Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
MODUL
GRANULOMA EOSINOFILIK 1. DEFINISI Granuloma eosinofilik adalah jenis spektrum histiositosis sel Langerhans yang paling ringan. Granuloma eosinofilik dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Granuloma eosinofilik monoostotik
Granuloma eosinofilik tipe monoostotik umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 20 tahun. Predileksi tumor ini adalah di kalvaria, tulang vertebra dan tulang panjang ekstremitas. Prognosis tumor ini baik karena biasanya tidak menyebar ke tulang atau organ lain. 2. Granuloma eosinofilik poliostotik
Ganuloma eosinofilik tipe ini juga dijumpai pada kelompok umur yang sama dengan tipe monoostotik. Predileksi tumor tipe ini adalah di tulang kepala. Namun, jumlahnya jamak/multipel dan prognosisnya lebih buruk daripada tipe monoostotik.
2. WAKTU PENDIDIKAN
TAHAP I TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
S8
TAHAP III S9 S10 S11
Program Magister Neurologi Tesis Program Profesi Bedah Saraf Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi) PROGRAM GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI Kranial KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII Spinal INFEKSI ICD 10 - Bab I Kranium NEOPLASMA ICD 10 - Bab II
Supratentorial Infratentorial
1
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
Spinal Saraf Tepi
TRAUMA ICD 10 - Bab XIX
Kranial Spinal Saraf Tepi
DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX
Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal
FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI
Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 4 semester, yaitu dari semester 1 s/d 4. Peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister; b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di akhir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen sudah harus mengenal kelainan bedah saraf, khususnya semua jenis neoplasma dan 10 jenis kasus penyakit terbanyak. 2. Tahap Magang (tahap II): a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu dari semester 5 s/d 6. Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf; b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di akhir masa pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II. Residen sudah harus mampu menangani secara magang minimal 3 kasus granuloma eosinofilik susunan saraf pusat, serta mampu mengenal dan merujuk dengan benar kasus-kasus bedah saraf non-emergensi. 3. Tahap Mandiri (tahap III): a. Lama pendidikan 5 semester, yaitu dari semester 7 s/d 11. Peserta didik menyelesaikan pendidikan sampai kompetensi bedah saraf dasar. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di akhir masa pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III. Residen sudah harus mampu menangani minimal 5 kasus gawat darurat bedah saraf maupun kasus-kasus bedah saraf yang tergolong kompetensi bedah saraf dasar.
Kompetensi bedah saraf dasar : 1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri, dengan tetap dalam pengawasan konsulen)
2
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
2. Teknik operasi yang diajarkan sebagai target akhir pendidikan terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks Kesulitan 1 dan 2; teknik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan motorik lebih tinggi dan/atau membutuhkan alat-alat operasi canggih, termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, dan hanya diajarkan maksimal sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD. JENIS PENYAKIT
ICD 10
TAHAP TAHAP II TAHAP III I
IK 1
IK 2
IK IK 3 4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P NEOPLASMA
Kranium Granuloma eosinofilik Plasmositoma Osteoma Fibrous dysplasia Hamartoma Tumor metastatik Neurofibrosarkoma /osteosarkoma
Supratentorial
Glioma Glioma simpel Glioma kompleks Ependimoma Pleksus papiloma Meningioma (simpel) Meningioma (kompleks)
Pituitary adenoma /t. sella (simpel)
Pituitary adenoma/t. sella (kompleks) Kraniofaringioma Pinealoma /t. korpus pineal Tumor metastatik (simpel) Tumor metastatik (kompleks) Angioma (simpel) Angioma (kompleks)
Infratentorial
Glioma Simpel Kompleks Acoustic neuroma Meningioma (simpel) Meningioma (kompleks) Medulloblastoma Kolesteatoma Ependimoma Pleksus papiloma Angioma (simpel) Angioma (kompleks)
Tumor Spinal Glioma Meningioma
D 76.0
3
C 90.2 D 16
5
M 85.0 Q 85.9 C 79.5 C41.0
C 71.9
2
2
3
3
3
M 93.92 C 71.9 C 70
D 26.7 D.35.3
3
4
4
3
2
C 79.5 C 79.5
D 18.0 D 18.0 C 71.9 C 71.9
D 33.3 C 70 C 70
C 71.6
2
1
2
1
2
1
2
2
2 2 2 2
2 2 2 1
M 9392, C 71.9
1
C 71.9
D.18.5
D 32.1
3
2
H 71
D 33.4
2
2
C 75.3, D 35.4
D 18.5
2
.
.
.
2
1
2
1
1 2 2
3
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
JENIS PENYAKIT Ependimoma Schwannoma Angioma
ICD 10
TAHAP TAHAP II TAHAP III I
IK 1
IK 2
D 33.4
Tumor Saraf Tepi Schwannoma
D 36.1 D 18.5 D 36.1
KETERANGAN
.
.
.
2 1
IK IK 3 4 2
2 1
1
Tingkat Pengayaan. Dalam periode ini, tingkat kognisi harus dapat mencapai 6 (K6) Tingkap Magang. Dalam periode ini, di samping K6, Psikomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3) Tingkat Mandiri. Semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5 S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikomotor
3. TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan modul granuloma eosinofilik peserta didik diharapkan mampu mengenali granuloma eosinofilik, mampu mengobati granuloma eosinofilk yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut granuloma eosinofilik. 4.
TUJUAN KHUSUS 1. Mampu menerangkan insidens, patogenesis, dan sitogenesis granuloma eosinofilik; 2. Mengetahui neuroanatomi dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya; 3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan mikrobiologi) dalam menegakkan diagnosis granuloma eosinofilik; 4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis granuloma eosinofilik; 5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi yang disebabkan oleh granuloma eosinofilik; 6. Mampu menentukan lokasi granuloma eosinofilik; 7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis granuloma eosinofilik; 8. Mampu menegakkan diagnosis banding granuloma eosinofilik; 9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan granuloma eosinofilik; 10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa terhadap granuloma eosinofilik; 11. Mampu melakukan tindakan operasi terhadap granuloma eosinofilik; 12. Mampu melakukan tindakan pertolongan pertama terhadap granuloma eosinofilik; 13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus granuloma eosinofilik; 14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan; 4
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
5.
15. Mampu memberi informed consent.
STRATEGI PEMBELAJARAN Pengajaran dan Kuliah Pengantar Tinjauan Pustaka
Kuliah tatap muka 50 menit
Presentasi ilmu dasar tiap submodul penyakit: Telaah kepustakaan: 1 kali 1 kali Presentasi kasus tiap jenis submodul penyakit: Presentasi kasus: 1 kali 1 kali Diskusi Kelompok
Diskusi kasus tiap submodul penyakit menyangkut diagnosis, operasi dan penyulit: 2 Diskusi kasus: 2 x 50 menit x 50 menit Bed side teaching
Bed side teaching minimum 3 kali setiap Ronde diikuti bed side teaching submodul penyakit Bimbingan Operasi Operasi magang Operasi mandiri
6. PERSIAPAN SESI
memenuhi sejumlah kasus tiap submodul penyakit sebagai prasyarat untuk instruksi/evaluasi operasi sampai dinyatakan lulus melakukan operasi mandiri sejumlah kasus minimum setiap submodul penyakit sebagai prasyarat untuk maju ke ujian kompetensi tingkat nasional
1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup: a. Insidens, patogenesis, dan sitogenesis granuloma eosinofilik; b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya; c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan granuloma eosinofilik; d. Pengobatan berbagai jenis granuloma eosinofilik; e. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis granuloma eosinofilik; f. Diagnosis banding granuloma eosinofilik; g. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan granuloma eosinofilik; h. Pengobatan medikamentosa granuloma eosinofilik; 5
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
i. Tindakan operasi granuloma eosinofilik; j. Penyulit tindakan bedah pada kasus granuloma eosinofilik; k. Kegawatdaruratan granuloma eosinofilik; l. Tindak lanjut yang diperlukan; m. Informed consent. 2. Audio visual 3. Lampu baca foto Röntgen
7. REFERENSI
a. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada: Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 b. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA: Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 c. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London: Mosby. 1994 d. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA: Saunders. 1994
8. KOMPETENSI
JENIS KOMPETENSI a. b
Tingkat Kompetensi K P A
TAHAP
Mampu menerangkan insidens, patogenesis, dan sitogenesis granuloma 6 eosinofilik
P E N G A Y A A N
Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan 6 pembungkusnya.
Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan c tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan 6 granuloma eosinofilik
d Mengetahui pengobatan berbagai jenis granuloma eosinofilik
6
f Mampu menentukan lokasi granuloma eosinofilik
6
h Mampu mengetahui diagnosis banding granuloma eosinofilik
6
e
Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena granuloma 6 eosinofilik
2
3
g
Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan 6 diagnosis granuloma eosinofilik
2
3
i j
Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam 6 menegakkan granuloma eosinofilik Mampu melakukan pengobatan medikamentosa terhadap granuloma 6 eosinofilik
k Mampu melakukan tindakan operasi granuloma eosinofilik
6
m Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus granuloma eosinofilik
6
l
Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada granuloma 6 eosinofilik
n Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan o Mampu memberi informed consent
6 6
2 2 5 5 5 5 5 5 5
M A G A N G
3 3 5
M A N D I R I
5 5 5 5 5 5
6
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
9.
GAMBARAN UMUM
Granuloma eosinofilik adalah lesi lokal pada tulang dengan gambaran sel mononuklear dan eosinofil, paling banyak terdapat pada tulang tengkorak, khususnya di daerah parietal dan frontal. Kelainan ini biasanya diderita remaja <20 tahun. Gejala klinis yang paling sering terjadi antara lain tegang, teraba masa pada tulang tengkorak; dapat juga asimtomatik. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan penunjang berupa pencitraan (imaging) dan patologi anatomi. Tatalaksana kelainan ini dapat berupa terapi bedah (kuretase), kemoterapi dan/atau radiasi.
10. CONTOH KASUS
Contoh kasus dibuat sesuai dengan jenis penyakit pada submodul.
11. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metode pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana granuloma eosinofilik.
12. METODA
Metoda Pembelajaran 1. Tinjauan Pustaka 2. Diskusi Kelompok 3. Bed side teaching 4. Tindakan Operasi Mandiri a. Peserta didik harus terlebih dahulu melakukan asistensi operasi (magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri. b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu didampingi oleh spesialis supervisor yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh asisten terhadap pasien secara mandiri. c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik, selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapan yang ditetapkan dalam daftar tilik. Metoda Diagnostik 1. Pemeriksaan klinis neurologik 2. Alat bantu diagnostik a. Pemeriksaan X-ray, b. EMG / EEG 7
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI, MRS, Angiografi 3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. RANGKUMAN
Granuloma eosinofilik adalah jenis paling ringan dari spektrum Histiositosis Sel Langerhans. Granuloma eosinofilik dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Granuloma eosinofilik monoostotik
Granuloma eosinofilik tipe umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 20 tahun. Predileksi tumor ini adalah di kalvaria, tulang vertebra dan tulang panjang ekstremitas. Prognosis untuk tumor ini baik karena biasanya tidak menyebar ke tulang atau organ lain. 2. Granuloma eosinofilik poliostotik
Ganuloma eosinofilik tipe ini juga dijumpai pada kelompok umur yang sama dengan tipe monoostotik. Predileksi tumor tipe ini adalah di tulang kepala namun multiple dan prognosisnya lebih buruk bila dibandingkan dengan tipe monoostotik. Granuloma eosinofilik adalah lesi lokal pada tulang dengan gambaran sel mononuclear dan eosinofil, dan paling banyak terdapat pada tulang tengkorak. Kelainan ini biasanya terdapat pada remaja <20 tahun. Lesi ini biasanya terdapat pada daerah parietal dan frontal. Gejala klinis yang paling sering terjadi antara lain tegang, teraba masa pada tulang tengkorak, namun dapat juga asimtomatik. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan penunjang berupa pencitraan (imaging) dan patologi anatomi. Tatalaksana kelainan ini dapat berupa terapi bedah (kuretase), kemoterapi dan atau radiasi.
13. EVALUASI
Organisasi Evaluasi 1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf 2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf 3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb.: a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada akhir setiap semester b. Kemampuan menegakkan diagnosis c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap akan dilakukan tindakan / operasi. 4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini, dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama ketentuan yang berlaku.
8
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
Tahap Evaluasi 5. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan. 6. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul 7. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul Metode dan Materi Evaluasi 1. Ujian tulis dan lisan 2. Kemampuan menegakkan diagnosis di poliklinik maupun ruang rawat 3. Penilaian kemampuan melakukan tindakan 4. Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh Hasil Penilaian IPDS 1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada setiap sum modul (pengayaan, magang, mandiri) 3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di Bagian/Departemen Badah Saraf.
15. INSTRUMEN PENILAIAN
1 Kemampuan Informed consent Instruksi & bimbingan 2 Penilaian Ilmiah
a. Teori & Penyakit
b. Instrumen & Penyakit
3 Penilaian Kecakapan
4 Penilaian Rehabilitasi
16.
Diskusi dan ujian Diskusi dan ujian
Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi Instruksi & bimbingan
PENUNTUN BELAJAR 1. Kisi-kisi materi dan buku referensi 2. Kisi-kisi materi Neoplasma susunan saraf : a. Insidens, patogenesis, dan sitogenesis granuloma eosinofilik b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan granuloma eosinofilik d. Pengobatan berbagai jenis granuloma eosinofilik e. Perubahan neurofisiologi karena granuloma eosinofilik f. Lokasi granuloma eosinofilik g. pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis granuloma eosinofilik 9
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
h. Diagnosis banding granuloma eosinofilik i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan granuloma eosinofilik j. Pengobatan medikamentosa granuloma eosinofilik k. Tindakan operasi granuloma eosinofilik l. Penyulit tindakan bedah pada kasus granuloma eosinofilik m. Tindak lanjut yang diperlukan n. Informed consent
17. DAFTAR TILIK RINCIAN DAFTAR TILIK
ADA TA
TL
L
Menentukan indikasi bedah saraf 1 2
Uraian atau keluhan tentang gejala utama Cara datang (sendiri/rujukan)
Kelengkapan riwayat penyakit 1 2
Alasan pertama kali (bila pernah berobat) dan sekarang membawa ke dokter Pengobatan dan tindakan yang pernah diberikan(tempat, waktu, oleh, siapa), serta hasilnya
Deskripsi keadaan kulit 1 2
Bekas luka operasi (bila pernah operasi) dan lokalisasi Daerah yang akan dioperasi
Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai Pemeriksaan penunjang 1 2
X-Ray, CT scan, MRI
Laboratorium darah
Hasil konsultasi persiapan operasi Catatan status gizi
Obat-obatan yang masih diberikan Informed consent 1
Kelainan yang dijumpai
3
Peraturan rumah sakit untuk pasien maupun keluarga / penunggu
2 4
Apa yang dilakukan, lama perawatan, biaya yang dibutuhkan Prognose penyakit dan apa yang perlu dilakukan setelah pulang
Surat pengantar rawat inap 1 2
Lampiran daftar tilik
Instruksi untuk perawat
10
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
3
Nama konsulen dan asisten
1
Kelengkapan administrasi
Admission 2
Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik * Status poliklinik
* Hasil pemeriksaan neuroradiologi * Hasil pemeriksaan laboratorium
* Hasil konsultasi persiapan operasi
Buat status Rekam medis
Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik 1
Riwayat penyakit
3
Hasil pemeriksaan klinis neurologis
2 4
Deskripsi keadaan kulit Status gizi
Buat rencana perawatan 1
Instruksi perawatan dan pengobatan
1
Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
3
Konsul toleransi operasi
Persiapan Operasi 2 4
Persiapan alat
Buat daftar operasi
Pra bedah 1
Konsul anestesi
3
Persiapan menjelang operasi
2
Asisten lapor pada operator * Pasang infuse * Cukur gundul
* Cuci daerah yang akan dioperasi dengan sabun * Puasa
* Klisma menjelang ke kamar operasi * Cek kelengkapan status
* Cek dokumen pendukung * Sediakan alat
Kamar operasi 1 2
Dokumen yang disertakan bersama pasien Keadaan pasien
* Terpasang infuse
11
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
* Cukur gundul
3
Persiapan pasien
5
Dipasang kateter
4 6 7
Dilakukan narkose umum Posisi pasien diatur sesuai standard Persiapan daerah operasi
* Cuci ulang dengan sabun * Dibuat marking
* Dilakukan tindakan a dan antiseptic 8 9
* Dilakukan penyuntikan anestesi local
Dipasang plat diatermi Persiapan alat
Tindakan operasi 1
Memasang Head Frame Dan Navigasi Intra Operatif
3
Kraniotomi dan drilling tulang
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 12 13 14 15
Insisi kulit kepala
Gantung duramater
Membuka Duramater Identifikasi tumor
Removal Tumor secara makroskopis dan mikroskopis
Ambil spesimen tumor untuk pemeriksaan histopatologis Hemostasis
Tutup Dura, duraraph, duraplasy Pasang drain bila perlu Fiksasi tulang
Jahit otot, Fasia dan kulit Dressing luka
Jumlah perdarahan tercatat Jumlah urin tercatat
Jumlah kassa yang dipakai tercatat
Jumlah dan jenis instrumen sesuai prosedur
Pasca Bedah 1
Dokumentasi
* Status dan hasil pemeriksaan penunjang dari OK diterima lengkap * Laporan operasi
2
* Laporan Anestesi
Catatan perawatan
12
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
* Pemantauan luka operasi
* Pemantauan efek samping * Pemantauan KU rutin * Catatan pengobatan
Pemulangan 1
Catatan keadaan pasien
3
Jadwal kontrol dan konsultasi
2 4 5
Informed consent pada yang merawat Kelengkapan status dan diagnosis Catatan administrasi & keuangan
18. MATERI BAKU Definisi dan klasifikasi Granuloma eosinofilik adalah bentuk yang paling ringan dari histiositosis sel Langerhans. Granuloma eosinofilik dapat dikelompokan menjadi 2 hal, yaitu granuloma eosinofilik monoostotik dan poliostotik. 1. Granuloma eosinofilik monoostotik Granuloma eosinofilik tipe umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 20 tahun. Predileksi tumor ini adalah di kalvaria, tulang vertebra dan tulang panjang ekstremitas. Prognosis untuk tumor ini baik karena biasanya tidak menyebar ke tulang atau organ lain.
2. Granuloma eosinofilik poliostotik Ganuloma eosinofilik tipe ini juga dijumpai pada kelompok umur yang sama dengan tipe monoostotik. Predileksi tumor tipe ini adalah di tulang kepala namun multiple dan prognosisnya lebih buruk bila dibandingkan dengan tipe monoostotik. Epidemiologi dan Predileksi Granuloma eosinofilik monoostotik adalah tipe yang paling sering dari histiositosis sel Langerhans. Tipe ini umumnya terjadi pada anak-anak; 75% kasus terjadi sebelum usia 20 tahun. Granuloma eosinofilik lebih umum terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Tumor ini memiliki predileksi di tulang tengkorak, tulang iga, femur, humerus dan korpus vertebrae. Granuloma eosinofilik poliostotik umumnya terjadi pada usia yang hampir sama dengan granuloma eosinofilik poliostotik, tetapi mempunyai prognosis yang lebih buruk. Predileksi tumor ini lebih banyak di tulang tengkorak dan dapat ditemukan multipel pada saat yang sama. Gejala Klinis Gejala klinis granuloma eosinofilik bergantung kepada tipe penyakitnya. Granuloma eosinofilik monoostotik biasanya menyebabkan rasa tegang yang local pada lokasi tumor. Lesi ini juga dapat menyebabkan fraktur patologik. Jika tumor ini terdapat pada korpus vertebrae, dapat menyebabkan low back pain. Granuloma eosinofilik poliostotik dapat menimbulkan gejala massa tumor yang nyeri dan efek lokal pada tulang tengkorak dan kulit kepala. 13
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakkan diagnosis granuloma eosniofilik dibutuhkan pemeriksaan klinis dan penunjang yang tepat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiologi dan histologi. Dari pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan foto polos kepala, CT-scan dan MRI. Gambaran radiologi yang dapat ditemukan antara lain gambaran osteolitik tanpa ada massa trabekular. Gambaran ini dikenal dengan nama punched out appearance. CT-scan juga menunjukkan lesi osteolitik dan dapat memperlihatkan keterlibatan intrakranial. Diagnosis Banding Granuloma eosinofilik dapat didiagnosis banding dengan karsinoma metastasis, neuroblastoma metastasis dan sarkoma Ewing berdasarkan gambaran radiologinya.
Tatalaksana dan Prognosis Tatalaksana pertama granuloma eosinofilik adalah menegakkan diagnosis pasti melalui biopsi. Jika telah tegak diagnosis granuloma eosinofilik, dapat diberikan tatalaksana yang bervariasi, meliputi observasi sampai kemoterapi. Granuloma eosinofilik yang soliter dapat mengalami resolusi spontan, sehingga terapi yang disarankan hanyalah kuretase, reseksi atau injeksi metilprednisolon intralesi. Terapi radiasi diberikan pada pasien yang memiliki prognosis lebih buruk, misalnya granuloma eosinofilik di korpus vertebrae. Selain itu, tatalaksana simtomatik juga perlu diberikan. Agen kemoterapi yang dapat diberikan berupa klorambusil, vinkristin, vinblastin, siklofosfamid dan metotrekasat. Tatalaksana granuloma eosinofilik masih kontroversial. Namun, jika lesi tumor soliter dan simtomatik, dapat dipertimbangkan terapi operatif dan atau radiasi.
14
Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf
19. ALGORITME
20. KEPUSTAKAAN a. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada: Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 b. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA: Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 c. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London: Mosby. 1994 d. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA: Saunders. 1994
21. PRESENTASI
Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk Power Point sesuai dengan materi modul granuloma eosinofilik
22. MODEL
Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.
15