HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG Albrian Hizkia Lumentah, Nova H. Kapantouw, Dina V. Rombot *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Asupan gizi mempengaruhi masa tumbuh kembang anak masa bayi, sehingga diperlukan asupan gizi yang baik dengan memberikan ASI pada 6 bulan pertama. Berdasarkan data UNICEF tahun 2012, cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sebesar 37% dari 134,6 juta kelahiran. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan ASI dalam 24 jam pertama pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia sekitar 3,7%. Menurut Dinas kesehatan kota Manado tahun 2014, sebesar 2.424 bayi (33,1%) yang mendapat ASI eksklusif dan presentasenya tidak mencapai target di tahun 2014 sebesar 75%. Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bahu pada bayi laki-laki sekitar 36,7%, dan pemberian ASI eksklusif pada bayi perempuan sekitar 45,5%. Penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling sebanyak 116 ibu. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan metode wawancara dan observasi. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. analisis menggunakan uji chi square, hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan nilai p value = 0,023 dan analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan p value = 0,003. terdapat hubungan pekerjaan dan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bahu. diperlukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dari Pihak Puskesmas Bahu sehingga ibu mengerti pentingnya ASI bagi bayi. Perlunya kesadaran dari ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kata kunci: Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ibu, Pemberian ASI Eksklusif
ABSTRACT Dietary intake affects the future development of the child during infancy, so it requires good nutrition to breastfeeding in the first 6 months. Based on data from UNICEF in 2012, exclusive breastfeeding coverage only by 37% from 134.6 million births. Riskesdas 2013 show coverage breastfeeding within the first 24 hours in children aged 0-23 months in Indonesia around 3.7%. According to the Health Department of the city of Manado in 2014, amounting to 2,424 infants (33.1%) were exclusively breastfed and the percentage is not reached the target in 2014 by 75%. Exclusive breastfeeding in Public Health Center Bahu baby boy about 36.7%, and exclusive breastfeeding in infants of women 45.5%. The study analytic survey with cross sectional design. The sample is determined by purposive sampling method were 116 mothers. Retrieving data using a questionnaire with interview and observation. Analysis of the relationship using chi square test with a confidence level of 95% and α = 0.05. analysis using chi square test, the relationship between the mother's occupation with exclusive breastfeeding show p value = 0.023 and analysis of the relationship between maternal education with exclusive breastfeeding shows p value = 0.003. there is a relationship of work and education to mothers with exclusive breastfeeding in Public Health Center Bahu. necessary counseling on exclusive breastfeeding from Public Health Center Bahu. Party so that mothers understand the importance of breastfeeding for the baby. The need for awareness of mothers in exclusive breastfeeding to their children. The need for further research on other factors influencing exclusive breastfeeding in infants. Keywords: Mothers Work, Mother’s Education, Exclusive Breastfeeding
Hasil
PENDAHULUAN Masalah gizi yang terjadi pada anak berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan
data
dari
United
Nations
mengenai Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, proporsi kurang gizi pada anak balita di dunia yaitu sebesar 14%, angka ini telah mencapai target dari Millennium Development Goals (MDGs) dan juga telah menurun jika dibandingkan dengan tahun 1990
baik jika melihat data dari United Nations. Anak-anak yang mempunyai masalah kurang gizi lebih berisiko mendapatkan penyakit infeksi. Nutrisi yang kurang pada 1000 hari kehidupan juga berkaitan dengan kemampuan berpikir dan produktivitas kerja. Kurangnya gizi juga berdampak pada angka kematian
1990 yang mencapai 90% per 1000 kelahiran hidup (United Nations, 2015). Asupan gizi sangat mempengaruhi masa tumbuh kembang anak terutama pada masa bayi, sehingga diperlukan asupan gizi yang baik yaitu dengan memberikan air susu ibu (ASI) khususnya pada 6 bulan pertama atau biasa disebut ASI Eksklusif. Berdasarkan data dari UNICEF pada tahun 2012, cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sebesar 37% dari 134,6 juta kelahiran, dan masih tersisa hampir 85 juta bayi di dunia (WABA, 2014).
2013
jam pertama pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia sekitar 3,7% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara
tahun
2013,
cakupan
pemberian ASI eksklusif pada pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3%, dimana presentase Provinsi
Sulawesi
Utara
sebesar
34,7%
(Dinkes Sulawesi Utara, 2013). Menurut
Dinas
kesehatan
kota
Manado tahun 2014 jumlah bayi sebesar 7.325 bayi, yang mendapat ASI eksklusif sebesar 2.424
bayi
(33,1%)
presentasenya
tidak
mencapai target di tahun 2014 sebesar 75%. Tidak tercapainya target di tahun 2014 salah satu penyebabnya adalah masih beredarnya susu formula di bawah 6 bulan (Dinkes Manado, 2014). Pemberian ASI Eksklusif di wilayah
anak balita yaitu sebesar 43% per 1000 kelahiran hidup dan telah menurun dari tahun
Riskesdas
menunjukkan bahwa cakupan ASI dalam 24
yaitu sebesar 25%. Namun, masalah kurang gizi pada anak balita belum terselesai dengan
data
kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang masih
tergolong
rendah,
bayi
laki-laki
berjumlah 96 bayi dan bayi perempuan 66 bayi, pemberian ASI eksklusif pada bayi lakilaki 36 bayi atau sekitar 36,7%, dan pemberian ASI eksklusif pada bayi perempuan 30 bayi atau sekitar 45,5% (Puskesmas Bahu, 2014). Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh
dalam pemberian
ASI,
seperti
penelitian yang dilakukan oleh Somi dkk (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten
Flores Timur. Selain itu, pekerjaan ibu juga
menggunakan kuesioner. Data Sekunder dari
dapat
ASI
penelitian ini yaitu data didapat dari instansi –
Eksklusif. Ketersediaan waktu seorang ibu
instansi kesehatan terkait, seperti: Dinas
untuk menyusui secara eksklusif juga berkaitan
Kesehatan Kota Manado dan juga data dari
erat dengan status pekerjaannya. Bagi ibu yang
Puskesmas Bahu. Analisis data menggunakan
bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering
analisis univariat dan analisis bivariat, dengan
kali mengalami hambatan lantaran singkatnya
uji chi square pada taraf signifikan 95%
masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum
dengan nilai kemaknaan (α) sebesar 5%.
mempengaruhi
pemberian
pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna,
dia
harus
kembali
bekerja.
(Haryono dan Setianingsih, 2014). Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gambaran Umum Lokasi
Wulansari
Wilayah kerja Puskesmas Bahu terdiri dari 5
menyatakan
dan
Pramono
bahwa
jenis
(2013),
yang
pekerjaan
ibu
Kelurahan
dengan
31
lingkungan
yang
mempunyai hubungan yang bermakna dengan
memiliki luas 5,4 Km² yang sebagian besar
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
penduduknya tinggal di daerah berbukit.
Puskesmas tanah Kali Kedinding Surabaya.
Kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah
kerja
Puskesmas
Bahu
yaitu:
METODE PENELITIAN
Kelurahan Bahu, Kelurahan Kleak, Kelurahan
Penelitian ini merupakan penelitian survey
Batu Kota, Kelurahan Winangun I dan
analitik dengan rancangan cross sectional
Kelurahan Winangun II. Jumlah penduduk
study. Penelitian ini akan dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan
wilayah Puskesmas Bahu Kota Manado pada
Malalayang pada akhir tahun 2014 berjumlah
bulan Desember 2015 - Januari 2016. ibu-ibu
26.398 jiwa dengan jumlah laki – laki
yang memiliki bayi usia 6-24 bulan, yang
sebanyak
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bahu yaitu
sebanyak 13.202 jiwa (Puskesmas Bahu,
sebanyak 162 orang dan dibatasi kriteria
2014).
13.194
jiwa
dan
perempuan
inklusi dan kriteria eksklusi. Pengambilan sampel
menggunakan
metode
purposive
Karakteristik Responden
sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian
Hasil penelitian karakteristik anak di wilayah
menggunakan rumus Yamane yaitu sebanyak
kerja Puskesmas Bahu menunjukan bahwa
116 responden. Data primer diperoleh dengan
paling
cara pengukuran karakeristik individu, perilaku
perempuan yaitu sebesar 50,9% dan sisanya
ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan
sebesar
banyak
49,1%
anak
berjenis
laki-laki.
kelamin
Kemudian
berdasarkan usia pada anak dimana dibagi
responden memiliki tingkat pendidikan yang
menjadi dua kelompok usia yaitu 6-12 bulan
tinggi. Ibu yang bekerja dapat mengalami
dan 13-24 bulan, menunjukan bahwa paling
hambatan dalam memberikan ASI kepada
banyak anak berusia 6-12 bulan yaitu sebesar
bayinya dikarenakan terlalu sibuk dengan
62,9% dan sisanya sebesar 37,1% anak berusia
pekerjaan ibu sendiri.
13-24 bulan. Pada hasil penelitian karakteristik ibu di wilayah kerja Puskesmas Bahu yang meliputi
pendidikan
dan
pekerjaan
Pemberian ASI Eksklusif Tabel 1. Distribusi Ibu Berdasarkan Pemberian
ibu.
Berdasarkan pendidikan ibu dimana dibagi menjadi 5 kategori yakni putus sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan Strata 1. Hasil penelitian berdasarkan pendidikan ibu
ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya Total
n
%
82 34 116
70,7 29,3 100
menunjukan bahwa sebesar 16,4% ibu putus sekolah, sebesar 12,9% ibu menyelesaikan
Pemberian ASI eksklusif diukur menggunakan
pendidikan
ibu
kusioner sebanyak 6 pertanyaan dengan skala
sebesar
Guttman yang berisi tentang hal-hal yang
34,5% ibu menyelesaikan SMA, dan sebesar
berkaitan dengan pemberian ASI selama 6
19,8% ibu berpendidikan strata 1. Ibu yang
bulan pertama. Berdasarkan hasil penelitian
berpendidikan
memiliki
pada table 1, menunjukan bahwa paling
keinginan yang tinggi untuk mencari informasi
banyak bayi tidak diberikan ASI eksklusif
yang luas, sehingga orang yang berpendidikan
yaitu sebesar 70,7% dan sisanya sebesar 29,7%
tinggi lebih ingin mencari tahu informasi
bayi diberikan ASI eksklusif oleh ibu. Hal ini
tertentu termasuk tentang ASI eksklusif.
selaras dengan data dari profil Puskesmas
SD,
menyelesaikan
sebesar
pendidikan
tinggi
16,4% SMP,
cenderung
Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar
Bahu tahun 2014 yang menunjukan bahwa
ibu memiliki pekerjaan yaitu sebesar 51,7%
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
dan ibu yang tidak memiliki pekerjaan sebesar
Puskesmas
48,3%.
masih
Berdasarkan
jenis
pekerjaan
Bahu
tergolong
Kecamatan rendah,
Malalayang
bayi
laki-laki
menunjukan bahwa sebesar 48,3% ibu sebagai
berjumlah 96 bayi dan bayi perempuan 66
IRT, sebesar 18,1% ibu sebagai PNS, sebesar
bayi, pemberian ASI eksklusif pada bayi laki-
21,6% ibu sebagai pegawai swasta, sebesar
laki 36 bayi atau sekitar 36,7%, dan pemberian
3,4% ibu sebagai buruh, dan sebesar 8,6% ibu
ASI eksklusif pada bayi perempuan 30 bayi
sebagai wiraswasta. Tingginya persentase ibu
atau sekitar 45,5% (Puskesmas Bahu, 2014).
yang bekerja dapat disebabkan karena sebagian
Pemberian
ASI
yang
kurang
penelitian ini juga selaras dengan penelitian
disebabkan karena terdapat beberapa ibu yang
yang dilakukan oleh Wulansari dan Pramono
mengaku mengalami masalah dengan payudara
(2013), yang menyatakan bahwa pekerjaan ibu
mereka saat menyusui, seperti puting yang
mempunyai hubungan yang bermakna dengan
tidak timbul dengan baik sehingga bayi tidak
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
dapat menyusui dengan baik dan juga ASI
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya.
yang tidak bias keluar. Selain itu juga, terdapat
Ketersediaan waktu seorang ibu untuk
beberapa ibu yang mengaku tidak mempunyai
menyusui secara eksklusif berkaitan erat
waktu untuk memberikan ASI kepada bayinya
dengan status pekerjaannya. Banyaknya ibu
sampai usia 6 bulan, sehingga ketika bayinya
yang tidak memberikan ASI karena berbagai
belum berumur 6 bulan, ibu sudah mengganti
alasan diantaranya harus bekerja setelah
ASI dengan susu formula.
melahirkan. Ibu bekerja adalah ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah tangga untuk
Hubungan
Pekerjaan
Ibu
dengan
penghasilan tertentu. Ibu bekerja saat ini
Pemberian ASI Eksklusif Tabel 2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan
Pekerja an Ibu Bekerja Tidak Bekerja Total
berkarir sesuai profesinya untuk mendapatkan
dihampir
semua
Pemberian ASI Eksklusif
perkembangan
Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya n % n % 4 80, 1 20, 8 0 2 0 3 60, 2 39, 4 7 2 3 8 70, 3 29, 2 7 4 3
konsekuensi Total n 60 56 11 6
% 10 0 10 0 10 0
P
negara sangat
dan pesat
pemerataan
mengalami sebagai pendidikan,
perkembangan IPTEK, pertumbuhan penduduk dan perubahan tata nilai. Fenomena yang sama terjadi pula di indonesia. Saat ini ibu bekerja
0,02 3
sudah sangat lazim dan bukan masalah lagi. Namun secara lebih detail perluh diamati bahwa seorang ibu bekerja, mempunyai tugas sebagai ibu rumah tangga, juga mempunyai
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan
tugas di tempat kerja dan di hadapkan pada
chi
nilai
dilema yang cukup pelik. Bagi ibu yang
probablilitas (P Value) sebesar 0,023, angka
bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering
ini
kemaknaan
kali mengalami hambatan lantaran singkatnya
(α=0,05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa
masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum
terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif berakhir secara
pemberian ASI eksklusif. Hal ini disebabkan
sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan
karena
atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan
square
lebih
ibu
menunjukan
kecil
dari
yang
bahwa
tingkat
sibuk
bekerja
jarang
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hasil
untuk
tidak
memberikan
ASI
eksklusif,
terutama yang tinggal di perkotaan (Haryono
eksklusif,
namun
dan Setianingsih, 2014).
pekerjaannya
karena
sibuk
dengan
tidak
dapat
sehingga
memberikan ASI sampai bayinya berumur 6 Hubungan
Pendidikan
Ibu
dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Somi dkk
Pemberian ASI Eksklusif Tabel 3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan
Pendidik an Ibu Putus Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Strata 1 Total
(2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan
Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya n % n % 1 52, 47, 9 0 6 4 40, 60, 6 9 0 0 1 78, 21, 5 8 3 7 3 75, 1 25, 0 0 0 0 1 78, 21, 5 8 3 7 8 70, 3 29, 2 7 4 3
bulan. Hasil penelitian ini juga sama dengan
ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Total n 19 15 23 40 23 11 6
% 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0
posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten P
Flores Timur. Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima
0,00 3
akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu. Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI Eklusif. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan chi
square
menunjukan
bahwa
nilai
probablilitas (P Value) sebesar 0,003, angka ini
lebih
kecil
dari
tingkat
kemaknaan
(α=0,05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa
ibu yang berpendidikan rendah sehingga promosi dan informasi mengenai ASI Ekslusif dengan
mudah
dilaksanakan
dapat
(Haryono
diterima dan
dan
Setianingsih,
2014).
terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini disebabkan ibu yang berpendidikan tinggi cenderung kurang memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena sebagian besar ibu yang berpendidikan
tinggi
memiliki
pekerjaan,
sehingga ibu tidak mempunyai waktu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Ibu yang
berpendidikan
tinggi
mempunyai
pengetahuan yang cukup baik mengenai ASI
KESIMPULAN 1. Terdapat sebesar 51,7% ibu yang bekerja dan sebesar 48,3% ibu yang tidak bekerja. 2. Terdapat sebesar 16,4% ibu putus sekolah, sebesar pendidikan
12,9% SD,
ibu sebesar
menyelesaikan 16,4%
ibu
menyelesaikan pendidikan SMP, sebesar
34,5% ibu menyelesaikan SMA, dan
Haryono, R. dan Setianingsih, S. 2014.
sebesar 19,8% ibu berpendidikan strata 1.
Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah
3. Terdapat sebesar 70,7% ibu yang tidak
Hati
memberikan ASI eksklusif dan sebesar 29,7% ibu yang memberikan ASI eksklusif
Gosyen
Puskesmas Bahu. 2014. Profil Puskesmas Bahu. Manado.
4. Terdapat hubungan antara pekerjaan Ibu
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
dengan Pemberian ASI Ekslusif pada bayi wilayah
Penerbit
Publishing. Yogyakarta.
pada bayinya.
di
Anda.
kerja
Puskesmas
Bahu
Kementerian Kesehatan RI. Somi
dkk.
2013.
Faktor-faktor
yang
Kecamatan Malalayang Kota Manado.
berhubungan dengan Pemberian ASI
5. Terdapat hubungan antara pendidikan Ibu
Eksklusif di Posayndu Tanah Boleng
dengan Pemberian ASI Ekslusif pada bayi
Adonara Kabupaten Flores Timur.
di
STIK Sint Carolus Jakarta.
wilayah
kerja
Puskesmas
Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado.
United Nations. 2015. Millenium Development Goals Report. United Nations. ISBN 978-92-1-101320-7.
SARAN
WABA. 2014. Breastfeeding: a Winning Goal
1. Perlu dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dari Pihak Puskesmas Bahu sehingga ibu mengerti pentingnya ASI bagi bayi. 2. Perlunya
Life.
World
Alliance
for
Breastfeeding Action. Wulansari dan Pramono. 2014. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
kesadaran
memberikan
ASI
dari
ibu
eksklusif
dalam
dengan Pemberian ASI Eksklusif di
kepada
Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kali
anaknya. 3. Perlu
for
adanya
Kedinding penelitian
selanjutnya
mengenai faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu.
DAFTAR PUSTAKA Dinkes Manado. 2014. Profil Kesehatan Kota Manado. Manado. Dinkes Sulawesi Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Manado.
Surabaya.
Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan Vol.17 (1): 9-15.