Grafit Limbah Baterei Terdispersi Cairan Ionik-Kristal Cair Ionik Sebagai Sel Surya Tersensitisasi Zat Warna (Dye Sensitized Solar Cell, Dssc) Lafita Kaova Azyedara, Ahmad Mudzakir ABSTRAK Prototipe sel surya tersensitisasi zat warna (Dye Sensitized Solar Cell, DSSC) menggunakan komposit grafit terdispersi dalam cairan ionik 1,3-metil, oktil-1,2,3benzotriazolium asetat dan kristal cair ionik cis-oleil-imidazolinium iodida sebagai sistem elektrolit redoks telah difabrikasi dan diuji kinerjanya. Fabrikasi sel surya dilakukan untuk mengetahuai pengaruh penambahan grafit limbah baterei terhadap sifat elektrokimia dan kinerja fotovoltaik elektrolit redoks. Sel surya dibuat dengan struktur sandwich, menggunakan dua elektroda yang mengapit elektrolit redoks. Sel Surya diuji dengam penyinaran menggunakan solar simulator 16,6 mW/cm2. Hasil pengujian konduktivitas menunjukkan konduktivitas komposit elektrolit sebesar 2,835 x 10-6 S/cm, 4,42 x 10-6 S/cm, 9,02 x 10-6 S/cm dan 5,416 x 10-6 S/cm, berurutan dengan persen grafit 0%, 0,01%, 0,05% dan 0,1%. Hasil pengujian sel surya memperlihatkan karakteristik kurva arus terhadap tegangan (I-V) yang cukup baik. Parameter keluaran untuk keempat elektrolit diantaranya tegangan rangkaian buka (VOC) sebesar 230 mV, 319 mV, 527mV dan 323 mV ; arus rangkaian pendek (ISC) sebesar 0,4541 x 104 A, 2,319 x 10-4A, 2,549 x 10-4A dan 1,791 x 10-4A. Efisiensi sel surya (η) sebesar 0,02%, 0,198%, 0,203% dan 0,126% masing-masing untuk elektrolit dengan persen grafit 0%, 0,01%, 0,05% dan 0,1%. Dari hasil karakteristik kurva arus terhadap tegangan menunjukkan bahwa elektrolit dengan persen grafit sebesar 0,05% memiliki efisiensi sel yang paling tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan grafit yang berfungsi sebagai material transpor elektron (EETM) untuk menguangi lamanya waktu difusi untuk I- dan I3- dalam elektrolit, dan juga untuk menstimulasi taranspor muatan serta katalis untuk reduksi I3Kata Kunci: Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Elektrolit Redoks, Grafit, Extended Electron Transfer Material (EETM) dan Komposit Elektrolit PENDAHULUAN Saat ini, energi surya adalah salah satu sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Suplay energi dari matahari ke bumi adalah sebesar 3×1024 joule per tahun atau sekitar 10.000 kali lebih banyak daripada yang kita konsumsi. Artinya, hanya dengan sekitar 0,1% dari permukaan bumi dengan sel surya yang memiliki efisiensi sebesar 10% dapat mencukupi kebutuhan
energi di seluruh bumi [1]. Oleh karena itu, energi surya dapat dipertimbangkan untuk menjadi salah satu sumber energi untuk generasi masa depan. Salah satu cara untuk memanfaatkan energi matahari adalah dengan merubahnya menjadi energi energi listrik dengan alat yang biasa disebut sel surya. Sel Surya DSSC merupakan salah satu kandidat sel surya generasi mendatang, hal ini
dikarenakan tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya produksinya relatif rendah. DSSC terdiri dari nanokristalin dengan pita konduksi selebar semikonduktor (biasanya TiO2), yang dideposisikan pada subtarat transparan yang konduktif, dan kedua elektroda dihubungkan dengan larutan elektrolit yang ada diantara keduanya. Cahaya diserap oleh pewarna yang kemudian muatan akan ditransfer kepada logam oksida. Optimasi dari konversi efesiensi adalah dari fraksi intensitas cahaya yang dokonversikan menjadi energi listrik adalah kunci dari pengembangan sel surya jenis ini. Untuk meningkatkan kerja dari sel surya jenis ini dilakukan berbagai moodifikasi pada semikonduktor, pewarna ataupun konduktor ionik. Ada juga yang memanfaatkan struktur nano untuk meningkatkan konversi energinya [2]. Penelitian terbaru menujukkan bahwa penggunaan cairan ionik berbasis fatty imidazolinium dapat meningkatkan efisiensi DSSC. Efisensi yang dihasilkan dari DSSC yang menggunakan cairan ionik cis-oleil imidazolinium iodida adalah sebesar 0,53% (VOC: 602 mV; ISC: 0,21 mA) [3]. Untuk meningkatkan sifat photovoltaic dan kestabilan dari DSSC, sebuah cairan ionik komposit elektrolit dari campuran partikel nano silika dalam 1-metil-3propilimidazolium iodide (MPII) telah digunakan untuk mengganti elektrolit konvensional. Sebuah cairan elektrolit ionik mengandung partikel nano karbon yang terdispersi, karbon nanotube, atau titatium oksida nanopartikel dalam 1-
metil-3-metilimidazolium bis (triflurometilsulfonil) imida memiliki kerapatan aliran foton dan tegangan yang lebih baik [4]. Efisensi yang dihasilkan dengan menggunakan komposit cairan ionik 1,2-dimetil-3propilimidazolium iodia dengan Cu@C (tembaga yang dimasukkan dalam cangkang karbon) sebagai pelarut redoks adalah sebersar 2,70 – 4,09 % dengan Jsc sebesar 5.775– 9.910 mA/cm2 [5]. Namun, komposit yang dihasilkan masih memiliki kekurangan yaitu bentuknya yang padat pada suhu ruang. Oleh sebab itu dibutuhkan cairan ionik lain yang cair pada suhu ruang dan dapat melarutkan nanopartikel serta fattyimidazolinium. Garam 1,3-alkilmetilbenzotriazolium mempunyai strukur yang mirip dengan golongan N,NDialkil-imidazolium. Perbedaan keduanya terletak pada terdapatnya gugus benzena pada struktur benzotriazolium yang akan memperluas delokalisasi muatan positif kation sehingga akan menyebabkan melemahnya interaksi Coulomb kation-anion [6]. Lemahnya interaksi Coulomb kationanion pada garam 1,3-alkilmetilbenzotriazolium diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kekuatan garam tersebut dalam melarutkan berbagai senyawa. Dilaporkan bahwa cairan ionik 1,3-metiloktil-1,2,3benzotriazolium asetat dapat melarutkan lebih baik daripada menggunakan anion sianat dan bomida [7]. Penggunaan tembaga sebagai campuran partikel nano dalam komposit cairan ionik sangat berpengaruh dalam menurunkan kekentalalan dan menaikkan
konduktivitas cairan ionik. Namun, tambaga dirasa tidak ekonomis jika digunakan sebagai campuran partikel nano tersebut sehingga tidak lagi dihasilkan sel surya yang murah (Liao, dkk., 2009). Grafit adalah satu inti karbon yang merupakan konduktor listrik yang bisa digunakan sebagai material elektroda pada sebuah lampu listrik dan sebagai elektroda negatif pada baterei Li-ion komersial. Gafit memiliki nilai konduktivitas sebesar 104S/cm [8]. Sifat grafit ini tentu bisa menggantikan tembaga sebagi partikel nano dalam komposit cairan ionik. Grafit dapat diperoleh limbah baterai kering. METODA PENELITIAN Alat Peralatan yang digunakan antara lain microwave LG 850W, rotary evaporator. Alat untuk karakterisasi FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400), UV-Vis (SHIMADZU), SEM tipe JSM-6360LA (JEOL), peralatan voltmeter, potensiometer, dan Solar Simulator 16,6 mW/cm2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain asam oleat-cis ekstrak pure produk Merck, dietilenatriamina p.a produk Aldrich, asetonitril teknis produk Bratachem, metilen klorida teknis produk Bratachem, etil asetat teknis produk Bratachem, kalsium oksida p.a produk Merck, 1Hbenzotriazol p.a. produk Merck dan Fluka; dimetil sulfat p.a. produk Bratachem; oktil bromida p.a. produk Fluka; NaOH p.a. produk Merck; MgSO4 p.a. produk Merck; etil asetat teknis produk Bratachem; n-heksan teknis produk Bratachem;
asetonitril p.a. produk Merck; metanol teknis produk Bratachem; etanol teknis produk Bratachem; perak nitrat p.a. produk Merck ; kalium tiosianat p.a. produk Merck, natrium asetat p.a. produk Merck, serbuk TiO2 produk Merck, Polyvnyl Alkohol (PVA) produk Bratachem, cairan ionik hasil sintesis, grafit limbah baterai, isolasi scotch, kaca konduktif (indium tin oxide, ITO) dan limbah baterei, Eosin Y 0,005M. Prosedur Kerja Sintesis kristal cair cis-oleil imidazolnium iodida dilakukan berdasarkan prosedur yang dikembangkan Bajpai dan Tyagi (2008) dan Hardian (2009) [3], sedangkan untuk 1,3-metiloktil1,2,3-benzotriazolium asetat ([MOBzt]CH3COO)i disintesis berdasarkan adaptasi prosedur yang telah dikembangkan dalam literatur (Forsyth, dkk.,2003; Masahiro, dkk., 1976; dan Mudzakir, 2004) [7]. Metode preparasi prototipe sel surya DSSC merujuk pada metode yang dikembangkan oleh Wilman, dkk., 2007[3]. Grafit diperoleh dari limbah baterei yang dibuka dan diambil grafitnya. Komposit Elektrolit redoks yang akan diuji pada penelitian ini terdiri dari 4 jenis yaitu: 1. Elektrolit I yang terdiri dari 0% grafit, 10% Cis-oleil imidazolinium dan 90% 1,3Metiloktil-1,2,3Benzotriazolium Asetat 2. Elektrolit II yang terdiri dari 0,01% grafit, 10% Cis-oleil imidazolinium dan 90% 1,3Metiloktil-1,2,3Benzotriazolium Asetat
3. Ektrolit II yang terdiri dari 0,05% grafit, 10% Cis-oleil imidazolinium dan 90% 1,3Metiloktil-1,2,3Benzotriazolium Asetat 4. Elektrolit IV yang terdiri dari 0,1% grafit, 10% Cis-oleil imidazolinium dan 90% 1,3Metiloktil-1,2,3Benzotriazolium Asetat Komposit hasil sintesis selanjutnya diuji konduktivitasnya kemudian diuji kinerja fotovoltaiknya sebagai elektrolit redoks pada sel surya DSSC. Sel surya DSSC selanjutnya dikarakterisasi sifat fotoelektokimia dengan menggunakan Solar 2 Simulator 16,6 mW/cm . HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Cairan Ionik-Kristal Cair Ionik Sintesis Cis-oleil imidazolinium iodida disintesis berdasarkan metode yang dikembangkan oleh penelitian terdahulu yakni Bajpai dan Triagi (2008) dan Hadrian (2009). Metode ini menggunakan gelombang microwave untuk mempercepat reaksi menggantikan metode refluks yang memakan waktu cukup lama. Dari hasil pengujian FTIR kepada senyawa yang dihasilkan diperoleh spektra FTIR yang sesuai dengan spektra yang dihasilkan oleh Wulan (2010) yang mana juga menggunakan metode yang sama dalam sintesis cis-oleil imidazolinium iodida. Dalam penelitian ini diperoleh cis-oleil imidazolinium iodida sebanyak 35,609 gram. Sintesis 1,3-metil, oktil-1,2,3-benzotriazolinium asetat dilakukan berdasarkan metode yang
dikembangkan oleh Forsyth, dkk.,2003; Masahiro, dkk., 1976; dan Mudzakir, 2004. Dari hasil pengujian titik leleh dan FTIR kepada senyawa yang dihasilkan diperoleh spektra FTIR yang sesuai dengan spektra yang dihasilkan oleh Puspitasari (2010) yang mana juga menggunakan metode yang sama dalam sintesis 1,3-metil, oktil-1,2,3benzotriazolinium asetat. Titik leleh hasil pengujian sesuai dengan titik leleh yang ada pada literatur yakni sebesar 58-590C. Pada penelitian ini diperoleh 1,3-metil, oktil-1,2,3benzotriazolinium asetat sebanyak 24 mL.. Pengujian Konduktivitas Elektrolit Redoks Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konduktivitas dari cairan ionik 1,3 – Metiloktil - 1,2,3 benzotriazolium asetat dan pengaruh penambahan grafit dan kristal cair ionik cis-oleil imidazolinium iodida terhadap konduktivitasnya. Data konduktivitas dari cairan ionik 1,3 – Metiloktil - 1,2,3 benzotriazolium asetat dan dengan penambahan grafit dapat dilihat pada tabel .1. Tabel 1 Data Pengukuran Konduktivitas 1,3 – Metiloktil - 1,2,3 benzotriazolium asetat dan dengan penambahan grafit. % Voltase Arus Konduktivitas Grafit (Volt) (µA) (×10-6 S/cm) 5 30 1,35 0,00 % 5 121 3,85 0,01 % 5 131 4,19 0,05% 5 115 3,66 0,10 %
terjadi dengan
Tabel .1 menunjukkan bahwa kenaikan konduktivitas penambahan grafit pada
cairan ionik 1,3-metiloktil,1,2,3benzotriazolinium asetat. Kenaikan yang terjadi hampir mencapai 200% pada dari benzotriazolinium murni dan dengan penambahan 0,01% grafit. Grafit yang dilarutkan ke dalam 1,3-metiloktil,1,2,3benzotriazolinium asetat membentuk koloid yang berwarna hitam bening. Adanya grafit ini memfasilitasi elektron dalam bergerak didalam campuran sehingga konduktivitas 1,3-metiloktil,1,2,3benzotriazolinium asetat menjadi meningkat. Namun, pada penambahan 0,1% grafit terjadi penurunan konduktivitas. Hal ini disebabkan oleh grafit yang ditambahkan sudah melampaui kelarutan grafit dalam cairan ionik, dibuktikan dengan adanya butiran grafit yang tidak larut pada dasar botol vial. Adanya grafit yang tidak larut dapat mengganggu daya hantar ion dari cairan ionik. Terlihat bahwa grafit dapat menaikkan konduktivitas dari 1,3 – Metiloktil - 1,2,3 benzotriazolium asetat hingga mencapai 300% yakni dari 1,35×10-6 S/cm menjadi 4,19×10-6 S/cm. Data konduktivitas dari cairan ionik 1,3 – Metiloktil 1,2,3 benzotriazolium asetat dengan penambahan grafit dan 10% cis-oleil imidazolinium iodida dapat dilihat pada tabel .2.
Tabel 2 Data Pengukuran Konduktivitas 1,3 – Metiloktil - 1,2,3 benzotriazolium asetat dan dengan penambahan grafit dan 10% cisoleil Imidazolinium Iodida % Voltase Arus Konduktivitas Grafit (Volt) (µA) (×10-6 S/cm) 0,00 5 89 2,83 % 0,01 5 170 4,42 % 0,05 5 236 9,02 % 0,10 5 131 5,41 %
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan konduktivitas dari campuran cairan ionik dan grafit dengan penambahan 10% cis-oleil imidazolinium iodida. 10% cis-oleil imidazolinium iodida yang ditambahkan ini dapat menaikkan konduktivitas mencapai lebih dari 100% jika dibandingkan dengan konduktivitas cairan ionik yang ditambah grafit pada tabel 4.1. Konduktivitas dari komposit ini naik karena cis-oleil imidazolinium iodida dapat membentuk struktur self assembly yang menyebabkan keteraturan aliran elektron pada sistem pemghantaran arus listrik dalam sistem komposit ini. Pengujian Sel Surya Tersensitisasi Zat Warna Pengujian sel surya dilakukan untuk mengetahui kinerja sel surya dengan melakukan pengukuran karakteristik arus-tegangan (I-V) pada kondisi tersinari dengan menggunakan Solar Simulator 16,6 mW/cm2. Pengujian awal adalah mengukur arus tegangan rangkaian terbuka (VOC) yakni tegangan saat arus bernilai nol. Setelah itu dilakukan pengukuran nilai arus rangkaian pendek yakni ISC yakni
arus yang dihasilkan ketika tegangan bernilai nol. Namun, karena arus yang dihasilkan sangat kecil sehingga tidak bisa terukur pada alat ukur maka dilakukan simulasi untuk mendapatkan arus rangkaian pendeknya. Kurva ini diperoleh dengan menggunakan software Microcal Origin 5 dengan cara memfitting data arus dan tegangan. Grafik arus terhadap tegangan ini dapat dilihat pada gambar 1 sampai gambar 4.
Gambar 1 Grafik I-V Elektrolit dengan 0% Grafit
Gambar 2 Grafik Elektrolit dengan 0,01% Grafit
Gambar 3 Grafik Elektrolit dengan 0,05% Grafit
Gambar 4 Grafik I-V Elektrolit dengan 0,1% Grafit
Kurva arus-tegangan dari setiap elektrolit yang diperoleh menunjukkan pola yang belum ideal, dimana kelengkungan kurva masih landai.. Dari kurva arus-tegangan (IV) tersebut dapat ditentukan parameter-parameter keluaran dari sel surya yaitu arus rangkaian pendek (ISC), tegangan rangkaian buka (VOC), arus maksimum (Imax), tegangan maksimum (Vmax), daya maksimum (Pmax), fill factor (FF) dan efisiensi konversi (η). Efisiensi konversi sel surya dihitung berdasarkan hubungan berikut: dimana Pmax adalah daya maksimum yang dihasilkan sel surya dan Pin
adalah daya sumber cahaya yang digunakan. Daya maksimum diperoleh dari hubungan
dengan fill factor (FF) didapaat dari hubungan berikut:
Hasil perhitungan dari berbagai parameter sel surya tersensitasi zat warna ini terangkum dalam tabel 4.3 Tabel 3 Hasil Perhitungan Pengukuran DSSC Parameter DSSC Vmaks (mV) Pmaks (×10-2mW) Pin (mW/cm2) JSC (mA/cm2) VOC (mV) ISC (×10-2 mA) Fill Factor (%) Efisiensi (%)
Elt 1 0% grafit
Elt 2 0,01% grafit
Parameter
Elt 3 0,05% grafit
Elt 4 0,1% grafit
85
183
166
148
3,57
33,0
33,7
21
16,6
16,6
16,6
16,6
0,0075
0,038
0,042
0,029
230
319
527
323
0,454
2,319
2,549
1,791
33
44
25
36
0,02
0,198
0,203
0,126
Arus keluaran sel surya atau arus rangkaian pendek Isc yang dihasilkan relatif rendah. Rendahnya arus keluaran ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu zat warna (dye) yang digunakan, ukuran dan ketebalan pasta TiO2 yang dideposisikan, dan komposisi elektrolit redoks yang digunakan. Dari hasil pengujian UV-VIS dari dye Eosin Y menunjukkan bahwa dye Eosin Y dapat mengabsorbsi cahaya secara maksimum pada panjang gelombang 530 nm. Jika dibandingkan dengan
dye kompleks rutenium, respon absorpsi dye Eosin Y ini masih relatif rendah, sehingga arus konversi sel surya yang dihasilkanpun rendah [3]. Dari hasil SEM menunjukkan ukuran partikel dari semikonduktor yang digunakan masih relatif besar sekitar 1000 nm (1μm). Ukuran partikel yang besar ini menyebabkan luas permukaan partikel TiO2 menjadi kecil sehingga jumlah dye yang teradsorpsi pada permukaan TiO2 relatif sedikit yang berimplikasi pada rendahnya kinerja sel surya yang dihasilkan. Ketebalan pasta TiO2 yang dideposisikan pada kaca TCO berkisar antara 2µm. Gambar 5 menunjukkan penampang melintang dari hasil SEM pasta TiO2 yang dideposisikan pada kaca TCO dengan perbesaran 10.000 kali.
Gambar 5 Penampang Melintang dari Pasta TiO2 yang Dideposisikan pada Kaca TCO dengan Perbesaran 2.000 kali
Ketebalan pasta ini berpengaruh pada arus yang dihasilkan oleh sel surya, dimana semakin tebal lapisan pasta TiO2 semakin sedikit elektron yang dapat mengalir ke lapisan kaca konduktif TCO. Ini disebabkan karena sebagian elektron ditangkap kembali oleh dye yang teroksidasi. Perlu diketahui bahwa injeksi elektron pada pita konduksi semikonduktor TiO2 berlangsung dalam skala waktu
nanodetik, sedangkan regenerasi zat warna (dye) berlangsung dalam skala waktu mikrodetik. Kedua proses ini bersaing dengan rekombinasi antarmuka dari pita konduksi semikonduktor yang berlangsung dalam skala nano sampai milidetik. Efisiensi unjuk kerja sel surya DSSC tergantung pada kompetisi kinetika transfer elektron ke dan dari zat warna (dye). Adapun perbandingan waktu tranfer elektron ini dapat dilihat pada gambar 6.
jika menggunakan PACB sebagai material transfer elektron. Skema aliran elektron dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Skema Aliran Elektron [9] Langkah 1 : 3I- + 2 dye + ↔ I3- + 2 dye (pada TiO2/media pembawa) Langkah 2 : I3- + 2e- ↔ 3I- (pada grafit/media pembawa) Gambar 6 Perbandingan Waktu Transfer Elektron pada DSSC [2]
Dengan adanya grafit dalam sistem elektrolit redoks ini, diharapkan dapat membantu menyamakan waktu transpor elektron antara zat warna ke semikonduktor dan dari I3- ke zat warna. Dimana grafit berfungsi sebagai material transfer elektron yang memfasilitasi elektron berpindah dari elektroda lawan menuju elektrolit redoks. Dengan adanya grafit maka akan menguangi lamanya waktu difusi untuk I- dan I3dalam elektrolit, dan juga untuk menstimulasi taranspor muatan dan katalis untuk reduksi I3-. Adapun skema aliran elektron dengan adanya grafit dalam elektrolit redoks pada sel surya tersensitisasi zat warna ini dapat diasumsikan sama dengan skema aliran elektron yang terjadi
Penyebab lain dari kecilnya arus yang dihasilkan adalah ketersediaan kopel redoks I-/I3- dalam elektrolit redoks. Elektrolit redoks pada penelitian ini hanya mengandalkan pasokan iodin dari kristal cair ionik yang ditambahkan, yang mana menggunakan iodida sebagai anionnya. Sehingga sistem elektrolit redoks ini disebut dengan sistem free iodine. Jumlah iodin yang ada dalam elektrolit redoks mempengaruhi jumlah arus yang dihasilkan, karena pada saat zat warna memberikan elektronnya kepada semikonduktor, zat warna ini harus segera distabilkan kembali dengan elektron dari I-. Sehingga, idealnya dalam suatu prototipe DSSC jumlah iodin harus lebih banyak dari pada jumlah zat warna yang terabsorbsi.
Nilai faktor pengisian (fill factor, FF) sel surya tersensitisasi zat warna yang telah behasil difabrikasi adalah berkisar antara 25-44 %, ini bersesuaian dengan bentuk kurva arus-tegangan (I-V) yang masih landai. Kurva arus-tegangan yang paling ideal adalah berbentuk segi empat, namun demikian kurva ideal seperti itu tidak akan pernah tercapai karena adanya resistansi dari sel surya. KESIMPULAN Terdapat beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu : 1. ektrolit redoks berbasis komposit elektrolit konduktivitasnya meningkat dengan penambahan grafit. Hal ini dikarenakan grafit yang terdispersi menjadi media transfer elektron. 2. Adanya grafit dalam komposit elektrolit dengan persen grafit sebesar 0,05% menghasilkan kurva arus-tegangan yang paling baik. 3. Elektrolit redoks berbasis komposit elektrolit dengan 0,05% grafit yang terdispersi menghasilkan efisensi sel DSSC terbesar yakni 0,203% (VOC= 527mV), diikuti dengan 0,01% grafit dengan efisiensi 0,198% (VOC=323mV), 0,1% grafit dengan efisiensi 0,126% (VOC=319mV) dan 0% grafit dengan efisiensi 0,02% (VOC=230mV). DAFTAR PUSTAKA Hamakawa, Y. 2004. Thin-film solar cells: next generation photovoltaics and its
applications. springerverlag, Germany, 2004. Colodrero, S., dkk. 2010. Photon Management in Dye Sensitized Solar Cell. Spannyol: Instituto de Ciencia de Materiales de Sevilla. Diedit oleh Radu D. Rugescu dalam buku Solar Energy. India: Intechopen. Wulan, D. 2010. Kinerja Garam Fatty Imidazolinium sebagai Elektrolit Redoks pada Sel Surya Tersensitasi Zat Warna (Dye Sensitized Solar Cell,DSSC, Skripsi Jurdik Kimia UPI, tidak dipublikasikan Chen, F., dkk. 2009. Nanosize Copper Dispersed Ionic Liquids As an Electrolyte of New Dye-Sensitized Solar Cells. Hindawi Publishing Corporation Journal of Nanomaterials Volume 2009, Article ID 472950. Liao, Y., dkk. 2009. Applications of Cu@C Nanoparticles in New Dye-Sensitized Solar Cells, Hindawi Publishing Corporation Journal of Nanomaterials Volume 2009, Article ID 698501 Anthony, J. L., dkk. 2003. Physicochemical Properties of Ionic Liquids dalam Ionic Liquids in Synthesis, P. Wasserscheid dan T. Welton (Eds.), Wiley Verlag, Frankfurt. Puspitasari, D. 2010. Pengolahan Awal Biomassa Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Cairan Ionik Berbasis Kation Benzotriazolium Untuk
Pemrosesan Selulosa Menjadi Glukosa., Skripsi Jurdik Kimia UPI, tidak dipublikasikan Hui, Q. 2009. Preparation and Properties of Graphite Nanopeletes (GNPs) Hydryd Polimer Nanocomposite. Disertasi City University of Hongkong Lee, C. P., dkk. 2010. Iodine-free high efficient quasi solidstate dye-sensitized solar cell containing ionic liquid and polyanilineloaded carbon black. Journal of Materials Chemistry, 20, 2010, 23562361.