JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 6, NO.2, AGUSTUS 2011: 442 – 452
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER Yosi Adilla1 Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Sahat Saragih2 Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Muhammad Farid3 Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum
Abstract Self-esteem, creativity abd emotional intelligence ossessed in comparational quantitative research studernts through an accelerated program clusters, excelent, and regular. Research subjects were 171 students of Madrasah Tsanawiyah Negeri II Kediri. Researchers used SES to measure of self-esteem, C.O.R.E scale to measure creativity, and develop emotional intelligence scale. Data were analyzed with One Way ANOVA and Independent Sample t-test. Average self-esteem and creativity on classes of accelerated, excellent, and regular no different; Average of emotional intelligence on class of acceleration, excellent, and regular differ signficantly; Emotional intelligence on regular ctais is higher than accelereted and excellent class, Average of emotional intellengence on excellent grade is higher than acceleration; Students on accelerated class has the lowest emotional intelligence. Key words : Self-esteem, Creativity, Emotional Intelligence
1
Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected] 2 Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected] 3 Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected]
442
ADILLA, SARAGIH & FARID
Kesadaran pentingnya
masyarakat
pendidikan
telah
tentang mendorong
1991). Hargi diri adalah penilaian individu terhadap
hasil
yang
dicapai
dengan
jauh
perilaku
berbagai upaya sekolah untuk meningkatkan
menganalisa
kualitas pendidikan. Pembentuka kelas adalah
memenuhi
salah satu kebijakan progam pendidikan yang
menggambarkan sejauhmana individu menilai
didasarkan potensi kecerdasan dan bakat
diri
siswa. Program yang terbanyak dilaksanakan
kemampuan,
adalah program pengayaan (enrichment) dan
kompeten (Stuart & Sundeen, 1991). Harga
percepatan (acceleration).
diri merupakan penilaian individu terhadap
Departemen
ideal
sebagai
diri.
orang
Harga yang
keberartian,
diri
memiliki
berharga,
dan
dan
kehormatan diri, diekspresikan melalui sikap
l994
terhadap diri sendiri. Harga diri adalah
mengembangkan program Sekolah Unggul
penilaian individu terhadap diri sendiri yang
(schools of Etcellence) sebagai langkah awal
sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan
untuk
(Gilmore dalam Sudrajad, 1999).
Kebudayaan
Pendidikan
seberapa
pada
menyediakan
khusus
bagi
tahun
program
siswa
pelayanan
dengan
cara
Kreativitas
menggerakkan
individu
mengembangkan aneka bakat dan kreativitas.
untuk
Menteri pendidikan Nasional pada Rakernas
pengembangan,
Depdiknas pada tahun 2000 mencanangkan
baru di bidang ilmu pengetahuan. Kreativitas
uji coba program percepatan belajar di 11
dalam kehidupan sehari-hari berhubungan
sekolah di DKI Jakarta dan Jawa Barat
dengan
menjadi
nasional.
menemukan pemecahan masalah, ide-ide baru
pendiseminasian
dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
program percepatan belajar pada beberapa
Kreativitas adalah proses kognitif yang
propinsi di Indonesia diputuskan pada tahun
menghasilkan cara pandang baru terhadap
pelajaran 2001/2002.
suatu
program
Penetapan
Siswa
pendidikan
kebijakan
dalam
kelas
akselerasi,
melakukan dan
penciptaan
masalah
kognitif
penemuan-penemuan
sesuatu
atau
berperan
penelusuran,
situasi. penting
yang
baru,
Kompouen di
dalam
unggulan, dan reguler akan mendapatkan
pengembangan karya-karya kreatif (Solso;
program-program
yang
Gallo dalam Suharnan, 2011). Kreativitas
berbeda. Model kelas dan laar belakang siswa
berperan aktif dalam proses belajar siswa.
yang berbeda akan menghasilkan perbedaan
Siswa kreatif akan lebih bertanggung jawab.
pencapaian aspek akademik maupun aspek
Kreativitas
psikologis.
mengkombinasikan ide-ide lama menjadi ide
pembelajaran
Harga diri berperan penting dalam
baru.
Orang
merupakan kreatif
kemampuan
mempunyai
rasa
perilaku kehidupan sehari-hari dan akan mempengaruhi kinerja individu (Walgito, 443
JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER
individualisme kuat, membuat keputusan sendiri,
mampu
berdiri
Harga diri
ditengah-tengah
Harga diri adalah evaluasi siswa
kekacauan pendapat, dan percaya pada daya
terhadap diri sendiri tentang keberartian,
pikir (Levoy dalam Munandar, 1999).
keberhasilan,
Kecerdasan ekspresi
emosi
kreativitas
mempengaruhi
remaja
berbakat.
kekuatan,
dan
Keberartian adalah seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti dan
Kecerdasan emosi diperlukan bagi remaja
berharga menurut standar dan
berbakat
nilai
yang
memilliki
kecerdasan
peformansi.
pribadi.
intelektual tinggi. Kecerdasan emosi sama
dimaksud
pentingnya dengan kecerdasan intelektual
Keberhasilan
dalam menentukan keberhasilan masa depan
berhubungan
seseorang.
Remaja
intelektual
tinggi
Penghargaan
dengan adalah
inilah
yang
keberartian
diri.
keberhasilan
yang
kekuatan
atau
dengan
dengan
kecerdasan
kemampuan individu dalam mempengaruhi
memiliki
kecerdasan
dan mengendalikan diri sendiri maupun orang
emosioial tinggi. Keterlibatan emosi dalam
lain. Kekuatan ketaatan terhadap hal-hal yang
proses kreatif dapat memberi kontribusi
sudah ditetapkan dalam masyarakat yang
positif maupun negatif. Remaja berbakat
memperbesar
perlu bantuan mengelola emosi agar tidak
dianggap sebagai
terganggu dalam proses kreativitas (Getzel
Performansi
dkk dalam Suharnan, 2002).
menyesuaikan dengan tuntutan dan harapan
kemampuan
untuk
dapat
panutan masayarakat. adalah
kemampuan
Emosi adalah konstuk psikologis dari
yang mendorong pembentukan harga diri
aktivitas, ekspresi motoris, dan komponen
yang tinggi (Coopersmith dalam Farid, 1993).
motivasional, tennasuk niat berperilaku atau kesiapan berperilaku, dan komponen dari kondisi perasaan subjektif. Emosi adalah keadaan
yang
menunjukkan
Kreativitas Kreativitas adalah proses berfikir yang
kehidupan
melibatkan rasa ingin tahu dengan cara
individu. Kecerdasan emosi dibutuhkan untuk
mempertanyakan, eksperimentasi, eksplorasi,
mengelola
ekspedisi; terbuka pada pengalaman dengan
emosi (Wang & Ahmed dalam Mariati, 2008).
cara mencari informasi dan pengalaman,
Kecerdasan emosional remaja berbakat akan
berfantasi, pengalaman positif dan negatif,
meningkatkan kerjasama dan inovasi yang
menghargai karya seni budaya, menerima
dapat mempertinggi
pendapat orang lain; toleransi pada resiko
kreativitas.
material, fisik, psikis, dan resiko sosial, serta energi fisik dan mental dalam proses berpikir kreatif (Suharnan, 2000).
JURNAL PSIKOLOGI
444
ADILLA, SARAGIH & FARID
Kecerdasan emosional Kecerdasan kemampuan
nilai rapor tinggi, dan lulus tes yang emosional
mengenali
adalah
emosi
dri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi
diri,
kemampuan
diselenggarakan sekolah penyelenggara. Kelas Reguler
mengenali
Kelas reguler merupakan kelas yang
emosi orang lain/empati, dan kemampuan
mempunyai
membina hubungan dengan
heterogen dari nilai rapor tinggi hingga
orang lain (Mayer & Salovey dalam Goleman,
rendah pada batasan yang sudah ditentukan
1995).
sekolah penyelenggara.
Kelas akselerasi
Harga Diri, Kreativitas, dan Kecerdasan
Kelas akselerasi adalah kelas yang menampung siswa yang memiliki potensi ditetapkan
kemampuan
dan Reguler Remaja menginginkan penghargaan
aspek
positif terhadap dirinya. Penghargaan positif
persyaratan sebagai berikut (sesuai dengan
akan membuat remaja merasakan bahwa
draft
Penyelenggaraan
dirinya berharga, berhasil dan berguna bagi
Percepatan Belajar, 2003): 1) Informasi data
orang lain. Harga diri menjadi bagian penting
objektif (Akademis, tes kemampuan akademi
dalam tumbuh kembang remaja. Penilaian
dan rapor dengan nilai sekurang-kurangnya
remaja terhadap diri sendiri dan penilaian
8,0 dan Tes kecerdasan intelektual, IQ > 125
orang lain terhadap dirinya berpengaruh
yang ditunjang kreativitas dan keterikatan
terhadap tugas perkembangan psikologisnya.
tugas dalam kategori di atas rata-rata); 2)
Penilaian baik dari diri maupun dari orang
Informasi data subjektif; 3) Kesehatan fisik
lain secara positif akan membantu remaja
(surat keterangan sehat dari dokter); 4)
tampil menjadi diri sendiri secara obyektif.
kesesuaian calon siswa
Kebutuhan harga diri yang terpenuhi akan
percepatan dan persetujuan orangtua.
menghasilkan sikap optimis dan percaya diri.
final
berdasarkan
dengan
Emosional Siswa Kelas Akselerasi, Unggulan
kecerdasan dan bakat sesuai dengan kriteria yang
siswa
pedoman
Kebutuhan harga diri yang tidak terpenuhi Kelas unggulan
akan membuat remaja berperilaku negatif.
Kelas unggulan merupakan kelas yang menampung berkualitas.
siswa Kelas
yang unggulan
unggul
dan
merupakan
Harga diri dapat mempengaruhi reaksi remaja
memperoleh
kesuksesan
dalam
pergaulan sosial, mempengaruhi performance,
sebutan kelas yang berkaitan dengan siswa
mempengaruhi
yang mempunyai prestasi akademik baik,
pendidikan, berpengaruh positif terhadap
445
prestasi,
dan
kesuksesan
JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER
prestasi
akademik,
untuk
Ekspresi kreativitas remaja berbakat
mengurangi kecemasan dan mempengaruhi
yang memilliki kecerdasan intelektual tinggi
kepuasan
kemampuan
dipengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan
menyesuaikan diri. Harga diri merupakan
emosi sama pentingnya dengan kecerdasan
dasar untuk terjadinya perkembangan positif
intelektual dalam menentukan keberhasilan
dalam belajar, hubungan antar manusia,
masa depan seseorang. Remaja yang memiliki
kreativitas, tanggung jawab pribadi dan
kecerdasan intelektual tinggi akan memiliki
merupakan
kecerdasan emosional yang tinggi pula.
kerja
faktor
berpengaruh serta
yang
menentukan
produktivitas seseorang.
Kecerdasan
Kepercayaan diri terkait dengan harga
informasi
emosional
penting
yang
memberi
menguntungkan.
diri. Remaja yang memiliki harga diri tinggi
Umpan balik dari hati dapat memunculkan
akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi
kreativitas, menjalin hubungan yang saling
pula. Harga diri penting ditumbuhkan agar
mempercayai, memberi panduan nurani bagi
kepercayaan diri remaja juga tumbuh seiring
hidup diri karier, membantu menghadapi
dengan usianya menuju dewasa. Harga diri
kemungkinan yang tidak terduga dan dapat
adalah rasa nilai diri yang bersumber dari
menyelamatkan
pikiran, perasaan, sensasi, dan pengalaman
Kecerdasan emosional menuntut individu
hidup. Huga diri tumbuh dan berkembang dari
untuk belajar mengakui dan menghargai
usia bayi hingga dewasa. Remaja sudah
perasaan diri dan orang lain dan memberi
memiliki rasa otonomi, kesadaran tentang diri
tanggapan yang tepat, menerapkan dengan
sebagai orang berdiri sendiri. Pandangan
efektif informasi dan energi dalam kehidupan
pertama tentang diri terbentuk perkembangan
sehari-hari.
selanjutnya banyak tergantung pada tahap awal tersebut. Masa
diri
dari
kehancuran.
Kelas akselerasi dan kelas unggulan dianggap sebagai kelas yang sudah dapat
remaja
merupakan
periode
memenuhi segala kebutuhan siswa berbakat
penting dalam pertumbuhan harga diri. Rasa
dan
jati diri yang kuat tumbuh pada masa remaja.
unggulan harus memenuhi kriteria bebas
Remaja berproses menjadi dewasa, dari
problem
ketergantungan menjadi kemandirian dan
ditunjukkan dengan adanya persistensi dan
percaya diri. Pandangannya terhadap diri
motivasi dalam derajat yang tinggi. Siswa
terkait dengan pikiran, perasaan, dan tindakan
kelas akselerasi dan kelas unggulan dianggap
yang bersumber dari diri sendiri. Remaja yang
sebagai siswa berbakat yang mempunyai
memandang diri secara positif, akan memiliki
tingkat inteligensi yang tinggi, yang secara
harga diri yang tinggi.
langsung dianggap pula mempunyai harga diri
JURNAL PSIKOLOGI
berpresiasi.
Siswa
emosional
dan
akselerasi sosial
dan yang
446
ADILLA, SARAGIH & FARID
tinggi, kecerdasan emosional yang baik, dan tingkat kreativitas yang tinggi.
Subjek
Permasalahan yang terjadi pada kelas akselerasi adalah suasana kelas yang lebih menuntut
pada
ekmampuan
konvergen (pengembangan dalam
Metode
berpikir bidang
akademik) daripada berpikir divergen dan kreatif. Remaja merasa tidak nyaman karena
Subjek
penelitian
adalah
siswa
Madrasah Tsanawiyah Negeri II Kediri. Subjek kelas akselerasi adalah 33 siswa, kelas unggulan adalah 58 siswa dan kelas reguler adalah 80. Total sampel penelitian adalah l7l siswa.
susana belajar yang tegang, membuat menjadi tertekan dan frustasi terhadap tuntutan yang ada, ditambah dengan persaingan (kompetisi) yang ketat antar remaja dibanding kelas turgguian dan reguler.
Alat ukur Harga diri dikur dengan 54 butir Skala Harga Diri (SHD) dari Farid (1993) yang merupakan adaptasi self-esteem Invetory dari
Lingkungan mempengaruhi harga diri, keativitas, dan kecerdasan emosional remaja diantaranya lingkungan keluarga (orangtua), teman sebaya dan lingkungan sekolah. Model pembentukan kelas yang berbeda akan sangat mempengaruhi perkembangan siswa.
Coopersmith
(1967).
Kreativitas
diukur
dengan 80 aitem skala C.O.R.E (Curiosity, Opennes to Experiences, Risk Tolerance, dan Energy) (suharnan, 2000). Koeffisien korelasi aitem dengan skor total skala yang dikoreksi berkisar antara 0,13 sampai dengan 0,86. Koeffisien reliabilitas formuia arpha: 0,93.
Hipotesis
Kecerdasan emosi diukur dengan skala
1. Ada perbedaan harga diri remaja kelas akselerasi,
excelent
(unggulan),
dari
reguler. excelent
(unggulan),
dan
reguler.
Skala
dikembangkan
berdasarkan aspek-aspek dari Mayer dan Kemampuan
kelas
akselerasi,
(unggulan), dan reguler.
excelent
mengenali
emosi
diri;
Kemampuan mengelola emosi; Kemampuan memotivasi
3. Ada perbedaan kecerdasan emosional remaja
emosi.
Salovey (dalam Goleman, 1995), yaitu;
2. Ada perbedaan kreativitas remaja kelas akselerasi,
kecerdasan
diri; Kemampuan mengenali
emosi orang lain/empati, dan Kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Skala kecercasan emosi terdiri dari 39 aitem yang telah memenuhf daya diskriminasi aitem, koeffisien korelasi aitem dengan skor total skala yang dikoreksi adalah 0,258 s/d 0,585, reliabilitas alpha 0,731.
447
JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER
Hasil Rerata kreativitas, harga diri, dan kecerdasan emosi kelas akselerasi dan reguler Dependent
Rerata Kelas
t
p
194,91
0,742
0,460
103,06
102,56
0,186
0,853
86,00
87,83
-0,921
0,359
Akeselerasi (N 33)
Reguler (80)
Kreativitas
198,76
Harga diri Kecerdasan emosi
Rerata kreativitas, harga diri, dan kecerdasan emosi kelas akselerasi dan reguler tidak berbeda. Rerata kreativitas, harga diri, dan kecerdasan emosi kelas unggulan dan reguler Dependent
Rerata Kelas
t
p
194,91
0,196
0,845
105,31
102,56
1,293
0,198
83,64
87,83
-2,776
0,006*
Akeselerasi (N 33)
Reguler (80)
Kreativitas
195,72
Harga diri Kecerdasan emosi
* p < 0,05 signifikan 1. Rerata kreativitas dan harga diri kelas excelent dan reguler tidak berbeda. 2. Rerata kccerdasan emosi kelas excelent danreguler berbeda secara signifikan. 3. Rerata kecerdasan emosi kelas reguler
reguler lebih tinggi dari kelas akselerasi dan kelas unggulan. Kecerdasan emosi kelas unggulan lebih tinggi dari kelas akselerasi.
Kelas
akselerasi
memiliki
kecerdasan emosi palig rendah.
lebih tinggi dari kelas excelent. Berdasarkan hasil analisis One Way
Diskusi
Anova-dan Independent Sample t-test, maka hipotesis yang menyatakan: 1. Ada perbedaan harga diri remaja kelas akselerasi, unggulan, dan reguler, ditolak. 2. Ada perbedaan kreativitas remaja kelas akselerasi, unggulan, dan reguler, ditolak. 3. Ada perbedaan kecerdasan emosional remaja kelas akselerasi, unggulan, dan reguler, diterima. Kecerdasan emosi kelas
JURNAL PSIKOLOGI
Temuan
penelitian
menunjukkan
harga diri, dan kreativitas remaja kelas akselerasi, kelas unggulan dan kelas reguler tidak
berbeda.
Kelas
akselerasi,
kelas
unggulan, dan kelas reguler memiliki rata-rata kecerdasan emosi yang berbeda. Kelas reguler memiliki rata-rata kecerdasan emosi paling tinggi. Kelas-akselerasi memiliki kecerdasan emosi paling rendah. 448
ADILLA, SARAGIH & FARID
Siswa yang terpilih akselerasi telah
unggulan mengganggu perkembangan sosial
memenuhi persyaratan potensi kecerdasan
karena terisolir, membuat hubungan sosial
intelektual dan beberapa kemampuan lainnya
siswa berkurang (Suhatinah, 1984), remaja di
seperti yang disebut Gardner (1983) dengan
kelas unggulan akan merasa memiliki group
teorinya yang didukung Multi Intelligences,
istimewa lalu menjadi sombong atau merasa
yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan
lebih superior dibanding teman-temannya
musikal,
kecerdasan
yang tidak satu kelas, pemberian label
logikal- matematika, kecerdasan kinestetik,
unggulan akan mempengaruhi perlakuan guru
kecerdasan logikal-matematikal, kecerdasan
terhadap siswa sehingga disadari atau tidak
kinestetik,
guru akan bersikap berbeda terhadap siswa
kecerdasan
spasial,
kecerdasan
kecerdasaran
intrapersonal
interpersonal.
Siswa
dan kelas
lainnya (Glover dalam Mariati, 2003).
akselerasi memiliki potensi kecerdasan dan
Akselerasi atau percepatan adalah
bakat yang tidak dimiliki kelas unggulan dan
suatu cara penanganan remaja supernormal
kelas reguler, tetapi kelas akselerasi memiliki
dengan memperbolehkan naik kelas secara
karakteristik kumpulan siswa dengan problem
meloncat atau menyelesaikan program reguler
emosional
kecerdasan
di dalam jangka waktu yang lebih singkat.
emosional. Penonjolan kecerdasan intelekrual
Program akselerasi bertujuan melayani dan
dan bakat istimewa yang disertai perlakuan
mengakomodasi siswa yang cepat belajar atau
khusus
memiliki
karena
tidak
rendahnya
memberi
kesempatan
berkembangnya kecerdasan emosi.
kemampuan
di
atas
rata-rata.
Program akselerasi memberikan kesempatan
Temuan penelitian sesuai dengan latar belakang teoritrs bahwa kelas akselerasi
kepada siswa untuk melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat.
memiliki kelemahan, yaitu remaja mengalami
Kelas akselerasi diperuntukkan remaja
masalah sosial dan emosional. Misalnya,
berbakat
remaja hanya berkumpul dengan remaja
intelektual di atas rata-rata, imajinatif, dan
pandai. Tatkala melanjutkan ke jenjang
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Siswa
pendidil
kelas akselerasi biasanya lebih sensitif dan
satu kelas dengan murid yang usianya lebih
emosional kecerdasan intelektual yang lebih
tua. Hal ini akan menyebabkan remaja
tinggi kadang membuat siswa kelas akselerasi
mengalami hambatan proses sosialisasi.
peduli
Kelas
unggulan
dangan
memiliki
informasi
kecerdasan
yang
secara
memiliki
emosional belum mampu dicerna. Remaja
kecerdasan emosi lebih rendah dari kelas
yang semakin berbakat biasanya makin besar
reguler juga akan cenderung menunjukkan
potensi
masalah-masalah emosional. Hal ini karena
menggambarkan remaja tertinggal dalam hal
program-program 449
yang
yang
pembelajaran
di
asinkronisasinya
yang
kelas JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER
tertentu, sementara dalam hal lain mengalami
Sekolah akselerasi diperlukan bagi anak-anak
loncatan.
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Remaja berbakat rentan mengalami
Orangtua dan pihak sekola harus juga
masalah dan membutuhkan modifikasi cara
memperhitungkan perkembangan kecerdasan
mengasuh
agar
emosi dan sosial anak. Bila anak terlalu
potensinya berkembang. Remaja berbakat
dipaksa untuk bersekolah di tingkat yang
perlu diberi kesempatan untuk maju lebih
sebenarnya masih jauh dari usia yang
cepat dan memperoleh pengajaran yang sesuai
seharusnya, anak dapat mengalami ketakutan,
dengan kemampuannya supaya tidak jenuh
terutama di lingkungan sekolahnya.
dan
maupun
cara
memperoleh
mengajar
prestasi
di
bawah
kemampuannya (under-achiever). Kelas
proses
yang
menekankan
nilai
kecerdasan kognitif, kurang memperhatikan
bakat
masalah emosi dan sosial. Pembelajaran
istimewa dalam program percepatan belajar.
akselerasi dikelompokkan dalam satu kelas
Siswa kelas akselerasitelah mencapai prestasi
homogen.
yang
berpengaruh kurang baik. Kehidupan nyata di
potensi
mewadahi
seleksi
siswa
dengan
akselerasi
Siswa kelas akselerasi dipilih melalui
kecerdasan
memuaskan,
dan
memiliki
kemampuan
Pembagian
kelas
homogen
intelektual umum yang berfungsi pada taraf
masyarakat
cerdas, kreativitas memadai, dan keterikatan
berbagai suku, agama, ras, budaya, dan
terhadap tugas tergolong (Depdikbud, 1991).
berbagai latar belakang lainnya. Siswa dalam
Waktu
pembelajaran
memiliki
potensi
bagi
kecerdasan
siswa
yang
kelas
dan
bakat
memahami
adalah
heterogen
heterogen,
(reguler)
kumpulan
akan
perbedaan.
belajar
Kemampuan
istimewa melalui program akselerasi lebih
sosialisasi dan emosional siswa kelas reguler
pendek
dapat
satu
tahun
dibandingkan
siswa
lebih
dikembangkan.
Program
reguler. Materi pelajaran dilahirkan dengan
akselerasi kurang memberi ruang gerak siswa
cara pemadatan materi pelajaran (Depdilnas,
untuk
2003). Pemadatan materi di kelas akselerasi
kemampaun afektif.
mengembangkan
sosialisasi
dan
menuntut siswa tetap akselerasi menuntut
Kelemahan utama program akselerasi
siswa tetap stabil dalam mengikuti pelajaran.
adalah hambatan sosial dan kesejahteraan
Siswa menjadi kesulitan mengikuti kegiatan
emosional siswa. Siswa kelas akselerasi
di luar kelas, seperti ekstrakurikuler. Kegiatan
kehilangan aktivitas hubungan sosial yang
di luar pembelajaran akademis dapat menjadi
penting
wadah
akselerasi
siswa
melakukan
pengembangan
kompetensi sosialnya (Kompas, 22 Juli 2004). Program
akselerasi
pada akan
usianya.
Remaja
kehilangan
(siswa)
ketrampilan
penguasaan kompetensi sosial. Siswa kelas
dikhawatirkan
akselerasi mengalami isolasi sosial, terpisah
justru membawa dampak buruk bagi siswa.
dari pergaulan teman sebaya karena tugas dan
JURNAL PSIKOLOGI
450
ADILLA, SARAGIH & FARID
beban
akademis
yang
harus
dikejar.
Pengelompokkan siswa berdasar kemampuan
Menengah. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar (SD, SMP dan SMA). Jakarta.
akademik secara homogen dan sistematik, tidak memberikan kondisi belajar
yang
menguntungkan bagi, sebab siswa dalam kelas homogen tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek afektif (Hawadi, 2004). Siswa
kelas
reguler
memiliki
kecerdasan emosi yang lebih tinggi. Siswa dalam kelas reguler (heterogen) akan belajar memahami perbedaan satu sama lain. Siswa yang cepat belajar dapat dikondisikan agar bersedia dan terdorong membantu siswa lain yang lamban
belajar.
Kebiasaan
tolong
menolong sesama siswa akan mengasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan. Jakarta: Bagian Proyek Penilaian Hasil Belajar Tahap Akhir Nasional. Farid, M. 1993. Pengaruh Pengalaman Sukses Terhadap Harga Diri Remaja Panti Asuhan Yatim Piatu. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Gardner, H. (1993). Frames of mind The Theory of Multiple Intellegences. New York. Basic Books. Goleman, D. (2003). Working with Emotional Intellegence. Jakarta: Gramedia Pustama Utama.
kemampuan kompetensi sosio-emosional. Pengelompokan
siswa
berdasarkan
kemampuan akademik secara homogen dan sistematik tidak memberikan kondisi belajar yang menguntungkan bagi siswa. Kelas homogen kurang memberi kesempatan siswa belajar mengembangkan aspek afektif. Siswa berbakat
akademik
dalam
satu
kelas
Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi A-Z, Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mariyati, I. (2008). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Keyakinan Diri (Self Efficacy) dengan Kreativitas pada Siswa Akselerasi. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
homogen, 25-30 mengalami masalah-masalah emosi dan sosial. Masalah yang dialami adalah kurangnya interaksi
teman
pengetahuan tentang sebaya,
isolasi
sosial,
kepercayaan diri, penurunan prestasi belajar, dan kebosanan (Hawadi, 2004).
Kepustakaan Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan 451
Stuart & Sundeen. (1991). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG. Sudrajad. (1999). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Jakarta: Bumi Aksara. Suharnan. (2000). Kreativitas Teori dan Pengembangannya. Surakarta: Laras. Suharnan. (2001). Skala C.O.R.E. sebagai Alternatif Mengukur Kreativitas: Suatu Pendekatan Kepribadian. Jurnal Anima, 18, 1, 36-56.
JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI, KREATIVITAS DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS AKSELERASI, UNGGULAN DAN REGULER
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Walgito, B. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
JURNAL PSIKOLOGI
452