GENDER DALAM ISLAM
Ali Sibram Malisi Dosen STAIN Palangkaraya
[email protected]
Abstract: Classical Islamic thought patriarchal critical scrutiny from many quarters, with the argument that classical Islamic discourse is based on postulates and assumptions are discriminatory, and in turn give birth, standardize and preserve unequal gender relations between men and women. Fiqh of women's rights measuring half the rights of men as in many of the provisions of inheritance, testimony and legal 'aqiqah. Women as imperfect beings (deficient); weak intellectual abilities; unable to master the emotional turmoil; think irrationally. In turn, all of the above attempted to re-analyzed, as we know that the Qur'an teaches that Islam came to give comfort, peace of life (rahmatan lil 'alamin).
Keywords : Justice and Equality of ender, Feminism, Islam
Abstrak : Pemikiran Islam
klasik yang bersifat patriakhi banyak dikritisi, dengan
argumen bahwa wacana Islam klasik didasarkan pada dalil-dalil dan asumsi yang diskriminatif, dan pada gilirannya melahirkan, standarisasi dan melestarikan relasi gender yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan. Fiqh hak perempuan dengan porsi setengah dari hak laki-laki dalam ketentuan warisan, kesaksian dan hukum 'aqiqah. Perempuan dipandang sebagai makhluk yang tidak sempurna, kemampuan intelektual yang lemah, emosional, tidak rasional. Pada gilirannya, semua hal di atas berusaha untuk dianalisis kembali, karena sesungguhnya Al-Qur'an mengajarkan bahwa Islam datang untuk memberikan kenyamanan, ketenangan hidup (rahmatan lil 'alamin).
Kata Kunci: Keadilan dan Kesetaraan Gender, Feminisme, Islam
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 149
melihat
Pendahuluan
inferioritas
perempuan
Sukar menyatakan secara pasti,
dibandingkan dengan laki-laki; laki-laki
apakah feminisme di kalangan muslim
dan perempuan setara dalam pandangan
ada kaitannya dengan kesadaran baru
Tuhan,
dunia
menafsirkan ayat-ayat tidak sebagaimana
Timur
yang
dikenal
dengan
‘oksidentalisme’ dan kesadaran postkolonialis.
Pembahasan
tentang
ketidakadilan
gender
dialami
yang
dan
mufassirlah
yang
seharusnya. Dimensi belum
teologi
banyak
gender
dibicarakan,
masih padahal
perempuan muncul pada akhir abad ke-
persepsi masyarakat terhadap gender
20, yaitu pada gelombang ke-2 gerakan
banyak
feminisme di Barat (Eropa dan Amerika.
keagamaan. Ketimpangan peran sosial
Fenomena post-kolonialis menampakkan
berdasarkan gender (gender inequality) di
beberapa
anggap
kegiatan
dunia
Timur
bersumber
sebagai
dari
tradisi
divine
khususnya sekitar abad ke-19 dan abad
segalanya
ke-20-an. Di dunia Islam begitu pula di
Berbeda dengan
Indonesia, penulis-penulis feminisme dan
yang
gender juga muncul. Sejak abad ke-20,
semata-mata
perempuan dari strata menengah ke atas
masyarakat
mulai menulis seputar feminisme dan
Menurut
peran gender serta hubungannya dengan
masyarakat pra-primitif, yang biasa juga
keluarga dan masyarakat. Kesadaran
disebut masyarakat liar (savage society)
berbicara dan menyajikan feminisme dari
sekitar sejuta tahun yang lalu, menganut
kalangan muslim muncul dengan memuat
pola
kesadaran
Perempuan lebih dominan daripada laki-
gender
memperjuangkan
serta
berupaya
penghapusan
bersumber
creation,
ketimpangan
sebagai (sosial
penelitian
laki di dalam
Tuhan.
persepsi para feminis
menganggap
keibuan
dari
itu
konstruksi construction).
para
antropolog,
(maternal
system).
pembentukan suku dan
menimpa
ikatan kekeluargaan. Pada waktu itu
kaum perempuan (Badran. 1995, 19).
terjadi keadilan sosial dan kesetaraan
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
gender (Reed, 1993, iv).
ketidakadilan
gender
yang
dari lingkungan dunia Islam, biasanya
Proses peralihan
masyarakat dari
maupun
matriarchal clan ke patriarchal family
juga laki-laki, mempersoalkan ajaran
dijelaskan oleh beberapa teori. Satu di
Islam. Beberapa penulisnya, ada yang
antara teori itu ialah
berpandangan bahwa al-Qur’an tidak
dilanjutkan
mereka, baik para perempuan
150 |
oleh
teori Marx yang Engels
yang
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
mengemukakan
bahwa perkembangan
dianggap sebagai “as it should be” (apa
yang beralih dari collective reproduction
yang sebenarnya), bukannya “as it is”
ke private property dan system excellence
(apa adanya). Ketimpangan peran sosial
semakin
menyebabkan
berdasarkan gender masih tetap dipegang
perempuan tergeser, karena reproduksi
dengan dalih doktrin agama. Agama
perempuan dihadapkan
dilibatkan untuk melestarikan di mana
berkembang,
dengan faktor
produksi (Engels, 1976. 57). Ada suatu
kaum perempuan
pendekatan
menganggap
dirinya sejajar dengan laki-laki. Tidak
agama, khususnya agama Ibrahimiah
mustahil di balik “kesadaran” teologis ini
(Abrahamic Religions) sebagai salah satu
terjadi manipulasi ansich yang bertujuan
faktor menguatkan faham patriarki di
untuk memapankan struktur patriarki,
dalam masyarakat, karena agama-agama
yang
itu membuat justifikasi terhadap faham
perempuan dan hanya menguntungkan
patriarki. Lebih dari itu, agama Yahudi
kelas-kelas tertentu masyarakat.
lain
yang
di anggap mentolerir faham mysogini, suatu
faham
yang
menganggap
secara
umum
Pandangan gender
tidak menganggap
bagi
kaum
di sekitar teologi
berkisar pada tiga hal pokok;
perempuan sebagai malapetaka, bermula
pertama, asal-usul kejadian laki-laki dan
ketika Adam jatuh dari syorga karena
perempuan, kedua, fungsi keberadaan
rayuan Hawa. Pendapat lain mengatakan
laki-laki dan perempuan. Kedua hal ini
bahwa peralihan masyarakat matriarki ke
memang dibahas
masyarakat
dalam Kitab suci
patriarki
erat
kaitannya
secara panjang lebar beberapa agama.
dengan proses peralihan the Mother God
Mitos-mitos tentang asal-usul kejadian
ke the Father God di dalam mitologi
perempuan
Yunani.
sejarah umat manusia sejalan dengan apa
Kajian-kajian memang tidak
tentang
gender
bisa dilepaskan
dari
yang
berkembang
dalam
yang tertera di dalam Kitab Suci tersebut. Mungkin
itulah
sebabnya
kaum
kajian teologis. Hampir semua agama
perempuan
mempunyai perlakuan-perlakuan
buruk
kenyataan
terhadap
Posisi
Tuhan. Bahkan tidak sedikit dari mereka
perempuan di dalam beberapa agama
merasa happy jika mengabdi sepenuhnya
ataupun
tanpa reserve kepada suami.
kaum
perempuan.
kepercayaan
ditempatkan
sebagai the second sex, dan kalau agama mempersepsikan
sesuatu
kebanyakan
menerima
dirinya sebagai given
dari
Berangkat dari problema di atas,
biasanya
maka tulisan ini merefleksikan kembali
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 151
apa
dan
bagaimana
sesungguhnya
Hilary M. Lips dalam bukunya
konsep-konsep keagamaan Islam tentang
yang
gender
Introduction mengartikan gender sebagai
terkenal
Sex
&
Gender:
an
harapan-harapan budaya terhadap lakilaki
Pembahasan A. Makna
Gender
Perbedaannya
Dengan
dan
perempuan
(cultural
Dan
expectations for women and men). (Lips,
Sex
1993 :4). Pendapat ini
sejalan dengan
pendapat kaum feminis, seperti Lindsey
(Sebuah Pemahaman) Istilah gender masih relatif baru
yang
menganggap
semua
konstruksi
dalam tradisi kamus sosial, politik,
masyarakat perihal penentuan seseorang
hukum, dan terutama agama di Indonesia.
sebagai
Di
masih
termasuk bidang kajian gender (What a
cenderung difahami secara pejoratif. Ada
given society defines as masculine or a
sebagian orang masih sangat antipati dan
component of gender) (Lips, 1993 : 3).
apriori terhadap istilah gender.
H.T. Wilson dalam Sex and Gender
sisi
lain,
terma
gender
Bagi
laki-laki
atau
perempuan
kebanyakan, kata gender bernuansakan
mengartikan
semangat
bentuk untuk menentukan
pemberontakan
kaum
gender sebagai
suatu
pengaruh
perempuan yang diadopsi dari nilai-nilai
faktor budaya dan kehidupan kolektif
Barat yang tidak bermoral dan tidak
untuk
religius. Kata gender berasal dari bahasa
perempuan (Wilson, 1989 : 2). Sejalan
Inggris berarti “jenis kelamin”. Dalam
dengan pendapat yang dikutip Showalter
Webster’s New
yang mengartikan gender
World Dictionary,
membedakan
laki-laki
dan
lebih dari
gender diartikan sebagai perbedaan yang
sekedar
tampak antara laki-laki dan perempuan
perempuan dilihat dari konstruksi sosial
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
budaya, tetapi mendefinisikan gender
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia
sebagai konsep analisa dalam mana kita
dijelaskan bahwa gender adalah suatu
dapat
konsep kultural yang berupaya membuat
menjelaskan
perbedaan (distinction) dalam hal peran,
analityc concept whose meanings we
perilaku, mentalitas dan karakteristik
work to and a subject matter we proceed
emosional antara laki-laki dan perempuan
to study as we try to define it) (Showalter,
yang berkembang dalam masyarakat.
1993 : 45).
pembedaan
laki-laki
menggunakannya
dan
dalam
sesuatu (Gender is an
(Tierney. 2009, 153).
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 152
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan konsep
bahwa gender adalah yang
digunakan
untuk
perempuan atas nama agama dalam kehidupan sehari-hari, adalah salah satu contoh konkret. Dalam hal ini nyaris di
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
setiap budaya dan adat
perempuan dilihat dari segi pengaruh
yang
sosial dan budaya. Gender dalam artian
menghargai eksistensi dan independensi
suatu bentuk rekayasa masyarakat (social
kaum perempuan. Lumrah dinilai sebagai
construction), bukannya sesuatu yang
makhluk
bersifat kodrati.
(deficient creature) (Ilyas, 1997 : 67),
Sesungguhnya pengertian gender yaitu kesadaran
menegasikan,
yang
dikenal mitos
minimal
kurang
kurang
sempurna
bahkan mereka dituduh sebagai sebagai
akan ketidakadilan
akar (seductor) malapetaka terusirnya
gender yang menimpa para perempuan
manusia dari surga (Umar, 2003 : 4).
baik dalam keluarga maupun dalam
Dalam hukum Islam (fiqh) klasik, kaum
masyarakat, dan tindakan sadar oleh
perempuan dipandang sebagai makhluk
perempuan baik dalam keluarga maupun
yang tidak cukup mandiri sehingga secara
dalam masyarakat, dan tindakan sadar
absolut, dalam mazhab tertentu,. Masih
oleh perempuan
membutuhkan
atau laki-laki untuk
kehadiran
seorang
mengubah keadaan tersebut. Diskursus di
muhrim (pendamping) dan wali ketika
sekitar isu gender jauh dari apa yang
mereka
sudah terlanjur dituduhkan
tindakan hukum (ritual dan perkawinan).
banyak
mau
melakukan
berbagai
orang. Diskursus gender mempersoalkan,
Konsep gender sebetulnya cukup
terutama, relasi sosial, kultural, hukum
sederhana, walaupun ia sering dikaburkan
dan
dengan pengertian jenis kelamin (sex).
politik
perempuan.
antara Satu
ditegaskan bahwa gender,
pada
hal
laki-laki
dari
yang
perlu
pemikiran tentang
intinya,
hanya
ingin
Jenis
kelamin
biologis
(sex)
adalah
konsep
sebagai identitas kategorikal
yang membedakan laki-laki (jantan) dan
memahami, mendudukkan dan menyikapi
perempuan (betina). Identitas
relasi laki-laki dan perempuan secara
kelamin (sex)
lebih proporsional dan lebih berkeadilan,
alamiah,
karena
sosial,
pemberian distingtif yang kita bawa sejak
ekonomi, budaya, agama, hukum dan
lahir (Mosse, 1996 : 2). Akibatnya jenis
politik yang menunjukkan ke arah itu.
kelamin bersifat tetap, permanen, dan
Perlakuan
universal.
sangat
banyak
yang
fakta
menomor-duakan
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
dikonstruksikan
kodrati,
yang
Sedangkan
jenis secara
merupakan
gender
adalah
| 153
seperangkat atribut
dan peran sosio-
gender terbentuk
kultural yang menunjukkan kepada orang
terkokohkan
lain
terkonstruksi
bahwa kita adalah maskulin atau
bahkan tersosialisasi,
dan
terbakukan,
dan
secara sosial kultural
feminine. Gender dikonstruksikan secara
melalui ajaran keagamaan bahkan melalui
sosial maupun kultural
negara; karena itu sering kali diyakini
melalui proses
sosial yang sangat dinamis (Fakih, 1997 :
sebagai ketentuan
9).
asal-usulnya,
bersifat biologis tidak dapat diubah lagi
pembentukan gender didasarkan pada
dan kodrat laki-laki serta perempuan
ekspektasi nilai-nilai sosial dan kultural.
difahami sebagai perbedaan gender. Ini
Oleh sebab itu,
kemudian memunculkan berbagai teori;
Sesuai
dengan
gender dapat berubah
(changeable) sewaktu-waktu
seiring
dari
yang
Tuhan bahwa yang
psikologis,
fungsional
dengan perubahan dimensi ruang dan
struktural, konflik, sosio-biologis, sampai
waktu.
ekologis.
Menurut
Fakih,
gender
dipengaruhi dan dibingkai oleh banyak hal,
dan
komponen
determinatifnya
Dikarenakan tentang
perbedaan
terjadinya
analisis
ketidakadilan
sangat variatif, seperti nilai-nilai budaya,
dimaksud, maka dalam feminismetampak
tradisi, agama, lingkungan sosial dan
adanya
sekolah, dan kemudian dicarikan dasar
liberal, Feminisme Marxis, Feminisme
penopang ideologinya untuk menguatkan
radikal,
jenis perbedaan tersebut.
feminisme ekologis, dan bukanlah suatu
berbagai
Feminisme
yang mustahil B. Gender Dan Diskursus Feminisme
aliran:
Feminisme
sosialis,
dan
bahwa masih banyak
kemungkinan
munculnya aliran-aliran
yang lainnya lagi. Dalam perkembangan
Di Dunia Islam Perbedaan gender (yang dikenal
feminis di Barat, Pada dua dekade ini
dengan gender differences) sebenarnya
telah muncul suatu perspektif baru dalam
tidak menjadi masalah sepanjang tidak
perkembangan feminisme; yaitu
melahirkan
tetap menerima
ketidaksetaraan
dan
perbedaan
yang antara
ketidakadilan gender (gender inequality).
perempuan dan laki-laki dan bahwa
Akan
historis
perbedaan
memperlihatkan bahwa perbedaan gender
konstruksi
telah melahirkan berbagai ketidakadilan
memang ada perbedaan yang sangat
gender, terlebih lagi bagi perempuan.
intrinsik. Analisis
Realitas historis semacam ini perbedaan
berkesimpulan bahwa perbedaan gender
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 154
tetapi
realitas
gender
bukan
hanya
sosial budaya akan tetapi feminisme yang
tidak
terkonstruksi sosial dan kultural
ada hampir tidak pernah menyentuh
sepanjang sejarah manusia, memunculkan
masalah
berbagai teori yang lebih menekankan
kelestarian lingkungan hidup. Cukup
mengapa terjadi perbedaan tersebut. Di
menarik, bahwa di Barat sendiri, muncul
antaranya
teori
karya
The Prioner’s of Men’s Dream
fungsional strukturaldan teori konflik
karya
Susan
yang biasanya terkait dengan teori sosio-
mengungkapkan pengalaman pribadinya
biologis dan faktor sosial.
yang merasa terkhianati. Sebagai seorang
teori
psikoanalisis,
Bilamana
dicermati,
teori-teori
kesejahteraan anak-anak dan
feminis
Gordon.
Karya
ini
yang yakin dengan slogan
feminisme demikian memiliki kesamaan
feminisme, masuk dan berpartisipasinya
asumsi
sistem
kaum perempuan ke dunia laki-laki yang
patriarki. Asumsi feminisme tentang
seharusnya dapat mentransformasi dunia
ideologi patriarki adalah negatif; ideologi
yang semakin damai, ternyata sebaliknya,
ini menempatkan perempuan pada posisi
ia mendapatkan justru dunia semakin
subordinat, dan demi tercapainya sistem
rusak. Kerusakan dunia ini dikarenakan
yang lebih egaliter maka penolakan
oleh telah masuknya perempuan dalam
terhadap sistem patriarki ini terbaca
perangkap sistem patriarkis; karena itu
bahwa dalam mencapai sistem yang lebih
yang terjadi adalah
egaliter tersebut, gerakan feminisme lalu
telah menjadi male clone. Perempuan
memiliki dua pola; pertama dengan
mengalami
transformasi sosial melalui perubahan
adanya pembalasan laki-laki (dikenal
eksternal yang revolusioner, dan kedua
dengan male blacklash); bahwa laki-laki
dengan
kesulitan melindungi perempuan karena
yang
dipakai
transformasi
yaitu
sosial
melalui
perubahan internal yang evolusioner.
bahwa perempuan
pemiskinan,
sudah setara bahkan
dikarenakan
bisa saja terjadi
Dari gerakan-gerakan feminisme
pergeseran (shift) laki-laki tersubordinasi
tadi, realitas apa yang kemudian terjadi
perempuan. Karena itu perempuan tidak
dalam
lagi diperlakukan secara khusus.
masyarakat?
Ternyata,
satu
setengah decade yang lalu, 1990-an, telah memunculkan perkembangan
pembalikan pemikiran
arah
feminisme.
Adapun World), yang
dalam
Islam
(Islamic
wacana keperempuanan atau
kini
dikenal
dengan
wacana
Para feminis sendiri terbalik mulai
feminisme
melakukan kritik
teori mereka sendiri.
Terlepas dari masalah bias kebahasaan
Yaitu bahwa teori-teori feminisme yang
(linguistic) yang selama ini digunakan
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 155
menjadi
kontroversial.
sebagai
dalih
penolakan
terhadap
lebih merepresentasikan image Tuhan
feminisme, kontroversi ini lebih banyak
daripada perempuan (Reuther, 1983 : 23).
dipicu oleh konstruksi
Kecenderungan menarik
feminisme itu
terjadi di
sendiri yang dibangun di atas kesadaran
Indonesia di mana wacana agama dan
ketertindasan
perempuan ramai dibicarakan, tetapi
Kesadaran
kaum
perempuan.
ketertindasan
menjadikan
inilah
feminisme
yang
memiliki
istilah feminis tidak secara eksplisit digunakan
karena
reaksi
penolakan
karakter memihak dan tidak jarang
terhadap isu-isu feminisme lebih keras
menggugat.
dibandingkan
Bahkan
kemungkinan feminisme
tidak
bahwa
terhadap
menutup
keberpihakan nasib
kaum
dengan
istilah
gender
(Dhuhayatin, 220 : 4). Hal serupa juga terjadi didunia Islam
di mana para
perempuan itu diterjemahkan sebagai
penulis lebih cenderung menggunakan
ancaman bagi kaum laki-laki, dan pada
istilah women daripada feminism. Para
ranah kolektif utamanya pada otoritas
teolog perempuan seperti Rifaat Hasan,
akses terhadap kontrol ideologis, politis
Fatima Mernissi dan Amina Wadud
dan wacana. Kedua ranah ini secara
Muhsin yang selama ini dipandang sangat
tradisional telah diklaim secara otoritas
progressif juga tidak menggunakan istilah
laki-laki,
ini. Rifaat Hasan menggunakan Women
termasuk
otoritas
wacana
keagamaan. Tak jera dengan berbagai
and
gelombang
di atas,
ketika membahas tentang penciptaan
kalangan perempuan Kristen dengan
langit dan perempuan (Hasan, 1990 ; 93).
tegar
telah
Demikian juga yang ditempuh oleh
pendekatan
Mernissi yang cenderung menggunakan
feminis terhadap wacana keagamaan
kata Women and Islam sementara Amina
kontemporer.
seperti
Wadud memilih Women in the Qur’an,
Elizabeth Fiorenza, Yudith Plasko dan
kenapa para teolog perempuan tersebut
Rosemary Redford Ruether
tidak menggunakan atribut feminis?
kontroversial dan
konsisten
mengkonstruksikan
suatu
Sederet
nama
adalah
sekian pioneer wacana teologi feminis Kristen.
Rosemary Redford, sekedar
contoh,
memulai dengan menganalisis
Religion: An Islamic Perspective
Teologi berpotensi
feminis menimbulkan
sebenarnya kecurigaan
ganda di kalangan umat Islam. Pertama,
bentuk hubungan representasi gender
istilah teologi
dengan image
ketuhanan. Di mana
sebagai pengetahuan tentang agama,
budaya patriarkhi laki-laki di anggap
namun cenderung dianggap bias Kristen.
156 |
meski bersifat netral
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
Kedua,
kerancuan
feminisme
untuk
melihat
hanya sebagai ideologi
nilai. Jikalau sebagai
metode dikategorikan
pengetahuan
objektif
maka
kebebasan perempuan Barat yang identik
seharusnya
dengan free-sex, aborsi dan anti rumah
untuk
tangga (seperti feminis radikal di atas),
dataran ini dengan tidak berpretensi
telah mengaburkan
bahwa
feminisme
semangat dasar
sebagai kesadaran untuk
menghilangkan
segala
bentuk
tidak perlu ada hambatan
meletakkan
feminisme
feminisme
pada
sebagaimana
pengetahuan yang lain, Juga memiliki sisi ideologis
dan
politis
(political
deskriminasi terhadap perempuan karena
knowledge) sebagaimana disinyalir oleh
mereka
Said. Masih mengacu pada Islamisasi
berjenis
kelamin
perempuan
(Boucher, 1983 : 121). Sebenarnya pada
pengetahuan
dataran pengetahuan, feminisme harus
kuntowijoyo, konstruk teologi
difahami sebagai sebuah pengetahuan
Islam hendaknya tetap menjadikan iman
atau feminist Knowledge telah digunakan
sebagai framework atau niatan dalam
oleh Sneja Gunew, 1992, Metodologi
menggunakan teologi feminis sebagai
atau Feminist Methodology oleh Shulamit
tools of analysis terhadap masalah-
Reinharz, 1991 atau sistem analisis atau
masalah yang muncul dari pengalaman
Feminist Analysis oleh Marsha Aileen
keberagamaan
Hewitt,
diskriminatif
1995,
Kritik
feminis
atau
Feminist Critics yang harus dilihat secara
yang dilontarkan oleh
yang dari
feminis
cenderung
sudut
pandang
perempuan.
objektif. Perlakuan yang serupa juga tidak seharusnya diterapkan pada istilah
C. Asal Kejadian Perempuan
teologi yang tidak harus selalu dianggap
Akar Stereotype Gender
bias Kristen karena selama ini pemikir
Hampir
semua
agama
Dan dan
Islam seperti Fazlur Rahman, 1979 atau
kepercayaan membedakan
Kuntowijoyo sendiri tahun 1993 telah
kejadian
menggunakannya.
agama-agama yang termasuk di dalam
Persoalan iman kata Kuntowijoyo
kelompok
asal-usul
laki-laki dan perempuan. Abrahamic Religions, yaitu
diletakkan pada dataran objektifitas dan
Agama
subjektifitas
menyatakan bahwa laki-laki (Adam)
dari
karakter
ilmu
Yahudi,
Kristen,
Islam
pengetahuan itu sendiri. Atau dalam
diciptakan
bahasa Edward Said disebut pure and
perempuan. di dalam Bibel dijelaskan
political knowledge: bebas nilai atau sarat
bahwa
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
lebih perempuan
awal
daripada
(Hawwa/Eva)
| 157
diciptakan
dari
tulang
rusuk
Adam(Aiken, 1992 : 12), seperti dapat dilihat dalam Kitab Kejadian (Genesis) 1:26-27, 2:18-24, Tradisi Imamat 2:7, 5:1-2. Tradisi Yahwis; antaranya yang paling jelas ialah Kitab Kejadian 2:21-23. “21 lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya, lalu menutup dengan daging. 22 Dan dari rusuk yang diambil Tuhan allah dari Adam
dibangunNyalah
seorang
perempuan, lalu di bawaNya kepada malaikat.
ﻟﻮن ﺑﻪ واﻷرﺣﺎم ان اﷲ آﺎن اﻟﺬي ﺗﺴﺎء ﻋﻠﻴﻜﻢ رﻗﻴﺒﺎ Artinya:
“Hai
bertakwalah
ayat-ayat yang secara rinci menceritakan
manusia,
kepada Tuhanmu, yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan perempuan
yang
laki-laki banyak.
dan Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya
kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
Di dalam Al-Qur’an tidak dijumpai
sekalian
hubungan
silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu”.
asal-usul kejadian perempuan. kata Hawa yang selama ini dipersepsikan
sebagai
Akan tetapi maksud ayat tersebut
perempuan yang menjadi isteri Adam
masih
sama sekali tidak pernah ditemukan
didiskusikan,
dalam al-Qur’an, bahkan keberadaan
menggunakan kata-kata bersayap. Para
Adam sebagai manusia pertama dan
ahli
berjenis
masih
sebenarnya yang dimaksud diri yang satu
dipermasalahkan (Hasan, 1990 : 51).
(nafs wahidah), siapa yang ditunjuk pada
Adapun Al -Qur’an menerangkan
kata ganti (dhamir) dari padanya (minha),
kelamin
laki-laki
asal
terbuka
tafsir
peluang
untuk
ayat
tersebut
karena berbeda
pendapat,
siapa
usul kejadian manusia di dalam satu ayat
dan
pendek dalam surat An Nisa ayat 1,
pasangan” (zawj) pada ayat tersebut.
yakni:
Kitab-kitab tafsir mu’tabar seperti Tafsir
ﻳﺄ ﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس اﺗﻘﻮا رﺑﻜﻢ اﻟﺬي ﺧﻠﻘﻜﻢ ﻣﻦ
al-Maraghi, (al Maraghi, 1990: 175),
ﻥﻔﺲ واﺣﺪة و ﺧﻠﻖ ﻣﻨﻬﺎ زوﺟﻬﺎ وﺑﺚ ﻣﻨﻬﻤﺎ رﺟﺎﻻ آﺜﻴﺮا و ﻥﺴﺎء واﺗﻘﻮااﷲ
apa
yang
dimaksud
Tafsir al-Bahr al-Muhith (al Muhith, 1993 : 163), Tafsir Ruh al-Bayan,(Haqqi, tt : 159), Tafsir Ibn Katsir, (Katsir, tt : 553), menafsirkan kata
158 |
dengan
nafs wahidah
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
dengan Adam, dan zawj ditafsirkan
asal-usul
dengan Hawa, istri Adam. Kata ganti ha
biologis. Seperti asal-usul manusia dari
pada kata minha ditafsirkan dengan dari
air (al-ma’), air hina ( ma’ mahin), air
bagian Adam. Namun ulama lain seperti
yang terpancar (ma’ dafiq), saripati tanah
al-Razi dalam kitabnya al-Tafsir al-Kabir
(sulalah min tin), tanah liat yang kering
mengatakan bahwa kata ganti ha pada
seperti tembikar (salsal ka al-Fakhkhar),
kata minha berarti dari jenis Adam (al
dari tanah (min tin), akan tetapi asal-usul
Kabir, 1993 : 129).
kejadian manusia
kejadian
manusia
secara
masih perlu diteliti
lebih lanjut, yang mana asal-usul dalam Pendapat
terakhir
yang
dikemukakan al-Razi cukup beralasan. Sebab jika diteliti, penggunaan kata nafs yang terulang 295 kali dengan berbagai variasinya dalam al-Qur’an tidak satupun menyatakan dengan tegas
menunjuk
kepada Adam. Kata nafs kadang-kadang berarti manusia, jiwa, dan juga berarti nyawa. Kata nafs wahidah dalam ayat tersebut boleh jadi suatu genus yang salah satu speciesnya adalah Adam dan pasangannya, sedangkan species yang lain adalah serta
binatang dan pasangannya tumbuh-tumbuhan
dan
arti ciptaan awal (production) dan mana asal-usul
dalam arti ciptaan lanjutan
(reproduction). Di samping ayat-ayat alQur’an
yang menjelaskan kejadian
manusia sebagaimana telah disebutkan, ada sebuah hadits Nabi SAW. Derajat haditsnya Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dari Abu Khurairah,
dalam shahih Bukhari, Imam Muslim dari Abu Khurairah dan Imam ahmad dari samrah
ibn
jandab
dalam
Musnad
Ahmad, dengan sanad Marfu’ muttasil. Yang menunjukkan
asal-usul kejadian
perempuan dari tulang rusuk laki-laki.
pasangannya. Surat al-Nisa ayat 1 di atas,
ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ر ﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل
agaknya kurang relevan jika dijadikan
رﺱﻮل اﷲ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺱﻠﻢ اﺱﺘﻮ
dasar dalam
ﺻﻮا ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻓﺎن اﻟﻤﺮأة ﺧﻠﻘﺖ ﻣﻦ ﺿﻠﻊ
menerangkan asal-usul
kejadian manusia secara biologis. Karena kalau dilihat dari konteksnya, ayat itu
و ان أﻋﻮج ﺷﻲء ﻓﻲ اﻟﻀﻠﻊ أﻋﻼﻩ ﻓﺎن ذ
berbicara tentang tanggung jawab para
هﺒﺖ ﺗﻘﻴﻤﻪ آﺴﺮﺗﻪ وان ﺗﺮآﺘﻪ ﻟﻢ ﻳﺰل
wali
.ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء
terhadap
orang
di
bawah
ﻓﺎﺱﺘﻮﺻﻮا
أﻋﻮج
perwaliannya. Di samping itu, ada ayat yang lebih khusus membicarakan tentang Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 159
Artinya,
“Dari abu Khurairah R.A.
berkata,
Rasulullah
"berilah nasehat
SAW
bersabda,
meluruskan tulang rusuk yang bengkok (Shihab, 1997 : 27).
kepada kaum wanita
dengan baik, karena mereka dijadikan
D. Hak-Hak Perempuan
dari tulang rusuk yang bengkok, dari Al-Qur’an
bagian yang paling bengkok adalah yang paling
teratas.
meluruskannya
Jika
maka
engkau
engkau
akan
mematahkannya, jika engkau biarkan saja, ia tetap saja bengkok. Maka berilah nasehat kepada kaum wanita dengan Hadits ini difahami oleh ulamaulama
terdahulu
secara
tekstual.
Pemahaman yang semacam ini terkadang mengantarkan keliru.
manusia banyak membicarakan tentang perempuan
dalam
Namun
kontemporer
kepada persepsi yang tidak
sedikit
ulama
memahaminya
secara
metafora. Tulang rusuk yang bengkok bahwa
memperingatkan menghadapi
hadits
kaum
di
atas
lelaki
agar
perempuan
dengan
bijaksana, karena pada diri perempuan ada sifat, karakter dan kecenderungan yang tidak sama dengan lelaki. Hal ini
sisi
hak dan kewajiban, ada pula yang menguraikan sejarah.
keistemewaantokoh
Secara
perempuan dalam
wanita
umum,
dalam hak-hak
firman Allah: Yang
artinya: “Bagi laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian daripada apa yang mereka usahakan". (Q; 4 : 32)
difahami dengan makna majazi, dengan pengertian
berbagai
kehidupan. Ada ayat yang menunjukkan
keistemewaan
baik”.
sebagai petunjuk bagi
Ayat
tersebut
memberikan
pengertian bahwa perempuan memiliki hak penuh
atas segala yang mereka
usahakan sebagaimana halnya laki-laki. Berikut ini dikemukakan beberapa hak yang dimiliki
oleh kaum perempuan
menurut pandangan Islam, yaitu:
bila tidak disadari dapat mengantarkan kaum laki-laki bersikap tidak wajar. Mereka tidak
akan mampu merubah
karakter
sifat
dari
bawaan
wanita.
Kalaupun mereka memaksanya maka bersifat
fatal,
sebagaimana
fatalnya
1.
Hak Dalam Bidang Politik Firman Allah, yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
160 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
bagi sebagian yang lain. menyuruh ma’ruf
Mereka
(mengerjakan) mencegah
mungkar,
yang
dari
(Shihab, 1997 : 237).
yang
mendirikan
Di sisi lain, Islam mengajarkan
shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. (Al-Qur’an (4): 32) Secara umum ayat di atas difahami sebagai gambaran tentang kewajiban
dalam berbagai bidang kehidupan
melakukan kerjasama
antara laki-laki dan wanita dalam berbagai bidang kehidupan yang dilukiskan dengan amar ma’ruf nahi
kepada
umatnya,
maupun
baik
laki-laki
wanita
untuk
bermusyawarah. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surat 42: 38 yang artinya: Urusan mereka selalu
diputuskan
musyawarah. merupakan
Musyawarah salah
satu
pengelolaan kehidupan
dengan prinsip
bidang-bidang menurut
al-qur’an
,
termasuk di dalamnya bidang politik. Dalam hal ini setiap muslim dalam
mungkar.
kehidupannya dituntut untuk selalu Kata auliya’ menurut Amin al-
mengimplementasikan konsep Syura
kulli-sebagaimana dikutip Quraish
bainahum. Atas dasar ini, maka
Shihab-
dikatakan bahwa setiap muslim baik
dalam
pengertiannya
mencakup kerjasama, bantuan dan
laki-laki
penguasaan. Sedang pengertian yang
memiliki hak tersebut bersama-sama
dikandung
oleh
pula.
mengerjakan
yang
‘menyuruh
kehidupan,
penguasa. Dengan demikian setiap dan
perempuan
muslimah
mampu
mengikuti
hendaknya perkembangan
2. Hak dalam Bidang Pekerjaan Sejak masa permulaan Islam,
termasuk
memberi nasehat (kritik) kepada lelaki
perempuan
ma’ruf’,
mencakup segala segi kebaikan atau perbaikan
maupun
masyarakat
agar
masing-masing dari mereka dapat melihat dan memberi saran (nasehat)
perempuan aktif untuk mengikuti berbagai
aktifitas,
perempuan
bekerja di sektor domestik maupun non domestik. Sekedar contoh, dalam bidang perniagaan nama Khadijah binti bisnis
Khuwailid woman
tercatat
sebagai
yang
sukses
sebagaimana juga Qilat umm Bani Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 161
Ammar. Raisthah, istri Abdullah bin
golongan di antara mereka beberapa
Mas’ud adalah seorang wanita yang
orang
aktif bekerja, karena pada waktu itu
pengetahuan mereka tentang agama
suami dan anaknya tidak mampu
dan
memenuhi
keluarga
kepada kaumnya, apabila mereka
(Yanggo, 1996 : 161). Zainab binti
telah kembali kepadanya, supaya
Jahsh, salah seorang istri nabi juga
mereka
aktif
kulit
dirinya”.(QS. 9:122).Para istri Nabi
binatang, dan dari usahanya ia
SAW setelah ditinggal wafat banyak
sedekahkan (Shihab, 1997 : 276).
yang
Dari
kebutuhan
bekerja
menyamak
gambaran
dikatakan
di
bahwa
untuk untuk
memperdalam
memberi
itu
peringatan
dapat
memberikan
menjaga
pengajaran
atas,
dapat
kepada kaum muslimah, terutama
Islam
tidak
tentang hadits-hadits nabi SAW yang
melarang perempuan bekerja baik di
pada
rumah maupun luar rumah. Selama
didengar oleh mayoritas sahabat.
umumnya
belum
pernah
pekerjaan tersebut dilakukan secara Dari uraian di atas dapat
terhormat, sopan dan mereka dapat menjaga
agamanya
serta
tidak
menimbulkan efek-efek negatif dari
disimpulkan
tidak
melarang kaum wanita untuk belajar. Namun
pekerjaan tersebut.
bahwa Islam sebaliknya
Islam
mewajibkan mereka untuk menuntut segala cabang ilmu dan memberikan
3. Hak Dalam Bidang Pengajaran
kebebasan untuk mengajarkan ilmu Dalam al-Qur’an banyak ayat
terdapat
yang memerintahkan
muslimah untuk menjadi umat yang pandai, umat yang lebih tinggi daripada umat yang lain. Dalam ajaran Islam, perempuan untuk
menuntut
dituntut
ilmu
dan
mengajarkannya sebagaimana hal itu diwajibkan kepada laki-laki. Seperti firman
Allah,
yang telah dikuasainya.
Yang
artinya:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
E. Kesetaraan
Gender
Dalam
Pemikiran Islam Pemikiran konseptual
keislaman
umumnya,
secara
untuk
tidak
mengatakan seluruhnya, didasarkan pada asumsi ideologi patriarki; satu worldview yang menempatkan posisi dan peranan laki-laki fungsional
di
atas
signifikansi
perempuan.
peran
Rumusan
interpretasi teks-teks suci (sacred texts) 162 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
keislaman yang patriarkis di maksud
seimbang antara laki-laki dan perempuan.
terangkum dalam bentuk kompilasi yang
karenanya polemik pro dan kontra terus
tertuangkan
menggelinding. Di antara citra dan potret
dalam beragam
kitab
kuning baik menyangkut aspek teologi,
perempuan yang dominan yaitu:
(1).
hukum, tafsir, dan tasawuf. Menurut
Perempuan
dan
banyak pakar gender (Muhammad, 2001 :
diperlakukan sebagai makhluk setengah
35), pemikiran keislaman dalam tradisi
laki-laki. Dalam ketentuan fiqh hak-hak
ini sangat dipengaruhi oleh budaya dan
perempuan ditakar setengah hak laki-laki
sistem sosial Arab pra Islam yang sangat
seperti dalam banyak ketentuan warisan,
patriarkis (Umar, 2001 : 136). Dalam
kesaksian
sejarah pembentukannya, oleh para ulama
Perempuan sebagai makhluk yang tidak
penerus (disciples), diskursus keislaman
sempurna (deficient); lemah kemampuan
tersebut diambil apa adanya (taken for
intelektualnya; tidak mampu menguasai
granted) dengan mengabaikan aspek
gejolak emosional; berpikir irrasional.
kritisisme kontekstual, untuk kemudian
Akibatnya,
dikodifikasi dalam berbagai literature
perempuan tidak boleh menjadi hakim,
keislaman
tersebut
terutama untuk kasus-kasus pidana (yate,
sampai kini, oleh mayoritas umat Islam,
1996 : 98), dalam sebuah hadits riwayat
dijadikan standar normative yang baku
Bukhari disebutkan, tidak akan pernah
(al-Maraji’ al-Mu’tabarat) dalam tata
beruntung bangsa
kehidupan
perempuan. Sementara itu, jumhur ulama
klasik.
Literature
beragama,
bermasyarakat,
secara hukum dinilai
dan
hukum
menurut
‘aqiqah.
(2).
al-Mawardi,
yang diperintah
berbangsa dan bernegara. perlu dicatat
fiqh sepakat
bahwa kitab-kitab fiqh pada umumnya
diperbolehkan mengimami shalat jama’ah
ditulis dalam tradisi arab yang patriarkis
yang salah satu ,makmumnya adalah laki-
bermazhab Shafi’i.
laki (al-Qurtubi, tt : 103), (3). Perempuan
Pemikiran keislaman klasik yang patriarkis mendapat sorotan
kritis dari
bahwa perempuan tidak
adalah makhluk penggoda dan mudah tergoda oleh bujuk rayu angan. Dalam hal
berbagai kalangan. Mereka umumnya
pemikiran
beralasan bahwa
perempuan adalah
diskursus keislaman
hukum
Islam,
suara
aurat yang dapat
klasik sungguh didasarkan pada postulat
mengusik
dan asumsi yang deskriminatif, dan pada
(Iqbal, 1995 :27), (4). Ada pembagian
gilirannya melahirkan, membakukan dan
kavling domain gerak laki-laki dan
melestarikan
perempuan
relasi gender yang tidak
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
gairah seksualitas laki-laki
secara
sosial,
ranah
| 163
perempuan adalah dunia domestik dan
dosa (punishment) dan reward (pahala)
wilayah laki-laki adalah publik. Dalam
(Rahman,
hadits (dhaif hasil takhrij), jika seorang
kepemimpinan
perempuan keluar rumahnya, sementara
larangan
suaminya
negara, Safia Iqbal
keberatan,
maka
semua
2002
:
42).
Dalam
perempuan
perempuan
hal
sebagai
sebagai
kepala
merinci sebagian
penghuni langit mengutuknya. (5). Masih
alasan-alasannya:
banyak beban hukum lainnya yang
a. Dunia politik adalah ranah publik,
dibedakan semata-mata atas dasar jenis
sementara perempuan adalah ranah
kelamin. Contoh; jumhur fuqaha sepakat
domestik, di dalam rumah.
bahwa
perempuan
melaksanakan
tidak
shalat
diwajibkan
jum’at,
shalat
b. Keharusan pemimpin politik untuk berbicara di forum publik, padahal
berjama’ah perempuan di masjid. Bahkan
suara
dalam hal hukum qisas, beberapa imam
direkomendasikan
mazhab menilai qisas perempuan yang
diperdengarkan di tempat terbuka,
membunuh laki-laki belumlah cukup,
umum;
masih harus ditambah dengan hukuman
c. Pemimpin
lain.
Artinya
nyawa
laki-laki
tidak
sebanding dengan nyawa perempuan (Aini, 2001 : 1-9)
harus
tidak untuk
memimpin
rapat
tertutup, menghadiri jamuan ; d. Seorang pemimpin lumrah dituntut berdialog interaktif di mana dia harus
Beberapa pendapat di atas, dipertahankan
perempuan
terus
pemaham Islam klasik
menatap mata orang asing, bukan muhrimnya;
dan terus berupaya merasionalisasikan
e. Seorang pemimpin sulit mengelak dari
perlakuan syari’at yang berbeda terhadap
tugas kunjungan kenegaraan, padahal
laki-laki
perempuan harus bersama muhrimnya;
dan
perempuan.
karenanya,
seluruh bentukan pematokan
peran
tradisional perempuan sering dibarengi
f. Konflik status dan peranan, serta ketidakseimbangan suami-isteri.
dengan pandangan biologi, sosio-biologi,
Semua tugas di atas menurut Safia
psikologi bahkan agama. Yang terakhir
Iqbal,
ini malah begitu menentukan, karena
ketentuan normative agama Islam, dan
agama- seperti kata
tidak
Peter L. Berger-
selalu
berbenturan
memungkinkan
dengan perempuan
adalah suatu universum symbolicum,
terutama yang bersuami untuk memimpin
karena itu memiliki legitimasi sacral,
publik. Di sisi lain, Safia nampak
bahkan implikasi eskatologis dengan
mereduksi eksistensi perempuan, istri, ke
164 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
lingkup pelayan. Pada gilirannya, semua
d. Adam dan Hawa, terlibat secara aktif
hal di atas dicoba untuk dianalisis ulang,
dalam
sebagaimana kita ketahui bahwa Al-
Baqarah/2:35).
Qur’an mengajarkan bahwa Islam datang untuk
memberikan
kenyamanan,
kedamaian hidup (rahmatan lil ‘alamin).
drama
kosmis.
(QS.
Al-
e. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih
prestasi.
(QS.
Ali
‘Imran/3:195).
Di masa periode awal Islam, Rasulullah
Selain argumen di atas, Noryamin
sangat menjunjung tinggi harkat martabat
Aini juga menjelaskan
perempuan.
relasi gender dengan dua alasan dasar
beberapa
argumen
yang
ketimpangan
sudah ditawarkan mungkin memberi
yakni pertama, mengacu
kejelasan akan nampaknya kesetaraan
kebebasan, beban hukum dan tanggung
gender dalam Islam antara lain oleh
jawab. Yang kedua adalah terkait dengan
Nasaruddin
keadilan Tuhan.
Umar
lewat
tulisannya
pada dasar
Argumen kesetaraan gender, yakni: Ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai
standar
dalam
Penutup
menganalisa
Kesadaran
berbicara
dan
prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam
menyajikan feminisme dari kalangan
al-Qur’an yakni:
muslim
a. Laki-laki dan perempuan sama-sama
kesadaran
muncul gender
sebagai hamba ( QS al-Zariyat/51:56),
memperjuangkan
keduanya
ketidakadilan
memiliki
potensi
untuk
dengan
memuat
serta
berupaya
penghapusan
gender
yang
menimpa
menjadi hamba yang ideal (Muttaqun)
kaum perempuan. Dapatlah dikatakan
(QS al-Hujurat/49: 13)
bahwa dari lingkungan dunia Islam,
b. Laki-laki
dan
perempuan
sebagai
biasanya mereka, baik para perempuan
khalifah di bumi. (QS al-An’am/6:
maupun juga laki-laki, mempersoalkan
165); Al-Baqarah/2:30), kata khalifah
ajaran Islam. Beberapa penulisnya, ada
tidak menunjuk kepada salah satu jenis
yang berpandangan bahwa al-Qur’an
kelamin atau kelompok etnis tertentu.
tidak
c. Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian
Primordial.
(QS.
Al’A’raf/7:172).
melihat
inferioritas
perempuan
dibandingkan dengan laki-laki; laki-laki dan perempuan setara dalam pandangan Tuhan,
dan
mufassir-lah
yang
menafsirkan ayat-ayat tidak sebagaimana seharusnya. Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
| 165
Pemikiran konseptual
keislaman
umumnya,
secara
untuk
tidak
Pemikiran keislaman klasik yang patriarkis mendapat sorotan
kritis dari
mengatakan seluruhnya, didasarkan pada
berbagai kalangan. Mereka umumnya
asumsi ideologi patriarki; satu worldview
beralasan bahwa
yang menempatkan posisi dan peranan
klasik sungguh didasarkan pada postulat
laki-laki
peran
dan asumsi yang deskriminatif, dan pada
Rumusan
gilirannya melahirkan, membakukan dan
di
fungsional
atas
signifikansi
perempuan.
diskursus keislaman
interpretasi teks-teks suci (sacred texts)
melestarikan
keislaman yang patriarkis di maksud
seimbang antara laki-laki dan perempuan.
terangkum dalam bentuk kompilasi yang
karenanya polemik pro dan kontra terus
tertuangkan
menggelinding.
dalam beragam
kitab
relasi gender yang tidak
kuning baik menyangkut aspek teologi, hukum, tafsir, dan tasawuf. Pemikiran keislaman dipengaruhi
dalam
tradisi
ini
sangat
oleh budaya dan sistem
sosial Arab pra Islam yang sangat patriarkis.
Dalam
pembentukannya,
oleh
sejarah para
ulama
DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lisa, To be Jewish Woman, 1992, New Jersey, London:
Janson
Aronson INC Aini, Noryamin, 2001, “Gender dalam Diskursus
Keislaman:
Relasi
penerus (disciples), diskursus keislaman
Gender dalam Pandangan Fiqh”,
tersebut diambil apa adanya (taken for
dalam Jurnal Refleksi, Vol. III, No.
granted) dengan mengabaikan aspek
2, 2001: 1-9.
kritisisme kontekstual, untuk kemudian
Al-Andalusi, 1993, Tafsir al-Bahr al-
dikodifikasi dalam berbagai literature
Muhith, Vol.3. Beirut: Dar al-Fikr
keislaman
al-Ilmiyah,
klasik.
Literature
tersebut
sampai kini, oleh mayoritas umat Islam,
Al-Baqi, Muhammad Fuad, t.t.
Al-
dijadikan standar normative yang baku
Mu’jam al-Mufahrats li Al-Fadz al-
(al-Maraji’ al-Mu’tabarat) dalam tata
Qur’an al-Karim, t.tp : Dar wa
kehidupan
Mathabi’ al-Syu’ab
beragama,
bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Perlu dicatat
Al-Mabarkafuri, t.t, Tuhfat al-Ahwadzi bi
bahwa kitab-kitab fiqh pada umumnya
Syarh Jami’ al-Tirmidzi, dalam CD
ditulis dalam tradisi arab yang patriarkis
Maushu’ah al-Hadits al-Syarif, al-
bermazhab Shafi’i.
Ishdar al-Tsani 2.00, Global Islamic Software Company, 1991-1997.
166 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
Al-Maraghi,
t.t, Tafsir Al-Maraghi,
Vol.3, Beirut: dar al-Fikr al-Mawardi,
1996,
Abu
Making
Hasan
al-
Muhammadibn Abu al-Baghdad, Al-Ahkam
H.T. Wilson, 1989, Sex and Gender,
al-Sultaniyyah,
Cultural
Sense
of
Civilization, Leiden, Kobenhavn, Koln: E.J. Brill,
trans.
Haqqi, Muhammad Isma’il, , t.t., Tafsir
Asadullah yate, London: Ta-Ha
Ruh al-Bayan, Vol. 2, Beirut: Dar
Publisher
al-Fikr
Al-Razi, 1990, Al-Tafsir al-Kabir, Vol 6. Beirut: Dar- al-Kutub al-Ilmiyah
Hasan,
Riffat,
dalam
Berktay, Fatmagul, 1998, Women and Religion, Montreal: Black Rose Books
“Teologi
Tradisi Islam,” dalam
Ulumul Qur’an, Vol. 1, 1990/1410 H. : 51. Ibn Katsir,1992,
Boucher, David, 1983, The Feminist
Perempuan
Tafsir al-Qur’an al-
‘Adzim, vol. 1 Beirut: Dar al-Fikr.
for
Ilyas, Yunahar, 1997, Feminisme Dalam
Women’s Liberation in Britain and
Kajian Tafsir al-Qur’an; Klasik
the
dan
Challenge:
the
Movement
United States, London: Mc
Millan Press, 1983. Dzuhayatin,
Siti
“Pergulatan
2002,
Iqbal, Safia, 1994, Woman and Islamic
Feminis
law, Chitli Qabar, Delhi: Adam
dalam Wacana Islam” dalam Siti Ruhaini
Dzuhayatin,
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Ruhaini, Pemikiran
Kontemporer,
et.
Publisher & Distributors
al.,
Lips, Hilary M., 1993, Sex & Gender: an
Rekonstruksi Metodologis Wacana
Introductions, California, London,
Kesetaraan Gender Dalam Islam,
Toronto: M. Lishing Company
Yogyakarta: PSW IAIN Su-Ka,
Mosse, Julia Cleves, 1996, Gender &
McGill-ICIHEP, Pustaka Pelajar, Esposito, John L. (ed. In chief), 1995, The Oxford
Encyclopedia of the
Modern Islamic World, New York
Pembangunan, Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis Centre dan Pustaka Pelajar, Husein,
Fiqh
: Oxford University Press, 1995,
Perempuan: Refleksi Kiai
Atas
vol. II.
Wacana
Fakih, Mansour, 1997, Analisis Gender dan
Transformasi
Sosial,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gender dalam Islam (Ali Sibram Malisi)
Muhammad,
2001,
Agama dan Gender,
Yogyakarta: LKIS, Neufeldt, Victoria (ed.), Webster’s New World
Dictionary,
New
York:
| 167
Webster’s New World Clevenland,
Theology, Boston: Beacon Press,
1984. Onionss, C.T. (ed.), The
1983.
English
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-
Etymology, Oxford: Oxford at the
Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu
Clarendon Press
Dalam
Oxford
Rachman,
Dictionary
Budhy
of
Munawar,
2002,
Kehidupan
Masyarakat,
Bandung: Mizan, 1997.
“Penafsiran Islam Liberal atas isu-
Tierney, Helen (Ed.) Women’s Studies
isu Gender dan Feminisme di
Encyclopedia, Vol. I, New York,
Indonesia”, dalam
Siti Ruhaini
Green Wood Press.
Dzuhayatin,
Rekonstruksi
et.al.,
Umar,
Nasaruddin,
2003,
Metodologis Wacana Kesetaraan
“Demaskulinisasi
Gender dalam Islam, Yogyakarta:
Menuju
PSW IAIN Suka, Mc Gill, Pustaka
Berperspektif Gender”, Refleksi;
Pelajar
Jurnal Kajian Agama dan Filsafat,
Showalter, Elaine (Ed.). tt., Speaking of Gender, New York & London: Routledge, “ Women and
Religion: An Islamic Perspective” dalam Sexuality,
Women, Religion and Jeanne
Philadelphia:
Becher,
Trinity
ed., Press
Pendidikan
Agama
Vol. , (1) ---------,
2001,
Gender
Rifaat Hasan, 1990,
Epistemologi;
Argumen
Kesetaraan
Perspektif
Al-Qur’an,
Jakarta: Paramadina, Yanggo,
Huzaemah
T.,
1996,
Membincang Feminisme; Diskursus Gender Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti
International Ruether, Rosemary Redford, Sexism and God-Talk:
168 |
Toward
A
Feminist
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012