BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan analitik-
deskriptif yang sering disebut metode survey. Penelitian deskriptif
bertujuan
memberikan
gambaran
situasi
sosial.
bersifat
untuk yang
Memang
deskriptif,
perhatiannya
pada
mengadakan
lebih
jelas
kebanyakan
lebih
deskripsi tentang
penelitian
spesifik
aspek-aspek
lagi
tertentu
guna
situasisosial
memusatkan
dan
sering
menunjukkan hubungan antar berbagai variabel ( Nasution S,
1987
: 41
).
Apa yang ingin dicapai dengan penelitian deskriptif ini bisa
dipaparkan
sebagai
berikut:
"To
describe
systematically the facts and characteristics of a given
population or area of interest, factually and accurately ( Steppen
Isaac and William B Michael,
1981 : 46 ).
Dengan metode deskriptif peneliti ingin mendeskripsikan fakta
dan
karakteristik
populasi
atau
aspek
tertentu
dari populasi itu secara sistematis, faktual dan akurat. Lebih
jauh
Steppen
Isaac
dan
William
B
Michael
memaparkan :
Descriptive research is used in the literal sense of describing situations or events. It is the accumulation
of
a
data
base
that
is
solely
descriptions,it does not necessarily seek or explain; relationships, test hypotheses, make predictions, or get at meanings and implilcations, although research
171
aimed at these more powerful descriptive method (ibid :42 ).
Dengan digunakan situasi
kata
lain
untuk memahami
atau
peristiwa.
may
penelitian
kenyataan Studi
deskriptif
atas
ini
incorporate
gambaran
merupakan
suatu
akumulasi
"data dasar" yang semata-mata bersifat deskriptif,
mesti
disertai
hipotesis, Namun
penjelasan
membuat
kebanyakan
prediksi
penelitian
saling atau
hubungan, pemaknaan
deskriptif
tidak
pengujian implikatif.
bertujuan
memahami kesalinghubungan antar variabel,
ini
untuk
uji hipotesis,
acuan prediktif dan bernilai implikatif. Melalui gambaran
metoda
akurat
ini
dan
sistematik
karakteristik
populasi
deskriptif
adalah
beberapa
ini
gejala
berlangsung; tertentu
yang
kecenderungan
arahnya.
ini
tidak
bisa
gejala
sosial. -Oleh
akan
tentang
atau studi
kondisi,
hubungan
antar
proses
antar
Meskipun
terdapat
menjaring
yang
berbagai
bahkan
itu
fakta Obyek
teruji,
karena
mendapatkan
tersedia.
variabel,
hubungan
memang
metode
yang
mengenai
atau
saling
peneliti
bisa
variabel diketahui
kritik,
sepenuhnya
dalam
sedang
bahwa
data
atau
pengumpulan
data
tidak cukup hanya dengan mengandalkan satu metode saja, akan
tetapi
perlu
saling melengkapi,
menggunakan
beberapa
untuk memberikan
lebih lengkap dan akurat.
metode
gambaran data
yang yang
Seperti disinggung terdahulu bahwa penelitian ini
akan mengungkap persepsi, komitmen dan partisipasi siswa
dalam
kegiatan
berpengaruh
terhadap
berlangsung di saat
Palang
proses
Merah
Remaja
sikap prososial.
Proses
luar lingkungan sekolah,
pembelajaran
PMR yang
yang
diduga tersebut
terutama pada
dilaksanakan.
Namun
tidak bisa dipungkiri bahwa proses pembentukan diri yang mengarah
pada
sikap
prososial
ini
terbentuk
melalui
kontak sosial di sebarang waktu dan kesempatan, di mana mereka berada dan melakukan relasi sosial. Dengan metode
penelitian ini variabel-variabel
tersebut
tidak hanya
memberi gambaran ditel dan akurat saja, tetapi juga dari padanya
bisa
ditemukan
generalisasi,
setelah
konsep-konsep,
dianalisis
secara
generalisasikuantitatif
maupun kualitatif.
Untuk
mendapatkan
variabel-variabel
di
data
atas,
yang
berkaitan
diperlukaan
dengan
metode
atau
teknik pengumpulan data. Menurut Sudjana ( (1992 : 7-8)
bahwa
pengumpulan data
itu harus
yaitu kebenarannya harus
betul-betul
dipercaya.
"jujur",
Proses pengumpulan
data dapat dilakukan dengan sensus atau sampling. Untuk melakukan
kedua
hal
tersebut
dapat
ditempuh
langkah-
langkah antara lain : (1) mengadakan penelitian langsung ke
lapangan
diteliti
atau
laboratorium
terhadap
obyek
yang
: (2) mengambil atau menggunakan sebagian atau
T7T
seluruhnya dari sekumpulan data yang telah dicatat atau
dilaporkan
orang
pengumpulan
daftar
lain
data
dengan
pertanyaan
sedemikian mengisi Meskipun
mengadakan
telah
sehingga
tahun
dianggap
dengan 70-an
sebagai
kaitannya
menggunakan dilengkapi
Dalam
metode
dengan
angket
data
yang
bersangkutan,
berarti.
Menengah
SMUN-1,
SMUN-2,
dikelompokkan menetapkan
Sedang"
SMUN-12, minimal
disusun
hanya
tinggal
dan
cepat.
observasi
teknik
tunggal
dan
dalam
ini,
metode
observasi
utamanya,
dan dokumentasi,
dibantu
guru pembina tidak
peneliti
oleh
beberapa
PMR di
mengalami
sekolah hambatan
Pengumpulan data dilaksanakan di dua puluh dua
Sekolah
sebesar
dan
metode
penelitian
sehingga
atau
1980 : 72).
peneliti
orang yang diambilkan dari
yaitu
isian
mudah
sebagai
dengan wawancara,
pengumpulan
daftar
disiapkan
pengumpulan data (J. Vandenbregt,
Dalam
angket,
responden
menandainya
sebelum
partisipasi
(3)
menggunakan
yang
rupa,
atau
;
NEM
42.2 0
Umum
Negri
SMUN-3,
ke
dalam
sebagai ke
SMUN-14,
SMUN-4,
dan
SMUN-5,
"Kelompok acuan
atas;
yaitu'SMUN-6,
Kotamadya
Bandung,
dan SMUN-8 yang
Sekolah
penerimaan
kemudian
SMUN-7,
SMUN-20
Unggul" siswa
yaitu SMUN-15,
yang
barunya
"Kelompok
Sekolah
SMUN-9,
SMUN-10,
SMUN-11,
yang
menetapkan
37.09 serta "Kelompok Sekolah Asor"
sebesar 32.11,
yaitu
SMUN-16,
NEM-nya
dengan NEM
SMUN-17,
SMUN-18,
174
SMUN-19,
SMUN-21,
dan
SMUN-22.
Pengambilan
sekolah
tersebut di samping didasarkan atas pengelompokan NEM,
juga didukung oleh data tingkat kelulusan dan penerimaan siswa
yang
masuk
ke
Perguruanb
Tinggi
Negri,
baik
melalui UMPTN maupun PMDK.
Sebelum pengumpulan data
dilakukan
luan di enam SMUN, yaitu SMUN-3,
12,
SMUN-19
DAN SMUN-21.
dilakukan di SMUN-3, angket
maupun
responden
wawancara.
siswa,
SMUN-7,
Sementara
SMUN-12,
SMUN-21,
pendahu
SMUN-10,
itu
Angket
sedangkan
studi
uji
SMUN-
instrumen
baik untuk uji
dialamatkan
wawancara
pada
ditujukan
kepada
para pembina dan kepala sekolah.
Dalam pengedaran dan pengumpulan angket
oleh
peneliti dibantu oleh
para
pembantu
dilakukan
yang
diambil
dari guru dan pembina PMR di sekolah yang bersangkutan. Data
yang
diperoleh
kuantitatif, wawancara
B.
melalui
sedangkan
dianalisis
angket
data
yang
dianalisis
diperoleh
secara
melalui
secara kualitatif.
Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen
dari
setiap
yang
digunakan
variabel
yang
untuk
berupa
mendapatkan
angket
data
disusun
berdasarkan "pair comparasion" yang dikembangkan Rensis Likert.
Kepada
jawaban yang
responden
ekstrim dari
diberikan
lima
dua
jawaban yang
alternatif
tersedia.
175
Ada sebuah pilihan yang berupa kompromi atau netral dari
dua alternatif ekstrim tersebut,
sedangkan yang kedua
lagi satu cenderung "ekstrim meneriraa atau menolak" yang satunya
tidak
lagi
cenderung
setuju".
pernyataan
ke
arah
"ekstrim
Setiap pernyataan
tunggal,
tidak
menolak
diupayakan
bersifat
mendua.
atau
merupakan Alternatif
jawaban yang tersedia bermuatan pernyataan
mulai
dari
sangat setuju sampai kepada sangat tidak setuju,
atau
sebaliknya,
namun
sebagian
dimodifikasi
dengan
pernyataan
kalimat
jawaban
pokok.
ada
dikembangkan
Dengan
yang R.
kata
terbesar
redaksinya
dengan
menggunakan
lain,
menggunakan
Likert,
tetapi
dalam
"pola ada
alternatif
murni"
yang
juga bahkan
lebih
banyak yang maksudnya sama dengan "pola murni Likert",
tetapi dimodifikasi menjadi kalimat pendek dan padat. Sebenarnya penggunaan pola murni Likert ini lebih
mudah
dipahami oleh responden
yang menggambarkan
data
tingkatan sikap. Namun karena pertimbangan budaya bangsa Indonesia yang lebih cenderung memilih pernyataan yang bersifat positif, sesuai.
maka pola murni ini dipandang kurang
Tentunya
kecenderungan
demikian,
kekurangtegasan pernyataan apa yang diketahui,
dan
yang
dikehendaki
ini akan
mengganggu
penelitian. Oleh sebab itu dipilihnya model
atau
dirasakan
obyektivitas "modifikasi
176
pola Likert" tersebut dengan catatan tetap terikat oleh pola konsep Likert.
Yang
harus
instrumen pola dengan
Likert
yang
menggunakan
ditangkap
oleh
pernyataannya
pengalaman, mana
mendapat harus
pengisian
angket
kesulitan
"dibantu"
di
mudah
dan
materi
bertempat tersebut
samping
menyatakan oleh
sederhana,
lingkungan perkotaan
itu
lama,
sebaiknya
latar belakang pendidikan,
responden
agak
penyusunan
ini
komunikatif
pengetahuan maupun
Konsekuensinya
yang
yang
responden,
dengan
dalam
dimodifikasi
bahasa
sesuai
para
waktu
dipertimbangkan
itu
atau
peneliti
tinggal. membutuhkan
responden
memberikan
atau
di
para
yang
jawaban pembantu
peneliti.
Setiap alternatif jawaban diberi
5 mulai dari yang
jawaban yang
tertinggi
setiap
item
responden
untuk
diberi
mendapat
1,2,3,4
dan
terendah tingkatannya sampai
perhitungan
nilai skor
skor
lalu
dari
seterusnya.
Setelah
dijumlahkan,
penjumlahan
setiap
skor
setiap
angket
untuk
item pada masing-masing variabel. Syarat-syarat
variabel-variabel pembeda
yang
serta adanya
jelas
dalam
penyusunan
tersebut
diperlukan
dan
tajam
reliabilitas
Dalam analisis
variabel
antara
adanya
skala-skala
sejumlah item yang
pesepsi,
fungsi
komitmen,
itu
dijaring.
partisipasi
T7T
dan
prososial
Kotamdya
yang
Bandung
mewarnai
ini
masih
peserta
berada
didik
dalam
PMR
rumpun
SMUN
sikap.
Alport mendefinisikan sikap sebagai :"An attitude toward
any object,
idea or person is an enduring system with a
cognitive
component,
behavioral
tendency
an
affective
( Mar'at
lain sikap memiliki tiga kognitif,
yang
1981
: 13
(2)
dengan
: (1)
komponen afektif,
diri
atau
representasi
individu
yaitu
;
(3)
komponen
kecenderungan
sesuatu
lewat
terhadap
atau
cara
suatu
simboliknya
kecondongan
tertentu
obyek,
dengan
peristiwa
kata
ide,
yang terdiri peristiwa,
bangkit
behavioral
a
komponen
keyakinan,
atas perasaan atau emosi dimana obyek aktual,
situasi
and
). Dengan
komponen yaitu
berhubungan
gagasan dan konsep ;
component
di
dalam
dari
untuk
sikap, berbuat
acuan
tertentu
atau
situasi.
Pendekatannya terletak pada kecenderungan berbuat,
bukan
pada perilakunya itu sendiri.
Pemikiran di dalam
memilih
mikro
individu
atas
variabel di
dijadikan yang
atas,
titik-tolak dan acuan
menyangkut
yang
psikhis
dituangkan
di
atau dalam
pernyataan masing-masing item.
1.
Penyusunan Angket Variabel Persepsi
Definisi
operasional
persepsi
terhadap
palang
Merah Remaja adalah gambaran kognitif para anggota PMR
terhadap
seluk-beluk
ke-PMR-an,
di
antaranya
tentang
prinsip-prinsip PMR, PMR,
target
dan
tujuan
program kegiatan, PMR,
yang
aneka macam program dan kegiatan yang
tugas dan
kemudian
ingin
dicapai
dalam
kewajiban sebagai anggota
mewarnai
persepsi
serta
kesadaran
anggota PMR ini terhadap PMR.
Gambaran
kognitif
dan
kesadaran
seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, psikhologis, masa
lalu
PMR,
maka
(
Krech
persepsi
nilai-nilai kejiwaan,
keinginan
dan
David,
motiv,
1988
terhadap
sosial,
serta
:17
).
PMR diduga
lingkungan
terdapat
muatan
rana
struktur
pengalaman
Dalam
konteks
diwarnai
fisik,
motiv dan pengalaman masa lalunya.
persepsi
kognitif,
ini
oleh
kondisi Di
dalam
afektif
dan
behavioral.
a.
Rana
kognitif,
pemahaman rinci berikut
(1)
tentang PMR,
adalah
memiliki
dengan indikator sebagai
:
mengenai
dasar
ciri-cirinya
di
dan
dalam
memahami PMR
asas,
lalu
tujuan
dicocokkan
dan dengan
prinsip nilai
sosial-budaya, motiv serta pengalaman masa lalunya ;
(2)
mengenai
program
dan
kegiatan
memahami PMR
baik
tugas, di
kewajiban lingkungan
serta tempat
belajar-mengajar maupun di lingkungan yang lebih luas
i /y
(3)
mengetahui cara kerja pengurus dan hubungan kerja
keorganisasian antara pengurus dengan pengurus maupun antara pengurus dengan anggota ;
(4)
mengetahui
yang
cara kerja
diterapkan
aktivitas
b.
serta
yang baik, situasi
metode
kegiatan
relasional
dalam
PMR.
Rana
afektif,
adalah
peserta
merasakan bahwa pengetahuan dan pemahamannya
terhadap
PMR ini
sesuai dengan motivasi dan nilai-nilai
relijiesnya,
(1)
ciri-cirinya
sosio-
dengan indikator-indikator :
merasakan
bahwa prinsip-prinsip
PMR memang
cocok
dengan norma dan nilai ajaran yang dianutnya ; (2)
merasakan bahwa kegiatan PMR ini memberikan nilai
tambah
bagi
pengalaman
dirinya,
organisasi
baik
dalam
maupun
arti
prinsip
pengetahuan,
tolong-menolong
terhadap sesama ;
(3)
merasakan
kegiatan
PMR
masyarakat
(4)
merasa
nilai
baik
untuk
dan
dirinya
manfaat
maupun
mengikuti
keluarga
dan
keikutsertaan
dan
;
puas
dan
keterlibatan mereka
c.
guna
Rana
di
bangga
dengan
dalam PMR.
behavioral,
memiliki
kesadaran,
kecenderungan dan pertimbangan tertentu demi
kemajuan
dan perbaikan PMR seperti kemauan untuk memajukan PMR,
memberikan kontribusi bagi perbaikan dan kemajuan PMR,
serta kesediaan menjaga nama baik PMR dengan indikator sebagai berikut :
(1)
cenderung
untuk
mempunyai
memperbaiki
dan
kesadaran
dan
meningkatkan
keterikatan
pengetahuannya
tentang PMR.
(2)
cenderung
untuk
memahami
lebih
dalam
tentang
seluk-beluk PMR ;
(3)
cenderung
untuk
memberikan
kontribusi
bagi
peningkatan dan pengembangan PMR ;
(4)
cenderung
untuk
membela
nama
baik
PMR
jika
ada
orang yang tidak mengindahkan missi dan fungsi-fungsi PMR.
Setelah
butir-butir
yang
terdapat
indikator setiap rana tersebut dijabarkan, item
yang
dituangkan
di
dalam
dalam
terdapat 12
pernyataan.
Meskipun
sebenarnya masih banyak yang bisa dikembangkan,
namun
karena pertimbangan waktu dan kesediaan para responden untuk
mengisinya
diusahakan
jumlah
secara item
cermat
tidak
dan
terlalu
seksama, banyak,
maka tetapi
aspek-aspek yang essensial dari persepsi tersebut bisa terangkum dan mewakili.
2.
Penyusunan Angket Variabel Komitmen Terhadap PMR Definisi operasional komitmen terhadap PMR adalah dorongan diri seseorang untuk mengikatkan diri
secara
ikhlas
yang
didasari
persetujuan serta
oleh
kebutuhan,
kesetiaan,
kedekatan,
dicasarkan
pada ikatan
batin, persaudaraan atau perasaan senasib-seperjuangan yang terwujud dalam ikatan atau kegiatan bersama.
ini
Komitmen terhadap PMR
di dalam kelompok sosial
terjadi
interaksi
karena
adanya
antar
anggota
dengan faktor utama : (1) interrelationship of persons ; (2) an interplay of personality ; (3) a moving unit
interacting
personality
( Park
and Burgess,
dalam
Astrid S Susanto, 1983 : 38) . Dengan tiga unsur utama di
dalam komitmen tersebut
kelompok,
akan menumbuhkan
sehingga mempunyai
kekuatan
komitmen
sikap anggota
kelompok dan rasa kepemilikan terhadap kelompok,
yang
dalam hal ini terwadahi di dalam organisasi PMR.
Ikatan
di
didasarkan kegiatan
dalam
pada
Palang
solidaritas
ekstrakurikuler
kemanusiaan. menyerupai
Komitmen ikatan
dan
yang
para
Merah
Remaja
kesamaan
dilandasi
anggota
PMR
lebih
pilihan
oleh
missi
ini
lebih
"geimenschaft'dibandingkan
dengan
ikatan "geisselschaft". Cohessiveness antar anggotanya tidak
didasarkan
melainkan mengacu
atas
didasarkan
pada
kenetralan, kesemestaan.
pertimbangan
pada
prinsip-prinsip kemandirian,
ikatan
untung-rugi,
emosional
kemanusiaan,
kesukarelaan,
yang
kesamaan,
kesatuan
dan
Rana
a.
peserta
kognitif
PMR
menyadari
dari anggota
oleh
komitmen,
bahwa
ciri-cirinya
dirinya
lain dalam organisasi
nilai-nilai
serta
missi
tak
PMR,
dan
adalah
terpisahkan
yang diikat
tujuan
yang
dikembangkan di dalam PMR dalam suasana yang membuat kepuasan dan kebahagiaan, dengan indikator-indikator :
(1)
memahami
bahwa dirinya adalah merupakan
bagian
dari kelompok yang diikat oleh visi dan missi PMR ;
(2)
memahami
sadar
akan perlunya
untuk
mewujudkan
menjadi
anggota
kebersamaan
dalam
PMR,
dan
mencapai
tujuan PMR ;
(3) menyadari akan ikatan "ideologi kemanusiaan" yang ditumbuhkembangkan oleh organisasi PMR ;
(4)
menyadari
akan
arti
penting
keterlibatannya
di
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PMR ;
Rana
b. peserta
afektif komitmen,
PMR merasa
mengikuti
bahwa
ciri-cirinya
dengan menjadi
kegiatan PMR dirinya merasa
adalah
anggota
terpaut
dan
serta
terikat dengan anggota lainnya, serta terikat dengan kepentingan
organisasi
PMR,
dengan
indikator-
indikatornya sebagai berikut :
(1)
merasa
bahwa
ia
terpanggil
untuk
memenuhi
panggilan PMR bersedia bekerja sama dengan siapa saja di dalamnya,
serta merasa terikat dengan anggota lain
di dalam PMR ;
I5T^
(2) merasa senang, bangga dan bahagia jika PMR di mana
ia bergabung mengalami perkembangan dan kemajuan, dan sebaliknya
kecewa
apabila
mengalami
kemunduran
atau
ketidakberesan ;
(3) merasa lega dan bahagia apabila segala tugas dan kewajibannya di PMR telah dilaksanakan dengan baik ; (4)
merasa senang apabila dalam mencapai prestasi di
dalam PMR ia ikut serta di dalamnya, dan merasa sedih
seandainya ia tidak ikut berpartisipasi di dalamnya, atau prestasi yang dicapainya tidak sesuai target. c. Rana behavioral komitmen, yang
bersangkutan
kecenderungan
ciri-cirinya bahwa
mempunyai
bekerja
sama
yang
keinginan
melibatkan
dan
anggota
kelompoknya dalam keterpautan dan keterikatan bersama, dengan indikator-indikator :
(1)
cenderung
organisasi
PMR
untuk
dan
mematuhi
terlibat
segala
dalam
ketentuan
setiap
kegiatan
dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi ; (2)
cenderung
pemecahan
jika
ingin
di
terlibat
dalam
dalam
organisasi
upaya
terdapat
mencari
masalah
yang membutuhkan jasanya untuk mencapi solusi terbaik;
(3)
akan
senantiasa
berusaha
ikut
secara aktif dalam setiap kegiatan PMR ;
berpartisipasi
qs
(4)
cenderung
bersedia
berusaha
meluangkan
memenuhi
panggilan
PMR,
waktu-tenaga-pikiran
dan
untuk
kepentingan PMR.
3.
Penyusunana Angket Variabel Partisipasi Partisipasi
perseorangan
tertentu.
anggota
maupun
PMR
kelompok
adalah dalam
keterlibatan
suatu
kegiatan
Keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan
ini tidak hanya dalam arti fisik semata, melainkan juga keterlibatan ruhaniah maupun perasaannya di dalam suatu kelompok serta memikul 1962:
tanggung jawabnya
(Keith Davis,
153).
Partisipasi anggota di dalam PMR ini adalah segala
perilaku aktif dan nyata serta menyeluruh dari anggota untuk mengambil peran serta dalam kegiatan, pengambilan
keputusan, para
maupun penerapan
anggota,
mental,
yang
emosional,
di
kebijakan
dalamnya
motivasi
yang disepakati
meliputi
untuk
keterlibatan
berkontribusi
serta
penerimaan tanggung jawab.
a. Rana kognitif partisipasi : ciri-cirinya anggota PMR memahami bahwa dirinya mempunyai panggilan keterlibatan
dalam penentuan kebijakan, pengambilan keputusan maupun realisasi
program
indikatornya :
kegiatannya,
dengan
indikator-
185
(1)
Memahami
dibutuhkan
bahwa
menjalankan
keperansertaan
bersama-sama
pengurus
seluruh
mempunyai
organisasi
anggota
tanggung
ini
PMR,
yang
jawab untuk
mensukseskannya ;
(2)
memahami bahwa melaksanakan kegiatan organisasi
merupakan tugas dan kewajiban bersama ;
(3)
memahami
kemanusiaan bagi
bahwa
adalah
setiap
pekerjaaan-pekerjaan
merupakan
anggcta
PMR,
suatu
sehingga
hal
sosial
yang terpuji
mereka
sadar
akan
arti pentingnya keberadaan PMR ;
(4)
di
memahami bahwa masing-masing diri sangat berarti
dalam
organisasinya,
sehingga
sedapat
mumngkin
diupayakan mengambil peran serta dalam setiap kegiatan. b.
Rana
afektif
partisipasi
: ciri-cirinya
adalah
merasa ikut serta memikul kewajiban dan tanggung jawab, serta
merasa
terlibat
dalam
mengikuti
secara
mental
setiap program
maupun
kegiatan
emosional
PMR,
dengan
jawab
apabila
indikator-indikatornya:
(1)
Merasa
senang
dan
penuh
tanggung
menerima tugas-tugas dari PMR:
(2)
merasa bangga dan bahagia apabila tenaga-pikiran-
waktu dan miliknya dipergunakan untuk kepentingan PMR : (3)
memiliki kesediaaan untuk berperan serta di dalam
PMR meskipun dia sendiri harus berkurban untuk PMR:
186
(4)
merasa cocok dengan apa
anggota PMR,
yang dilakukan oleh para
sehingga merasakan kenikmatan dan kepuasan
dalam pergaulan di PMR.
c. Rana behavioral : ciri-cirinya berperan serta secara sadar
dan
segala
penuh
bentuk
tanggung
jawab
kegiatan
PMR,
secara
optimal
dengan
dalam
indikator-
indikatornya :
(1)
Mematuhi
dan
melaksanakan
segala
ketentuan
dan
kode etik PMR ;
(2)
lebih mementingkan kegiatan PMR daripada kegiatan
lain,
yang nilai kegiatannya setara :
(3)
mengikuti
bermanfaat
beberapa
dalam
kehidupan
rapat,
pendidikan,
(4)
mengambil
kegiatan dan
yang
penting
kemajuan
PMR
dan
misalnya
latihan ke-PMR-an dan Iain-lain :
langkah-langkah
konkrit
apabila
ada
pihak-pihak yang mengganggu kelancaran program PMR.
4. Menyusun angket variabel prososial. Prososial
yaitu
suatu
merupakan
kesadaran
perbuatan-perbuatan
nyata
sebagian dari
individu ataupun
sikap sosial,
yang yang
menentukan
mungkin
akan
terjadi di dalam kegiatan sosial. Dengan kata lain pro sosial
dipahami
sebagai
keadaan
dalam
yang menggerakkan untuk bertindak,
perasaan
tertentu
di
dalam
diri
seseorang
menyertai
perasaan-
menanggapi
obyek,
yang
T8X
terbentuk disini
atas
dasar
adalah
unsur-unsur
Obyek
sosial
yang
diwarnai
oleh
kerjasama,
suka
menolong
suka
interaksi
simpati,
menyelamatkan,
pengalaman-pengalaman.
membantu
kesulitan,
menyenangkan
orang
lain, bersedia memberi sesuatu kepada orang lain, yang diliputi perasaan suka rela.
Prososial sering dipakai dalam disiplin psikhologi
sosial, yang diartikan sebagai kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan nyata terjadi
di
dalam
dalam
Abu
dalam
james
menerangkan
kegiatan-kegiatan
Ahmadi, W
1979
Vander
bahwa
;
52) .
Zanden
prososial
kegiatan yang mencakup:
ataupun sosial
Thomas
itu
:
mengambil
(1)
(WJ.
Sementara
(1984
yang akan
Wispe
273-274)
berbagai
simpati,
pada
bentuk
umumnya
merupakan acuan untuk peduli atau mengambil bagian atas
penderitaan
maupun
sama,
menyatakan
yang
bersedia tidak
kesedihan
bekerja
sama
didasarkan
atas
orang
bahwa
lain
individu
dengan
orang
perolehan
;
itu
lain,
akan
dan
tetapi
:
(3)
pemberian bantuan,
yang
atau kelompok lain,
sehingga mereka mencapai obyek atau
tujuan yang
yang diinginkan
mendorong
:
seseorang
(4) untuk
kepada
kerja
mampu
keuntungan
dialamatkan
(2)
orang
lain
pemberian pertolongan, memberi
sesuatu
kepada
orang lain atau kelompok lain atas apa yang diperlukan untuk mencapai
sasaran
atau
tujuan
;
(5)
pemberian
188^
donasi,
yang
menunjukan
pemberian hadiah atau beramal-derma
: dan
perilaku
karena
kegunaan
atau
mengharapkan
a.
merasa
(6)
suka
berupa
biasanya dalam rangka rela,
didorong oleh keuntungan
yang
menimbulkan
keinginan untuk
bagi
orang
memberi
lain
tanpa
ciri-cirinya memahami bahwa perhatian dan
adalah
senang
mengurangi
sumbangan,
perilaku
balasan dari pihak lain.
Simpati,
kepedulian
kepada
merupakan
apabila
penderitaan
sikap
terpuji,
"merasakan"
orang
lain,
hingga
ia
dan
sekaligus
dengan
indikator-
indikatornya :
(1)
Memahami
bahwa
kepedulian
dan
perhatian
kepada
sesama merupakan suatu yang terpuji ;
(2)
memahami
penderitaan
bahwa atau
apabila
kesusahan,
ada
orang
seharusnya
yang'
mengalami
diberi
bantuan
untuk mengurangi kesusahan maupun penderitaan itu:
(3)
pihak
merasa terpanggil untuk berperan serta apabila ada
lain
yang
memandang agama,
(4)
merasa
terkena
musibah
atau
bencana,
tanpa
ras maupun kebangsaannya :
tersentuh
hatinya
apabila
menyaksikan
penderitaan dan kesulitan orang lain : (5)
ada kesediaan dan kecenderungan mengulurkan tangan
bagi sesama yang tertimpa bencana, misalnya kecelakaan, tertimpa bahaya, musibah dan Iain-lain ;
189
(6)
bersedia mengambil bagian dalam membantu kesulitan
dan kesusahan orang lain.
b. Kerja sama,
ciri-cirinya bahwa individu itu memahami
akan arti pentingnya bekerja sama sehingga, senang
dan
puas
apabila
ikut
serta
ia merasa
dalam
kegiatan
bersama di PMR itu,
dan siap untuk melaksanakan tugas
serta
kemanusiaan,
kewajiban
dengan
indikator-
indikatornya :
(1)
Memahami bahwa bekerja sama dalam menolong sesama
adalah sikap dan perbuatan yang baik serta terpuji ; (2)
memahami
tugas-tugas
bahwa
kerja
organisasi
mempunyai nilai
sama
maupun
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
kemanusiaan
dan makna yang dalam bagi setiap diri
yang hidup di tengah-tengah masyarakat ;
(3)
merasa senang apabila dia mendapat pengakuan dalam
kelompok,
sehingga bisa bekerja sama dengan baik dalam
berbagai hal ;
(4)
merasa
masalah
yang
puas
apabila
dihadapi
bisa
bersama
mencari oleh
penyelesaian
suatu
kelompok,
dimana ia berada di dalamnya ;
(5)
siap
sedia
untuk
bertanggung
jawab
apabila
oleh
anggota kelompok dipercaya sebagai pemimpin kelompok ;
(6)
memiliki
kecenderungan untuk melakukan pekerjaan,
atau memecahkan masalah kelompok dengan bersama-sama.
190
c.
Suka
memberi
bantuan,
individu
itu
memahami
bahwa
saling bantu terhadap kesulitan sesama merupakan sikap yang
positif,
apabila
sehingga
mampu
memberi
membutuhkannya,
melakukannya
merasa
bantuan
dengan
dengan
ia
terhadap
demikian
tanpa
puas
ia
dan sesama
bersedia
mengharapkan
senang yang untuk
keuntungan
material, indikatcr-indikatornya :
(1)
Memahami bahwa orang lain yang mengalami kesulitan
harus diberi bantuan ;
(2)
memahami bahwa hidup ini tidak bisa mengandalkan
kemampuan sendiri, karena itu butuh saling bantu antar s e s ama
(3)
;
merasa prihatin dan sedih apabila tidak bisa ikut
serta membantu kesulitan atau penderitaan orang lain ;
(4)
merasa
sedih
dan
prihatin
apabila
tertimpa musibah atau kecelakaan
apalagi
orang
lain
kalau tidak
ada yang memberi bantuan;
(5)
kesediaan dan kecenderungan memberi bantuan kepada
orang lain yang membutuhkannya;
(6)
kesediaan
dan
kecenderungan
mengulurkan
bantuan,
apabila melihat orang lain dalam kesulitan atau bahaya; d.
Suka
meberi
pertolongan
ciri-cirinya,
individu
memahami bahwa menolong orang lain atau kelompok lain yang
ditimpa
mala
sehingga ia merasa
petaka,
musibah
lega jika orang
atau
kecelakaan,
lain terentas dari
191
kesulitan tersebut.
Dengan demikian ia selalu bersedia
memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukannya baik diminta atau tidak, indikator-indikatornya; (1)
Memahami bahwa pertolongan yang diberikan
orang
lain
yang
memerlukan
itu mempunyai
kepada
arti
yang
dalam bagi yang menerima pertolongan;
(2)
memahami bahwa memberi
manusia
itu
merupakan
pertolongan
panggilan
kepada sesama
kemanusiaan
dan
perbuatan terpuji ;
(3)
merasa
senang
pertolongan
dan
puas
kepada
apabila
orang
mampu
lain
memberikan
yang
sangat
membutuhkannya ;
(4) merasa sedih apabila orang lain mengalami kesulitan atau penderitaan ;
(5)
jika
ada
orang
lain
yang
sedang
dalam
kesulitan
selalu bersedia memberikan pertolongan ; (6)
kecenderungan menolong orang lain
dalam kesulitan
lebih awal, sehingga tidak didahului oleh pihak lain.
e. Sikap dermawan ( suka memberi donasi ), ciri-cirinya adalah
bahwa
individu
sumbangan
yang
kesulitan
dalam
tenteram
kesulitan demikian
dan
ia
menyadari
arti
kepada
orang
diberikan
kehidupannya,
damai
itu
itu
apabila
teratasi
bersedia
sehingga
orang
berkat
memberikan
dan manfaat
lain
yang
ia
merasa
yang
dilanda
bantuannya,
dengan
lain
derma
kepada
yang
memang memerlukannya sesuai kemampuan yang ada, indikator-indikator
(1)
dengan
:
Memahami bahwa derma yang diberikan kepada mereka
yang ditimpa musibah atau bencana itu sangat membantu mengatasi kesulitan hidup mereka ;
(2)
memahami
bahwa
derma
yang
diberikan
oleh
mereka
yang berlebihan kepada mereka yang kekurangan merupakan kewajiban moral maupun sosial ;
(3)
merasa senang dan bangga apabila mampu memberikan
derma kepada orang lain yang sangat memerlukan bantuan;
(4)
merasa
sedih
apabila
tidak
mampu
turut
serta
meringankan kesulitan orang lain, seperti dalam masalah keuangan ;
(5) jika ada orang yang mengalami kesulitan biaya untuk memenuhi
kebutuhan
pokok,
ia
bersedia
membantu
meringankan beban itu, baik secara langsung atau tidak langsung ;
(6)
kecenderungan
kepada
yang
keuangan,
f.
Sikap
memahami
dan
memang
kesediaan
berhak
membantu
untuk
keuangan
diberikan
bantuan
seperti terhadap fakir-miskin ;
suka
rela,
ciri-cirinya
adalah individu
bahwa pemberian baik moril,
materiel,
itu
maupun
tenaga, harus dilakukan dengan suka rela tanpa pamrih,
sehingga
ia
mendarmabaktikan
merasa
senang
dirinya
demi
apabila orang
lain
mampu atau
1VJ
masyarakat mempunyai sosial
luas,
di
kecenderungan
meskipun
Memahami
dengan
tanpa
memahami
mereka
yang
bersedia
melakukan imbalan
dan
pekerjaan
materi,
dengan
:
bahwa
jika
pamrih
yang berbeda agama, (2)
selalu
untuk
tidak mendapat
indikator-indikator
(1)
samping
membantu
materi,
seseorang
meskipun
dilakukan
terhadap
mereka
suku atau kebangsaan ;
bahwa
bantuan
memerlukan
atau
merupakan
pertolongan
panggilan
kepada
jiwa
dan
memenuhi tugas kemanusiaan ;
(3)
merasa senang dan rela apabila dipercaya oleh orang
di
sekitarnya
untuk
diberi
amanat
pengelolaan
organisasi dimana ia termasuk anggotanya ; (4) Merasa senang dan bangga karena bisa menolong orang
lain yang ditimpa bahaya,
meskipun pekerjaan itu penuh
resiko bagi dirinya ;
(5)
Bersedia
dan
cenderung
melakukan
pekerjaan
yang dibebankan kepadanya dengan sepenuh hati, tidak ada imbalan materiel
(6)
sosial
meskipun
;
Bersedia dan sanggup merelakan apa yang dimilikinya
untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Seluruh
item
dari
variabel-variabel
itu
disusun
dalam daftar angket yang terdiri atas lima bagian ; 1)
Berisi
siswa
;
tentang
informasi umum dan
latar belakang
2) Berisi tentang angket persepsi ; 3) Berisi angket tentang variabel komitmen ;
4) Berisi angket tentang variabel partisipasi dan
5)
Berisi angket tentang variabel prososial.
variabel
dituangkan
dalam
angket
Setiap
diperi
secara
terpisah, meskipun disatukan dalam berkas yang sama. Sementara itu untuk mengumpulkan data dari responden
pembina PMR berikut latar belakangnya,
tidak
menggunakan
angket
serta pelatih PMR
melainkan
dengan
metode
wawancara.
Sedangkan data pelengkap tentang ke-PMR-an di
lingkungan
SMUN,
diperoleh
dari
Markas
Daerah
PMI
Jawa
Barat dan Cabang PMI Kotamadya Bandung.
C.
Uji Coba Instrumen
Pada awal Oktober sampai akhir November 1991 diadakan
observasi awal ke SMUN-3,
19,
dan SMUN-21.
SMUN-7,
SMUN-10,
Dalam observasi
SMUN-12,
SMUN-
awal tersebut penulis
mengumpulkan beberapa informasi awal tentang kegiatan PMR di sekolah-sekolah tersebut. Sebagai kelengkapan data awal dan
seluk-beluk
ke-PMR-an
penulis
mencari
data
dan
informasi kepada Pengurus PMI di Markas Daerah Tingkat I Jawa Barat dan PMI Cabang Kotamdaya Bandung.
Setelah memperoleh gambaran awal tentang kegiatan kePMR-an
di
disusunlah
sekolah
proposal
dan
sentra-sentra
penelitian
kegiatan
secara
PMR,
lengkap,
maka
berikut
195
instrumen
penelitiannya.
penelitian,
maka
Untuk mengujicobakan
diambil
setelah
memperoleh
Bandung
dan
SMUN-3,
surat
surat
ijin
SMUN-12
pengantar
dari
dan
dari
Kepala
instrumen
SMUN-21,
rektor
Direktorat
IKIP
Sosial
Politik Propinsi Daerah tingkat I Jawa Barat dan Kepala Kantor
Wilayah
melakukan
Depdikbud
Propinsi
penelitian pendahuluan
instrumen
dilaksanakan
Jawa
Barat.
dalam
terlebih
rangka
Sebelum
uji-coba
dahulu
dilakukan
penjajagan di sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian ; Pengurus
pengurus
PMI Markas
PMI
Cabang
Daerah
Bandung
Tingkat I Jawa
Barat
guna mendapatkan
sebanyak dan selengkap mungkin,
dan
informasi
baik melalui keterangan
lisan maupun dokumen tertulis.
Setelah
angket disusun dan dianggap
memadai,
maka
angket diujicobakan kepada calon responden. Yang pertama
kali
diperhatikan
oleh
peneliti
adalah
pemahaman
redaksional angket oleh para calon responden serta waktu yang
digunakan
terdapat
calon
untuk
beberapa
responden,
mengisinya.
istilah
jumlah
yang
penyederhanaan
kalimat
kurang
itemnya
sehingga menimbulkan kejenuhan.
dan
Pada
yang
uji
dimengerti
terlalu
Atas dasar
pengurangan
coba
ini oleh
banyak,
itu dilakukan
item
dari
116
menjadi 98 item.
Bersamaan dengan penyusunan 98 item untuk responden siswa anggota PMR,
juga disusun panduan wawancara untuk
196
pimpinan sekolah, pembina dan pelatih PMR serta pengurus PMI
Cabang
Kotamadya
Bandung.
Setelah
diedarkan pada ketiga sekolah ( SMUN-3,
21 ) tersebut,
angket
tersebut
SMUN-12 dan SMUN-
lalu diolah can dilakukan uji validitas,
reliabilitas, normalitas dan u;i varians.
1.
Uji Validitas
Untuk uji validitas menggunakan
dengan
Karena
internal,
kriteria
pendekatan
kriterianya
internal
digunakan
skor
item
setiap item dilakukan dengan
skor
dianggap
yang
sering
disebut
consistency, total
sebagai
keseluruhan
berskala
interval,
test.
maka
digunakan teknik korelasi product-moment dengan rumus : XiX r
XiX
=
;Xi)
(X)
x
V^Xi - _(X)_ ] [X - 00 N
]
N
Setelah dihitung ternyata adalah sebagai berikut : Pada variabel persepsi, komitmen dan partisipasi di
dalam Palang Merah Remaja seluruhnya valid. Sedangkan pada variabel prososial terdapat tiga item yang tidak valid, yaitu item nomor 28,29 dan nomor 32.
2.
Uji reliabilitas
Untuk uji reliabilitas digunakan metode consistency yang hanya memerlukan sekali penyajian saja atau dikenal
dengan
single-trial administration, sehingga masalah yang
timbui karena pengulangan bisa dihindari. Adapun prosedur yang
ditempuh,
adalah
yang
menghasilkan
reliabilitas belah-dua (split-half), berikut
Yi)
(Y;)
2
2
V[Yi -
2
(Yi) ]
[Y2 -
N
rYiY2 ini
Prosedur
2
(Y2) N
baru merupakan
kedua belahan test,
test.
dengan rumus sebagai
:
rY:Y; =
harga
estimasi
koefisien
belum merupakan
koefisiensi
korelasi
antara
koefisien reabilitas
reliabilitas
X
selanjutnya
menggunakan formula sperman-Brown Propecy, karena terdapat alasan kuat bahwa belahan Yi dan Y2 adalah paralel, dengan rumus
:
2r
rxx'
=
Y1Y2 1
+
r Y1Y2
Dengan
menggunakan
kedua
rumus
tersebut
diperoleh
koefisien reliabilitas sebagai berikut : Untuk
variabel
koefisien reliabilitas kepercayaan
0.99
persepsi
terhadap
PMR
diperoleh
(rxx) = .699 reliabel pada tingkat
maupun
0.95.
Pada
variabel
komitmen
dengan PMR diperoleh angka koefisien reliabilitas =
.603,
reliabel
0.95.
pada
tingkat
kepercayaan
0.99
maupun
sementara itu pada variabel prososial diperoleh koefisien
reliabilitas
=
.603,
reliabel
pada
tingkat
kepercayaan
0.99 maupun 0.95.
3.
Uji Normalitas
Data yang diperoleh dari
uji
coba
kuadrat,
instrumen
diperoleh
dengan rumus
2
ketiga SMAN tempat
dengan
menggunakan
Chi-
:
2
X =
( Fo -
Fe )
Fe
Pada
variabel
berikut
(1)
persepsi
diperoleh
keterangan
sebagai
:
"x = 39 ; s = 3.25 2
(2)
X = hasil perhitungan sebesar 0.335,
pada tabel 3.84
pada tingkat kepercayaan 0.95 dengan df = 1
(3)
dengan demikian angka hitung penyebaran chi-kuadrat
lebih
kecil
signifikan.
variabel
pada
Kesimpulannya
berdistribusi
Pada
dari
angka bahwa
tabel,
jadi
variabel
tidak
komitmen
normal.
partisipasi
diperoleh
perhitungan
sebagai
berikut:
(1)
x
=
37,345;
s = 2.649
2
(2)
X
= hasil perhitungan sebesar 0.610,
pada tingkat kepercayaan 0.95 dengan df=l
pada tabel 3.85
(3)
dengan der.ikiar. angka r.itur.g penyebaran chi-kuadrat
lebih kecil
dari caia angka tabel, jadi tidak signifikan.
Kesimpuiannya
bahwa
variabel
partisipasi
berdistribusi
normal.
Pada variace. prcs;;ial dipercleh hasil perhitungan sebagai berikut:
(1)
x
(2)
X
=
112,9;
=
= = 4.63
hasil perhitungan sebesar 2.232, pada tabel
3.84 pada tingkat kepercayaan 0.95 dengan df=l
(3)
dengan demikian angka hitung penyebaran chi-kuadrat
lebih kecil dari pada angka tabel, jadi tidak signifikan. Kesimpuiannya
bahwa
variabel
proposial
berdistribusi
normal.
4.
Uji Varians:
Untuk
mengetahui
diperlukan
uji
homoginitas
varians
dengan
variabel
menggunakan
penelitian rumus
sebagai
berikut:
F
Dari
=
hasil
prososial
Variabel
terbesar
Variabel
terkecil
perhitungan
dengan
varians
partisipasi
untuk
dua
ternyata
variabel
diperoleh
perhitungan F hitung = =3.21.
5.03,
Dengan demikian
sementara F tabel
F hitung < F tabel.
ternyata
Oleh
karena
itu kedua variabel tersebut homogen. Dengan
pendekatan
variabel-variabel
partisipasi,
dan
cara
lainnya,
ternyata
perhitungan
yaitu
seluruh
serupa
variabel
variabel
dari
komitmen
dari
sampei
dan
uji
coba tersebut terdapat kesamaan varians atau homogen. Atas dasar
homogenitas
ini
pula
maka
hal
ini
memberikan
gambaran yang lebih terbuka untuk mengadakan generalisasi hasil penelitian.
D.
Revisi
Instrumen
Pelaksanaan uji coba dua
Pertama dilakukan untuk mengetahui
kali.
redaksi
instrumen dilakukan sebanyak
dan
responden,
materi
setiap
item
itu
sejauh mana
dipahami
oleh
calon
serta waktu yang dibutuhkan untuk menjawab atau
mengisi angket tersebut. Dari uji coba ini bisa diperoleh dua masukan, masalah
dan
dibutuhkan. ini
yaitu pertama tentang redaksi yang
Dari
116
kedua
adalah
item yang
alokasi
tertuang di
memerlukan waktu paling sedikit
dikhawatirkan menimbulkan
"bias"
120
karena
tidak menjadi waktu
yang
dalam angket
menit, faktor
sehingga kelelahan
atau kejenuhan. Sementara itu jika responden dipersilahkan mengisi
di
luar
"monitoring" peneliti
dikhawatirkan ada
faktor-faktor di luar aspirasi responden yang mempengaruhi jawaban angketnya.
Untuk itu item angket yang semula berjumlah 116 item dikurangi,
sehingga menjadi 96 item dengan perincian item
untuk variabel persepsi,
komitmen dan partisipasi masing-
masing semula berjumlah 18 item dikurangi menjadi 12 item; dan item untuk angket variabel
prososial tetap berjumlah
36.
Uji coba instrumen yang kedua dilakukan setelah dilakukan uji
validitas,
sehingga
diganti
dengan redaksi
jangan
sampai
ada
tiga
item
yang
dikeluarkan
yang berbeda dengan tetap menjaga
merubah
isinya.
Dalam
revisi
tersebut
ditekankan pada penegasan dan penajaman kalimat pernyataan serta pilihan-pilihan jawabannya. Setelah direvisi terdapat satu set kuesioner yang mencakup
perincian
untuk
responden
anggota
pembina
PMR dan
item-item PMR;
satu
satu
set
yang set
dialamatkan
interview
interview guide
guide
kepada kepada
untuk pimpinan
sekolah.
1.
Kuesioner
ke
dalam
umum
lima
mengenai
tentang
yang diperuntukkan bagi
item
bagian; siswa
untuk
bagian dan
I
ke-PMR
variabel
anggota
berisi -an;
persepsi;
PMR
tentang bagian
bagian
item untuk variabel komitmen; bagian IV berisi
dibagi
informasi II
berisi
III
berisi
item untuk
variabel
partisipasi;
dan
bagian
untuk
pembina
V
berisi
item
untuk
variabel prososial .
2.
Interview
guide
PMR
di
sekolah
yang
meliputi latar belakang pendidikan dan pengalaman Pembina;
aspirasi dan motivasi pembinaan PMR di jawab dan kesetiaan terhadap PMR;
sekolah;
tanggung
serta perhatian mereka
terhadap program kegiatan PMR;
3.
Interview guide
kondisi
dan
partisipasi
untuk
Pimpinan
situadsi para
sekolah
kelembagaannya;
siswa
serta
para
yang mencakup situasi
dan
pengasuhnya;
dan
identitas kelembagaan yang menjadi " label" sekolahnya.
E.
Penentuan Populasi dan Sampel
Berdasarkan Cabang
Kotamadya
sebanyak Sekolah
833
sensus
yang
dilakukan
oleh
pada
tahun
1991-1992
terdaftar
Bandung
anggota
Menengah
ditelusuri
hasil
Palang
Atas
Negri
Merah
Remaja
Kotamadya
di
adalah pria dan 309 orang
lingkungan
Bandung.
lebih lanjut ternyata sebanyak 524
PMI
Setelah
( 62.91%
)
( 37.09% ) adalah wanita , yang
tersebar di 22 SMUN ( sekarang SMUN ) Kotamadya Bandung. Dalam
dalam
tiga
penentuan
kelompok,
terdiri atas SMUN-1,
populasi
yaitu
responden
ini
dibagi
"Kelompok SMUN Unggul
SMUN-2,
SMUN-3,
"
ke
yang
SMUN-5 dan SMUN-8
yang menetapkan NEM sebagai acuan penerimaan siswa barunya 42.20 ke atas;
"Kelompok SMUN Sedang" terdiri atas SMUN-6,
ZUi
SMUN-7,
SMUN-9,
SHUN-10,
SMUN-11,
SMUN-12,
SMUN-14,
dan SMUN-2 0
yang menetapkan penerimaan siswa baru dengan
NEM
37.09;
minimal
sementara
itu
" Kelompok
SMUN Asor"
yang penerimaan siswa barunya di bawah angka NEM 37.09 ke bawah
dengan
sekoiah yang SMUN-18,
batas
terendah
sebesar
dimaksud yaitu SMUN-15,
SMUN-19,
SMUN-21,
Pengelompokan
32.11,
sekolah-
SMUN-15,
SMUN-1",
dan SMUN-22.
tersebut
di
samping
didasarkan
atas
dasar NEM dalam penerimaan awal siswa baru, juga dikuatkan oleh tingkat kelulusan dan penerimaan siswa lulusannya di Perguruan untuk
Tinggi
SMUN
Negri
"Ungguian"
keberhasilan diterima di
siswa
baik
tersebut
mencapai
yang mendaftarakan di UMPTN,
terdaftar,
tingkat
di
SMUN
UMPTN
PMDK,
dimana
kelulusan
60% dari
kurang
sekitar
30%
SMUN dari
"Kelompok Asor dari
30
/
lulusan
sedangkan untuk
keberhasilan
sedangkan untuk
keberhasilannya
maupun
PTN lebih dari
"Kelompok sedang" mencapai
yang
UMPTN
"
% dari
mereka yang mendaftarkan diri.
Sebagaimana terdahulu telah dihitung bahwa terdapat
persamaan varians yang menggambarkan homoginitas populasi. Di
samping itu terdapat persamaan-persamaan karakteristik
populasi,
demografis
yang didasarkan atas letak geografis dan posisi
mereka.
Sementara
itu
terdapat
keseragaman
dalam pembinaan dan pelatihan kepalangmerahan yang berada
di bawah koordinasi PMI Cabang Kotamadya Bandung.
Dengan
demikian
homoginitas
kesamaan
yang
varians
terbukti
tersebut
dengan
didukung
perhitungan
oleh
kesamaan
geografis-demografis dan pembinaan kepalangmerahan. Dari Bandung dari
833
ini
siswa
diambil
populasi
},
anggota sampei
yang
secara
proporsional.
melalui
undian
yang
disebar
diberi
nomor
agar
lalu
dimasukkan
bercampur.
Peneliti
peneliti
dengan
bernomor
itu
mata
satu
128
Kotamadya
orang
( 13.66%
SMUN
tersebut
secara
acak
sub-populasi,
yaitu
Setiap subyek masing-masing
berurutan
dalam kotak,
meminta
tertutup
persatu
se
seluruh
ke
secara
ke
SMUN
dilakukan
dialamatkan
Sedang dan Asor.
kertas,
ke
Sampling
undian
di
sebanyak
SMUN Unggul,
satu
PMR
secarik
kemudian dikocok
bantuan
untuk
pada
kepada pembantu
mengambil
sampai
diperoleh
kesempatan
yang
kertas
jumlah
yang
diinginkan.
Untuk responden,
memberikan begitu
selesai
mencatat
nomor
sama yang
kepada diambil,
maka nomor tersebut dikembalikan lagi,
jika terpilih lebih
dari
syah
satu
kali,
diteruskan,
maka
baru
dianggap
apabila
yang
tidak
terpilih
nomor yang belum dipilih atau dicatat, dianggap
syah,
begitu
seterusnya
dan
pemilihan
kemudian
adalah
maka pemilihan itu
sampai
mencapai
jumlah
sampei yang telah ditentukan.
Sedangkan
untuk
menentukan
Pelatih Palang Merah Remaja
responden
Pembina
lebih diutamakan Pembina
dan dan
ZUJ
Pelatih
inti,
karena
jumlah
banyak,
maka
lebih
dari
responden
yaitu
9
orang
mereka
yang
sepertiga yang
tidak
mereka
tersebar
terlalu
dijadikan
didelapan
SMUN
Kotamadya Bandung.
Dalam rangka memperoleh data yang lebih lengkap dan
pengembangan wawasan kepalangmerahan, peneliti mengadakan serangkaian wawancara
Dati
I
Propinsi
Kotamadya
dengan
Jawa
Bandung.
Pimpinan
Barat
dan
Beriringan
Markas
Pimpinan dengan
Daerah
PMI
Cabang
PMI
itu
peneliti
mempelajari dokumen-dokumen penting ke-PMI-an seperti AD-
ART, Laporan Tahunan Kegiatan, dan dokumen-dokumen penting lainnya
yang
mendukung
kelengkapan
data
dan
informasi
tentang kepalangmerahan. F.
Proses Pengumpulan Data
Observasi
awal
untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
seluk-beluk PMR di SMUN Kotamadya Bandung dilakukan pada akhir November 10,
SMUN-12
awal
di
Barat,
1991,
dan
SMUN-21.
beberapa
maka
yang meliputi SMUN-3,
SMUN
Atas
serta
disusunlah
dasar
di
data
Markas
instrumen
SMUN-7, dan
SMUN-
informasi
Daerah
PMI
penelitian
Jawa
sambil
menyempurnakan proposal penelitian.
Setelah Jawa
Barat
tanggal akhir
mendapat ijin penelitian dari dan
Kanwil
14 Maret 1992,
maret
1992.
Dikbud
Propinsi
Kadit Sospol
Jawa
Barat
pada
dilakukan uji coba instrumen pada
Pada
akhir
Juni
1992
proses
revisi
instrumen selesai, berikut penggandaannya. Penelitian yang sebenarnya 1992.
dilakukan
Dalam teknis
mulai
Juli
pelaksanaan
di
sampai
dengan
lapangan
Oktober
dibantu
oleh
guru wali dan pembina PMR di sekolah masing-masing. Adapun kedatangan objek
peneliti
penelitian
karena
di
kondisi
di
dilakukan
samping
sekolah
komunikasi
sekolah-sekolah
peneliti yang
antara
peneliti
Kotamadya
Hal
mengetahui
bersangkutan,
untuk melakukan penelitian SMUN
sendirian.
yang
dengan
dijadikan
ini
dilakukan
secara juga
langsung
mempermudah
responden.
Kunjungan
yang sebenarnya di
lingkungan
Bandung
ini
dilakukan
dalam
: sekolah
yang
dikunjungi
adalah
beberapa
gelombang;
Gelombang SMUN-7,
I
SMUN-9,
SMUN-11,
SMUN-20 Juli
1992;
Gelombang
II
SMUN-2,
SMUN-3,
Gelombang 15,
dan
SMUN-14,
dan
sekolah yang dikunjungi adalah SMUN-1,
SMUN-4,
III
SMUN-16,
SMUN-22,
:
SMUN-12
SMUN-6,
:
SMUN-5 dan SMUN-8;
sekolah yang dikunjungi adalah SMUN-
SMUN-17,
SMUN-18,
SMUN-19,
SMUN-21
dan
Agustus 1992.
Penentuan
sekolah
tersebut
dikelompokkan
menjadi
sekolah "unggul", kelompok "menengah" dan kelompok "asor". SMAN Kotamadya Bandung yang dimasukkan SMUN "unggul"
SMUN-5,
adalah SMUN-1,
SMUN-2,
ke
dalam
SMUN-3,
kelompok SMUN-4,
dan SMUN-8; yang dimasukkan ke dalam SMUN kelompok
"menengah" SMUN-11,
adalah
SMUN-6,
SMUN-12,
SMUN-7,
SMUN-14,
SMUN-9,
dan SMUN-20.
SMUN-10,
Sementara itu
SMUN yang tergolong ke dalam
kelompok SMUN "asor" adalah
SMUN-15,
SMUN-18,
dan
SMUN-16,
SMUN-22.
SMUN-17,
Dalam
kunjungan
SMUN-19,
tersebut
SMUN-21
di
samping
disebarkan angket kepada responden siswa anggota MPR, juga sekaligus
maupun
dilakukan
wakil
diberikan
sebagai
baik
Sekolah
Bidang
Kepala
kepada
siswa
peserta
SMUN,
bimbingan
peneliti
Sementara
itu
angket,
wawancara,
yang
PMR.
dan
di
pengisian didampingi
wawancara
dilakukan
beberapa
pembina
Kesiswaan.
tempat
yang
dilakukan
dengan
mereka
Angket tercatat
jawabannya oleh
kali,
dibawah
pembina
setelah
guna
PMR
PMR.
penyebaran
mendapatkan
gambaran dan informasi yang lebih memadai.
Pengumpulan Sekolah,
data
Pembina
dari
responden
siswa,
Wakil
Kepala
dan Pengurus PMI Kotamadya Bandung baru
bisa diselesaikan pada bulan November 1992. G.
Tehnik Pengolahan Data
Kuesioner informasi
umum
untuk dan
anggota
data
PMR
variabel.
terbagi Data
dianalisis dengan pendekatan persentil, tertentu
diberi
dianalisis
skor
untuk
secara
setiap
informasi
data umum
dan dalam hal-hal
kualitatif.
item,
atas
sehingga
Data
variabel
dalam
setiap
variabel merupakan deretan jumlah skor dari seluruh item tersebut
yang dikumpulkan dari seluruh responden. Dengan
bantuan
komputer
data
dan
sebagian
parametrik,
kualitatif.
Analisis
itu
dianalisis
lamr.ya
Statistik
dengan
acuan
dianalisis
yanc
dilakukan
secara
terhadap
data variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
dilakukan uji normalitas
kuadrat
b)
dengan r.enggunakan uji
(Rochman Natawidjaja,
dilakukan
15EE
uji
homogenitas,
uji
linieritas
chi-
: 33);
dengan
menggunakan
uji
varians;
c)
dilakukan
regresi
dari
nilai-nilai
tentang variabel yang diperoleh (Rcchnan Natawidjaja,
1988
: 49);
d)dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis chi-
kuadrat dan uji-t dalam rangka mendapatkan perbedaan yang signifikan;
e)
analisis regresi dan
dalam
rangka
menguji
korelasi
hipotesis
sederhana dan
urnum
dan
berganda,
variabel
yang
dipandang dalam klas-klas tertentu.
Hasil bagian
pengolahaan
berdasarkan
data
akan
aspek-aspek
diulas
yang
dalam
dapat
bagian-
menggambarkan
keberadaan objek penelitian, pengujian sejumlah hipotesis,
sintetis hasil pengolahan data serta pembahasannya. H.
Unit Analisis Penelitian dan Pembahasan
Unit Persepsi, Anggota
analisis Komitmen,
Palang Merah
utama
dalam
Partisipasi Remaja,
yang
penelitian dan
Sikap
merupakan
ini
adalah
Prososial fokus
utama
penelitian. pemegang
Karena
peran
pencapaian berarti
dalam
organisasi
unit
sedikit-banyak
kegiatan
penting
tujuan
bahwa
dalam
PMR
perwujudan
ini.
analisis
Namun
yang
faktor-faktor
anggota
lain
lain
di
adalah
misi
dan
demikian
tidak
diabaikan,
sebab
luar
anggota
PMR,
yang mempunyai keterkaitan fungsional tertentu berpengaruh
pula
terhadap program kegiatan PMR,
termasuk di
dalamnya
terbentuknya sikap tertentu bagi para anggota PMR.
Unit
analisis
pelatihan
serta
tentang
kegiatan
seluk
PMR
beluk
dan
yang
pembinaan
dipilih
dan
menjadi
responden adalah pembina PMR, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan dan pengurus PMI cabang Kodya Bandung,
sekaligus
sebagai pemegang koordinasi semua kegiatan PMR di wilayah Kotamadya
Bandung.
Palang
Merah
Remaja
yang
dijadikan
objek penelitian Ini adalah Pendidilan Luar Sekolah yang
dipadukan/dititipkan
pada
bersifat ekstrakulikuler,
bersama-sama
lembaga di luar sekolah,
Namun
adalah
yang dikelola
sekolah,
dalam
kesiswaan
yang dikoordinasi
Indonesia.
PMR
organisasi
kaitannya
dan
yang
oleh sekolah
yaitu Palang Merah
dengan
penelitian
dilaksanakan
di
ini
lingkungan
yaitu Sekolah Menengah Umum Negeri yang berada di
wilayah Kotamadya
Bandung,
PMR
yang
berada
di
luar
SMUN
tersebut tidak termasuk dalam unit analisis penelitian ini
TTTT
I.
Hipotesis
Dalam
penelitian
ini
dikemukakan
hipotesis
umum
sebagai berikut:
Terdapat
hubungan
persepsi,
komitmen dan
Remaja
dengan
remaja,
fungsional
yang
positif
antara
partisipasi di dalam Palang Merah
sikap Prososial
siswa anggota palang merah
di lingkungan SMUN Kotamadya Bandung.
Seterusnya
dalam
penelitian
ini
dikemukakan
pula
sejumlah hipotesis kerja sebagai berikut: a.
Hipotesis Umum
Terdapat
persepsi,
Remaja
hubungan
fungsional
yang
positif
antara
komitmen dan partisipasi di dalam Palang Merah
dengan sikap prososial Peserta Palang Merah Remaja
di lingkungan SMUN Kotamadya Bandung. Jb.
Hipotesis 1
Terdapat
persepsi
hubungan
mengenai
fungsional
Palang Merah
yang
Remaja
positif
dengan
antara
sikap
pro
sosial anggota PMR, c.
Hipotesis 2
Terdapat komitmen
hubungan
terhadap
sosial anggota PMR; d.
Hipotesis 3
fungsional
Palang Merah
yang
Remaja
positif
dengan
antara
sikap
pro
Terdapat
partisipasi
hubungan
dalam
fungsional
kegiatan
yang
Palang Merah
positif
antara
Remaja
dengan
sikap prososial anggota PMR; Hipotesis 4
e.
Terdapat
dan
perbedaan
prososial
para
persepsi,
anggota
PMR
komitmen,
antara
partisipasi
sekolah
unggul
dengan sekolah asor,dimana persepsi, komitmen, partisipasi
dan prososial anggota PMR pada sekolah unggul lebih tinggi dari pada sekolah asor. f.
Hipotesis 5
Terdapat
perbedaan
tarap
persepsi,
komitmen,
partisipasi dan prososial anggota PMR pada sekolah sedang dengan
sekolah
asor,
dimana
tarap
persepsi,
komitmen,
partisipasi dan prososial pada sekolah sedang lebih tinggi dari pada sekolah asor.
J. Paradigma Penelitian
Sikap merupakan
prososial
misi
kesamaan,
kesatuan,
anggota
Palang
Remaja
karena di dalamnya mempunyai kesamaan visi
dengan
ketujuh
kenetralan,
prinsipnya
:
kemandirian,
kemanusiaan,
kesukarelaan,
dan kesemestaan. Sementara itu di dalam sikap
prososial ini memuat aspek-aspek simpati, membantu,
Merah
sebagian dari tolok ukur keberhasilan program
kegiatan PMR, dan
para
memberi
pertolongan,
memberi
koperasi,
donasi
dan
suka suka
^rr
rela.
Dengan kata lain bahwa prinsip-prinsip palang merah
dengan sikap prososial ini mempunyai titik kesamaan, yaitu menolong konteks
sesama
yang
dilandasi
rasa
kemanusiaan
dalam
sosial.
Prososial
ini
kehidupan manusia,
dirasakan
sangat
sikap
ketidakpedulian
terhadap
yang
tersebut,
sesama,
berkembang
atas
di
sikap
dasar
mengikis
dan
yang
dalam
prososial
terpenting
landasan
sikap
yang
nilai
guna sikap
luhur dan kepribadian
terangkum
apakah
kemanusiaan,
indvidualistik,
adalah melestarikan nilai Indonesia
karena
dalam hal ini terutama para siswa SMU
selalu terlibat dalam kegiatan sosial mengurangi
penting
bangsa
prososial
tumbuh
dan
budaya
maupun
terhadap
sesama
keyakinan agama yang dianut.
Prososial umat
manusia,
menolong
pamrih.
atau
sebagai yang
rasa
pada
mengurangi
kepedulian
intinya
berporos
penderitaan
pada
orang
kemauan
lain
tanpa
Dalam hal ini merupakan salah satu produk sikap
terpenting yang dituangkan di dalam prinsip-prinsip Palang Merah.
Pembentukan sikap
prososial
dalam diri peserta
PMR ini tidak lepas dari sikap dan kesediaan mereka dalam
mengelola
dan mengembangkan program
kegiatan
PMR,
yang
tidak bisa dilepaskan dari persepsi mereka terhadap PMR, komitmen sosial dan komitmen keorganisasian di dalam PMR,
serta
kualitas
partisipasi
mereka
di
dalam
program
kegiatan PMR.
Berdasarkan observasi, PMR
ini
dengan
masih
peserta
kalah pada
keperansertaan siswa di
kuantitas
kegiatan
pesertanya
dalam
dibandingkan
ekstrakurikuler
lainnya.
Di
samping itu kualitas kegiatannya di bidang ke-PMI-an yang relatif
kurang,
hal
pengorganisasiannya
ini
yang
terungkap
bersifat
dari
sambilan,
sistem
yang
di
antaranya bisa dilihat dari keanggotaan yang tidak tertib,
latihan-latihan yang tidak teratur, maupun
kelengkapan
kegiatan
ekstrakurikuler
setiap moment upacara, serta
penting
acara
Pembinaan
yang
mendapatkan
proses
pada
yang
lainnya.
PPPK
tumpang-tindih
Meskipun
Usaha
yang
dilakukan
tempat
peralatan
jasanya diperlukan,
pertandingan,
pekerjaan
pelatih,
diklat
dan
sepadan
oleh
bahwa
misalnya
dalam
siap
para
dengan
diakui
Kesehatan
harus
kantor
Sekolah
setiap
pembina
dibandingkan
,
saat.
kurang
bimbingan
dari
sehingga keberadaan Pembina tidak banyak mewarnai kegiatan,
saat
sementara
latihan
saja,
pelatih
yang
itu
hanya
pun
berkomunikasi
frekuensi
dan
intensitas pertemuannya sangat rendah. Keikutsertaan mereka atas PMR didasarkan atas pilihan
bebas,
untuk
mengambil
salah
satu
kegiatan
ekstra
di
sekolah yang bersangkutan, sehingga pada diri mereka tidak ada
rasa
keterpaksaan atau kewajiban
formal
kelembagaan,
melainkan karena rasa solidaritas sosial serta melanjutkan kegiatan
Pendidikan
sebelumnya, rame
ing
gawe",
terkesan
masih
karena
Luar
PMR
lebih
berbeda
bergengsi
ada
dan
suka-rela,
donor
misalnya
PMR
seolah-olah darah
yang
bersifat
lebih
kesan bahwa
kegiatannya
Sekolah
"sepi
dengan
menonjol.
sebagai
hanya dan
pernah
bagian
bencana
ing
yang
samping
dari
PMI
pada
alam,
pamrih
Paskibra Di
berkisar
diikuti
itu
yang
sumbangan
padahal
esensi
dari misi dan prinsip-prinsip dasar PMI jauh lebih berarti dari hanya sekedar hal-hal tersebut.
Dari
sini
bisa
dijelaskan
bahwa
kekurangefektifan
program kegiatan PMR, disebabkan ada beberapa faktor:
a)
pembina yang tidak sepenuhnya memberikan perhatian kepada program pengelolaan dan pengembangan PMR,
mereka sebagai
di
kelas
pembina
dan PMR
tangung juga
jawab
memegang
organisasi ekstrakurikuler lainnya;
karena kesibukan
mereka tangung
b)
yang
edukatif
tidak
secara
ke-PMI-an
pada
kontinyu
setiap
fasilitas sekolah terbatas,
jawab
c)
melakukan
latihan;
samping pada
komunikasi antara
peserta dengan pembina yang sangat terbatas; PMR
di
d)
pelatih interaksi
dana
dan
karena dialokasikan ke seluruh
kegiatan ekstrakurikuler yang dibina sekolah bersangkutan. Di program
antara PMR
faktor
adalah
lain
anggapan
berkisar pada bulan dana,
yang
menghambat
bahwa,
kegiatan
donor darah dan PPPK,
kelancaran PMR
hanya
di samping
juga
sikap
secara
yang
kurang
internasional
positif
cukup
diakui
yang terjadi akhir-akhir ini Somalia,
terhadap
PMR,
meskipun
keberadaannya
seperti
yang mengisi berita perang
Irak, Negara-negara bekas Uni Sovyet serta perang
di Bosnia - Herzegovina, dimana Palang Merah Internasional sangat berperan penting di dalamnya. Hambatan lain yang dirasakan,
disebabkan
keterikatan
pada kebiasaan berorganisasi yang tradisional, didasarkan
atas
melainkan
prinsip-prinsip
lebih
banyak
organisasi
bersifat
alami
yang tidak
profesional,
atau
akal
sehat
saja. Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan di atas telah
dan sedang diupayakan aneka program, adalah
pembinaan
pemanfaatan
serta
para
pembina,
keanggotaan,
pendidikan
dan
termasuk di dalamnya
penertiban
pengembangan
latihan,
baik
organisasi,
wawasan
yang
ke-PMI-an
dilaksanakan
di
sekolah yang bersangkutan maupun di luar sekolah. Karena
sekolah,
keterbatasan
baik
pewaktuan
waktu
pembinaan
dalam
kegiatan
terbatasnya waktu menjadi anggota PMR di
lebih
dari
waktu di bahkan kata
atau
PMR ini
PMR
tertanamnya
Mula
bagi
yang tidak
SMP sudah masuk sebagai anggota PMR Madya, anggota
kecuali
SMA,
maupun
pada
bahwa
semester,
mingguan
di
yang
menjadi
lain
anggota
lima
ke-PMI-an
mereka
sewaktu
di
sikap prososial
SD. di
kalangan
tidak semata-mata ditentukan oleh
keikutsertaan mereka
di
dalam PMR,
melainkan
Dengan
juga
faktor faktor
nilai sosio-budaya dan agama yang dipeluk, disamping juga lingkungan pergauian di mana mereka berada.
Pembentukan
sikap
prososial
ini
bisa
dilakukan
terutama melalui pendidikan, di antaranya Pendidikan Luar
Sekolah di dalam pendidikan persekolahan yang
dalam Palang Merah Remaja. Remaja
inilah
sikap
terwadahi
Karena di dalam Palang Merah
prososial
yang
terinci
ke
dalam
kepedulian sosial, dan kesediaan memberi pertolongan dalam rangka mengurangi penderitaan sesama ini diajukan secara
seksama,
bahkan menjadi fokus dan prinsip utama program
kegiatan PMR khususnya dan organisasi Palang Merah pada umumnya.
Demikian halnya persepsi para anggota terhadap PMR, komitmen
sosial dan keorganisasian
di dalam PMR,
serta
partisipasi mereka di dalam program kegiatan PMR ini tidak
lepas dari situasi dan kondisi sekolah yang bersangkutan, keberadaan pengajar dan pembina,
para pimpinan sekolah,
serta fasilitas dalam arti material maupun dukungan moral yang
dirasakan
sangat
kondusif
bagi
kelancaran
program
kegiatan PMR.
Faktor lain yang mempengaruhi persepsi,
dan
partisipasi
dipisahkan
dari
anggota
penghargaan
peroleh baik dari
sekolah,
masyarakat pada umumnya.
PMR
maupun
komitmen
ini juga tidak bisa
pengakuan
yang
dia
lingkungan keluarga maupun
Di samping juga tentunya sejauh
217
mana
keefektifan
kegiatan kegiatan
mendukung
studi
di
dalam
PMR
kurikulernya
atau
formal-kurikulernya.
kegiatan
utama
ini
Jika
belajar,
apakah
justru PMR
dan
ini
menunjang
mengganggu dirasakan
sesuai
dengan
prinsip serta semboyan hidupnya, maka diharapkan kualitas persepsi,
mencapai
mereka
komitmen
taraf
rela
maupun
ideal,
tanpa
partisipasinya
demikian
pamrih,
halnya
sehingga
apabila mampu mendarmabaktikan dirinya.
ia
sikap
dalam
PMR
prososial
merasa
senang
•« %£<