Gambar 4.28 Fender Seibu tipe V.
Gambar 4.29 Raykin Fender.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-36
Gambar 4.30 Fender Gravitasi dari blok beton
Gambar 4.31 Fender gravitasi gantung.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-37
Mengingat energi berthing yang dihasilkan oleh impact kapal cukup besar maka umumnya fender yang dipilih adalah tipe cell / cone. Di samping daya penyerapan yang cukup tinggi, kelebihan fender ini antara lain adalah: Perbandingan antara ruang yang dibutuhkan dengan penyerapan energi berthing sangat baik sehingga dapat mereduksi volume pekerjaan beton. Sebagai perbandingan untuk energi berthing sebesar 81.64 ton.m, jika dipasang cell / cone fender 14050 H maka dibutuhkan areal dudukan kira-kira sebesar 2 m x 2.5 m sedangkan jika dipasang tipe V maka dibutuhkan V1000 dengan panjang 3.5 m dengan areal pemasangan 4.1 m x 2 m. Tipe cone atau cell sangat fleksibel sehingga secara keseluruhan penyerapan energi juga akan dibantu oleh struktur dermaga. Dalam penentuan sistem fender terdapat beberapa hal yang menjadi bahan acuan yang dipakai antara lain akan diuraikan pada bagian berikut ini: Penyerapan Energi Fender Energi yang diserap oleh sistem fender dan dermaga biasanya ditetapkan (Triatmodjo, 1996); di mana:
F E
F=
E 2
= energi yang diserap oleh fender (kNm) = energi berthing (kNm)
Setengah energi lainnya diserap oleh kapal dan air. Jarak Antar Fender Jarak maksimum antar fender direncanakan dengan mengacu pada persamaan berikut (Fentek Marine Fendering System):
Gambar 4.32 Ilustrasi Jarak Antar Fender.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-38
S≤
RB 2 − ( RB − PU + δ F + C )
2
1 B LOA2 RB = + 2 2 8* B Dimana: S
= jarak antar fender
RB
= radius bow kapal
PU
= proyeksi fender
δF
= defleksi fender = 0,45 * PU
C
= ruang kebebasan
Hull Pressure Untuk perencanaan frontal frame, tekanan izin lambung kapal diambil dengan mengacu kepada BS 6349 Part 4, yaitu: Tabel 4.8 Hull Pressure
Hull Pressures dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P=
∑R W2 ⋅ H 2
≤ Pp
Dimana P
= hull pressure (kN/m2)
ΣR
= total reaksi fender (N/m)
W2
= lebar panel (m)
H2
= tinggi panel (m)
Pp
= permissible hull pressure / tekanan kontak izin (kN/m2) → (lihat Tabel 4.8)
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-39
Gambar 4.33 Panel Fender
e. Beban Mooring Mooring merupakan sistem penambatan kapal dengan tali atau kabel yang diikatkan pada bollard. Pengikatan kapal dengan sistem mooring ini bertujuan mencegah gerakan-gerakan pada kapal yang berlebihan (heave, yaw, pitch, sway, roll, dan surge) karena gerakan kapal ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan benturan maupun gesekan yang cukup besar. Gaya mooring adalah gaya reaksi dari kapal yang bertambat. Pada prinsipnya gaya mooring merupakan gaya-gaya horisontal yang disebabkan oleh angin dan arus. Sistem mooring ini dianalisa agar mampu mengatasi gaya-gaya akibat kombinasi angin dan arus.
Gambar 4.34 Ilustrasi Ukuran Kapal
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-40
Gambar 4.35 Ilustrasi Gaya Mooring yang Bekerja pada Kapal (tampak atas)
Gambar 4.36 Ilustrasi Gaya Mooring yang Bekerja pada Kapal (tampak melintang)
Gambar 4.37 Ilustrasi Gaya Mooring yang Bekerja pada Kapal (tampak samping)
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-41
Metode ini diambil dari BS 6349: part 1: clause 42. 1. Angin Angin yang berhembus ke badan kapal yang sedang bertambat akan menyebabkan gerakan kapal. Gerakan kapal tersebut bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Besarnya beban gaya akibat angin dapat dihitung sebagai berikut: Transversal
FTW = CTW * ρU * AL *VW 2 *10−4 Dimana: CTW AL VW ρU
= koefisien gaya angin transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.38, yakni = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di atas air, yakni LOA * Freeboard = kecepatan angin rencana, diambil kecepatan angin maksimum 1 tahunan. = massa jenis udara (1,25 ton/m3)
Longitudinal
FLW = CLW * ρU * AT *VW 2 *10−4 Dimana: CLW AT VW ρU
= koefisien gaya angin longitudinal, diambil maksimum dari Gambar 4.38, yakni = luas bidang proyeksi transversal lambung kapal di atas air, yakni Beam * Freeboard = kecepatan angin rencana, diambil kecepatan angin maksimum 1 tahunan. = massa jenis udara (1,25 ton/m3)
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-42
Gambar 4.38 Koefisien Gaya Akibat Angin
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-43
2. Arus Transversal
FTC = CTC * CCT * ρ A * AL *VC 2 *10−4 Dimana: CTC CCT AL Vc ρA
= koefisien gaya arus transversal, diambil dari Gambar 4.39. = faktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.40. = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, yakni LPP * Draft = kecepatan arus rencana pada hasil survei = massa jenis air laut (1024 kg/m3)
Longitudinal
FLC = CLC * CCL * ρU * AT *VC 2 *10−4 Dimana: CLC CCL AT VC ρA
= koefisien gaya arus transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.39. = faktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.40. = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, yakni Beam * Draft = kecepatan arus rencana pada hasil survei = massa jenis air laut (1024 kg/m3)
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-44
Gambar 4.39 Koefisien Gaya Akibat Arus
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-45
Gambar 4.40 Koefisien Koreksi Kedalaman Akibat Arus
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-46
Gaya Mooring Total •
Gaya Mooring sejajar as kapal
FL = FLW + FCW •
Gaya Mooring tegak lurus as kapal
FT = FTW + FTC Layout Mooring Line Untuk dermaga ini sistem mooring line terdiri dari: • • • •
Stern Line After Breast Line Spring Line Head Line
Karakteristik Mooring Line tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: • Stern/Head Line dan Spring Line akan menahan beban angin/arus yang datangnya dari depan maupun belakang kapal. • Breast Line akan menahan beban angin/arus yang datangnya dari samping kapal. Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa Stern/Head Line berfungsi memikul beban angin/arus baik arah melintang maupun memanjang. Oleh karena itu sudut pemasangan Stern Line dan Head Line dianjurkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan tahanan 50% arah memanjang serta 50% arah melintang. Berdasarkan BS 6349, part 4, dapat ditentukan posisi titik tambat kapal (Bollard) sebagai berikut: • Stern Line dan Head Line membentuk sudut 45° terhadap axis memanjang dermaga. • Spring Line membentuk sudut maksimum 15° terhadap axis memanjang dermaga. • After dan Forward Breast Line membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga. Kemudian hasil perhitungan tersebut diatas dianalisa untuk memperoleh beban maksimum yang bekerja pada bollard sebagai berikut • Beban arah melintang akan dipikul oleh: a) 1 Head line dan 1 Stern Line, yang masing-masing membentuk sudut maksimum 45° terhadap axis memanjang dermaga. b) 2 Breast Line (after dan forward), yang masing-masing membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga. • Beban arah memanjang akan dipikul oleh: a) 2 Spring Line, yang masing-masing membentuk sudut maksimum 15° terhadap axis memanjang dermaga.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-47
Gambar 4.41 Sketsa Mooring Line
Agar tali dapat menahan beban dengan efektif maka sudut vertikal juga dibuat sedatar mungkin, dan maksimum besar sudutnya adalah 25°. Oleh karena itu perlu diperhatikan posisi tali pada saat terjadinya perubahan muka air akibat pasang seperti pada Gambar 4.42 dibawah ini:
Gambar 4.42 Sketsa perubahan Mooring Line akibat perubahan muka air pasang
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-48
Gambar 4.43 Posisi Mooring Line akibat perubahan muka air pasang
Untuk menghitung sudut vertikal pada tali tambat, terlebih dahulu harus diketahui perbedaan ketinggian muka air laut takibat pasang surut terhadap lantai dermaga.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-49
4.4
Perhitungan Pembebanan Pada Struktur Dermaga
4.4.1 Struktur Wharf Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembangunan dermaga ini akan dilaksanakan per tahap dengan panjang masing-masing modul adalah 50 m, sehingga perhitungan pembebanan berdasarkan panjang modul tersebut. Berikut adalah data-data umum yang menjadi acuan dalam perhitungan pembebanan: Ukuran Dermaga Ukuran Dermaga Lebar Dermaga Panjang Dermaga
20 50
m m
Elevasi Dermaga Elevasi Dermaga = HW S +
1 H + freeboard 2
Dimana:
HWS = high water spring(m) = tinggi gelombang rencana, hasil analisis refraksi difraksi (m)
H
Elevasi Dermaga = HW S +
1 H + freeboard 2
3 + 0,5 2
Elevasi Dermaga = 1,8 +
Elevasi Derm aga = 3, 8 m
Parameter Gelombang (Joseph W. Tedesco: Structural Dynamic) Tinggi gelombang rencana untuk perhitungan struktur, dengan perioda ulang 50 tahunan: 5,33 m. Perioda gelombang rencana (OCDI, hal. 44)
T1 = 3,86 H 1 = 3,86 3 = 6, 7 dt 3 3 Bilangan gelombang (k), didapat dengan cara trial dan error menggunakan persamaan dispersi:
ω 2 = gk tanh (kh) ω=
2π T
Dimana: h = kedalaman perairan + HHWL = 15 + 1,8 = 16,8 m g = percepatan gravitasi = 9,81 m/dt T = perioda gelombang = 6,7 detik Dengan memasukkan variabel-variabel di atas, didapat nilai k sebesar 0,088.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-50
Panjang gelombang (L), didapat dengan menggunakan persamaan: 1 πh L = (2π hLo ) 2 1 − 3Lo gT 2 Lo = 2π
Dimana: L = panjang gelombang Lo = panjang gelombang di laut dalam = 69,8 m. Sehingga L bernilai 64,2 m. Parameter Material Berat jenis beton Berat jenis baja
= ρbeton = 2400 kg/m3 = ρbaja = 7800 kg/m3
a. Beban Mati (keseluruhan) 1) Pelat Dimensi Pelat Panjang (l)
m
50
Lebar (b) Tebal (t)
m m
20 0,4
qpelat
= ρbeton * l * b * t = 2400 * 50 * 20 * 0,4 = 960 ton
2) Balok Dimensi Balok Panjang (l)
m
490
Lebar (b) Tebal (t)
m m
0,6 1
qbalok
= ρbeton * l * b * t = 2400 * 490 * 0,6 * 1 = 705,6 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-51
3) Pile Cap Pile Cap pada dermaga ada 2 tipe, yakni menahan tiang tunggal dan menahan tiang ganda. Tipe 1: Menahan Tiang Tunggal Dimensi Pile Cap Tinggi (h)
m
1,7
Lebar (b) Jumlah (n)
m m
1,7 40
Volume 1 Pile Cap
= ((b * h) – Luas Penampang Balok) * b = ((1,7 * 1,7) – (1 * 0,6) * 1,7 = 1,87 m3
qpile cap
= ρbeton * volume * n = 2400 * 1,87 * 40 = 179,52 ton
Tipe 2: Menahan Tiang Ganda Dimensi Pile Cap Tinggi (h)
m
1,7
Lebar (b) Jumlah (n)
m m
2,2 20
Volume 1 Pile Cap
= ((b * h) – Luas Penampang Balok) * b = ((1,7 * 2,2) – (1 * 0,6) * 1,7 = 2,72 m3
qpile cap
= ρbeton * volume * n = 2400 * 2,72 * 20 = 130,56 ton
4) Tiang Dimensi Tiang Diameter (d)
m
0,8
Tebal (t) Jumlah (n)
m m
0,015 80
Luas 1 tiang (A)
=
1 2 * π * ( d 2 ) − ( d − t ) 4
= 0,018673 m2 Fixity point (Zr)
=
SF
β dimana β =
4
kh D 4EI
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-52
Zr
SF
= 4
kh D 4EI
1.5
= 4
1,8 x 81,2 4 x 2,1* 106 x 298318,3
= 542,78 cm = 5,43 m Panjang 1 tiang (L)
= kedalaman + elevasi dermaga + fixity point = 15 + 3,8 + 5,43 = 24,23 m
Total berat tiang
= ρbaja * L* n * A = 7800 * 24,23 * 80 * 0,018673 = 282,299 ton
b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada dermaga berupa beban UDL maksimum, berupa container 2 tumpuk. UDL Lebar Dermaga (b) Panjang Dermaga (l)
Total beban hidup
kg/m2 m m
4000 20 50
= UDL * b * l = 4000 * 20 * 50 = 4000 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-53
c. Beban Gelombang i. Gelombang Pada Tiang +3. 8 m
Pelat Balok
Pile cap
HWS +1,8 m
LWS 0,0
Sea bed
-15. 0 m
Gambar 4.44 Gaya Gelombang pada Tiang
Gaya gelombang ini hanya bekerja dari LWS hingga elevasi atas dermaga. ρair laut
= 1025 kg/m3
g
= 9,81 m/dt2
h
= tinggi muka air = kedalaman + HWS = 15 + 1,8 = 16,8 m
k
= bilangan gelombang = 0,088
D
= diameter tiang pancang dermaga = 0,8 m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-54
k D
= 0,1
H
= tinggi gelombang rencana 50 tahunan = 5,33 m
CD
= koefisien drag ( CD=1 )
CM
= koefisien inersia ( CM=1,7 )
Gaya Drag Maksimum Fd max =
sinh ( 2kh ) + 2kh 1 ρ gCd DH 2 16 sinh ( 2kh )
= 1,87 ton
Fd max
Gaya Inersia Maksimum Fi max =
Fi max
π 8
ρ gC m D 2 H tanh ( kh ) = 2,056 ton
Total gaya horizontal yang terjadi pada struktur tiang adalah :
Fx = Fd max cos ωt cos ωt − Fi max sin ωt Gaya gelombang pada tiang pancang akan maksimum jika nilai ω t = 0 sehingga besar gaya gelombang per m tiang pancang adalah
Fx
= 0,086 ton/m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-55
ii. Gelombang Pada Tepi Dermaga
Gambar 4.45 Gaya Gelombang pada Tepi Dermaga
Gaya ini hanya bekerja pada elevasi atas tepi dermaga yang terkena gelombang. ρair laut
= 1025 kg/m3
g
= 9,81 m/dt2
h
= tinggi muka air = kedalaman + HWS = 15 + 1,8 = 16,8 m
H
= tinggi gelombang rencana 50 tahunan = 5,33 m
k
= bilangan gelombang = 0,088
t
= tebal pelat dermaga = 0,4 m
S
= Elevasi atas – HWS – t = 3,8 – 1,8 – 0,4 = 1,6 m
Gaya gelombang pada tepi dermaga diturunkan dari OCDI (hal 35): ρ ⋅g ⋅H
P =
( sinh k ( h + s + t ) − sinh k ( h + s ) ) 2 k cosh kh
P
= 1,26 ton/m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-56
d. Beban Arus +3. 8 m
Pelat Balok
Pile cap
HWS +1,8 m
LWS 0,0
Sea bed
-15. 0 m
Gambar 4.46 Gaya Arus
Gaya arus bekerja dari fixity point hingga HHWL.
A
= luas penampang yang kena arus = (kedalaman + HHWL) * Diameter tiang pancang = 13,44 m2
U
= kecepatan arus = 1,7 m/s2
ρ
= berat jenis air laut = 1.03 t/m3
CD = koefisien Drag (Cd = 1 untuk tiang pancang silinder) CL = koefisien Lift ( CL = 2 untuk tiang pancang silinder )
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-57
Drag Forces
1 C D ρ 0 AU 2 2 1 = *1*1, 03*(16,8*0,8) *1, 7 2 2
FD =
= 2 ton = 20 kN Lift Forces
1 C L ρ 0 ALU 2 2 1 = * 2 *1, 03* (16,8*0,8)*1, 7 2 2
FL =
= 4 ton = 40 kN Beban arus merata arah horizontal =
FD 20, 00 = = 1,19 kN/m = 0,119 ton/m h 16,8
e. Beban Gempa Faktor keutamaan (I) = 1 Faktor respons gempa (Ci) = 0,29 Faktor daktalitas (R) = 5,6 Wt
= berat total struktur = total beban mati + 50% beban hidup = (berat pelat + berat balok + berat pile cap + berat tiang) + 50% beban hidup = (960 + 705,6 + 179,52 + 130,56 + 282,299) + 50% * 4000 = 4257,979 ton
C .l V = i .Wt R V = 220,502 ton (beban gempa ini akan terbagi rata pada tiap portal)
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-58
f. Beban Berthing dan Pemilihan Fender i. Bulk Carriers 60000 DWT Uraian
Satuan
Bulk Carriers
DWT / GRT
ton
60000
LOA
m
220
BEAM DRAFT
m m
33,5 12,8
Kecepatan merapat
m/dt
0,04
Sudut merapat
derajat
10
Beban Berthing Beban berthing pada perencanaan dermaga ini diambil dari OCDI. • Koefisien Eksentrisitas (Ce)
Ce =
1 l 1+ r
2
Diambil nilai Ce maksimum = 1 • Koefisien Masa Semu (Cm)
Cm = 1 +
Cb =
2π d x 2Cb B
∇ L pp Bd
Dimana:
∇
= volume air yang dipindahkan kapal = log (∇ ) = 0,322 + 0, 956 log ( DWT ) = 79417 ton
Lpp = panjang garis air (m) = log ( Lpp ) = 0, 793 + 0,322 log ( DWT ) = 215 m B
= lebar kapal = 33,5 m
d
= bagian kapal yang tengelam = 12,8 m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-59
Dengan memasukkan nilai-nilai variabel yang ada, maka diperoleh besar: Cb = 1,11 dan Cm = 1,56 • Koefisien Softness (CS) Nilai koefisien softness diambil sebesar 1 (OCDI). • Koefisien Konfigurasi penambatan (CC) Cc = 1 untuk jenis struktur dermaga dengan pondasi tiang. Sehingga besar energi berthing adalah:
M sV 2 Ef = Ce Cm Cs Cc 2 79417 *0, 042 = *1*1,56*1*1 2 = 15,5 ton Energi yang diserap fender =
15,5 = 7,75 ton 2
Gaya Berthing adalah :
FBerthing =
=
Ms V t 79417 * 0, 04 1
= 794 ton
Pemilihan Fender Hasil perhitungan energi berthing di atas akan menentukan jenis fender yang akan digunakan. Dalam pemilihan ini, akan menggunakan rumus dari Fentek Marine Fendering System. Dari hasil analisa energi berthing, maka diperoleh energi berthing maksimum sebesar:
E A = E f *SF , di mana SF diambil sebesar 2, sehingga EA adalah 30,9 ton atau 309,98 kN. Dengan energi sebesar itu, maka dipilih fender super cone tipe SCN 1000, dengan spesifikasi sebagai berikut:
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-60
Tabel 4.9 Energi Fender SCN 1000 (sumber: Fentek Marine Fendering System)
Vendor
Fentek
Tipe
Super Cone SCN 1000 E3.0
Energi (E) Reaksi ®
kNm kN
605 1165
Dengan menggunakan performance curve untuk fender SCN 1000 E3.0, maka performance dari fender tersebut pada saat terdefleksi 45% adalah: Energi = E45
= 356,95 kN ( > 309,98 kN OK!)
Reaksi = R45
= 1071,8 kNm
Tabel 4.10 Dimensi Fender SCN 1000 (sumber: Fentek Marine Fendering System) Fender
H
ØW
ØU
C
D
ØB
Anchors
ØS
SCN 1000
1000
1600
980
50~65
35
1460
6-M36
855
Head Bolts 6-M36
Z 150
Weight (kg) 1120
Gambar 4.47 Dimensi fender.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-61
Gambar 4.48 Kurva energi.
Untuk menghitung performance dari fender tersebut pada kondisi terdefleksi akibat bow flares atau berthing angles adalah dengan menggunakan Energy And Reaction Angular Correction Factors sebagai berikut:
Gambar 4.49 Energy And Reaction Angular Correction Factors Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-62
Maka performance dari fender tersebut akibat angular compression sebesar 150 adalah sebagai berikut: Energi = Eα
= 0,86 * 605 = 520,333 kN
Reaksi = Rα
= 0,96 * 1165 = 1118,4 kNm
Jarak Antar Fender
Gambar 4.50 Ilustrasi Jarak Antar Fender.
S≤
RB 2 − ( RB − PU + δ F + C )
2
1 B LOA2 RB = + 2 2 8* B Dimana: S
= jarak antar fender
RB = radius bow kapal PU = proyeksi fender δF
= defleksi fender = 0,45 * PU
C
= ruang kebebasan
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-63
Tabel 4.11 Jarak Antar Fender Jenis
Jenis
Kapal
Fender
60000 DWT Super Cone SCN 1000 E3.0
Rb
Pu
C
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
98,67
2
0,90
1,00
8,88
δf
S maks
Dari hasil perhitungan di atas, maka jarak antar fender yang diambil dan memenuhi kriteria adalah 9 m. Hull Pressure Untuk perencanaan frontal frame, tekanan izin lambung kapal diambil dengan mengacu kepada BS 6349 Part 4, yaitu: Tabel 4.12 Hull Pressure
Hull Pressures dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P=
∑R W2 ⋅ H 2
≤ Pp
Dimana P
= hull pressure (kN/m2)
ΣR
= total reaksi fender (N/m)
W2
= lebar panel (m)
H2
= tinggi panel (m)
Pp
= permissible hull pressure/tekanan kontak izin (kN/m2) Tabel 4.13 Perhitungan Hull Pressure Jenis
Jenis
Kapal Fender 60000 DWT Super Cone SCN 1000 E3.0
Pp
Rmax
W
H
Areq
P
kN/m2 250,00
kN 1165
m 2,00
m 5
m2 10,00
kN/m2 116,50
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-64
Elevasi Pemasangan Fender Untuk mengantisipasi bervariasinya ukuran kapal yang bersandar maka perlu diperhitungkan elevasi rencana pemasangan fender frame terhadap kapal yang terkecil pada saat air surut. Elevasi frame juga akan menentukan elevasi pemasangan fender sehingga titik kontak pada saat air terendah untuk kapal dengan freeboard kecil tidak merusak sistem fender yang dipasang. KONDISI PASANG
Elevasi Dermaga Elevasi Dermaga +4,+3,8 155 mm Freeboard4, 9 m
HWS +1,8 m HWL+1, 8 m LWS 0,0 m LWL +0, 0 m
Bulk Carriers 60000 DWT
Super Cone SCN 1000 E 3,0
Struktur Dermaga
Draft 12, 8 m
-15, 0 m
Gambar 4.51 Ilustrasi Pemasangan Fender Bulk Carriers 60000 DWT Kondisi Pasang.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-65
KONDISI SURUT
Elevasi Dermaga Elevasi Dermaga +3,8 m +4, 155 m HWS +1,8 m
Freeboard4, 9 m
Super Cone SCN 1000 E 3,0
HWL+1, 8 m
LWS 0,0 m
LWL +0, 0 m Bulk Carriers 60000 DWT Struktur Dermaga Draft 12, 8 m
-15, 0 m
Gambar 4.52 Ilustrasi Pemasangan Fender Bulk Carriers 60000 DWT Kondisi Surut.
Frontal Frame / Pad Berdasarkan kebutuhan yang disajikan pada tabel sebelumnya maka ukuran minimal fender frame / pad adalah seperti yang disajikan pada Tabel 4.13 berikut: Tabel 4.14 Dimensi Pad Jenis Jenis Dimensi Pad Kapal Fender m 60000 DWT Super Cone SCN 1000 E3.0 2,5 x 5,5
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-66
Gambar 4.53a Super cone fender clearances.
Koefisien Friksi Koefisien friksi mengacu pada Tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15 Koefisien Friksi
Material Polyethylene Nylon Rubber Timber
Koefisien Friksi µ 0.2 0.2 0.5 0.3
Pada pekerjaan ini diasumsikan bahwa material frontal pad adalah Polyethylene dengan koefisien friksi 0.2.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-67
Chain / Rantai Chain atau rantai direncanakan berdasarkan spesifikasi pabrik. Untuk memperhitungkan beban pada chain dilakukan perhitungan sebagai berikut:
T 30º R fender
Gambar 4.53b Sketsa freebody diagram tegangan rantai. Tabel 4.16 Perhitungan Rantai Jenis Kapal
R ton
Fsh ton
T ton
60000 DWT
118,76
23,75
27,43
Di mana: R
= reaksi fender (ton)
Fsh = 0.2 * R (ton) T
= Fsh / cos 300 (ton)
Kapasitas Geser Fender Kapasitas geser fender dipertimbangkan dalam perencanaan untuk menghindari kerusakan sistem fender sebagai akibat gerakan arah lateral (vertical and longitudinal motion of vessel). Untuk mengantisipasi kurangnya kapasitas geser fender maka perlu dipasang tension chain maupun shear chain.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-68
ii.
General Cargo 35000 DWT Uraian
Satuan
General cargo Ships
DWT / GRT
ton
35000
LOA
m
199
BEAM DRAFT
m m
28,9 12
Kecepatan merapat
m/dt
0,04
Sudut merapat
derajat
10
Beban Berthing Beban berthing pada perencanaan dermaga ini diambil dari OCDI.
• Koefisien Eksentrisitas (Ce)
Ce =
1 l 1+ r
2
Diambil nilai Ce maksimum = 1 • Koefisien Masa Semu (Cm)
Cm = 1 +
Cb =
2π d x 2C b B
∇ L pp Bd
Dimana:
∇
= volume air yang dipindahkan kapal = log (∇ ) = 0, 511 + 0,913log ( DWT ) = 45681 ton
Lpp = panjang garis air (m) = log ( Lpp ) = 0, 964 + 0, 285 log ( DWT ) = 182 m B
= lebar kapal = 28,9 m
d
= bagian kapal yang tenggelam = 12 m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-69
Dengan memasukkan nilai-nilai variabel yang ada, maka diperoleh besar: Cb = 0,73 dan Cm = 1,9 • Koefisien Softness (CS) Nilai koefisien softness diambil sebesar 1 (OCDI). • Koefisien Konfigurasi penambatan (CC) Cc = 1 untuk jenis struktur dermaga dengan pondasi tiang. Sehingga besar energi berthing adalah:
M V2 Ef = s 2
Ce Cm Cs Cc
45681*0, 04 2 = *1*1,9*1*1 2 = 6,9 ton Energi yang diserap fender =
6,9 = 3,45 ton 2
Gaya Berthing adalah :
FBerthing =
=
Ms V t 45681*0, 04 1
= 1827,7 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-70
Pemilihan Fender Hasil perhitungan energi berthing di atas akan menentukan jenis fender yang akan digunakan. Dalam pemilihan ini, akan menggunakan rumus dari Fentek Marine Fendering System. Dari hasil analisa energi berthing, maka diperoleh energi berthing maksimum sebesar:
E A = E f *SF , di mana SF diambil sebesar 2, sehingga EA adalah 13,8 ton atau 138,8 kN. Dengan energi sebesar itu, maka dipilih fender V-shaped tipe SV 500 V1, dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 4.17 Energi Fender V-shaped tipe SV 500 V1
Vendor Tipe
Steel V-Shaped SV 500 V1
Energi (E) Reaksi ®
kNm kN
143 855
Tabel 4.18 Dimensi Fender V-shaped tipe SV 500 V1 Fender
H
A
B
C
D
E
Anchors
SV 500
500
1000
800
324
175
180
w1 1/2
Weight (kg) 682
Gambar 4.54 Dimensi fender.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-71
Gambar 4.55 Kurva energi.
Jarak Antar Fender
Gambar 4.56 Ilustrasi Jarak Antar Fender.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-72
S≤
RB 2 − ( RB − PU + δ F + C )
2
1 B LOA2 RB = + 2 2 8* B Dimana: S
= jarak antar fender
RB = radius bow kapal PU = proyeksi fender δF
= defleksi fender = 0,45 * PU
C
= ruang kebebasan Tabel 4.19 Jarak Antar Fender Jenis
Jenis
Rb
Pu
δf
C
S maks
Kapal
Fender
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
35000 DWT
V-Shaped SV 500 V1
92,87
2
0,90
1,00
8,62
Dari hasil perhitungan di atas, maka jarak antar fender yang diambil dan memenuhi kriteria adalah 9 m. Hull Pressure Untuk perencanaan frontal frame, tekanan izin lambung kapal diambil dengan mengacu kepada BS 6349 Part 4, yaitu: Tabel 4.20 Hull Pressure
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-73
Hull Pressures dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P=
∑R W2 ⋅ H 2
≤ Pp
Dimana: P
= hull pressure (kN/m2)
ΣR
= total reaksi fender (N/m)
W2
= lebar panel (m)
H2
= tinggi panel (m)
Pp
= permissible hull pressure/tekanan kontak izin (kN/m2)
Tabel 4.21 Perhitungan Hull Pressure Jenis
Jenis
Pp
Rmax
W
H
Areq
P
Kapal 35000 DWT
Fender V-Shaped SV 500 V1
kN/m2 600,00
kN 855
m 1,30
m 1,3
m2 1,69
kN/m2 505,92
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-74
Elevasi Pemasangan Fender Untuk mengantisipasi bervariasinya ukuran kapal yang bersandar maka perlu diperhitungkan elevasi rencana pemasangan fender frame terhadap kapal yang terkecil pada saat air surut. Elevasi frame juga akan menentukan elevasi pemasangan fender sehingga titik kontak pada saat air terendah untuk kapal dengan freeboard kecil tidak merusak sistem fender yang dipasang.
KONDISI PASANG
Freeboard4, 3 m
HWS +1,8 m
HWL+1, 8 m
LWS 0,0 m
LWL +0, 0 m
General Cargo 35000 DWT
Elevasi Dermaga Elevasi Dermaga +3,8 m
+4, 155 m
V- Shaped SV500 V1
Struktur Dermaga Draft 12 m
-15, 0 m
Gambar 4.57 Ilustrasi Pemasangan Fender General Cargo Ship 35000 DWT Kondisi Pasang
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-75
Elevasi Dermaga +3,8 m HWS +1,8 m LWS 0,0 m
Gambar 4.58 Ilustrasi Pemasangan Fender General Cargo Ship 35000 DWT Kondisi Surut
g. Beban Mooring dan Bollard i.
Mooring
Data Kapal Uraian
Satuan
Bulk Carriers
DWT / GRT
ton
60000
LOA
m
220
BEAM DRAFT
m m
33,5 12,8
Freeboard
m
4,4
LPP
m
210
ρUDARA
= 1,25 kg/m3
ρAIR LAUT
= 1024 kg/m3
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-76
Akibat Gaya Angin 1.
Transversal
FTW = CTW * ρU * AL *VW 2 *10−4 Dimana: CTW = koefisien gaya angin transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.40, yakni sebesar 3. AL = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di atas air, yakni LOA * Freeboard VW =kecepatan angin rencana, diambil kecepatan angin maksimum 1 tahunan, yakni 12,34 m/dt. Sehingga besar gaya angin transversal / FTW yang terjadi adalah: 2
FTW = 3*1, 25 * ( 220 * 4, 4 ) * (12,34 ) *10−4 FTW = 55, 27 kN = 5,5 ton 2.
Longitudinal
FLW = CLW * ρU * AT *VW 2 *10−4 Dimana: CLW = koefisien gaya angin longitudinal, diambil maksimum dari Gambar 4.40, yakni sebesar 0,8. AT = luas bidang proyeksi transversal lambung kapal di atas air, yakni Beam * Freeboard VW = kecepatan angin rencana, diambil kecepatan angin maksimum 1 tahunan, yakni 12,34 m/dt. Sehingga besar gaya angin transversal / FLW yang terjadi adalah: 2
FLW = 0,8 *1, 25 * ( 29 * 4, 4 ) * (12,34 ) *10 −4 FLW = 2,91 kN = 0,3 ton
Akibat Gaya Arus 1.
Transversal
FTC = CTC * CCT * ρ A * AL *VC 2 *10−4 Dimana: CTC CCT AL Vc
= koefisien gaya arus transversal, diambil dari Gambar 4.39, yakni sebesar 1. = faktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.40, yakni sebesar 2. = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, yakni LPP * Draft = kecepatan arus rencana pada hasil survei didapat sebesar 1,17 m/dt
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-77
Sehingga besar gaya arus transversal / FTC yang terjadi adalah: 2
FTC = 1* 2 *1024 * ( 210 *11,5 ) * (1,17 ) *10−4 FTC = 677 kN = 67,7 ton 2.
Longitudinal
FLC = CLC * CCL * ρU * AT *VC 2 *10−4 Dimana: CLC = koefisien gaya arus transversal, diambil maksimum dari Gambar 4.39, yakni sebesar 0,4. CCL = faktor koreksi kedalaman, diambil dari Gambar 4.40, yakni sebesar 0,5. AT = luas bidang proyeksi longitudinal lambung kapal di bawah air, yakni Beam * Draft VC = kecepatan arus rencana pada hasil survei didapat sebesar 1,17 m/dt Sehingga besar gaya angin transversal / FLC yang terjadi adalah: 2
FLC = 0, 4 * 0,5 *1024 * ( 29 *11,5 ) * (1,17 ) *10 −4 FLC = 28 kN = 2,8 ton Sehingga beban tambat untuk masing-masing arah adalah: Arah Longitudinal:
FL = FLC + FLW FL = 2,8 + 0,3 FL = 3,1 ton Arah Transversal
FT = FTC + FTW FT = 67,7 + 5,5 FT = 73,2 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-78
ii.
Bollard
Kemudian hasil perhitungan tersebut di atas dianalisa untuk memperoleh beban maksimum yang bekerja pada bollard sebagai berikut: • Beban arah melintang / transversal akan dipikul oleh: 1 Head Line dan 1 Stern Line, yang masing-masing membentuk sudut maksimum 450 terhadap axis memanjang dermaga 2 Breast Line (after dan forward), yang masing-masing membentuk sudut tegak lurus terhadap axis memanjang dermaga Sehingga beban pada titik tambat adalah:
73,2 = 21,45 ton ( 2 * 0,707 ) + ( 2 *1) • Beban arah memanjang / longitudinal akan dipikul oleh: 2 Spring Line, masing-masing membentuk sudut maksimum 150 terhadap axis memanjang dermaga. Sehingga beban pada titik tambat adalah:
3,1 = 1,6 ton ( 2 * 0,699 ) Sehingga berdasarkan perhitungan di atas, pemasangan bollard 60 ton untuk dermaga Garongkong cukup memadai.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-79
4.4.2 Struktur Trestle Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembangunan dermaga ini akan dilaksanakan per tahap dengan panjang masing-masing modul adalah 50 m, sehingga perhitungan pembebanan berdasarkan panjang modul tersebut. Berikut adalah data-data umum yang menjadi acuan dalam perhitungan pembebanan: Ukuran Trestle Ukuran Trestle Lebar Trestle Panjang Trestle
8 50
m m
Elevasi Trestle Elevasi Trestle = HW S +
1 H + freeboard 2
Dimana:
HWS = high water spring (m) = tinggi gelombang rencana, hasil analisis refraksi difraksi (m)
H
Elevasi Trestle = HW S +
1 H + freeboard 2
3 + 0,5 2
Elevasi Trestle = 1,8 +
Elevasi Trestle = 3, 8 m
Parameter Gelombang (Joseph W. Tedesco: Structural Dynamic) Tinggi gelombang rencana untuk perhitungan struktur, dengan perioda ulang 50 tahunan: 5,33 m. Perioda gelombang rencana (OCDI, hal. 44)
T1 = 3,86 H 1 = 3,86 3 = 6, 7 dt 3 3 Bilangan gelombang (k), didapat dengan cara trial dan error menggunakan persamaan dispersi:
ω 2 = gk tanh (kh) ω=
2π T
Dimana: h = kedalaman perairan + HHWL = 15 + 1,8 = 16,8 m g = percepatan gravitasi = 9,81 m/dt T = perioda gelombang = 6,7 detik Dengan memasukkan variabel-variabel di atas, didapat nilai k sebesar 0,088.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-80
Panjang gelombang (L), didapat dengan menggunakan persamaan: 1 πh L = (2π hLo ) 2 1 − 3Lo gT 2 Lo = 2π
Dimana: L = panjang gelombang Lo = panjang gelombang di laut dalam = 69,8 m. Sehingga L bernilai 64,2 m. Parameter Material Berat jenis beton Berat jenis baja
= ρbeton = 2400 kg/m3 = ρbaja = 7800 kg/m3
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-81
a. Beban Mati (keseluruhan) 1) Pelat Dimensi Pelat Panjang (l)
m
50
Lebar (b) Tebal (t)
m m
8 0,35
Wpelat
= ρbeton * l * b * t = 2400 * 50 * 8 * 0,35 = 336 ton
2) Balok Dimensi Balok Panjang (l)
m
246
Lebar (b) Tebal (t)
m m
0,5 0,8
Wbalok
= ρbeton * l * b * t = 2400 * 246 * 0,5 * 0,8 = 236,16 ton
3) Pile Cap Pile Cap pada trestle hanya ada 1 tipe, yakni menahan tiang tunggal . Dimensi Pile Cap Tinggi (h)
m
1,7
Lebar (b) Jumlah (n)
m m
1,7 36
Volume 1 Pile Cap
= ((b * h) – Luas Penampang Balok) * b = ((1,7 * 1,7) – (0,8 * 0,5) * 1,7 = 2,21 m3
Wpile cap
= ρbeton * volume * n = 2400 * 2,21 * 36 = 190,944 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-82
4) Tiang Dimensi Tiang Diameter (d)
m
0,6
Tebal (t) Jumlah (n)
m m
0,015 36
Luas 1 tiang (A)
=
1 2 * π * ( d 2 ) − ( d − t ) 4
= 0,01396 m2 Panjang 1 tiang (L)
= kedalaman + elevasi dermaga + fixity point = 15 + 3,8 + 5,43 = 24,23 m
Wtiang
= ρbaja * L* n * A = 7800 * 24,23 * 36 * 0,01396 = 949,75 ton
b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada trestle berupa beban UDL, berupa truk T45. UDL Lebar Trestle (b) Panjang Trestle (l)
WLL
kg/m2 m m
2860 8 50
= UDL * b * l = 2860 * 8 * 50 = 1144 ton
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-83
c. Beban Gelombang iii. Gelombang Pada Tiang +3. 8 m
Pelat Balok
Pile cap
HWS +1,8 m
LWS 0,0
Sea bed
-15. 0 m
Gambar 4.59 Gaya Gelombang pada Tiang
Gaya gelombang ini hanya bekerja dari LWS hingga elevasi atas trestle. ρair laut
= 1025 kg/m3
g
= 9,81 m/dt2
h
= tinggi muka air = kedalaman + HWS = 15 + 1,8 = 16,8 m
k
= bilangan gelombang = 0,088
D
= diameter tiang pancang dermaga = 0,6 m
k D
= 0,1
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-84
H
= tinggi gelombang rencana 50 tahunan = 5,33 m
CD
= koefisien drag ( CD=1 )
CM
= koefisien inersia ( CM=1,7 )
Gaya Drag Maksimum Fd max =
sinh ( 2kh ) + 2kh 1 ρ gCd DH 2 16 sinh ( 2kh )
= 1,4 ton
Fd max
Gaya Inersia Maksimum Fi max =
Fi max
π 8
ρ gC m D 2 H tanh ( kh ) = 1,16 ton
Total gaya horizontal yang terjadi pada struktur tiang adalah :
Fx = Fd max cos ωt cos ωt − Fi max sin ωt Gaya gelombang pada tiang pancang akan maksimum jika nilai ω t = 0 sehingga besar gaya gelombang per m tiang pancang adalah
Fx
= 0,069 ton/m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-85
iv. Gelombang Pada Tepi Trestle
Gambar 4.60 Gaya Gelombang pada Tepi Trestle
Gaya ini hanya bekerja pada elevasi atas tepi trestle yang terkena gelombang. ρair laut
= 1025 kg/m3
g
= 9,81 m/dt2
h
= tinggi muka air = kedalaman + HWS = 15 + 1,8 = 16,8 m
H
= tinggi gelombang rencana 50 tahunan = 5,33 m
k
= bilangan gelombang = 0,088
t
= tebal pelat trestle = 0,35 m
S
= Elevasi – HHWL – t = 3,8 – 1,8 – 0,4 = 1,6 m
Gaya gelombang pada tepi dermaga diturunkan dari OCDI (hal 35): ρ ⋅g ⋅H
P =
( sinh k ( h + s + t ) − sinh k ( h + s ) ) 2 k cosh kh
P
= 1,11 ton/m
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-86
d. Beban Arus
+3. 8 m
Pelat Balok
Pile cap
HWS +1,8 m
LWS 0,0
Sea bed
-15. 0 m
Gambar 4.61 Gaya Arus
Gaya arus bekerja dari fixity point hingga HWS.
A
= luas penampang yang kena arus = (kedalaman + HWS) * Diameter tiang pancang = 10,08 m2
U
= kecepatan arus = 1,7 m/s2
ρ
= berat jenis air laut = 1.03 t/m3
CD = koefisien Drag (Cd = 1 untuk tiang pancang silinder) CL = koefisien Lift ( CL = 2 untuk tiang pancang silinder )
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-87
Drag Forces
1 C D ρ 0 AU 2 2 1 = *1*1, 03*(16,8*0, 6) *1, 7 2 2
FD =
= 1,59 ton Lift Forces
1 C L ρ 0 ALU 2 2 1 = * 2 *1, 03* (16,8*0, 6) *1, 7 2 2
FL =
= 3,18 ton Beban arus merata arah horizontal =
FD 15,90 = = 0,95 kN/m = 0,095 ton/m h 16,8
e. Beban Gempa Faktor keutamaan (I) = 1 Faktor respons gempa (Ci) = 0,29 Faktor daktalitas (R) = 5,6 Wt
= berat total struktur = total beban mati + 50% beban hidup = (berat pelat + berat balok + berat pile cap + berat tiang) + 50% beban hidup = (336 + 236,16 + 190,944 + 949,75) + 50% * 1144 = 1430,079 ton
V =
C i .I R.Wt
V = 740,58 ton Beban gempa ini akan terbagi rata pada tiap portal.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) ■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
4-88