FORMULASI GEL EKSTRAK BAWANG TIWAI (Eleutherine americana L. Merr) SEBAGAI ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN CARBOMER 940 Formulating Bawang Tiwai Ethanol Extract into Antioxidant Gel with Carbomer 940 as Gelling Agent Yullia Sukawaty, Husnul Warnida Akademi Farmasi Samarinda
[email protected] ABSTRAK Kulit merupakan organ paling luar tubuh manusia dan paling banyak terpapar radikal bebas. Radikal bebas dapat dihambat oleh zat antioksidan. Sediaan krim perawatan kulit diperlukan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas. Hasil penelitian ekstrak etanol bulbus bawang tiwai (Eleutherine americana L.Merr) yang tumbuh liar asal Banjarbaru memiliki aktivitas antioksidan kuat. Tujuan penelitian ini adalah memformulasi ekstrak etanol bawang tiwai dalam bentuk gel dengan gelling agent carbomer 940 dan menentukan formula optimal untuk gel ekstrak etanol bawang tiwai. Gel ekstrak etanol bawang tiwai diformulasi dengan variasi konsentrasi gelling agent Carbomer 940 0,5%, 1%, 2%. Dilakukan uji stabilitas fisik meliputi uji organoleptis dan homogenitas, pH, daya sebar, dan viskositas. Formula gel ekstrak etanol bawang tiwai konsentrasi 5% dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang memenuhi persyaratan stabilitas fisik dengan gelling agent carbomer 940 1%. Kata kunci : gel, Eleutherine americana L.Merr, gelling agent, carbomer 940.
ABSTRACT Human skin cover organs of the human body are the most exposed to free radicals. Antioxidants may inhibit free radicals. Skin care cosmetics are necessary to protect human skin from free radicals. Bawang tiwai (Eleutherine americana L.Merr) ethanol extract from Banjarbaru, South Borneo, has a strong antioxidant activity. The purpose of this study is to incorporate Bawang tiwai ethanol extract into gel with a gelling agent carbomer 940 and to determine the optimal gel formula. Bawang tiwai ethanol extract was formulated with gelling agent 0.5%, 1%, 2% carbomer 940. Physical stability test for gel including organoleptic, homogeneity, pH, spreading area, and viscosity. Bawang tiwai extract ethanol gel with a gelling agent Carbomer 940 1% meets all standard of physical stability. Keywords: Gel, Eleutherine americana L.Merr, Gelling Agent, Carbomer 940
PENDAHULUAN Kulit merupakan organ paling luar tubuh manusia yang berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap bakteri, virus, dan agen-agen toksik lainnya serta paling banyak terekspos dengan radikal bebas. Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas adalah atom/molekul yang tidak sabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron (Sen et al, 2010). Reaksi ini akan berlangsung terus-menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menyebabkan penuaan kulit, inflamasi, dan kerusakan DNA (Herrling et al, 2008). Sediaan kosmetika perawatan kulit sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, kosmetika dengan bahan dasar alam semakin diminati karena dianggap tidak memberikan efek negatif pada pemakaian jangka panjang. Kosmetika bahan alam juga dinilai lebih ramah lingkungan. Bawang tiwai (Eleutherine americana Merr) merupakan tumbuhan di hutan Kalimantan yang biasa digunakan oleh masyarakat menjadi ramuan atau obat tradisional. Bulbus tumbuhan genus Eleutherine ini dari beberapa penelitian diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan naftokuinon (elecanacin, eleutherin, elutherol, eleutherinon). Beberapa senyawa turunan naftokuinon diketahui memiliki fungsi sebagai antioksidan. Hasil penelitian ekstrak etanol bulbus bawang dayak yang tumbuh liar asal Banjarbaru memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 25,3339 ppm (Kuntorini dan Astuti, 2010). Nilai IC50 ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, karena memiliki nilai IC50 kurang dari 200 μg/ml (Blois, 1958). Pada penelitian ini ekstrak bawang tiwai akan diformulasi dalam bentuk gel antioksidan. Bentuk gel dipilih karena tidak lengket, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan berminyak di kulit
(Lachman et al, 1989). Jenis dan konsentrasi gelling agent menentukan sifat fisik gel. Optimasi formula gel dilakukan agar diperoleh gel yang memenuhi syarat stabilitas fisik gel. Tujuan dalam penelitian ini adalah memformulasi ekstrak etanol bawang tiwai dalam bentuk gel dengan variasi methyl cellulosa dan carbomer 940 dan memenuhi persyaratan fisik gel. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat: neraca analitik (Ohauss), rotary evaporator, maserator, pH universal (Merck), jangka sorong (Krisbow), Viskometer (Brookfield), sentrifuge, alat-alat gelas (Pyrex). Bahan: Air suling, carbomer 940, metilselulosa, gliserin, propilenglikol, metil paraben, sodium EDTA, sodium hydroxide, sodium metabisulfite, lavender essential oil, etanol 80%, metanol pro analysis, asam askorbat, 2,2-difenilpikrilhidrazil (DPPH). Prosedur Penelitian 1. Penyiapan simplisia bawang tiwai Umbi bawang tiwai dipisahkan dari daun dan akarnya, dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Kemudian umbi dirajang dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (suhu ruangan). Simplisia yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender dan diayak dengan pengayak nomor 40. 2. Pembuatan ekstrak bawang tiwai Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% (Mierza et al, 2011). Sebanyak 100 gram serbuk kering umbi bawang tiwai dimaserasi dengan pelarut etanol 80% sampai seluruh serbuk terendam. Diaduk dengan maserator selama 4 jam kemudian disaring hingga diperoleh maserat. Ampas dimaserasi kembali dengan etanol 80% menggunakan prosedur yang sama sebanyak 2 kali. Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur 50ºC. Selanjutnya diuapkan di atas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. 3. Rancangan Formula Sediaan Gel Formula Sediaan Gel Ekstrak bawang tiwai dapat dilihat pada tabel 1.
Bahan Ekstrak Bawang Tiwai Carbomer 940 Glycerin DMDM Hydantoin Sodium EDTA Sodium metabisulfite Sodium hydroxide Lavender essential oil Purified water ad
A 5 0,5 5 0,15 0,01 0,02 qs qs 100
Fomula (%b/b) B C 5 1 5 0,15 0,01 0,02 qs qs 100
5 2 5 0,15 0,01 0,02 qs qs 100
Tabel 1. Formula gel ekstrak bawang tiwai 4. Pembuatan gel ekstrak bawang tiwai Carbomer didispersikan dalam 20 ml air dingin dan ditambah larutan NaOH 1% hingga pH 7. Methylparaben dilarutkan dalam gliscerin. Sodium EDTA dan sodium metabisulfit dilarutkan dalam 15 ml air. Ekstrak bawang tiwai didispersikan bersama campuran nipagin-gliserin. Dispersi carbomer, larutan sodium EDTA dan sodium metabisulfite dicampur perlahan-lahan sampai homogen. Ditambahkan campuran ekstrak bawang tiwai, diaduk sampai homogen. Ditambahkan lavender essential oil, diaduk sampai homogen. Ditambahkan air ad 100 g, diaduk sampai homogen. 3. Evaluasi sediaan gel ekstrak bawang tiwai Evaluasi sediaan gel meliputi pengamatan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pengukuran daya sebar, pH, konsistensi dan penentuan viskositas. a. Pengamatan Organoleptis Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau dari gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat (Ansel,1989). b. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak menunjukkan butiran kasar (Depkes RI, 1985). c. Daya Sebar Sebanyak 0,5 g sampel gel diletakkan di atas kaca, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar gel diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 g beban tambahan dan
didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al, 2002). d. pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan stik pH universal yang dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah diencerkan. Setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut dilihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH universal. pH sediaan topikal yaitu 4-8 (Aulton, 1988). e. Konsistensi Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat apakah terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air. Pengujian konsistensi menggunakan pengujian centrifugal test di mana sampel gel disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam kemudian diamati perubahan fisiknya (Djajadisastra, 2004). f. Viskositas Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml kemudian viskositasnya diukur dengan Viscometer Brookfield yang dilengkapi dengan spindle no. 64 dengan kecepatan 50 rpm (putaran per menit) kemudian data yang diperoleh dicatat dan dianalisis secara statistik (Djajadisastra, 2004). 4. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bawang Tiwai Ekstrak sebanyak 0,005 g dilarutkan dalam metanol dan dibuat dalam konsentrasi 10, 30, 50 dan 70 ppm sebanyak masingmasing 10 ml. Ke dalam masing-masing larutan ditambahkan 1 ml larutan DPPH 1 mM
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit, selanjutnya diukur pada panjang gelombang 515 nm. Sebagai blanko digunakan metanol dan DPPH 1mM. Untuk pembanding digunakan BHT (konsentrasi 2, 4, 6, 8 ppm). Dibuat grafik antara konsentrasi sampel (x) dengan persen penghambatan (y). Nilai IC50 dihitung berdasarkan rumus persamaan regresi (Kuntorini dan Astuti, 2010). 5. Uji Aktivitas Antioksidan Gel Ekstrak Bawang Tiwai Pengujian aktivitas antioksidan gel ekstrak bawang tiwai dilakukan dengan cara yang sama seperti uji aktivitas antioksidan ekstrak bawang tiwai. PEMBAHASAN A. Pembuatan Ekstrak Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.) Sejumlah 850 gram simplisia bawang tiwai diperoleh dari umbi bawang tiwai (Eleutherine Americana Merr.) yang telah didterminasi Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda sebanyak 4000 gram. Umbi bawang tiwai yang telah kering dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan mesh No. 40 (serbuk agak kasar). Sebanyak 500 gram serbuk simplisia diekstrasi menggunakan etanol 80%. Etanol dapat melarutkan semua zat fitokimia yang terdapat dalam umbi bawang tiwai yaitu alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan tannin. Zat lain seperti lemak, malam, tannin dan saponin hanya sedikit larut (Depkes RI, 1986).Diperoleh ekstrak kental berwarna merah pekat hingga hitam sebanyak 40,47 g ekstrak kental dan diperoleh rendemen yang sebesar 8,094%. B. Pembuataan Formula Sediaan Gel Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.) Gelling agent dalam formula ini adalah carbomer 940. Carbomer dipilih karena membentuk gel dalam air, kompatibel dengan banyak bahan aktif, dan mudah diterima pasien (Todica, 2010). Carbomer memiliki sifat alir pseudoplastik tiksotropik (Islam, et al. 2004). Carbomer 940 didispersikan dalam
air dingin dan larutannya dinetralkan dengan larutan NaOH 1%. NaOH menetralkan polimer gugus karbosilik dan membantu pembentukan cross-link polimer (Todica, et al. 2010). Sebagai pengawet gel digunakan metilparaben. Metilparaben dilarutkan dalam glycerin karena mudah larut dalam gliserin (Depkes RI, 1979). Sebagai antioksidan digunakan Sodium EDTA dan sodium metabisulfit. Ekstrak bawang tiwai diencerkan dengan gliserin kemudian dicampurkan bersama dispersi carbomer, larutan methylparaben, larutan sodium EDTA dan sodium metabisulfit dan diaduk sampai homogen. Terakhir ditambahkan lavender essential oil sebagai bahan pengaroma, diaduk sampai homogen. Bobot gel dicukupkan dengan air hingga 100 g dan diaduk sampai homogen. C. Evaluasi Sediaan Gel Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.) Evaluasi fisik sediaan gel meliputi pengamatan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pengukuran daya sebar, pH, konsistensi dan penentuan viskositas. Keseluruhan sifat fisik gel bawang tiwai dapat dilihat pada tabel 2. Gambar 1. Sediaan Gel Ekstrak Bawang Tiwai
Sifat Fisik Gel
Fomula A
B
C
Organoleptis
+
+
+
pH
7
7
7
3,5
5
7,3
2930
19460
50500
Daya sebar (cm) Viskositas (cp)
Tabel 2. Sifat Fisik Gel Ekstrak Bawang Tiwai
1. Pengamatan Organoleptis Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau dari gel yang dibuat.
Gel yang dihasilkan formula A, B dan C jernih, berwarna coklat keunguan, konsistensi setengah padat. Gel Formula A Formula B Formula C
Organoleptis (bentuk, warna, aroma Setengah padat, coklat keunguan, aroma khas Setengah padat, coklat keunguan, aroma khas Setengah padat, coklat keunguan, aroma khas
Tabel 3. Hasil Organoleptis Formula gel ekstrak bawang tiwai 2. Homogenitas Hasil pengamatan homogenitas dari sediaan gel ekstrak bawang tiwai formula A, B dan C memnuhi persyaratan homogenitas gel yaitu tidak terdapat butiran kasar dan homogen Gel Formula A Formula B Formula C
Persyaratan homogenitas bertujuan agar bahan aktif dapat terdistribusi merata apabila digunakan di kulit, dan apabila terdapat butiran kasar dapat mengiritasi kulit. Homogenitas Homogen, tidak ada butiran kasar Homogen, tidak ada butiran kasar Homogen, tidak ada butiran kasar
Tabel 4. Hasil Pengamatan Homogenitas Gel Ekstrak Bawang Tiwai
3. Daya Sebar Uji daya sebar sediaan gel dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan menyebar gel saat dioleskan pada kulit. Kemampuan menyebar adalah karakteristik penting dalam formulasi karena mempengaruhi transfer bahan aktif pada daerah target dalam dosis yang tepat, kemudahan penggunaan, tekanan yang . Formula
A B C
Perlakuan
ditambah beban 50g ditambah beban 50g ditambah beban 50g
diperlukan agar dapat keluar dari kemasan, dan penerimaan oleh konsumen (Garg, et al., 2002). Dari hasil pengukuran diameter daya sebar, sediaan gel ekstrak bawang tiwai yang memenuhi persyaratan daya sebar 5 sampai 7 cm adalah formula B
Diameter daya sebar (cm)
Rata-rata
1
2
3
3,5 5,0 7,3
3,4 5,2 7,2
3,6 5,1 7,4
3,5 5,1 7,3
Tabel 5. Hasil Pengamatan Daya Sebar Gel Ekstrak Bawang Tiwai 4. pH Pengukuran pH merupakan parameter fisikokimia yang harus dilakukan untuk sediaan topikal karena pH berkaitan dengan efektivitas zat aktif, stabilitas zat aktif dan sediaan, serta kenyamanan di kulit
sewaktu digunakan. pH yang terlalu asam dapat mengakibatkan iritasi sedangkan pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Pengukuran pH sediaan dilakukan
dengan menggunakan kertas pH universal yang dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah diencerkan.Dari hasil pengukuran pH terlihat bahwa sediaan gel ekstrak bawang
Formula Gel
1 7 7 7
A B C
tiwai memenuhi persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4-8 (Aulton, 1988).
Waktu pengukuran 2 7 7 7
3 7 7 7
Rata-rata 7 7 7
Tabel 6. Hasil Pengukuran pH Gel Ekstrak Bawang Tiwai 5. Konsistensi Pengamatan konsistensi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati terjadi atau tidak pemisahan fase pada formula gel. Pemisahan fase terjadi ketika cairan gel keluar dan berkumpul di permukaan sehingga pada
pengamatan visual terbentuk lapisan cairan di permukaan gel, yang mengindikasikan tidak stabilnya sediaan gel akibat turunnya konsentrasi polimer. Pada hari pertama hingga hari ke-7 konsistensi gel masih stabil.
Konsistensi Gel
Hari ke-1
Hari ke-7
Formula A
Fase tunggal
Fase tunggal
Formula B
Fase tunggal
Fase tunggal
Formula C
Fase tunggal
Fase tunggal
Tabel 7. Hasil Pengamatan Konsistensi Gel Ekstrak Bawang Tiwai makin rendah viskositas maka makin tinggi tahanannya. Viskositas merupakan tolak ukur fisik yang biasanya diukur untuk menaksir pengaruh kondisi tekanan pada mikroemulsi (Martin et.el., 1993). Dari ketiga nilai viskositas ketiga formula gel, yang mendekati persyaratan viskositas gel (20000 – 40000 cp) adalah formula B yaitu 19460 cp. Nilai viskositas formula A dan C masing-masing berada di luar rentang persyaratan viskositas.
6. Viskositas Pengukuran viskositas gel ekstrak bawang tiwai dilakukan menggunakan Viscometer Brookfield yang dilengkapi dengan spindle no. 64 dengan kecepatan 50 rpm. Dari hasil pengukuran viskositas sediaan terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi gel ekstrak bawang tiwai, kecepatan alir gel semakin rendah dan viskositas semakin meningkat. Viskositas adalah suatu pernyataan tekanan dari suatu cairan untuk mengalir, . Formula Gel A B C
1
Visoksitas (cps) 2
Rata-rata 3
2930 19470 50500
2910 19450 50000
2950 19460 51000
2930 19460 50500
Tabel 8. Hasil Pengamatan Viskositas Gel Ekstrak Bawang Tiwai
7. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bawang Tiwai Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak bawang tiwai menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Sebagai bahan pembanding menggunakan vitamin C sebagai antioksidan. Pengukuran absorbansi pada No
Uraian
1
Ekstrak Bawang Tiwai
2
Vitamin C
panjang gelombang 450,0 nm. Pengukuran absorbansi pada masing-masing seri konsentrasi ekstrak bawang tiwai maupun vitamin C. Hasil persen inhibisi terhadap ekstrak bawang tiwai dapat dilihat pada tabel 9.
Kosentrasi (ppm) 100 200 300 400 500 600 2,5 5 7,5 10 12,5
% inhalasi 15,27 27,38 36,46 44,25 50,46 55,84 13,00 26,45 36,53 51,12 67,71
Tabel 9. Hasil persen inhibisi terhadap radikal bebas pada Ekstrak Bawang Tiwai dan vitamin C
Gambar 3. Persen inhalasi dan Garis Linear Ekstrak Bawang Tiwai
Gambar 4. Persen inhalasi dan Garis Linear Vitamin C
Berdasarkan pada gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa antioksidan dari ekstrak bawang tiwai maupun vitamin C mempunyai aktivitas yang hampir sama dimana vitamin C di kategorikan sebagai zat yang mempunyai antioksidan kuat. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC50 (Inhibition Consentration) yang
menunjukkan konsentrasi sampel antioksidan yang dapat menghambat atau merendam aktivitas antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi pada senyawa radikal bebas. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Molyneux, 2004).
Gambar 5. Nilai Rata-Rata IC50 (Inhibition Consentration) Menurut Molyneux, 2004 menyatakan bahwa suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan kuat apabila berkisar nilai IC50 antara 50-100 ppm, antioksidan sedang nilai IC50 berkisar 100-150 ppm dan bila dikatakan lemah apabilai nilai IC50 berkisar antara 150-210 ppm. 6. Uji Aktivitas Antioksidan Gel Ekstrak Bawang Tiwai Pengujian aktivitas antioksidan dari gel ekstrak bawang tiwai menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 450,0 nm. Pengukuran absorbansi pada masingmasing seri konsentrasi gel ekstrak bawang
tiwai dari masing-masing formula. Hasil persen inhibisi terhadap gel ekstrak bawang tiwai dapat dilihat pada tabel 10. Dari ke tiga formula dapat dilihat bahwa formula A memiliki antioksidan pada 6000 ppm, pada formula B pada konsentrasi 9000 ppm dan formula C pada konsentrasi 13000 ppm. Dari data tersebut diketahui basis gel mempengaruhi aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol bawang tiwai. Dari sediaan gel yang mengandung carbomer 940, dimana semakin tinggi kosentrasi carbomer 940, semakin viskositas sediaan maka semakin sulit terlepasnya antioksiadan dari sediaan gel.
Uraian
Formula A
Formula B
Formula C
Konsentrasi (ppm) 2000 3000 4000 5000 6000
% inhalasi
3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
23,11 28,21 33,04 36,23 41,35 45,46 50,02
9000 10000 11000 12000 13000
43,70 45,93 48,10 49,79 50,88
24,75 31,51 40,94 46,70 52,11
Tabel 10. Hasil persen inhibisi terhadap radikal bebas pada Gel Ekstrak Bawang Tiwai dan vitamin C KESIMPULAN 1. Formula gel ekstrak etanol bawang tiwai konsentrasi 5% dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang memenuhi persyaratan stabilitas fisik dengan gelling agent carbomer 940 0,5 %. 2. Aktivitas antioksidan formula gel ekstrak etanol bawang tiwai konsentrasi 5% dengan gelling agent carbomer 940 0,5 % lebih baik dibandingkan dengan gelling agent carbomer 940 1 % dan 1,5%. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Akademi Farmasi Samarinda atas bantuan fasilitas dan dana dalam Hibah Penelitian Dosen Internal tahun 2015 DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Aulton, M. 1988. Pharmaceutics : The
Science of Dosage Form Design. New York : Curchill Livingstone Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determination by the use of a Stable Free Radical. Nature 181:1199-1200 Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Djajadisastra, J. 2004. Cosmetics Stability. Makalah Seminar. Himpunan Ilmuwan Kosmetika Indonesia. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla, A. K. 2002. Spreading of Semisolid Formulation: An Update. Pharmaceutical Technology. Herrling T, Jung, K. Fuchs, J. 2008. The important role of melanin as protector against free radicals in skin and its role as free radical indicator in hair. Elsevier. Volume 69 Issue 5. pages 1429–1435. Islam MT1, Rodríguez-Hornedo N, Ciotti S, Ackermann C. 2004. Rheological characterization of topical carbomer gels neutralized to different pH. Pharm Res. Jul;21(7):1192-9. Kuntorini, E.M., Astuti, M.D., 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) Jurnal Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 15 – 22 Lachman, L, Lieberman, A.H, Joseph, L.K.1989. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke 3. Diterjemahkan oleh Suyatmi, S. Jakarta: Penerbit UI-Press. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, Lea dan Febriger Mierza, V., Suryanto, D., Nasution, P.M,. 2011. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmofolia Merr.). Prosiding Seminar Nasional Biologi tanggal 22 Januari
2011. Universitas Sumatera Utara. Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhidrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Sci. Technol. Todica. M, C. V. Pop, L. Udrescu, M. Pop. 2010. Rheological Behavior of Some Aqueous Gels of Carbopol with Pharmaceutical Applications. CHIN. PHYS. LETT. Vol. 27, No. 1, 018301 Sen, S. Chakrabhorty, R., Shridar, C., Reddy, Y.S.R., De, B. 2010. Free Radicals, Antioxidants,Diseases and phytomedicines: Current Status dan Future Prospect. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 3, Issue 1, July – August 2010; Article 021