ffi&JAI&H ORTODOffiSXK Edisi Kedua Desember 2013
lkatan Oftodontis lndonesia
Majalah Ortodontik
Vol.
11
Nomor 2
Hlm. 1-65
Jakarta 1411-7843 Desember 2013 lssN
rssN 1411-7843
MAJALAH ORTOpoNTTK Edisi Kedua Desember 2013
DAFTAR ISI Treatment of class II division'I malocclusion with open activator using physiological rnaturatron l-5 indicators ( handwrist, cervical vertebrae and menarche) during the rnixed ientitio"n phase
U
(Case Report) Friska D.S, Endah
2'
Mardiati
Treatment of severe crowding using rapid palatal expansion, mandibular expander and lip (Case Report;
bumper Gl'
Yeti Triatni, Amalia Oeripto
3'
orthodontic treatment of palatally impacted maxillary canine with primary canine retention (Case Report) Oktrivina prihantini, Ida Bagus Narmada
4.
Nickel ion release from orthodontic bracket in artificial saliva (Research) SeswiyatiAsri Setyani, Ida Bagus Narmada, pambudi Rahardjo
l5-19
5.
Effect ofetching time on shear strength ofrebonding Begg bracket (Research) Robertus Meidiyanto, Wayan Ardhana,Andono Suwarni
2U23
6.
corrossion rate df theriral archwire toward by pH changes (Research) Oktrivina Prihantini, Thalca Hamid,Ida Bagus Narmada
)439.
7'
CBcr
(Cone Beam Computed Tomography) radiograph analysis ror':: in upper left impacted canine tooth (Case Report) Feni Norma. Z, Muh. Arifin, Imelda Maharani, Jono Salim
8'
--tment
prolonged
.en window
case
orthodontic treatment of anterior crossbite unilateral with second premolar agenese bilateral
maxilla (Case Report)
on
ll-14
29-34
35-3g
Ulfah fachrudin, Muslim yusuf
9'
The orthodontic treatment of multiple anterior crossbite and protusion class (Case Report)
* 10'
I malocclusion
3942
Eddy Heriyanto Habar
orthodontic treatment in impacted maxillary left central incisor and canine with root
(Casb Report)
dilaceration
434g
Yustisia Puspitasari, Jusuf Sjamsudin I
1'
An observation of lO-months treatment of class III malocclusion using Begg technique
-
(Case
Report)
Shella
Indri Novianty, Soehardono, Dyah Karunia, Andono
-t{ff*,
-g::,*all..S$r:t"rffi,r
'
S
appliance
49-53
.in,r
12. ^
Treatment of class I angle malocclusion with buccally ecto*pic maxillary and mandibular severe crowding, midline deviation using Begg technique (Clse Repo*) Apreka Tigor Kusumasmara, Soekarsono Hardjono, Sri Suparwiki
13.
Treatment of class II division I malocclusion using removable appliance with antgFior inclined on growing patient (Case Report) I
canine,
plane 5g{l
Tri Utami Widhayanti, Pinandi Sri Pudyani
j
,ai '-4
!
Mohdn perhatikan tata cara penulisan naskah untuk jnrnal Majalah Ortodontic di halaman 62-65
'11Fr:
S+5j
.*i#.!r; ilni*#}i
.;*d&l', ..{ruwffie
TREATMENT OF CLASS II DIVISION 1 MALOCCLUSION WITH OPEN ACTIVATOR USING PHYSIICLOG ICAL MATU RATION IN DICATORS ( HANDWRIST, CERVICAL VERTEBRAE AND MENARCHE) DURING THE MIXED DENTITION PHASE (Case Report) Friska D S*, Endah Mardiati** sOrthodontics Resider.rt
+x Lecturer, Department of Orthodontic
Faculty of Dentistry, University of padjajaran
ABSTRACT
II malocclusion with growth modification approach needs assesment of physiological maturations of hand u,rist, certical vertebral, dental calcification rate and menarche. Physiological maturation can be assessed through hand wrist photograph while cervical vertebral is measured through lateral cefalogram and sexual maturation indicators csn be measured by using menarche. In this case, the patient is a child aged 9 years and I I months with class II dentoskeletal malocclusion et causa mandible retrognathia (<SNB : 75") with chin rehution tendency, Jacial profite convex, mandibular plane rotates clockwise, interincical angle protrusion (I tol : I I 3"), m.axillary incisor protrusion and proposition, short lowerface height, 5 mm overbite, I2 mm, diastema in the maxilla and mandible, mundibular mid line shift to the left 2 mm, deep bite , class II right and left molar relationship, incompetency lip relationship. Hand wrist analysis indicates phase II (Indonesian children aged 9.7 years old). Vertebral cervical analysis indicates phase I (average Indonesian children I 2.47 years old. Treatment growth modification using open activQtorfor enhance anterior mandibular growth. Treatment results improved rnandible-maxillary relationship <SNB: 77", <SNA : 82o
Background: Treatment of skeletal class
Key words : Class
II division I dentoskeletal
, open activator,
physiological maturation
PENDAHTILUAN
mandibula.
.Diantara berbagai jenis maloklusi yang ada prevalensi maloklusi kelas II divisi I ditemukan terjadi l5% dari populasi maloklusi diseluruh dunia.r Menurut McNamara bahwa retrusi mandibula adalah gambaran yang paling sering terjadi pada maloklusi kelas II divisi I pada anak usia perfumbuhan.l'2
Etiologi maloklusi kelas II divisi
I meliputi
fal€or genetik, lingkungan dan juga patologi. Kebiasaan buruk yang berlangsung lama seperti menghisap ibu
jari, pemakaian dot, menggigitbibir dan bemafas melalui mulut dapat menyebabkan maloklusi kelas II.r'2'3'4'5 Karakteristik maloklusi kelas II divisi I adalah profil cembung, ditandai deng an gr o ov e bvkalgigi molar
pertama permanen rahang bawah terletak lebih ke distal dari tonjol mesiobukal gigi molar pertama pefinanen rahang atas dan overjet gigi anterior tidak normal. Inklinasi gigi insisivus rahang atas terlalu'. protrusifsehingga bibir bawah berada di belakang gigi anterior rahang atas dan bibir atas relatif pendek.l.2'33 Relasi skeletal pada maloklusi kelas II divisi I umunnya ditemukan dengan beberapa kondisi seperti protrusi *qn*ilSiiAThaffi i6ulanormal,retrusimandibulamaksila normal atau kombinasi nrotrusi maksila dan retrusi
r.2.3,4.5,6
Perawatan maloklusikelas II divisi I sangat bergantung pada umur pasien dan keparahan maloklusi. Pada masa perhrmbuhan dilakukan dengan modifikasi perfumbuhan, alat y ang dapat dipakai seperti b i o n a t o r twin block, headgear-HerDs.r.2'3 Jika masa pertumbuhan aktifsudah lewat, dilakukan perawatan kompromi dengan pencabutan dua prernolar pertama pada rahang atas. Pada kasus yang parah tidak dapat dengan perawatan kompromi karena ketidaksesuaian rahang atas dan
rahang bawah yang parah maka perlu dilakukan p€rawatan bedah.3,a Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah modifikasi pertumbuhan dengan cara memperlambat pertunibuhan maksila d6n disaat yang sama merangsang pertumbuharr mandibula. Perawatan
ini
hanya dapat diberikan pada pasien
di usia
pertumbuhan menggunakan functional appliance. Penggunaan functional appliance untuk membantu koreksi kelas II sangat populer semenjak adanya perkembangan aktivator yang dilakukan oleh Andresen ( 1908). Aktivator merupakan salah satu alat fungsional
yang mendapatkan gaya dari otot perioral sehingga menciptakan posisi mandibula yang baru.tr's
Maloklusi kelas II divisi 1 denganoverjetleblh
Maj. Ortod. Decentber 2013, Edisi kedua l-5 a
dari 6 mm dapat dirawat lebih dini dengan aiat fungsional untuk menghilangkan permasalahan fungsional seperti
'kebiasaan rirenghisap bibir, rnengtlrangi over.iet, rneningkatkan estetik pada pasien den-qan profil n-ruka yang cembung dan retrusi n'alah bagiat.r bawah'
Adanya kurva spee dalam, overbite dalam (5 mm) , ov-qlet besar (12 mn) dan gigi anterior rahang atas protlrrsi.
mengendalikan ketidaksesuaiar.r skeletal antara lahaug
atas dan rahang barvah dengan merangsang
pertumbuhan mandibr"rla. Keberliasilan perawatan aktivator sangal tergantung dari ketepatan diagnosis' rencana perawatan, pen'rilihar-r alat dan kooperatif dari pasien.rr Dalam makalah ini penulis akan n.remaparkan laporan kasus mengenai perawatan ortodonti pada
maloklusi skeletal kelas iI divisi I dengan maksila normal dan mandibula retrognati yang dilakukan dengan menggunakan oqen activator.
LAPORANKASUS Seorang anak perempuan berusia 9 tahun I I
bulan ditemani oleh orang tuanya datang ke klinik ortodonti Fakultas kedokteran gigi UNPAD dengan keluhan gigi depan rahang atas maju sekali' Saat ini tidak ada keluhan rasa sakit. Dari anamnesis diketahui
pasien bernafas melalui mulut dan menghisap susu botol
sampai usia 4 tahun. Pada pemeriksaan ekstraoral (Gambar lA-C) tipe wajah muka sempit, simetris , profil wajah cembung , relasi bibir terbuka pada saat posisi istirahat insisif rahang atas berada diantara bibir dan tidak ada kelainan TMJ.
Gambar 2. Foto intraoral pasien sebelum perawatan
DIAGNOSIS Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, analisis model gigi, analisis sefalometri dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut diatas maloklusi kelas II dentoskeletal ,or,ro mandibula retrognati (<SNB : 75") disertai "t kecendrungan dagu retrusi ( < Facial : 82"), profil wajah cembung (
proposisi, tinggi muka bagian bawah lebih pendek, overbite 5mm, overjet 12 mm , diastema pada rahang atas dan rahang bawah, anterior deep bite, garis median rahang bawahbergeser ke kiri 2 mm dan hubungan moU** Oun kiri kelas II'
,*l* *'
PEMERIKSAAN T.ANJT]TAN Gambar 1. Foto profil,wajah pasien sebelum perawatan Pada pemeriksaan Intraoral (Gambar 2A-F) memrqjukkan mukosa, frenulum labii, lidah, palatum dan tonsil tidak ada kelainan. Adanya diastema pada gigi rahang atas dan rahang bawah, bentuk lengkung gigi sempit, garis median rahang bawah bergeser ke kiri 2mm'
Dari periksaan panoramik (Gambar 3) sebelum perawatan menunjukkan pasien masih geligi campuran terlihat gigi insisivus, molar pertama pada rahang atas
dan bawah sudah erupsi sempurna, gigi premolar pertama rahanga atas kanan masih erupsi sebq4.rgian dan gigi molar sulung pada rahan atas sebelah kanan karies dan dalam Perawatan.
Friska, dkk: Treatment oJ'class
II
pasien masih pada usia remaja awal dan masih masa geligi campuran. Gigitan lilin dibuat dengan bukaan vertikal''4mm melebihi .ft"eeu,av :,lace. Pengarnbilan gigitan ketika pasien pada okli.rsi rahang bawah
* 5 mm dilakrrkan secara bertahap. Pasien di intruksikan unttr-k- menggunakan alat ini
di majukan ke anterior
14 jam sehari. Kontak diperlahankan antala gigi posterior rahang atas , tetapi gigi posterior rahang bawah di dorong untuk erupsi dengan pengurangan (trimnting) akrilik pada bangian oklusal dan lingual secara bertahap.
minimal
Gambar 3. Foto panoramik sebelum perawatan Anahsis hanu*arist (Gambai 48) terlihat epifisis dari phalanx tengahjari tengah (MP3) terlihat sama lebar dengan diafisisnya. Dari analisis tersebut pasien berada
pada tahap diperkirakan
dua 8.
I
Terlihat profil pasien pada waktu mernakai open activator posisi mandibula lebih ke anterior. (Gambar6).
dimana untuk anak indonesia
tahun.6'8
Analisis sefalogram lateral (Gambar 4A) sebelum perawatan menunjukkan pola skeletal kelas II, < 83" SNA normal dan < 75" SNB menunjukkan retognati mandibula, kecendrungan dagu rekusi ( < Facial : 82'),
konveksitas wajah cembung (
Gambar 5. Alat Open Activator yang digunakan
berada pada usia 9.91 tahun.T'8'e
Gambar 4, Foto sefalometri dan handwrist sebelum perawatan
Etiologi
-
Etiologi dari pasien ini adalah adanya kelainan
skeletal pada mandibula, adanya kebiasaan buruk menghisap susu botol sampai dengan usia {,{4hun dan menghisap ibu jari sampai usia 6 tahun. Pasien juga bernafas melalui mulut.
,}
TbjuanPerawatan Tujuan utama perawatan adalah menghambat
pertumbuhan maksila, merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior selama masih perkembangan dari gigi dan memperbaiki overjet yang besar dan overbite a' yang dalam dan mengkoreksi diastema.
Gambar 6. Profil pasien pada waktu pemakaianopen aktivator
KemajuanPerawatan Sqtelah 14 bulan perawatan dengan op en acti-
vator, perbaikanyang signifikan terlihat dari hasil analisis fasial (Gambar 7 A-C) menunjukkan profil lateral yang kecembungannya berkurang. Relasi bibir menjadi tertutup. Wajah berbentuk simetris pada aspek frontal. Dari analisis $gntal ( Gambar 8 A-F) pada rahang atas dan rahang bawah seluruh gigi permauen sudah erupsi dan berada pada*lengkungaya kecuali gigi 15 dan25
sedikit rotasi. Diastema pada regio anterior telah RencanaPerawatan
terkoreksi. Overjet yang besar terkoreksi dari 12 mm Overbite juga terjadi perubahan dari 5 mmmenjadi3.5mm.
Pbsien direncanakan dirawat dengan'#-:-eifienifl&i5 mm. menggunakan alat fungsional open activator karena
Maj. Ortod. December 2013, Edisi kedua l-5
pertumbuhan rahang bawah menjadi kedepan dan ke bawah (antt clockwise). Perubahan juga terlihat dari sudrftrl ke NA dari 40" menjadi 2l o serta jarak I ke NA dari 8 mm ke 5 mm.. Sementara pada sudut I ke NB mengalami perubahan besar dari 21" menjadi 3l " serta jarak I ke NB berubah dari 5.5 mm menjadi 9 mm. Ini rqenunjukkan insisif rahang atas rnengalami retrusif sementara insisif rahang bawah mengalami protusif. Perawatan dengan open activator ini masih terus
berlanjut sampai sekarang karena pasien belum mengalami menarche (anak Indonesia dicapai pada usia 12.47 tahun).8
Gambar 7 : Foto profil pasien sesudah perawatan Gambar 9. Sefalom,'.; tesudah
14 bulan oerawatan
Gambar 10. Superimposisi sebelum dan sesudah 14 bulan
.. Tabel
perawatan 1.
Analisis sefalometrik sebelum dan setelah
14
bulan
perawatan
DOWNS
(') (') BdeA-B f)
87.8
,s
STEINER
menrmjukkan bawah pertumbuhan maksila bertahan dan
l3
o -9 28
SMbUY("1a Bdeokl f)
59.4
59
9.3
l8
IkeI(")
135.4
ll3
120
I ke M Okl (")
t4.5
l5
20
lkebdMmf)
1.4
I
7
r ke bd AP (nirnl < sNA (.)
2.7
"16
l0
82
83
83
EO
75
76
2
8
5
< sNB
(')
Dari analisis sefalometri (Tabel. 1) sudut SNB bertambah 75' menjadi 76o,,sudut ANB berkurang 8o menjadi 5o. Juga terlihat perubahan pada sudut bidang mandibula dari 28" menjadi 30", bidang oklusal dari 18o menjadi 20' dan sumbu Y dari 59" menjadi 60'. Kemudian dari analisis Windel Wylie terjadi perbaikan panjang wajah bawah dari 53% menjadi 54,5yo. Hal ini
tkeNA(m)
22
IkeNB(m)
wtfis
AO. BO
WENDEL
(N-ANS,:(ANS-Me)
-ffiii60
E
5
40
ZI 9
21
(m)
< OKI ke SN (") < (]oCn ke SN {")
8
30
f_)
25
I
.tt.t{") #}
WYLIE
L4
a2
-4.6 21.9
Bdg Mand (")
Gambar 8 : Foto inhaoral sesudah perawatan 14 bulan.
Sebelum Demwahn 84
t4
*;
#w
I13
o 120
2t 32 7
4so/ot55o/"
46.90/e53 .10/.
45
.50/e54.syn
.#--11+ri:i*
Friska, dkk: Trealment oJ class
II
8.
PEMBAHASAN Pada umumnya maloklusi kelas Il divisi 1 memiliki hubr-rngan skeletal maksila yang norrnal dan mandibula lebih retrusi. Maloklusi kelas II divisi 1 yang disebabkan mandibula yang retrusi dapat dirawat selarna penderita masih dalarn usia perhrmbuhan aktif dengan .firnctional appliance untuk merangsang peftunlbuhan mandibula. Profil wajah pada penderita terlihat lebih cembung, bibir incornpeten, gigi anterior maksila lebih protrusi diharapkan dengan menggunakan .firnctional oppliance ini profil wajah dapat di koreksi.rl
Menurut McNamara penggvnaan open activatorpada penderita maloklusi kelas II divisi I usia perhrmbuhan mandibula dalam bidang sagital dimana efek yang ditimbulkan lebih baik dan lebih besar dari pertumbuhan normal.rPada kasus ini selama 14 bulan pada pasien dengan open aktivator menunjukkan adanya
perubahan baik pada skeletal maupun dental. Tujuan perawatan aktivator menghambat pertumbuhan maksila
dan merangsang pertumbuhan mandibula. Terlihat
mandibula sedikit lebih prognathi (1<")
,
adatya
perubahan tampak pada pertambahan tinggi muka bawah dan penghambatan pertumbuhan pada maksila tetap. Berkurangnya kecuraman bidang mandibula disebabkan terjadinya perpanjangan pada ramus mandibula. Perawatan dengan alat fungsional dalam hal ini aktivator sangat membuhrhkan kooperatifdari pasien. Pasien diistruksikan menggunakan alat ini selamal2-L4
jam perhari. Tanpa adanya Rerjasama antara pasien
,
orang tua dan operator maka penggunaan aktivator tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
SIMPT]I.AN
Perawatan modifikasi pertumbuhan pada maloklusi kelas II skeletal yangbertujuan mengarahkan pertumbuhan ke arah yangg harmonis akan berhasil dengan lebih baik jika penanganan dilakukan pada waktu yang tepat. Pendekatan yang baik terhadap pasien dan orangtuanya sangat diperlukan sehingga terbentuk kerjasama yang baik selama perawatan dilakukan. DAF'IARPUSTAKA 1. Bishara SE, Textbook
2. 3.
of
Orthodonlics, W.B.
SaundersnCompany, 2001: 344-46.' "' " McNamara J - Component of Class II malocclusion in children 8-10 years of age . Ang;leOrthod l98l; 5l:177-202.
Proffit, WR. HenryW?, Contemporary Orthodontics.St.
4.
Louis. Mosby Company. 2400 :287-290 Graber TM, VanarsdallRl-. Orthodontics Current Principles and Techniques, St Louis , Mosby Comparry 1994:.
5.
Mitchel L. An Introduction to Orthodozrics,2.p05, New
383-400.
York, Oxford University Press Inc. 2005 : 188 -193 LampaiSki DG. Skeletal Age Assessmeni Using Certical ''{$n Vertebrae. M.S. thesis, University of Pittsburgh, 1972. 7. Franchi L, Bacceti T, Mc Namara JA 2000. Mandibular
6.
'*$r''
Growth As Related To Qgmi4Llreaefiik Maturation Body Height. Am J Orthod 118(3): 335-3a0.
And
Mardiati E. Umur Vertebra Servikal dan Tahap Maturasi Fisiologis untuk Prediksi Pertumbuhan Pubertal Anak
ras Deutero-Malayu (Dissertation). Bandung : "lndonegia rFaculty of dentistry Padjadjaran University; 2010. 9. Mito T, Sato K, Mitami H. ZOO:. PreJicting Altutdibular Groeth Potential Wth Cen,ical Ikrtebral Bone Ege. Am J Orthod Dentofac Orthop t)!()):173-1 . I 0. i\lftoyers, Roberl G. 2009. H an d b o o k OJ O r t h od o n t i c.2009 11. Pachori Y. Treatment o/skeletal clas.s II diyision l malocclusion with mandibular de.ficienc)' u.sirtg myoJitctional appliances in growing individuals. Journal
of Indian Society of Pedodontics and prevenrive dentistry . 2012: 30 : 56-63