ISSN 1693-7945
Vol.VII No. 11 April 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012 Oleh: Riyanto Martomijoyo FKM Universitas Wiralodra Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.Penyakit ini ditularkan dari penderita kusta kepada orang lain secara langsung dengan kontak yang erat dan lama melalui saluran pernapasan dan kulit. Sebagian besar penderita kusta mempunyai latar belakang tingkat sosial ekonomi yang rendah, sehingga faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan menjadi faktor resiko untuk terjangkitnya penyakit ini. Untuk mengetahui faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana kabupaten Indramayu. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi retrospektif dengan menggunakan metode survey analitikdata primer dengan pendekatan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta yang tercatat di kecamatan Tukdana ( 18 penderita ), yang terbagi 2 penderita tercatat di Puskesmas Tudana dan 16 penderita tercatat di Puskesmas Kerticala.Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 36 responden yang terbagi menjadi 18 sampel kasus dan 18 sampel sebagai control.Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2012 dengan melakukan wawancara kepada responden dan instrument berupa kuesioner. Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square pada 4 (empat) variabel, yaitu : pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan. Didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian kusta ( ρ = 0,03 < 0,05), tidak ada hubunganyang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian penyakit kusta ( ρ = 0,070 > 0,05),tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian penyakti kusta ( ρ = 0,074 > 0,05) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kejadian penyakit kusta ( ρ = 0,070 > 0,05). Kesimpulan dala penelitian yaki terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana kabupaten Indramayu.
Petugas Puskesmas agar lebih meningkatkan dan lebih mengembangkan lagi kegiatankegiatan penyuluhan tentang penyakit kusta di masyarakat. Petugas penanggung jawab program pemberantasan penyakit kusta harus melakukan deteksi dini dan pengobatan penyakit kusta lebih intensif lagi, sehingga penyebaran penyakit kusta dapat dicegah.2) .Program pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan luar sekolah (PKBM) agar lebih diintensifkan lagi, sehingga indek rata-rata lama sekolah masyarakat bisa terus ditingkatkan. Kata Kunci: Penyakit Kusta, Penduduk Kecamatan Tukdana PENDAHULUAN Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan adalah melalui pembangunan kesehatan. Upaya pembangunan kesehatan antara lain dilakukan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, pemukiman dan perbaikan gizi masyarakat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah bersama masyarakat, namun penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. 65
Vol.VII No. 11 April 2014
ISSN 1693-7945
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang sangat komplek, sebagai akibat keterbatasan negara dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat Data world health organization (WHO) tahun 2010, menunjukkan bahwa penyakit kusta di Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita 17.012, dimana 1.822 atau 10,71% di antaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang tampak), dan sebanyak 1.904 kasus (11,2%) adalah anak-anak. Data profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2011 ditemukan sebanyak 1.449 kasus penyakit kusta dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1.749 kasus. Situasi penyakit kusta di kabupaten Indramayu berdasarkan profil dinas kesehatan kabupaten Indramayu tahun 2010, tercatat 289 kasus yang tersebar diwilayah kecamatan. Salah satu kecamatan yang memiliki jumlah kasus terbanyak adalah kecamatan Tukdana, yaitu tercatat ada 18 penderita kusta, dimana 2 kasus berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tukdana dan 16 kasus berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kerticala. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalahstudi retrospektif,dengan pendekatan case control. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di kecamatan Tukdana kabupaten Indramayu. Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita penyakit kusta yang berada di wilayah kecamatan Tukdana, yaitu sebanyak 18 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampel, sehingga ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang yang terbagi menjadi dua yaitu 18 orang penderita sebagai kelompok kasus, dan 18 orang bukan penderita kusta yang berada disekitar penderita ditentukan sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berupa kuisioner untuk mengetahui tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Data yang telah dikumpulkan dilakukan analisis secara univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square (X²) dengan menggunakan α = 0,05 dan 95% Confidence Interval (CI) dan besar resikonya dihitung dengan menggunakan Odds Ratio (OR). HASIL PENELITIAN 1. Analisis univariat a) Pendidikan respondens Tabel 1. Distribusi frekuensi kasus dan kontrol penderita kusta menurut katagori tingkat pendidikan di kecamatan Tukdana tahun 2012. Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi Total
Kasus
Kontrol
Total
17 (58,6%) 1 (14,3%) 18
12 (41,5%) 6 (85,7%) 18
29 (80,6 %) 7 (19,4 %) 36
Berdasarkan tabel 1 tingkat pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (< SD-SMP) dan tinggi (> SMA-SPT). Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan 66
Vol.VII No. 11 April 2014
ISSN 1693-7945
katagori tingkat pendidikan menunjukkan terdapat 29 responden memiliki tingkat pendidikan rendah, 17 responden (58,6 %) pada kelompok kasus dan sebanyak 12 responden (41,4%) pada kelompok kontrol, sedangkan yang memiliki katagori tingkat pendidikan tinggi terdapat 6 responden (85,7%) pada kelompok kontrol, dan 1 (14,3%) responden pada kelompok kasus. b) Pengetahuan responden Tabel 2. Distribusi frekuensi kasus dan kontrol penderita kusta menurut katagori tingkat pengetahuan di kecamatan Tukdana tahun 2012. Tingkat Pengetahuan Rendah Tinggi Total
Kasus
Kontrol
Total
18 (54,5%) 0 (0,0%) 18
15 (45,5%) 3 (100,0%) 18
33 (91,7 %) 3 (8,3 %) 36
Berdasarkan tabel 2 tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi, hasil penelitian di kecamatan Tukdana menunjukkan ; sebanyak 33 responden memiliki tingkat pengetahuan rendah yang terdiri pada kelompok kasus (penderita) sebanyak 18 (54,5 %) dan sebanyak 15 (45,5 %) responden pada kelompok kontrol, sedangkan pada tingkat pengetahuan tinggi terdapat pada 3 (100 %) responden yang ditemukan pada responden kelompok kontrol dan tidak ditemukan pada kelompok kasus c) Pekerjaan responden Tabel 3. Distribusi frekuensi kasus dan kontrol penderita kusta menurut katagori tingkat pekerjaan di kecamatan Tukdana tahun 2012. Tingkat Pekerjaan Rendah Tinggi Total
Kasus
Kontrol
Total
17 (56,7%) 1 (16,7%) 18
13 (43,3%) 5 (83,3%) 18
30 (83,3%) 6 (16,7%) 36 (100 %)
Variabel tingkat pekerjaan dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (pekerja buruh) dan tinggi (PNS, ABRI, swasta). Pada tabel 3, sebanyak 30 (83,3 %) responden memiliki tingkat pekerjaan dengan katagori rendah, yang terdiri dari 17 (56,7 %) responden pada kelompok kasus dan 13 (43,3 %) responden pada kelompok kontrol. Pada katagori tingkat pekerjaan tinggi, hanya ditemukan pada 6 (16,6 %) responden, terdapat pada kelompok kontrol 5 responden dan kelompok kasus 1 responden. d) Pendapatan responden
67
Vol.VII No. 11 April 2014
ISSN 1693-7945
Tabel 4. Distribusi frekuensi kasus dan kontrol penderita kusta menurut katagori tingkat pendapatan di kecamatan Tukdana tahun 2012.
Tingkat Pendapatan Rendah Tinggi Total
Kasus
Kontrol
Total
18 (54,5%) 0 (0 %) 18
15 (45,5%) 3 (100 %) 18
33 (91,7 %) 3 (8,3 %) 36 (100 %)
Pada tabel 4; tingkat pendapatan per bulan dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (< UMK/ Rp 900.000,-) dan tinggi (> UMK/ Rp 900.000 – Rp 1.500.000,-).Berdasarkan tabel 4, sebanyak 33 (91,7 %) responden memiliki tingkat pendapatan dengan katagori rendah, yang terdiri dari 18(54,5 %) responden pada kelompok kasus dan15 (45,5 %) responden pada kelompok kontrol.Pada katagori tingkat pendapatan tinggi, hanya ditemukan pada kelompok kontrol, yaitu 6 (100 %) responden, sedangkan untuk kelompok kasus tidak ditemukan responden dengan pendapatan pada tingkat tinggi. 2. Analisis bivariate Tabel 5. Tabulasi silang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana tahun 2012. Confidence interval 95% Batas bawah Batas atas
Variabel
OR
P value
Pendidikan - Tinggi - Rendah Pengetahuan - Tinggi - Rendah Pekerjaan - Tinggi - Rendah Pendapatan - Tinggi - Rendah
1 8,50
0,03
0,000
0,174
0,070
0,681
0,691
0,074
0,679
62,987
0,070
0,681
0,691
a. Analisi hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyaikt kusta Berdasarkan tabel 5, pada tabulasi silang antara variabel pendidikan dengan kejadian penyakit kusta, diperoleh nilai ρ (value) = 0,03 pada α = 0,05. Karena nilai ρ (value) < 0,05, berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kejadian kusta di kecamatan Tukdana. Dengan nilai OR =8,50 : CI 95%= 0,00-0,174,berarti bahwa pada responden dengan tingkat 68
ISSN 1693-7945
Vol.VII No. 11 April 2014
pendidikan rendah memiliki resiko 8,5 kali lebih besar terjadi penyakit kusta, bila dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. b. Analisis hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan kejadian kusta di kecamatan Tukdana tahun 2012 Pada tabel 5, untuk variabel tingkat pengetahuan, diperoleh nilai ρ (value) = 0,07 pada α = 0,05 karena nilai p (value) 0,07> 0,05, maka berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana. c. Analisis hasil tabulasi silang tingkat pekerjaan dengan kejadian kusta di kecamatan Tukdana tahun 2012 Berdasarkan tabel 5,diperoleh nilai ρ (value) = 0,07 pada α = 0,05 karena nilai ρ (value) 0,07> 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana. d. Analisis hasil tabulasi silang tingkat pendapatan dengan kejadian kusta di kecamatan Tukdana tahun 2012 Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai ρ (value) = 0,07 pada α = 0,05, karena nilai ρ (value) 0,07> 0,05, maka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian, diperoleh data sebanyak 29 (80,6 %) responden memiliki tingkat pendidikan rendah (< SD-SMP) dansetelah dilakukan uji statistic mnunjukkan adanya hubungan antara faktor pendidikan dengan kejadian penyakit kusta. Artinya dengan memiliki pendidikan yang rendah akan beresiko lebih tinggi terjangkit penyakit kusta. Dengan demikian pendidikan masyarakat merupakan suatu unsur/ faktor yang sangat berperan dalam penyebaran dan penularan penyakit kusta.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima dan memahami berbagai macam informasi yang diberikan kepadanya.Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatyang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam tingkatan pengetahuan yaitu : tahu, memahami, aplikasi, sintesis, analisis dan evaluasi.Pengetahuan tentang sesuatu hal memiliki peranan penting bagi seseorang dan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan secara formal saja, tetapi bisa juga didapatkan dari pendidikan non formal. Petugas kusta tingkat Puskesmas dapat memberikan pengetahuan dan bahaya-bahaya penyakit kusta kepada penderita kusta maupun terhadap masyarakat beresiko lainnya, sehingga penderita dapat berobat secara teratur sampai dinyatakan sembuh dan masyarakat yang beresiko dan umumnyadapat melakukan deteksi dini dan melakukan upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari penyakit kusta
69
ISSN 1693-7945
Vol.VII No. 11 April 2014
Pekerjaan seseorang akan menentukan status sosial ekonominya, karena dari bekerja, minimal kebutuhan pokok akan dapat terpenuhi. Hasil penelitian tingkat pekerjaan, menunjukkan responden terbanyak (83,3 %) memiliki pekerjaan dalam tingkat rendah.Setelah diuji statistik ternyata tingkat pekerjaan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit kusta. Hal yang berkait erat dengan pekerjaan adalah tingkat pendapatan, demikian halnya pada hasil penelitian terhadap tingkat pendapatan responden. Tingkat pendapatan respondensebagian besar (91,6 %) berada pada tingkat pendapatan yang rendah, dibawah upah minimum kabupaten (UMK). Namun demikian setelah dilakukan uji statistic ternyata tidakmenunjukkan hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian penyakit kusta di kecamatan Tukdana kabupaten Indramayu tahun 2012. Pendidikan masyarakat merupakan modal awal untuk bisa menerima berbagai macam pengetahuan dan informasi maupun sebagai bekal untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan mendapat pengahasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. SARAN 1) Petugas Puskesmas agar lebih meningkatkan dan lebih mengembangkan lagi kegiatankegiatan penyuluhan tentang penyakit kusta di masyarakat. Petugas penanggung jawab program pemberantasan penyakit kusta harus melakukan deteksi dini dan pengobatan penyakit kusta lebih intensif lagi, sehingga penyebaran penyakit kusta dapat dicegah. 2) Program pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan luar sekolah (PKBM) agar lebih diintensifkan lagi, sehingga indek rata-rata lama sekolah masyarakat bisa terus ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA Bagus Ida Mantra.1991. Pengantar Studi Demografi. Yogjakarta: Penerbit Nur Cahaya Depkes.R.I, 2002. Penyakit Kusta di Indonesia. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Profil Dinkes Kab.Indramayu Tahun 2010. Soekanto, Soerjono.1969.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Profil Puskesmas Kerticala Tahun 2010. Profil Puskesmas Tukdana Tahun 2011. Uci. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Pemanfaatan Kegiatan Posyandu di Desa Kedokan Agung Kecamatan Kedokanbunder, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra.
70