HEKSAKLOROFEN HEXACHLOROPHENE 1.
Nama Golongan Aromatik halogen (16) Sinonim / Nama Dagang (1,4,5,6) 2,2’-Methylelenebis(3,4,6-trichlorophenol); G-11; HCP; Phisohex®; 2,2’dihydroxy-3,3’,5,5’6,6’-hexachlorodiphenylmethane; hydroxyphenyl)methane;
Bilevon;
Dermadex;
bis(3,5,6-trichloro-2Exofene;
Garmophen;
Hexosan; pHisohex;2,2',3,3',5,5'-Hexachloro-6,6'-dihydroxydiphenylmethane; 2,2’-methylenebis(3,4,6-trichloro)-phenol;
2,2’-methylenebis[3,4,6-trichloro-
pheno;2,2'-Dihydroxy-3,3',5,5',6,6'-hexachlorodiphenylmethane;2,2'Dihydroxy 3,5,6,3',5',6'-tetrachlorodiphenylmethane Nomor Identifikasi Nomor CAS
: 70-30-4 (1,2,3,4,5,6,7)
Nomor RTECS
: SM0700000 (3,5)
Nomor EC (EINECS) : 200-733-8 (1,5,6)
2.
Nomor UN
: 2875 (3)
Nomor Merck
: 4680 (4)
Nomor Index EC
: 604-015-00-9 (16)
Sifat Fisika Kimia Nama bahan Heksaklorofen Deskripsi (3,4,5,6,7) Bentuk padat, kristal berwarna off-white hingga coklat muda, titik leleh 1650C. Tidak berbau atau sedikit berbau fenolik. Rumus molekul C13H6Cl6O2. Berat molekul 406,92. Tidak larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam alkohol, aseton, eter, kloroform, propilen glikol, polietilen glikol, minyak
zaitun, minyak biji kapas, dietil eter. Membentuk garam dengan basa dan alkali tanah. Flash point 110C. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) (7) : Kesehatan 2
=
Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 1
=
Dapat terbakar
=
Tidak reaktif
Reaktivitas 0 Klasifikasi EC
(5,6,8)
:
T
=
Toksik
N
=
Berbahaya bagi lingkungan
F
=
Sangat mudah terbakar
R11
=
Sangat mudah terbakar
R24
=
Toksik bila kontak dengan kulit
R25
=
Toksik bila tertelan
R50
=
Sangat beracun terhadap organism akuatik
R53
=
Dapat menyebabkan efek samping jangka panjang dalam lingkungan perairan.
R24/25
=
Toksik bila kontak dengan kulit dan bila tertelan
R37/38
=
Menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan kulit
R50/53
=
Sangat beracun terhadap organisme akuatik, dapat menyebabkan efek samping jangka panjang dalam lingkungan perairan.
R52/53
=
Dapat berbahaya terhadap organisme akuatik, dapat menyebabkan efek samping jangka panjang pada lingkungan perairan.
R23/24/25
=
Toksik bila terhirup, kontak dengan kulit, dan bila tertelan.
R39/23/24/25
=
Toksik: berbahaya dapat menyebabkan efek sangat serius yang tidak dapat kembali seperti semula bila terhirup, kontak dengan kulit, dan bila tertelan.
S20
=
Saat menggunakan, jangan makan atau minum
S37
=
Gunakan sarung tangan yang sesuai
S45
=
Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan segera bawa ke dokter / rumah sakit / puskesmas (perlihatkan label kemasan)
S60
=
Bahan ini dan/ atau wadahnya harus dibuang seperi limbah berbahaya
S61
=
Hindarkan paparan ke lingkungan. Mengacu kepada instruksi khusus pada lembar data keamanan
S1/2
=
Simpan tertutup dan jauhkan dari jangkauan anak-
S36/37
=
anak Gunakan pakaian proteksi dan sarung tangan yang sesuai.
3.
Penggunaan Antiseptik
(1)
. Agen antibakteri pada berbagai produk, termasuk sabun dan
deodorant. Agen antifungi pada buah citrus dan sayuran
(3)
. Sabun germisida
(4)
. Digunakan untuk pembersih kulit yang bersifat bakteriostatik. Dapat juga
digunakan untuk perlawanan terhadap bakteri gram positif pada saat penggunaan bahan lain tidak berhasil (14)
4.
Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: Kontak dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan membran mukosa. Dapat bersifat toksik bila tertelan
(5)
.
Berbahaya kontak dengan kulit atau tertelan, iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata, reaksi alergi.(16). Organ sasaran: sistem syaraf, hati, mata, sistem syaraf pusat (SSP) (7). Rute paparan Paparan jangka pendek Kontak dengan kulit Iritasi dan menimbulkan reaksi alergi
(3,5,16)
pandangan, kerusakan saraf, konvulsi (16). Kontak dengan mata
Bersifat permeator
(7)
. Gangguan
Iritasi (3,5,7). Tertelan Beracun dan menimbulkan gejala seperti anoreksia, mual, muntah, keram perut, dan diare. Dehidrasi dapat bersifat parah dan berkaitan dengan syok.. (5)
. Buta, kerusakan syaraf, paralisis, konvulsi, dan koma
(16)
.
Terhirup Berbahaya (5). Iritasi (16). Paparan jangka panjang Terhirup Dapat menyebabkan asma (8). Kontak dengan kulit Sedikit berbahaya bila kontak dengan kulit (menyebabkan sensitisasi)
(7)
.
Efek reproduksi (16). Kontak dengan mata Efek sama seperti pemaparan jangka pendek (16). Tertelan Dapat menyebabkan serangan asma disertai dengan nafas pendek, bersin, batuk, dan/ atau sesak dada (7 ). Efek reproduksi (16).
5.
Stabilitas dan Reaktivitas Reaktivitas
: Stabil pada penyimpanan yang sesuai (9)
Kondisi yang harus dihindarkan
: Panas,
pembentukan
debu,
tancampurkan (7) Bahan tak tercampurkan
: Alkali,
alkali
tanah,
tween,
bahan
pengoksidasi kuat (5). Heksklorofen dengan Pengoksidasi (kuat)
:
Reaktif (7)
Bahaya dekomposisi
:
Produk dekomposisi termal: gas klorin (3). Karbon oksida (CO, CO2) dan senyawa halogenasi (7).
Polimerisasi
:
Tidak akan terpolimerisasi (7)
Korosivitas
6.
7.
:
Tidak korosif dengan adanya kaca (7)
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat (3,7).
Simpan di tempat yang sejuk dan berventilasi baik (3,7).
Simpan sesuai dengan peraturan dan standar berlaku (16).
Toksikologi Toksisitas Data pada manusia Dilaporkan bahwa diantara 65 wanita yang terpapar heksaklorofen saat mencuci tangan, terdapat 5 kejadian dengan efek yang serius, yaitu dua anal atresia, satu malformasi ginjal, satu esophageal atresia, dan satu sumbing bibir dan langit-langit. (Halling H., Suspected link between exposure to hexachlorophene and birth of malformed infants, (Sweedish) Lakartidningen, 74-542-546, 1977.) (2) Telah dipelajari 3007 kehamilan pekerja rumah sakit yang terpapar heksaklorofen secara ekstensif dan membandingkannya dengan 1653 kehamilan pekerja rumah sakit yang tidak terpapar. Tidak diketemukan adanya peningkatan keadaan cacat atau kematian perinatal. (Baltzar, B., Ericson, A. and Kallen, B., Preganancy Outcome among women working in Sweedish Hospital. N. Eng. J. Med. 300:627-628, 1979.) (2). Telah dilaporkan terjadi malformasi pada anak yang lahir dari ibu yang terapar secara berulang pada heksaklorofen. Produksi dan penggunaan secara ekstensif, terutama pada sabun germisida, selama beberapa decade terakhir mengindikasikan bahwa paparan secara luas pada manusia dapat terjadi baik secara dimana saja maupun di lingkungan kerja. Hal ini dapat dilihat dari keberadaannya di cairan tubuh manusia. Telah ada laporan mengenai adanya kejadian keracunan
(8)
.
LDLo oral-anak-anak 250 mg/kg; TDLo wanita 600 mg/kg (9). Data pada hewan Data iritasi (10):
Ringan: kulit-kelinci 24 jam. Data toksisitas: LD50 oral-tikus (rat) 66,57 mg/kg (4) LD50 oral-tikus (rat) 56 mg/kg; LD50 oral-tikus (mouse) 67 mg/kg (7,9) LD50 oral-tikus (rat) 60 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus (rat) 22 mg/kg (9). Satu studi hewan dilakukan pada anjing beagle yang diberi asupan hexachlorophene 30, 60, dan 120 ppm (0,75, 1,5, atau 3,0 mg / kg / hari) dalam diet selama 13 minggu. Terdapat bengkak kelenjar ludah, mulut kering, dan status spongiosis dalam otak, saraf optik, sumsum tulang belakang dan saraf siatik di semua tingkat dosis yang diuji. Penelitian serupa pada tikus dan efek neurotoksik teramati pada 5 mg.kg / hari (11). LD50 oral-kelinci 40690 ug/kg; LD50 intravena-kelinci 8500 ug/kg; LD50 oralmarmot 60 mg/kg; LD50 kulit-marmot 1100 mg/kg; LD50 oral-binatang doemstik 30 mg/kg (16). Data Karsinogenik Berdasarkan ACGIH, IARC, NTP, dan OSHA, heksaklorofen tidak terdaftar sebagai karsinogen (10). Data Mutagenik Bahan ini tidak bersifat mutagenik pada uji menggunakan Salmonella typhimurium (8). Data Reproduksi Kadar asupan 100 hingga 500 ppm pada tikus (rat) tidak menyebabkan perubahan dalam otak janin; tetapi pada kadar lebih tinggi yang dapat bersifat toksik terhadap ibunya, menyebabkan 3 dari 44 janin mengalami sumbing langi-langit (Oakley, G.P., and Shepard, T.H., Possible Tetragenicity of Hexachlorophene in Rats. (abs) Tetratology 4:264 only, 1972) (2). Dilaporkan adanya perubahan kista pada white matter otak tikus (rat) melalui paparan intravaginal pada hari ke-7, 8, 9, dan 10. Microphtalmia, hidrosefalus, dan tulang rusuk yang bergelombang terjadi pada fetus (Kimbrough R.D. and Gaines, T.B., Hexachlorophene Effects on The Rat Brain. Arch. Environ. Health 23:114-118,1971) (2).
Hanya terjadi dua kejadian sumbing langit-langit dari 82 fetus yang selamat. setelah diberikan 6 mg per kg pada hari ke-6 sampai hari ke-18 pada kelinci yang hamil tidak menghasilkan ada kejanggalan dalam jaringan lunak dan hanya 3 yang mengalami malformasi tulang rusuk dari 175 subjek. (Kennedy G.L., Smith, S.H., Keplinger , M.L., and Calandra J.C., Evaluation of The Tetralogical potential of Hexachlorophene in rabbits and rats. Tetratology 12:83-88, 1975.) (2). Dapat melewati batas plasenta, dieksresikan dalam air susu ibu. Dapat menyebabkan efek samping pada reproduktif dan cacat saat kelahiran (teratogenik) (7). Informasi Ekologi Toksisitas pada ikan
: LC50
Pimephales
promelas
(fathead
minnow) 0.019 mg/l selama 96 jam (10) Toksisitas pada
: EC50 Daphnia magna 0.2 mg/l selama 24 jam (10)
invertebrata Toksisitas pada
: -
tumbuhan perairan, misalnya alga Toksisitas
:
-
mikroorganisme Lingkungan
: Sangat
beracun
terhadap
lingkungan,
dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang
(9)
. Senyawa ini sangat beracun
bagi organisme akuatik. Pada ranatai makanan yang penting untuk manusia, dapat melalui
terjadi susu
bioakumulasi, dan
organisme
terutama akuatik.
Senyawa ini dapat menimbulkan efek jangka panjang pada lingkungan akuatik (13)
.
8.
Efek Klinis Keracunan akut
Terhirup Heksaklorofen: Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan (hidung dan tenggorokan) disertai batuk dan bersin. Pada beberapa individu dapat timbul reaksi alergi (7). Kontak dengan kulit Heksaklorofen: Dapat menimbulkan iritasi. Dapat terabsorpsi pada kulit dan menyebabkan toksisitas sistemik
(7)
. Debunya dapat menyebabkan iritasi,
kepekaan dan sensitif pada orang sebelum terpapar. Mungkin diserap melalui kulit dapat menyebabkan konfusi, diplopia, lethargi, gatal, konvulsi, pernafasan arrest dan kemungkinan mati (16). Kontak dengan mata Heksaklorofen: Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kemungkinan kerusakan mata yang permanen
(7)
. Debunya dapat menyebabkan iritasi.
Bagaimanapun penelitian pada penggunaan 3% larutan selama 2-4 menit ada mata kelinci dan anjing tidak menyebabkan kerusakan penting
(16)
Tertelan Heksaklorofen: Dapat menyebabkan iritasi saluran gastrointestinal yang disertai mual, muntah, keram perut, hipermotilitas, dan diare. Dapat berefek pada perilaku/sistem syaraf pusat/sistem syaraf (neurotoksisitas-konvulsi, letargi, iritabilita, berkedut, tertidur, sakit kepala, pusing, lemas, perubahan keadaan jiwa), koma, paralisis flaccid tanpa anesthesia), respirasi (depresi pada pernapasan, edema kronik pada pulmonari, apnea, sianosis), darah (perubahan dalam faktor pembekuan), hati (degenerasi lemak ahti), sistem urinaria,
metabolisme
(kurang
nafsu
makan/anoreksia),
sistem
kardiovaskular (hipotensi, bradikardia) (7). Keracunan kronik Terhirup Heksaklorofen: Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan serangan asma disertai dengan nafas pendek, bersin, batuk, dan/ atau sesak dada
(7)
. Paparan pada konsentrasi serbuk tinggi dapat menyebabkan
perubahan pada fungsi paru-paru, yaitu pneumoconiosis; disebabkan oleh
partikel lebih ekcil dari 0,5 mikron yang berpenetrasi dan berada dalam paruparu (12). Kontak dengan kulit Heksaklorofen: Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis
(7)
. Pemaparan yang lama atau berulang mengakibatkan peka
dermatitis. Penyerapan yang lama melalui kulit dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, khususnya keadaan yang putih dan urat saraf saraf tulang belakang. Mencit yang terpapar bahan selama 21 hari mengakibatkan tumor kulit. Tikus hamil yang terpapar menunjukkan keracunan pada fetus (janin) dan kranium muka dan lainnya perkembangan fetus (janin) tidak normal (16). Kontak dengan mata Heksaklorofen: Pemaparan yang lama atau berulang dapat menyebabkan peradangan pada konjungtiva (16). Tertelan Heksaklorofen: Asupan jangka panjang atau berulang dapat berefek pada otak dan syaraf tulang belakang (otak dan/ atau kerusakan syaraf tulang belakang), hati (kerusakan pada hati), metabolisme (berat badan menurun), perilaku/sistem syaraf pusat/sistem syaraf (gejala neurotoksisitas seperti pada gejala tertelan akut), mata (dilatasi pupil, kebutaan, atrofi optik) (7).
9.
Pertolongan Pertama Terhirup (3,7) Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan ke area dengan udara segar. Mulai penyelamatan pernapasan bila berhenti bernapas dan CPR bila jantung berhenti berdetak. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak serius: pindahkan korban ke area aman secepat mungkin. Longgarkan pakaian yang melekat, seperti kerah baju, dasi, dan ikat pinggang. Bila sulit bernapas, berikan oksigen. Bila korban tidak bernapas, lakukan penyadaran dengan mulut ke mulut. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun dan air dalam jumlah yang banyak, selama 15 menit. Tutupi bagian kulit yang teriritasi dengan emolien. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (3,7). Kontak serius: cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang terkontaminasi dengan krim antibanteri (7). Kontak dengan mata (3,7) Segera lepaskan kontak lensa dan cuci mata dengan air yang banyak selama 15 menit dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Tertelan Jangan sekali-kali merangsang muntah kecuali diminta oleh petugas kesehatan. Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada korban yang tidak sadar. Jika terjadi muntah jaga posisi kepala lebih rendah daripada pinggul untuk mencegah aspirasi. Jikaa penderita tidak sadar mringkan kepala ke samping. Longgarkan pakaian yang melekat, seperti kerah baju, dasi, dan ikat pinggang. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7,16).
10. Penatalaksanaan Oleh Petugas Kesehatan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit: -
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
-
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
-
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
-
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
-
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
-
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) -
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
-
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
-
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
-
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
-
Penolong
perlu
dilindungi
dari
percikan,
misalnya
dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. -
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Catatan untuk dokter: Berikan pengobatan simptomatik. Kejang dan gangguan pernapasan adalah masalah yang sangat mengancam nyawa. Diazepam adalah obat pilihan dan biasanya untuk mengontrol kejang. Ikuti
gas darah arteri dan tingkat pernapasan dalam keracunan berat. Hipotensi mungkin terjadi akibat dari dehidrasi dan dapat dibantu dengan pengganti cairan dan elektrolit tubuh. Dalam beberapa jam pertama setelah paparan dosis lebih besar dari 10-20 mg / kg, didekontaminasi dengan ipecac / lavage atau katarsis; arang tidak menyerap bahan
(12)
.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan heksaklorofen (10): Tidak tersedia informasi batas paparan TLV-TWA
: tidak tersedia
TLV-STEL
: tidak tersedia
TLV-Ceiling
: tidak tersedia
OSHA PEL-TWA
: tidak tersedia
OSHA PEL-STEL
: tidak tersedia
OSHA PEL-Ceiling : tidak tersedia Ventilasi: Sediakan sitem ventilasi local exhaust. Peralatan ventilasi harus tahan ledakan bila terjadi konsentrasi bahan yang dapat meledak. Pastikan sistem dapat mencapai batas pemaparan yang diperbolehkan
(16)
.
Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan serbuk dan masker wajah saat bekerja dengan serbuk atau bubuk kecuali bila alat pernafasan serba lengkap sudah digunakan (3). Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia
(3)
.
Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia (3)
.
Respirator: Saat terdapat kemungkinan besar untuk terjadinya paparan terhadap heksaklorofen, gunakan respirator dengan alat pernafasan serba lengkap yang telah disetujui oleh MSHA/NIOSH dengan filter partikel berefisiensi tinggi (3).
12. Manajemen Pemadam Kebakaran Bahaya ledakan dan kebakaran: Bahaya kebakaran tidak berarti (16).
Media pemadam kebakaran: Bahan kimia kering, karbon dioksida, semprotan air, busa kimia (3). Kebakaran kecil: Gunakan serbuk kimia kering (7). Kebakaran besar: Gunakan semprotan air, kabut, atau busa. Jangan gunakan water jet (7). Pemadaman kebakaran: Heksaklorofen dapat terbakar, tetapi tidak dengan cepat memercik. Gunakan pakaian pelindung diri yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan dan pelindung seluruh tubuh
(15)
. Pindahkan wadah
dari daerah kebakaran tanpa ada resiko. Hindari inhalasi bahan atau hasil kebakaran. Tinggalah di daerah darimana angin bertiup dan jangan berada di tempat yang lebih rendah (16).
13. Manajemen Tumpahan Hindarkan orang yang tidak menggunakan proteksi diri dari area tumpahan hingga pembersihan tuntas (3). Tumpahan/kebocoran: Kumpulkan tumpahan bahan lalu tempatkan dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan
(3)
.
Tumpahan kecil: Gunakan peralatan yang sesuai untuk menaruh tumpahan yang padat dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan
(7)
.
Tumpahan besar: Bahan padat yang berbahaya. Hentikan kebocoran bila dapat dilakukan tanpa resiko. Hindarkan air masuk ke dalam wadah. Hindarkan menyentuh bahan tumpahan. Basahi dengan semprotan air untuk mencegah penguapan. Hindarkan dari sumber air dan saluran pembuangan, ruang bawah tanah atau wilayah terbatas; tanggul jika diperlukan. Hilangkan semua sumber penyulut (7).
14. Daftar Pustaka 1.
Cahpman, R.L., Cosmetic Bench Reference (CBR) 2007, Allured, USA, 2007.
2.
Sheppard, Thomas H., Ronald J. Lemire, Catalog of Teratogenic Agent , JHU Press, USA, 2004
3.
Sitting, Marshal, Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens Volume I A-F,1991,Noyes Publication, New Jersey, USA. Hal 881.
4.
The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs dan Biologicals, Twelfth Edition, Merck & Co INC, 1996.
5.
http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB8687902_ EN.htm (diunduh bulan Juni 2011)
6.
http://www.chemblink.com/products/70-30-4.htm (diunduh bulan Juni 2011)
7.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924244 (diunduh bulan Juni 2011)
8.
http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0161.htm (diunduh bulan Juni 2011)
9.
http://msds.chem.ox.ac.uk/HE/hexachlorophene.html (diunduh bulan Juni 2011)
10. http://www.chemblink.com/MSDS/MSDSFiles/70-30-4_SigmaAldrich.pdf (diunduh bulan Juni 2011) 11. http://www.epa.gov/iris/subst/0338.htm (diunduh bulan Juni 2011) 12. http://datasheets.scbt.com/sc-211587.pdf (diunduh bulan Juni 2011) 13. http://pharmacycode.com/msds/Hexachlorophene (diunduh bulan Juni 2011) 14. http://www.drugbank.ca/drugs/DB00756 (diunduh bulan Juni 2011) 15. http://cameochemicals.noaa.gov/chris/HCP.pdf (diunduh bulan Juni 2011) 16. Informasi Bahan Beresiko Keracunan, Sentra Informasi Keracunan Depkes RI., Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2000. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2011
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------