Haji dan Umroh
A. Pengertian Haji dan Umroh Menurut bahasa haji bermakna al-qashdu yang artinya “menyengaja”. Sedangkan menurut pengertian syariat, haji berarti bersengaja mendatangi atau mengunjungi Baitullah (ka‟bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang telah di tentukan dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, sesuai syarat-syarat yang ditentukan oleh syari‟at, dengan niat ikhlas semata-mata mencari ridha Allah swt. Umrah adalah berkunjung ke ka‟bah untuk melakukan serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah di tetapkan. Umrah dapat di lakukan kapan saja kecuali pada hari arafah yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 Dzulhijjah. Mengenai di syariatkan ibadah haji , termaktub dalam firman Allah swt.
َ َ ت َم ِه ا ْست َ َسبِئْ ًل َو َم ْه َكفَ َر فَإ ِنَ للا ع ِه اْلعلَ ِمئْه ِ َبس ِح ٌج البَئ ٌ ِغن َ طب ِ علئ الن َ ئ َ َِوهلل َ ع إلَئ ِه “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali „Imran:97)1 a. Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan ibadah haji telah ditentukan, dan hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun, yaitu dimulai pada bulan Syawal, Dzulqo‟dah, dan 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, seseorang tidak mungkin mengerjakan ibadah haji berkali-kali dalam setahun. Dalam pelaksanaannya, ibadah haji nenakab waktu lebih lama ketimbang umroh. Orang yang melakukan ibadah haji, paling cepat dilakukan minimal empat hari, yaitu tanggal 9, 10,11,12 Dzulhijjah. Terkait dengan pelaksanaannya, ibadah haji dibagi menjadi tiga macam, berikut pembagiannya: Haji Ifrad, (sendiri-sendiri) ialah melaksanakan ibadah haji dan umroh secara terpisah, yaitu ibadah haji dikerjakan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan umrah dalam satu musim haji. Dalam pelaksanaannya, orang yang mengerjakan haji ifrad, mengenakan pakaian ihram di miqat-nya dengan berniat hanya melaksanakan ibadah haji, dan tetap dalam keadaan ihram 1
Abdul Syukur al-Aziz,Buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.144
sampai pelaksanaan ibadah hajinya selesai. Setelah itu, ia mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah umrah. Haji Tamattu‟ (bersenang-senang) adalah mengerjakan ibadah haji dan umrah pada bulan dan tahun yang sama, dengan mengerjakan ibadah umrah terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah haji. Setelah selesai melaksanakan ibadah umrah, yaitu dengan ihram thowaf, dan sa‟I, jamaah boleh langsung melakukan tahalul, serta boleh melepas pakaian ihramnya. Selanjutnya, ia menunggu tanggal 8 Dzulhijjah untuk memakai pakaian ihram kembali untuk melaksanakan ibadah haji. Haji Qiran (menggabungkan) yaitu menggabungkan pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dalam satu niat, dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat, serta melaksanakan rukun dam wajib haji sampai selesai.2 B. Tata Cara Pelaksanaan Haji dan Umroh a. Syarat-Syarat Haji dan Umroh Islam Orang non-muslim tidak diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Karena itu, tidak sah apabila ia melaksanakan ibadah haji dan umrah. Jika ia berkunjung ke tanah suci, bahkan mengikuti ibadah haji, maka perjalanan hajinya tidak sah. Baligh Anak yang belum baligh, tidak diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi, apabila ia ikut melaksanakan ibadah haji, maka ibadahnya tetap sah. Meskipun dianggap sah, ketika ia sudah dewasa, ia tetap berkewajiban melaksanakan ibadah. Bagi anak yang melaksanakan haji, orang tuanya yang mendapatkan pahala. Berakal Orang yang tidak waras atau mengalami gangguan jiwa, tidak diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Merdeka Adapun yang dimaksud merdeka disini adalah tidak berstatus sebagai budak atau hamba sahaya. Akan tetapi, pada zaman modern ini, sudah tidak ada lagi system perbudakan. Meskipun demikian, menurut sebagian ulama, istilah merdeka juga bisa diartikan bebas dari tanggungan utang dan tanggungan nafkah keluarga yang ditinggalkan. Kuasa atau mampu3 Yang dimaksud dari kuasa atau mampu disini ialah, seseorang yang benarbenar mampu dari segi keuangan dan mental fisik untuk menjalankan ibadah haji dan umrah. 2 3
Abdul Syukur al-Aziz,Buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.146 Abdul Syukur al-Aziz,Buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.147
b. Rukun Haji dan Umroh Rukun haji dan umrah adalah perbuatan-prbuatan yang wajib dilakukan oleh orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah. Apabila salah satu dari rukun ini ditinggalkan, maka ibadah haji dan umrah yang dilaksanakan tidak sah. Adapun yang termasuk dalam rukun haji ialah sebagai berikut: Ihram Menurut bahasa, ihram berasal dari kata ahrama yang berarti “terlarang” atau tercegah. Sedangkan menurut istilah syara‟ ihram ialah berniat untuk memulai melakukan ibadah haji atau umrah. Wukuf di Arafah Puncak dari pelaksanaan haji adalah wukuf di Arafah. Arafah merupakan kawasan terbuka dan padang luas yang terletak di sebelah Timur luar kota Mekkah. Wukuf artinya hadir dan berada di Arafah pada waktu tertentu antara waktu dzuhur dan ashar. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, seluruh jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT. Thawaf Ifadhah Thawaf ialah mengelilingi Ka‟bah sebanyak tujuh kali, dengan dilakukan tiga putaran yang pertama dilakukan dengan berlari-lari kecil (jika memungkinkan), sedangkan empat putaran yang terakhirdilakukan dengan berjalan biasa. Sa‟i Sa‟i merupakan salah satu rukun haji dan umrah yang tidak boleh terlewatkan. dalam pelaksanaannya jamaah harus berlari-lari kecil antara bukit shafa ke bukit marwah sebanyak 7 kali putaran, dimulai dari bukit shafa dan diakhiri di bukit marwah pada hitungan ke-7. Tahalul Secara bahasa, tahalul berarti “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Menurut pengertian syara‟, tahalul ialah diperbolehkannya atau dibebaskannya seseorang dari larangan atau pantangan ketika masih dalam keadaan berihram. Tertib Pelaksanaan haji telah ditentukan waktu dan tempatnya. Oleh karena itu, setiap rukun yang telah dijelaskan wajib dilakukan secara berurutan atau tidak boleh dilakukan secara selang-seling.4 c. Wajib Haji dan Umroh Wajib haji dan umrah adalah perkara yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, tetapi sahnya ibadah tidak tergantung pada wajibnya haji dan umrah. Sebab hal-hal yang menjadi wajib haji dan umrah boleh 4
Abdul Syukur al-Aziz,Buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.147
diganti dengan dam (denda), misalnya dengan menyembelih binatang seperti kambing atau unta. Berikut kewajiban haji dan umrah yang mesti dikerjakan oleh umat islam yang menunaikannya: Ihram dari miqat Secara harfiyah, miqat berate “batas” atau “garis antara boleh dan tidak”, atau perintah mulai dan berhenti, yaitu waktu mulai melafalkan niat untuk memasuki tanah suci. Miqat dibagi menjadi dua yaitu: o Miqat Zamani adalah miqat yang berhubungan dengan batas waktu, tanggal dan bulan-bulan hitungan haji. o Miqat Makani adalah miqat yang berdasarkan pada peta atau batas tanah geografis. Miqat ini merupakan tempat seseorang harus memulai niat ihram sebelum melintasi tanah haram dengan niat hendak melaksanakan ibadah haji atau umrah.5 Bermalam di Muzdalifah Setelah jamaah haji selesai melaksanakan wukuf di padang Arafah, selanjutnya bergerak menuju Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah setelah terbenamnya matahari. Bermalam di Mina Mina merupakan salah satu tempat yang penting bagi umat muslim, terutama dalam pelaksanaan ibadah haji. Tempat ini merupakan sebuah lembah di padang pasir yang terletak sekitar 5 km dari kota Mekkah. Mina didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijjah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Melempar jumroh Aqobah Selama berada di Mina, jamaah haji diperintahkan untuk melontar jumroh aqabah sebanyak 7 kali, masing-masing dengan satu krikil. Adapun waktu melempar jumrah ialah setelah tengah malam, pagi, atau sore, tetapi diutamakan sesudah terbit matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah. Melempar tiga jumroh Masih di Mina selanjutnya jamaah haji melontar ketiga jumrah, yaitu jumrah ula, wustha, dan aqabah pada tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah. Thawaf wada‟ Thawaf wada‟ atau thawaf perpisahan adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji sebelum ia meninggalkan Makkah.6 d. Sunnah Haji Mengerjakan secara ifrad
5 6
H.Muslim Nasution,Haji dan Umrah Keagungan dan Nilai Amaliyahnya,Gema Insani Press,2009,hlm29 H.Muslim Nasution,Haji dan Umrah Keagungan dan Nilai Amaliyahnya,Gema Insani Press,2009,hlm30
Sebagaimana dijelaskan sebelumya, haji ifrad ialah mendahulukan pelaksanaan ibadah haji terlebih dahulu, kemudian mengerjakan ibadah umrah. Membaca Talbiyah Thawaf Qudum Menurut ulama‟ hukum thawaf qudum adalah sunnah bagi orang yang mendatangi Makkah sebagai bentuk penghormatan kepada Baitullah. Oleh karena itu, disunahkan thawaf qudum di dahulukan, bukan diakhirkan. Bertahmid, bertasbih, dan bertakbir sebelum mulai ihram Sholat dua rokaat dibelakang maqam Ibrahim setelah thawaf
e. Dam atau Denda Dam dapat diartikan sebagai denda atau tebusan bagi orang yang menunaikan haji atau umrah, tetapi melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh syariat. Pelanggaran itu misalnya melakukan larangan-larangan ihram atau tidak dapat menyempurnakan wajib haji seperti mabit di Mina atau Musdalifah. C. Etika Saat Berihram Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ihram merupakan salah satu rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Selama berihram, inilah seseorang dilarang melakukan hal-hal seperti jima‟, menikah, mengucapkan kata-kata kotor, dan lain sebagainya. a. Pakaian saat Ihram Pakaian ihram bagi kaum wanita berbeda dengan kaum laki-laki, yaitu boleh memakai pakaian yang berjahit. Tidak ada pakaian yang dikhususkan bagi wanita saat berihram, mereka boleh memakai pakaian yang dikehendaki. b. Hukum melepas jalinan rambut Bagi wanita yang sudah berihram, diperbolehkan melepas jalinan rambut. Menguraikan jalinan rambut untuk dicuci atau sebab lain, tidaklah dilarang. Hal ini berbeda dengan sengaja memotong rambut. c. Hukum memakai wewangian Dalam sebuah hadits, Aisyah Ra. Berkata “aku pernah member wewangian Rasulullah Saw. untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahalulnya sebelum melakukan thawaf di Ka‟bah.‟‟ (HR. Mutafaqun „Alaih) berdasarkan hadits tersebut, boleh hukumnya memakai wewangian sebelum berihram. Akan tetapi, bila sudah berniat haji dan umrah dan mengenakan pakaian ihram, maka tidak boleh memakai wewangian.7
7
Abdul Syukur al-Aziz,Buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.155