FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh:
RISTAROLAS TIOLENA H 041000303
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
1 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
RISTAROLAS TIOLENA H 041000303
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
2 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: RISTAROLAS TIOLENA H. 041000303 Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 09 Februari 2009 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji Ketua Penguji
Penguji I
Drs.Tukiman, MKM NIP. 131918719
Dra. Syarifah, MS NIP. 131688345 Penguji II
Penguji III
Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 131674466
Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes NIP. 131996172 Medan, Februari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053
3 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena banyak penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut padahal ada SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) untuk deteksi dini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Informan dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk mendapatkan pengobatan pada stadium III sebanyak 7 orang informan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan EZ-TEXT dan disajikan dalam bentuk matriks. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan kurang berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan tahu penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan. Faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI kepada seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan. Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan yayasan kanker di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada wanita berusia subur (cancer age). Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan yang wanita. Kata kunci : Faktor-faktor, Wanita Penderita Kanker Payudara, Keterlambatan Pengobatan
4 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT The structure of cancer mamma had speedy progress, but the mortality rate an incidence rate of cancer mamma still high, because many victim woman of cancer mamma is coming to health treatment in serious condition or an advanced stage, but actually the case is cancer mamma be able detect by early detection or named Individual Inspection Mamma. This research is descriptive research with qualitative method use indepth interview which describe factors of influence delay medical treatment at the victim woman of cancer mamma. The informant in this research is the victim woman of cancer mamma. Number of informant is seven women. The informant is being treated and came in the first time to health treatment in third stadium. Analize data with EZ-TEXT and presented in the matrix. Predisposing factors which influence delay medical treatment of cancer mamma are informant education in the low rate, informant don’t have knowledge and experience about cancer mamma because informant don’t have family historic of cancer mamma. Informant’s attitude are not response enough about informant’s disease, but when the informant know about the disease informant agree to get treatment. The informant didn’t know had suffer cancer mamma in the third stadium cancer mamma because the period of the disease incubation have a long time. Enabling factors which influence delay medical treatment of cancer mamma are the medical treatment facilities not complete so the informant get the treatment in the Adam Malik Medan General Hospital Centre (RSUP H. Adam Malik Medan). Reinforcing factors are not influence delay medical treatment of cancer mamma because informant’s family, informant’s friend, and the helath official confirm the informant to get treatment. Health department give the information about cancer mamma and early detection for all women in the cancer age to find the cancer in early stadium so the victim get the treatment as fast as the inspection. Indonesian Cancer Foundation in Medan have a cooperation with health department to give information about cancer mamma and early detection for women in the cancer age. Health official in RSUP H. Adam Malik Medan give the information about cancer mamma and early detection for all women the victim’s family. Key word : factors, the victim woman of cancer mamma, delay medical treatment
5 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Ristarolas Tiolena H.
Tempat/Tanggal Lahir
: Riau/18 Januari 1985
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Jumlah Anggota keluarga
: 6 (enam) orang
Anak ke
: 1 (pertama) dari 4 (empat) orang bersaudara
Alamat Rumah
: Jl. Jamin Ginting Gang Pelita Jaya No. 19 P. Bulan
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Xaverius Imanuel Tanjung Enim tahun 1990-1996 2. SLTP Negeri 1 Tanjung Enim tahun 1996-1999 3. SMU Negeri 1 Muara Enim tahun 1999-2003 4. FKM USU tahun 2004-2009
6 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI Hal Halaman Pengesahan..................................................................................... Abstrak ......................................................................................................... Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... Kata Pengantar .............................................................................................. Daftar Isi ........................................................................................................ Daftar Tabel .................................................................................................. Daftar Matriks ..............................................................................................
i ii iii iv vii x xi
BAB 1
PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1.2 Permasalahan ...................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................
1 1 5 5 5 5 6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2.1 Perilaku ................................................................................ 2.1.1 Teori Perilaku ...................................................................... 2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action) .............................. 2.2 Domain Perilaku ................................................................. 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) .................................................. 2.2.2 Sikap (Attitude) ................................................................... 2.2.3 Praktik/Tindakan (Practise) ................................................ 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ....................... 2.3.1 Pendidikan ........................................................................... 2.3.2 Status Perkawinan ............................................................... 2.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan ...................................... 2.3.4 Biaya Pengobatan .............................................................. 2.3.5 Rasa Takut .......................................................................... 2.3.6 Pengetahuan ........................................................................ 2.3.7 Sikap ................................................................................... 2.3.8 Kepercayaan terhadap Pengobatan ..................................... 2.3.9 Riwayat Keluarga ............................................................... 2.3.10 Fasilitas Pengobatan ........................................................... 2.3.11 Tempat Pengobatan Lain ................................................... 2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan................................................... 2.3.13 Keluarga dan Teman ......................................................... 2.3.14 Petugas Kesehatan ............................................................ 2.4 Perilaku Kesehatan ........................................................... 2.4.1 Perilaku Sakit ....................................................................
7 7 7 7 8 8 10 12 13 15 15 15 15 15 16 16 16 17 17 17 17 18 18 19 20
7 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.4.2 2.5 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.6 2.6.1 2.6.2 2.6.3 2.6.4 2.6.5 2.6.6 2.6.7 2.7 2.8
Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan........................... Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ........................ Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic) . Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic) ......... Karakteristik Kebutuhan (Need Charateristic) ................. Kanker Payudara ............................................................... Definisi Kanker Payudara ................................................. Penyebab Kanker Payudara .............................................. Faktor Resiko Kanker payudara ........................................ Gejala Kanker Payudara..................................................... Stadium Kanker Payudara ................................................. Ketahanan Hidup Lima Tahun ......................................... Prevensi Kanker................................................................ . Keterlambatan Pengobatan ............................................... Kerangka Pikir Penelitian ..................................................
22 23 23 24 24 25 25 25 25 28 29 32 33 39 41
BAB 3
METODE PENELITIAN ............................................................ 3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 3.2.2 Waktu Penelitian................................................................ 3.3 Proses Pemilihan Informan ............................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 3.5 Defenisi Operasional ......................................................... 3.6 Tekhnik Pengolahan Dan Analisa Data .............................
42 42 42 42 42 43 45 46 48
BAB 4
HASIL PENELITIAN................................................................... 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan .................................................................... 4.2 Gambaran Pengobatan Kanker Payudara diRSUP H. Adam Malik Medan .................................................................... 4.3 Karakteristik Informan ...................................................... 4.4 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)........................ 4.4.1 Biaya Pengobatan Informan .............................................. 4.4.2 Rasa Takut Informan......................................................... 4.4.3 Pengetahuan Informan ...................................................... 4.4.4 Sikap Informan .................................................................. 4.4.5 Kepercayaan Informan ...................................................... 4.4.6 Riwayat Keluarga Informan .............................................. 4.5. Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ............................. 4.5.1 Fasilitas Pengobatan ......................................................... 4.5.2 Tempat Pengobatan Lain................................................... 4.5.3 Jarak Tempat Pengobatan.................................................. 4.6 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ................................ 4.6.1 Keluarga ............................................................................ 4.6.2 Teman.................................................................................
49 49 50 51 52 52 53 54 55 56 57 58 58 59 60 61 61 63
8 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.6.3 4.7
Petugas Kesehatan ............................................................. Keterlambatan Pengobatan.................................................
64 65
BAB 5
PEMBAHASAN ............................................................................ 5.1 Karakteristik Informan ....................................................... 5.2 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor).......................... 5.2.1 Pendidikan ........................................................................... 5.2.2 Status Perkawinan ............................................................... 5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan ..................................... 5.2.4 Biaya Pengobatan ............................................................... 5.2.5 Rasa Takut .......................................................................... 5.2.6 Pengetahuan......................................................................... 5.2.7 Sikap ................................................................................. 5.2.8 Kepercayaan Terhadap Pengobatan ................................. 5.2.9 Riwayat Keluarga ............................................................... 5.3 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ................................. 5.3.1 Fasilitas Pengobatan ........................................................... 5.3.2 Tempat Pengobatan Lain..................................................... 5.3.3 Jarak Tempat Pengobatan ................................................... 5.4 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) .................................. 5.4.1 Keluarga .............................................................................. 5.4.2 Teman.................................................................................. 5.4.3 Petugas Kesehatan .............................................................. 5.4 Keterlambatan Pengobatan..................................................
68 68 68 68 69 70 71 72 74 79 81 83 85 85 87 89 90 90 93 95 96
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 6.1 Kesimpulan ........................................................................ 6.2 Saran ..................................................................................
102 102 103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ¾ Pedoman Wawancara ¾ Print Out Komputer Program EZ-Text versi 3.06. ¾ Surat Izin Penelitian dari FKM USU ¾ Surat Selesai Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan
9 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara……………………………….... 31 Tabel 4.1 Karakteristik Informan……………………………………….…….…. 52
10 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR MATRIKS
Hal Matriks 4.1
Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan Pengobatannya…………………………………………………… 53
Matriks 4.2
Pengetahuan Informan Tentang Kanker Payudara………………… 54
Matriks 4.3
Sikap Informan Terhadap Kanker Payudara dan Pengobatannya
Matriks 4.4
Kepercayaan Informan Terhadap Kesembuhan Pengobatan Kanker Payudara oleh Dokter……………………………………………… 56
Matriks 4.5
Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan………………. 57
Matriks 4.6
Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya………… 58
Matriks 4.7
Tempat Pengobatan Lain…………………………………..……… 59
Matriks 4.8
Jarak Tempat Pengobatan………………………………………… 60
Matriks 4.9
Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan Terhadap Pengobatan Kanker Payudara…………………………………………………… 61
55
Matriks 4.10 Pengaruh dan Dukungan Teman Informan Terhadap Pengobatan Kanker Payudara……………………………………………………62 Matriks 4.11 Petugas Kesehatan………………………………………..……….. 64 Matriks 4.12 Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan…………………….. 65
11 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan kuasa-Nya dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008”. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orangtua penulis yaitu D. Hutagalung, SE dan N. Simanjuntak yang telah menjadi inspirasi dan telah banyak memberikan dukungan dan motivasi baik materiil maupun moril dengan kasih yang tulus dan tiada pernah habis dalam hidup penulis. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara materiil maupun moril. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu dr. Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
12 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta Bang Hendro yang telah banyak membantu penulis. 7. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan di FKM USU. 8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan peneliti untuk mengadakan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan. 9. dr Kamal dan Kak Evi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu penulis serta seluruh perawat dan dokter di Rindu B 2 yang telah membantu penelitian ini. Seluruh informan, yang telah memberikan waktu dan pikiran, tanpa kalian skripsi ini tidak akan selesai. 10. Adek-adekkku, Finsensia Septiani Geovanni Hutagalung, Jonathan Ernesto Hutagalung, dan Debora Agustina Hutagalung yang telah menjadi inspirasi dan telah banyak memberikan dukungan, semangat serta doa bagi penulis. 11. Keluarga besar Op. Rista Simorangkir, dan Op. Lina Panjaitan yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
13 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
12. K’Asnah, K’Helen dan B’David yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa-doa pada penulis serta adek-adek kelompok, Dede, Erika, Nova dan Reta yang telah menjadi inspirasi dan telah memberikan motivasi, dukungan serta doa pada penulis. 13. Sahabat-sahabatku, Adiyanto, Alfian, Atun, Dini, Efran, Elfrida, Elin, Encep, Febriyanti, Frisca, Ichwan, Jannie, Nova, Sri, Yuliantari, dan Yuna atas kebersamaan selama ini juga atas semangat dan dorongan kepada penulis. 14. Sahabat-sahabatku, Amelia, Berliana, Christina (Elektro’05), Deci Cimbolon, Endang, Erlyn, Hans, Lala, Lamria, Maya, Olis, Ria Ok, Renova, Rugun, Sumisan, dan Velma yang tiada lelah memberikan dukungan, motivasi, serta semangat pada penulis. 15. Angel, Conti, K’Hasnah, K’Heny, K’Jamileh, K’Pida, Sherly, dan Vutri serta seluruh teman-teman peminatan PKIP yang tak dapat disebutkan satu persatu, untuk kebersamaan kita yang singkat dan dukungan serta semangat kepada penulis. 16. Teman-teman stambuk 2004, khususnya Aina, Andry, Belina, Bona, Dame, Gifani, Ica, Indah, Indri, Iwan, Jay, Juminah, Lastiar, Martalena, Nerida, Rendita, Rospida, Tina, Veni atas dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis. 17. Kakak dan abang staff LPMI serta teman-teman di LPMI CMSI USU, Mas Christian, K’Eva, K’Risma, Rian, Atik, Christian, Defita, K’Ferna, Herlin, Iswan, Jupiter, Lamhot, Lilis, Lisa, Mince, Ruci, Santi, B’Wesli dan Yeni atas kebersamaan serta doa-doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
14 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
18. Teman-teman 1 kost, K’Siti, Neli, Meli, Ani, dan yang lainnya atas dukungan dan motivasi yang diberikan pada penulis. Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, penulis minta maaf atas kesalahan dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2008 Penulis
15 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang serat, maupun yang diproses (seperti diawetkan, diasinkan dan diasap). Kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur dan vagina (Mardiana, 2004). Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang paling banyak ditakuti oleh wanita karena kanker payudara banyak menyerang wanita (Dalimartha, 2004). Menurut Sutjipto (2006), kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf. Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008 ). The American Cancer Society memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara (stadium I-IV) dan 40.140 orang akan meninggal pada tahun 2005. Selanjutnya, Canadian Cancer Society memperkirakan penderita kanker payudara pada tahun 2005 di Kanada akan mencapai 21.600 wanita dan
16 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu, berdasarkan data dari Australian Institute of Health and Welfar menunjukkan jumlah penderita kanker payudara di Australia pada tahun 2001 sebanyak 11.791 wanita dan jumlah yang meninggal sebanyak 2.594 orang (Kusminarto, 2005). Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan, tetapi IARC (International Agency for Research on Cancer) memperkirakan insidens kanker payudara di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 26 per 100.000 perempuan (Kusminarto, 2005). Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara akan mendapat penanganan yang secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik apabila kanker payudara dideteksi sejak dini (Supit, 2002). Tambunan (1995) dalam Widiyanto (1999) juga menyatakan bahwa kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini yang biasanya masih berukuran kecil. Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini. Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, dan Evi Yuliati (2001), satu-satunya cara deteksi dini kanker payudara yang murah, namun praktis dan akurat adalah pemerikSAan payuDAra sendiRI (SADARI). Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti penelitian Long (1989) yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI
17 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
(pemerikSAan payuDAra sendiRI). Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak sengaja. Dengan demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila SADARI lebih digalakkan terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 30 tahun (Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini (Widiyanto, 1999). Menurut Muklis dalam Widiyanto (1999), di negara maju kesadaran masyarakat untuk melakukan SADARI cukup tinggi sehingga kasus baru telah dapat diketahui sejak dini, sementara di Indonesia lebih kurang 65% masyarakat datang ke dokter pada stadium lanjut. Masyarakat yang mendapat penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit (disease but not illness). Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam hidupnya sehingga masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang lebih penting daripada mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak akan mengganggu kegiatan atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk mengobati penyakitnya sendiri baru akan timbul apabila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit. Mereka mengobati penyakitnya berdasarkan pengalamannya dengan obat-obatan dari warung atau memilih pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2007). Menurut Tambunan, Joko S. Loekito, dan Soekimin (1992), pada kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Penderita kanker payudara merasa tidak perlu pergi berobat karena keluhan sakit tidak ada sehingga tumor dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak
18 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita kanker payudara sering tidak menyadari atau merasakan secara jelas gejala permulaan kanker atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu aktivitas atau tugas sehari-hari. Hasil penelitian Purba (2004) di RS St. Elisabeth Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 30,3% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada tahun 2000-2002. Demikian juga, penelitian Nurlela (2005) di RS Haji Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 47,1% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 8 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada tahun 2000-2004. RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit kelas A dan pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat dan Riau sehingga banyak penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini. Berdasarkan hasil penelitian Sitopu (2004) di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada pada stadium III sebesar 42,6% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 9 orang dari 143 orang penderita yang dirawat inap pada tahun 1998-2002. Demikian juga, berdasarkan hasil survei pendahuluan dari rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 62,4% dan jumlah yang
19 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada bulan Januari-Juli tahun 2008. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. untuk mengetahui faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. untuk mengetahui faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
20 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
3. untuk mengetahui faktor penguat (reinforcing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita. 2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara. 3. sebagai bahan informasi bagi RSUP H. Adam Malik Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. 4. sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara.
21 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Teori Perilaku 1. Notoatmodjo (2007) mengartikan perilaku dari segi biologis yaitu suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). 2. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau perilaku seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). 3. Glanz (1988) menyatakan perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh dan sedang dipengaruhi oleh tingkatan-tingkatan yang berkelanjutan dari pengaruh yaitu faktor dalam diri seseorang atau individu, faktor antara seseorang dengan yang lainnya, faktor institusi/organisasi, faktor masyarakat dan faktor kebijakan publik.
4. Menurut Stokols (1997) perilaku keduanya pengaruh dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Glanz, 2002). 5. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1997). 2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action) Teori yang juga dikenal dengan Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan Fishbein (1980) menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak/intensi (intention), dan perilaku . Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku. Jika ingin menggambarkan apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang tersebut. Intensi ditentukan oleh sikap dan norma 22 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil dari pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of the behavior). Komponen kedua mencerminkan dampak-dampak dari norma subyektif ( Smet, 1994). 2.2 Domain Perilaku Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik (psychomotorik). Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik/tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2007). 2.2.1 Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu: 1. tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
23 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2. memahami (comphrehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. sintesis (synthesis) Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
24 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). 2.2.2 Sikap (Attitude) Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan suatu objek. Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. a) Komponen Sikap Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap ini mempunyai 3 komponen pokok yaitu: •
Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
•
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
•
Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
b) Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: 1. menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
25 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2. merespon (responding) Merespon diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. menghargai (valuing) Mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu. 4. bertanggungjawab (responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). 2.2.3 Praktik atau Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).
26 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan dari yaitu: 1) persepsi (perception) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) respon terpimpin (guided response) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3) mekanisme (mechanism) Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya
tanpa mengurangi
kebenaran dari tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo (2007) .
27 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: a. faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, nilai, dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum, kita dapat mengatakan faktor predisposisi sebagai preferensi “pribadi” yang dibawa seseorang atau kelompok. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat; dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor predisposisi. b. faktor pemungkin (enabling factor) Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan lain sebagainya merupakan faktor pemungkin dalam arti ini. c. faktor penguat (reinforcing factor) Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), sikap dan perilaku para petugas termasuk para petugas kesehatan. Termasuk juga di sini adalah undang-undang, peraturan-
28 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan.Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2002). 2.3.1
Pendidikan Dalam model-model struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang
berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka (Smet, 1994). 2.3.2
Status Perkawinan Menurut Clark (1959) dalam Sarwono (1997), seorang pasien tidaklah bebas
untuk membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri . Ia tidak bertindak sebagai individu tetapi sebagai anggota keluarga. 2.3.3
Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan Mechanic dalam Sarwono (1997) menyatakan bahwa perilaku sakit erat
hubungannya dengan dengan konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, dan pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan kesehatan yang baik akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang cenderung akan kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit). 2.3.4
Biaya Pengobatan Taylor (1999) menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan penundaan
pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama untuk orang-orang miskin.
29 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Mereka akan menganggap gejala penyakit yang dideritanya tidak serius sebagai alasan mahalnya biaya pengobatan (Smet, 1994). 2.3.5
Rasa takut Menurut Blackwell (1963) dalam Muzaham (1995), menyatakan bahwa banyak
pula orang yang memandang gejala penyakitnya harus ditangani dokter, namun tidak melakukannya, boleh jadi karena takut mendengar keterangan dokter. Mitchell dalam Hawari (2004) menyatakan salah satu faktor yang menghambat datangnya pasien untuk berobat adalah karena rasa takut bahwa ia menderita kanker , takut dioperasi, dan rasa takut berlebihan dalam hubungan emosional dengan suaminya. 2.3.6
Pengetahuan Sarwono (1997) menyatakan kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau
menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Menurut Hawari (2004) ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. 2.3.7
Sikap David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa
beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.
30 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.3.8
Kepercayaan terhadap pengobatan J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) menyatakan kepercayaaan (faith)
terhadap keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah satu unsur dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat. 2.3.9
Riwayat Keluarga David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa nilai dari suatu tindakan yang
berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber dari pengalaman seseorang selaku kelompok sosial. Jika dalam keluarga pernah menderita kanker payudara dapat menjadi pengalaman bagi si sakit sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih untuk mengobati penyakitnya atau tidak. 2.3.10 Fasilitas Pengobatan Menurut J.Young (1980) dalam Muzaham (1995), fasilitas pengobatan menjadi salah satu unsur dalam pengambilan keputusan pengobatan dalam model perilaku pilihan berobat. 2.3.11 Tempat Pengobatan Lain Menurut penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan SlametVelsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka datang ke petugas kesehata€n. Para ahli (Jefferys, Brotherstone, dan Cartwright, 1960) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa orang cenderung mengobati sendiri dan sekaligus berobat ke dokter.
31 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan Andersen dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2.3.13 Keluarga dan Teman Menurut Geertsen (1988) dan Sarafino (1990), sektor awam yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk dijalankan. 2.3.14 Petugas Kesehatan Kleinman menyatakan para profesional kesehatan yang terdiri dari organisasiorganisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam perawatan kesehatan (Smet, 1994). Suchman dalam Muzaham (1995) menyatakan faktor kualitas komunikasi dokter-pasien mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan dalam pengobatan.
32 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.4 Perilaku Kesehatan Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari: 1. perilaku hidup sehat Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain: •
makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
•
olahraga teratur
•
tidak merokok
•
tidak minum minuman keras dan narkoba
•
istirahat yang cukup
•
mengendalikan stress
•
perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
2. perilaku sakit (illness behaviour) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya. 3. perilaku peran sakit (the sick role behaviour) Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama
33 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi: •
tindakan untuk memperoleh kesembuhan
•
mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak
•
mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan,
(memberitahukan
dan
sebagainya)
penyakitnya
kepada
dan orang
kewajiban lain
orang
terutama
sakit kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya). 2.4.1
Perilaku sakit Menurut Suchman dalam Sarwono (1997), ada lima macam reaksi dalam mencari
proses pengobatan laku sakit yaitu: •
Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
•
Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
•
Procastination atau proses penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.
•
Self medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.
34 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
•
Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan.
Tahap-tahap pembuatan keputusan Suchman dalam Notoatmodjo (2007) membagi 5 tahap kejadian yang menganalisis bagaimana proses seseorang di dalam membuat keputusan sehubungan dengan pencarian atau pemecahann masalah perawatan kesehatannya yaitu: •
Tahap pengalaman/pengenalan gejala (the sympton experience). Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa di dalam dirinya ada suatu gejala penyakit, yang didasarkan pada adanya rasa ketidakenakan pada badannya, yang dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.
•
Tahap asumsi peran sakit (the assumption of sick role) Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan memerlukan dan memerlukan pengobatan, ia mencari informasi dan pengakuan dari anggota keluarga yang lain, tetangga atau rekan kerja.
•
Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact) Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas/pelayanan kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi yang ada pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.
•
Tahap ketergantungan pasien (the dependent patient stage) Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya sebagai pasien, maka untuk kembali sehat harus tergantung dan pasrah kepada fasilitas pengobatan.
•
Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (the recovery of rehabilitation)
35 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk melepaskan diri dari peran pasien. Ini ada 2 kemungkinan yaitu : pertama karena ia pulih kembali sebelum sakit, dan kedua karena ia menjadi cacat. 2.4.2
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), respon seseorang apabila sakit adalah sebagai
berikut: •
Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action) karena kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya, fasilitas pengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas kesehatan tidak simpatik.
•
Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena percaya pada diri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah mendatangkan kesembuhan.
•
Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy)
•
Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu.
•
Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.
•
Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine).
36 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.5 Model penggunaan pelayanan kesehatan Salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem kesehatan (health system model). Anderson dalam Notoatmodjo (2007) menggambarkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan yang terdiri dari 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu karakteristik predisposisi (predisposing characteristics), karakteristik pendukung (enabling characteristic), dan karakteristik kebutuhan (need characteristic) 2.5.1
Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan pada 3 kelompok yaitu: 1.
ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
2.
struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya.
3.
manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Anderson percaya bahwa: •
setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
•
setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, perbedaan gaya hidup, pola penggunaan pelayanan kesehatan.
37 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
• 2.5.2
individu percaya adanya kemujuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.
Karakteristik pendukung (enabling characteristic) Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya tergantung dari kemampuannya untuk membayar. 2.5.3
Karakteristik kebutuhan (need characteristic) Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan mencari pengobatan dapat
terwujud di dalam tindakan apabila dirasakan sebagai kebutuhan.
2.6 Kanker Payudara 2.6.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara . Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004). Menurut Sutjipto, kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf (Kurniawan, 2006). 2.6.2 Penyebab Kanker Payudara Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatkan penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak
38 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen. 2.6.3 Faktor Resiko Kanker Payudara Menurut Dalimartha (2004), ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker payudara yaitu: a. Riwayat keluarga Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi dini yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara atau kanker yang berhubungan dari ibu atau ayah, terkena kanker ovarium, kanker kolorektal, kanker prostate, tumor otak, leukemia, dan sarkoma. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang memilki riwayat keluarga ada yang menderita kaker payudara seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih tinggi. b. Hormon Faktor hormon adalah faktor yang banyak berpengaruh pada timbulnya kanker payudara seperti mendapat haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan tidak pernah menyusui anak. Hasil penelitian dari
Simanjuntak (1977) dalam
Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi (menarche) pada usia < 12 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 1,7
39 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita yang mengalami menstruasi pada usia normal yaitu > 12 tahun dan pada wanita yang mengalami menopause terlambat yaitu > 55 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. Pada wanita yang tidak kawin memiliki resiko terkena kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan mempunyai anak . Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2 kali lebih besar. c. Umur Wanita berumur > 30 tahun, mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause. d. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak atau tumor ganas kontralateral. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma, atau tumor jinak payudara, memiliki resiko terkena kanker payudara 3 hingga 9 kali lebih besar sedangkan wanita dengan kanker payudara kontralateral, memiliki resiko terkena kanker payudara 3 hingga 9 kali lebih besar. e. Wanita yang pernah menggunakan obat hormonal yang lama seperti terapi suluh hormone atau Hormonal Replacement Therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas). f. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang memakai
40 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi. g. Wanita yang pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di dinding dada, memiliki resiko terkena kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih tinggi. h. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa. i. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi. 2.6.4 Gejala Kanker Payudara Gejala kanker payudara pada permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita. Menurut Dalimartha (2004) kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara. Menurut Mardiana (2004), gejala serangan kanker payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut yaitu: 1. rasa nyeri atau sakit pada payudara 2. adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar 3. payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan
41 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4. mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau eksim 5. kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk 6. terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari putting susu 2.6.5
Stadium Kanker Payudara American
Joint
Committee
on
Cancer
(2002)
dalam
Sani
(2003)
mengklasifikasikan stadium kanker payudara berdasarkan sistem TNM sebagai berikut : a. Tumor Primer ( T ) • TX
: Tumor primer tidak dapat diduga
• T0
: Tumor primer tidak di jumpai
• Tis
: Karsinoma insitu
• T1
: Tumor ≤ 2cm
• T1a
: Tumor ≤ 0,5 cm
• T1b
: Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm
• T1c
: Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm
• T2
: Tumor > 2cm dan < 5cm
• T3
: Tumor > 5cm
• T4
:Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan kulit
• T4a
: Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis
• T4b
: Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul pada kulit
• T4c
: Gabungan T4a dan T4b
42 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
• T4d
: Karsinoma Inflamasi
b. Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) Klinis • NX
: KGB regional tidak bisa di duga
• N0
: Tidak ada metastasis KGB regional
• N1
: Dijumpai metastasis KGB aksila ipsilateral, mobile
• N2
: Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastasis KGB aksila
• N2a
: Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke struktur sekitarnya
• N2b
: Secara klinis metastasis hanya dijumpai pada KGB mamari Interna ipsilateral dan tidak dijumpai metastasis KGB aksila secara klinis
• N3
: Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastasis KGB aksila atau adanya metastasis KGB supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamari interna .
• N3a
: Metastasis KGB infaraklavikular ipsilateral
• N3b
: Metastasis pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila
• N3c
: Metastasis pada KGB supraklavikular ipsilateral
43 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
c. Metastasis Jauh ( M ) • MX
: Metastasis jauh tidak dapat dibuktikan
• M0
: Tidak dijumpai metastasis jauh
• M1
: Dijumpai metastasis jauh
Stadium Stadium 0 Stadium I Stadium II A Stadium II B Stadium III A
Stadium III B Stadium III C Stadium IV
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara T N Tis N0 M0 T1 N0 M0 T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0 T2 N1 M0 T3 N0 M0 T0 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0 T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0 Semua T N3 M0 Semua T Semua N M1
M
Portmann dalam Tjindarbumi (2002) membagi stadium kanker payudara yang disesuaikan dengan aplikasi klinik sebagai berikut : •
Stadium I Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.
44 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
•
Stadium II Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.
•
Stadium III A Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
•
Stadium III B Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada oedema (> 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarny. Diameter > 2,5 cm, belum ada metastasis jauh.
•
Stadium IV Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.
Menurut Karnadihardja (1987) stadium kanker terbagi menjadi 2 yaitu : •
Stadium dini yaitu stadium I dan II
•
Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV
2.6.6 Ketahanan Hidup Lima Tahun Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut Hawari
45 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
(2004), angka-angka statitistik menunjukkan bahwa para penderita kanker usianya tidak lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate). Karnadihardja (1987) menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka ketahanan hidup lima tahun sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun. Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut tingkat pertumbuhan tumor sebagai berikut: •
Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%
•
Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%
•
Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%
•
Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%
2.6.7. Prevensi Kanker Menurut Sukardja (2000), prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah timbulnya kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker itu. Sukardja (2000) menyatakan ada 3 macam prevensi kanker yaitu: 1. prevensi primer Prevensi primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker. Menurut Dalimartha (2004) prevensi primer terdiri dari : •
Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.
•
wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang berhubungan jangan menggunakan alat kontarsepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.
46 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
•
Memberikan ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Hal ini disebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitoksin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen dianggap memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker payudara.
•
Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan segar, kedelai beserta produk olahannya seperti susu kedelai, tahu, tempe karena mengandung fitoestrogen bernama genistein yang dapat menurunkan resiko kanker payudara.
•
Menghindari memakan makanan berkadar lemak tinggi.
2. prevensi sekunder Prevensi sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker ini masih kecil sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan penderita dapat dibebaskan dari cengkraman dan dapat hidup dengan normal. a.
Deteksi Dini Walaupun kemajuan pengobatan kanker dengan sitostatika semakin meningkat, namun penemuan tumor pada stadium dini merupakan faktor penting dalam penanggulangan kanker payudara. Sebagian besar kanker payudara ditemukan oleh pasien sendiri, artinya tumor dalam tingkat pertumbuhan lanjut. Untuk menemukan tumor ini pada stadium awal
47 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
diperlukan inisiatif pasien dan pemeriksaan medis (Tambunan, dkk, 1992). Deteksi dini terbagi menjadi: •
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ternyata terbukti dapat menemukan tumor pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan mempergunakan sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan walaupun kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi, segera diperiksakan pada dokter keluarga ataupun dokter di Rumah Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para ahli, SADARI sangat bernilai dalam deteksi kanker payudara sedini mungkin (Tambunan, dkk, 1992).
• Pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) Dokter umum merupakan ujung tombak dalam penanggulangan kesehatan masyarakat
karena
diperkirakan
mempunyai
kesempatan
luas
untuk
menemukan kanker payudara ukuran kecil. Kesempatan ini mungkin, apabila pada setiap wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau wanita yang termasuk golongan risiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau paramedis wanita (Tambunan, 1992). SARANIS dilakukan sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pasien diperiksa dengan bagian atas terbuka (Tambunan, 1996).
48 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2. Pasien duduk berhadapan dengan petugas medis diamati simetrisasi atau perubahan bentuk kedua payudara (Tambunan, 1992). 3. Kedua tangan pasien diangkat ke atas kepala sambil memperhatikan simetrisasi ataupun perubahan gerakan keduapayudara. Adanya tarikan pada kulit merupakan pertanda karena kemungkinan keganasan. Untuk melihat lebih jelas, tarikan kulit yang menutup massa ditekan di antara dua jari tangan dan terjadi dimpling sign (Tambunan, 1992). •
Pemeriksaan mamografi Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus. Teknik sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Pada cara ini kanker payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi bahkan cara ini dapat dipergunakan sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko tinggi walaupun tumornya tidak teraba. Apabila pada SARARI atau pemeriksaan SADARI ditemukan benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan mamografi. Pemeriksaan mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan patologik : sitologi biopsi aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis mamografi lebih kurang 80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita golongan risiko dengan keluhan bahwa dari puting susu keluar cairan coklat atau campur darah.
b.
Pengobatan Kanker Payudara Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit yaitu:
49 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
a.
Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Menurut Hirshaut dan Pressman (1992) dalam Pane (2002), ada 4 jenis mastektomi yaitu: • Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. • Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. • Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Operasi
ini
selalu
diikuti
dengan
pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. b. Penyinaran/radiasi Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
50 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
c. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. 3. prevensi tersier Prevensi tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker. Komplikasi apa yang akan timbul dapat diantisipasi kalau kita mengetahui jenis kanker itu, patologinya serta epidemiologinya.
2.7 Keterlambatan Pengobatan Keterlambatan pengobatan adalah penderita kanker payudara datang untuk mendapatkan pengobatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah parah sehingga tindakan tidak dapat dilakukan (inoperable) . Menurut Sukardja (2002) keterlambatan pengelolaan kanker dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu : a. kelambatan penderita antara lain, karena: 1. penderita stadium dini umumnya merasa : •
tidak sakit
•
tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa lama, bulanan atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi.
51 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2. kurang memperhatikan diri sendiri Penderita baru mengetahui adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah tumor itu besar atau sudah menimbulkan keluhan. 3. tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker Tidak terpikir olehnya lesi yang kelihatannya ringan itu adalah suatu kanker yang sangat berbahaya. 4. ada rasa takut •
Takut diketahui penyakitnya itu kanker
•
Takut ke dokter
•
Takut operasi
•
Takut penyakitnya lebih cepat menyebar
•
Takut sakit
5. tidak mempunyai biaya 6. keluarga tidak mengijinkan ke dokter 7. rumahnya jauh dari dokter b. kelambatan dokter Kelambatan dokter dapat disebabkan oleh: 1. Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu kanker. Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan diobati beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas 2. Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita. 3. Belum “cancer minded”, yaitu berpikir ke arah kanker
52 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
c. kelambatan rumah sakit Kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh: 1. kurang tempat pemondokan di rumah sakit 2. kurang sarana diagnostik dan terapi 3. kurang tenaga ahli onkologi Menurut Hawarri (2004) ada 3 faktor menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara yang terletak pada diri penderita yaitu : 1. faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal) 2. faktor pendidikan (ketidaktahuan/ignorancy) 3. faktor psikologik
53 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
2.8 Kerangka Pikir Penelitian Faktor Predisposisi Tempat Tinggal Pendidikan Status Perkawinan Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan Biaya Pengobatan Rasa takut Pengetahuan Sikap Kepercayaan terhadap pengobatan Riwayat keluarga
Faktor Pemungkin Fasilitas pengobatan Tempat pengobatan lain Jarak tempat pengobatan
Keterlambatan pengobatan
Faktor Penguat Keluarga Teman Petugas kesehatan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa: Faktor predisposisi (tempat tinggal, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga), faktor pemungkin (fasilitas pengobatan, tempat pengobatan lain, dan jarak tempat pengobatan) dan faktor penguat (keluarga, teman, dan petugas kesehatan) akan mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara.
54 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau Nomor 17 km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Medan dengan alasan: 1. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat dan Riau sehingga banyak penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini. 2. RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit pendidikan sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.
3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008.
55 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
3.3 Proses Pemilihan Informan Informan pada penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam Malik Medan. Awalnya peneliti mengadakan pengamatan terhadap wanita penderita kanker payudara di ruang rawat inap untuk mengetahui kesanggupan para penderita menjadi informan dengan kondisi sedang sakit parah. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa para penderita bisa diwawancarai dan memberikan respon yang positif dengan menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti memutuskan bahwa penelitian dapat dilakukan. Peneliti diperbolehkan oleh pihak RSUP H. Adam Malik Medan untuk mengadakan penelitian di ruang rawat inap Rindu B2 yaitu bagian onkologi (penyakit kanker). Pada hari pertama peneliti masuk ke ruang rawat inap Rindu B2, peneliti menjumpai seorang bapak yang sedang berdiri di depan salah satu kamar rawat inap. Peneliti bertanya apakah bapak itu mengetahui siapa saja penderita kanker payudara diantara penderita kanker yang lain. Bapak itu mengatakan bahwa istrinya menderita kanker payudara dan setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, bapak itu mengizinkan peneliti untuk menjadikan istrinya informan pertama. Bapak itu mengatakan bahwa istrinya sedang tidur tetapi setelah diintip dari jendela ternyata istrinya sedang tidak tidur. Bapak itu mempersilahkan peneliti untuk masuk dan ternyata memang istri bapak itu sedang dirawat karena menderita kanker payudara. Istri bapak itu bersedia menjadi informan pertama dalam penelitian ini setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian.
56 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Peneliti sedang mencari informan kedua dan peneliti bertemu dengan seorang ibu yang menjaga keluarganya. Peneliti pernah bertemu dengan ibu itu sebelumnya, dan peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Peneliti diajak ibu itu ke salah satu ruangan dimana ada 4 orang yang dirawat inap. Ibu itu menjadi key informan untuk mencari informan yang lainnya. Ibu itu memperkenalkan seorang ibu yang kondisinya sedang lemah dan telah menjalani operasi pengangkatan payudara. Ibu itu yang kondisinya parah bersedia menjadi informan kedua dalam penelitian ini. Dalam pencarian informan ketiga, peneliti masuk ruangan berikutnya setelah ditunjukkan oleh key informan. Peneliti bertanya pada salah satu dokter muda yang bertugas mengenai stadium pasien dan ternyata memang benar bahwa ibu itu sedang sakit kanker payudara pada stadium III. Ibu itu bersedia menjadi informan ketiga. Peneliti mengatakan bahwa wawancaranya akan direkam dengan tape recorder dan ibu itu tertawa dan berkata ”macam artis aku di tipi-tipi itu”. Wawancara dilakukan setelah peneliti melihat kondisi ibu itu siap. Hari berikutnya, peneliti bertanya pada suster yang menjadi suster jaga pada hari itu, tetapi karena sibuk peneliti bertanya pada key informan. Key informan mengatakan bahwa tidak ada pasien baru masuk. Peneliti melihat seorang ibu yang sedang berdiri di depan pintu ruang rawat inap. Peneliti berbincang-bincang dengan ibu itu dan ternyata ibu itu sesuai menjadi informan keempat. Ibu itu agak mengambil jarak pada peneliti karena peneliti ingin mewawancarainya. Ibu itu akhirnya setuju menjadi informan setelah peneliti menyakinkan bahwa nama ibu itu tidak akan dimasukkan dan akan memakai inisial. Ibu itu menjadi informan keempat.
57 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Hari berikutnya, peneliti bertanya pada key informan tentang pasien yang baru datang yang dapat dijadikan informan kelima. Key informan menunjukkan seorang ibu yang akan makan siang dengan kondisi payudaranya tinggal sebelah. Ibu itu agak tidak mengerti tentang maksud dan tujuan penelitian ini karena ibu itu kurang mengerti Bahasa Indonesia. Suami ibu itu membantu menjelaskan kembali maksud dan tujuan penelitian dengan Bahasa Aceh yang lebih dimengerti ibu itu. Ibu itu menjadi informan kelima. Selama wawancara, ibu itu mengerti pertanyaan peneliti dan bisa menjawab dengan jelas. Setelah menunggu selama 2 jam, key informan menunjukkan seorang ibu yang baru datang menjalani chemoteraphy dan kedua payudaranya sudah diangkat. Ibu itu sangat ramah dan bersedia menjadi informan keenam. Setelah mewawancarai informan keenam, key informan menunjukkan seorang ibu yang telah botak dan agak lemah. Ibu itu bersedia menjadi informan ketujuh. Setelah wawancara dengan ketujuh informan peneliti menganggap bahwa jawaban dari ketujuh informan sudah cukup dan sesuai dengan penelitian. Selama proses pencarian informan, peneliti bertanya kepada dokter muda dan perawat yang sedang bertugas tentang kesesuaian informan dengan penelitian yaitu wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III.
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disusun untuk mendapatkan data primer. Seluruh informan akan diwawancarai pada waktu terpisah.
58 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu berupa alat tulis, pedoman wawancara dan tape recorder.
3.5 Defenisi Operasional 1. Tempat tinggal adalah daerah tempat informan tinggal menetap. 2. Pendidikan adalah pendidikan terakhir informan yang diperoleh secara formal, dikelompokkan atas tamat SD (Sekolah Dasar), tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama), tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), dan tamat Akademi/Perguruan Tinggi. 3. Status perkawinan adalah riwayat pernikahan informan. 4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh informan setiap hari yang menghasilkan uang. 5. Jaminan kesehatan adalah jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berasal dari iuran yang diberikan oleh informan pada perusahaan tempat informan bekerja. 6. Biaya pengobatan adalah kemampuan seseorang dalam membayar seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan. 7. Rasa takut adalah keadaan psikologis berupa ketidakberanian informan terhadap kanker payudara dan pengobatannya. 8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh informan tentang kanker payudara yang meliputi gejala, penyebab dan pengobatan. 9. Sikap adalah penilaian atau pendapat informan terhadap kanker payudara dan pengobatannya.
59 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
10. Kepercayaan terhadap pengobatan adalah penilaian seseorang mengenai pengobatan kanker payudara. 11. Riwayat keluarga adalah ada atau tidaknya penderita kanker payudara pada orangorang yang memiliki garis keturunan dan hubungan darah dengan informan. 12. Fasilitas pengobatan adalah ketersediaan dan kelengkapan peralatan di tempat pengobatan sebelumnya untuk mendapatkan pengobatan kanker payudara. 13. Tempat pengobatan lain adalah tempat informan mendapatkan pengobatan sebelumnya selain di rumah sakit/pengobatan medis. 14. Jarak tempat pengobatan adalah perbedaan posisi/letak tempat pengobatan sebelumnya dari rumah informan. 15. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan dalam status pernikahan dengan informan. 16. Teman adalah orang-orang yang memiliki keterikatan secara emosional dengan informan tanpa hubungan darah atau status pernikahan. 17. Petugas kesehatan adalah orang-orang yang berkemampuan dan bekerja dalam bidang kesehatan di rumah sakit. 18. Keterlambatan pengobatan adalah perbuatan yang dilakukan oleh informan terhadap penyakit kanker payudara sehingga terlambat mendapatkan pengobatan.
60 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan EZ-Text. Analisa data dilakukan dengan teknik analisa kualitatif berdasarkan data-data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kemudian dibandingkan dengan teori dan kepustakaan yang ada.
61 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 serta sebagai Pusat Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006). Rumah Sakit ini mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki 790 orang tenaga medis, 604 orang tenaga paramedis perawatan, 298 orang tenaga medis non perawatan, dan 263 orang tenaga non medis (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006). Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskuler, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medic, Penyuluh Kesehatan Masyarakat
62 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Rumah sakit (PKMRS)), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah) (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).
4.2 Gambaran Pengobatan Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan dimulai dengan pemeriksaan pada payudara wanita dengan melihat ada tidaknya kriteria/ciri kanker payudara seperti ada tidaknya benjolan pada payudara, konsistensi keras, nyeri (+), batas tidak tegas, permukaan tidak rata, discharge
(+), warna kemerahan, mobilitas +/-,
gambaran kulit jeruk (peau de orange), satelit nodule (+), bisa dijumpai dimpling, disertai rektrak-I nipple, wanita dengan faktor resiko (+). Setelah itu, diagnosa banding dengan melihat fibrikistik payudara (Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik Medan, 2006). Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan: • Radiologi : mamografi, foto torak, bone scan/bone survey (pada stadium lanjut) • PA : Aspirasy biopsy • Laboratorium: rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, haemorrahagic, screening test, KGD, estrogen receptor, lipid profile Konsultasi dilakukan oleh spesialis bedah onkologi, spesialis patologi anatomi, spesialis radiology (untuk radioterapi), dan spesialis penyakit dalam (terutama untuk penilaian system kardiovaskuler, penatahan/scan hepar (system hepatobilier), endokrin metabolism dan kelainan sistemik lainnya. Setelah selesai proses pemeriksaan dilakukan pengobatan pada pasien sesuai dengan stadium yang diderita (Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).
63 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari 6 jenis pengobatan yaitu operasi, chemoteraphy, radioterapi, terapi hormonal, targeting terapi dan kombinasi yang disesuaikan dengan keluhan dan stadium penderita. Lama perawatan pasien tergantung dari stadium kanker dan keluhan penderita akibat dari metastasis dan kelainan local. Masa pemulihan penderita 4 minggu. Pasien dirawat di ruang rawat inap untuk pasien penderita kanker (oncology). Penelitian dilakukan di Rindu B2 yang terdiri dari 6 ruangan untuk rawat inap pasien, 1 ruangan untuk gudang, dan 1 ruangan untuk perawat dan tenaga kesehatan. Jumlah tempat tidur di Rindu B2 sebanyak 18 tempat tidur. Jumlah dokter spesialis bedah tumor di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 4 orang dan dibantu dengan 7 orang perawat bagian onkologi.
4.3 Karakteristik Informan Gambaran karakteristik ketujuh informan dapat dilihat pada tabel 4.1. Informan yang diambil terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam Malik Medan. Dilihat dari tingkat pendidikan, hanya 1 orang informan yang tidak tamat SD, 2 orang informan tamat SD, 2 orang informan tamat SMP, dan 2 orang informan tamat SMA. Mayoritas informan dengan status kawin yaitu sebanyak 6 orang sedangkan 1 orang informan tidak memiliki suami (janda). Seluruh informan adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Jaminan kesehatan seluruh informan adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Seluruh informan bertempat tinggal di luar kota Medan yaitu di Aceh, di Sibolga, di Rantau Parapat, di Langkat, dan di Tebing Tinggi.
64 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.1 Karakteristik Informan No Karakteristik Informan Keterangan 1 Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA 2 Status perkawinan Kawin Janda 3 Pekerjaan IRT 4 Jaminan kesehatan Jamkesmas 5 Tempat tinggal Aceh Sibolga Rantau Parapat Langkat Tebing Tinggi
Jumlah 1 orang 2 orang 2 orang 2 orang 6 orang 1 orang 7 orang 7 orang 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang
4.4 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) 4.4.1 Biaya Pengobatan Informan Biaya pengobatan seluruh informan berasal dari Jamkesmas yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat untuk masyarakat yang miskin dan sangat miskin karena seluruh informan tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mahal. Sebagian besar informan yaitu sebanyak 6 orang informan tidak mampu membayar biaya transportasi dari tempat tinggalnya ke Medan sehingga informan mendapatkan bantuan biaya transportasi dari saudara dan teman informan untuk berangkat dari tempat tinggalnya berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.
65 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.4.2 Rasa Takut Informan Hasil wawancara mendalam mengenai rasa takut informan terhadap penyakit kanker payudara dan pengobatannya ketika informan pertama kali mengetahui dirinya menderita kanker payudara terdapat dalam matriks berikut: Matriks 4.1 Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan Pengobatannya Informan Jawaban 1 Ya semua orang tu punya rasa takut. Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung 2 kami gak ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali. Saya pasrah. Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut, takutnya eh, takut 3 operasi. 4 Gak ada rasa takut orang dia gak sakit, gak apa-apa. 5 Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya. Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa 6 sementara anak masih kecil. Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya 7 itulah takut mati. Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan merasa takut terhadap penyakit kanker payudara ketika informan pertama kali mengetahui dirinya terkena kanker payudara. Sebagian besar informan takut karena penyakit kanker payudara dapat menyebabkan kematian. Sebagian informan yang lainnya takut terhadap pengobatan kanker payudara yaitu operasi. Sedangkan 1 orang informan mengatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara dan pengobatannya karena tidak merasakan keluhan sakit.
66 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.4.3 Pengetahuan Informan Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan informan tentang kanker payudara yang meliputi gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI terdapat dalam matriks di bawah ini.
Informan
1 2 3 4 5
6
7
Matriks 4.2 Pengetahuan informan tentang kanker payudara Pengetahuan informan tentang kanker payudara (gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI) Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara. Ya penyebabnya gak tahu. Ya harus diobati biar sembuh, dioperasi. Itu meraba nenen ya. Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu. Gak tahu penyebabnya. Diobati dengan operasi. Meraba nenen ini (menunjuk ke payudara). Ada benjolan di payudaranya trus itulah sakit payudaranya. Gak tahulah penyebabnya. Ya dioperasi. Meraba payudara. Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit. Diobati. Mencari benjolan di payudaranya. Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak ngerti penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di nenennya. Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua sama yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus diobati karena ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan kesehatan di daerah. Meraba payudara untuk menemukan benjolan. Ya kayak saya inilah benjolan di payudaranya makin lama makin besar. Penyebabnya gak tahu. Memang diobati dengan operasi. Itu memegang payudara untuk mencari benjolan.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan seluruh informan mengenai kanker payudara kurang. Sebagian besar informan mengetahui gejala kanker payudara adalah adanya benjolan di payudara. Sebagian informan yang lain mengetahui gejala kanker payudara adalah adanya rasa sakit pada payudara sedangkan satu orang informan mengetahui gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada payudara
67 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
dan puting susu seperti koreng atau eksim yang dikatakan dengan smbol dimakan teteknya oleh informan. Seluruh informan tidak mengetahui tentang penyebab kanker payudara. Seluruh informan mengetahui pengobatan kanker payudara adalah operasi. Mengenai SADARI, seluruh informan mengetahui bahwa SADARI adalah meraba payudara untuk mencari benjolan setelah informan mendapatkan informasi tentang SADARI dari petugas kesehatan. Informan sebelumnya tidak mengetahui tentang SADARI. 4.4.4 Sikap Informan Adapun hasil wawancara mendalam mengenai sikap informan yaitu pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker payudara oleh dokter disajikan dalam matriks di bawah ini. Matriks 4.3 Sikap informan terhadap kanker payudara dan pengobatannya Informan Pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker payudara oleh dokter Ya kata dokter kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya gak pernah periksa. Kata dokter sakitnya uda lama tapi terasa ibu 1 gak. Kata dokter ada benjolan ini kan enggak. Ya setuju berobat karena ya supaya sembuh. Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe 2 ke tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu .Setuju. Ya langsung berobat begitu tau kanker payudara. Ya biar sembuh. Ya percaya apa yang dibilang dokter itu. Ya setujulah berobat. Ya 3 biar sembuh kan bahaya. Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang 4 dokter, kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti. Ya harus diobati biar gak bahaya. Penyakit ibu, menurut ibu rasanya bahayalah. Kekmana gak setuju 5 itulah penyakitnya. Ya langsung berobat biar sembuh. Ya setuju sangat setuju. Ya membahayakan, uda banyak contoh 6 disekeliling kita. Kalo gak segera diatasi akan menyebabkan kematian. Ya setuju yang dibilang dokter. Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar. Ya 7 setuju. Setuju diobati karna bahaya. Ya itu membahayakan nyawa.
68 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian informan berpendapat atau menilai bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama dengan kanker payudara yang mereka dengar dari orang lain namun mereka setuju bahwa penyakitnya perlu diobati. Sebagian informan yang lainnya setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara. Seluruh informan setuju dengan pengobatan kanker payudara oleh dokter karena informan yakin pengobatan kanker payudara oleh dokter dapat menyembuhkan penyakitnya. 4.4.5 Kepercayaan Informan Hasil wawancara mendalam mengenai kepercayaan informan yaitu penilaian informan terhadap kesembuhan kanker payudara dengan pengobatan dokter dapat dilihat dalam matriks berikut:
Informan 1 2 3 4 5 6 7
Matriks 4.4 Kepercayaan informan terhadap kesembuhan pengobatan kanker payudara oleh dokter Penilaian informan terhadap kesembuhan kanker payudara dengan pengobatan dokter Ya ibu percaya supaya sembuh. Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya. Saya percaya penyakit saya bisa sembuh jika diobati. Ya percaya, dapat sembuh. Ya percaya, sebabnya dapat sembuh. Yakin, soalnya dapat menyembuhkan sakit saya ini. Ya saya percaya dengan pengobatan dokter.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai bahwa pengobatan kanker payudara yang dilakukan oleh dokter dapat menyembuhkan penyakit mereka. Seluruh informan mempercayai dokter dapat menyembuhkan penyakitnya.
69 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.4.6 Riwayat Keluarga Informan Adapun hasil wawancara mendalam mengenai ada tidaknya riwayat keluarga informan yang menderita kanker payudara disajikan dalam matriks 4.5 di bawah ini:
Informan 1 2 3 4 5 6 7
Matriks 4.5 Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan Ada tidaknya riwayat keluarga informan yang menderita kanker payudara Kalo dari pihak laki ibu dan pihak ibu itu ndak ada. Gak ada cuma saya. Gak ada saya sendiri. Gak ada. Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong gak dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo kata orang Aceh barah memek dibilang. Gak ada, saya sendiri. Gak ada.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa mayoritas informan yaitu sebanyak 6 orang informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sedangkan seorang informan memiliki sepupu yang menderita kanker payudara. Seorang informan yang memiliki riwayat keluarga tidak tahu bahwa penyakit saudaranya itu adalah penyakit kanker payudara.
70 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.5 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) 4.5.1 Fasilitas pengobatan Adapun hasil wawancara mendalam mengenai penilaian informan tentang fasilitas pengobatan kanker payudara yaitu ketersediaan dan kelengkapan peralatan untuk pengobatan kanker payudara di tempat pengobatan sebelumnya (sebelum berobat di RSUP H. Adam Malik Medan) disajikan dalam matriks 4.6 berikut: Matriks 4.6 Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya Informan Penilaian informan tentang ketersediaan dan kelengkapan peralatan di tempat pengobatan sebelumnya 1 Ibu berobat di rumah sakit umum di Aceh. Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke sini. 2 Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat untuk kanker payudara. Dirujuk ke sini. 3 Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak lengkap. 4 Alat pemeriksaannya kurang di Rumah Sakit Rantau Parapat. Lantaran itu ke sini. 5 Gak ada chemo ibu mau chemo. Kalo dirumah sakit di Aceh gak ada alat yang canggih, dirujuk ke sini. 6 Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap gak kayak di sini. 7 Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit Tanjung Pura. Jadi dirujuk ke sini. Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai bahwa fasilitas di tempat pengobatan sebelumnya tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap.
71 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.5.2 Tempat Pengobatan Lain Hasil wawancara mendalam mengenai tempat pengobatan lain yaitu tempat informan mendapatkan pengobatan sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan) selain di rumah sakit/tempat pengobatan medis disajikan dalam matriks berikut: Matriks 4.7 Tempat Pengobatan Lain Informan Tempat informan mendapatkan pengobatan sebelumnya selain di rumah sakit/tempat pengobatan medis 1 Gak pernah ke sana, gak percaya. 2 Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disinisinikan hilang, digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara). Trus dibilang orang apa itu benjolan-benjolan bisa itu alternatif katanya gitu. Pigilah saya berobat ke alternatif berobat saya tiga bulan gitu. 3 Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi jadi ke alternatif ke Sinse. 4 Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter. 5 Gak pernah, saya gak percaya. Sakit apapun saya gak percaya. 6 Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga dikit-dikit. 7 Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya. Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu sebanyak 5 orang informan tidak mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan selain rumah sakit/tempat pengobatan medis sedangkan dua orang informan mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif.
72 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.5.3 Jarak Tempat Pengobatan Adapun hasil wawancara mendalam mengenai jarak tempat pengobatan sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan disajikan dalam matriks 4.8 di bawah ini. Dalam wawancara juga digali perbedaan letak antara tempat pengobatan alternatif dan tempat pengobatan medis (puskesmas).
Informan 1 2 3 4 5 6 7
Matriks 4.8 Jarak Tempat Pengobatan Jarak tempat pengobatan sebelumnya dari rumah informan Ada setengah jam ke puskesmas, setengah jam ke rumah sakit dari rumah. Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. Jauhlah dukun itu di Tebing. Puskesmas jarak dua rumah dari rumah. Lebih jauhlah Sinse itu di kota Tebing Tinggi. Lumayan juga, ga papalah berapa jam, naek becak goceng, sekitar dua puluh menit. Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang pegi. Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang. Jauhlah puskes di Langkat kota.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa jarak rumah sebagian besar informan yaitu 5 orang informan jauh dari tempat pengobatan medis (puskesmas) sedangkan jarak rumah dua orang informan dekat dari puskesmas yaitu jarak dua rumah dan seratus meter. Pertanyaan tentang perbandingan jarak tempat pengobatan medis (puskesmas) dan pengobatan alternatif dari rumah informan ditanyakan kepada 2 orang informan yang berobat ke alternatif. Dari matriks ditemukan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif lebih jauh daripada puskesmas.
73 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.6 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) 4.6.1 Keluarga Hasil wawancara mendalam mengenai pengaruh dan dukungan keluarga informan kepada informan mengenai pengobatan kanker payudara disajikan dalam matriks 4.9 di bawah ini:
Informan 1 2 3 4
5 6 7
Matriks 4.9 Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan terhadap Pengobatan Kanker Payudara Pengaruh dan dukungan keluarga informan terhadap pengobatan kanker payudara Ya berpengaruh, semua keluarga mendukung supaya sembuh, semua nyuruh berobat ke rumah sakit. Suami yang paling membuat saya ingin berobat, dia mendukung saya untuk berobat. Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit. Ya berobatlah gitu aja. Berobat kemanapun mau orang itu ngantar. Kayak ke Sinse itu. Suami mendukung pengobatan Eh cemana ya. Justru dikasih saran sama keluarga, berobatlah ga ada uangmu pakelah Jamkesmas itu. Ya, suami setuju. Cemanalah mana untuk kesehatan dia setujulah. Walopun dioperasi mana yang terbaiklah. Keluarga bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua. Saya pasrah. Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa. Keluarga menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit. Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi. Kata keluarga berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi. Mulanya saya tidak mau tetapi setelah didesak keluarga saya berobat. Suami mendukung berobat karna katanya bahaya penyakitnya.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan didukung dan dipengaruhi oleh keluarganya untuk mengobati penyakitnya. Sebagian besar informan yaitu sebanyak 6 orang informan didukung untuk berobat ke pengobatan medis (rumah sakit) sedangkan seorang informan didukung keluarga untuk mengobati penyakitnya ke semua jenis pengobatan baik dengan pengobatan medis maupun non medis, bentuk dukungan keluarga informan dengan mengantar informan berobat.
74 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Sebagian besar informan yaitu sebanyak 4 orang informan mendapatkan dukungan dan pengaruh yang sangat kuat dari keluarganya sehingga informan memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran keluarga informan. Pengaruh dan dukungan keluarga tidak terlalu kuat pada 2 orang informan karena 2 orang informan tidak mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga informan. Seorang informan tetap mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif walaupun keluarga mendukung dan mempengaruhi informan untuk berobat ke rumah sakit karena keputusan sepenuhnya di tangan informan. Seorang informan tetap memutuskan untuk dioperasi walaupun informan dipengaruhi dan didukung keluarganya untuk tidak dioperasi. 4.6.2 Teman Adapun hasil wawancara mendalam mengenai dukungan dan pengaruh teman pada informan untuk mengobati penyakitnya disajikan dalam matriks berikut: Matriks 4.10 Pengaruh dan Dukungan Teman Informan terhadap Pengobatan Kanker Payudara Informan Pengaruh dan dukungan teman informan terhadap pengobatan kanker payudara 1 Ya itulah waktu di rumah mereka gak tau saya di rumah sakit. Saya gak tau gak pernah jumpa sampe sekarang. 2 Kekmanalah orang kampung kami masih kolot-kolot jadinya disuruh ke dukun ini, ke dukun itu. 3 Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya sudah sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternatif dari dia. 4 Kata mereka langsunglah berobat. 5 Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan dioperasi. Saya tetap pasrah. Karena sudah 3 orang meninggal di tempat kami. 6 Kata mereka diusahakan untuk berobat ke rumah sakit, mereka malah bantu-bantu biaya juga. 7 Mereka nyuruh saya ke rumah sakit. Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu sebanyak 6 orang informan didukung dan dipengaruhi oleh teman informan untuk
75 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
mengobati penyakitnya sedangkan seorang informan tidak mengetahui respon atau reaksi dari teman-temannya karena informan belum bertemu dengan teman-temannya. Hal ini berarti dukungan dan pengaruh teman informan tidak menjadi salah satu pendukung dalam pengambilan keputusan informan. Salah satu informan juga mendapatkan bantuan biaya dari teman-temannya. Pengaruh dan dukungan teman
informan pada 3 orang informan menjadi
dukungan yang kuat dalam pengambilan keputusan informan karena informan memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran teman-teman informan sedangkan pada 2 orang informan pengaruh dan dukungan teman informan menjadi dukungan yang sangat kuat karena informan memutuskan berobat ke tempat pengobatan alternatif sesuai dengan saran dari teman-teman informan. Pengaruh dan dukungan teman informan pada seorang informan tidak menjadi dukungan yang kuat karena informan tetap memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan dioperasi walaupun teman-teman informan menyarankan informan untuk tidak dioperasi.
76 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.6.3 Petugas kesehatan Hasil wawancara mendalam mengenai sikap petugas kesehatan kepada informan dan kepercayaan informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya disajikan dalam matriks 4.11 berikut:
Informan 1 2 3 4 5 6 7
Matriks 4.11 Petugas Kesehatan Sikap petugas kesehatan kepada informan dan kepercayaan informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya Ya percaya karena ingin sembuh apalagi orang itu baik-baik. Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh. Semuanya baek. Saya percaya sama dokter. Baik, ramah. Saya percaya sama dokter. Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama dia. Baik, saya percaya. Baik orang itu. Saya percaya sama dokter.
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sikap petugas kesehatan kepada seluruh informan baik. Seluruh informan mempercayai petugas kesehatan dapat mengobati penyakitnya dan dapat menyembuhkan penyakitnya..
77 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.7 Keterlambatan Pengobatan Adapun hasil wawancara mendalam mengenai riwayat penyakit informan dimulai dari menemukan gejala-gejala kanker sampai informan dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan disajikan dalam matriks di bawah ini: Matriks 4.12 Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan Informan
1
2
3
4
Awalnya kan ibu batuk ga sembuh-sembuh (batuk) berobatlah ibu katanya sakit paru-paru. Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya ibu kena jantung masuklah rumah sakit berobat jantung sampe di rumah sakit difoto trus dibilang kanker payudara. Ibu ya percaya kan. Karna gak ada kelengkapan ya itu sampe dioper ke sini. Saya berobat nunggu Jaskin. Pertama gini kan ada benjolan di tetekku, di sebelah ketiaknya gitu. Ada 3 bulan gak kupegang-pegang gak ada memang gak ada. Ah terus lama-lama kemudian pigilah aku kerumah anakku. Nyucilah aku trus teteknya lari ke sini (menunjuk) apanya itu pintilnya itu. Mulailah dia menggigit. Cemanalah menggigit gak sakit. Terus pulang aku dari apa itu adalah sebulan aku ada di apa itu ke Sinse yang di Tebing sana. Terus kubilang kaya gitu ah Acing kok penyakit saya gak ada kurangkurangnya malah tambah. Gak apa itulah mungkin habis obat. Itu 2 bulan eh 1 bulan pigi lagi ke Acing kenapa ini Pak Acing. Ga papa itu, nanti kalo gatal jangan digaruk ya. Saya sih percaya saya sehat. Namanya orang berobat gitu harus percaya. Setelah 3 bulan saya berobat, demam denyut. Gak mau lagi saya berobat ke alternatif trus sebulan pulanglah saya ke kampong. Saya pigi lagi ke alternatif diantar anak. Pigilah anakku gak mau lagi aku berobat ke alternatif. Itulah aku ke puskesmas dibilang kanker payudara trus ke rumah sakit Lumban Tobing baru dirujuk ke sini. Tapi aku berobat itu nunggu keluar dulu surat Jamkesmas. Ya pertama kali itulah, pertama kali yang kecil umur 24 tahun. Trus saya kerja di Malaysia saya operasi yang kecil-kecil trus saya takut operasi. Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena AC. Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu disuruhlah ke sini karna disana orang tu gak mampu. Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut tadi, jadi kita bawa diam. Namanya uda membesar, barulah kita besibuk. Karena uda membesar kita takut ada apa-apa. Sampe sekarang aktivitas saya kan gak terganggu. Kalo gak membesar mungkin gak berobat. Dari puskesmas apa mamma baru dirujuk ke rumah sakit umum Rantau Parapat baru dirujuk kemari. Tapi aku
78 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
nunggu dulu keluar surat Jamkesmas itu.
5
6
7
Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi datangnya uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau di nenen.Kupikir getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak ilang juga. Pake sabun gak ilang-ilang. Itulah lantaran gak sakit sampe sekarang gak berdenyut. Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu pasti sakitnya dari tipi. Di tipi dibilang pemirsa di rumah kalo ada pemirsa di rumah kanker payudara jangan segan-segan pergi kedokter kalo cepat pergi ke dokter cepat sembuhnya. Habisnya saya pegang di nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya kena payudara. Habis itu pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa langsung trus dibilang perawat kena payudara saya. Kemana-mana saya pergi sampe ke 3 kecamatan ke teman-teman saya tanya sama dokter juga pura-pura gak tahu penyakit saya dibilang payudara. Saya gak setuju nenen saya keras lantaran gak punya anak. Itulah payudara katanya.Habis tu saya ke Rumah Sakit Kabupaten dibilang gak bisa diobati langsung disuruh ke Medan. Perawat langsung suruh kesini lantaran takut. Saya tunggu surat Jamkesmas. Pertama kali disuruh meraba di puskesmas ada benjolan keras. Gejalagejala gak ada sampe sekarang sakit cuman benjolan-benjolan. Pas ada pelayanan papsmear di puskesmas saya ikut. Trus saya minta tolong ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras apa ya trus kata dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih makan obat ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi. Kuceritakan sama teman-teman sesama kader aku ini ada apan benjolan keras di payudara. Kata mereka coba kasih balsem mana tau masuk angin. Lama-lama makin membesar. Kurasa ini membahayakan kataku. Itulah kata mereka coba konsultasi ke dokter dulu. Jadi dicoba konsultasi ke dokter di Sibolga. Ini kemungkinan tumor atau kanker katanya cobalah dulu diperiksa ke rumah sakit. Jadi, sementara karna saya tidak punya biaya saya diam dulu, jadi awak tanya biayanya sama dokter. Karna memikirkan biaya saya gak langsung mengobati penyakitnya. Trus disuruh ke rumah sakit, katanya ini nampaknya apa coba disedot dulu. Trus hasil sedotannya dikirim ke Medan katanya apa ibu gak langsung ke Medan. Di rumah sakit Sembiring katanya dinyatakan ganas. Saya tanya biayanya katanya puluhan juta. Ya itu karna puluhan juta saya tanya Askeskin tapi tidak bisa dipake lagi karna sudah tidak berlaku. Saya urus Jamkesmas . setelah selesai saya langsung berobat. Makanya disuruh ke sini. Aku gak tahu darimana penyakit ini yang penting ada benjolan disini kutanya sama orang disuruh aku gosok-gosok pakai balasam. Ya kupikir masuk angin aja jadi kuambil balsam kugosok-gosok. Makin kugosok makin besar dia. Jadi suami bilang berobat aja kata orang bahaya, keluarga nyuruh ke rumah sakit kalo ke dukun-dukun gak. Kami pigilah ke rumah sakit Tanjung Pura. Jadi 2 dua minggu kami
79 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
kesini. Empat bulan ada jadi uda besar dia, disuruh kami ke Tanjung Pura. Uda ada dua bulan kami disuruh bolak-balik, bolak balik gak ada hasilnya. Itulah balek aja kami ke rumah. Itulah kami tunggu 2 bulan barulah kami disuruh ke Rumah Sakit Adam Malik, disana gak bisa alat-alat gak ada. Aku berobat pake Jamkesmas. Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat bahwa seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya ketika menemukan gejala kanker payudara bahkan informan mengabaikan gejala-gejala kanker payudara yang ada padanya. Setelah penyakit yang dideritanya semakin parah informan mengobati penyakitnya. Dua orang informan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif dan yang lainnya mengobati ke pengobatan medis. Seluruh informan menemukan penyakit kanker payudara sudah pada stadium III dilihat dari gejalanya yaitu benjolan membesar, payudara yang sudah hijau, payudara sudah berkerut dan sakit paru-paru (metastasis).
80 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Informan Karakteristik informan adalah ciri-ciri yang melekat pada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada stadium III. Berdasarkan tempat tinggal seluruh informan bertempat tinggal di luar kota Medan dengan tempat tinggal informan yang terjauh dari kota Medan di Aceh yaitu sebanyak 2 orang informan dan terdekat 1 orang informan di Tebing Tinggi.
5.2 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Faktor predisposisi mencakup pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga. 5.2.1 Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar informan rendah. Tingkat pendidikan formal terakhir informan paling tinggi adalah SMA yaitu sebanyak 2 orang informan dan tingkat pendidikan formal terakhir informan yang paling rendah adalah tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang informan. Pendidikan informan berpengaruh pada pengetahuan informan mengenai kanker payudara. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pendidikan informan rendah sehingga pengetahuan informan tentang kanker payudara kurang. Menurut Smet (1994) dalam model-model struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti dan 81 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dalam penelitian ini, seluruh informan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda namun seluruh informan sama-sama terlambat berobat. 5.2.2 Status Perkawinan Dari hasil penelitian, ditemukan sebagian besar informan dengan status kawin yaitu sebanyak 6 orang informan sedangkan informan yang lainnya yaitu sebanyak 1 orang informan dengan status janda (suami meninggal). Informan yang memiliki suami mengatakan bahwa suami informan yang mempengaruhi keputusan informan untuk berobat sedangkan informan yang janda mengambil keputusan sendiri walaupun informan meminta saran dan pendapat dari orang lain. Pernyataan informan dengan status janda: “Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit.” Pernyataan informan yang memiliki suami: “………….Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.” Kedua informan memiliki pernyataan yang berbeda mengenai cara pengambilan keputusan. Informan dengan status janda mengambil keputusan untuk berobat dengan meminta saran dari orang lain, baik dari anak-anaknya atauupun teman-temannya lalu informan memutuskan sendiri tindakan yang harus diambil berdasarkan saran-saran yang ada. Informan yang memiliki suami mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang akan diambil dengan suami lalu suami yang mengambil keputusan. Suami informan yang memutuskan mengenai pengobatan yang akan dijalani oleh informan. Informan tidak dapat mengobati penyakitnya tanpa persetujuan dari suaminya karena
82 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
informan tidak bertindak sebagai individu yang berdiri sendiri seperti informan yang janda. Seluruh informan dengan status kawin tidak bertindak sebagai individu tetapi sebagai anggota keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Clark (1959) dalam Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa seorang pasien tidaklah bebas untuk membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri. Status perkawinan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena informan yang memiliki suami didukung oleh suaminya untuk mendapatkan pengobatan. 5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan Hasil penelitian mengenai pekerjaan informan, seluruh informan adalah ibu rumah tangga. Seluruh informan tidak memiliki jaminan kesehatan seperti orang lain yang memiliki jaminan kesehatan yang didapatkan dari pekerjaannya sehingga informan tidak segera mengobati penyakitnya karena tidak memiliki jaminan kesehatan. Seluruh informan mendapatkan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan sangat miskin yaitu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Pada penelitian ini, seluruh informan mengobati penyakitnya setelah mendapatkan Jamkesmas karena informan tidak mampu membayar biaya pengobatan kanker payudara yang mahal. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Mechanic dalam Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan kesehatan yang baik akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang cenderung akan kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit).
83 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
5.2.4 Biaya Pengobatan Biaya pengobatan seluruh informan adalah dari Jamkesmas yang berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sehingga seluruh informan tidak membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri. Seluruh informan menyatakan ketidaksanggupannya untuk membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri bahkan sebagian besar informan menyatakan ketidaksanggupan membayar ongkos perjalanan (transportasi) dari tempat tinggalnya untuk berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan. Sebanyak 6 orang informan membayar ongkos perjalanan (transportasi) dari tempat tinggalnya ke Medan dengan bantuan biaya dari saudara dan teman informan sedangkan seorang informan lain membayar ongkos perjalanan (trasnportasi) dengan biaya sendiri. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Smet (1994) yang menyatakan bahwa mahalnya biaya pengobatan membuat orang-orang akan menganggap gejala suatu penyakit tidak serius. Taylor (1999) juga menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan penundaan pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama untuk orang-orang miskin. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa kelambatan pengelolaan kanker karena penderita tidak mempunyai biaya. Demikian juga Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor pada penderita kanker payudara yang menyebabkan keterlambatan pengobatan adalah faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal). 5.2.5 Rasa Takut Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian informan yaitu sebanyak 5 orang mengalami ketakutan terhadap kanker payudara dan pengobatannya ketika informan
84 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
pertama kali mendengar dan mengetahui dari dokter bahwa penyakitnya adalah kanker payudara. Salah satu informan menyatakan ketakutannya terhadap pengobatan kanker payudara yaitu operasi dalam pernyataannya berikut: “Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya.” Pernyataan seorang informan lain yang juga takut terhadap operasi seperti berikut: “Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut takutnya eh, takut operasi.” Sebagian informan yang lain takut terhadap bahaya dari kanker payudara yaitu kematian seperti pernyataan 2 orang informan berikut: “Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara anak masih kecil.” “Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya itulah takut mati.” Salah satu informan menyatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara dan pengobatannya, seperti dalam pernyataannya berikut: “Gak ada rasa takut orang dia gak sakit ga apa.” Dari pernyataannya, dapat dilihat bahwa informan tidak merasakan sakit karena informan dapat bertoleransi dengan rasa sakit yang dialaminya. Informan menganggap penyakit yang dideritanya tidak terlalu parah karena tidak adanya rasa sakit sehingga informan santai menanggapi penyakitnya. Seorang informan lain juga merasakan ketakutan seperti pernyataannya berikut: “Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung kami gak ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali. Saya pasrah.” Dari pernyataan informan di atas, dapat diketahui bahwa informan mengalami ketakutan ketika informan pertama kali mengetahui bahwa dirinya terkena kanker payudara.
85 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan merasakan dirinya berbeda dengan masyarakat sekitarnya dan merasa heran karena hanya dirinya yang menderita penyakit kanker payudara. Keadaan ini menyebabkan dirinya tidak mempunyai teman berbagi informasi dan berbagi pengalaman tentang penyakitnya
sehingga sepertinya menjadi tekanan secara psikologi bagi
informan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh informan mempunyai ketakutan namun, rasa takut yang dialami seluruh informan tidak menghambat informan untuk langsung mengobati penyakitnya. Salah seorang informan mengungkapkan ketakutannya dalam pernyataannya berikut: “Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara anak masih kecil. “ Ketakutan informan membuat informan ingin berobat agar lekas mendapatkan kesembuhan sehingga informan terhindar dari kematian yang disebabkan penyakitnya. Informan ingin tetap hidup agar informan bisa merawat anak-anaknya yang masih kecil. Rasa sayang informan kepada keluarganya mengalahkan ketakutan informan atas penyakitnya. Mitchell dalam Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menghambat datangnya pasien untuk berobat adalah karena rasa takut bahwa ia menderita kanker, takut dioperasi, dan rasa takut berlebihan dalam hubungan emosional dengan suaminya. Namun, dalam penelitian ini seluruh informan memang mengalami ketakutan terhadap operasi kanker payudara dan kematian yang
akan dialami jika
terlambat berobat namun ketakutan informan tidak menghambat informan untuk mengobati penyakitnya karena informan ingin mendapatkan kesembuhan.
86 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
5.2.6 Pengetahuan Dari hasil penelitian, pengetahuan seluruh informan mengenai kanker payudara (gejala kanker payudara, penyebab, pengobatan, dan SADARI) pada tingkat kurang. Mengenai gejala kanker payudara, sebagian informan hanya mengetahui satu gejala yaitu berupa benjolan pada payudara seperti pernyataan informan berikut: “Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar…..”\ Sebagian informan yang lainnya mengatakan bahwa gejala kanker payudara adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan salah satu informan berikut: “Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit……” Sebagian informan yaitu dua orang informan mengetahui dua gejala kanker payudara yaitu adanya benjolan dan adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan informan berikut: “Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara……” Sedangkan seorang informan tidak mengetahui gejala kanker payudara seperti pernyataan informan berikut: “Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak ngerti penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di nenennya.” Seorang informan mengetahui gejala kanker payudara seperti berikut: “Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu….” Berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa informan mengetahui gejala kanker payudara adalah dimakan teteknya. Informan memakai simbol “dimakan teteknya” dan mengasumsikan sepertinya penyakit kanker payudara memakan payudaranya. Simbol
87 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
yang dikatakan oleh informan adalah untuk menyatakan bahwa gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim. Seluruh informan hanya mengetahui 3 gejala kanker payudara yaitu adanya benjolan payudara, adanya rasa sakit pada payudara, dan timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim dari enam gejala kanker payudara yang dikemukakan oleh Mardiana (2004). Menurut Mardiana (2004) gejala serangan kanker payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut yang terdiri dari rasa nyeri atau sakit pada payudara, adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar, payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan, mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau eksim, kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk, dan terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari puting susu. Mengenai penyebab kanker payudara, seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara seperti pernyataan informan berikut: “Ya penyebabnya gak tahu. “ Seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara. Menurut Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatakan penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Mengenai pengobatan kanker payudara seluruh informan mengetahui pengobatan kanker payudara adalah dengan operasi, seperti pernyataan informan berikut: “…..Memang diobati dengan operasi…”
88 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), pengobatan kanker payudara terdiri dari Mastektomi, Penyinaran/radiasi, dan Kemoterapi. Mengenai SADARI seluruh informan mengetahui SADARI adalah mencari benjolan seperti pernyataan informan berikut: “ Mencari benjolan di payudaranya.” Seluruh informan tidak mengetahui tentang SADARI sebelumnya. Informan mengetahui SADARI setelah informan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan mengenai SADARI sehingga informan terlambat mengetahui dirinya terkena kanker payudara. SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) adalah deteksi dini kanker payudara untuk menemukan kanker payudara. Seluruh informan kurang mengetahui tentang SADARI. Jika informan tahu tentang SADARI maka penyakit kanker dapat ditemukan sejak dini sehingga informan tidak terlambat mendapatkan pengobatan. Sebagian besar informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari petugas kesehatan sedangkan dua orang informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari televisi, seperti pernyataan informan berikut: “Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua sama yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus diobati karena ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan kesehatan di daerah. Meraba payudara untuk menemukan benjolan.” Informan menggunakan kata ganas untuk mengatakan bahwa penyakit kanker payudara bisa menyebabkan kematian. Informan ini mengetahui ciri-ciri kanker payudara sesuai dengan ciri-ciri penyakit yang dideritanya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah
orang
melakukan
pengindraan
terhadap
suatu
objek
tertentu
((Notoatmodjo, 2007). Informan ini mengadopsi pengetahuan tentang kanker payudara
89 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
dari penyuluhan kesehatan di media elektronik. Informan hanya mengingat sedikit mengenai informasi yang diterimanya dan hanya mengingat informasi yang disesuaikan dengan keadaan dirinya. Informan hanya menyerap informasi sedikit saja dan informasi yang diingatnya yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga pengetahuan informan kurang. Tingkat pengetahuan informan tentang penyakit kanker payudara pada tingkat tahu. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendapat yang sama dinyatakan oleh Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Secara umum pengetahuan seluruh informan kurang. Pengetahuan informan tentang kanker payudara yang kurang bisa disebabkan karena pendidikan informan yang rendah, atau bisa juga karena informan hanya menyerap informasi yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga informasi lain tentang kanker payudara yang tidak berhubungan dengan dirinya dianggap tidak penting. Pemilihan informasi yang diterima membuat informan tidak mengingat seluruh informasi. Pengetahuan informan pada tingkat tahu tentang kanker payudara dan SADARI. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) yang menyatakan kadangkadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa salah satu kelambatan penderita yang membuat kelambatan pada pengelolaan kanker adalah karena penderita tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker. Hawari (2004) juga menyatakan
ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang
90 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. Dinas Kesehatan perlu bekerjasama dengan yayasan kanker untuk memberikan pengetahuan dengan penyuluhan tentang kanker payudara dan pengobatannya serta pentingnya melakukan SADARI untuk mendeteksi sejak dini kanker payudara pada wanita usia subur. Petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan juga perlu memberikan pengetahuan berupa penyuluhan tentang kanker payudara dan pengobatannya kepada keluarga informan yang wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga. 5.2.7 Sikap Dari hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker payudara ditemukan bahwa sebagian informan setuju dengan pendapat dokter mengenai penyakitnya seperti pernyataan informan berikut: “……Ya setuju apa yang dibilang dokter…” Informan yang lain juga menyatakan setuju dengan pendapat dokter seperti pernyataan informan berikut: “Ya percaya apa yang dibilang dokter itu…..” Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara yaitu dengan menyatakan kepercayaan kepada perkataan dokter mengenai penyakitnya. Sebagian informan menilai atau berpendapat bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama dengan gejala kanker payudara. Seorang informan membandingkan kondisi yang dialaminya dengan pendapat dokter. Awalnya informan tidak setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah kanker payudara karena informan tidak
91 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
merasakan sakit seperti gejala kanker payudara. Namun akhirnya informan setuju dengan pendapat dokter karena informan menganggap dokter lebih mengerti tentang penyakitnya bila dibandingkan dengan dirinya dalam pernyataannya seperti berikut: “Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang dokter, kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti.” Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa informan mengganggap dokter lebih tahu daripada dirinya yang tidak memiliki pengetahuan seperti dokter. Informan yang lain juga menyatakan tidak setuju dengan pendapat dokter seperti pernyataan informan berikut: “Ya katanya kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya gak pernah periksa katanya orang ini sakitnya uda lama tapi terasa ibu gak….. Katanya ada benjolan ini kan enggak….” Informan membandingkan kondisinya dengan gejala kanker payudara yang dikatakan oleh dokter. Informan tidak merasakan benjolan ataupun rasa sakit pada payudara padahal penyakit kanker payudara sudah lama diderita oleh informan. Informan mengakui bahwa informan tidak pernah memeriksa payudaranya sehingga informan tidak mengetahui dirinya sudah menderita penyakit kanker payudara sejak lama. Informan yang lain juga menyatakan tanggapannya seperti berikut: “Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe ke tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu…. Dari pernyataannya, informan tidak setuju penyakitnya adalah kanker payudara karena informan mengetahui bahwa penyakit kanker payudara hanya mengenai payudara saja tidak menjalar sampai tangan seperti yang dialami informan. Informan tidak mengetahui bahwa penyakitnya sudah pada stadium lanjut karena penyakit kanker payudara yang dideritanya sudah menjalar ke tangan.
92 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan yang lainnya juga menyatakan penilaiannya seperti berikut: “Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar…” Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan menilai penyakitnya hanya sebatas masuk angin biasa karena hanya berupa benjolan yang membesar. Informan tidak mengetahui bahwa benjolan pada payudara adalah salah satu gejala kanker payudara. Seluruh informan kurang mengetahui kanker payudara sehingga ada sebagian informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakit kanker payudara (tidak berespon terhadap penyakitnya). Dari sebagian informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter mengenai penyakitnya ditemukan bahwa penyakit yang dialami informan dianggap informan bukan penyakit yang parah sehingga informan santai menanggapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya. Sebagian informan tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakitnya namun, seluruh informan menyatakan setuju untuk mengobati penyakitnya dan setuju bahwa penyakitnya membahayakan sehingga harus diobati seperti pernyataan informan berikut: “……..Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak segera diatasi akan menyebabkan kematian..…” Informan menyatakan bahwa penyakitnya berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian pada penderitanya jika tidak segera mendapatkan pengobatan.
93 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan yang lainnya mengatakan penyakitnya perlu diobati supaya penyakitnya sembuh seperti pernyataannya berikut: “……….Ya setuju berobat karena ya supaya sembuh.” Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seluruh informan memiliki sikap yang cukup mengenai kanker payudara dan pengobatannya karena setelah diberitahu oleh dokter bahwa informan menderita kanker payudara informan langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan seperti pernyatan informan berikut : “…………Ya langsung berobat biar sembuh.” Sikap seluruh informan terhadap kanker payudara adalah tidak berespon atau kurang dan berdasarkan tingkatan sikap pada tingkat menerima. 5.2.8 Kepercayaan terhadap pengobatan Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
kepercayaan
informan
terhadap
pengobatan kanker payudara, ditemukan seluruh informan percaya bahwa penyakit kanker payudara dapat sembuh dengan pengobatan oleh dokter (pengobatan medis) seperti pernyataan informan berikut: “Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya.” Informan yang lainnya menyatakan bahwa dia akan sembuh dengan pengobatan medis seperti berikut: “Ya saya percaya, pengobatan dokter. Saya percaya bisa sembuh.” Kepercayaan terhadap pengobatan membuat seluruh informan ingin segera mengobati penyakitnya agar informan sembuh. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa kepercayaaan (faith) terhadap
94 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah satu unsur utama dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat. 5.2.9 Riwayat keluarga Hasil penelitian mengenai ada tidaknya riwayat keluarga menderita kanker payudara dalam keluarga informan ditemukan mayoritas informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara seperti pernyataan informan berikut: “Gak ada cuma saya.” Informan lainnya juga menyatakan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara seperti pernyataannya berikut: “Gak ada saya sendiri.” Dari pernyataan seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara terdapat 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama memang informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara. Kemungkinan kedua informan memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara dan informan tidak mengetahui bahwa penyakit keluarganya adalah kanker payudara. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan sosial informan tidak memiliki informasi mengenai penyakit kanker payudara. Seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena tidak memiliki pengalaman keluarga menderita penyakit kanker payudara. Hanya 1 orang informan yang memiliki riwayat keluarga seperti pernyataannya berikut: “Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong gak dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo kata orang Aceh barah memek dibilang.”
95 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara namun, informan tidak mengetahui tentang kanker payudara karena masyarakat di daerahnya tidak mengetahui bahwa penyakit yang diderita keluarga informan adalah kanker payudara dan baru diketahui empat tahun setelah saudara informan meninggal dunia. Masyarakat di kampung informan memakai istilah barah memek untuk mengatakan bahwa penyakit keluarga informan adalah kanker payudara. Informan memakai simbol barah memek karena informan melihat luka yang membusuk pada payudara orang yang menderita kanker payudara. Salah satu gejala kanker payudara pada stadium lanjut adalah adanya luka yang membusuk pada payudaranya. Setelah informan mengetahui penyakit kanker payudara informan memakai istilah payudara untuk mengatakan bahwa penyakitnya kanker payudara padahal payudara adalah nama lain dari nenen atau tetek. Walaupun informan memiliki riwayat keluarga kanker payudara, namun pengetahuan informan mengenai kanker payudara kurang karena keterbatasan informasi tentang kanker payudara pada lingkungan sosial sekitar informan. Sebagian besar informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena informan tidak memiliki pengalaman dengan penyakit kanker payudara. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa nilai dari suatu tindakan yang berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber dari pengalaman seseorang selaku kelompok sosial. Salah satu faktor resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga menderita kanker atau kanker payudara. Petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan perlu memberikan pengetahuan dengan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan
96 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
yang wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi sejak dini kanker payudara pada dirinya.
5. 3 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu. Faktor pemungkin juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan lain sebagainya merupakan faktor pemungkin dalam arti ini. Dalam penelitian ini faktor pemungkin terdiri dari fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan, tempat pengobatan lain, dan jarak tempat pengobatan. 5.3.1 Fasilitas Pengobatan Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya seluruh informan menyatakan bahwa fasilitas pengobatan tidak lengkap sehingga informan berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan seperti pernyataan informan berikut: “Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak lengkap.” Informan yang lainnya juga menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak memiliki peralatan yang lengkap sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan seperti pernyataan informan berikut: “Gak da kelengkapan di sana makanya dirujuk ke sini.”
97 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan yang lain menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak memiliki obat untuk kanker payudara sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan seperti pernyataan berikut: “Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat untuk kanker payudara. Dirujuk ke sini.” Fasilitas pengobatan yang tidak lengkap di rumah sakit daerah tempat tinggal informan membuat informan harus mengobati penyakitnya ke RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki fasilitas pengobatan yang lebih lengkap. Seluruh informan dirujuk ke rumah sakit umum di daerahnya setelah seluruh informan dinyatakan menderita penyakit kanker payudara di puskesmas,. Fasilitas pengobatan kanker payudara yang tidak lengkap di rumah sakit umum daerah membuat informan harus berobat di RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukardja (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang membuat kelambatan pengelolaan kanker adalah faktor rumah sakit yang kurang memiliki perlengkapan untuk pengobatan. 5.3.2 Tempat pengobatan lain Dari hasil penelitian mengenai tempat pengobatan lain ditemukan mayoritas informan yaitu sebanyak 5 orang informan mengobati penyakitnya hanya ke tempat pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut: “Gak pernah ke sana, gak percaya. “ Sebagian besar informan menyatakan bahwa informan tidak percaya pada pengobatan selain pengobatan medis (pengobatan non medis) seperti pernyataan berikut: “Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya.”
98 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan yang lain menyatakan bahwa dia tidak pernah terpikir untuk mengobati penyakitnya di alternatif karena informan mendapatkan pengetahuan untuk tidak mengobati penyakit ke tempat pengobatan non medis dari kegiatannya sebagai kader posyandu dan anggota PKK seperti berikut: “Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga dikitdikit.” Dari pernyataan sebagian informan ditemukan bahwa informan tidak pernah berobat ke tempat pengobatan non medis karena tidak percaya dan telah menjadi kebiasaan informan untuk mengobati penyakitnya ke dokter seperti berikut: ”Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter.” Sedangkan 2 orang informan menyatakan bahwa mereka mengobati penyakitnya ke alternatif sebelum ke pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut: “Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disini-sinikan hilang, digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara). Trus dibilang orang apa itu benjolan-benjolan bisa itu alternatif katanya gitu. Pigilah saya berobat ke alternatif berobat saya tiga bulan gitu. “ Informan menyatakan bahwa dia mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena terpengaruh oleh teman-temannya. Informan mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan alternatif dari teman-temannya. Informan yang lainnya juga menyatakan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif dalam pernyataannya berikut: “Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi. Ke alternatif waktu punya anak satu itulah karena gak ada biaya tadi.”
99 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Informan sebenarnya tidak mempercayai pengobatan non medis atau alternatif namun, informan tetap mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif karena informan tidak sanggup membayar biaya pengobatan medis. Hasil penelitian pada informan yang mengobati penyakitnya di tempat pengobatan alternatif sejalan dengan penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan Slamet-Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka datang ke petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat pengobatan lain tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena hanya 2 orang informan yang mengobati penyakitnya di alternatif. 5.3.3 Jarak tempat pengobatan Dari hasil penelitian mengenai jarak tempat pengobatan sebelumnya (sebelum berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan ditemukan bahwa sebagian besar rumah informan jauh dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas seperti pernyataan seorang informan berikut: “Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. ….” Jarak rumah informan yang lain dekat dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu dari puskemas seperti pernyataan seorang informan berikut: “Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang.” Dari tiga orang informan, jarak rumah informan yang paling dekat dengan puskemas adalah seorang informan dengan jarak dua rumah dari puskesmas seperti pernyataannya berikut: “Puskesmas jarak dua rumah dari rumah.”
100 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Pada penelitian ini didapatkan jarak tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas dari rumah informan tidak membuat informan menunda pengobatan karena seorang informan tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak puskesmas jauh dari rumah informan seperti pernyataannya berikut: “Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang pegi.” Penelitian juga dilakukan kepada informan yang menggunakan tempat pengobatan non medis (alternatif) untuk mengetahui perbandingan jarak tempat pengobatan medis dan non medis dari rumah informan. Dari hasil penelitian ditemukan jarak tempat pengobatan alternatif lebih jauh dari puskesmas/rumah sakit tempat informan berobat seperti pernyataan dua orang informan berikut: “Lebih jauhlah Sinse itu di kota Tebing Tinggi.” “Jauhlah dukun itu di Tebing.” Dari perbandingan jarak tempat pengobatan alternatif dan medis dari rumah informan didapat kesimpulan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif lebih jauh bila dibandingkan dengan puskesmas dan jarak yang lebih jauh tidak menghalangi informan untuk berobat. Jarak tempat pengobatan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena informan tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak tempat pengobatan jauh dari rumah informan.
5.4 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak, terdiri dari dukungan dan pengaruh keluarga, dukungan dan pengaruh teman, serta sikap petugas kesehatan.
101 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
5.4.1 Keluarga Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh keluarga terhadap pengobatan informan, ditemukan bahwa seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh keluarga untuk mengobati penyakitnya seperti pernyataan informan berikut: “Kata mereka berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi.” Seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh untuk berobat, namun seorang informan tidak sepenuhnya didukung untuk mengobati penyakitnya karena informan dilarang keluarga untuk mengangkat payudaranya seperti pernyataannya berikut: ”Mereka bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua…” Menurut keluarga informan, tindakan yang dianggap cocok untuk mengobati penyakit informan adalah pengobatan jenis lain bukan pengangkatan payudara. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masingmasing kelompok sosial memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk dijalankan. Informan tetap memutuskan untuk berobat karena suami informan yang paling mendukung dan mempengaruhi informan untuk berobat seperti pernyataannya berikut: ”............Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa.” Dari pernyataan informan, dapat dilihat bahwa suami informan yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan pengobatan yang akan dijalani oleh informan. Informan dan suaminya takut terhadap akibat penyakit kanker payudara yaitu kematian penderitanya.
102 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Sebagian besar informan yang memiliki suami menyatakan bahwa suamilah yang paling berpengaruh atas pengambilan keputusan informan seperti pernyataan informan berikut: “……Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.” Sebagian besar informan mendapatkan dukungan keluarga untuk mengobati penyakitnya di tempat pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut: “Mereka menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit.” Seorang informan tetap memutuskan untuk berobat ke alternatif seperti saran teman-teman informan karena status informan yang janda, informan sepenuhnya yang memutuskan untuk berobat seperti pernyataan berikut: “Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit. “ Informan lebih memilih untuk mengikuti saran teman-temannya. Hal ini mungkin terjadi karena status informan yang janda dan informan yang paling tua dalam keluarga sedangkan yang memberi saran adalah anak-anak informan yang dianggap lebih muda dan kurang berpengalaman. Informan lebih percaya pada teman-temannya yang dianggap lebih berpengalaman. Pada penelitian ini keluarga hanya sebagai pendukung dan pemberi saran, semua keputusan ada di tangan informan sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa sektor non medis yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga menemukan bahwa
103 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. Pada penelitian didapatkan keluarga mendukung informan untuk berobat ke pengobatan medis dan mendapatkan pengobatan secepatnya. Seluruh informan akhirnya memutuskan untuk berobat setelah mendapatkan pengaruh dan dukungan dari keluarga untuk mengobati penyakitnya. 5.4.2 Teman Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh teman-teman terhadap pengobatan informan ditemukan mayoritas informan yaitu 6 orang informan mendapatkan dukungan dan pengaruh dari teman-teman untuk mengobati penyakitnya seperti pernyataan informan berikut: “Kata mereka kalo memang apa langsunglah berobat, orang ini gratis dibawalah itu.” Hanya 1 orang informan yang tidak mengetahui reaksi/dukungan temantemannya karena
tidak sempat bertemu dengan teman-teman seperti pernyataanya
berikut: “Ya itulah waktu di rumah mereka ga tau saya di rumah sakit ya itulah. Saya ga tau ga pernah jumpa sampe sekarang.” Dari pernyataan infroman dapat dilihat bahwa ada atau tidaknya dukungan dari temanteman informan tidak mempengaruhi informan dalam mengambil keputusan. Informan lebih dipengaruhi keluarga dibandingkan teman-temannya.
104 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Dari 6 orang informan yang mendapatkan dukungan dari teman-teman, 4 orang informan disarankan dan didukung untuk mendapatkan pengobatan di medis seperti pernyataan informan ketujuh seperti berikut: “Mereka nyuruh saya ke rumah sakit.” Seorang informan dilarang untuk mendapatkan semua jenis pengobatan oleh teman-temannya. Teman-teman informan melarang informan menjalani operasi untuk mengangkat payudaranya karena sudah ada pengalaman tetangga informan yang meninggal setelah operasi. Namun, informan tetap memutuskan untuk operasi, seperti pernyataanya berikut: “Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan dioperasi. Karena sudah 3 orang meninggal di tempat kami. “ Seorang informan yang lain didukung dan disarankan oleh teman-temannya untuk berobat ke pengobatan alternatif seperti pernyataan informan kedua berikut: “Ya, Yalah orang kampung kami kan masih kolot-kolot pergilah berobat ke sana berobat ke sini. Yang dukun itu yang dukun ini. Kekmanalah kita mau sahat kan. Dukun sana pinter dukun sini pinter. Jadinya ke dukun.” Informan mengikuti saran dan dukungan dari teman-temannya. Informan dan temantemannya tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena informan yang menjadi penderita pertama di daerahnya. Teman-teman informan memberikan saran sesuai dengan pengalaman mereka sembuh dari penyakitnya dengan pengobatan alternatif. Seorang informan lain juga didukung dan disarankan ke pengobatan alternatif seperti pernyataan informan berikut: “Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya sudah sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternative dari dia.”
105 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Teman informan mendukung dan menyarankan informan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena memiliki pengalaman sembuh dengan pengobatan alternatif. Pengalaman teman informan mendorong dan mempengaruhi informan untuk mengobati penyakitnya di alternatif walaupun informan tahu bahwa penyakit temannya itu tidak separah penyakitnya. Dari kedua informan yang berobat ke tempat pengobatan alternatif dapat dilihat bahwa teman-teman mendukung informan untuk berobat walaupun tempat pengobatan yang disarankan bukan ke pengobatan medis sehingga membuat informan terlambat datang ke pengobatan medis yang seharusnya dijalani agar penyakitnya mendapatkan pengobatan secepatnya. Hasil penelitian pada ketiga informan sejalan dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk dijalankan. Teman-teman tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena seluruh informan dipengaruhi oleh teman-temannya untuk berobat walaupun sebagian informan tetap memutuskan sendiri tindakan yang akan diambilnya karena yang paling berpengaruh pada pengambilan keputusan adalah keluarganya sedangkan 2 orang informan mengambil keputusan atas pengaruh dari teman-temannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa sektor awam yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga
106 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
menemukan bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. 5.4.3 Petugas kesehatan Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh petugas kesehatan terhadap pengobatan informan sebelumnya, seluruh informan mempercayai petugas kesehatan seperti pernyataan informan pertama berikut: “Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh.” Seorang informan menyatakan kepercayaannya pada petugas kesehatan karena informan menganggap petugas memiliki obat untuk menyembuhkan penyakitnya seperti pernyataan berikut: “Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama dia.” Seluruh informan menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan kepada informan baik sehingga informan mempercayai petugas. Informan mempercayai petugas kesehatan dapat membantu kesembuhan penyakitnya. Dalam penelitian ini, petugas kesehatan mendukung informan untuk mengobati penyakit kanker payudara. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Kleinman yang menyatakan bahwa para profesional kesehatan yang terdiri dari organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam perawatan kesehatan.
107 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
5.5 Keterlambatan Pengobatan a. Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakit Hasil penelitian mengenai tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakit, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya seperti pernyataan informan berikut: “…….Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena AC…..” Sebagian informan yaitu 3 orang informan mendiamkan penyakitnya dan tindakan informan ini termasuk dalam tahap procrastination dari lima tahap yang ada. Menurut Suchman dalam Sarwono (1997) procrastination yaitu proses penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan. Dari ketiga informan hanya 1 orang informan yang merasakan rasa sakit pada payudaranya seperti pernyataannya berikut: “Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut tadi, jadi kita bawa diam.” Gejala-gejala kanker payudara sudah dialami informan namun, informan tidak segera mengobati penyakitnya karena pengetahuannya tentang kanker payudara tidak ada. Informan mendiamkan penyakitnya karena informan menganggap penyakitnya tidak parah dan tidak mengganggu kegiatan informan sehari-hari. Informan memiliki sikap yang tidak baik karena informan tidak mengobati penyakitnya yang disebabkan pengetahuan informan tentang kanker payudara tidak ada. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.
108 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Sebagian informan mengobati penyakitnya sesuai dengan caranya sendiri seperti seorang informan yang menyuci payudara dengan sabun dan menggosokkan minyak tanah ke payudaranya setelah menemukan gejala pada payudaranya dalam pernyataannya berikut: “Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi datangnya uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau di nenen.Kupikir getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak ilang juga. Pake sabun gak ilang-ilang.” Sedangkan 2 orang informan yang lain juga mengobati penyakitnya dengan caranya sendiri yaitu dengan menggosokkan balsam ke payudaranya dalam pernyataan seorang informan berikut: “Trus saya minta tolong ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras apa ya trus kata dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih makan obat ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi.” Informan menyuci payudaranya dengan sabun mandi dan menggosok payudaranya dengan minyak tanah karena informan berpikir payudaranya terkena getah sehingga dengan sabun dan minyak tanah getah itu akan hilang. Pengobatan dilakukan informan kemungkinan karena kebiasaan masyarakat membersihkan getah pada pakaian dengan sabun dan jika getah tidak hilang dibersihkan dengan minyak tanah. Tindakan informan menggosok payudaranya dengan balsam karena informan berpikir benjolan pada payudaranya karena masuk angin sehingga dengan menggosokkan balsam maka masuk anginnya bisa hilang. Tindakan informan menggosokkan balsam pada payudaranya kemungkinan didapatkan dari teman-teman informan dan kebiasaan informan. Tindakan ketiga informan untuk mengobati penyakitnya dengan caranya sendiri
disebut perilaku sakit pada tahap self medication. Menurut Suchman dalam
Sarwono (1997) self medication adalah mengobati sendiri dengan berbagai ramuan.
109 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Ketiga informan mengobati penyakitnya dengan balsam, sabun dan minyak tanah karena informan tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit kanker payudara. Ketiga informan tidak mengetahui bahwa gejala yang dialaminya adalah gejala kanker payudara. Sedangkan 2 orang informan yang lainnya mengobati penyakitnya dengan pengobatan alternatif seperti pernyataannya berikut: “Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif.” Tahap yang dilakukan dua orang informan yang mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif termasuk dalam tahap perilaku sakit yaitu tahap shoping. Menurut Suchman dalam Sarwono (1997) shoping yaitu proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapa yaitu dengan pergi mengobati penyakitnya dengan pengobatan medis. Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakitnya adalah kurang. Seluruh informan tidak segera mengobati penyakitnya yang disebabkan ketidaktahuan informan tentang penyakit kanker payudara sehingga sikapnya kurang (tidak berespon terhadap penyakitnya). b. Tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya Sebagian informan mendapatkan informasi tentang kanker payudara dari dokter yang mengobati penyakitnya ketika berobat seperti pernyataan informan berikut: “Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya ibu kena jantung masuklah rumah sakit berobat jantung sampe di rumah sakit difoto trus dibilang kanker payudara.”
110 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Seorang informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari penyuluhan kesehatan di televisi seperti pernyataannya berikut: “Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu pasti sakitnya dari tipi. Di tipi dibilang pemirsa di rumah kalo ada pemirsa di rumah kanker payudara jangan segan-segan pergi kedokter kalo cepat pergi ke dokter cepat sembuhnya.” Setelah mendapatkan informasi, informan langsung melihat keadaan penyakitnya dan mendapati bahwa dirinya terkena kanker payudara seperti pernyataannya berikut: “………Habisnya saya pegang di nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya kena payudara. Habis itu pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa langsung trus dibilang perawat kena payudara saya….” Informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena informan tidak setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit kanker payudara (tidak berespon). Informan berusaha mencari pengakuan dari orang lain bahwa penyakitnya bukan kanker payudara, namun semua orang yang ditemuinya tetap mengatakan bahwa penyakitnya adalah kanker payudara seperti pernyataannya berikut: “…….Kemana-mana saya pergi sampe ke 3 kecamatan ke teman-teman saya tanya sama dokter juga pura-pura gak tahu penyakit saya dibilang payudara. Saya gak setuju nenen saya keras lantaran gak punya anak……..” Pada informan ini, keterlambatan pengobatan terjadi karena informan tidak setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya kanker payudara. Hasil penelitian mengenai tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya adalah kanker payudara, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena tidak memiliki biaya seperti informan dalam pernyataannya berikut: “Tapi aku berobat itu nunggu keluar dulu surat Jamkesmas.”
111 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Seorang informan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena tidak memiliki biaya walaupun akhirnya mengobati penyakitnya ke pengobatan medis setelah surat Jamkesmas keluar seperti pernyataannya berikut: “……Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu disuruhlah ke sini karna disana orang tu gak mampu.” Seluruh informan telah diberikan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara oleh dokter dan telah setuju untuk mengobati penyakitnya tetapi tidak diwujudkan karena tidak memiliki biaya untuk mengobati penyakitnya. Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007) dalam model penggunaan pelayanan kesehatan seluruh informan tidak memiliki pendukung yaitu kemampuan untuk membayar biaya pengobatannya sehingga tidak menggunakan pelayanan kesehatan. Tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya adalah kurang karena informan tidak segera mengobati penyakitnya disebabkan tidak ada biaya untuk mengobati penyakitnya.
112 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
penelitian
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 6.1 Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) dan faktor pemungkin (enabling factor) sedangkan faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan. 2. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan kurang berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan tahu penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan. 3. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan,
113 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
4. Faktor
penguat
(reinforcing factor)
tidak
mempengaruhi
keterlambatan
pengobatan karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya. 6.2 Saran 1. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) dengan menggunakan media seperti leaflet, brosur dan pemutaran video cara melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) di televisi kepada seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan. 2. Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) kepada wanita berusia subur (cancer age), seperti penyuluhan dan peragaan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) di televisi, penyuluhan dengan leaflet, dan penyuluhan dengan brosur. 3. Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) kepada keluarga informan yang wanita dengan menggunakan media yang ada seperti pemutaran video cara melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) di televisi dan penyuluhan menggunakan brosur.
114 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, Dr. Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker.Jakarta : Penebar Swadaya. Foster/Anderson. 2005. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press. Glanz, Karen., K. Rimer, Barbara., dan Lewis, Frances Marcus. 2002. Health Behavior and Health Education Theory, Research, and Practise. San Fransisco : Jossey Bass A Wiley Imprint. Green, L., W. Kreuten, Marshall., G. Deeds, Sigrid., dan B. Partridge, Kay. 1980. Health Education Planning A Diagnostic Approach. California : Mayfield Publishing Company. Hawari, Prof. Dr. dr. H. Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi Jakarta : Balai Penerbit FKUI Jakarta. Karnadihardja, Warko. 1987. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Kusminarto, Dr. 2005. Deteksi Dini Kanker Payudara, Jawaban untuk Menghindar.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewart icle&artid=402&Itemid=3. 9 Juni 2008. Mardiana, Lina. 2004. Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya. Moleong, Levy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press. Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi cetakan pertama. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nurlela, Feby. 2005. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2000-2004. Medan : Skripsi FKM USU. Pane, Masdalina. 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara. Jakarta : Majalah Medika No. 8 tahun XXVIII. Profil RSUP Adam Malik Medan. 2006.
115 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Purba, Nesli.M. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2000-2002. Medan : skripsi FKM USU. Pusat Komunikasi Publik Setjen DepKes . 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim dan KankerPayudara.Jakarta http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3081 &Itemid=2 .diakses pada 9 Juni 2008. Sani, Asrul. 2003. Hubungan Antara Besar Tumor (T1-T3) dan Tipe Histopatologi Kanker Payudara dengan Adanya Metastase Pada Kelenjar Getah Bening Aksila. http://72.14.235.132/search?q=cache:otf__43nmEAJ:library.usu.ac.id/download /fk/bedah-asrul.pdf+Hubungan+Antara+Besar+Tumor+(T1T3)+dan+Tipe+Histopatologi+Kanker+Payudara+dengan+Adanya+Metastase+ Pada+Kelenjar+Getah+Bening+Aksila&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id Medan : jurnal FK USU. Sarwono, Solita.1997. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sitopu, Selli Dosrani. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 1998-2002. Medan : skripsi FKM USU. Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Soebroto, J.B., Ahmad Ghozali, Evi Yuliati R.. 2001. Rancang Bangun Alat Pembuat Model Peraga Periksa Payudara Sendiri (Sadari) untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektifitas Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat volume II no 3. Jakarta : www.asosiasi politeknik.or.id.12 Juni 2008. Soekimin. 2006. 65% Pasien Kanker Terlambat Berobat. Jakarta http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1141877979,22552, Diakses pada 20 Juni 2008.
:
Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik Medan. 2006. Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. Supit, Nina I.S. 2002. Deteksi Dini Keganasan Payudara dalam Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI. Sutjipto Sp.B.(K) Onk, Dr.. 2006. Berdamai dengan Kanker Payudara. Sehat Plus. Nomor 12 Volume 4. Jakarta : PT Citra Niskala Nusantara.
116 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI. Tambunan, dr. Gani W., Loekito, Joko S., dan Soekimin (1992). 1992. Strategi Deteksi Dini Kanker Payudara Stadium Awal. Jakarta : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiu mAwal.pdf/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiumAwal.html Cermin Dunia Kedokteran. Tambunan, dr. Gani. W. 1996. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC. Widiyanto, Puguh. 1999. Pengetahuan dan Sikap Wanita Dewasa tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi2puguh.doc+Pengetahuan+dan+Sikap+ Wanita+Dewasa+tentang+Pemeriksaan+Payudara+Sendiri+(SADARI)+dalam+ Upaya+Deteksi+Dini+Kanker+Payudara.&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. 13Juni 2008
117 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
PEDOMAN WAWANCARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMABATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008 Daftar Pertanyaan I. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Pendidikan
:
3. Status Perkawinan
:
4. Pekerjaan
:
5. Jaminan Kesehatan
:
6. Alamat
:
II. Pertanyaan Wawancara A. Faktor predisposisi (predisposing factor) 1. Apa ada rasa takut setelah anda tahu menderita kanker payudara sehingga anda terlambat mengobati penyakit anda? Probing : a. Apa yang anda pikirkan tentang diri anda ketika anda tahu anda terkena kanker payudara?Apa yang anda rasakan? b. Apakah anda langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan?Jika menunda pengobatan, mengapa anda menunda pengobatan, apa anda takut?Takut pada apa? 2. Pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI Probing : a. Bisa anda jelaskan apa ciri-ciri kanker payudara, bahaya dari kanker payudara, penyebab kanker payudara, cara mencegah kanker payudara dan siapa saja yang bisa terkena kanker payudara? b. Apa itu SADARI?
118 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
3. Sikap a. Bagaimana tanggapan anda atas penyakit yang anda derita? Apakah anda setuju jika sakit kanker payudara harus diobati? b. Mengapa anda setuju untuk berobat?Kapan anda memutuskan untuk berobat? 4. Apakah anda percaya anda akan sembuh dengan pengobatan anda? 5. Mengapa anda terlambat berobat padahal ada anggota keluarga yang menderita kanker payudara? Probing : a. Apakah ada anggota keluarga anda yang menderita kanker payudara sebelumnya?Apakah dia masih hidup?
B. Faktor Pemungkin (Enabling Factor) 1. Apakah menurut anda fasilitas yang anda dapatkan memadai dan lengkap untuk menolong kesembuhan?Mengapa? 2. Apakah sebelumnya anda berobat pada tempat pengobatn selain pengobatan medis sehingga anda terlambat berobat ke rumah sakit? Probing : a. Dimana anda berobat sebelumnya? 3. Apakah karena jarak rumah anda jauh anda terlambat berobat? Probing : a. Berapa jauh rumah anda dari tempat pengobatan? b. Berapa jauh jaraknya dari rumah anda?
C. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) 1. Mengapa akhirnya anda memutuskan untuk berobat?Siapa yang memutuskan? Apakah atas saran dari keluarga?Siapa yang paling berpengaruh? Probing : a. Apakah suami anda mendukung pengobatan anda? b. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan anda menderita kanker payudara?Apakah mereka menyarankan kepada anda untuk berobat? Mengapa?
119 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009
c. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan tentang gejala kanker payudara?menderita peyakit kanker payudara?Apakah mereka menyarankan kepada anda untuk berobat?Mengapa? 2. Apakah teman-teman juga yang membantu anda memutuskan untuk berobat? Probing : a. Apa tanggapan orang lain atas penyakit anda?Apakah mereka menyarankan kepada anda untuk berobat?Mengapa? 3. Bagaimana sikap petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya?Apakah anda percaya bahwa petugas kesehatan dapat membantu kesembuhan anda?Mengapa?
D. Keterlambatan Pengobatan 1. Apa yang anda lakukan ketika anda tahu anda terkena kanker payudara? Probing : a. Bisa tolong ceritakan bagaimana awalnya anda menemukannya sampai sekarang anda berobat?Apakah anda melakukan SADARI? b. Apa yang anda lakukan ketika anda menemukan gejala-gejala itu?Apakah anda langsung berobat? c. Kapan anda memutuskan untuk berobat?Mengapa? d. Jika tidak, mengapa?
120 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009