GATOT SOEDARTO
KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
2
KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGA HAN BAHA YA KEBAKARA N Oleh : Gatot Soedarto Copyright © 2014 by Gatot Soedarto
Penerbit Kalasan Store www.pmdlk.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Radya Bhre Andika W
Diterbitkan melalui: www.nulis buku.com 1
Ucapan Terimakasih: Buku ini merupakan revisi dari buku : Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, karangan penulis yang diterbitkan pada tahun 1983 di Jakarta oleh Penerbit Grafindo Utama bekerja sama dengan Yayasan K3/Katiga Depnaker R.I. Ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Pimpinan Yayasan K3/Katiga Depnaker R.I yang telah bersedia menerbitkan buku untuk digunakan sebagai pedoman dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
2
DAFTAR ISI Bab 1 : Pendahuluan
4
Bab 2 : Kecelakaan Kerja
13
Bab 3 : Keselamatan Kerja
24
Bab 4 : Pengetahuan tentang api
29
Bab 5 : Segitiga api dan metoda Pemadaman kebakaran
47
Bab 6 : Bahan-bahan pemadam api
71
Bab 7 : Alat pemadam kebakaran
89
Bab 8 : Bahan kimia mudah terbakar
108
Bab 9 : Penutup
117
Lampiran : Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3
Bab 1 Pendahuluan Keselamatan
Kerja,istilah lengkapnya sering disingkat K3 ( KATIGA ) ialah segala usaha yang dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan dan keamanan peralatan / mesin serta keamanan dan kenyamanan lingkungan. Di Indonesia masalah Katiga dijamin berdasarkan undang-undang. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan, bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kata-kata " pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan " mengandung arti adanya jaminan keselamatan dan kesehatan bagi warga negara yang melakukan pekerjaan. Dengan demikian, suatu jenis pekerjaan yang mengandung resiko bahaya tidak boleh diabaikan begitu saja faktor- faktor yang diperlukan untuk menjamin keamanannya, melainkan harus disediakan alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk memperkecil dan meniadakan resiko bahayanya.Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 di atas dijabarkan ke dalam undangundang No.14 tahun 1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Pasal 9 undang-undang tersebut 4
menyatakan : " Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama . " Sejak tahun 1970 masalah Katiga di Indonesia dilihat dari segi hukum menjadi semakin mantap dengan keluarnya undang- undang no.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Perusahaan atau majikan tidak bisa berbuat sewenang-wenang terhadap karyawannya. Perusahaan atau majikan berkewajiban untuk memperlakukan karyawannya sesuai harkat kemanusian, selain berkaitan dengan besarnya upah yang diberikan, perusahaan atau majikan juga wajib mengeluarkan beaya-beaya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, melengkapi perusahaannya dengan peralatan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran termasuk melatih para pekerjanya dalam usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran - serta berupaya mencegah tejadinya penyakit akibat kerja. Sebaliknya bagi karyawan atau pekerja yang terikat dengan penjanjian kerja, mereka tidak bisa berbuat semaunya sendiri, melainkan memiliki tanggung jawab untuk berbuat atau bertindak sesuatu aturan yang diberlakukan, wajib mematuhi aturan-aturan keselamatan kerja demi keselamatan dirinya sendiri dan juga keselamatan karyawan lainnya serta 5
perusahaan, termasuk keselamatan lingkungan kerja dan juga lingkungan hidup sekitarnya. Walaupun undang-undang no.1 tahun1970 itu berjudul Undang-undang Keselamatan Kerja, namun pasal-pasal di dalamnya mencakup masalah Kesehatan Kerja, sehingga undang-undang No.1 tahun 1970 itu yang digunakan sebagai pedoman pokok di Indonesia menyangkut masalah Katiga. Selain itu, permasalahaan Katiga sangat erat kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup. Dan pada tahun 1984 disahkan undang- undang no.4 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Salah satu ketentuan pokok dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan undang-undang tersebut menyatakan : " Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya." Dengan demikian menjadi jelas, bahwa negara memberi jaminan keselamatan dan kesehatan kepada para pekerjanya, namun negara juga menuntut tanggung jawab dari tenaga kerja untuk melakukan usaha- usaha yang bertujuan demi terwujudnya keselamatan dan kesehatan bersama.
6
Sejarah dan falsafah KATIGA
Ada beberapa bukti sejarah yang telah dite mukan, bahwa sejak zaman sebelum tahun Masehi masalah keselamatan kerja sudah menjadi perhatian dari raja atau penguasa, dan juga merupakan hak bagi rakyat atau tenaga kerja. Bukti sejarah yang ditemukan dari bekas kerajaan Babilonia-Mesir yang dikenal pernah jaya pada abad17 sebelum Masehi, rajanya yang bernama Hamurabi mengeluarkan undang-undang yang berbunyi : " Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang.dan membuatnya tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga rumah itu roboh, maka ahli bangunan itu harus dibinasakan. Dan apabila anak pemilik rumah menjadi korban sehingga meninggal, maka anak dari ahli bangunan itu harus dibunuh. Jika budak dari pemilik rumah itu yang meninggal, maka harus diganti dengan budak dari ahli bangunan itu. " Ditemukan juga undang- undang yang ditulis pada abad-12 sebelum Masehi : " Barang siapa membangun rumah baru dan menginginkan tidak timbul kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, maka tiap ujung atap rumah yang sedang dibangun harus diberi pagar pengaman "
7
Seorang ahli hukum di zaman kerajaan Romawi Kuno, Plinius, pada abad-1 sebelum Masehi menulis bahwa untuk mencegah kecelakaan karena gas beracun, maka para pekerja di tambang-tambang diharuskan memakai tutup hidung atau masker. Dalam tulisannya, Plinius juga mengingatkan tentang jenis-jenis pekerjaan dan tempat-tempat bekerja yang dapat menimbulkan penyakit bagi para pekerjanya ( penyakit karena jabatan ). Kemudian pada tahun 1450 Masehi, Dominico Fontana yang mendapat tugas membangun obelisk di tengah-tengah lapangan St.Pieter di Roma mengharuskan para pekerjanya memakai pelindung kepala / helm seperti yang dipakai oleh para prajurit Roma, agar mereka tidak mengalami kecelakaan fatal bila kejatuhan benda-benda bangunan. Dari bukti-bukti sejarah tersebut kita ketahui bahwa masalah Katiga sejak zaman dahulu sudah ada, bahkan sanksi hukum bagi pelanggarnya lebih berat, sehingga dalam melakukan pekerjaan bangunan misalnya, yang digunakan oleh publik, maka mereka yang mendapat tugas membangun akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, dan tidak berani bekerja sembarangan. Bila mereka melakukan kesalahan sehingga menimbulkan korban bagi orang lain, maka akan mendapat sanksi hukum yang sepadan dengan penderitaan korbannya.
8
Tingkat kecelakaan kerja Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia termasuk tinggi, Menurut Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Keselamatan Kerja Universitas Indonesia, Fatma Lestari, pada pidato pengukuhannya hari Rabu tanggal 15 Januari 2014, data statistik pada tahun 2012 menunjukkan telah terjadi 103.074 kecelakaan kerja, berarti rata-rata terjadi 382 kecelakaan kerja setiap harinya. Dari jumlah tersebut, 91,21 persen korban kecelakaan sembuh kembali, 3,8 persen mengalami cacat fungsi, 2,61 persen mengalami cacat sebagian, dan sisanya meninggal dunia ( 2.419 kasus ) dan mengalami cacat total tetap ( 37 kasus ). Sebagai perbandingan, jumlah kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian di Singapura relatif rendah. Pada tahun 2004 hanya terjadi 83 kasus, 2005 terjadi 71 kasus, 2006 terjadi 62 kasus, 2007 terjadi 63 kasus, dan tahun 2008 hanya terjadi 67 kasus.
9
Bab 2 Kecelakaan Kerja Kecelakaan,
secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak terduga, yang dapat berakibat mengacaukan suatu proses kegiatan yang telah direncanakan. Dalam suatu kecelakaan, unsur ' tidak terduga ' adalah mutlak. Sebab bila kejadian kecelakaan itu sudah dapat diduga sebelumnya, berarti sudah ada unsur- unsur kesengajaan. Dalam hal ini masalahnya sudah bukan kecelakaan lagi, melainkan sudah menyangkut tindak pidana.
Teori Kecelakaan Kerja Walaupun kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak terduga, namun selalu ada sebab-sebab yang mendahului terjadinya kecelakaan. Teori kecelakaan kerja berdasarkan suatu prinsip bahwa setiap kecelakaan kerja yang terjadi di mana saja, dapat ditelisik sebab-sebab yang mendahuluinya dari dua faktor pokok, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar, adalah faktor tidak terduga disebabkan terjadinya bencana alam, misalnya gempa bumi, banjir, badai, dan sebagainya. Faktor 10
dari luar lainnya adalah perbuatan atau tindakan disengaja oleh pihak lain yang memiliki tujuan tertentu, misalnya sabotase dan tindakan terkait dengan terorisme. Sedangkan faktor dari dalam, disebabkan oleh dua hal, yaitu :
pada umumnya
1. Adanya Kondisi Yang Berbahaya Condition ).
( Unsafe
2. Adanya Perbuatan Yang Berbahaya ( Unsafe Action ).
End Sample
Terima kasih
SAFETY FIRST
11