Laporan Penelitian
TMPLEMENTAST PRCJECT MTNERVA MODET (PMM)
DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PADA MATA KULIAH PRAKTIK KERJA BATU DAN BETON BERBASTS COTTErcUAL TACHING LEAR TTruG (CTL)
Oleh
V. LILIK HARIYANTO,
IJI
PD
Dibiayai oleh Dana DIPA BLU Uni; ersitas Ne4eri Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Dosen FakuttasTeknik Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2009 Nomor: 1 217 .251H34. 1 5/PU2009
FAKULTA$TEKNIK UNIVERSTTAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN
2OO9
I
I
I
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK Alamat : Karangmalang Yogyakarta 55261 rerepon (0274) 586168
o'*
z76ffitlt;firrr
540715,586734 (Dekan Fax
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN 1 Judul: IMPLEMENTASI PROJECT MINERVA MODEL (PMM) DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PADA MATA KULIAH PRAKTIK KERJA BATU DAN BETON BERBASIS CONTEXTUAL TACH t NG LEARN//VG (CTL) Ketua Pelaksana Penelitian 2. ' . V. Lilik Hariyanto, M.Pd. a. Nama 1961 1217 198601 1 001 b NIP : Lektor Kepala /lV B c Pangkat / Golongan . Tenaga Edukatip d. Jabatan Ada. e. Pengalaman di Bidang Penelitian : Fakultas Teknik I P.T Sipilf. Fakultas / Jurusan Perencanaan. g. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan : Universitas Negeri Yogyakarta h. Universitas . Tahun 2009 i Waktu Penelitian : Mandiri. 3. Jenis Penelitian : 1 Orang. 4 Jumlah Tim Peneliti : 6 (enam) bulan. 5. Jangka Waktu Penelitian : Pendidikan Kejuruan. 6 Bidang llmu : Jurusan Pendidikan Teknik Sipil 7. Lokasi Penelitian dan Perencanaan. 8. Kerjasama: a. Nama lnstansi (bila ada) b Alamat 9 Biaya Yang Diperlukan : Rp 5 000.000,a. Sumber dari Fakultas :b. Sumber lain : Rp 5.000 000,Jumlah (Lima Juta Rupiah) Yogyakarta, Desember 2009
lekan FT-UNY
BPP ,,)
Fakultas
\r
Peneliti,
'r-
.
)'il
,'t1''"1f,'
#ardan Suyanto, Ed.D.
\lP
: '19540810 197803 1 001
Dr. Endang' [4ulyatiningsih. NIP: 196301 11 198812 2 001
ii
V. Lilik Hariyanto, M.Pd. NIP: 19611217 198601 1 001
1 JUDUL PENELITIAN IMPLEMENTASI PROJECT MINERVA MODEL (PMM) DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PADA MATA KULIAH PRAKTIK KERJA BATU DAN BETON BERBASIS CONTEXTUAL TACHING LEARNING Oleh: V. Lilik Hariyanto email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) memperkecil kesesenjangan kompetensi lulusan dengan dunia industri pada praktik kerja batu dan beton, (2) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran dalam rangka peningkatan kualitas lulusan. Metode penelitian menggunakan survey dilanjutkan dengan penelitian tindakan kelas. Waktu penelitian selama empat bulan. Tempat penelitian di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik, UNY. Pelaksanaan penelitian dengan memberikan perlakuan atau tindakan kepada para mahasiswa atau responden yang diteliti. Tindakan dilakukan pada setiap putaran siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini secara berturut-turut mencakup: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) monitoring dan evaluasi, (4) refleksi dan (5) revisi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sama. Diambil satu kelas yang sedang mengikuti pembelajaran Praktik Kerja Batu dan Beton. Sedangkan subyek penelitian ditetapkan Mahasiswa semester II, tahun ajaran 2008/2009. Rancangan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Instrumen Pengembangan Model Instruksional PMM, (2) Instrumen untuk Mengukur Dampak Instruksional. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian adalah: (1) Jenis-jenis pekerjaan (perkembangan) di dunia kerja praktik kerja batu dan beton dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Pasangan batu bata persilangan ½ batu ikatan stretcer bond, b. Pasangan tegel porselin dinding dengan semen portlan MU (Mortar Utama), c. Pembuatan asesoris dari gip-sum, d. Praktik wall-paper, e. Praktik plafon gip-sum, f. Pratik Beton Pre-cast, g. Praktik Beton ReadyMix. (2) Melalui pelaksanaan pembelajaran desain instruksional Project Minerva Model berbasis Contextual Teaching Learning dapat di tingkatkan kompetensi mata kuliah praktik kerja batu dan beton di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dari hasil penilaian semua mahasiswa mendapatkan nilai A. Hal ini dimungkinkan karena praktik pemasangan keraton memang merupakan teknologi tepat guna pemasangan lantai dari keramik komposit, sehingga ketika mahasiswa melaksanakan pratik pemasangan keraton motivasi praktik mereka meningkat.
2
A. Pendahuluan Di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan (JPTSP) FT UNY terdapat empat mata kuliah praktik kejuruan dasar: (1) praktik kerja batu dan beton, (2) praktik kerja kayu, (3) praktik kerja plumbing dan (4) praktik kerja baja dan logam. Khusus pada mata kuliah praktik kerja batu dan beton, merupakan mata kuliah praktik kejuruan dasar. Isi silabus mencakup materi-materi pembelajaran praktik kejuruan batu dan beton yang kompetensinya sangat banyak dibutuhkan di dunia industri bangunan. Selama ini di JPTSP FT UNY, khususnya pada mata kuliah praktik kerja batu dan beton, cakupan isi silabus sudah lama tidak diselaraskan dengan perkembangan-perkembangan industri. Kondisi ini sudah tidak selaras lagi dengan perkembangan teknologi kerja batu dan beton yang berada di dunia kerja. Beberapa implikasi perkembangan teknologi dapat dilihat dari: (1) pemakaian beton ready mix dalam membangun rumah sudah merupakan hal biasa, masyarakat tinggal membeli beton jadi pada industri pembuat beton sesuai dengan kuaitas beton yang diinginkan, (2) teknologi plesteran dan pasang tegel sudah bergeser dengan diproduksinya jenis semen mortar utama (MU), (3) pemakaian gypsum sebagai pekerjaan finishing untuk mendapatkan hasil bangunan yang rapi telah banyak digunakan, dan lain sebagainya. Kesenjangan keselarasan ini bila berlarut-larut tidak segera disesuaikan maka akan menjadikan jurang kesenjangan semakin lebar antara
3 kompetensi yang dihasilkan oleh JPTSP FT UNY khususnya praktik kerja batu dan beton dengan perkembangan di dunia industri. Melalui
penelitian
ini
kesenjangan-kesenjangan
tersebut
diharapkan dapat diperkecil, karena keutamaan Project Minerva Model (PMM) adalah dengan mengumpulkan data-data pekerjaan di industri, kemudian mengidentifikasi persyaratan pelatihan, dan kemudian secara garis besar diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran di kelas ditetapkan dengan model Contextual Teaching Learning (CTL), hal ini sangat cocok karena mahasiswa akan belajar sesuai dengan konteks pembelajaran yang dihadapi. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan penelitiannya sebagai berikut: (1) Bagaimanakah data-data kompetensi pekerjaan praktik kerja batu dan beton yang berkembang di dunia industri dapat dikumpulkan? (2) Dapatkah kegiatan instruksional dalam
pembelajaran
CTL
memperbaiki
kegiatan
pembelajaran
sebelumnya dilihat dari pencapaian prestasi belajar? B. Kajian Teori, Cara Penelitian serta Hasil Penelitian 1. Esensi dan Fungsi Model Pembelajaran Joyce dan Weil (1986) mengelompokkan model belajar ke dalam empat katagori, yaitu; (a) Kelompok Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Family), (b) Kelompok Model Personal (The Personal Family), (c) Kelompok Model Sosial (The Social Family), (d) Kelompok Model Sistem Perilaku (The Behavioral System Family).
4 Kelompok Model Pengolahan Informasi, menitikberatkan pada cara-cara
memperkuat
dorongan-dorongan
internal manusia untuk
memahami dunia ini dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalannya pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok Model Personal, didasarkan bahwa kenyataan hidup manusia pada akhirnya terletak pada kesadaran individu. Manusia mengembangkan kepribadian yang unik dan melihat dunia dari sudut pandang yang merupakan hasil dari pengalaman. Model personal beranjak dari pandangan kedirian atau sefthood dari individu. Proses pendidikan
sengaja
diusahakan
untuk
memungkinkan
kita
dapat
memahami diri sendiri dengan baik. Kelompok Model Sosial, dilandasi bahwa kerjasama merupakan suatu fenomena kehidupan masyarakat. Melalui kerjasama kita dapat membangkitkan dan menghimpun tenaga
secara bersama yang
kemudian disebut sebagai synergy (Joyce dan Weil, 1986). Model ini telah banyak diteliti dalam rangka pengetesan memanfaatkan kerjasama. Kelompok Model Sistem Perilaku, didasari pada teori-teori belajar sosial (Social Learning Theories). Model ini dikenal pula sebagai Model Modifikasi Perilaku (Behavioral Modification), Terapi Perilaku (Behavioral Therapy), dan Sibernetika (Cybernetic). Dasar pemikiran dari model ini adalah sistem komunikasi yang mengoreksi sendiri (Selt-Correcting
5 Communication System) yang memodifikasi perilaku dan hubungannya dengan bagaimana tugas-tugas dikerjakan dengan sebaik-baiknya. 2. Project Minerva Model (PMM) Twelker, Urbach, dan Buck dalam Atwi Suparman (1993) pengembangan model instruksional dapat didekati dengan penggunaan pendekatan system. Salah satu model instruksional tersebut adalah Project Minerva Model (PMM), Tracey dalam Atwi Suparman(1993). Secara skematis PMM dapat digambarkan sebagai berikut: MENGUMPULKAN DATA PEKERJAAN
MENGIDENTIFIKASI PERSYARATAN LATIHAN
MERUMUSKAN TUJUAN PENAMPILAN
MEMILIH ISI MATA PELAJARAN
MENYUSUN TES PENAMPILAN
MEMILIH STRATEGI INSTRUKSIONAL
MEMPRODUKSI BAHAN INSTRUKSIONAL
MENGEVALUASI KEGIATAN INSTRUKSIONAL
MELAKSANAKAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL
TINDAK LANJUT LULUSAN
Gambar 1: Bagan Project Minerva Model (PMM).
MELAKSANAKAN / MENGANALISIS TES
6 3. Contektual Teaching and Learning (CTL) Menurut
Depdiknas
(2002)
penerapan
CTL
memiliki
tujuh
komponen utama, yaitu (http://samrit-amq.blogspot.com/2008/01/makalahpada-seminar.html): (a) Konstruktivisme (constructivism), merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
mahasiswa
berdasarkan
pengalaman.
Konstruktivisme
menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. (b) Inkuiri (inquiry), merupakan asas kedua dalam pembelajaran CTL, artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, pengajar bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang hatus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. (c) Bertanya (questioning). Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam bepikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, pengajar tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar mahasiswa dapat menemukan sendiri. Karena itu, peran bertanya sangat penting sebab
7 melalui
pertanyaan-pertanyaan
mengarahkan
mahasiswa
untuk
pengajar
dapat
menemukan
membimbing
setiap
materi
dan yang
dipelajarinya. (d) Komunitas belajar (learning community), merupakan kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Praktiknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. Leo Semenovich Vygotsky
(2002),
seorang
psikolog
Rusia,
menyatakan
bahwa
pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat di pecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerjasama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. (e) Pemodelan (modeling), merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap mahasiswa. Misalnya pengajar memberikan contoh bagaimana
mengoperasikan
sebuah
alat,
atau
bagaimana
cara
melafalkan sebuah kalimat asing, pengajar olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, pengajar kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik, pengajar biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya.
8 Pemodelan (modeling) dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar mahasiswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. (f) Refleksi (reflection), merupakan cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang baru di terima dengan melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. (f) Penilaian Nyata (authentic assessment), merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
mengenai
perkembangan
belajar
mahasiswa.
Dalam
pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui pengajar agar bisa memastikan bahwa mahasiswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Penilaian yang nyata/sebenarnya/otentik (authentic
assessment),
prosedur
penilaian
yang
menunjukkan
kemampuan (pengetahuan, keterampilan sikap) secara nyata. 4. Kerangka Berpikir Kesenjangan kompetensi antara yang tercermin pada lulusan dengan kualifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri, dapat diminimalisir dengan cara penyelarasan yang terus-menerus dari waktu ke
9 waktu. Salah satu langkah penyelarasan yaitu dengan cara analisis instruksional yang digunakan untuk proses pembelajaran di kelas. Demikian pula kualifikasi kompetensi praktik kerja batu dan beton yang berkembang di dunia industri saat ini telah semakin maju dan kompleks. Guna mempersiapkan lulusan agar memiliki kualifikasi kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, maka isi silabus perlu disesuaikan dengan kualifikasi kompetensi di dunia industri. Salah satu model instruksional yang dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut di atas adalah PMM (Project Minerva Model), Tracey dalam Atwi Suparman (1993). Dalam PMM ini, aspek-aspek yang dapat digali antara lain: (1) data-data kompetensi pekerjaan praktik kerja batu dan beton yang berkembang di dunia industri dapat dikumpulkan, (2) persyaratan-persyaratan praktik kerja batu dan beton dapat diidentifikasi, (3) tujuan penampilan dapat dirumuskan, (4) bahan-bahan instruksional dapat diproduksi, (5) tes penampilan dapat disusun. Namun meskipun aspek-aspek instruksional diperhatikan, tetapi apabila dalam proses implementasi pembelajaran dikelas kurang baik, maka dapat dipastikan hasilnya juga kurang baik. Untuk itu model implementasi pembelajaran yang tepat dalam hal ini adalah CTL. Pembelajaran praktik kerja batu dan beton dengan menggunakan pendekatan CTL mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan dengan cara membuat antara yang telah dipelajari dengan yang telah diketahui sebelumnya. Selanjutnya mahasiswa dapat memahami apa yang telah
10 dipelajarinya secara lebih mendalam. Melalui pendekatan CTL akan menjadi lebih bermakna jika apa yang dipelajari mahasiswa dapat dirasakan dan dikaitkan dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengajar
harus
mampu
merangsang
mahasiswa
untuk
aktif
mengkonstruksi apa saja yang telah diketahui dengan materi kuliah yang sedang dipelajari. Salah satu upaya mewujudkannya adalah menerapkan pendekatan pembelajaran CTL dengan tujuh komponen utamanya serta dengan berbagai metode dan media sesuai dengan materi yang diajarkan. 5. Hipotesis Penelitian Implementasi pembelajaran desain instruksional PMM berbasis CTL dapat meningkatkan kompetensi mata kuliah praktik kerja batu dan beton mahasiswa JPTSP FT UNY. 6. Cara Penelitian Penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Kemmis dan Mc. Taggart (1988:5). Pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan, yaitu memberikan perlakuan atau tindakan kepada para mahasiswa atau responden yang diteliti. Perlakuan yang diberikan adalah sesuai dengan hasil analisis instruksional PMM. Pada penelitian ini populasi dan sampel adalah sama. Diambil satu kelas yang sedang mengikuti pembelajaran Praktik Kerja Batu dan Beton. Sedangkan subyek penelitian ditetapkan Mahasiswa semester II, tahun ajaran 2008/2009. Alasan penetapan subyek penelitian ini karena
11 sebenarnya
mata
Kuliah
Praktik
Kerja
Batu
dan
Beton
proses
pembelajarannya mencakup dua semester. Semester I merupakan Mata Kuliah Praktik Kerja batu sedangkan Semester II merupakan Mata Kuliah Praktik Kerja Beton. Oleh karena kaitan antara kedua mata kuliah tersebut sangat erat maka rangcangan penelitian ini dibuat dalam dua semester akademik yang disatukan. Subyek penelitian yang dipakai merupakan satu kelas yang telah mengikuti dan lulus Mata Kuliah Praktik Kerja Batu di semester satu. Hal ini dikarenakan pada implementasi pembelajaran pada penelitian ini mahasiswa harus sudah mempunyai keterampilan awal sehingga pada saatnya praktik untuk penelitian mereka sudah tidak asing lagi dengan permasalahan Praktik kerja Beton. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. 7. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Hasil Survey Pekerjaan Batu dan Beton di Dunia Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompetensi Pembelajaran yang layak untuk Penyelarasan Silabus Praktik kerja Batu dan Beton Praktik pemasangan batu bata tanah liat tanpa proses pembakaran untuk eksterior Pemasangan tegel (lantai dan dinding) dengan menggunakan semen Mortar Utama (MU). Praktik pembuatan asesoris bangunan dari gipsum (list, ornamen lampu) Praktik finishing plafon dari papan gipsum Praktik Wall-Paper Pemasangan kosen pabrikan Praktik pemasangan lantai keraton (keramik beton komposit) Pratik Beton Pre-cast Praktik Beton Ready-Mix
12 Tabel 2. Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Kelas No
Siklus
1
I
Pertemuan (4x50’)/ttp muka 1
2
2
II
3
4
3
III
5
Kompetensi: Pembuatan plat lantai dari keraton Pengantar keraton. Pembuatan tulangan untuk keraton (individu) Evaluasi I Menyatukan keraton-tulangan dengan adukan semen (Kelompok) Evaluasi II Mempersiapkan tulangan balok induk /Membuat tulangan pokok, begel serta merangkainya (Kelompok) Evaluasi III Membuat begisting balok induk (Kelompok) Evaluasi IV Merangkai rangkaian keraton dengan tulangan ke balok induk Evaluasi V
Evaluasi I, II, III, IV dan V didasarkan pada indikator penilaian yang terdiri dari: (1) Proses, (2) Produk, (3) Waktu. Jenis-jenis pekerjaan (perkembangan) di dunia kerja praktik kerja batu dan beton yang dapat diimplementasikan dalam silabus (kurikulum) di JPTSP bila diperbandingkan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 3. Silabus Praktik Kerja Batu dan Beton No Kompetensi Praktik Kerja Tatap Kompetensi Praktik Batu yang diajarkan Muka Kerja Batu yang diusulkan 1 Perkenalan alat, pengantar 1 Perkenalan alat, praktik kerja batu pengantar praktik kerja batu 2 Pembuatan mortar/adukan 2 Pengukuran (setting) bangunan 3 Pengukuran (setting) 3 Pembuatan bangunan mortar+Pasangan batu bata persilangan ½ batu ikatan stretcer bond 4 Pasangan batu bata lurus 4 Pasangan tegel porselin tebal ½ batu ikatan stretcter lantai dengan semen bond portlan biasa
Tatap Muka 1
2 3
4
13 5
Pasangan batu bata 5 persilangan tebal ½ batu ikatan strecter bond
6
Pasangan batako lurus
6
7
Pasangan tegel porselin lantai Pasangan tegel porselin dinding Pasangan batu tempel dinding Plesteran dinding Acian dinding Pasangan kosen pintu Pasangan krepus Membersihkan bengkel
7
Pasangan tegel porselin 5 dinding dengan semen portlan MU (Mortar Utama) Plesteran didinding dan 6 acian Pasangan kosen pintu 7
8
Pasangan krepus
8
9
Pembuatan asesoris dari gip-sum Praktik wall-paper Praktik plafon gip-sum Membersihkan bengkel
9-10
8 9 9 10 11 12 13
10-11 12-13 14 15 16
Tabel 4. Komparasi Silabus Praktik Kerja Beton No Kompetensi Tatap Kompetensi Pembelajaran Praktik Muka Pembelajaran Praktik Kerja Beton Kerja Beton 1 Perkenalan alat, 1 Perkenalan alat, pengantar praktik kerja pengantar praktik kerja beton beton dan Praktik membuat kolom praktis 2 Praktik membuat kolom 2-3 (mengukur, memotong, praktis (mengukur, menekuk tulangan) memotong, menekuk secara individual. tulangan) secara individual. 3 Praktik membuat kolom 4 Praktik membuat kolom praktis (merangkai praktis (merangkai tungan pokok dan begel) tungan pokok dan secara kelompok begel) secara kelompok 4 Membuat perancah dan 5-12 Membuat perancah dan begisting dari kayu untuk begisting dari kayu rangkaian kolom, balok untuk rangkaian kolom, dan plat leuvel. balok dan plat leuvel. 5 Membongkar perancah 13 Praktik memasang dan begisting dari kayu beton keramik komposit untuk rangkaian kolom, (Keraton) balok dan plat leuvel serta membersihkan bengkel. 6 Tugas kelompok survey 14-16 Membersihkan Bengkel pembuatan komponen bangunan dari bahan beton
11-13 14-15 16 -
Tatap Muka 1-2
3
4-10
11-15
16
14 2. Pembahasan Implementasi Pembelajaran Secara garis besar pembahasan pada masalah ini dapat digambarkan dari data nilai rata-rata setiap evaluasi. Nilai rata-rata per evaluasi adalah: evaluasi I=79.27; evaluasi II=85,00; evaluasi III=92,67; evaluasi IV=91,13; dan evaluasi V=93. Meskipun pada evaluasi IV terdapat penurunan, tetapi apabila dilihat pada evaluasi ke V, pencapaian prestasi belajar naik lagi. 100
92,6
91,1
EVA III
EVA IV
93
90 80
85 79,2
70 60
EVA I
EVA II
EVA V
Gambar 2. Pencapaian kenaikan prestasi belajar
Tahapan
pencapaian
kenaikan
prestasi
belajar
pada
pembelajaran praktik keraton secara garis besar dapat dilihat pada garis kenaikan seperti pada gambar 2. Hal ini dapat diartikan bahwa implementasi pembelajaran praktik kerja batu dan beton, khususnya pada
praktik
pemasangan
keraton
memberikan peningkatan prestasi belajar.
(keramik
beton
komposit)
15 C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Jenis-jenis pekerjaan (perkembangan) di dunia kerja praktik kerja batu dan beton yang belum diimplementasikan
dalam
silabus
(kurikulum)
di
JPTSP
dapat
diidentifikasi sebagai berikut: a. Pasangan batu bata persilangan ½ batu ikatan stretcer bond, b. Pasangan tegel porselin dinding dengan semen portlan MU (Mortar Utama), c. Pembuatan asesoris dari gip-sum, d. Praktik wall-paper, e. Praktik plafon gip-sum, f. Pratik Beton Pre-cast, g. Praktik Beton Ready-Mix. (2) Melalui pelaksanaan pembelajaran desain instruksional Project Minerva Model berbasis Contextual Teaching Learning dapat di tingkatkan kompetensi mata kuliah praktik kerja batu dan beton di JPTSP FT UNY. Dari hasil penilaian semua mahasiswa mendapatkan nilai A. Hal ini dimungkinkan karena praktik pemasangan keraton memang merupakan teknologi tepat guna pemasangan lantai dari keramik komposit, sehingga ketika mahasiswa melaksanakan pratik pemasangan keraton motivasi praktik mereka meningkat. 2. Saran Saran-saran yang bisa disampaikan dalam penelitian ini adalah: (1) agar silabus dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi praktik kerja batu dan beton, (2) Secara perlahan-lahan temuan-temuan ini hendaknya dicoba dan diimplementasikan dalam pembelajaran, sehingga ketika lulusan akan bekerja di dunia kerja, sudah tidak gagap
16 terhadap perkembangan teknologi. (3) Ke depan, bila temuan tersebut diimplementasikan
dalam
pembelajaran,
sarana
dan
prasarana
penunjang pembelajaran hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu dengan cermat. (4) Pengembangan alat evaluasi juga hendaknya di sesuaikan, tidak hanya terbatas pada indikator proses, hasil dan waktu dengan pengembangan beberapa aspek didalamnya. 3. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian dalam hal ini antara lain: (1) Survey tentang kemajuan teknologi praktik kerja batu dan beton hanya dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga belum menggambarkan implementasi teknologi yang sebenarnya di dunia
kerja.
(2)
Dalam
implementasi
pembelajaran,
tidak
memungkinkan untuk mencoba dalam pembelajaran di kelas terhadap hasil survey kemajuan pekerjaan praktik kerja beton.
17 DAFTAR PUSTAKA
Anas Sujidono. (1991). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Atwi Suparman. (1993). Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas. Depdiknas. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Johnson. (2002). “Pendekatan Konstektual”. Jurnal. Bandung: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Diambil tanggal 14 November 2008 dari http://mxblogs.co.cc/binagus/index.php. Joyce, B. Dan Weil, M. (1986). Model of Teaching, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI). (2002). ”Pendekatan kontektual”. Makalah Seminar. Bandung: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Diambil tanggal 25 November 2008 dari http://samritamq.blogspot.com/2008/01/makalah –pada- seminar.html. Kemmis, S. and Mc. Taggart, R. (eds). (1988). The Action Research Planner. Melbourne: Deakin University Press. Leo Semenovich Vygotsky, Dave Meieer, & Confusius. (2002). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Diambil tanggal 25 November 2008 dari http://pelangi.dit-plp.go.id/index.php. Nurhadi dkk. (2004). Pendekatan Konstektual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Pardjono, dkk. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Skinner, D.F. (1953). Science and Human Behavioral, New York: Mc Millan, Inc. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
18 Suparno Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana Prees. Toeti Sukamto, IGAK Wardani dan Udin Saripudin Winataputra, (1993). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Antar Universitas. Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media. Yulia Krisnawati & Suwarsih Madya. (2004). Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Konstektual di SLTP Negeri 25 Surabaya. Yogyakarta: PPS Universitas Negeri Yogyakarta.
ARTEMLN PENUIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKUI.TAS TEKNIK
(a,?.gmalar g yogyarana S528i 586168 2t62As 292 lc.i74) i8'673a r", \0274) 586734 wrbsite I htlp //ft u.y,rc id e-malt: ftfOuny ac id leknrk@unv ac id
Alamat Kamp.s _ Telp 0274) p,w
I I
4.
Nama Peneliti Jurusan Fakultas Status Penelitian
5,
JudulPenelitian
0.
Pelaksanaan
7.
Tempat Dipimpin oleh
1.
2. 3.
8. q
Ce&lir3tP l.lo rlt:
I
r:rit42
LAPORAN PELAKSANAAN SEININAR !{AS|L pENELtTtAN DoSEN FT UNy TAHUN 2009
V. Lilik Hariyanto, M,Pd PT, Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
a, Mandiri b. Kelompok c. Latihan d. Lain-lain
lmplementasi Projoct Minerva Model (pMM) dalam Upaya peningkatan Kompetensi pada Mata Kuliah praktik Kerja Batu dan Beton Berbasis contextual Teaching Learning (CTL)
Peserta:
c1.
b.
HasilSeminar
Jumlah ',
Setelah mempertimbanokan penyajian, penjelasan, argumentasiserta sistematika dan tata tulis, seminar berkes,mpulan : Laporan lnstrumen Penelitian tei'sebut di atas Diterima tanpa revisi/pembenahan
a, b. c.
Diterimadenganrevisi/pembenahan Dibenahi, irntuli diseminarkan ulang
Catatan:
Mengetahui BaCan Pertimbarrqan Penelltian
Mfi
0qor "'d'
NIP
B Diterima 13
/oo/