pekerjaan yang hina dan memalukan. Interaksi seorang pemulung dengan tumpukan sampah menjadikan banyak orang jijik dengan pekerjaan ini (Junaedi, 2012) Pemulung
memiliki
kegiatan
mengumpulkan
barang
bekas
yang
dikumpulkan dari tempat sampah. Kegiatan yang bergerak di sektor informal ini dipengaruhi oleh sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia, yang pada umumnya terdiri dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan, sistem pengangkutan dan sistem pembuangan akhir. Pemulung termasuk pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan 20
sebagaimana mestinya. Di beberapa kota besar jumlah keberadaan pemulung cukup banyak, mereka merupakan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi terjangkit penyakit akibat kerja mengingat jenis pekerjaan mereka (Junaedi, 2012). Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki resiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit. Lingkungan yang tidak kondusif dan kotor mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit misalkan saja : batuk pilek, gatal-gatal, diare dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang sangat minim. Melihat kondisi mereka, perlu diketahui bahwa mereka juga merupakan warga Negara seperti yang di amanatkan pada pasal 34 yang patut mendapat perhatian dan perlindungan dari Pemerintah sebagaimana warga masyarakat lainnya. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif (Junaedi, 2012) Pemulung rata-rata memiliki pendidikan yang rendah, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tidak pernah bersekolah. Sehingga pengetahuan dan wawasan mereka tentang kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan sangatlah terbatas. Hal ini ditunjang dengan kurangnya pengalaman dan kurang pemahaman tentang pentingnya kebersihan pribadi, mengingat mereka bekerja di tempat yang cukup kotor. Lingkungan kotor akibat pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan berbagai penyakit bagi
21
masyarakat. Padahal kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai kesehatan masyarakat (Junaedi, 2012).
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2000 dalam Hasibuan, 2005). Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung 1. Kondisi Lingkungan TPA Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia 22
lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009). Lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu disekitar kita seperti rumah, gunung, udara, air, sinar matahari, senyawa kimia, dan lain-lain. Lingkungan biologis merupakan segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, plankton, kuman dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah manusia lain yang ada disekitar kita seperti tetangga, kawan, bahkan orang yang tidak kita kenal. Kemudian pengertian lingkungan kerja sendiri yaitu merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, kimia, dan biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008 dalam Listautin, 2010). a. Penyediaan Air Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh
23
tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008). Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya terutama gangguan kulit.Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2008),santri di pesantren Nurul Hidayah Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri. Selain itu menurut Djunaedi (2012), kualitas air yang digunakan pemulung di TPA yang tidak terjamin mutunya terutama membuat kulit tidak sehat. Jika kulit sensitif dan air mandi terbatas, dengan mudah penyakit kulit pun akan berjangkit. Cemaran air mandi bisa menjadi sumber penyakit jamur kulit. Sela-sela kulit yang tidak terkena sabun mandi dan lembab, akan menjadi sasaran jamur kulit. Kulit kurang terpelihara kebersihannya karena air mandi yang langka dan tidak higienis, menimbulkan rasa gatal yang merangsang orang untuk menggaruk. Menggaruk berarti melukai kulit, dimana kulit yang terluka, mudah dimasuki jamur. Infeksi jamur merupakan penyebab tersering
24
dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan kecil atau ruam merah yang dalam (Djunaedi, 2012). b. Suhu dan Kelembaban Menurut Adhi Juanda dalam Suma’mur (2009), salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktorlingkungan (misalnya: suhu dankelembaban). Selain itu menurut Subakir (2005) dalam Kurniawati (2006) jamur penyebab gangguan kulit dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar 25 - 30°C, dengan kelembaban 60%. Walaupun demikian ada beberapa jamur pathogen yang dapat tumbuh pada 45 - 50°C. Berdasarkan penelitian Ma’rufi dkk (2005), terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan penyakit scabies pada santri pondok pesantren. c. Paparan Sinar Matahari Matahari adalah sumber energi dan cahaya terpenting bagi semua planet yang berada dalam sistem tata surya kita, termasuk planet bumi yang kita diami. Oleh karena itu peranan sinar matahari sangat penting bagi kehidupan manusia. Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari pencahayaan buatan seperti lampu pijar dan lampu pelepasan listrik dan 25
pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008 dalam Listautin, 2012). Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Bila kulit terkena sinar matahari, energi matahari akan diserap oleh epidermis, dipantulkan, dan diteruskan ke lapisan yang lebih dalam (Dermis dan Subkutis).Pajanan sinar matahari paling maksimal adalah bila matahari tepat terletak diatas kita yaitu jam 12.00 (waktu matahari). Meskipun demikian intensitas energi matahari telah mencapai jumlah yang cukup besar sejak jam 10.00 sampai jam 15.00. Kebiasaan terpajan sinar matahari pada jam tersebut sebaiknya dikurangi atau dihindari sama sekali. Selain itu menurut (Moeljosoedarmo, 2008) paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagi 26
tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk kesehatan tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan metabolisme tubuh. Racun dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi berjemur di atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet
B
(UVB)
dapat
merusak
membran
sel
sehingga
mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) disamping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok. 2. Personal Hiegene Personal higiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangandan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusiauntuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untukdiperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamananindividu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Personal higiene menjadi penting karena personal hygieneyang baik akanmeminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada 27
dimana-manadan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higienemerupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu sepertimandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untukkenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakanlangkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkanrisiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutamapenyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygieneyang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit sepertipenyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna(Saryono dan Widianti, 2011 dalam Listautin, 2012). Hasil penelitian Listautin (2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara personal higiene : kebersihan kulit, tangan dan kuku terhadap keluhan kesehatan salahsatunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung. a. Kebersihan Kulit Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi
jaringan
dibawahnya
dari
cidera,
mengatur
suhu,
menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf, menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti, 2011 dalam Listautin, 2012). Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ 28
yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012). Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah: 1) Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari. 2) Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih. 3) Mandi dengan menggunakan sabun. 4) Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari. 5) Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah. 6) Menjaga kebersihan lingkungan Sejalan dengan penelitian Listautin (2012), menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung. Selain itu berdasarkan penelitian Sajida (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan penyakit kulit di masyarakat Kelurahan Denai. b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman 29
penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila tangan manusia menyentuh tinja atau feses akan terkontaminasi lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sering diabaikan dan mudah masuk kedalam tubuh manusia. Sedangkan permasalaha kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam (Zein, 2010 dalam Listautin 2012). Menurut Zein (2010) dalam Listautin (2012), cuci tangan memakai sabun, bagi sebagai besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya cuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu : 1) Sebelum makan dan sesudah makan. 2) Sesudah buang air besar dan buang air kecil. 3) Sebelum memegang bayi. 4) Sebelum menyiapkan makanan. 5) Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan. 30
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) dalam Listautin (2012), mengabaikan kebersihan tangan, kaki dan kuku akan berdampak pada berbagai macam penyakit yang menghampirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku adalah sebagai berikut: 1) Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). 2) Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. 3) Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur. Sejalan dengan penelitian Sajida (2012), terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan penyakit kulit di Masyarakat Kelurahan Denai. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung. c. Kebersihan Rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya 31
kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambut tampak kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe, adanya kutu rambut dan sebagainya (Isro’in dan Andarmoyo, 2012 dalam Listautin, 2012). Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat dilihat
berdasarkan
pertumbuhan,
distribusi
dan
pola
rambut.
Karekteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obatobatan, infeksi atau penyakit tertentu. Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu: 1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu. 2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo. 3) Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa, kebersihan rambut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi (2010), dan Sajida dkk (2012). 3. Karakteristik Individu a. Jam Kerja Menurut Suma’mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas 32
dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit. Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikianwaktu istirahat harus tetap diadakan (Sedarmayanti, 2009 dalam Listautin, 2012). Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan yang salah satunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. b. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengearuhi terjadinya keluhan gangguan kulitpada seseorang. Seperti pada penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan yang bermakna antara umurpekerja dengan keluhan gangguan kulit. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak. c. Masa Kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah
terpajan
dengan
berbagai
sumber
penyakit
yang
dapat 33
mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan dengan kemungkinan sumber yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit sampai waktu penelitian. Menurut Suma’mur (2009) semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. d. Riwayat Alergi Alergi adalah suatu penyakit yang berupa perubahan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap suatu bahan tertentu di lingkungan yang disebut alergen. Reaksi alergi timbul segera dalam beberapa menit setelah ada rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif. Penyebab alergi ditimbulkan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Penyakit-penyakit alergi sering dihubungkan dengan organ tertentu, yaitu hidung (rinitis alergi), mata (konjungtivitis alergi), rongga hidung di belakang wajah (sinusitis), paru (asma bronkial/asma), kulit (dermatitis atopi/ekzema dan urtikaria/kaligata) (Rabson et al. 2005; Kuby et al. 2007 dalam Rengganis, 2009).Selain itu berdasarkan pelitian yang dilakukan oleh Satuti (2003) pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak mempunyai riwayat alergi pada kulit. Kemudian pada penelitian 34
Cahyawati dan Budiono (2011) terdapat hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian keluhan gangguan kulit dermatitis. e. Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang
yang
berpendidikan
lebih
tinggi
akan
mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah(Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian keluhan gangguan kulit. f. Pengunaan APD Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar adalah mata, kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut, diperlukan alat pelindung diri yang harus dipakai pada organ yang akan dilindungi (Harrington dan Gill, 2003). Perlindungan tubuh atau permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah: 1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif. 2) Penyebaran zat kimia melalui kulit. 3) Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.
35
Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah alat pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan tempat kerja. Meskipun APD telah dipakai namun baiknya APD yang digunakan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1) Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana pekerja terpajan. 2) Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberiperlindungan. 3) Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif. 4) Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya maupun tanggapan panca indranya. 5) Alat pelindung diri harus tahan lama. 6) Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya tambahan karena pemakaian) baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaan. Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut: 1) Sarung tangan Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai dengan tujuan untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih)
36
dan
menghindari
kecelakaan
atau
penyakit
akibat
kerja
(Moeljosoedarmo, 2008). 2) Sepatu kerja Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda tajam atau runcing. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia ataupun tempat kerja yang becek, tenaga kerja diberikan sepatu pengaman jenis boot yang terbuat dari karet (Moeljosoedarmo, 2008). 3) Topi pengaman Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar matahari
seperti
di
lingkungan
konstruksi
dan
lain-lain)
(Moeljosoedarmo, 2008). 4) Pakaian kerja Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat melindungi kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan kimia dan lainnya. Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu lebar atau terlipat keluar dan tidak menggunakan baju yang terlalu longgar atau sempit (Harrington dan Gill, 2003)
37
5) Pelindung mata Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari. Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa, kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill, 2003). 6) Masker Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam bentuk debu dan gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup dengan menggunakan masker (Harrianto, 2009). Dari hasil penelitian Listautin ada hubungan antara penggunaan APD dengan keluhan kesehatan salah satunya gangguan kulit.
38
H. Kerangka Teori Variabel Independen
Variabel Independen
Personal Higiene Kebersihan Kulit Kebersihan tangan, kaki, dan kuku Kebersihan rambut
-
Kondisi Lingkungan -
Penyediaan Air Kelembaban Suhu Paparan Sinar Matahari
Keluhan Gangguan Kulit
Karakteristik Individu - Umur - Jam kerja - Masa Kerja - Pendidikan - Riwayat Alergi
-
Penggunaan APD pakaian kerja topi pengaman masker sarung tangan sepatu kerja
Bagan 2.1 Sumber : Listautin (2012), Dahlia (2010), Kurniawati (2006), Ma’rufi & Keman & Notobroto (2005), Aisyah dkk (2012), Cahyawati, dan Budiono (2011)
39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang ada, dimana pada variabel dependen yaitu keluhan gangguan kulit dan variabel independennya yaitu personal hiegiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku), dan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi). Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang terpenting yang harus untuk diketahui dan diamati terlebih dahulu sebagai penyebab munculnya gejala-gejala keluhan gangguan kulit pada pemulung. Adapun variabel-variabel lain yang tidak diteliti yaitu : 1. Penyedian air tidak diteliti dikarenakan berdasarkan hasil studi pendahuluan, sumber air yang digunakan oleh pemulung seluruhnya berasal dari air tanah dengan satu sumber yang sama. 2. Suhu dan Kelembaban lingkungan kerja tidak diteliti, dikarenakan pemulung bekerja di tempat terbuka (outdoor)dan tidak menetap. 3. Pendidikan tidak diteliti dikarenakan sebagian besar (93%) pemulung tidak tamat sekolah dasar. 40
4. Kebersihan rambut tidak diteliti dikarenakan pada beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel kebersihan rambut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan rambut dengan keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi (2010), Sajida dkk (2012), dan Purba (2013). 5. Penggunaan APD tidak diteliti dikarenakan dari hasil studi pendahuluan sebagian besar pemulung (98%) tidak menggunakan APD yang sesuai standar, dikarenakan alasan ekonomi yang tidak mencukupi dan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya penggunaan APD. Penggunaan APD yang sesuai standar yakni seperti sarung tangan, masker, penutup kepala (topi), dan sepatu kerja. 6. Paparan sinar matahari tidak diteliti dikarenakan sudah terwakili dari variabel jam kerja. Dimana variabel jam kerja juga menunjukkan waktu pemulung terkena paparan sinar matahari.
41
-
Personal Higiene Kebersihan Kulit Kebersihan tangan, kaki, dan kuku
Keluhan Gangguan Kulit Karakteristik Individu - Umur - Masa kerja - Jam Kerja - Riwayat Alergi
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
42
B. Definisi Operasional
Variabel Dependen
Definisi
Gangguan kulit
Tabel 3.1 Definisi Operasional Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Keluhan yang dirasakan berupa rasa gatal-gatal Wawancara
Kuisioner
Ordinal
1. Mengalami
(saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang dan observasi
dan lembar
keluhan
hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-
observasi
gangguan kulit
bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening
0. Tidak
ataupun nanah pada kulit, serta timbul ruam-
mengalami
ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005).
keluhan gangguan kulit
Variabel Independen
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Personal Higiene Kebersihan Kulit
Suatu
keadaan kulit
dan kegiatan
yang Wawancara
Kuisioner
Ordinal
Kuisioner
Ordinal
dilakukan untuk melindungibagian tubuh dari pengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja
1. Baik ( > 25 poin) 0. Tidak Baik (<24 poin
pemulung yaitu, mandi, penggunaan sabun, handuk,
dan
pakaian
dengan
ketentuan
memiliki skor baik jika > 25 poin. Kebersihan tangan,
kebersihan yang dilakukan pemulung
kaki, dan kuku
dengan cara mencuci tangan memakai sabun, memotong kuku pada tangan dan kaki secara
Wawancara
1. Baik ( > 18 poin ) 0. tidak Baik (<17 poin )
43
Variabel Independen
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara
Kuisioner
Rasio
Jam/hari
Wawancara
Kuisioner
Rasio
Tahun
Wawancara
Kuisioner
Rasio
Tahun
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
teratur dengan ketentuan memiliki skor baik jika > 18 poin. Karakteristik Individu Jam Kerja
waktu yangdigunakanpemulung untukbekerja dalamhitungan jam/haribaik siang ataupunmalam hari (Suma’mur, 2009)
Masa Kerja
Jangka waktu pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian
Umur
Jumlah tahun responden yang dihitung sejak lahir sampai tahun dilakukan penelitian
Riwayat Alergi
Pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat alergi yang berhubungan dengan keluhan
1. Ada 0. Tidak ada
gangguan kulit akibat agen fisik (makanan, obat-obatan, debu, cahaya matahari, dan lainlain)
44
C. Hipotesis 1. Ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 2. Ada hubungan karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah potong silang (cross sectional) di mana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.Penelitian ini adalah sebuah penelitian yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu menggambarkan
hubungan
kondisi
lingkungan,
personal
hygiene,
dan
karakteristik individu terhadap keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kecamatan Bantar gebang Kelurahan Sumur Batu. Sedangkan analitik yaitu untuk melihat secara analitik hubungan berbagai variabel dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Keluhan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang Kelurahan Sumur Batu dan dilaksanakan pada bulan Juli- September 2013.
46
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemulung yang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Jumlah pemulung di Kelurahan Sumur Batu ini tidak diketahui secara pasti karena sifat pekerja yang tidak tetap. Namun terdapat data dari Kelurahan Sumur Batu yang menyatakan ada sebanyak 350 pemulung di Kelurahan tersebut. Hanya saja data tersebut dapat berubahubah dikarenakan sifat pemulung yang tidak tetap. Mereka tinggal berkelompok dalam suatu lahan kosong yang disediakan oleh atasan, namun ada juga yang tinggal menyatu dengan kawasan pemukiman warga. Pada penelitian ini populasi peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk mengambil populasi studi. Adapun kriteria dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. a.
Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar responden dapat dijadikan sampel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Bersedia menjadi responden 2) Pemulung yang tinggal di Kelurahan Sumur Batu 3) Pemulung yang bekerja minimal 2 tahun (Suwondo, dkk, 2010) 4) Pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit bertahun-tahun 47
b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh reponden agar tidak dapat menjadi sampel penelitian, yaitu: 1) Tidak bersedia menjadi responden 2) Pemulung yang tidaktinggal di Kelurahan Sumur Batu 3) Pemulung yang bekerja kurang dari 2 tahun 4) Pemulung sedang tidak mengalami kusta 5) Pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit selama bertahun-tahun. 2. Sampel Penelitian Pemilihan sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada di lokasi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Apabila n populasi tidak diketahui maka perhitungan jumlah minimal sampel yang diambil peneliti berdasarkan kategori pada satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus berikut:
√ ̅
̅
√
48
Keterangan : n
: Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1
: Proporsi pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku = 0,51(Sajida,dkk 2012)
P2
:Proporsi pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit
dengan
kebersihan
tangan,
kaki,
dan
kuku
=
0,84(Sajida,dkk 2012) P
: Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))
Z1-α/2
:Derajat kemaknaan 95 % dengan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5%=1,96
Z1-β
: Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80%=0,84 Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya diperoleh hasil, sebagai berikut: √
√
= 33 x 2 = 66 orang Berdasarkan perhitungan sampel secara uji beda dua proporsi maka didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 66 orang.
49
a. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara dan kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang dan Pustu di Kelurahan Sumur Batu. b. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana kualitas pengumpulan data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengukuran yang digunakan peneliti. Sebelumnya peneliti telah melakukan studi pendahuluan terhadap 10 pemulung yang ada di Kelurahan Sumur Batu menggunakan kuisioner dan ditemukan 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuesioner data pemulung yang digunakan untuk mengetahui hiegyne perorangan (Kebersihan Kulit, tangan, kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, pendidikan dan riwayat alergi) keluhan gangguan kulit pada pemulung secara subjektif di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Setiap jawaban pada setiap pertanyaan diberi nilai sesuai dengan jumlah jawaban pada pertanyaan. Misalnya jika sebuah pertanyaan memiliki pilihan lima jawaban, maka diberi nilai antara 1 s.d. 5. Selanjutnya nilai yang mewakili masing-masing variabel dijumlahkan. 50
Jika total nilai di atas nilai median maka hasilnya baik. Namun jika total nilai di bawah median maka hasilnya buruk. Variabel kebersihan kulit dinilai baik jika ≥25 poin dan buruk jika ≤24 poin. Variabel kebersihan tangan, kaki, dan kuku dinilai baik jika ≥18 poin dan buruk jika ≤17 poin. c. Pengolahan Data Menurut Hastanto (2001), ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu : 1) Menyunting data (data editing) Melakukan pengecekan isian kuisioner terhadap jawaban yang di kuisioner yaitu : a. Lengkap
: Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas
: Jawaban dari pertanyaan tulisan dapat dibaca, konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban.
2) Mengkode data (data coding) Dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Pemberian
kode
dimaksudkan
untuk
memudahkan
dalam
memasukkan data.
51
Variabel Keluhan Gangguan Kulit
(1) Mengalami Keluhan Gangguan Kulit (0) Tidak mengalami keluhan gangguan kulit
Variabel Kebersihan Kulit
(1) Baik ( >25 poin) (0) Tidak Baik (<24 poin)
Variabel Riwayat Alergi
(1) Mempunyai Riwayat Alergi (0) Tidak mempunyai riwayat alergi
Variabel Kebersihan Tangan, Kaki, (1) Baik ( > 18 poin ) dan Kuku
(0) Tidak Baik (< 17 poin )
3) Memasukkan data (data entry) Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan data dari hasil kuisioner yang sudah diberikan kode pada masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan analisis data dengan memasukkan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan analisis bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan) 4) Membersihkan data (data cleaning) Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisis.
52
d. Analisa Data 1) Analisis Univariat Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel dependen dan independen. Variabel tersebut
adalah
keluhan
gangguan
kulit,
personal
higiene
(kebersihan kulit, kebersihan kuku, kaki, dan tangan), karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi). 2) Analisis Bivariat Analisa yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square untuk menghubungkan variabel katagorik
dengan
katagorik
dan
uji
T-Independent
untuk
menghubungkan variabel numerik dengan katagorik apabila variabel numerik berdistribusi normal. Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwaadanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
53
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu a. Data Geografis Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan. kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetangga dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kelurahan Padurenan Kecamatan Mustikajaya
Sebelah Timur
: Desa Burangkeng Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi
Sebelah Barat
: Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar Gebang
Letak kota pemerintahan Kelurahan Sumur Batu berada di sebelah tenggara dari kota pemerintahan Kecamatan Bantargebang, dengan luas ± 568,995 ha. Dari luas ± 56.955 ha areal yang ada, sekitar 318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana
54
pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI Jakarta ± 20 ha dan pemerintah kota Bekasi ± 22,5 ha. b. Data Demografi Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan kelamin jenis laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 No.
Tingkat Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak tamat SD Sedang sekolah di SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SMA/sederajat Akademi D1-D2 Universitas
Jumlah (orang) 686 1.023 987 726 598 45 47
% 16,68 24,8 24 17,6 14,5 1,09 1,14
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
Adapun data mengenai mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sumur Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
55
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Mata Pencaharian Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta / karyawan Petani Pertukangan Pemulung Buruh tidak tetap TNI / POLR Pensiunan ABRI / Sipil Pedagang Jasa angkutan
%
Jumlah (Orang) 387 674
6,74 15,83
1.156 218 419 597 29 71 418 287
27,1 5,12 9,84 10,4 0,68 1,66 9,82 6,74
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumurbatu
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I Puskesmas Bantar Gebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10 No. 75 Kelurahan Bantar Gebang. Batas-batas wilayah Puskesmas Bantargebang I adalah: a. Sebelah Utara
: Kelurahan Padurenan Kecamatan Bantar Gebang
b. Sebelah Timur
: Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi d. Sebelah Barat
: Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong Menteng
Luas wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang I adalah 18,54 km2. Puskesmas Bantar Gebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu: a. Kelurahan Bantar Gebang
56
b. Kelurahan Cikiwul c. Kelurahan Ciketing Udik d. Kelurahan Sumur Batu
B. Analisis Univariat Analisis univariat mendeskripsikan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alegi), personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan kuku, dan tangan), dan keluhan gangguan kulit. 1. Distribusi Karakteristik Individu a. Distribusi Umur Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel Umur
Mean (tahun) 40,94
SD 9,381
Min-Max (tahun) 13-58
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden rata-rata umur responden adalah 41 tahun dengan standar deviasi 9,381. Umur responden termuda adalah 13 tahun sedangkan umur responden tertua adalah 58 tahun.
57
b. Distribusi Jam Kerja Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel Jam Kerja
Mean (jam) 8,35
SD 2,201
Min-Max (jam) 4-18
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden rata-rata jam kerja responden adalah 8 jam dengan standar deviasi 2,201. Jam kerja responden tercepat adalah 4 jam sedangkan jam kerja responden terlama adalah 18 jam. c. Distribusi Masa Kerja Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel Masa Kerja
Mean (tahun) 11,21
SD 7,767
Min-Max (tahun) 2-35
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh hasil analisis bahwa distribusi ratarata masa kerja responden adalah 11 tahun dengan standar deviasi 7,767. Masa kerja terendah adalah 2 tahun sedangkan masa kerja tertinggi adalah 35 tahun.
58
d. Distribusi Riwayat Alergi Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Kategori Frekuensi Presentase (%) Memiliki Riwayat Alergi 7 89,4 Tidak Memiliki Riwayat 59 10,6 Alergi Jumlah 66 100 Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi dan responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden (10,6 %). 2. Distribusi Personal Higiene Personal Higiene dalam penelitian ini meliputi kebersihan kulit, dan kebersihan tangan dan kuku. a. Distribusi Kebersihan Kulit Tabel 5.8 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Kebersihan Kulit Baik ( > poin 25) Tidak Baik (< poin 24) Jumlah
Frekuensi 29 37 66
Presentase (%) 43,9 56,1 100
59
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden sebanyak 37 responden (56,1 %) memiliki kebersihan kulit yang tidak baik. b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki Tabel 5.9 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Baik ( >18 poin ) Tidak Baik (<17 poin ) Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
25 41 66
37,9 62,1 100
Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh hasil analisis bahwa sebagian besar responden (62,1%) memiliki kebersihan tangan dan kuku yang tidak baik. Tabel 5.10 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Kebersihan Kulit Mengalami Keluhan Gangguan Kulit Tidak Mengalami Keluhan Gangguan Kulit Jumlah
Frekuensi 40
Presentase (%) 60,6
26
39,4
66
100
Hasil analisis pada tabel 5.10 menunjukkan sebagian besar responden (60,6%) mengalami keluhan gangguan kulit.
60
C. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden umur, jam kerja dan masa kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah uji T-Independent dan uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit adalah uji Chi Square, yang hasilnya akan di jelaskan dibawah ini : a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.11 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel Umur
Keluhan Gangguan Kulit Ada Tidak Ada
N
Mean
SD
40 26
42,10 39,15
8,78 10,14
P value 0,215
61
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata umur pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 42 tahun dengan standar deviasi sebesar 8,78, sedangkan rata-rata umur pada pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 39 tahun dengan standar deviasi 10,14. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 0,215, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. b. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.12 Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel
Keluhan Gangguan Kulit
N
Mean
SD
Jam Kerja
Ada Tidak Ada
40 26
8,58 8,15
2.375 1.933
P value 0,567
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata jam kerja pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam dengan standar deviasi sebesar 2.37, sedangkan rata-rata jam kerja pada 62
pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 8 jam dengan standar deviasi 1.93. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0.567, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.13 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Variabel
Keluhan Gangguan Kulit
N
Mean
SD
Masa Kerja
Ada Tidak Ada
40 26
9 14,62
4,48 10,27
P value 0,013
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata masa kerja pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 tahun dengan standar deviasi sebesar 4,48, sedangkan rata-rata masa kerja pada pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 15 tahun dengan standar deviasi 10,27. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 0,013 yang artinya pada α 5 % ada hubungan yang 63
signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara Riwayat Alergi dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.14 Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Keluhan Gangguan Kulit Riwayat Alergi
Total
Tidak Ada N % 25 42.4
Ada N % 34 57.6
N 59
% 100
Ada
1
14.3
6
85.7
7
100
Total
26
39.4
40
60.6
66
100
Tidak Ada
Pvalue
0.304
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak sebanyak 25 dari 26 (42.4 %) pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki riwayat alergi ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 0.304 yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit pada
64
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. 2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit adalah uji Chi Square yang hasilnya akan di jelaskan dibawah ini : a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Keluhan Gangguan Kulit Kebersihan Kulit Tidak Baik
Tidak Ada N % 10 27
Total
Ada N 27
% 73
N 37
% 100
Baik
16
55.2
13
44.8
29
100
Total
26
39.4
40
60.6
66
100
Pvalue
0.03
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 16 dari 26 (55.2 %) pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 27 dari 40 (73%) yang
65
mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 0.03 yang artinya pada α 5 % ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kuku dan tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.16 Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Kebersihan Kuku dan Tangan
Keluhan Gangguan Kulit
Total
Tidak Ada N % 16 39
N 25
% 61
N 41
% 100
Baik
10
40
15
60
25
100
Total
26
39.4
40
60.6
66
100
Tidak Baik
Ada
Pvalue
1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 10 dari 26 (40 %) pemulung yang memiliki kebersihan kuku, kaki, dan tangan baik dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara
66
pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 25 dari 40 (61%) yang mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 1 yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku, kaki, dan tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
67
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu : 1. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap variabel khususnya pada variabel personal higiene (kebersihan kulit, dan kebersihan tangan dan kuku). 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan disain studi cross sectional. Dalam desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaitan, tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan efektif dari segi waktu. 3. Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini hanya menghubungkan variabel-variabel yang diperkirakan memiliki hubungan dengan variabel dependen sehingga masih terdapat kemungkinan variabel-variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep.
68
B. Keluhan Gangguan Kulit Keluhan gangguan kulit disini diartikan keluhan yang dirasakan berupa rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintikbintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit, serta timbul ruam-ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005). Keluhan gangguan kulit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi keluhan gangguan kulit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang mengalami keluhan gangguan kulit sebanyak 40 orang (60.6 %) dan yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit sebanyak 26 orang (39.4 %). Hal ini sejalan dengan penelitian Silalahi (2010) diketahui bahwa sebagian besar 32 orang petugas sampah (61,2%) mengalami
keluhan gangguan kulit dan 20 orang petugas
sampah (38.5 %) tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Selain itu juga hasil penelitian Sajida, dkk (2012) ditemukan keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai Kota Medan paling besar masuk dalam kategori mengalami keluhan, yaitu sebanyak 61 orang (69 %) mengalami keluhan penyakit kulit, dan 27 orang (31 %) tidak mengalami keluhan penyakit kulit. Jumlah pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit pada penelitian ini dapat dikatakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Hal ini dapat terjadi dikarenakan banyak pemulung yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan betapa 69
pentingnya kesehatan kulit mereka. Padahal kulit merupakan organ tubuh yang terletak pada bagian paling luar dan kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Maksud dari kebersihan diri dari keterangan di atas yaitu, umumnya pemulung yang menggunakan handuk secara bersamaan, penggunaan sabun mandi secara bersamaan, dan perilaku cuci tangan yang jarang menggunakan sabun dan tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik tersebut tentunya dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Keluhan gangguan kulit yang umumnya dirasakan oleh pemulung yaitu, gatalgatal, kemerahan, dan adanya bentol yang berisi cairan bening. Dalam islam sendiri, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pada dirinya seperti hadits berikut : “Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih.” (H.R. Tobroni). Menurut Dinas Kebersihan Kota Medan (2009) dalam Listautin (2012), pengaruh negatif sampah salah satunya adalah penyakit jamur (penyakit kulit) yang disebabkan tempat pengumpulan dan pembuangan sampah yang kurang baik.Penyakit yang biasanya ditemukan pada pekerja yang berkontak dengan sampah salah satunya adalah gangguan kulit. Gangguan kulit disini disebabkan karena kontak dengan sampah ataupun dengan air yang tercemar disekitar lokasi
70
kerja TPS/TPA. Ini sangat berkaitan dengan kondisi air yang digunakan, kebersihan diri, dan lingkungan kerja serta rumah. Kesehatan kulit sangat penting namun pemulung mengabaikannya, hal tersebut berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh pemulung, yang umumnya karena berbagai alasan seperti ekonomi, kurangnya pengetahuan betapa pentingnya menjaga kesehatan kulit, dan menganggap keluhan gangguan kulit yang mereka rasakan adalah hal yang biasa.
C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit Umur merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari karakteristik individu. Pada penelitian ini rata-rata umur reponden yang mengalami keluhan gangguan kulit yaitu pada umur 42 tahun. Hasil penelitian tersebut dapat didukung dengan adanya teori menurut HSE Industri (2000) kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembabannya karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun tajam, sehingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun. Selain itu menurut Aisyah dkk (2012), terjadinya keluhan gangguan kulit pada umur yang telah berusia lanjut dikarenakan lebih rentan terserang penyakit karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun sehingga mudah terpapar penyakit. 71
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-squaremenunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan kulit, dengan Pvalue sebesar 0,215. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lubis (2011) pada pemulung di TPA Terjun Medan yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan kulit. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah, dkk (2012) pada pemulung di Kecamatan Medan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur pekerja dengan keluhan gangguan kulit. Tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga karena sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki umur > 30 tahun. Sehingga data penelitian yang diperoleh kurang bervariasi. Selain itu, hal lain yang diduga dapat menyebabkan tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis statistik yang diketahui bahwa terdapatnya perbedaan proporsi keluhan gangguan kulit yang cukup jauh antara pemulung yang memiliki umur < 30 tahun dan pemulung yang memiliki umur > 30 tahun. Pada umumnya proporsi keluhan gangguan kulit terbesar dirasakan oleh pemulung yang memiliki umur > 30 tahun.
72
Hal tersebut dimungkinkan karena umur yang semakin lama semakin tua dapat mempengaruhi elastisitas dan kekebalan kulit. Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih sensitif dan kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan berbagai bahan kimia maupun organik untuk menginfeksi kulit (Cohen, 1999 dalam Aisyah, 2012). Hasil penelitian ini pun didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Erliana (2008), yang menyatakan bahwa dermatitis dapat menyerang semua kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis yang merupakan keluhan gangguan kulit. 2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit Jam kerja adalah waktu yang digunakan pemulung untuk bekerja dalam hitungan jam/hari baik siang atau pun malam hari (Suma’mur, 2009). Jam kerja atau lama kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden memiliki rata-rata jam kerja 9 jam. Jam kerja responden tercepat adalah 4 jam sedangkan jam kerja responden terlama adalah 18 jam. Kemudian berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa rata-rata jam kerja pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam, 73
sedangkan rata-rata jam kerja pada pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 8 jam. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value sebesar 0.567. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwondo, dkk (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jam kerja dengan kejadian dermatitis dimana rata-rata jam kerja adalah 7 jam dalam sehari. Kemudian pada penelitian lain yang dilakukan oleh
Lubis (2011)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Terjun Medan. Namun berbeda dengan hasil penelitian Listautin (2012) yang menyatakan bahwa, ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan gangguan kulit pada pemulung di Medan Marelan dengan p valuesebesar 0.039. Kemudian hasil penelitian Aisyah, dkk (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Medan Labuhan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga sebagian besar pemulung di Kelurahan Sumur Batu bekerja tidak lebih dari 8 jam. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis statistik yang menyatakan bahwa pemulung bekerja lebih dari 8 jam sebanyak 29 orang, dan 37 orang bekerja tidak lebih dari 8 jam. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (2009), 74
memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja bisa terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja, begitu juga dengan waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, dan gangguan kesehatan. Kemudian menurut Mahyuni (2012), jam kerja/lama kerja pemulung yang tinggi merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit kulit. Namun dalam penelitian ini diketahui bahwa lebih banyak pemulung yang bekerja tidak lebih dari 8 jam. Selain itu hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil wawancara kepada pemulung, umumnya mereka mulai bekerja pada pukul 07.00 pagi dan istirahat makan siang pada pukul 12.00, kemudiaan melanjutkan pekerjaan lagi pukul 13.30 sampai pukul 15.00. Jika dilihat dari jam istirahat mereka, sudah dapat dikatakan cukup dan maksimal. Karena dengan melakukan istirahat yang cukup, maka kondisi tubuh yang sebelumnya lelah akan menjadi pulih kembali. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Latifah et al.(2002) dalam Widyaningsih, dkk (2008) tubuh memerlukan istirahat yang cukup dengan istirahat siang yang paling baik dilakukan maksimal selama 2 jam. Istirahat akan membuat tubuh kembali segar dan terhindar dari kelelahan. Istirahat siang yang dilakukan oleh pemulung pada penelitian ini selama satu setengah jam dan itu sudah dapat dikatakan cukup.
75
Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak terjadinya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah adanya beberapa pemulung yang bekerja pada malam hari meskipun mereka bekerja juga selama 8 jam. Kemudian tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga juga dikarenakan pemulung yang bekerja pada waktu pagi sampai sore hari menggunakan pakaian lengan panjang dan penutup wajah, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit. Sehingga kulit tidak langsung terpapar dengan sinar matahari. Menurut teori yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo (2008) paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi, sebelum pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagian tubuh. Namun, jika kita terkena langsung sinar matahari diatas pukul 10.00 justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak sel-sel kulit. 3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit Menurut Handoko (1992) dalam Suwondo (2011), masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah jangka waktu pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan
76
kulit. Berdasarkan data pada tabel 5.6diketahui bahwa masa kerja responden cukup bervariasi, dengan rata-rata masa kerja adalah 11 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama 9 tahun sedangkan pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama 15 tahun. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan nilai P value sebesar 0,013. Hasil penelitianlain yang sejalan yaitu, Suwondo, dkk (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan dermatitis, dengan hasil P value sebesar 0.038. Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan masa kerja yang lebih awal terkena dermatitis adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan iritan maupun infeksi. Pekerja dengan masa kerja yang lebih awal masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun infeksi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lestari & Utomo pada pekerja dengan masa kerja yang cukup lama > 10 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan. Resistensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan iritan yang terus-menerus. Untuk itulah mengapa pekerja dengan lama bekerja >10 tahun lebih sedikit yang mengalami dermatitis. 77
Jika dilihat dari hasil analisis statistik pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah pemuluung yang memiliki masa kerja yang lebih awal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada awal mereka bekerja sebagai pemulung, mereka merasakan keluhan gangguan kulit yang cukup bervariasi seperti gatal-gatal, kemerahan, bentol, dan terdapat cairan di kulit. Namun pada tahun-tahun berikutnya mereka sudah terbiasa dan kebal sehingga keluhan gatal-gatal pun jarang terjadi. Menurut Chandra (2009), faktor pada manusia dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masih-masing individu salah satunya adalah status kekebalan, dimana reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya oleh seseorang. Selain itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Taylor (2008) dalam Lubis (2011) seseorang mendapat kepekaan (hipersensitivitas) terhadap suatu bahan (fase sensitisasi) pada waktu awal pemaparan. Pemaparan berikutnya (fase elisitasi) mereka mengatakan sudah cukup lama mereka bekerja di tempat kerjanya tidak menyebabkan kelainan pada kulit mereka. Meskipun begitu, pemulung juga harus lebih memperhatikan lagi kesehatan kulit pada dirinya, karena kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling terlihat pada tubuh. Disamping itu juga kulit merupakan bagian tubuh yang paling terbuka terhadap infeksi penyakit karena berinteraksi
78
langsung dengan lingkungan luar seperti, udara, paparan sinar matahari, bakteri, dan lain-lain. 4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit Variabel riwayat alergi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat alergi yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit akibat agen fisik (makanan, obat-obatan, debu, cahaya matahari, dan lain-lain). Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan sebanyak diperoleh sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi dan responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden (10,6 %). Pada penelitian ini diketahui bahwa ada sebanyak25 dari 26 (42.4 %) pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki riwayat alergi ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value sebesar 0,304. Hasil penelitian ini sejalan dengan Lestari & Utomo (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis kontak. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiono & Cahyawati (2011), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat
79
alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis pada nelayan, dengan Pvalue sebesar 0.018. Perbedaan hasil temuan ini diduga karena tidak seimbangnya jumlah proporsi responden penelitian. Dimana diketahui bahwa jumlah pemulung yang memiliki riwayat alergi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi. Sehingga hal inilah yang dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam penelitian tidak bervariasi dan membuat tidak terlihatnya hubungan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit. Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi memiliki proporsi keluhan gangguan kulit yang tinggi. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Budiono & Cahyawati (2011) seseorang yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.Dapat disimpulkan bahwa keluhan gangguan kulit akan lebih mudah timbul jika terdapat riwayat alergi sebelumnya. Namun pada penelitian ini ditemukan bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi memiliki keluhan gangguan kulit yang tinggi. Alergi dapat timbul pada seseorang karena terjadinya perubahan reaksi terhadap bahan tertentu. Banyak penyebab terjadinya keluhan gangguan kulit yang didapatkan akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan 80
pekerjaan. Agen sebagai penyebab gangguan dan penyakit kulit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis. Respon kulit terhadap agen-agen tersebut dapat dimungkinkan berhubungan dengan alergi.
D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit 1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit Kebersihan kulit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan kulit dan kegiatan yang dilakukan untuk melindungi bagian tubuh daripengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja pemulung. Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan sebanyak 29 responden (43,9 %) memiliki kebersihan kulit yang baik dan pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik sebanyak 37 responden (56,1 %). Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value sebesar 0.03. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Listautin 2011, dimana ada hubungan antara kebersihan kulit dengan keluhan kesehatan : gangguan kulit dengan P value sebesar 0,018. Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian Sajida dkk (2012) dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit dengan keluhan penyakit kulit dengan P value sebesar 0.009. Kebersihan kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan tidak 81
baik.Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun masuk ke dalam kategori tidak baik sebanyak 65 responden dari 88 responden. Selain itu hasil penelitian lain, Silalahi (2010) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah dengan P value sebesar 0.006. Kebersihan kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun masuk ke dalam kategori tidak baik sebanyak 37 responden dari 66 responden. Hasil penelitian selanjutnya yang sejalan yaitu,Listautin (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulitpada pemulung di Kecamatan Medan Marelan dengan P value sebesar 0,018. Menurut Harahap (1998), salah satu penyebab gangguan kulit yaitu pekerjaan dan kebersihan perorangan yang kurang baik. Untuk memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan seperti menjaga kebersihan pakaian, mandi secara teratur, mandi menggunakan air yang bersih dan sabun, menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan. Hidup sehat dimulai dari diri sendiri. Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki adalah karena upaya kita sendiri. Oleh sebab itu kesehatan 82
perorangan atau kesehatan pribadi memegang peranan penting. Kesehatan pribadi adalah kesehatan bagian-bagian tubuh kita masing-masing yaitu meliputi kesehatan kulit, kesehatan mata, hidung, telinga mulut dan gigi, kesehatan kuku, tangan dan kaki, memakai pakaian yang bersih serta melakukan olahraga dan istirahat yang cukup. Berbagai macam penyakit dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Oleh sebab itu, memelihara kesehatan pribadi dimulai dengan memelihara kebersihan bagian-bagian tubuh kita. Kemudian berdasarkan teori selanjutnya, selain faktor utama terserang penyakit kulit karena kurangnya memperhatikan kesehatan atau kebersihan kulit, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat kekebalan tubuh, dan mengabaikan serta kurang memahami penyebab-penyebab terjadinya penyakit tersebut (Harahap, 2000). Maka dari itu pentingnya peranan pelayanan kesehatan setempat seperti Puskesmas untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi pemulung dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai prilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat meningkatkan status kesehatan para pemulung. Dalam islam pun mengajarkan betapa wajibnya seorang untuk menjaga kebersihan, sebagaimana firmanNya dalamQS. Al-Baqarah ayat 222 :
83
ط ِّهرِ يْن َ َحّبُ الْ ُمّت ِ حّبُ ال َّتّوَا ِب ْينَ َو ُي ِ ِاّنَ اهللَ ُي. . . “.....sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri “ (QS. Al-Baqarah ayat 222). Di dalam tafsir jalalain diterangkan bahwa dalam ayat ini, Allah memerintahkan manusia untuk selalu bersih dan rapi. Kemudian yang dimaksud dengan orang-orang yang mensucikan diri itu adalah orang yang mensucikan diri baik dhohir (jasmani) maupun batinnya. Dhohir (jasmani) merupakan anggota badan yang terdiri tangan, kaki, kepala, termasuk juga kulit. Allah mewajibkan kita untuk mensucikan diri pada bagian dhohir (jasmani) seperti wajah, tangan, kaki, kepala, kulit, dan lain-lain dikarenakan organ tubuh tersebut sering bersentuhan langsung dengan paparan matahari, kotoran, dan debu yang membawa bakteri serta kuman penyebab penyakit. 2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku dengan Keluhan Gangguan Kulit Kebersihan tangan dan kuku yang dimaksud pada penelitian ini adalah kebersihan yang dilakukan pemulungdengan cara mencuci tangan memakai sabun, memotong kuku pada tangan dan kaki secara teratur. Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan sebanyak 25 responden memiliki kebersihan tangan, kaki, dan kuku yang baik dan responden yang memiliki kebersihan tangan dan kuku tidak baik sebanyak 41 responden.
84
Selain itu berdasarkan hasil analisis ditemukan ada sebanyak 10 dari 26 pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 25 dari 40 yang mengalami keluhan gangguan kulit. Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan tangan, kaki, dan kuku dengan keluhan gangguan kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Silalahi (2010), dimana tidak ada hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah. Pada penelitian ini diketahui kebersihan tangan, kuku, dan kaki paling banyak masuk dalam kategori buruk. Hasil wawancara dan observasi ditemukan umumnya responden mencuci tangan dan kakinya tidak menggunakan air yang mengalir, kemudian kuku mereka pendek tetapi hitam. Tidak adanya hubungan antara kebersihan tangan, kuku, dan kaki diduga karena tidak seimbangnya jumlah proporsi responden penelitian. Diketahui bahwa jumlah pemulung yang memiliki kebersihan tangan, kuku, dan kaki dalam kategori buruk lebih banyakdibandingkan dengan pemulung yang memiliki kebersihan tangan, kuku, dan kaki dalam kategori baik. Sehingga hal inilah yang dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam penelitian tidak bervariasi dan tidak ditemukan adanya hubungan. Kemudian tidak ditemukannya hubungan antara kebersihan kuku, tangan, dan kaki pada penelitian ini diduga karena berdasarkan hasil 85
wawancara, terdapat beberapa pemulung yang memotong kuku secara rutin yaitu seminggu sekali, serta mencuci tangan dan kaki setelah selesai bekerja. Secara tidak langsung perilaku tersebut dapat mengurangi resiko terkenanya keluhan gangguan kulit pada pemulung. Seperti yang diungkapkan oleh Potter (2005), pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu dan terhindarnya dari beberapa masalah gangguan kesehatan salah satunya adalah keluhan gangguan kulit. Hal lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku, tangan, dan kaki dengan keluhan gangguan kulit diduga karena pemulung menggunakan pakaian dan celana panjang, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit apabila tangan ataupun kuku yang sudah terkontaminasi dengan sampah berinteraksi langsung dengan tubuh seperti, menggaruk ataupun menyentuh bagian tubuh. Perilaku tersebut secara tidak langsung pun dapat mengurangi resiko terjadinya keluhan gangguan kulit. Meskipun kuku, tangan dan kaki hanya merupakan bagian kecil anggota badan, akan tetapi kuku sangat besar pengaruhnya bagi kesehatan. Kuku terutama kuku jari tangan merupakan tempat yang baik bagi bibit-bibit penyakit. Hal ini dikarenakan kuku selalu kontak dengan benda-benda di sekitar yang belum tentu bersih. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan kebersihan kuku. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, dalam keadaan bersih, dan tangan selalu dicuci bersih sebelum, sesudah makan dan setelah selesai bekerja. Serta selalu mencuci kaki 86
dengan air mengalir dan sabun setelah selesai bekerja sehingga dapat mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.
87
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemulung di Kelurahan Sumur Batu yang mengalami keluhan gangguan kulit sebesar 60,6 % dan yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit sebesar 39,4 %. 2. Persentase kebersihan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batuyang baik sebesar 43,9% dan yang buruk 56,1%. Kebersihan tangan, kuku, dan kaki memiliki persentase yang baik sebesar 37,9% dan yang buruk 62,1%. 3. Rata-rata umur pemulung di Kelurahan Sumur Batu 41 tahun dan sebagian besar tidak memiliki riwayat alergi. Umumnya mereka bekerja selama 9 jam/hari dengan rata-rata massa kerja 11 tahun. 4. Karakteristik individu yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu masa kerja. 5. Personal higiene yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu Kebersihan kulit.
88
B. Saran 1. Pemulung Diharapkan pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara diantaranya mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja,sebelum dan sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri setelah mandi sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit. 2. Pemerintah setempat dan Puskesmas Dalam rangka menangani penyakit kulit di Kelurahan Sumur Batu disarankan bagi pihak Puskesmas Bantar Gebang untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan pada warga dan pemulung sekitar mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka mengatasi keluhan gangguan kulit. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya menganalisisjenis penyakit kulit yang terjadi pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan danmenggunakan metode penelitian yang lebih menunjukkan faktor risiko sehingga menyebabkan hubungan sebab-akibat.
89
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Achmadi, U.F, 2011. Dasar – Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Adnani, H., 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika. Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Higiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. (Jurnal). Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara. Alatas, Zubaidah.1998. Efek Radiasi Pada Kulit. Buletin ALARA 2 (1), 27 – 31 (1998). Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional AS, Misnadiarly. 2006.Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesehatan Kulit. (Jurnal) Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan. Cermin Dunia Kedokteran No. 152, hal 43 – 45 Azhar, Khadijah. Hananto, Miko. 2011. Hubungan Proses Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Petani Rumput Laut Di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 1-9. Budiono & Cahyawati. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan. (Jurnal). Kesmas vol 6 hal 134 – 141 90
Chandra, Budiman, Dr. 2009. Ilmu Kedokteran : Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : EGC Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block CV. F. Lhouksumawe. (Thesis). Sekolah Pasca Sarja USU Fregert, S, 1988. Kontak Dermatitis. Yayasan Essentia Medika, Jakarta. Graham, Robin, 2005. Lecture Notes Dermatologi. Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Harahap, M. 1998. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. Harrington, J.M & Gill, F.S., 2003. Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC HSE. 2000. The Prevalence of Occupational Dermatitis among Work in The Printing Industry and Your Skin dalam hsebooks.co.uk. Diakses pada Rabu, 23 Oktober 2013 pukul 02.45 Isro’in, L dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses dan Aplikasi Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Junaedi., 2012. Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, www.stosfest.org diakses 30 April 2013. Kabulrachman. 1992. Pengaruh Lingkungan dan Pencemarannya terhadap Kesehatan Kulit. (Jurnal). Majalah Kesehatan Indonesia vol :42 No. 5, hal 273 – 277 dan hal 281 – 294
91
Kurniawati, Ratna Dian. 2006. Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Tinea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang. (Thesis). Universitas Diponegoro Semarang. Lestari, Fatma. Utomo, Suryo. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri.(Jurnal). Universitas Indonesia Depok. Listautin, 2012. Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Higiene, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Keluhan Kesehatan Pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Lubis, Soefi, Aswin. 2011. Keterpaparan Pemulung Sampah Dapat Menimbulkan Penyakit Kulit Akibat Kerja Di TPA Terjun Medan. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Mahyuni, Lestari, Eka. 2012. Dermatosis (Kelainan Kulit) Ditinjau Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pemulung Di TPA Terjun Medan Marelan. (Jurnal). Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM. USU. Moeljosoedarmo, S., 2008. Hygiene Industri, Jakarta: FKUI. Mulia, R.M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta .Jakarta. Potter., 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi keempat. Jakarta: EGC. 92
Ramdani W, 2008.
Kesadaran Santri Terhadap Kesehatan Lingkungan : Studi
Kasus Pesantren Nurul Hidayah Leuwilang, Bogor. Tesis Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Rengganis, Iris. 2009. Kealergenik Serbuk Sari Indonesia Pada Manusia. (Thesis). Sekolah Pasca Sarjana IPB Rianti, Dwi. dkk. 2010. Analisis Tentang Higiene Dan Sanitasi LingkunganDengan Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit Di Kecamatan Asemrowo Surabaya. (Jurnal). Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Sajida,
Agsa.
dkk.
2012.
Hubungan
Personal
Hygiene
Dan
Sanitasi
LingkunganDengan Keluhan Penyakit Kulit Di Kelurahan DenaiKecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. (Jurnal). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,Medan Satuti. HR. 2003. Proporsi Dermatosis serta Gambaran Faktor-Faktor yang Berkaitan pada Pekerja Industri Batik Kota Surakarta. Semarang : Universitas Diponegoro Suma’mur., 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta: CV Sagung Seto. Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Suwondo, dkk. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pekerja Industri Tekstil “X” Di Jepara. (Jurnal Vol 6 no 2). Universitas Diponegoro. 93
Utomo & Lestari. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Pantja Press Industri. (Jurnal). Makara Kesehatan Vol 11 No 2 hal 61- 68 Widyaningsih, dkk. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stress Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan. Pergizi Pangan Indonesia : FEMA IPB
94
95
96
HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA LASKAR MANDIRI (PEMULUNG) DI KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR GEBANG TAHUN 2013
Assalamu’alaikum wr.wb Saya, Yeni Faridawati, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi keluhan kesehatan kulit yang Anda alami selama bekerja. Pengumpulan data ini adalah sebagai salah satu bahan dalam penyusunan tugas akhir (Skripsi). Semua data dan informasi yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan kuisioner ini akan dimusnahkan jika sudah tidak digunakan lagi. Atas perhatian dan kerjasama Anda saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb
Bantar Gebang, . . . . . . . . . . . . . . . . 2013
Responden
97
Lembar Wawancara Karakteristik Individu A1 Nama responden A2 Jenis kelamin A3 Usia A5 Alamat A6 Masa kerja A7 Berapa jam Anda bekerja dalam sehari? Pukul . . . . . . . s.d. . . . . . . . WIB a. 8 jam/hari b. >8 jam/hari A8 Apakah Anda tahu pengertian dari alergi? a. Ya, Jelaskan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . b. Tidak A9 Apakah Anda mempunyai riwayat alergi yang berhubungan dengan gangguan kulit? a. Ya, dikarenakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . b. Tidak Personal Higiene Kebersihan Kulit B1 Berapa kali Anda mandi dalam sehari? a. 1 kali b. >2 kali B2 Apakah Anda segera mandi setelah selesai bekerja dari tempat pembuangan akhir sampah? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Sangat sering B3 Apakah Anda mandi menggunakan sabun mandi? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Sangat sering B4 Apakah Anda menggunakan handuk setelah mandi? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Sangat sering
[
]
[
]
[
]
[
]
98
B5
B6
B7
B8
B9
Apakah Anda menggunakan handuk sendiri setelah mandi? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Sangat sering Berapa kali Anda mengganti pakaian dalam sehari? a. 1 kali b. ≥2 kali Apakah Anda menggunakan pakaian yang bahannya menyerap keringat saat bekerja? a. Ya b. Tidak Apakah Anda memakai pakaian orang lain? a. Sngat sering b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah Dengan apa Anda mencuci pakaian? a. Air saja b. Air dengan sabun
Personal Higiene Kebersihan Tangan dan Kuku C1 Apakah Anda mencuci tangan saat di tempat kerja? a. Ya b. Tidak, Lanjut ke C4 C2 Kapan saja Anda mencuci tangan saat di tempat kerja? a. Sebelum makan b. Sesudah makan c. Setelah BAK d. Setelah BAB C3 Bagaimana Anda mencuci tangan di tempat kerja? a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan sabun c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun C4
Apakah Anda mencuci tangan saat di rumah? a. Ya b. Tidak, Lanjut ke C7
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
99
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
Kapan saja Anda mencuci tangan saat di rumah? a. Sebelum makan b. Sesudah makan c. Setelah BAK d. Setelah BAB e. Pulang bekerja Bagaimana Anda mencuci tangan di rumah? a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan sabun c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun Apakah Anda mencuci kaki ketika pulang bekerja? a. Ya b. Tidak, Lanjut ke C9 Bagaimana Anda mencuci kaki? a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan sabun c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun Apakah anda memotong kuku tangan dan kaki min 1 kali/minggu a. Ya b. Tidak Apakah Kuku tangan, dan kaki Anda dalam keadaan bersih? a. Ya b. Tidak Apakah Anda menggaruk-garuk selama bekerja? a. Ya b. Tidak
Keluhan Gangguan Kulit Gatal-Gatal D1 Apakah Anda pernah mengalami gatal-gatal? a. Ya b. Tidak, Lanjut ke E1 D2 Berapa frekuensi gatal-gatal yang Anda alami? a. Jarang b. Sering c. Sangat sering
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
100
D3
Kapan rasa gatal timbul? a. Malam hari saja b. Saat berkeringat c. Saat berkeringat dan di malam hari Kemerahan E1 Apakah Anda pernah mengalami kemerahan pada kulit? a. Ya b. Tidak, Selesai E2 Berapa frekuensi kemerahan yang Anda alami? a. Jarang b. Sering c. Sangat sering E3 Rasa apa saja yang menyertai kemerahan pada kulit Anda? a. Hanya kemerahan b. Rasa gatal c. Rasa panas dan terbakar
[
]
[
]
[
]
[
]
101
UNIVARIAT 1. Umur Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
usia N
66
Normal Parametersa Mean
40.94
Std. Deviation Most Extreme Differences
9.381
Absolute
.092
Positive
.076
Negative
-.092
Kolmogorov-Smirnov Z
.750
Asymp. Sig. (2-tailed)
.627
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
usia
66
Valid N (listwise)
66
13
58
Mean 40.94
Std. Deviation 9.381
2. Jam Kerja Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test jamkrja N
66
Normal Parametersa Mean
8.35
Std. Deviation Most Extreme Differences
2.201
Absolute
.123
Positive
.123
Negative
-.119
Kolmogorov-Smirnov Z
1.003
Asymp. Sig. (2-tailed)
.266
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N jamkrja
Mean 66
8.35
Std. Deviation 2.201
Minimum
Maximum 4
18
3. Masa Kerja Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Mskrja N
66
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
11.21
Std. Deviation
7.767
Absolute
.131
Positive
.131
Negative
-.118
Kolmogorov-Smirnov Z
1.065
Asymp. Sig. (2-tailed)
.207
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics Maximu Minimum m
N Mskrja
66
Valid N (listwise)
66
2
4. Riwayat Alergi Statistics Riwalrg N
Valid Missing
66 0
Mean
.11
Median
.00
Std. Deviation
.310
Minimum
0
Maximum
1
35
Mean 11.21
Std. Deviation 7.767
Riwalrg Valid Percent
Frequency Percent Valid tidak ada riwayat alergi ada riwayat alergi Total
Cumulative Percent
59
89.4
89.4
89.4
7
10.6
10.6
100.0
66
100.0
100.0
5. Kebersihan Kulit
Statistics Kelmpkkebkul N
Valid
66
Missing
0
Mean
.44
Median
.00
Std. Deviation
.500
Minimum
0
Maximum
1 Kelmpkkebkul Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik
37
56.1
56.1
56.1
baik
29
43.9
43.9
100.0
Total
66
100.0
100.0
6. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Statistics kelkebtgnkuku N
Valid
66
Missing
0
Mean
.38
Median
.00
Std. Deviation
.489
Minimum
0
Maximum
1
kelkebtgnkuku Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik
41
62.1
62.1
62.1
baik
25
37.9
37.9
100.0
Total
66
100.0
100.0
7. Keluhan Gangguan Kulit
Statistics Keluhanganggklt N
Valid Missing
Mean
66 0 .61
Median
1.00
Std. Deviation
.492
Minimum
0
Maximum
1
Keluhanganggklt Frequenc y Percent Valid tdk mengalami keluh.gang klt
Valid Percent
Cumulative Percent
26
39.4
39.4
39.4
mengalami kelh. gangg klt
40
60.6
60.6
100.0
Total
66
100.0
100.0
BIVARIAT 1. Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
Group Statistics Keluhanganggklt
N
Usi tdk mengalami a keluh.gang klt mengalami kelh. gangg klt
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
26
39.15
10.146
1.990
40
42.10
8.785
1.389
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F usia
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.059
Sig. .307
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-1.252
64
.215
-2.946
2.353
-7.647
1.754
-1.214
47.996
.231
-2.946
2.427
-7.825
1.933
2. Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Group Statistics Keluhanganggklt jamkrja
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
tdk mengalami keluh.gang klt
26
8.15
1.933
.379
mengalami kelh. gangg klt
40
8.58
2.375
.376
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
F jamkrja
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .158
t .692
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
Difference Lower
Upper
-.576
64
.567
-.321
.557
-1.435
.792
-.602
60.684
.549
-.321
.534
-1.388
.746
3. Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Group Statistics Std. Error Keluhanganggklt Mskrja
N
Mean
tdk mengalami keluh.gang klt mengalami kelh. gangg klt
Std. Deviation
Mean
26
14.62
10.273
2.015
40
9.00
4.489
.710
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of
F Mskrja
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
the Difference Lower
Upper
Equal variances
27.612
.000
3.047
64
.003
5.615
1.843
1.934
9.296
2.629
31.283
.013
5.615
2.136
1.261
9.970
assumed Equal variances not assumed
4. Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit
Case Processing Summary Cases Valid N Riwalrg * Keluhanganggklt
Missing
Percent 66
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 66
100.0%
Riwalrg * Keluhanganggklt Crosstabulation Keluhanganggklt
Riwalrg
tidak ada riwayat alergi
Count % within Riwalrg
ada riwayat alergi
Count % within Riwalrg
Total
Count % within Riwalrg
tdk mengalami
mengalami kelh.
keluh.gang klt
gangg klt
Total
25
34
59
42.4%
57.6%
100.0%
1
6
7
14.3%
85.7%
100.0%
26
40
66
39.4%
60.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.150
1.059
1
.304
2.348
1
.125
2.068 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.231 2.036
1
.154
66
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Riwalrg (tidak ada riwayat alergi / ada riwayat alergi) For cohort Keluhanganggklt = tdk mengalami keluh.gang klt For cohort Keluhanganggklt = mengalami kelh. gangg klt N of Valid Cases
Lower
Upper
4.412
.499
38.992
2.966
.472
18.654
.672
.463
.977
66
.152
5. Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit Case Processing Summary Cases Valid N Kelmpkkebkul *
Percent 66
Keluhanganggklt
Missing
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 66
100.0%
Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation Keluhanganggklt
Kelmpkkebkul
tidak baik
Count % within Kelmpkkebkul
baik
Count % within Kelmpkkebkul
Total
Count
tdk mengalami
mengalami kelh.
keluh.gang klt
gangg klt
Total
10
27
37
27.0%
73.0%
100.0%
16
13
29
55.2%
44.8%
100.0%
26
40
66
Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation Keluhanganggklt
Kelmpkkebkul
tidak baik
tdk mengalami
mengalami kelh.
keluh.gang klt
gangg klt
Count % within Kelmpkkebkul
baik
Total
10
27
37
27.0%
73.0%
100.0%
16
13
29
55.2%
44.8%
100.0%
26
40
66
39.4%
60.6%
100.0%
Count % within Kelmpkkebkul Count % within Kelmpkkebkul
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.020
4.280
1
.039
5.430
1
.020
5.394 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.025 5.312
1
.021
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42.
.019
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.020
4.280
1
.039
5.430
1
.020
5.394 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.025
Linear-by-Linear Association
5.312
b
N of Valid Cases
1
.021
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kelmpkkebkul (tidak baik / baik) For cohort Keluhanganggklt = tdk mengalami keluh.gang klt For cohort Keluhanganggklt = mengalami kelh. gangg klt N of Valid Cases
Lower
Upper
.301
.107
.843
.490
.263
.913
1.628
1.039
2.550
66
.019
6. Kebersihan Kuku dan Tangan dengan Keluhan Gangguan Kulit Case Processing Summary Cases Valid N kelkebtgnkuku *
Percent 66
Keluhanganggklt
Missing
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 66
100.0%
kelkebtgnkuku * Keluhanganggklt Crosstabulation Keluhanganggklt
kelkebtgnkuku
tidak baik
Count % within kelkebtgnkuku
baik
Count % within kelkebtgnkuku
Total
Count % within kelkebtgnkuku
tdk mengalami
mengalami kelh.
keluh.gang klt
gangg klt
Total
16
25
41
39.0%
61.0%
100.0%
10
15
25
40.0%
60.0%
100.0%
26
40
66
39.4%
60.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.937
.000
1
1.000
.006
1
.937
.006 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
1.000 .006
1
.938
66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,85. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kelkebtgnkuku (tidak baik / baik) For cohort Keluhanganggklt = tdk mengalami keluh.gang klt For cohort Keluhanganggklt = mengalami kelh. gangg klt N of Valid Cases
Lower
Upper
.960
.347
2.654
.976
.528
1.803
1.016
.679
1.521
66
.570
FOTO PENELITIAN