Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DALAM KEGIATAN MERONCE DENGAN MANIK – MANIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KHADIJAH 2 SURABAYA Tanti Darmastuti PG PAUD FIP UNESA Abstrak Meronce merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat, melalui gerak jari yang memasukkan benang kedalam butir – butir ronce sehingga ketrampilan motorik halus anak akan terlatih. Keterampilan motorik halus adalah suatu pelaksanaan yang terlatih dan merupakan suatu rangkaian kondisi yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan dari kemampuan fisik ( tangan ) untuk menggunakan suatu media yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan serta otot - otot kecil atau otot – otot halus. Didalam kegiatan pembelajaran meronce digunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang menyajikan dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu. Dengan menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan meronce, maka kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif sehingga hal tersebut dapat menjadi proses latihan untuk anak. Fokus pengamatan pada penelitian ini adalah anak kelompok A usia 4 -5 tahun di TK Khadijah 2 Surabaya dengan jumlah partisipan 15 anak ( 10 anak perempuan dan 5 anak laki – laki ). Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan kegiatan meronce manik – manik yang dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus dilakukan secara berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu :1. Perencanaan, 2. Tindakan, 3. Observasi, 4. Refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi di kelas. Berdasarkan analisis data penilitian dan pembahasan, diperoleh hasil bahwa peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce dengan manik – manik pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai 45,5% , sedangkan pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 51,7%. Pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat menjadi 73,9% dan pada siklus 2 pertemuan 2 menjadi sebesar 89,4%. Penelitian ini telah dilakukan mulai dari siklus I hingga siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce manik – manik pada kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya. Ini dikarenakan adanya latihan secara berkala pada anak, sehingga anak lebih senang dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta semakin percaya diri dalam meronce. Kata kunci : motorik halus, meronce, dan metode demonstrasi
Abstract Beads stringing is an activity that requires careful eye-hand coordination through the fingers movement of threading beads so that the child’s fine motor skills will be well trained. Fine motor skills is a trained enforcement and is a series of conditions that involve difference cues and continuous error correction of physical abilities (hands) to use a medium that requires eye-hand coordination and small muscles or fine muscles. Demonstration method is used in the beads stringing learning activities. Demonstration method is a teaching method that is presented by demonstrating and showing to children about a certain process, situation or item. By using demonstration method in the beads stringing activities, the learning activities become more effective so it can be a process of exercise for the children. Observations focused on the study were children aged 4-5 years old in group A of TK Khadijah 2 Surabaya by the number of participants 15 children (10 girls and 5 boys). This study uses classroom action research method with the beads stringing activities that performed in 2 cycles. Each cycle performed consists of four stages : 1. plan, 2. action, 3. observation, 4. reflection. Research data obtained through observation in the classroom.Based on the data analysis and study, obtained results that the increase in fine motor skills of children through beads stringing activities at cycle 1 attempt 1 reaches 45.5%, while at cycle 1 attempt 2 reaches 51.7%. At cycle 2 attempt 1 the increase by 73.9% and at cycle 2 attend 2 the increase by 89.4%. This study has been carried out starting from the cycle I to cycle II. It can be concluded that there was an increase in fine motor skills of children through the beads stringing activities in group A of TK Khadijah 2 Surabaya. This is due to regular exercise in children, so that children more excited and enthusiastic in participating in learning activities as well as more confident in stringing. Keywords : fine motor, stringing, demonstration method
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki adalah suatu pekerjaan yang mewujudkan penghargaan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, terhadap keindahan benda – benda yang ada di alam. kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan Bentuk roncean yang digunakan adalah manik – manik. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Manik – manik merupakan sekumpulan bahan yang Pendidikan akan berlangsung sepanjang hayat kita. ( UU berlubang atau sengaja dilubangi yang digunakan untuk No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional ). merangkai suatu hiasan. Bentuk manik – manik dapat Taman kanak – kanak ( TK ) merupakan pendidikan anak berupa manik – manik kayu, manik – manik plastik, usia dini dalam jalur formal. Pendidikan yang diberikan manik – manik dari kertas dan biji – bijian. Kegiatan pada Taman kanak – kanak ( TK ) berupa permainan – meronce dengan manik – manik adalah menyusun bahan permainan yang merangsang tumbuh kembang anak. Hal berlubang atau sengaja dilubangi sehingga menghasilkan tersebut dimaksudkan sebagai upaya menstimulus rangkaian yang dapat digunakan sebagai hiasan atau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui beberapa sebagai penghias yang mencerminkan wujud aspek perkembangan di antaranya fisik motorik, kognitif, penghargaan terhadap keindahan benda – benda di alam ( sosial emosional, spiritual, bahasa dan seni ( Kurikulum, Sofyan, 1994 : 10 ). 2004 : 23 ). Metode demonstrasi adalah metode pengajaran Kemampuan motorik terbagi menjadi 2 yaitu yang menyajikan dengan memperagakan dan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, aktivitas gerak tubuh yang menggunakan otot – otot besar situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau yang meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan hanya sekedar tiruan. Metode demonstrasi tidak lepas manipulatif. Sedangkan motorik halus adalah dari penjelasan secara lisan oleh guru walaupun dalam kemampuan anak pra sekolah beraktivitas menggunakan proses demontrasi peran anak hanya sekedar otot – otot halus. Beberapa kegiatan yang berhubungan memperhatikan, akan tetapi metode demonstrasi ini dapat dengan motorik halus anak misalnya menulis, menyajikan bahan pelajaran lebih konkret ( menggambar, meronce, menganyam dan lain sebagainya Moelichatoen, 2004 : 108 ). ( Samsudin, 2005 ). Metode demonstrasi penting untuk diterapkan Kemampuan motorik halus anak sangatlah di Taman kanak – kanak ( TK ), Agar anak mengetahui penting ditingkatkan. Karena secara tidak langsung dengan jelas batasan tugas hingga dapat menyelesaikan perkembangan motorik halus anak akan menentukan secara tuntas. Secara umum anak TK masih berada pada keterampilannya dalam bergerak, misalnya anak mulai perkembangan kognitif fase praoprasional yang artinya dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan anak mulai menyadari bahwa pemahamannya terhadap menutup resliting, memakai sepatu sendiri, benda – benda yang ada disekitar tidak hanya dapat mengancingkan pakaian, menggunting, mewarnai, dilakukan melalui aktivitas sensorimotor. Akan tetapi menjahit, menganyam, meronce dan merautkan pensil juga dapat dilakukan melalui aktivitas yang bersifat dengan rautan pensil. Pergerakan tersebut melibatkan simbolik. Salah satunya melalui kegiatan meronce. bagian – bagian tubuh tertentu dan diawali oleh Kegiatan ini sangat efektif diterapkan di TK, karena perkembangan otot – otot kecil seperti keterampilan dapat meningkatkan motivasi belajar anak sehingga dapat menggunakan jari – jemari tangan dan gerakan memecahkan permasalahan pengembangan motorik halus pergelangan tangan yang luwes. anak. Dari kegiatan meronce inilah guru dapat mengukur Masyarakat berpandangan bahwa lembaga sebatas mana kemampuan motorik anak. pendidikan yang bagus adalah suatu lembaga yang Kegiatan meronce dengan manik – manik melatih dan mengajarkan kemampuan menulis, membaca melalui metode demonstrasi membutuhkan koordinasi dan berhitung kepada anak sedini mungkin. Maka dengan mata dan tangan yang cermat. Melalui kegiatan meronce sendirinya sistem pendidikan memberikan memberikan dengan manik – manik maka jari anak akan menjadi tuntutan yang tinggi kepada anak usia dini sebagai akibat terampil saat harus memasukkan butir – butir ronce ke dari pandangan tentang pendidikan. Anak – anak yang dalam tali. Sehingga dapat membuat gerakkan tangan belum memiliki kemampuan sesuai dengan standart yang menjadi luwes mengikuti alur yang berkelok – kelok. ( disebutkan di atas dianggap tidak mampu bersaing http://www.tabloid-nakita.panduan tumbuh kembang dengan tuntutan pendidikan nasional yang terbentuk dari anak.com ). cara pandang masyarakat itu sendiri. Keterampilan otot jari dan keluwesan tangan Bentuk permainan yang diberikan pada anak TK disebut dengan motorik halus. Maka dengan dirancang untuk meningkatkan kemampuan motorik meningkatnya motorik halus anak membutuhkan latihan. halus anak adalah kegiatan meronce dengan manik – Proses memasukkan benang ke dalam manik – manik manik melalui metode demonstrasi. Kegiatan meronce merupakan suatu rangkaian latihan. Semakin sering anak
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal berlatih maka semakin meningkat motorik halusnya. a. Sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan Dalam hal ini semakin banyak manik – manik yang motorik anak melalui pembelajaran meronce dengan dironce anak maka motorik halus anak semakin manik – manik. meningkat. Sehingga meronce dengan manik – manik b. Dapat meningkatkan hasil belajar anak didik dalam adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan motorik meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui halus anak. kegiatan meronce. Berdasarkan observasi awal di TK Khadijah 2 Definisi Istilah Surabaya, khususnya anak kelompok A dalam Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dalam pembelajaran motorik halus pada kegiatan meronce memahami judul penelitian ini, maka istilah yang dengan manik – manik melalui metode demonstrasi digunakan perlu didifinisikan sebagai berikut : masih belum bisa memasukkan butir – butir ronce 1. Meronce dengan manik – manik kedalam tali. Sehingga tali masih belum terisi dengan Meronce dengan manik – manik merupakan butiran ronce atau manik – manik tersebut. Hal ini suatu pekerjaan yang mewujudkan penghargaan terhadap disebabkan karena kurangnya guru memberikan keindahan benda – benda yang ada di alam. Meronce dorongan motivasi pada saat anak meronce dan anak dengan manik – manik adalah suatu kegiatan merangkai dilepas begitu saja tanpa diberi contoh cara – cara butir – butir ronce dalam satu kesatuan tali untuk meronce yang benar seperti metode praktek langsung. membentuk suatu benda yang kongkrit. Sehingga hasil Pada kenyataannya tidak semua anak mampu meronce roncean dapat digunakan sebagai barang hiasan. Benda – dengan terampil. Dari jumlah 15 anak kelompok A di TK benda yang dilakukan untuk meronce bisa menggunakan Khadijah 2 Surabaya terdapat beberapa anak yang manik – manik, kertas atau biji – bijian ( Sofyan, 1994 : mengalami hambatan hingga 50 % pada motorik 10 ). halusnya, sehingga diharapkan dengan kegiatan meronce 2. Motorik halus dengan manik – manik terjadi peningkatan pada motorik Motorik halus atau gerak halus adalah aspek yang halus anak. berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu Rumusan Masalah 1. Apakah ada peningkatan kemampuan motorik halus dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan dalam kegiatan meronce dengan manik – manik melalui koordinasi yang cermat serta mengamati sesuatu, metode demonstrasi pada anak kelompok A di TK menjimpit, menulis, meronce, menganyam dan Khadijah 2 Surabaya ? sebagainya. Maka dalam penelitian ini motorik halus 2. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi pada yang dimaksud adalah meronce dengan manik – manik kegiatan meronce dengan manik – manik dapat ( Sujiono, 2000 ). meningkatkan kemampuan motorik halus anak 3. Metode demonstrasi kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya ? Metode demonstrasi adalah metode pengajaran yang menyajikan dengan memperagakan dan Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, kemampuan motorik halus dalam kegiatan meronce situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau dengan manik – manik melalui metode demonstrasi pada hanya sekedar tiruan. Metode demonstrasi tidak lepas anak kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya dari penjelasan secara lisan oleh guru walaupun dalam 2. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan metode proses demontrasi peran anak hanya sekedar demonstrasi pada kegiatan meronce dengan manik – memperhatikan, akan tetapi metode demonstrasi ini dapat manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus menyajikan bahan pelajaran lebih konkret ( anak kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya Moelichatoen, 2004 : 108 ). Manfaat Penelitian KAJIAN PUSTAKA 1. Bagi Peneliti A. Motorik halus a. Menambah wawasan tentang pembelajaran 1. Pengertian motorik halus meronce agar lebih mudah Berkembangnya motorik halus anak dimulai dipahami anak. pada usia 1.5 tahun. Karena pada usia ini anak mulai b. Dapat menemukan alternatif pembelajaran yang belajar memakai bajunya sendiri walaupun dengan menarik melalui metode bantuan ( Hurlock, 1988 : 141 ). Motorik halus adalah demonstrasi. kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur 2. Bagi Guru penggunaan bentuk gerakan mata dan tangan secara efisien, tepat dan adaptif. Bentuk – bentuk gerak ini dapat dimanifestasikan mereka sendiri dalam berbagai variasi 3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 yang mencakup semua aktivitas seperti menulis, misalnya keterampilan membuat gambar. Dalam menggambar, memberi warna, menggunting, meronce, membuat gambar, selain anak memerlukan keterampilan menganyam dan sebagainya. Pola – pola gerakan ini menggerakkan pergelangan tangan dan jari- jari tangan ditunjukkan sebagai keterampilan koordinasi mata dan anak juga memerlukan keterampilan kognitif dan tangan. kreativitas ( Sujiono, edisi 1 : 1.11 ). Perkembangan motorik halus atau keterampilan 2. Fungsi motorik halus koordinasi mata tangan mewakili bagian yang penting Departemen Pendidikan Nasional 2010 : 10, dan integral perkembangan motorik secara total dan mengatakan bahwa ada beberapa alasan tentang fungsi secara jelas mencerminkan perkembangan kapasitas perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan sistem saraf pusat untuk mengangkat dan memperoses individu yaitu : input visual dan menterjemahkan input tersebut kedalam a. Melalui keterampilan motorik halus, peserta didik di bentuk keterampilan. Untuk melakukan keterampilan TK dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak senang. Hal ini seperti halnya peserta didik di TK yang harus dapat berinteraksi dengan praktek ( Tjateri, 2009 : merasa senang dengan memiliki keterampilan 6 ). memainkan boneka. Melempar, menangkap bola, atau Karena kemampuan seorang anak untuk memainkan alat – alat mainan lainnya. melakukan gerakan motorik tertentu tidak akan sama b. Melalui keterampilan motorik halus, peserta didik di dengan anak lain, walaupun usia mereka sama. Misalnya TK dapat bernjak dari kondisi helplessness ( tidak anik anak yang berusia 4 tahun sudah dapat membuka berdaya ) pada bulan – bulan pertama kehidupannya bajunya sendiri, sedangkan didi yang usianya juga sama kekondisi yang independence ( bebas dan tidak masih memerlukan bantuan untuk membuka bajunya bergantung ). sewaktu pulang sekolah di sini perkembangan motorik c. Melalui keterampilan motorik, peserta didik di TK anak tidak sama ( Tjateri, 2009 : 6 ). dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap Pada usia prasekolah ( Taman Kanak – kanak ) atau usia motorik anak TK. Dalam artian anak perempuan lebih kelas di sekolah dasar, peserta didik sudah dapat dilatih sering melakukan keterampilan yang membutuhkan menggambar, melukis, baris – berbaris, menggunting, keseimbangan tubuh seperti permainan lompat tali meronce, menganyam, persiapan menulis dan lain sedangkan anak laki – laki lebih senang melakukan sebagainya. keterampilan lempar tangkap bola atau menendang bola 3. Karakteristik pengembangan motorik halus serta sering berlaku yang mementingkan kecepatan dan Keterampilan motorik halus yang paling utama kekuatan ( Tjateri, 2009 : 6 ). adalah kemampuan memegang pensil dengan tepat yang Menurut Departemen Kesehatan Republik diperlukan untuk menulis kelak. Pada awalnya, peserta Indonesia, (2005 : 7), motorik halus anak adalah aspek didik TK memegang pensil dengan cara menggenggam yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan seluruh pensil dan digunakan hanya untuk mencoret – gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu coret. Cara ini dilakukan oleh anak usia 2- 3 tahun. dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan Setelah itu, cara memegang pensil sudah berkembang koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, lebih baik lagi, tidak menggunakan jari, tetapi hanya menjimpit, menulis dan sebagainya. jempol dan telunjuk. Pada saat anak tidak lagi Berdasarkan pengertian yang telah ditulis di atas menggunakan lengan dan bahunya untuk ikut melakukan dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah gerakan menulis dan menggambar, tetapi lebih banyak kemampuan fisik ( tangan ) untuk menggunakan suatu bertumpu pada gerakan jari. media yang membutuhkan koordinasi mata, tangan dan Menurut Depdiknas ( 2010 : 11 ) mengatakan, otot – otot kecil atau otot – otot halus. Sehingga Karakteristik keterampilan motorik halus anak TK dapat keterampilan motorik halus itu mempunyai pengertian dijelaskan sebagai berikut : yaitu sesuatu pelaksanaan yang terlatih dan merupakan a. Pada saat peserta didik di TK berusia 3 tahun, suatu rangkaian kondisi yang melibatkan perbedaan kemampuan gerakan halus anak belum terlalu berbeda isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan dari kemampuan gerakan halus pada masa anak masih dari kemampuan fisik ( tangan ) untuk menggunakan bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu suatu media yang membutuhkan koordinasi mata, tangan menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari dan otot – otot kecil atau otot – otot halus. telunjuknya, gerakannya itu masih sangat kaku. Sehingga di dalam melakukan gerakan b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak TK motorik halus anak juga memerlukan dukungan secara substansial sudah mengalami kemajuan dan keterampilan fisik lain serta kematangan mental,
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin anak dan anak perempuan 10 anak. Peneliti sempurna. memfokuskan pengamatan pada keterampilan motorik c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak TK halus meronce. Pada tahap perkembangan inilah anak lebih sempurna lagi. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak diharapkan anak sudah terampil dalam meronce. Namun dibawah koordinasi mata. Anak di TK juga mampu pelaksanaan di lapangan tidak semua anak dapat membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih memiliki keterampilan motorik halus yang sama karena majemuk seperti kegiatan dalam proyek. setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Untuk d. Pada akhir masa kanak – kanak ( usia 6 tahun ), anak di dapat meningkatkan keterampilan anak terutama pada TK telah belajar bagaimana menggunakan jari – jemari kegiatan meronce dapat dilakukan dengan memberikan dan pergelangan tangan untuk menggerakkan ujung pelatihan atau treatment melalui metode pemberian tugas. pensil. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat usia anak maka semakin tinggi 4. Prinsip dalam pengembangan motorik halus Untuk mengembangkan motorik halus anak pula keterampilan yang akan dikuasai anak. Namun didik yang ada di TK yang berusia 4 – 6 tahun secara semua itu tidak terlepas dari pola asuh, baik keluarga atau optimal, perlu diperhatikan prinsip – prinsip orang tua sebagai pembimbing utama anak maupun pengembangan sebagai berikut : pengasuh yang lain dalam membimbing dan a. Memberikan kebebasan berekspresi kepada peserta mengarahkan anak dengan cara yang tepat. didik di TK. Ekspresi adalah proses mmengungkapkan 6. Bentuk stimulasi yang diberikan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung dari dalam Menstimulus motorik halus anak dapat melalui diri anak di TK. Oleh karena itu perlu dipupuk dan banyak cara, yaitu dengan membiarkan anak – anak dikembangkan. melakukan kebutuhannya sehari – hari secara mandiri, b. Melakukan pengaturan waktu, tempat dan media ( alat misalnya memakai baju, membuka dan menutup resliting dan bahan ) agar dapat merangsang peserta didik di TK celana, mengancingkan baju, melipat baju, memakai untuk kreatif. Untuk mendukung peserta didik di TK sepatu, makan, dan lain sebagainya. Aktivitas yang dalam merangsang kreativitasnya dan perlu dialokasikan diberikan pada subjek untuk menstimulus motorik halus waktu, tempat dan media yang cukup. supaya dapat meningkatkan perhatian adalah: c. Memberikan bimbingan kepada peserta didik di TK a. Meronce untuk menemukan tehnik atau cara yang baik dalam Anak diminta untuk memasukkan tali ke manik – manik. melakukan kegiatan dengan berbagai media. Lubang manik – manik yang digunakan lebih besar. d. Menumbuhkan keberanian dan menghindari petunjuk b. Meronce dengan manik – manik yang dapat merusak keberanian serta perkembangan Meronce manik – manik hingga berbentuk gelang atau peserta didik di TK. Agar anak bisa termotivasi dengan gantungan kunci. Lubang manik – manik yang digunakan kata – kata yang positif sehingga anak didik termotifasi lebih kecil. terus pmengembangkan kemampuan mereka. c. Menguntai tali e. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana Anak menguntai tali hingga berbentuk kepang. yang menyenangkan pada anak di TK. Jadi perlu d. Menjahit memberikan kenyamanan psikologis kepada anak dalam Anak diminta untuk memasukkan tali kedalam lubang – berkarya dengan motorik halusnya. lubang yang sudah ada pada kain flanel bentuk persegi. f. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap e. Bermain plastisin pelaksanaan kegiatan. Dalam mengembangkan motorik Anak dimintai untuk meremas plastisin menjadi bentuk – halus, orang dewasa perlu memberikan perhatian yang bentuk yang sederhana seperti : bentuk bola, bentuk memadai pada anak, khususnya sebagai peserta didik di persegi, dan bentuk persegi panjang. Dari bentuk TK. Hal ini untuk mendorong peserta didik di TK dan sederhana meningkat kebentuk yang lebih sulit seperti : sekaligus menghindari terjadinya hal – hal yang tidak bentuk binatang, bentuk obyek, bentuk sayur, bentuk diinginkan seperti memperebutkan alat berkarya, buah – buahan dan sebagainya. kegagalan membuat karya dan sebagainya ( Depdiknas, f. Menggunting 2010 : 11 ). Anak diminta untuk menggunting kertas yang ketebalannya sudah diatur mengikuti garis lurus yang 5. Keterampilan motorik halus yang dicapai pada tersedia dengan rapi. masa awal anak Kemampuan motorik halus yang diambil oleh Aktivitas – aktivitas diatas dibuat berdasarkan peneliti yaitu kemampuan motorik halus anak yang pada teori Montessori. Teori Montessori membuat berusia 4 – 5 tahun yang berada di kelompok A di TK aktifvitas dalam pengajarannya berdasarkan pada Khadijah 2 Surabaya dengan jumlah anak laki – laki 5 teorinya yang mengatakan bahwa dalam belajar anak 5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 diajak untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Anak berpikir konvergen dan berpikir evaluatif. Pengembangan harus dilibatkan secara langsung dalam belajar supaya daya pikir yang dimulai di TK akan sangat membantu anak bisa dengan cepat mempelajari hal baru serta anak dalam memperoleh pengalaman belajar di bidang konsep dalam pembuatan aktivitas pengajarannya adalah ilmu pengetahuan. belajar dan bermain ( Hainstock, 1999 ). 3. Tujuan Metode Demonstrasi Sesuai dengan manfaat penggunaan metode 7. Mengembangkan kemampuan motorik halus demonstrasi bagi anak TK yang telah dikemukakan di melalui kegiatan meronce Di Taman Kanak – kanak, pemenuhan atas, bahwa tujuan metode demonstrasi merupakan salah kebutuhan anak untuk ekspresi mendapatkan bimbingan satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar secara sistematis dan berencana agar kesempatan anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. berekspresi yang diberikan kepada anak benar – benar Melalui kegiatan demonstrasi anak dibimbing untuk mempunyai arti dan manfaat baginya. Untuk mendorong menggunakan mata dan telinganya secara terpadu, anak didik di TK agar menjadi kreatif adalah melalui sehingga hasil pengamatan kedua indra itu dapat kegiatan meronce. Karena dengan meronce dapat menambahkan penguasaan materi pembelajaran yang mengembangkan motorik halus anak. Gerakan motorik diberikan. Pengamatan kedua indera itu akan saling halus mempunyai peranan yang penting dalam melengkapi pemahaman anak tentang segala hal yang pengembangan seni. Oleh karena itu, gerakan motorik ditunjukkan, dikerjakan, dan dijelaskan dalam kegiatan halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, tetapi demonstrasi tersebut. Karena anak dilatih untuk membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. menangkap unsur – unsur penting dalam proses Keterampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya pengamatannya maka kemungkinan melakukan dari pada keterampilan motorik kasar, karena kesalahan sangat kecil bila anak harus menirukan apa keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang telah didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika yang lebih sulit. anak melakukan hal yang sama hanya berdasarkan Meronce mampu merangsang kreativitas dan penjelasan lisan oleh guru. Jadi tujuan metode imajinasi. Maka dengan belajar meronce ini, anak didik demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat di TK bisa membuat bermacam – macam model bentuk dilakukan ( Moeslichatoen, 2004 : 115 ). roncean. Untuk menghasilkan sebuah roncean dibutuhkan 4. Langkah – Langkah Menggunakan Metode ketelatenan yang lebih tinggi. ( Kementerian Pendidikan Demonstrasi Nasional, 2010 : 16 ) Menurut Moeslichatoen ( 2004 : 120 ), Dalam langkah – langkah menggunakan metode demonstrasi B. Metode Demonstrasi adapun tahap – tahap yang perlu diperhatikan dibawah ini 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pengajaran yang : menyajikan dengan memperagakan dan a. Tahap persiapan mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, Pada tahap persiapan ini guru merumuskan situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau tujuan yang harus dicapai oleh anak sebelum proses hanya sekedar tiruan. Metode demonstrasi tidak lepas demonstrasi dimulai. Misalnya guru menyiapkan bahan dari penjelasan secara lisan oleh guru walaupun dalam dan alat yang akan digunakan ketika akan proses demontrasi peran anak hanya sekedar mendemonstrasikan. memperhatikan, akan tetapi metode demonstrasi ini dapat b. Tahap pelaksanaan menyajikan bahan pelajaran lebih konkret ( 1. Langkah pembukaan Moelichatoen, 2004 : 108 ). Sebelum demonstrasi dilakukan, sebaiknya guru mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua 2. Manfaat Metode Demonstrasi Menurut Moeslichatoen ( 2004 : 113 ), anak. Agar anak dapat memperhatikan dengan jelas apa Manfaat metode yang didemonstrasikan. demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi dua fungsi yaitu : Guru memulai mendemonstrasikan a. Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi kegiatan – kegiatan yang merangsang anak untuk dalam menjelaskan informasi kepada anak. Agar anak berpikir, agar anak tertarik ketika guru sedang melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, lebih mencontohkan suatu kegiatan. menarik dan merangsang perhatian, serta lebih 3. Langkah mengakhiri demonstrasi menantang dari pada hanya mendengar penjelasan guru. Apabila demonstrasi selesai dilakukan b. Dapat membantu meningkatkan daya pikir anak sebaiknya guru memberikan kegiatan yang ada kaitannya dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal tujuan pembelajaran. Agar anak lebih memahami atau Meronce adalah suatu pekerjaan yang tidak dalam proses demonstrasi. Langkah – langkah mewujudkan penghargaan terhadap keindahan benda – penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan meronce benda yang ada di alam. Bentuk roncean yang digunakan dengan manik – manik di bagi menjadi 2 tahap yaitu adalah manik – manik. Manik – manik merupakan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap sekumpulan bahan yang berlubang atau sengaja dilubangi persiapan, guru harus merumuskan tujuan meronce yang yang digunakan untuk merangkai suatu hiasan. Bentuk dicapai, sebelum kegiatan meronce didemonstrasikan. manik – manik dapat berupa manik – manik kayu, manik Ketika akan mendemonstrasikan kegiatan meronce – manik plastik, manik – manik dari kertas dan biji – sebaiknya guru menyiapkan bahan dan alat yang akan bijian. Kegiatan meronce dengan manik – manik adalah digunakan dalam meronce. Sedangkan pada tahap menyusun bahan berlubang atau sengaja dilubangi pelaksanaan terdiri dari langkah pembukaan, langkah sehingga menghasilkan rangkaian yang dapat digunakan pelaksanaan dan langkah mengakhiri. Pada langkah sebagai hiasan atau sebagai penghias yang mencerminkan pembukaan ini guru harus mengatur tempat duduk semua wujud penghargaan terhadap keindahan benda – benda di anak dengan cara mengajak anak untuk duduk melingkar. alam ( Sofyan, 1994 : 10 ). Hal ini memudahkan guru untuk memantau anak satu per 2. Pengertian Manik – Manik satu. agar anak lebih jelas serta memperhatikan guru Manik – manik merupakan sekumpulan bahan yang ketika kegiatan didemonstrasikan. berlubang atau sengaja dilubangi yang digunakan untuk Pada langkah pelaksanaan demonstrasi, guru merangkai suatu hiasan. Bentuk manik – manik dapat memberitahukan terlebih dahulu kegiatan yang akan berupa manik – manik kayu, manik – manik plastik, dilakukan yaitu kegiatan meronce dengan manik – manik manik – manik dari kertas dan biji – bijian ( Sofyan, 1994 membuat bentuk kalung. Setelah anak mengetahui : 10 ). kegiatan tersebut, guru juga mengenalkan bahan dan alat 3. Pengertian Meronce dengan manik - manik yang akan digunakan dalam meronce seperti tali dan Meronce dengan manik – manik adalah menyusun bahan butiran manik – manik. Barulah guru mendemonstrasikan berlubang atau sengaja dilubangi sehingga menghasilkan kegiatan meronce dengan manik – manik. Dengan cara rangkaian yang dapat digunakan sebagai hiasan atau mencontohkan cara memegang manik – manik dan tali sebagai penghias yang mencerminkan wujud dengan posisi yang benar. Seperti memegang ujung tali penghargaan terhadap keindahan benda – benda di alam ( dengan tangan kanan, dan memegang badan manik – Sofyan, 1994 : 10 ). manik dengan tangan kiri hinngga anak paham dan tahu Benda – benda yang digunakan untuk cara memegang kedua benda tersebut. meronce ialah manik – manik kayu, manik – manik Selanjutnya guru mendemonstrasikan cara plastik, manik – manik dari kertas, kancing, biji – bijian memasukkan tali pada lubang manik – manik satu per dan bunga – bungaan. Bentuk roncean yang dipakai satu hingga manik – manik tersusun penuh sampai berupa benda pakai seperti kalung, tasbih, tirai, alas membentuk suatu rangkaian bentuk kalung. Barulah panas, alas gelas, dan tas. Roncean dapat pula berbentuk giliran anak untuk mencoba merangkai bentuk dari manik alat hias seperti roncean bunga untuk sanggul pengantin, – manik tersebut. Agar jari jemari anak terangsang untuk hiasan natal. Hiasan dinding dan pajangan. Dalam hal ini berkembang dalam melakukan kegiatan meronce. Pada meronce yang digunakan untuk anak usia dini yaitu langkah mengakhiri demonstrasi guru memberikan meronce gelang dan kalung untuk perhiasan karna yang evaluasi terhadap hasil karya anak. Agar anak dapat mudah dilakukan untuk anak ( Yati, 1994 : 9 ). memahami cara meronce dengan manik – manik. 4. Cara Melakukan Kegiatan Meronce Dengan Manik C. Meronce dengan manik – manik - Manik Menurut Musfiroh ( 2008 : 178 ), 1. Pengertian Meronce Barmin, ( 2009 : 53 ) mengatakan bahwa Dalam melakukan kegiatan meronce dengan manik – meronce merupakan suatu pekerjaan yang mencerminkan manik perlu dilakukan beberapa langkah – langkah dalam wujud penghargaan terhadap keindahan benda – benda meronce seperti dibawah ini : yang ada di alam. Selain itu juga merupakan penghargaan a. Menyiapkan alat dan bahan : anak terhadap benda yang dipakainya. Bahan roncean 1). Benang atau tali yang digunakan bisa seperti benda ronce dengan bahan 2). Manik – manik bekas, dengan manik – manik dan dengan biji – bijian. b. Cara Bermain : Meronce adalah merangkai pada seutas benang 1) Bagi anak menjadi beberapa kelompok, satu atau tali hingga menjadi benda yang bisa dijadikan kelompok 3-5 anak. Berikan satu mangkok manik – hiasan. Sehingga bermanfaat untuk keindahan lingkungan ( Dwi, 2007 : 136 ). 7
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 manik pada setiap kelompok, dan seutas benang pada tiap keutuhan dan keseimbangan, terutama keseimbangan anak. bentuk dan warna. Keseimbangan bentuk dimanfaatkan 2) Beri aba – aba, tiap kelompok duduk untuk menyusun bahan roncean misalnya dari bahan berhadapan, dan tiap anak memegang ujung utas benang yang berukuran besar lalu berturut – turut yang berukuran dengan jari telunjuk dan ibu jari. kecil, atau pun sebaliknya dari bahan yang berukuran 3) Beri aba – aba “ merah ”, semua anak – anak kecil selanjutnya yang berukuran besar. Keseimbangan mencari manik - manik warna merah dan memasukkan warna dapat menggunakan paduan warna yang mencolok pada benang. maupun warna yang sejalan. Susunan warnanya bisa 4) Beri aba – aba “ putih ”, semua anak – anak dibentuk sesuai warna yang mencolok, berhadapan atau mencari manik – manik warna putih dan memasukkan secara berselang seling. Benda hias yang digunakan pada benang. dengan tehnik meronce tidak hanya memiliki satu sudut 5) Beri aba – aba, “ warna apa saja ”, anak – anak pandang saja. Keindahan benda yang disusun dengan bebas memilih warna dan meroncenya dengan benang. tehnik meronce dapat dipandang dari banyak sudut. Satu Lalu beri aba – aba lagi untuk mengambil “ warna apa bentuk rangkaian yang digunakan secara berulang – saja ” dan berilah semangat dengan membuat hitungan 1 ulang untuk membuat rangkaian yang lebih panjang. – 20, lalu hentikan kegiatan. Macam – macam roncean yang digunakan bisa bervariasi 6) Bantu anak mengikatkan ujung senar dan seperti meronce gelang, kalung, tas dan sebagainya ( menalikannya dengan simpul mati. Barmin, 2009 : 54 ). 7) Akhiri dengan memberi kesempatan pada anak D. Keterkaitan kegiatan meronce dengan kemampuan untuk memakai kalung karya mereka sendiri, biarkan motorik halus anak melalui metode demonstrasi mereka bergaya sesuka hati anak. Mengingat kemampuan motorik halus anak 8) Pajang hasil roncean didinding. Mintalah sangatlah penting, maka diperlukan kegiatan yang pendapat anak, kalung siapa yang paling panjang dan mengasah kemampuan anak. Ada banyak kegiatan yang paling bagus. diberikan disekolah yang bertujuan untuk meningkatkan Langkah – langkah dilakukannya kegiatan kemampuan motorik halus anak, salah satunya dengan meronce dengan manik – manik yaitu menyiapkan bahan meronce. Meronce adalah suatu kegiatan yang dan alat seperti manik – manik dan tali. Selanjutnya membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. menentukan membuat salah satu bentuk yaitu meronce Melalui gerakan jari yang memasukkan benang kedalam bentuk kalung. Didalam meronce bentuk kalung perlu butir – butir ronce. Maka hal tersebut akan melatih diperhatikan cara bermainnya yaitu membagi anak konsentrasi mata dan gerak otot – otot jari. Gerak otot – menjadi kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 anak, otot jari merupakan suatu gerak untuk meningkatkan setiap kelompok mendapat satu mangkok dan seutas tali motorik halus. pada tiap anaknya. Tiap kelompok duduk melingkar Sehingga kegiatan meronce diperlukan dalam untuk mempermudah mengambil manik – manik. meningkatkan kemampuan motorik halus. Didalam Guru mengajak anak memegang ujung utas tali dengan pembelajaran di TK, ada berbagai bentuk metode yang jari telunjuk dan ibu jari. Setelah itu guru memberikan digunakan di TK. Salah satu metode pembelajaran yang aba- aba dengan “ meronce warna apa saja ” agar anak digunakan dalam kegiatan meronce adalah metode bebas memilih warna dan meroncenya dengan tali hingga demonstrasi. Metode demonstrasi adalah sebuah metode tali penuh dengan butir – butir ronce. Ketika anak – anak yang menyajikan dengan mencontohkan suatu kegiatan sedang meronce, guru memberikan semangat dengan kepada anak. Dengan metode demonstrasi maka memberikan hitungan 1 – 20 lalu kegiatan dihentikan. pembelajaran meronce untuk anak TK menjadi lebih Guru membantu anak untuk mengikatkan ujung tali dan efektif. Sehingga ketika pembelajaran menjadi efektif, menalikannya dengan simpul mati. Guru memberikan maka hal tersebut merupakan proses latihan untuk anak. kesempatan pada anak untuk memakai kalung hasil Proses latihan untuk anak ini berguna untuk karyanya sendiri dengan membiarkan anak bergaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak. sesuka hatinya. Setelah itu guru mengajak anak untuk METODE PENELITIAN memajang hasil ronceannya di dinding dan sambil A. Desain Penelitian meminta pendapat anak tentang kalung siapa yang paling Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan panjang dan paling bagus. Kelas atau yang sering disebut dengan PTK. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah penelitian tindakan ( 5. Merancang karya kerajinan meronce dengan action research ) yang dilakukan dengan tujuan manik – manik Unsur komposisi yang diterapkan dalam memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. menyusun benda hias dengan tehnik meronce adalah Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, sehingga 2 = apabila anak sudah meronce sendiri tapi masih PTK harus tertuju atau mengenai hal – hal yang terjadi perlu arahan dari guru. didalam 1 = apabila anak masih perlu bimbingan dari guru. Menurut Sujiono, ( 2007 : 3.16 ), B. Lokasi dan Waktu Penelitian tingkat keberhasilan yang diharapkan terjadi minimal 1. Tempat penelitian Penelitian ini bertempat di TK Khadijah 2 Surabaya 85% dengan kriteria tiap sekor yaitu : terletak pada Jalan Darmo Permai Selatan V / 61-63 Skor 4 ( 80 – 100 % ) = Baik Sekali Surabaya. Skor 3 ( 60 – 79 % ) = Baik Skor 2 ( 40 – 59 % ) = Cukup 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada waktu semester ganjil Skor 1 ( < 40 % ) = Kurang bulan Juli tahun pelajaran 2012 – 2013. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk mendapatkan cara yang lebih sesuai dalam program C. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang ingin diteliti belajar mengajar yang di inginkan. dalam penelitian ini adalah anak kelompok A pada TK G. Instrumen Penelitian Khadijah 2 Surabaya dengan jumlah 15 anak dengan Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini komposisi 5 anak laki – laki dan 10 anak perempuan. terdiri dari : 1. Silabus. D. Sumber Data Sumber data dari penelitian tindakan kelas ini Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan terdiri dari beberapa sumber yaitu : tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta 1. Anak, untuk memperoleh data dan hasil belajar dan penilaian hasil belajar untuk peningkatan kemampuan aktifitas yang dilakukan anak. motorik halus. 2. Guru, untuk mengetahui adanya peningkatan yang 2. Rencana Kegiatan Pembelajaran. terjadi pada aspek motorik halus yaitu melalui kegiatan Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang meronce dengan manik – manik. digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar 3. Teman kolabolator, sebagai sumber data untuk tentang kemampuan motorik halus masing – masing mengobservasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas ( rencana pembelajaran berisi tingkat pencapaian PTK ) dari anak maupun guru. perkembangan, capaian perkembangan, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus dan E. Tehnik Pengumpulan data Data – data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar. pemberian tugas, observasi dan diskusi teman atau 3. Alat Penilaian kolabolator. Observasi dipergunakan sebagai tehnik Yaitu alat yang digunakan unyuk mengukur mengumpulkan data hasil belajar siswa khususnya kemampuan anak dalam peningkatan keterampilan dan meronce dengan manik – manik. Diskusi antar guru, kemampuan teman atau kolabolator untuk refleksi hasil siklus I a. Lembar Observasi penilaian aktivitas guru penelitian tindakan kelas. Sedangkan data yang Lembar observasi ini disusun untuk memantau digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan 1. Observasi : Menggunakan lembar observasi untuk oleh guru. mengukur peningkatan dalam pembelajaran khususnya b. Lembar Observasi Aktivitas Anak. kemampuan motorik halus.. Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap 2. Dokumentasi : Tehnik dokumentasi ini berupa RKM, perkembangan anak dalam kemampuan motorik halus RKH, foto kegiatan dan media pembelajaran yaitu manik melalui kegiatan meronce –manik. Tehnik ini bertujuan untuk memperoleh data c. Lembar observasi hasil pelaksanaan kegiatan berupa gambar atau foto yang mengenai kemampuan pembelajaran motorik halus. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil hasil yang dicapai dalam kegiatan untuk F. Tehnik Analisis Data Analisis dilakukan berdasarkan meningkatkan kemampuan motorik halus anak. panduan penilaian kemampuan dasar yang digunakan 4. Indikator Motorik Halus Yang Dicapai dalam proses pembelajaran dengan kategori sebagai a. Memegang tali dengan satu tangan dan berikut : memegang manik – manik dengan tangan yang lain. 4 = apabila anak sudah mampu meronce sendiri dengan Tujuannya agar anak dapat mengkoordinasikan mata dan terampil dan rapi. tangan untuk melakukan gerakan yang rumit. 3 = apabila anak mampu meronce sendiri tapi belum b. Memasukkan tali pada lubang manik – manik. rapi. 9
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 Tujuannya untuk melatih konsentrasi anak serta ketelitian Pada tahapan ini, guru bersama teman sejawat menyusun dalam melakukan gerakan yang rumit. RKH awal sebelum diadakannya penelitian. Dalam RKH c. Menyusun manik – manik pada tali. siklus 1 pertemuan 1 ini mulai menggunakan kegiatan Tujuannya agar anak mampu mengkreasikan sesuatu meronce dengan manik – manik pada saat peningkatan dengan menghasilka suatu bentuk. kemampuan motorik halus. H. Pelaksanaan Penelitian b. Observasi Siklus 1 Pertemuan 1 Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti Dalam tahapan observasi ini menggunakan bentuk kolaborasi seorang guru menjadi peneliti melakukan pengamatan dengan mengisi lembar pihak kolabolator yang melaksanakan pembelajaran yang observasi anak untuk mengukur peningkatan kemampuan dirancang oleh peneliti untuk dilakukan dikelas, peneliti motorik halus anak. Lembar observasi guru ini untuk bertindak sebagai observator dan penanggung jawab melihat tingkat keberhasilan dan kelemahan dalam proses penuh dalam penelitian tindakan kelas ini. Sehingga belajar mengajar. dalam penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai 2. Siklus 1 Pertemuaan 2 berikut : a. Penyusunan Rencana Tindakan 1. Merencanakan Pada siklus 1 pertemuaan 2 ini guru Langkah merencanakan merupakan langkah pertama mengulangi kembali kegiatan yang telah dilakukan pada dalam setiap kegiatan. Rencana akan menjadi acuan pertemuan 1 yaitu kegiatan meronce dengan manik – dalam melaksanakan tindakan. Rencana dilakukan manik. Karena berdasarkan hasil evaluasi guru, anak – dimulai dari merumuskan cara perbaikan yang akan anak masih banyak yang belum mengerti tentang tehnik ditempuh dalam kegiatan meronce. meronce tersebut. Untuk melakukan penelitian tindakan kelas guru harus b. Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 merumuskan atau mengidentifikasi masalah yang akan Dalam tahapan observasi ini dipecahkan. Setelah mengidentifikasi maka langkah peneliti melakukan pengamatan dengan mengisi lembar berikutnya yaitu merumuskan suatu masalah untuk observasi anak untuk mengukur peningkatan kemampuan menguji kelayakan atas alternatif solusi yang telah dibuat motorik halus anak. Lembar observasi guru ini untuk dengan mengacu pada Rencana Kegiatan Mingguan ( melihat tingkat keberhasilan dan kelemahan dalam proses RKM ) dan Rencana Kegiatan Harian ( RKH ) yang telah belajar mengajar. diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini apakah c. Refleksi Siklus 1 Pertemuaan 2 sesuai atau tidak untuk di uji kelayakkannya. Berdasarkan hasil pengamatan 2. Melakukan Tindakan dari teman sejawat dan hasil renungan guru setelah Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua dilakukannya pelaksanaan perbaikan di siklus 1 merupakan realisasi dari rencana. Tanpa tindakan pertemuan 2 maka hasil refleksi yaitu anak tertarik dalam rencana hanya merupakan angan – angan yang tidak melakukan kegiatan meronce dengan manik – manik, pernah menjadi kenyataan. Setelah meyakini bahwa namun penyampaian materi tentang cara – cara yang rencana perbaikan sudah cukup layak, maka guru perlu disampaikan oleh guru masih belum jelas dan kurang mempersiapkan diri untuk melaksanakan perbaikan. menarik perhatiaan anak. Guru terlalu terburu – buru 3. Mengamati ketika menerangkan, sehingga anak merasa kurang Agar tindakan yang kita lakukan dapat kita termotivasi. Kemandiriaan anak dalam melakukan ketahui kwalitasnya ( misalkan apakah sesuai dengan kegiatan meronce dengan manik – manik masih belum rencana ), kita perlu melakukan pengamatan. muncul karena minimnya bimbingan yang diberikan Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan guru.. apakah ada hal – hal yang harus segera diperbaiki agar Hasil refleksi dari siklus 1 pertemuaan 1 ini kemudian tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. dijadikan sebagai dasar dalam penyusunann rencana 4. Refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus 2 pertemuaan 1. Refleksi dilakukan setelah tindakan berakhir. 3. Siklus II Pertemuaan 1 Kita akan mencoba atau merenungi kembali apa yang a. Penyusunan Rencana Tindakan telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar Pada tahapan ini, guru bersama teman sejawat anak. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal kekuatan menyusun RKH awal sebelum diadakannya penelitian. dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan. Setelah itu barulah peneliti bersama teman sejawat menyusun RKH untuk siklus II pertemuan 1. Dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN RKH siklus 2 pertemuan 1 ini mulai melakukan kegiatan HASIL PENELITIAN meronce dengan manik – manik pada saat kegiatan 1. Siklus 1 Pertemuan 1 peningkatan kemampuan motorik halus anak. a. Penyusunan Rencana Tindakan
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada b. Observasi Siklus II Pertemuan 1 Dalam tahapan observasi ini peneliti kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya dalam 2 siklus. melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi Dimana setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali anak untuk mengukur peningkatan yang terjadi pada anak pertemuaan. Pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai 45,5%, dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak. sedangkan siklus 1 pertemuan 2 mencapai 51,7%, pada Lembar observasi guru untuk melihat tingkat siklus II pertemuan 1 sebesar 73,9%, sedangkan siklus II keberhasilan dan kelemahan dalam proses belajar pertemuan 2 sebesar 89,4%. Hal ini dapat dilihat pada mengajar. diagram 4.1 berikut ini : Dari penelitian yang telah dilakukan mulai dari siklus I c. Refleksi Siklus II Pertemuaan 1 Berdasarkan hasil pengamatan dari teman dan siklus II terdapat perbedaan hasil yang menunjukkan sejawat dan hasil renungan guru setelah dilakukannya bahwa ada peningkatan kemampuan motorik halus pada pelaksanaan perbaikan di siklus II pertemuan 1 maka anak kelompok A di TK khadijah 2 Surabaya. Adapun hasil refleksi yaitu anak sangat tertarik dalam melakukan anak yang masih belum muncul melalui kegiatan kegiatan meronce dengan manik – manik, namun meronce dengan manik – manik dikarenakan adanya kemandirian anak dalam melakukan kegiatan meronce beberapa faktor yang ditemukan dilapangan yaitu adanya dengan manik – manik masih kurang. Dikarenakan tingkat kematangan usia anak dan kesempatan yang kurangnya kosentrasi anak dalam melakukan kegiatan diperoleh oleh anak untuk melakukan aktivitas meronce meronce. ketika berada diluar lingkungan sekolah atau di rumah. Hasil refleksi dari siklus II pertemuaan 1 ini Hal ini didukung oleh hasil pengamatan guru yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam penyusunann menunjukkan adanya peningkatan hasil yang dicapai oleh rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II anak dalam menyelesaikan kegiatan meronce Setelah pertemuaan 2. beberapa kali diberikan kegiatan meronce. Perlakuan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan pada teoriyang 4. Siklus II Pertemuaan 2 mengatakan bahwa dalam belajar anak diajak untuk a. Penyusunan Rencana Tindakan Pada siklus II pertemuaan 2, guru mengulangi belajar dari lingkungan sekitarnya. Anak harus dilibatkan kembali kegiatan yang dulu telah dilakukan pada secara langsung dalam belajar supaya anak bisa dengan pertemuaan 1. Karena masih ada anak yang mengalami cepat mempelajari hal baru serta konsep dalam kesulitan dalam meronce dengan manik – manik. pembuatan aktivitas pengajarannya adalah belajar dan bermain. b. Observasi Siklus II Pertemuan 2 Dalam tahapan observasi ini peneliti Teori Hurlock ( 1990 ) mengatakan bahwa melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui anak untuk mengukur peningkatan yang terjadi pada anak kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dalam hal peningkatan kemampuan motorik halus anak. dipelajari. Dan adapun kondisi penting dalam Lembar observasi guru untuk melihat tingkat mempelajari keterampilan motorik dipengaruhi beberapa keberhasilan dan kelemahan dalam proses belajar aspek yaitu : mengajar. 1. Kesiapan belajar, keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, c. Refleksi Siklus II Pertemuaan 2 Berdasarkan hasil pengamatan dari teman hasilnya akan lebih baik jika dibandingkan dengan orang sejawat dan hasil renungan guru setelah dilakukannya yang belum siap untuk belajar. pelaksanaan perbaikan di siklus II pertemuan 2 maka 2. Kesempatan belajar, banyak anak tidak berkesempatan hasil refleksi yaitu anak sangat tertarik dalam melakukan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup kegiatan meronce dengan manik – manik, penyampaian dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan materi tentang cara – cara yang disampaikan oleh guru belajar atau karena alasan lainnya. sudah jelas dan mampu menarik perhatiaan anak. Guru 3. Kesempatan berpraktek, anak harus diberi waktu untuk dengan hati – hati ketika menerangkan, sehingga anak berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai bisa konsentrasi dalam menerima informasi dengan baik suatu keterampilan. dan aktif. Kemandirian anak dalam melakukan kegiatan 4.Model yang baik, karena dalam mempelajari meronce dengan manik – manik sudah mulai tampak. keterampilan motorik meniru suatu model memainkan Dikarenakan guru memberikan bimbingan semaksimal peran yang penting. maka untuk itu anak harus melihat mungkin dalam kegiatan meronce. model yang baik. 5. Bimbingan, untuk dapat meniru model dengan betul B. Pembahasan Penelitian Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas tentang maka anak membutuhkan bimbingan untuk membetulkan penerapan kegiatan meronce dengan manik – manik suatu kesalahan. 11
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 6.Motivasi, motivasi belajar penting untuk motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan salah satu mempertahankan minat dari ketertinggalan. Sumber kegiatan misalnya kegiatan meronce dengan manik – motivasi umum adalah kepuasan pribadi anak dari suatu manik seperti yang dilakukan pada anak kelompok A di kegiatan yang sedang dilakukan. TK Khadijah 2 Surabaya. 7. setiap keterampilan motorik halus dipelajari secara SIMPULAN DAN SARAN individu, tidak ada hal yang sifatnya umum perihal SIMPULAN keterampilan tangan dan keterampilan kaki, sehingga Berdasarkan hasil yang diperoleh dari setiap keterampilan harus dipelajari secara individu. pengamatan, dapat disimpulkan bahwa, Program 8. keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu, pembelajaran yang dilakukan telah berjalan dengan dengan mencoba berbagai macam keterampilan motorik lancar meskipun ditemukan adanya beberapa hambatan secara serempak, akan membingungkan anak. dalam pelaksanaan perbaikan pada tiap siklusnya. Pada Selain adanya kematangan usia yang turut siklus 1 hambatan ditemukan berasal dari penyampaian mempengaruhi kesiapan anak dalam belajar, kesempatan materi tentang cara – cara meronce yang disampaikan yang diperoleh dari lingkungan juga menjadi faktor guru masih kurang jelas serta cara memotivasi anak pendukung perkembangan motorik halus anak dalam hal dalam belajar meronce masih belum muncul. Sehingga ini yaitu meronce. Lingkungan yang menyediakan anak kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang keempatan kepada anak untuk mencoba sendiri akan berdampak pada keterbatasan anak dalam menyelesaikan membuat perkembangan motorik halus anak terhambat tugas yang diberikan guru. Selanjutnya guru melakukan secara tidak langsung. Karena kesempatan yang perbaikan pada siklus II dengan menindak lanjuti dari diperoleh anak dengan melihat contoh perilaku model hasil evaluasi siklus 1 yang terletak pada anak yang dilingkungannya akan membuat anak semakin cepat membutuhkan motivasi dan bimbingan untuk melatih berkembang. Anak akan cepat belajar dengan cara konsentrasi sangat diperlukan waktu yang cukup lama mengikuti contoh atau model yang ada pada dalam menyeleaikan tugasnya. lingkungannya. Untuk menunjang keterampilannya Setelah mempelajari evaluasi yang terdapat pada lingkungan sebagai penyedia model dapat memotivasi siklus 1 maka guru melakukan perbaikan pada siklus 2 anak untuk dapat mempertahankan perilaku positif atau dan diperoleh hasil yang memuaskan dengan kemampuannya dalam memngembangkan motorik halus mendapatkan perhatian dan keterlibatan anak dengan dengan cara memberikan penghargaan berupa pujian atau baik. Dari perbaikan tiap siklusnya guru menemukan kalimat positif yang akan membuat anak semakin adanya anak yang belum dapat menyelesaikan tugas termotivasi untuk melakukan perilaku positif secara terus dengan baik sesuai dengan intruksi yang diberikan guru, menerus yang akan membuat perilaku tersebut menetap karena faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu dalam diri anak. faktor usia yang belum matang dan kurangnya Secara keseluruhan aktivitas yang telah kesempatan yang diberikan oleh lingkungan untuk dilakukan oleh anak dari hasil yang diperoleh dari mencoba. pengamatan penelitian menunjukkan bahwa aktivitas SARAN meronce yang memiliki tingkat kesulitan tinggi yaitu Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil pada siklus II dimana anak dituntut untuk lebih penelitian ini yaitu : konsentrasi dalam meronce. Anak meronce mengikuti 1. Bagi guru pola yang sudah dicontohkan. anak membutuhkan waktu Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan yang lebih lama untuk dapat menyelesaikan tugasnya optimal, sebaiknya guru lebih kreatif dan inovatif dalam sampai selesai dibandingkan dengan tugas meronce yang menyajikan materi dikelas hingga anak termotivasi untuk sebelumnya yaitu pada siklus 1 mengikuti kegiatan pembelajaran. Peningkatan motivasi Kemampuan motorik halus anak akan belajar akan menunjang kemampuan anak dapat meningkat dengan cara anak harus dilibatkan menyelesaikan tugas dengan hasil optimal. Hal ini secara langsung dalam belajar, agar anak lebih cepat dilakukan agar anak tidak merasa bosan dan jenuh ketika mempelajari hal – hal yang baru dengan cara memberi harus menyelesaikan tugas motorik halus yang diberikan motivasi dan bimbingan untuk menghadapi kesiapan guru dikelas. anak dalam belajar. Salah satu hal yang bisa 2. Bagi orang tua mempengaruhi kesiapan anak dalam belajar adalah faktor Saat anak berada dirumah orang tua bisa memberikan kematangan usia dan lingkungan. aktivitas yang melibatkan motorik halus, sehingga tidak Hal ini menunjukkan bahwa hasil hanya disekolah. Hal ini dilakukan supaya keterampilan penelitian tindakan kelas ini telah sesuai dengan teori motorik halus anak dapat berkembang. Jika pembiasaan Hurlock ( 1990 ), yang menyatakan bahwa kemampuan
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal yang dilakukan disekolah tidak berbeda dengan dirumah, Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. 2010. akan membuat anak semakin cepat belajar. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak – kanak. Jakarta : Kementrian Pendidikan Republik DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Indonesia. Dasar Pengembangan Anak Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK. Edisi Kesatu. Usia Dini. Edisi 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan kelas. Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran di Taman Jakarta : Bumi Aksara. Kanak – kanak. Jakarta : Rinneke Cipta. Barmin, dkk. 2009. Ayo Berkarya Seni Budaya dan Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. keterampilan. Jakarta : Tiga Serangkai Pustaka Jakarta : Prenada Media. Mandiri. Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Departemen Kesehatan Republik Indonesia / 2005. Jakarta : Grasindo. Pedoman Pelaksanaan Prasetya, Sunar Dwi. 2007. Membedah Psikologi Stimulus, Deteksi dan Intervensi dini Tumbuh kembang Bermain Anak. Jogjakarta : Think Jogjakarta. Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Santrock, John. W. 2002. Life Span Development : indonesia. Perkembangan Masa Hidup (jilid 1, Edisi Kelima). Depdiknas, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi TK. Jakarta : Penerbit Erlangga Jakarta : Direktorat Jendral Dasar dan Menengah. Sertifikasi Guru, Panitia Rayon 114, 2011. Materi Hainstock, E.G. ( 1999 ). Metode Pengajaran Montessori Pendidikan dan Latihan profesi Guru ( PLPG ) untuk anak pra-sekolah guru kelas PAUD / TK. Surabaya : UNESA. ( Hermes, Pengalih bahasa ). Jakarta : Penerbit Pustaka Sofyan, Priyati Yati. Dra. 1994. Penuntun Belajar Delapratasa. Kerajinan Tangan dan Kesenian 4. Bandung : Hilmansyah hilman. ( edisi 492 tahun X ). Dunia Ganeca Exact Bandung. Prasekolah ( online ), Sujiono, Bambang, dkk. 2010. Metode Pengembangan ( http://www.tabloid-nakita.com/artikel_? Edisi = 09453 Fisik. Edisi Kesatu. Jakarta : Universitas Terbuka. – rublik = prasekolah ), diakses 15 Februari 2012. Tjateri, Ayu Gusti. Dra. 2009. Rayon 14. Pendidikan dan Hurlock, Elizabeth. 1993. Perkembangan Anak. Jilid 1. Pelatihan Profesi Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Guru ( PLPG) Pengembangan Motorik Anak Taman Irwanto. dkk. 2009. Deteksi Dini Tanda dan Gejala Kanak – kanak. Surabaya : Unesa. Penyimpangan dan Perkembangan Anak. Jawa Timur : UK Tumbuh Kembang Anak dan Remaja IDAI Jatim.
13
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216