Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508 pulau dengan luas 2.027.087 km dan mempunyai garis pantai dengan panjang 81.000 kemudian, terpanjang kedua setelah Kanada. Negara Indonesia juga merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata di dunia yang didukung oleh keanekaragaman budaya serta keindahan alamnya. Pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melakukan pengembangan di sektor Pariwisata dalam usaha untuk menggantikan peran minyak dan gas alam sebagai devisa terbesar dan diharapkan pula dapat memulihkan kondisi perekonomian Negara. Negara Indonesia mengalami kemajuan yang pesat di sektor pariwisata pada era 1900-an, ini terlihat jelas pada tabel frekwensi kunjungan wisatawan ke Indonesia serta makin menjamurnya fasilitas-fasilitas akomodasi dan transportasi yang disediakan bagi para wisatawan pada era tersebut. Pada tahun 1998 Indonesia mulai mengalami krisis ekonomi yang berdampak sangat besar sampai sekarang ini, di tengah krisis ekonomi Negara Indonesia banyak mengalami gangguan-gangguan keamanan contohnya adalah Ambon, Poso, Aceh serta merebaknya isu Indonesia sebagai sarang para teroris yang terbukti dengan kasus-kasus pemboman seperti 12 oktober 2002 bom Bali yang diikuti lagi oleh pemboman hotel Merriot di Jakarta dan yang terakhir ini adalah Bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Darimana kita semua dapat melihat bahwa daerah-daerah atau tempat yang mengalami gangguan keamanan ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan pariwisata di Indonesia. Mulai pada tahun 1998 itulah Indonesia
1
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
banyak mengalami penurunan yang pesat disektor pariwisata dengan mangurangnya kunjungan wisatawan ke Indonesia. Sampai pada saat ini, pemerintah giat-giatnya melakukan pengembangan lagi di sektor pariwisata. Seiring semakin pentingnya pariwisata bagi banyak negara di dunia, Indonesia pada saat ini harus mampu bersaing dengan negara-negara tujuan wisata lainnya, untuk itu selain harus mengatur strategi pemasaran yang baik juga perlu menciptakan obyek-obyek wisata yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan juga peningkatan sarana akomodasi dan sarana pendukungnya. Selain hal-hal tersebut ada beberapa faktor pendukung, misalnya keamanan dalam negeri dan kestabilan ekonomi dalam negeri. Dalam situasi persaingan yang demikian, pengembangan pariwisata seharusnya disusun dengan melihat pada produk yang terdiri atas : •
Obyek dan daya tarik wisata
•
Amenitas (antara lain akomodasi)
•
Aksesibiltas (sarana dan prasarana transportasi)
•
Fasilitas pendukung lain (seperti listrik, air, sarana komunikasi)
•
Sumber Daya Manusia
•
Kelembagaan dan lingkungan secara komprehensif integrated dengan didukung informasi mengenai pasar pariwisata.
tanpa memperhatikan hal tersebut pariwisata tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Indonesia sebagai halnya Negara yang berusaha berbenah diri lagi layaknya mengembangkan
kembali
sektor
pariwisata
sesuai
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan Ketetapan No.II / MPR / 1993 mengenai pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan negara, serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan
pendayagunaan
berbagai
potensi
kepariwisataan
nasional.
Dengan
2
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
pengembangan
kembali
sektor
pariwisata
diharapakan
dapat
membantu
mengembalikan perbaikan ekonomi dalam negara.
1.1.2 Kondisi Kota Administratif Rantepao Tana Toraja Usaha pemerintah dalam upaya meningkatkan devisa negara adalah dengan cara meningkatkan sektor-sektor yang perlu untuk ditingkatkan termasuk di dalamnya adalah sektor kepariwisataan. Saat ini dengan diberlakukannya otonomi pada tiaptiap daerah sangat diharapkan Pemerintah Daerah untuk dapat meningkatkan devisa dari daerahnya masing-masing dengan segala potensi dan sumber daya yang ada.1 Kabupaten Tana Toraja yang termasuk dalam salah satu SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) ini dibagi lagi atas Sub Satuan Wilayah Pengembangan. Di Kabupaten Tana Toraja, Sub Satuan Wilayah Pengembangan yaitu: •
Sub SWP I dengan pusatnya Kota Rantepao
•
Sub SWP II dengan pusatnya di Kota Makale
Kota administratip Rantepao termasuk dalam wilayah kecamatan Rantepao, salah satu dari 15 (lima belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kota-kota yang dapat diberi status sebagai kota administratip (Kotip) adalah kota-kota dalam suatu wilayah propinsi yang dianggap penting kedudukannya dalam skala regional, dimana perkembangan kota ini diperkirakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan seluruh wilayah propinsi yang bersangkutan (merupakan suatu Sub Pusat Wilayah Pengembangan).2 Kedudukan dan peranan Kotip Rantepao bagi kabupaten Tana Toraja yakni sebagai pusat pengembangan perdagangan, pendidikan dan pariwisata3. Rantepao menjadi semacam simpul yang menghubungkan wilayah-wilayah dalam 1
BAPPEDA Tana Toraja. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administratip Rantepao, Daerah Tingkat II Tana Toraja . Rantepao: 1997)hal. 23-24 2 Ibid hal. 6 3 BAPPEDA Tana Toraja. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administratip Rantepao, Daerah Tingkat II Tana Toraja. (Rantepao:1997)hal. 43
3
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
kabupaten Tana Toraja dan juga menghubungkan Tana Toraja dengan kabupaten lain; menjadi simpul distribusi hasil industri dan hasil-hasil pertanian sedangkan kota Makale menjadi pusat Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil survey dan analisa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Tana Toraja4, sektor-sektor strategis pembangunan dan perekonomian kota administratip Rantepao yaitu: 1. Sektor Pariwisata (peningkatan rata-rata: 16 % per tahun) 2. Subsektor Tanaman Pangan (peningkatan rata-rata 30 % per tahun) 3. Sektor Perkebunan (peningkatan rata-rata 12 % per tahun) 4. Subsektor Peternakan Berdasarkan sumber yang sama, sektor andalan wilayah kotip Rantepao yakni sektor yang dianggap paling banyak memberikan distribusi dalam perkembangan kota adalah sektor Industri Pariwisata. Hal ini juga terlihat dari kecendrungan investasi dalam kotip Rantepao adalah sektor pariwisata; para investor menanamkan modalnya pada pembangunan hotel-hotel berbintang, travel/biro perjalanan, restaurant/rumah makan, dll. Dengan pertimbangan tersebut di atas maka fasilitas yang direncanakan pada lahan strategis (Buntu Lepong) di kota Rantepao tersebut haruslah merupakan suatu fasilitas yang dapat menjadi fasilitas pendukung pariwisata yang nantinya juga dapat mencerminkan dan mendukung kedudukan dan peranan kota Rantepao sebagai pusat pariwisata.
1.1.3 Potensi Pariwisata Tana Toraja Tana Toraja termasuk dalam kawasan Indonesia Timur, tepatnya di Propinsi Sulawesi Selatan, telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal baik di Nusantara maupun di mancanegara. Potensi seni dan budaya/adat istiadat yang unik
4
Dinas Pariwisata Tana Toraja. Peluang investasi hal. 56
4
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
selain panorama alam serta situs peninggalan sejarah memberi banyak peluang untuk pengembangan di bidang pariwisata. Kebudayaan Toraja merupakan hasil karya cipta manusia Toraja yang dinyatakan dalam bentuk hasil-hasil karya kebudayaan seperti kuburan gantung, kuburan batu, rumah tradisional Toraja dan perkampugannya. Kesenian tradisional berupa seni ukir, tenunan, seni tari tradisional, seni musik dan suara yaitu musik tradisional dan lagu daerah Tana Toraja, dll. Adat istiadat tercermin dalam 2 (dua) peristiwa khusus, yakni ritual-ritual pada Upacara Adat Rambu Tuka’ atau upacara pengucapan syukur dan Upacara Adat Rambu Solo’ yaitu upaca yang berkaitan dengan kematian dan prosesi pemakaman jenazah yang tata caranya dilaksanakan sesuai dengan tingkatan strata sosial keluarga yang berduka. Bahkan aktivitas masyarakat tradisional, termasuk kegiatan pertanian, dapat menjadi objek wisata yang potensial. Adapun obyek-obyek wisata yang dapat dikunjungi di Tana Toraja adalah sebagai berikut: Tabel I.1: Obyek Wisata di Kabupaten Tana Toraja5 No
Obyek Wisata
Jumlah
1
Kuburan Batu/Alam
52
2
Benda Purbakala
51
3
Pemandangan Alam
34
4
Permandian
15
5
Perkampungan Adat
41
6
Obyek Wisata Yang lain
52
(Wisata air: arung jeram, tracking, mountain bike) Jumlah
245
Sumber: Potensi Pariwisata Kabupaten Tana Toraja, 2004.
Pemerintah Daerah menyadari perlunya peningkatan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang ada, sehingga pada tahun 2004 tercatat6: 5
Dinas Pariwisata Tana Toraja hal.50
5
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
Hotel/penginapan dan restoran : 81 buah (rata-rata pertumbuhan 7.71% per tahun)
Fasilitas transportasi: tersedia sarana transportasi darat dan udara; kategori jalan pada umumnya di Tana Toraja tergolong kelas IIIB dan IIIC dan sudah mencapai obyek-obyek wisata strategis.
Fasilitas telekomunikasi: terdapat 73 sambungan telepon, terdiri dari: 18 telepon kartu; 55 telepon koin; 33 buah wartel dan 42 spesial servis. Jangkauan pelayanan telah mencapai beberapa kecamatan lain di luar Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Makale.
1.1.4 Hotel Sebagai Penunjang Pariwisata Walaupun upaya-upaya peningkatan fasilitas dan pelayanan jasa pariwisata terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, selama periode 2000 - 2004, jumlah bilangan wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja menunjukkan adanya penurunan yang cukup berpengaruh terhadap roda perekonomian wilayah. Hal ini tidak terlepas dari masih kurangnya fasilitas penunjang pariwisata yang mampu menarik wisatawan kembali lagi mengunjungi Tana Toraja dan adanya pengaruh kondisi sosial politik bangsa. Tabel 1.2 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun 2000-20047 Tahun
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Jumlah Wisatawan
(orang)
(orang)
(orang)
2000
24.626
38.187
62.813
2001
67.170
29.742
96.913
2002
41.242
35.135
76.377
2003
36.922
37.345
74.267
2004
34.723
35.907
70.630
Sumber: BPS Kabupaten, Tana Toraja dalam Angka tahun 2004 Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja 6 7
Dinas Pariwisata Tana Toraja. Potensi Pariwisata kabupaten Tana Toraja, 2004 Dinas Pariwisata Tana Toraja. Hal. 51
6
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
Untuk memulihkan kembalinya Tana Toraja sebagai daerah Tujuan Wisata yang terkenal sampai ke mancanegara, selain upaya Pemerintah Daerah, perlu dukungan dan partisipasi dari masyarakat Tana Toraja; dapat berupa upaya meningkatkan mutu pelayanan jasa, peningkatan kualitas akomodasi dan juga produksi souvenir, turut serta dalam promosi dan informasi wisata, bahkan dengan sikap ramah dan terbuka menyambut para wisatawan. Pemerintah Daerah Tana Toraja telah menyusun langkah-langkah dalam usaha meningkatkan kembalinya Tana Toraja sebagai daerah tujuan wisata
dan
peningkatkan pendapatan daerah, salah satunya adalah meningkatkan pelayanan disektor kepariwisataan. Yang melatar belakangi hal ini adalah banyaknya obyek wisata di Daerah Tana Toraja yang mempunyai potensi besar untuk dikunjungi para wisatawan, sehingga diharapkan dengan jalan tersebut akan mampu meningkatkan pendapatan daerah dan menambah lapangan pekerjaan. Di dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan kepariwisataan di daerah Tana Toraja, ada 3 aspek yang dibenahi serta dikembangkan antara lain: 1. Transportasi 2. Akomodasi 3. Fasilitas Ketiga aspek tersebut merupakan aspek utama yang harus dibenahi dan dikembangkan
untuk tercapainya pelayanan pariwisata di daerah Tana Toraja.
Dengan pembenahan yang akan dilakukan Pemerintah Daerah Tana Toraja di dalam bidang akomodasi karena itu kiranya dipandang sangat perlu untuk membuat sebuah akomodasi pariwisata yang mempunyai daya tarik tersendiri untuk menarik kembali wisatawan mengunjungi lagi Tana Toraja Hotel Resort di Buntu Lepong Rantepao dengan nuansa alam pegunungan ditambah Open Theater sebagai tempat pertunjukan seni budaya setempat diharapkan akan membantu kembalinya Tana Toraja sebagai daerah tujuan wisata dan meningkatkan kembali pendapatan daerah.
7
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
1.2
PERMASALAHAN
1.2.1 Permasalahan Umum Bagaimana merencanakan dan merancang hotel resort yang dapat memenuhi tuntutan dan menunjang segala kegiatan akomodatif dan rekreatif serta pemanfaatan potensi yang ada pada kawasan pegunungan Rantepao - Tana Toraja secara optimum sebagai obyek wisata guna mendukung kegiatan wisatawan nusantara maupun mancanegara.
1.2.2 Permasalahan Khusus Bagaimana merencanakan merancang citra bangunan hotel resort melalui pemanfaatan unsur alam agar kontekstual dengan lingkungan setempat.
1.3. TUJUAN DAN SASARAN 1.3.1. Tujuan 1.3.1.1. Tujuan Umum Bagaimana mendapatkan konsep dasar perencanaan dan perancangan Hotel Resort yang dapat memenuhi tuntutan dan menunjang segala akomodasi dan rekreasi bagi wisatawan Mancanegara maupun Nusantara. 1.3.1.2. Tujuan Khusus Didapatkan hasil rumusan konsep perancangan citra bangunan hotel resort dikawasan pegunungan Rantepao, melalui pemanfaatan unsur alam untuk bahan material bangunan sebagai pembentuk citra bangunan tersebut.
1.3.2. Sasaran 1.3.2.1. Sasaran Umum Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan hotel resort yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan analisis terhadap:
8
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
Potensi kawasan pegunungan Rantepao terhadap hotel resort
Karakteristik kebutuhan dan kegiatan wisatawan
1.3.2.2 Sasaran Khusus Mewujudkan penampilan fisik bangunan berupa perancangan citra bangunan dengan kajian yang memanfaatkan unsur material alam.
1.4. METODE PEMBAHASAN 1. Study Literatur (data sekunder)
Tinjauan terhadap hotel resort
Tinjaun unsur alam terhadap citra bangunan
Tinjauan terhadap sirkulasi kawasan dan tapak
Studi kasus pembanding a. Hotel Amanjiwo, Yogyakarta b. Hotel Marante Toraja, Sulawesi Selatan c. Hotel Biyukukung Suites & Spa, Ubud Bali
2. Pengamatan (data primer)
Pengamatan terhadap lokasi
Pengamatan terhadap potensi kondisi di kawasan pegunungan Rantepao, Tana Toraja
Pengamatan Unsur Alam
3. Terhadap Analisis
Analisis terhadap site dan penampilan bangunan dengan pemanfaatan unsur alam terhadap citra bangunan
Analisis terhadap kebutuhan dan fungsi ruang
Analisis terhadap orientasi bangunan
Analisis terhadap pelaku dan kegiatan wisatawan
9
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang batasan pengertian judul, latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan dan pola pikir.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS HOTEL RESORT Berisi tentang tinjauan hotel resort, Kondisi kawasan Pegunungan Rantepao dan tujuan pengadaan Hotel Resort.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS UNSUR ALAM SEBAGAI PEMBENTUK CITRA BANGUNAN Berisi tentang tinjauan unsur alam, tinjauan unsur alam sebagai pembentuk citra bangunan dan obyek pembanding bangunan yang memanfaatkan unsur alam.
BAB IV
ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT BINTANG TIGA Berisi tentang pemilihan site, pendekatan tapak, kebutuhan ruang, analisa unsur alam sebagai pembentuk citra bangunan dan sistem utilitas.
BAB V
KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang Konsep dasar perencanaan dan perancangan pemanfaatan unsur alam sebagai pembentuk citra bangunan.
10
Judul: HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
Sub Judul: ALAM SETEMPAT SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN BANGUNAN
1.6. POLA PIKIR HOTEL RESORT DI RANTEPAO
Latar Belakang
Pengembangan Pariwisata di Indonesia
Perlu fasilitas yang memadai
Rantepao memiliki potensi untuk pengembangan hotel resort
PERMASALAHAN
UMUM
KHUSUS
Bagaimana sarana kebutuhan akomodasi bagi wisatawan
Bagaimana memanfaatkan potensi unsur alam sebagai pembentuk citra bangunan
Penjelasan hotel resort secara umum
Desain bangunan yang memanfaatkan potensi
Pendekatan Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
11