JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN AUDITOR SWITCH (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI) Divianto Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Abstract This study aims to determine the Factors Influencing Companies In Doing Auditor Switch (Case Study: In Manufacturing Companies Listed On The Stock Exchange). Analytical techniques used in this study were done using multiple regression analysis. Based on the use of sample criteria then the final number of samples obtained were 71 manufacturing firms. This research includes studies of time series. The results of this study obtained the conclusion that the variable size of the KAP and the auditor's opinion and a significant positive effect on auditor switches simultaneously, with a value of F count = 3509 and (p = 0.032 <0.05) with R Square value of 0029 or 2.9%. Thus the decision made is to accept hypothesis H1. Partial, variable Firm size had no significant effect on auditor switches, with regression coefficients and significance p = 0069 0362> 0.05. Thus the decision made was to reject hypothesis H2. Partially, not the auditor opinion variable has positive and significant impact on auditor switches, with regression coefficients and significance -0170 0011 p = <0.05. Thus the decision made is to accept hypothesis H3. Keywords : Auditor Switch, auditor’s opinion, and KAP size
PENDAHULUAN Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh perkembangan perusahaan pada umumnya. Semakin banyak perusahaan publik, semakin banyak pula jasa akuntan publik yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) saling bersaing untuk mendapatkan klien (perusahaan) dengan berusaha memberikan jasa audit sebaik mungkin. Dengan banyaknya KAP yang ada saat ini, perusahaan pun mempunyai pilihan untuk tetap menggunakan KAP yang sama atau melakukan pergantian KAP (auditor switch). Perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangannya. Jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan oleh manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan (Willingham dan Charmichael 1997:351). Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice 1982:327). Seperti halnya perusahaan, auditor juga menginginkan agar dapat mengekspresikan Unqualified Opinion atas laporan keuangan (Willingham and Charmichael 1997:351). Dengan banyaknya KAP yang ada, persaingan antar KAP akan semakin ketat. Keinginan KAP agar tetap dapat eksis dalam persaingan, berpeluang untuk menghalangi obyektifitas
153
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
KAP yang selanjutnya akan mempengaruhi pula independensinya dalam melaksanakan tugas auditnya. Meskipun perilaku “opportunistic” oleh auditor pada awal penugasannya pada perusahaan yang melakukan auditor switch ternyata tidak terbukti dilakukan (Houghton et. al. 1996). Pertumbuhan usaha yang cepat, terjadinya perubahan manajemen mungkin tidak diikuti oleh “expertise” auditor. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditor yang ada saat ini (Joher et al. 2000). Perusahaan yang sedang melakukan aktivitas pendanaan atau melakukan new financing tentunya berharap mendapatkan reaksi yang positif dari auditor switch yang dilakukan. Dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih punya nama maka reputasi perusahaan juga akan terangkat dimata investor (Smith dan Nichols 1982 ; Eichenseher et al. 1989). Independensi auditor adalah kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: independence in fact dan independence in appearance. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil (Porter et al., 2003 dalam Nasser et al., 2006). Flint (1988) dalam Nasser et al. (2006) berpendapat bahwa independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman seperti itu adalah audit tenure yang panjang. Dia berpendapat bahwa audit tenure yang panjang dapat menyebabkan auditor untuk mengembangkan “hubungan nyaman” serta kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat mencapai tahap dimana independensi auditor terancam. Audit tenure yang panjang juga memberikan hasil familiaritas yang tinggi dan akibatnya, kualitas dan kompetensi kerja auditor dapat menurun ketika mereka mulai untuk membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat dan bukan evaluasi objektif dari bukti saat ini. Kritik terhadap dependensi tersebut tidak bisa dilepaskan pula dari fakta perbandingan jumlah kantor akuntan publik dengan jumlah perusahaan yang diaudit. Jumlah kantor akuntan selalu lebih kecil daripada jumlah perusahaan yang meminta jasa audit. Kantor akuntan sendiri memiliki perbedaan kualitas antar mereka sehingga perusahaan akan cenderung memilih kantor akuntan yang baik. Selain itu, ada kecenderungan pula bahwa perusahaan hanya akan memilih kantor akuntan yang sepakat dengan pilihan metode akuntansi tertentu. Simpulannya, hubungan antara klien dengan auditor memang secara alami akan terjadi dan sangat besar kemungkinan akan terjalin dalam jangka panjang. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Nasser et al. (2006) juga percaya bahwa hubungan yang panjang bisa menyebabkan auditor memiliki kecenderungan kehilangan independensinya. Auditor yang memiliki hubungan yang lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi atau ikatan ekonomik yang kuat antara auditor terhadap klien. Semakin tinggi keterikatan auditor secara ekonomik dengan klien, makin tinggi kemungkinan auditor membiarkan klien untuk memilih metode akuntansi yang ekstrim. Kekhawatiran ini memiliki bukti yang kuat yaitu Enron.
154
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, melalui serangkaian ketentuan, profesi auditor dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbulkan konflik kepentingan potensial. Salah satu anjuran adalah memiliki rotasi wajib auditor (AICPA, 1978a; AICPA 1978b dalam Nasser et al., 2006) karena dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi publik melalui peningkatan kewaspadaan untuk setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien (Mautz, 1974; Winters, 1976; Hoyle, 1978; Brody dan Moscove, 1998 dalam Nasser et al., 2006). Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Jika perusahaan mengganti KAP-nya yang telah mengaudit selama lima tahun, hal itu tidak akan menimbulkan pertanyaan karena bersifat wajib (mandatory). Jadi, yang biasanya menjadi masalah apabila pergantian KAP bersifat voluntary, yaitu atas keinginan perusahaan sendiri di luar aturan Menteri Keuangan tadi. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan diantaranya adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3). Namun, ada yang menentang gagasan rotasi wajib auditor yang dianjurkan oleh AICPA karena mereka percaya bahwa biaya lebih besar daripada manfaat. Rotasi dan switching yang sering akan mengakibatkan peningkatan fee audit sebagai manfaat yang bisa diperoleh dari biaya yang lebih rendah berikutnya setelah tahun-tahun awal dari setiap audit tidak akan sepenuhnya direalisasikan. Kelemahan lain adalah bahwa pengetahuan yang diperoleh selama meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan sia-sia dengan pengangkatan seorang auditor baru (AICPA, 1992 dalam Nasser et al., 2006). Peneliti terdahulu yang dijadikan rujukan antara lain : Kawijaya dan Juniarti (2002) melakukan penelitian tentang perpindahan auditor pada perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo yang pernah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang signifikan bahwa qualified audit opinion, merger, management chages, dan expansion merupakan variabel yang memprediksi perpindahan auditor. Nasser et al. (2006) menelaah perilaku audit teanure dan switching dalam lingkungan audit Malaysia untuk periode 1990-2000. Penelitian memberikan bukti tentang hubungan antara switching dan dua variabel, yaitu ukuran klien dan financial distress. Damayanti dan Sudarma (2007) lakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah Kantor Akuntan Publik dan dari penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa variabel fee audit dan ukuran KAP yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia berpindah KAP. Variabel lain, yaitu pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, dan persentase
155
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
perubahan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap perusahan publik di Indonesia berpindah KAP. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut masih menunjukkan adanya perbedaan yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan di Indonesia, mengingat terdapat pihak yang mendukung dan bahkan menentangnya, terkait dengan isu independensi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Selain didukung adanya research gap, penelitian ini juga didukung adanya fenomena empiris yang menunjukkan ketidakkonsistenan. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan pada perusahaan manufaktur. Perusahaan yang akan diteliti ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Prioritas pada perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur ialah salah satu perusahaan yang mempunyai peluang investasi yang sangat besar. Seperti yang kita ketahui lima tahun lalu produk-produk industri menghadapi resesi yang cukup parah, tetapi masa itu sudah lewat. Pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat dan bangkitnya aktivitas manufaktur mengarah pada permintaan pasar atas barang yang tahan lama di seluruh dunia. Ini merupakan kabar baik bagi usahawan yang bisnis intinya mengisi fasilitas manufaktur dunia (Nurtanio, 2006). Berdasarkan uraian diatas, masalah-masalah yang dikemukan oleh penulis sebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah opini auditor mempengaruhi auditor switch pada perusahaan manufaktur? 2. Apakah ukuran KAP mempengaruhi auditor switch pada perusahaan manufaktur? 3. Manakah diantara opini auditor dan ukuran KAP yang mempunyai pengaruh dominan terhadap terjadinya auditor switch pada perusahaan manufaktur? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh bukti empiris apakah opini auditor berpengaruh terhadap auditor switch pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. 2. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switch pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. 3. Untuk mengetahui manakah diantara opini auditor dan ukuran KAP yang mempunyai pengaruh dominan terhadap auditor switch pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. TINJAUAN PUSTAKA Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure). Di Indonesia sendiri, peraturan yang mengatur tentang audit tenure
156
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas. Penelitian ini menggunakan dasar Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” karena setting penelitian ini adalah tahun 2004-2008. Teori tentang Audit Tenure Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturutturut. Ada kebaikan dan kelemahan pada kewajiban rotasi auditor. Brody dan Moscove (1998) dalam Adibowo (2009) menyatakan bahwa rotasi auditor itu akan meningkatkan kualitas audit dan independensi audit melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor. Kurangnya pengaruh mungkin datang dari risiko kehilangan klien jika auditor tidak menyetujui pilihan pelaporan keuangan manajer (Farmer et al.,1987 dalam Adibowo, 2009). Lebih lanjut, Knapp (1991) dalam Adibowo (2009) mengemukakan sebuah pandangan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan masa jabatan auditor hanya jika masa jabatan auditor dengan klien ditentukan selama 5 tahun. Sebaliknya, kualitas audit berpengaruh negatif jika dihubungkan dengan masa jabatan auditor dengan tenure lebih dari 5 tahun. Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu independensi auditor. Pada bulan Juli 2003, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in Financial Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk menghadapi tantangan sewajarnya. Dengan demikian, untuk mengurangi tingkatan keragu-raguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Adibowo, 2009). Louwers (1998) dalam Adibowo (2009) juga menemukan bahwa lamanya hubungan auditor-klien mempengaruhi kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going-concern. Karenanya, regulator menyatakan bahwa rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan meningkatkan kualitas proses pelaporan keuangan (Chi dan Huang, 2004). Badan regulator di beberapa negara telah mengeluarkan regulasi untuk mengatur batas masa jabatan auditor dalam mengaudit suatu entitas atau klien. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan
157
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002) yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan tersebut mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Teori Tentang Auditor Switch Auditor Switch merupakan pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien. Di Indonesia terdapat pembatasan jangka waktu untuk setiap Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Akuntan publik (AP) dalam melakukan audit terhadap satu kliennya. Hal tersebut diatur dalam regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 359/PMK.06/2003 pasal 6 dan kemudian diperbaharui pada tahun 2008 dengan KMK No.17/PMK.01/2008. Wibowo & Rossieta (2009) dalam Sumadi (2010) mengungkapkan bahwa regulasi membatasi hal tersebut agar auditor dan klien tidak menciptakan suatu ketergantungan satu sama lain sehingga kualitas audit tetap terjaga dengan hasil opini audit yang objektif. Pergantian KAP (auditor switch) yang dilakukan oleh klien merupakan salah satu cara untuk meningkatkan independensi KAP. Menurut Davis et al (2000) dalam Sumadi (2010) rotasi audit perlu dilakukan beberapa argumen : (1) semakin lama auditor bertindak seolah-olah sebagai advisor bagi manajemen, (2) kepentingan agar tidak kehilangan klien memberikan insentif bagi auditor untuk mendapatkan economic rent dengan semakin lama mereka mempertahankan klien. Namun, ada juga kendala dalam pergantian KAP. Davis et al (2007) dalam Sumadi (2010) berpendapat bahwa setiap penggantian auditor akan menimbulkan biaya baru. Hal ini terjadi karena KAP yang baru tidak mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai bisnis perusahaan sehingga proses audit dimulai dari awal lagi. Hal tersebut didukung oleh Nagy (2005) yang menemukan bukti bahwa terdapat kegagalan audit pada tahun-tahun awal dilakukan audit terhadap klien baru. Kadir (1994) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan berpindah KAP, yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Serupa dengan Kadir (1994), Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu : kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009).
158
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Ketika klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien. Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor. Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu, auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. Hubungan Ukuran KAP Terhadap Terjadinya Perpindahan Auditor (Auditor Switch) Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997: 79-80). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan fenomena bahwa persepsi expensive/mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien. Ukuran KAP bisa dilihat dari beberapa hal yang berkaitan dengan KAP tersebut, misalnya number of client dan sales revenue dari KAP tersebut (Beatty 1989). Namun banyak pula peneliti yang menggunakan dikotomi brand name KAP yang sudah dikenal luas sebagai pembedaan ukuran KAP, sedangkan istilah ukuran KAP sering diganti dengan klasifikasi KAP. Penelitian-penelitian tentang akuntan publik yang dikaitkan dengan ukuran kantor akuntannya banyak yang mengindikasikan bahwa akuntan bigfirm lebih profesional dibanding non bigfirm. KAP akan mengembangkan keahlian spesifik industri, yang berarti spesialisasi dan peningkatan keahlian yang akan berdampak pada kualitas audit (Craswell et al. 1995). Hasil penelitian itu didukung oleh Shockley dan Holt (1983), Eichenser dan Danos (1983), William (1988) serta Francis dan Wilson (1988) yang menyimpulkan bahwa kualitas dan expertise adalah atribut servis yang dimiliki oleh big eight akuntan, dan merupakan faktor yang menyebabkan banyak klien memilih kantor akuntan besar. De Angelo (1981), Simunic dan Stein (1987) menyimpulkan peningkatan kualitas KAP berarti peningkatan profesionalisme yang akan meningkatkan reputasi, dan reputasi akuntan dipengang oleh KAP big eight. Kenyataannya saat ini banyak klien yang lebih rasional dan cost minded dalam memilih auditor ekstemal. Hal ini menyebabkan peran KAP bigfive dari tahun ke tahun semakin surut. Kejadian ini dapat dilihat pada skandal Enron vaitu banyak klien secara
159
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
terpaksa mengganti auditornya dengan fee yang lebih wajar, karena klien semakin sadar bahwa tidak ada jaminan kalau besarnya KAP selalu lebih baik mutunya (Harahap, 2002). Hal ini juga didukung oleh peneliian Lekatompessy (1999) bahwa profesinalisme pada KAP besar dan KAP kecil di Indonesia tidak berbeda. Penelitian tentang posisi hierarki jabatan oleh Jimbalvo dan Pratt (1988) dalam Pratt dan Beaulieu (1992) menyimpulkan bahwa perbedaan tugas dan tanggungjawab akuntan disebabkan karena perbedaan hierarki jabatan, semakin tinggi level hierarkinya semakin tinggi tingkat profesionalismenya. Kualitas KAP bisa dilihat dari beberapa hal yang berkaitan dengan KAP tersebut, misalnya number of client dan sales revenue dari KAP tersebut (Beatty 1989). Namun banyak pula peneliti yang menggunakan dikotomi brand name KAP yang sudah dikenal luas sebagai pembedaan ukuran KAP, sedangkan istilah ukuran KAP sering diganti dengan klasifikasi KAP. Guy (2002), Simamora (2002) dan Jusuf (2001) mengklasifikasikan KAP berdasarkan wilayah kerjanya menjadi KAP Internasional, KAP Nasional, KAP Regional dan KAP lokal. Bedard et al. (2002) menggunakan tiga level kategori untuk KAP dalam penelitiannya untuk melihat permintaan dan penawaran jasa auditing dalam IPO di Pasar Quebec. Tiga kategori tersebut yaitu: big six, national dan local audit firms. Mayangsari (2002) menyatakan bahwa penelitian tentang KAP di Indonesia sering menggunakan istilah afiliasi dan nonafiliasi dengan kantor akuntan asing dan dikatakan pula bahwa investor mempersiapkan auditor yang berafiliasi dengan kantor akuntan asing memiliki kuailtas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas, didukung oleh penelitian Goetz et al. (1991) bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya KAP tersebut. Pengklasifikasian KAP juga dilakukan oleh IAI dalam Buku Direktori IAI 2001 sampai 2002 yang membedakan KAP yang beroperasi di wilayah Indonesia menjadi dua, yaitu (1) bekerjasama dengan kantor akuntan asing, (2) tidak bekerjasama dengan kantor akuntan asing. Pembedaan KAP menurut IAI (2001) di atas digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan istilah KAP, sebagaimana istilah yang digunakan dalam penelitian Bedard et al. (2000), Beasley dan Petroni (1997) dan Clarson dan Simunic (1994) lewat Berdard et al. (2002). Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo (1981 dalam Yuliana dan Ardiati, 2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang lebih baik dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern daripada KAP kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak. Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five menjadi the big four. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu: 1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan. 2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja. 3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja. 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.
160
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Hubungan Opini Auditor Terhadap Terjadinya Perpindahan Auditor (Auditor Switch) Ketidakpuasan atas pendapat auditor menyebabkan timbulnya ketegangan hubungan antara manajemen dan KAP sehingga perusahaan akan mengganti KAP-nya. Lennox (2000) berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti KAP menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP. Hudaib dan Cooke (2005) melakukan penelitian di Inggris menemukan bahwa klien memiliki kecenderungan untuk mengganti KAP-nya setelah menerima opini audit qualified. Temuan ini konsisten dengan temuan Chow dan Rice (1982), Craswell (1998), dan Gull et al.(1992). Opini audit selain WTP cenderung mempengaruhi klien untuk melakukan Auditor switch. Hal ini disebabkan oleh pemberian opini audit selain WTP mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan sehingga pandangan investor dan kreditor cenderung negatif. Schwartz dan Menon (1985) menyatakan bahwa opini audit selain WTP akan membuat perusahaan kecewa dan meninggalkan KAP tersebut sehingga terjadilah auditor switch. Opini qualified memang cenderung kurang disukai oleh klien. Klien berusaha sedapat mungkin menghindari untuk mendapat opini qualified. Beberapa penelitian sebelumnya yang berhasil membuktikan bahwa qualified opinion merupakan salah satu determinan yang memicu perpindahan auditor yang dilakukan oleh klien berhasil dibuktikan oleh (Chow dan Rice 1982), Craswell (1988), dan Dye (1991). Meskipun memang tidak terbukti bahwa perusahaan yang menerima qualified opinion akan menerima opini yang lebih baik setelah mereka melakukan auditor switch (Chow dan Rice 1982), (Houghton et al. 1996) dan Lenox (2000). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Pragasam dan Stephen, dalam penelitiannya terhadap sejumlah perusahaan di Australia mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan auditor swicth setelah menerima qualified opinion akan cenderung menerima opini unqualified opinion pada penugasan berikutnya. Menurut Geiger dan Rama (2006) dalam Aziz (2008), auditor menghadapi suatu dilema dalam memberikan opini audit. Hal itu terjadi karena auditor dihadapkan pada dua kemungkinan kesalahan, yaitu (1) laporan audit yang tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang kemudian bangkrut dan (2) laporan audit yang memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan pada tahun berikutnya. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Pada kesalahan pertama, auditor akan menghadapi tuntutan hukum dan auditor dapat kehilangan reputasinya. Sebaliknya pada kesalahan kedua, klien tidak akan menerima dan akan mengganti auditor tersebut pada periode berikutnya. Kerangka Konseptual Pemikiran Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah tentang Pengaruh Opini Auditor dan Ukuran KAP Terhadap Perubahan Auditor (Auditor Switch) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan dalam gambar di bawah ini:
161
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Opini Auditor
Auditor Switch
Ukuran KAP
Hipotesis Penelitian H1 : Opini audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap auditor switch pada perusahaan di Indonesia. H2 : Ukuran KAP berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap auditor switch pada perusahaan di Indonesia. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini berupa studi empiris yang melakukan pengujian hipotesis mengnai pengaruh Pengaruh Opini Auditor dan Ukuran KAP Terhadap Perubahan Auditor (Auditor Switch) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu suatu jenis penelitian dengan mempelajari buku-buku, jurnal dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Dari hasil studi ini diharapkan akan diperoleh informasi dan data yang relevan serta akurat yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel dengan pengambilan sampel terpilih (non probability sampling) yaitu dengan purposive sampling. Sampel Dari populasi tersebut, ditentukan sampel berdasar purposive sampling dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori industri manufaktur yang terdaftar dari 2007-2009. 2. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan (annual report) selama periode pengamatan (tahun 2007-2009) dan memiliki data lengkap. 3. Perusahaan manufaktur tidak pernah melakukan perpindahan KAP selama periode pengamatan 2007-2009.
162
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sampel sebagai berikut: Tabel 1. Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan Jumlah populasi 151 Kriteria pemilihan sampel 1. Tidak mempublikasikan annual report (33) dan memiliki data tidak lengkap 2. Perusahaan manufaktur yang tidak (47) melakukan perpindahan KAP Total sampel penelitian 71 Sampai dengan tahun 2007 terdapat sebanyak 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar sebagai emiten di BEI, namun ada 33 perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan annual report dan datanya tidak lengkap selama periode penelitian. Dari sejumlah 117 sampel tersebut, selama periode 2007-2009 terdapat sebanyak 47 perusahaan manufaktur yang tidak melakukan perpindahan KAP selama 2007-2009 sehingga dikeluarkan dari sampel. Berdasarkan penggunaan kriteria tersebut di atas, maka jumlah akhir dari sampel diperoleh sebanyak 71 perusahaan manufaktur. Penelitian ini termasuk penelitian time series. Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan laporan keuangan yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan melalui www.idx.co.id. Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain : 1. Jenis perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Laporan keuangan masing-masing perusahaan yang memuat informasi tentang opini auditor tahun yang diamati dan opini auditor tahun sebelumnya, nama KAP dan ukuran KAP serta pengumuman perpindahan KAP. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mencatat. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + e
163
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Keterangan : Y = Auditor Switch (Dummy) a = Konstanta b1- b2 = Koefisien Regresi X1 = Ukuran KAP (Dummy) X2 = Opini Audit (Dummy) e = Tingkat Kesalahan Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 5%. Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi, untuk itu dilakukan uji : multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dan Koefisien Determinasi (R2). ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Apabila dilihat dari nilai minimum, maksimum dan rata-rata (mean) dan standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran KAP, opini Audit terhadap Auditor Switch. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing variabel diperoleh dari 78 sampel perusahaan dikalikan periode tahun pengamatan 5 tahun (2007-2009) sebanyak 234 pengamatan. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 2. Deskriptif Statistik Mean
Std. Deviation
N
auditor_switch
.42
.495
234
ukuran_KAP
.24
.428
234
opini_auditor
.36
.482
234
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 2 di atas diketahui bahwa auditor switch yang merupakan pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien selama tahun 2007-2009 yang juga salah satu cara untuk meningkatkan independensi KAP menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0.42, hal ini berarti bahwa perusahaan yang tidak melakukan perpindahan KAP (auditor switch) relatif cukup banyak. Ukuran KAP yang merupakan cara perusahaan dengan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0.24, hal ini berarti rata-rata perusahaan sampel menggunakan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Opini auditor yang pernyataan auditor atas laporan keuangan dimana biasanya klien memiliki kecenderungan untuk mengganti KAP-nya setelah menerima opini audit qualified rata-rata sebesar 0.36. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel dinyatakan unqualified karena nilai rata-rata masih terdapat range yang sangat jauh menuju ke angka 1.
164
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Data yang normal atau mendekati distribusi normal memiliki bentuk seperti lonceng. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan koreksi Lilliefors. Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut : 1. Jika p < 0,05 maka distribusi data tidak normal 2. Jika p > 0,05 maka distribusi data normal Adapun hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov digambarkan dalam Gambar 2. dan Gambar 3. berikut ini : Gambar 2. Uji Normalitas P-Plot
Gambar 3. Grafik Histogram
Dari grafik histogram di atas model regresi cenderung membentuk kurva normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu yaitu sebesar 0,996 dan pada normal probability plot mengikuti garis diagonal. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.
165
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Multikolinieritas Adapun hasil pengujian dengan SPSS 16.0 untuk mendeteksi terjadinya gejala multikolinearitas disajikan sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Uji Multikoliniearitas Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
.468
.043
10.828
.000
ukuran_KAP
.069
.075
.059
.914
.362
.994
1.006
opini_auditor
-.170
.067
-.166
-2.549
.011
.994
1.006
a. Dependent Variable: auditor_switch
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3. menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi. Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang akan digunakan telah memenuhi syarat normalitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi, dan bebas multikolinearitas. Dengan 4 pengujian pendahuluan ini, maka pengujian atas persamaan multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat. Heteroskedastisitas Hasil deteksi dengan melihat scatterplot disajikan dalam Gambar 4. di bawah ini. Gambar 4. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 4. terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
166
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Autokorelasi Hasil uji autokorelasi Durbin Watson yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) Model 1
R
R Square
.172
a
Adjusted R Square
.029
Std. Error of the Estimate
.021
Durbin-Watson
.490
1.761
a. Predictors: (Constant), opini_auditor, ukuran_KAP b. Dependent Variable: auditor_switch
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4. dimana pada hasil tersebut diperoleh nilai DW sebesar 1.761. Sedangkan nilai dU yaitu sebesar 1.6768 dan dL sebesar 1.5645. Oleh karena nilai DW 1.647 lebih tinggi dari batas atas (du) 1.6768, sehingga didapatkan dL < DW < dU, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut ragu-ragu terjadi autokorelasi. Analisis Inferensial Analisis Regresi dan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus dari regresi linier sederhana (simple regresion) untuk menyatakan pengaruh ukuran KAP (X1), Opini Auditor (X2), terhadap Auditor Switch (Y) adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + e Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001). Adapun hasil pengolahan data sebagi berikut: Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.468
.043
ukuran_KAP
.069
.075
opini_auditor
-.170
.067
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
10.828
.000
.059
.914
.362
.994
1.006
-.166
-2.549
.011
.994
1.006
a. Dependent Variable: auditor_switch
Berdasarkan hasil pengujian dengan metode regresi linier sederhana untuk menguji pengaruh variabel ukuran KAP (X1), opini auditor (X2) terhadap auditor switch (Y) maka dapat disusun sebuah persamaan sebagai berikut : Y = 0.468 + 0.069X1 – 0.170 + e
167
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Uji F Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1.684
2
.842
Residual
55.431
231
.240
Total
57.115
233
F 3.509
Sig. .032
a
a. Predictors: (Constant), opini_auditor, ukuran_KAP b. Dependent Variable: auditor_switch
Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen ukuran KAP (X1), opini auditor (X2) mempunyai signifikansi F hitung sebesar 3.509 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran KAP (X1), opini auditor (X2) berpengaruh secara simultan terhadap auditor switch (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI tahun 2007-2009. Jadi berdasarkan hasil pengujian F maka dinyatakan kelayakan model (goodness of fit) model regresi lienar berganda dapat dianalisis lebih lanjut. Hal ini berarti keputusan yang dimabil adalah terima H1 dan tolak H0. Pengujian Determinan (R2) Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) diperoleh hanya sebesar 0.029 atau 2.9%. Hal ini menunjukkan bahwa 1.2% auditor switch yang dilakukan oleh perusahaan klien dipengaruhi oleh variabel ukuran KAP dan Opini auditor. Sedangkan sisanya sebesar 97.1% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 7. Hasil Uji Determinasi Model 1
R .172
R Square a
Adjusted R Square
.029
.021
Std. Error of the Estimate .490
a. Predictors: (Constant), opini_auditor, ukuran_KAP b. Dependent Variable: auditor_switch
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :
168
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Tabel 8. Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.468
.043
ukuran_KAP
.069
.075
opini_auditor
-.170
.067
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
10.828
.000
.059
.914
.362
-.166
-2.549
.011
a. Dependent Variable: auditor_switch
Berdasarkan hasil Uji t, maka pengambilan keputusannya berdasarkan Pengujian terhadap variable auditor switch. Hipotesis kedua menyebutkan bahwa ukuran KAP dan opini auditor berpengaruh terhadap auditor switch. Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0.362. Ini berarti keputusan tolak H1, artinya ukuran KAP tidak berpengaruh secara parsial terhadap auditor switch karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sebaliknya hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa opini auditor berpengaruh terhadap auditor switch, hasil perhitungan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0.011. Ini berarti keputusan tolak H0, artinya opini auditor berpengaruh secara parsial terhadap auditor switch karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Secara keseluruhan hasil uji t menunjukkan bahwa hanya opini auditor yang berpengaruh secara parsial terhadap perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien (auditor switch). Pembahasan Hasil Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan fenomena bahwa persepsi expensive/mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien. Telah diusulkan dalam literatur bahwa KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan tingkat independensi yang memadai daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil karena mereka biasanya menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu (Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, KAP yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu, akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga image mereka (DeAngelo, 1981; Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006). Terlebih lagi, KAP yang lebih besar juga dianggap lebih independen daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil dalam menahan tekanan manajemen pada saat terjadi perselisihan ketika mereka biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu untuk menyerahkan sebagian dari klien mereka yang lebih sulit (Chow dan Rice, 1982). Oleh karena itu, Ukuran KAP berpengaruh secara negatif terhadap auditor switch pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
169
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
KAP Big Four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan KAP non Big Four. DeAngelo (1981) dalam Tate (2006) menyebutkan bahwa KAP besar menyediakan ukuran KAP yang lebih tinggi. Variabel ukuran KAP menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0.069 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,362, lebih besar dari α =5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan tidak adanya pengaruh ukuran KAP terhadap Auditor Switch. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mardiyah (2002) dan Kartika (2006). Mardiyah (2002) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perubahan kontrak, keefektifan auditor, reputasi klien, biaya audit, faktor klien, dan faktor auditor terhadap auditor changes dengan analisis regresi dan model RPA (Recursive Partitioning Algorithm). Hasil yang didapat Kartika (2006) adalah ukuran KAP dan persentase perubahan Return on Assets (ROA) perusahaan mempengaruhi perusahaan berpindah KAP. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan fenomena bahwa persepsi expensive/mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien. Pernyataan atas laporan keuangan atau opini auditor KAP tidak berubah dengan digunakannya jasa KAP Big Four oleh perusahaan sampel sebaliknya perusahaan harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal atas fee audit untuk jasa KAP Big Four. Disamping itu, Davis et al. (2007) berpendapat bahwa setiap penggantian auditor akan menimbulkan biaya baru. Hal itu terjadi karena KAP yang baru tidak mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai bisnis perusahaan sehingga proses audit dimulai dari awal lagi. Adanya faktor expertise KAP akan menentukan perubahan audit sehingga perusahaan akan lebih memilih KAP Big Four untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar modal, dalam penelitian ini ternyata tidak ditemukan karena kemungkinan perusahaan sampel menganggap bahwa tingkat expertise KAP tidak ditentukan oleh klasifikasi Big Four atau Non Big Four akan tetapi kualitas audit dan independensi dari auditor KAP tersebut. Ketidakpuasan atas pendapat auditor menyebabkan timbulnya ketegangan hubungan antara manajemen dan KAP sehingga perusahaan akan mengganti KAP-nya. Lennox (2000) berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti KAP menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP. Hudaib dan Cooke (2005) melakukan penelitian di Inggris menemukan bahwa klien memiliki kecenderungan untuk mengganti KAP-nya setelah menerima opini audit qualified. Temuan ini konsisten dengan temuan Chow dan Rice (1982), Craswell (1998), dan Gull et al.(1992). Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Hal ini disebabkan oleh pemberian opini audit selain WTP mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan sehingga pandangan investor dan kreditor cenderung negatif. Schwartz dan Menon (1985) menyatakan bahwa opini audit selain WTP akan membuat perusahaan kecewa dan meninggalkan KAP tersebut sehingga terjadilah auditor switch. Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa
170
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Variabel Opini auditor menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,170 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,011, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α=5% maka hipotesis ke-3 berhasil didukung. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh opini auditor terhadap auditor switch. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Kadir (1994), dan Chow dan Rice (1982). PENUTUP Kesimpulan Variabel ukuran KAP dan opini auditor berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap auditor switch, dengan nilai F hitung= 3.509 dan (p = 0.032 < 0.05) dengan nilai R Square 0.029 atau 2.9%. Dengan demikian pengambilan keputusan yang dilakukan adalah menerima Hipotesis H1. Secara parsial, Variabel ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switch, dengan koefisien regresi 0.069 dan signifikansi p = 0.362 > 0.05. Dengan demikian pengambilan keputusan yang dilakukan adalah menolak Hipotesis H2. Secara parsial, Variabel opini auditor tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor switch, dengan koefisien regresi -0.170 dan signifikansi p = 0.011 < 0.05. Dengan demikian pengambilan keputusan yang dilakukan adalah menerima Hipotesis H3. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009 saja. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI, sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid. 2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel ukuran KAP dan opini audit, terhadap auditor switch. Variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh juga terhadap auditor switching tidak diuji dalam penelitian ini. Misalnya, sejumlah variabel penting seperti karakteristik corporate governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai audit tenure dan auditor switching di Indonesia, tidak dimasukkan ke dalam model regresi. 3. Peneliti lain yang berminat pada bidang penelitian serupa sebaiknya mengembangkan penelitian ini dengan memasukkan variabel-variabel lainnya. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode waktu yang lebih panjang karena periode yang lebih panjang diharapkan dapat memungkinkan klasifikasi berdasarkan audit tenure, seperti pada penelitian Nasser et al. (2006), sekaligus untuk mengetahui dampak adanya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik akuntan publik dan kantor akuntan publik. 4. Auditor switch dalam penelitian ini hanya memperhatikan pergantian pada tingkat KAP, tidak memperhatikan pergantian pada tingkat akuntan publik.
171
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
5. Bagi perusahaan, di tengah begitu banyaknya KAP yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk berpindah KAP, sebaiknya perusahaan mempertimbangkan matang-matang keputusannya untuk berpindah KAP atau tidak. Hal ini sangat penting, mengingat laporan auditor independen atas kewajaran laporan keuangan perusahaan ikut menentukan kelangsungan hidup perusahaan karena erat kaitannya dengan para stakeholder-nya. 6. Terkait dengan undang-undang, pihak regulator sebaiknya mulai mempertimbangkan hal penunjukan dan perpindahan KAP oleh perusahaan publik. Fenomena yang terjadi sekarang di Indonesia adalah perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek cenderung dikendalikan oleh keluarga sebagai pemegang saham mayoritas. Hal ini tentunya mempengaruhi penunjukan KAP yang merupakan hasil RUPS sementara KAP yang ditunjuk tersebut akan mengaudit dan menyatakan kewajaran laporan keuangan perusahaan mereka sendiri. Fenomena seperti ini tentunya memberi keuntungan pada para pemegang saham tersebut. Sebaiknya perlu ada substansi yang mengatur tentang praktek penunjukan KAP oleh pemegang saham independen sehingga penunjukan atau perpindahan KAP benar-benar merupakan proses yang “bersih”. DAFTAR PUSTAKA Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2005-2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia. Chi, W. dan H. Huang. n.d. Discretionary Accruals, Audit-Firm Tenure and Auditor Tenure: An Empirical Test in Taiwan. Department of Accounting National Taiwan University. Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2, pp. 326-335. Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak. Davis, L. R., Soo, B., & Trompeter, G. 2007. Auditor Tenure and Ability to Meet or Beat Earning Forecast. Eichenseher J.W, M. Hagigi dan D. Shields (1989), Market Reaction to Auditor Changes by OTC Companies, Auditing : A Journal of Practice and Theory, pp 29-40. Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”. Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Houghton K, Christine Jubb dan Christine Tan (Dec 1996), Opportunism and Ethics: A Note on Audit Qualifications and Auditee Switch Decision, http://www.gu.edu.au/text/school/abf/journal/Vol I.htm.
172
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di BEI)
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1703-39. Joher H. Shamser Mohamad, Mohd Ali dan Annuar M.N (Oct 2000), The Auditor Switch Decision of Malaysian Listed Firms: An Analysis of Its Determinants &Wealth Effect, http://bear.cba.ufl.edu/hackenbrack/PAPER 24.pdf. Kadir, M.N. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah KAP. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kartika, R.D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Auditor Changes). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang. Lennox, C. Stephen (2000), Do Companies Succesfully Engage in Opinion Shopping?, Journal of Accounting and Economics, Vol 29, pp 321-337. Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA (Recursive Model Algorithm)”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3, No. 2, pp. 133154. Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”. The Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261. Smith, D.B. dan D.R. Nichlos (Oct, 1982), A Market Reaction Test of Investor Reaction to Clients Auditors disagreement, Journal of Acoounting and Economics, pp 109- 120. Tate, S.L. 2006. “Auditor Change and Auditor Choice in Non-Profit Organizations”. Department of Accounting and Finance University of New Hampshire. Willingham, John J. dan Carmichael (1997), Perspectives in Auditing, New York: McGraw-Hill. http://ejournal.unud.ac.id/new/abstrak-42-1755-opini-audit-going-concern-kajianberdasarkan-model-prediksi-kebangkrutan-pertumbuhan-perusahaan-leverage-danreputasi-auditor.html. diakses 26 Februari 2010. http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian-auditor-dan-kantor-akuntan.html. diakses 25 November 2010.
173