t2
Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutritiolr, Midwifery, Environment, Dentist
E,Sf*$*fY &UA
J-
>4
KA!-i
$f3ilHLi! {rrftl{}l}E lA\L:.Ant
&,,}U iE"it-*}
ISSN 1907-3046
.lUHNnkffivllRH
PRNNMED [Pharmacist, flnalgst, Nurse, Nutrition, Midruiferg, Enuironment, Dentist) vol,.4, NO. 1, JULI2009 TERBM DUA KALI SETAHTJN (PERIODE JANUARI DAN JI]LD Penanggung Jawab:
k. Ztraidah Nasution. M.Kes. Pemimpin Redaksi: Oslida Martony, S.K.M., M.Kes.
DAFTAR ISI Editorial Pengaruh Faktor Organisasi Puskesmas terhadap Kinerja Bidan Desa di Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu
Padang Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009 oleh Redaktur Pelaksana:
Holdani
Siregar
.........................1-7
Dna Indarsita, S.S.T., S.Pd., M.Kes. Fenyunting Editor: Dr& Safrida M.S.
Spp, S*K-lil-- MJtus. IL-I*iNasrinDAN
Dra- R-
krrnA Sirru+
Ihg-
Attiffi
6p1- Y36 Eerrrsr', M-Kes
Desain Garfis dan Fotografer: Mardan Ginting, S.K.M., S.Si., M.Kes. Hamdan Alamsyah, S.Kom. Jarot Suharto, S.Sos. Siska Buana
Sekretariat: Salbiah, S.Pd.
Hendrikus Lase Dra. Fatmasari, Apt. Dra. Ernawati Nasution, Apt. Mariaty Silalahi, SKM., M.Si.
Alamat Redaksi:
I. Let. Jend. Jamin Gnting KM 13.5
Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan Telp.: 061-8368633
Fax:061-8368644
Analisa Dermatitis Kontak pada Pekerja Pencuci Botol di PT X Medan Tahun 2008 oleh Suryani M. Florence Situmeang ........8-13
Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (6-Alad), Kadar
Ifumoglobin dan Basophilic Stippling pada Mencit yang DipryarPlumbnm oleh
Nelma
.....................14-20
hgplfu
Ud& Cair Tryioka dengan Sistem Kombinasi RftfilrerAm#Aemb {-@w ohh Riyanto Suprawihadi.. .21-32 Manajemen Sumber Daya Manusia Medan oleh Masnila
di Politeknik
Kesehatan
.................33-37
Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten Simalungun 2008 oleh Hendri Parluhutan
Lumbantobing, Evawany Aritonang, dan Marice
Simarmata....
.......38+5
Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal K4 di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 oleh Tumiar
Simanjuntak..............
........46-56
Faktor-Faktor Kejadian Penyakit Malaria Melalui Pendekatan Epidemologi di Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara 2008 oleh Th. Teddy Bambang S.........................5744 Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Desa Pulau Tagor
terhadap Pemanfaatan Puskesmas
di
Kecamatan Serba
Jadi, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 oleh Mardan Ginting dan Adil Makmur Tarigan .................. 65-70
Gambaran Tingkat Kecemasan terhadap Pelaksanaan Preoperatif Pasien Hernia di RSU Dr. Pirngadi Medan 2008 oleh Megawati
...............
........71-:14
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Indikator Kadarzi
dengan Tindakan Kelumga Mandiri Sadm Gizi (Kadarui) di Kabupatren Serdang Bedagai oleh Urbanus Sihotang, Efendi S. Nainggolaq dan Berlin Sitanggang.... ..............75-80
ffif;q,
ffifi,"
llntrngaf- tsru-a Fe
dengan Kadar Haemoglobin dan Putri di Tiga SMA Lubuk Xr@aren Deli Serdang oleh Zuraidah Nasution,
HFfld BEiF'Sftnr-tinaja
Peh
-]!
tr3 :n
qrnf$ryl*xJfiJ
mqFyati,
danMahdiah
.8l-87
|Iffifirftas
Malation, Lamdasihalotrin, Sipermetrin, dan terhadap Kematian Aedes aegypti (Diptera: sebagai vektor DBD oleh Nelson Tanjung, Terang
7'ta Siperrctrin
,ilnslrr*i! &hgee)
UIi J. Sembiring, dan Selamar
Riadi
............gg-96
Ifuhrngan antara Kernampuan Dosen dan Kegiatan pembelajaran dengan Prcstasi Belajr lMatrasiswa hrnrsm Kebidanan politeknik Kesehatan Mdan oleh ....................97-105
Djumiati
Pengaruh Pola Pemberian ASI dan PASI terhadap Timbulnya Karies Botol pada Anak Batita di Kelurahan Sei Putih Timur II Medan Tahun 20(}9 oleh Asnita Bungaria Simaremare, Rawati Siregar, dan Sondang Siregar ..106-110
DAYA EFEKTIVITAS MALATION, LAMDASIHALOTRIN, SIPERMETRIN, DAN ZETA SIPLRMETRIN TERHADAP KEMATIANAedes aegypti (Diptera: Culitidae) SEBAGAMKTOR DBD
pengerx
memrfi
DBD I
sebehm
selektif
melibd
'
2005).
Nelson Tanjung Terang Uli J. Sembiring, Selamat Riadi
Hfl
DBD y:
Jurusan Kesling Poltekkes Medan, Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Medan
penulaz mekanis memasu
tempd
Abstrak Salah satu upaya memrunkan angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah mernberantas vektor nyamuk Aedes aegtpli menggmakan insektisida Malathion, Lamdasihalofiin, Sipermetrin dan Zeta sipermetrin yang digunakan untuk memberantas nyamrk. Ae. qegpti detganfogging. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas insektisida Malathion, Lamdasihalotrin, Sipemretrin dan Zeta sipermetrin terhadap kematian nyamuk vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegtpti di
KotaMedan. Metode penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design) dan uji Anova (Analysis Of l/ariance), bila berbeda nyata dilanjutkan uji BNT @eda Nyata Terkecil) pada taraf nyata 5%o. Sampel penelitian Ae. aeg,pti hasil rearing dilaboratorium Insektarium Poltekkes Medan sebanyak 1000 ekor, 500 ekor kelompok uji dan 500 ekor kelompok kontrol berasal dari populasi yang sama. Hasil penelitian menuqjukkan inseklisida Malathion memberikan efek kematian nyamuk Ae. aegtpti sebesar 100% pada satu jam pasca perlakuan sedang Lamdasihalotrin, Sipermetrin, d:ur Zeta sipermetrin efek kematian nyamuk Ae. aegtpti sebesar 100% pada tiga jam pasca perlakuan.
Kata kunci: Efektivitas Insektisid4 Foggng,Ae. aeglpti
Latar Belakang
pada tahur 2003 kembali terjadi lonjakan (Adimidjaja
Demam berdarah ditemukan pertama di dunia pada tahun 1780 yang terjadi serentak di Afrika, Amerika Utara dan Asia. Di Asia Tenggara wabah pertama terjadi pada
200s).
10,1 7. Status
IR dan CFR
semakin menurun pada tahun-tahun berikuhya. Namun,
darl
Di
Indonesia pertama
ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968. Namun, konfirmasi virologis baru didapatkan pada tahun 197
Sejak pertama kali DBD ditemukan
pada tahun 1968, hingga saat
ini
di
lrdonesia
kasus masih
menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap tahun. Peningkatan kasus DBD, dan semakin luasnya wilayah penyebarannya disebabkan; a) samna transportasi pen&rduk, b) pembukaan daerah pemukiman
barq c) perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang
$
nyamuk tidak tepaq adanya empat sel tipe virus yang bersikulasi sepa4jmg tahun dan e) terdapatnya vektor sebagai penular penyakit Ae. aeg'pti (Kistina 200a). Nyamuk Ae. aegpti di Asia Tenggara, merupakan vektor demam berdarah, sedangkan spesies lain sepertile. albopictus diduga berperan juga sebagai vektor DBD di daerah pedesaan
KLB DBD
(WHO, 2003).
terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 35,19 per 100.000 penduduk dan nilai Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2o/o.Padatahxr
istimewa
terjadi
(Kimowr
Dq
insektisi lamdasr}
unhrk
f
DBD. IE
100 Eg pernah d
Medaru2
Insd
dffi
zeta
insektisid
Sumatera Utara daerah endemis DBD ada l0 Kab/KotA daerah sporadis 9 Kabupaten dan daerah
nyamuk,,4
beba.Vpotensial ada 4 Kabupaten. Kasus DBD tahun 2005 sebesar 3657 daryan angka kematian 66 (CFR l,80o@, tahun 2006 jumlah kasus 213 I kematian 34 (CFR 1,59oA.
Perumus Ting Medaru s
dan tahun 2007 -iumlah kasus 4195 kematian 36 (CFR
2, (Harttnah,2006).
wakhr I menimh
dalarn pe
1999 IR menurun tajam sebesar
di Filipin4
dieunak sekarmg
oleh Dina sipermetu
PENDAHULUAN
tahtm 1950
I
insektisi Ma
0,85o/A (DinKes Provsq 2007).
Kota Medan adalah salah satu daerah endemis DBD dan merupakan kasus DBD tertinggi di Sumatera Utara, dimana pada tahtm 2005 terdapat kasus DBD sebanyak 1960 dengan kemiatrwr24 (CFRI,ZT%), tahun 2006 kasus sebanyak 1378 kematian 21 (CFR l,52yo) dan pada tahun 2007 sebanyak 1677 dengan kematian 16 (CFR 0,95W (DinKes Medan,2007). Departernen kesehatan telah morgupayakan berbagi sfategi untuk mengatasi masalah DBD. Pada awalnya strategi yang digunakan yaitu memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan/fogging. Namun, stategi ini kemudian diperluas dengan menggtmakan larvasida seperti abate yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sutt dibersihkar; baik metode foSCtnS maup.m
2131 orm
tahun 20( dengan k
jumlahka l7 orang.
J
endernis
I
jurnlahktr dengue.
Pena
dengan
tr
menggmd dibutuhkm tersebut. Berda pemmsalah
metode larvasida, belum memperlihatkan hasil yary
lamdasihat
memuaskan (Kristina 2004). Sampai saat ini obat untuk pengobatan DBD maupm
mengendali
vaksin urtuk rrencegahnya belum ditemukan da
llmiah PANNMED
Vol.4 No. I Juli2009
pengendalian vektor merupakan satu-sahrrya cara untuk us rantai penularannya. Upaya penanggulangan telah dilalnrkan dengan foSStnC focus, fogling musim penularan, abatisasi massal dan abatisasi serta pemberantasan sarang nyamuk (pSlI) dengan
dengan membunuh vektomya, baik secara
maupun secara biologis, misalnya dengan :an ikan pemakan larva nyamuk ke dalam perindukanny4 dapat juga dengan menggunakan
Malathion merupakan salah satu insektisida yang rakan untuk memberantas vektor DBD rumpai Namun, penggmaan satu jenis insektisida dalam
lama atau dipakai secara terus menerus dapat ,ulkan kekebalan nyamuk sasaftrr. Oi daeiah Jogyakarta dan Jawa Tengah dilaportan telah
kekebalan nyamuk terhadap insektisida le95).
Departemen Kesehatan telah menggunakan tisida malathion sejak tahun 1972 dan (Icon 25 EC) digunakan sejak tahun l99l program pemberantasan nyamuk vektor penyakit Insektisida dangan bahan aktif sipermefin (Senrni EC) dan zeta sipermetrin (Mustang 25 EC) belum digunakan dalam program pemberantasan DBD Dinas Kesehatan Kota Medan, namun insektisida zeta in telah digunakan oleh perusahaan pest contool pernberantasan lala! kecoa dan nyamuk (DinKes 2007).
hektisida malathioq lamdasihalotrin, sipermetriq aea sipermetrin perlu diteliti agar diketahui jenis tbida yang paling efektif dalam pengendalian Ae ae gpti (Al*'tid, 2005). Masalah
Tngginya kasus DBD setiap tahunnya
di
Kota
seperti pada tahun 2006 kasus DBD sebanyak dengan kematian sebanyak'34 orang dan pada 1007 jumlah kasus DBD sebanyak 4195 orang kematian sebanyak 36 orang dan tahun 2008 kasus DBD sebanyak 1703 orang dengan kematian Dapat dikatakan Kota Medan merupakan daerah ts DBD, sebagai pusat kegiatan masyarakat yang adanya kecenderungan peningkatan daniumlah kernatian akibat demam berdarah
lag
DBD dilakukan sampai saat ini Ae. qeg/pti dengan beberapa jenis insektisida sangat
memberantas nyamuk
dalam rangka membatasi penyebaran penyakit
di atas, yang menjadi
bagaimana efektivitas insektisida malathion, sipermetrin, dan zeta sipermetrin dalam
nyamttkAe. aegtpti.
Adapun tujuan penelitian ini adatah untuk mengetahui efektivitas insekisida malathiorl lamdasihalotrin, sipermekin dan zeta sipermekin terhadap mortalitas nyamuk Ae. aeg,pti.
(HasanuddirL
Hadi (2004) menyatakan bahwa pengendalian vektor yag efisien dan efektif adalah memutuskan rantai
uraian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian Merngetahui tentang efektivitas beberapa jenis insektisida terhadap Ae.
Aegpti
agar dapatmenjadi bahan
informasi pengaplikasian selanjutnya, dfan sebagai bahan
masukan bagi para pengambil kebljakan di Dinas Kesehatan Kota Medan dalam program pemberantasan DBD.
TINJAUAN PUSTAKA Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan a) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, yang berlangsung terus menerus lelamq 2-:7 hai, b) manifestasi perdarahan termasuk uji Toumiquet (Rumple Leede) positifi c) trombositopeni (umlah trombosit 100.000/ml, d) hemokonsenfasi (peningkatan hemafokit > 20Yo, dan e) diserta dengan atau tanpa pembesaran hati (WHO, 2003).
<
Mekanisme Penularan DBD Penderita DBD bila digigit nyuu* Ae.aeg,,pti,maka virus yang ada di dalam darahnya akan ikut terisap masuk
kedalarn lambung nyamuk, kemudian
vins
akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk pada kelenjar liumya. Kira-kira satu minggu setelah mengisap darah penderit4 nyamuk lersebut siap unhrk menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue tetap berada pada tubuh nyamuk dan
(infeki| sepanjang hidupnya. ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit lenularan dan belum mengisap darah nyamuk mengeluaikan yerupakan penular
kelenjar liur melalui probosis, agar darah yang diisap tidak membeku. Kemudian bersama air liur ini virus dengue dipindahkan dmi nyamuk keorang lain.
Daur Hidup Nyamuk.4e aegryti
Ae. (tegpti mengalami metamorfosa sempuma. Stadium telur, larv4 dan pupa hidup aquatik sedang dewasa hidup secara teresterial. Umumnya telur menetas menjadi larva dalam waktu kira-kira 2 hari setelah telur terendam air. Nyamuk betina meletakkan telur di dinding wadah di atas permukaan air dalam keadaan *en"-pJ pada dinding perindukannya. Nyamuk betina setiap kali bertelur sebanyak 100 butir. Fase aquatik berlangsung selama 8-12 hari yaitu stadium larva berlangsung 6*3 hari, dan stadium kepompong (pupa) berlangsung 2*4 hari. Perhrmbuhan mulai dari telur sampai meqjadi nyamuk dewasa berlangsung selama 10-14 hari. Umur nyamuk betina dapatmencapai 2-3 bulan. Perilaku Nyamuk,4a aegpli Darah dibutuhkan nyamuk Ae. aegypti betina untuk keperluan hidupnyq sedang yang jantan mengisap cairan
Nelson Tanjung,
Daya Efektivitas
dkk
turnbuhan atau sari bunga. Nyamuk betina lebih menyukai
darah manusia
dari pada darah binatang (bersifat
anfopofilik). Darah dibutuhkan kmena di dalam darah
ada
protein yang diperlukan trntuk mematangkan telur yang dibuahi oleh sperma jantan dan selama hidupnya nyamuk hanya kawin sekali. Nyamuk Ae. aegtptibiasanya mencari mangsa pada siang hari, dengan aktivitas menggigit mulai pagi hingga petang dengan 2 puncak aktivitas yaitu antara pukul 8.00 * 10.00 pagi dan 16.00 - 18.00 sore. Nyamuk
ini mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk
memenuhi lambungrrya dengan darah. Nyamuk yang telah mengisap darah beristirahat di dalam atau di luar rumah yang agak gelap dan lembab yang berdekatan dengan tempat perkembang biakannya @epKes, 2005).
Mahtin--
lkr&
Jumal
Agen biologi lain seperti Bacillus tlnringid (BTI) Cngrlakan sebagai pembunuh larva nyrrn* L tidak mengganggu lingkungan. BTI mempufr keunggulan yaitu dapat menghancurkanlaava qrd tanpa menyerang predator. Juga formula Gil
mengm&l tergolurg
melalui I (Rozenn&
Adry
urad{
dosis ruc
Manajemen lingkungan adalah upaya pengeloh lingkungan, sehingga tidak kondusif sebagai ffi perkernbangbiakan nyamuk seperti 3M plus Fmenguras, menutup dan mengubur serta diikuti @-
pengendali pengendali berbagai n meninggafi mudah m mengatasi
cenderung secara cepat mengendap di dasar maka dianjurkan pemakaiannya berulang kali. Secara Manajemen Lingkungan
memelihara
ikan predator dan menabur tmra*h
penggmg
d*
1
di lr+
perhmhil sll
pemilikn-rn
lingkmg!
Sipermefti
Lingkungan fisik seperti tipe pemukimarL sarm prasarana penyediaan air, vegetasi dan musim qd
merupakm penggunam
disamping melakukan penghambatan dalam
vektor seperti menjaga kebersihan lingkungan rumah mengurangi tempat yang gelap dan lembab di
Pengendalian Veldor
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor resiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor serta mengurangi kontak vektor dengan manusia. Ada beberapa cara pengendalian
vektorDBDyaitu:
Z.ut
tempattinggal.
berpengaruh pada tersedianya habitat pertembangbifu dan pertumbuhan vektor DBD. Ae.aegtptibersifat s*agi nyamuk pemukiman yang mempunyai habitat utama fi kontainer buatan di daerah lingkungan pemukiman.
hsektisida
stadium dewasa maupun stadium
semngga sedangkan
lingkungan dan organisme yang bukan sasaran. Didalam pelaksanaannya penentuan jenis insektisida, dosis dan metode aplikasi merupakan syarat yang
mengendalikaq mencegah, menolak atau mengrilGi
penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor.
Aplikasi insektisida yang berulang
di
satuan
ekosistim menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Pemakaian beberapa variabel mempengaruhi
tingkat resistensi nyamuk terhadap suatu pestisida, variabel tersebut antara lain konsentrasi pestisida,
frekuensi penyemprotan, dan luas penyemprotan. Ketika suatu lokasi dilakukan penyemprotan pestisida, nyamuk yang peka mati, sebaliknya yang tidak peka tetap melangsungkan hidupnya. Paparan pestisida yang terus menerus menyebabkan nyamuk beradaptasi sehingga jumlah nyamuk yang kebal bertambah banyak. Apalagi, nyamuk yang kebal tersebut dapat
membawa sifat resistensinya keturunannya. Tak berhenti sampai disitu, nyamuk yang sudah kebal terhadap satu jenis pestisida tertentu akan terus mengembangkan diri agar bisa kebal terhadap jenis pestisida yang lain (Kasumbogo, 2005). Secara Biologi
Pengendalian vektor secara biologi dilakukan dengan menggunakan agent biologi seperti predator/ pemangsa, parasit dan bakteri. Jenis predator yang digunakan yaitu ikan pemakan larva seperti ikan guppy, cupang, tampalo, dan ikan gabus.
-9G
lehan
populer kan
Indonesia serangga
s
d
nyamuh lala
Kimiawi Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan inseltisida. Sasaran insektisida berupa Secara
pradewasa. Insektisida merupakan racun bersifat toksik, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak
untuk
a
Strukhr
burf cide berarti membunuh. Dengan ka
Insektisida berasal dari kata insect yang
lain pengertian insektisida secara luas adalah serm
senyawa
kimia digunakan unhlk,
membun{
serangga (S ig it" 200 6).
Insektisida terdiri dari bermacam golongan, r* yang berasal dari bahan alami maupun yang berasal dd
bahan sintetik. Golongan insektisida tersebut adall Organofosfat yang mengandtmg fosfat dalam susrn kimianya (Magallon4
I
980).
(racun peurl
bmga krisa biologi dm Siperrnetin
.
berinsektisi&
terdaftar de4
25
ULVmal Senmi r
berbentuk p mengendalika
ruangan Sen
Malathion termasuk golongan organofosfat y4 banyak digrmakan dalam progrcm pembermas
piretroid ya
Ciri k{ras malathion mempunyai kemarnpr melumpuhkan semngga dengan cepat, toksisihsnp terhadap mamalia relatif rendah, dan terhadap vertebn!
efektifmenge
serangga.
kurang stabil, korosif berbau, dan memiliki rantai katc yang pendek. Malathion membunuh serangga seca
kontak (contact poison) atau secara inhaler (v+ct disamping itu dapat juga secara kontak perut (storrd poison) (Matsumura, 1976). Dosis yang dipakai adalah5% yaitu campuran m malathion dan solar sebesar l: 19 dan malathion terrna* golonga organofosfat parasimpatomimetik, yang bcrd berikatan irreversibel dengan enzim kolinesterase il
sistem saraf seranrya. Akibaarya, otot tubuh seril36!
L (@ail
mengalami kejang, kemudian l*pun, penggunaannya secara pengasapan (Kasumbogo,2004).
Lamdasihalotrin
Lamdasihalotrin, merupakan racun kontak dan lu perut yang banyak dipergunakan untuk pemberm serangga. Insektisida golongan ini seperti icon 25 EClq
sipermetrin. A
aplikasi yangr berbahaya
kq
terhadap mm fogging/pengk
@amar,200O Cara Masukl Inselaisid
dengan c:ra kehiduparurya
dengan cara I
pemafasar. Ins
atau racun pa insektisidaked
Sebagai ra
Iangsung mea takhea ataukd komponen lain
lemak atar
I
mengakibaftm serangga. Baha
PANNMED
Vol.4 No.
bahan aktif 25 CA lamdasihalotrin dan racun dengan toksisitas rendah bila terpapar
kulit, tetapi sangat beracun bila
terhirup
teeT).
Adapun kelebihan insektisida Icon adalah a) pada rendah dapat mematikan berbagai serimgga pengganggu kesehatan masyarakat, b) memiliki daya pe,ngendalian .yang lama, menghemat biaya
c)
pengendalia4 d) mempunyai persistensi yang bagus pada -0 berbagai macam permukaan, e) tidak berbaq tidak meninggalkan bekas pada permukaan yang disempro! g)
mudah menggunakannya,
h)
sangat cocok untuk
nengatasi gangguan keco4 nyamuk dan lalat di rumah dan di lingkungan tempat tinggal dan i) diterima oleh pemilik rumah (Syngenta 2003).
Sipennetrin Zat alnrf yang mempunyai sprektrum luas dan merupakan racun kontak dan racun perut yang Fnggunaannya selain untuk pemberantasan serangga juga
urtuk lahan pertanian. Penggunaan sipermetrin sangat ler kmena efektivitasnya dan murah harganya. Di resia sipermefiin digunakan unhrk pengendalian atau hama pemukiman seperti pengendalian lalat dan kecoa (N4agallona, I 980).
Stnrktur kimia sipermetrin menyerupai pyrethrum pembasmi seftmgga alami yang terdapat pada krisan), dengan daya racun yang tinggi seiara i dan lebih stabil dibanding racun alami lainnla. retrin juga digunakan pada pencelupan kelambu ryktisida untuk mencegah malaria. Insektisida yang ftar dengan bahan aklif sipermetrin antara lain Cynoff
IILV maupun Seruni
100 EC (Flasdjimi,2OO5). Seruni adalah insektisida racun kontak dan residual pekatan yang dapat diemulsikan, untuk ndalikan nyamuk Ae.aegrpti di dalam dan di luar rn. Seruni merupakan Insektisida golongan sintetik
yang mengandung bahan aklif 100 grt
. Adapun kelebihan insektisida seruni adalah a) if mengendalikan nyarrnt:Jr. Ae.aeg,pr, b) hemat, dosis i yang rendah, c) beraroma lembut dan relatif tidak kepada operator, d) memilki toksisitas rendah mamali4 e) murah diaplikasikan dengan cold
dan thermal
fogging/pengasapan
,2005). LMasuk Insektisida ke dalam Tubuh Serangga Insektisida digrrnakan rurtuk mengerdalikan seftmgga
cara mengganggu proses penting
dalam
Serangga dapat terpajan oleh insektisida cara kontak langsung, termakan atau melalui . Insektisida sebagai racun kontak, racun perut racun pemafasan tergantung pada cara masuknya isida ke dalam tubuh seftmgga. Sebagai racun kontak, insektisida yang diaplikasikan
menembus integumen serrmgga (kutikula), atau kelenjm sensorik dan organ lain.
Minyak atau
lain dalam formulasi insektisida membasahi {^ lapisan lilin pada kutikula sehingga
bahan aktif mampu menembus tubuh
Bahan
aktif insektisida dapat larut pada
lapisan
lemak kutikula dan masuk kedalam tubuh
1
Juli 2009
serangga
meskipun nsektisida tidak diaplikasikan langsung seperti pada formulasi serbuk (dust), Wp (wettable powder)'dan SC (suspention concentrate).
Sebagai racun perut, insektisida masuk kedalam tubuh serangga melalui sistem pencemaan, sehingga bahan aktif insektisida iL-ut termakan oleh serangga tersebu! seperti umpan beracun untuk semut, lipas dan rayap. Sebagai racun pemafasan, insektisida masuk
tubuh serangga melalui sistem pemafasan
k"dalu-
(spiracle). Insektisida aktifkarena keberadaannya dalam benCIk gas yang tertutup pada saat diaplikasikan dengan
$
"da1u thermal fogging atauUlfa Low Volume(JLV).
Cara Kerja Insektisida dalam Tubuh Serangga Cara kerja dan pengaruh insektisida datam tubuh serangga dibagi dalam 5 (ima) kelompok, yaihr: l) mempengaruhi sistem saraf 2) menghambat produksi enqgi, 3) mempengaruhi sistem endokrin, 4) menghambat produksi kutikula, dan 5) menghambat keseimbangan air (Tarumingken g,1992). Penyemprotan Insektisida Penyemprotan metoda aplikasi insektisida dengan cara memecah insektisida cair menjadi droplet yang kecil (10 - 50 mikron) disemprotkan ke udara dan diharapkan droplet berada di udara dalam waktu yang cukup lama, sehingga kontak antara insektisida dengan serangga
meqiadi maksimal. Droplet kecil tersebut dihasilkan dengan melibatkan energi antara lain energi panas (thermal), seperti pada thermal fogge., energi mekanik seperti pada cold fogger atau Ulua Low Volume dan energi gas seperti pada aerosol dalam tabung (Sigit, 2006). Ada beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam
melal
cukup baik unhrk besaran droplet aplikasi < milimikon, sebab droplet akan mudah melayang
100 saat
penguapan @ent, 2000).
FlowRate Flow rate adalah volume larutan yang dikeluarkan persatuan waktq misalnya mVdetik. Semakin besar flow rate semakin besar pula diameter droplet dihasilkan, maka dilakukan penyetelan flow rate sebelum penyemprotan.
Konsentrasi Insektisida
Konsentrasi insektisida
yang
harus
mengacu pada label, karena bila dosis yang digrnakan tidak tepat akan menmbulkan kerugian, tidak hanya dari
segi biaya dan efikasi pengendalian tetapi
juga
berpenganrh terhadap keamanan manusia lingkrmgan (Magallona, I 980).
serta
tu sendiri
Arah dan Kecepatan Angin Dalam aplikasi arah angin harus diperhatikan karena kecepatan angin berpengaruh terhadap aplikasi di luar
,/
NelsonTaniung,dkk
ruangan. Aplikasi diluar ruangan insektisida space spray berkisat 1-4 m/detik atau sekitat 3,6-15 Kmtjam. Angin
diperlukan bangunarq
untuk
membawa &oplet ketempat/celah
jika angin terlalu kencang maka droplet akan
cepattttlang terbawa angin. Penyemprotan harus berjalan
mundur melawan arah angirq sehingga droplet tidak mengenai penyemprot/operator.
Suhu atau Temperatur Suhu udara yang akan mempengaruhi penyemprotan, dan penyemprotan di luar ruangan pada waktu tengah hari atau pada saat suhr.r/temperatur tinggi akan sia-sia karena droplet akan menyebar keatas, bukan kesarnping sehingga
penyemprotan tidak maksimal. Oleh sebab itu penyemprotan sebaiknya dilalukan pada pagi hari atau sore hari.
Cold fog (tJltra Low Volume = ULV)
sore hari sekitar pukul
16.00
18.00. Menurut
Departemen Kesehatan RI (1981) bahwa luaran (out put) insektisida (lit"r/jam) dengan aplikasi thermal fogging ditentukan oleh diameter nozzle seperti pada Tabel 1 di
bawahini: Tabel L
sebagai pe
digunakano Popula
kelompok p
rearing di la Medan.
AnalisisDd
fog adalah a) pengffi b) bisa menggunakan air
Kelebihan cold diperlukan rendah,
Data ye
c) efisien, karena volume yang rendah, d) droplet yang dihasilkan hampir tak sehingga tidak membahayakan arus lalu lintas, dr bahaya kebakaran kecil. Kekurangan cold fog adalah a) penyebarm r
secara stati$i
pengencer,
tidak terlihat, b) konsantrasi larutan Waktu Aplikasi Waktu aplikasi harus disesuaikan dengan puncak aktivitas serangg4 seperti nyamuk Ae. aegpti aktrf mencari mangsa pada pagi hari sekitar pukul 8 - 10, dan
mengembm
ihtrd
Penggunaan cold fog mnrp dengan pelarut yang digunakan air tidak menghasilkm banyali seperti thermal fogging. Droplet aplikasi ini tidak melibatkan panas, namlm energi mekanik. Berbagaijenis aplikasi tersediad mauprxl rumah tangga, baik yang sangat besr kenderaan mallpun portable/dijinjing.
rancalgan a 5%. Selanjrr
Terkecil) taz
beda nyata (R
Kemudi
semprotryra.
tinggi, sehingga perlu penanganan yang lebih hati-h*Lh c) diperlukan pengetahuanlkecakapan operator
RancanganA
(Yr*r
2007).
Kerangka Konsep Adapun alur kerangka konsep pemikiran
Tabel 2. Rax
ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan
Variabel Terikal
Variabel Bebas
rontroiGot-
Ukuran diameter nozzle dan insektisida Ukuran DiameterNozzle
0.8mm 0,9mm 1.0
mm
MalathlonlA-l)
Output
Lamdasihalotrin
(42)
Kelembaban
10
Suhu
ltr/iam
14lfi/iarn 17 laliaffr
l,l mm
20lilliwn
l,2mm
24ltrliarn
l,4mm
output
30 ltrdam
Penyemprotan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yziitu; Therrnal fog (pengasapan) dan cold fog (pengkabutan).
ThermalFog Insektisida yang digunakan pada therrnal foggtng berbentuk cair dengan patut solar atau minyak tanah. Formulasi larutan aplikasi insektisida disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh produk penghasil insektisida tersebut misalnya insektisida malathion 500 ml dengan 9,5 liter solar, icon 80 ml dengan l0 liter solar dan insektisida seruni 100 ml durgan l0 liter solm. Kelebihan aplikasi thermal fog antara lain a) dampak psikologi orang melihat sesuatu telah dilakukan, b) mudah melihat asap yang dihasilkarl sehingga jangkauan penyebarannya dapat diamati, dan c) konsentrasi larutan rendalr, sehingga relatif lebih aman dalam penanganan.
Sedangkan kekurangan aplikasi menggunakan thermal fog adalah a) berbau dan bercak minyak/licin, b) harganya mahal, c) dapat menimbulkan bahaya kebakaraq dan d) berbahayabagi pengguna jalanraya.
Sipermetrin (A3l
Kematian nyamuk kontrol
Hipotesis
Keterangan:
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada peftedr efektivitas insektisida malathion, lamdasihalotrin (Io{, sipermetrin (Seruni) terhadap kematian nyamuk v&
Xrj =
DBD Ae. aeglpti.
p = Pi = Erj =
MBTODE PENELITIAN
ini
menggunakan metode ekspin' dengan r:mcangan acak lengkap (Completely Radit
Penelitian
Desigrr) guna mengetahui efektivitas
insdci*
malathion, lamdasihalotrin (icon), dan sipermetrin (s€d terhadap kematian nyalrtl;Jr* Ae. aegpti. dilalrukan di laboratorium Politeknik Kesehatan
I,Ifi
dengan 5 (ima) (Abnadr2002).
kali ulangan setiap jenis insdcint
Subyek penelitian semua kelompok nyamuk ,4e. aerypti yiltg di kolonisasi nyamuk Ae.aegtpti yang dijadikan sebagai
padau
Rer&
Penga Pengm
yangdi
Variabel rlan D Adanya v: junriah nyamut
vmiabel
bfu
malathion, lanrd pada nyamuk de kontrol yaitukel
Cara Kerja alatda
Persiapan
berumur 4-5hau.1. Penelitian ini dilalorkan di Laboratorium Politeknik Kesehatan jurusan Analis Kesehatm d William lskandar Medan pada bulan Maret 2@. alasan pengambilan lokasi penelitian ini kffim
tersebut dapat digunakan
Flasil
pemh
j
1. 2.
Malathion 5 liter.
Icon s$my
Seruni seh liter.
sebagai
4.
Nyamukle.r
lrndlHtprure Vol.4 No. 1 Juli2@9 mengenrbangbiakkan nyamuk Ae. aegrpti yang dijadikan
sebagai perlakuan
dan lokasi
t*r"il
digunakan oleh para peneliti sebagai tempat
ini
Populasi dalam penelitian
Pelaksanaal penelitian
t.
i-rrgu Uiuru
p**titi*.
adalah
semua
kelompok perlakuan yaitu nyamuk Ae. aegtpti yang di reming di laboratorium insektarium politeknil Kesehatan
ryl*g* 57o. Sela4iutnya Terkecil) taraf
sebanyak 5 kali ulangan.
dilaqiutkan dengan uji BNT lBaL Nyata apabila pada uji Anova menunjukkan 1
Dilakukan fogging dengan insektisida malathion
4. f*irgCo kernudian dilakukan fogging dengan insektisida icon sebanyak 5 kali ulangai.- " 5. leminggu kemudian dilakukan "fogg*S dengan " insektisida seruni sebanyak 5 kali "hg;. 6. Setiap perlakuan dengan insektisida i-ralathion, icon
5%o,
(Robe(
O*
Kurungan nyamuk digantung di lokasi peneltian pada ketinggian 150 cm aari tuntai.
3.
Analisis D:ata Data yang diperoleh dari hasil penelitian, dianalisis secara statistik dengan Analisis Of Varian (Anova) dalam acak lengkap (RAL) dengan taraf signifikan
"-
panjang 30 cm.
2.
Medan
beda nyata
Nyarnt*. Ae. berumur 4 _ 5 hari sebanyak 25 -aeg,pfi ekor dimasukkan ke ytiap kurungan nyu.rk y*g berbentuk selinder dengan diarn-eter iO
dan seruni diamati terhadap kematian nyarrutk Ae.
995).
qegpti.
Kemudian dihitung berdasarkan rumus model additif Rancangan Acak Lengkap yaitu:
7. 8.
Xij =p+Pi+Eij
P'ngaTpanfogging dilakukan dengan
peralatan
fog SN 50, oleh tenaga fogeing iang terlatih. Nyamuk yang berada padakurungaiiaii'v*rs muti
lyhg
maupun yang hidup diambil dan dipindahkan ke
paper cup, kemudian diamati di laboratorium. 9.
Tabel 2. Rancangan acak lengkap
ULANGAN
Perlakuan
Kontrol (A0)
A01 A02 a63
Malathion(Al)
allffi
Sebelurn dilakr:kan setiap perlakuan, suhu diukur
dengan thernometer dan kelimbaban diukur dengan psycometer.
10. Kriteria efektivitas insektisida malathiorl icoq dan senrri ditentukan berdasartan persentase kematian y*Trk Ae. aegtpti setelah 24 jwn pelaksanaan
Ix
a6a-ls5 A0-m
fogging.
Apabila kematian nyamuk kontrol 5
Lamdasihalotrin A2
dilakukankoreksi
(Ac)
_
20yo, maka
persentase dengan menggunakan
rumusAbbot.
Rumus:Ar= Keterangan:
Xrj
= Hasil pengamatan
akibat adanya
pemberian perlakuan yang ke pada ulanganke J,.
.i,
Variabel dan Defenisi Operasional Adanya variabel terikat (dependent variable) yaitu jumlah nyamuk nyamuk Ae. aegtpti yang mati, dan variabel bebas (independent variable) .lenis inset
Cara Kerja Persiapan alat dan bahanpenelitian antara lain;
4.
: : A B :
yang diletakkan
yang diletakkan pada ulangan ke J,.
2. 3.
xfi*yo
Keterangan;
A1
penganrh
lL = Rerata populasi (nilainya fiks) Pi = Pengaruhperlakuanke.i, Eij = Pengaruh sisa akibat pemberian perlakuan ke .i,
l.
A=B 100_B
Malathion 50 ml diencerkan dengan solar menjadi I
liter.
Icon sebanyak 8 ml diencerkan dengan solar I liter.
Seruni sebalryak 10 ml diencerkan dengan solar I liter. Nyarnttk Ae.aegptibetina berumur afiara 4 _ 5 hatt.
Persenkernatiansetelahkoreksi Persen kematian nyamuk
uji
Persenkematiannyamuk kontrol
11. Jika persen kematian nyamuk kontrol > 20o/o, m*,a pSgujian dianggap gagal dan harus diulang kembali. . 12. Nyamuk kontrol dalam kurungan sebany;k 25 ekor
^
ditempatkan jauh dari lokasi yang tidak mrmgkin
terpapar insektisida.
HASILPENELITIAN Lokasi Penelitian
Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera merupakan pusat pemerintaharl pendidika& kebudayaan dan perdagangan. Terletak ai pantai fimur
yt3*.
l*-1lto, dengan batas-batas wilayah sebagai berkut, Sebelah Utara berbatasan dengan- Selat trialak4 dan 99!elah Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah kota Medan adzlah265,1g Km2 terdiri darl 2l kecamatan dan l5l kelurahan. Jumlah panduduk
-
kota Medan tahrm 2006 berdasarkan dad Kantor Statistik Kota Medan adalah 2.067288 jiwadenganjumlah Kepala
Keluarga 40.218
KK
dan kepadatan- penduduk 7.79g
-93-
Nelson Tanjung,
DayaEftktivielrB,
dkk
Km'.
Penelitian dilakukan pada Politelmik Kesehatan Medan jurusan Analis Kesehatan merupakan yang berada Medan. di In. Pancing Medan lstate
Pengaruh Insektisida terhadap NyamukAedes aegtpti Hasil purelitian yang telah dilalekan padatluqgalT
s.d. 9 Maret 2009 tentang efektivitas insektisida Malathior! Lamdasihalotrin, Sipermefin dan Zda Sipermetrinterhadap nyamuk Ae. aeg'pti dengan 5 (lima) kali ulangan dan menggunakan 25 ekor nyamuk pada setiap perlakuan.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
stq*, kahNp ekor nyamulg pada perlakuan Siperrnehin (A) tmlefi kematian sebanyak ll2 (89,604 dengm rerata k* 22,4 ekor nyamuk, pada perlakuan Lamdasihhnr fi total angka kematian sebanyak 123 (98,4yo) dengmrr! kematian 24,6 ekor nyarrrul! pada perlakua ffi Sipermetrin (C) total angka kematian sebm5r* ltrl (98,4%) dmgan rerata kematian 24,6 ekor qdh sedangkan pada perlakuan Malathion (D) total ildh (0)
total angka kem*im (0,87o) pada ulangan ke tiga, dengan rera
polakuan Konfiol
kematian sebanyak 125 (l00%o) dengan rerata
HasilPengamatan Waktu
I Jam
Tabel3. Jumlah Nyamuk Ae. aegtpti yang mati pada empat perlakuan dengan lima kali ulangan pada waktu I jam (60 menit) Jumlah Nyamuk Ae.
Perlakuan Insektisida
aegpti
Total
12345AnekaYo I 0.8 0.2 01000 Sipermetrin(A) l0 12 19 19 18 78 62,4 15,6 Lamdasihalotrin(B) 18 14 16 19 21 88 '10,4 17,6 Zetasioermetrin(C) 21 20 23 22 20 106 84.8 21.2 25 25 25 25 25 t25 100 25 Malathion(D)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada perlakuan Kontol (0) total angka kematian sebanyak I (0,8%r) dengan rerata kematian 0,2 ekor nyamuk, pada
terhadap Sipermetrin
kematian sebanyak 78
yang bermaln4 dalam hal kematian nyamuk ,l* aeg,pti pasca perlakuan waktu 2 jam yang berilli L.
(A) total
angka (62,4yo) dengan rerata kernatian
laqjut dengan uji BNT @eda Nyata Terkecil). AdlF hasil uji BNT pengmuh perlakuan insektisida tstrh' kematiar nyamuk Ae. aegtpti yang memiliki beda reEf yang berbeda pada masing-masing perlakuan.
Hasit Uji Coba Waktu 3 Jam Berdasarkan hasil penelitian selama wakfir 3 pengamatan terhadap kernatian nyamuk Ae. aegpti dqil. dilihat pada tabel berikut ini:
lrr
Tabel5. Jumlah Nyamuk Ae. aegpti yang mati empat perlakuan dengan lima kali ulangan waktu
15,6 ekor nyamutr! sedang pada
perlakuan Lamdasihalotin @) total angka kematian sebanyak 88 Q0,4yA dengan rerata kematian 77,6 ekor nyamuk, uji
terhadap perlakuan Zeta Sipermetrin (C) total angka kematian sebanyak 106 (U,8%) dengan rerata kematian 21,2 ekor nyamuk, sedangkan pada perlakuan Malathion (D) total angka kematian sebanyak 125 (l$U/') dengan
Perlakuan Insektisida
3
Jumlah Nyamuk Ae.
Ulangan
(A)
25 25 25 25 Lamdasihalokin 25 25 25 25 Sipermetrin
dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jumlah Nyamuk Ae. aeg,pti yang mati pada empat perlakuan dengan lima kali ulangan pada waktu 2 jam (120 menit) Jumlah Nyamuk
L
A e. ae
gpti
Total
langan
l2345Angkao/o
y ang
mati
Rerala kernatian
0 0 I 0 0 I 0,8 0,2 22 t9 24 23 24 il2 89,6 22,4 Sipermetrin (A) Lamdasihal0trin(B) 24 25 24 25 25 123 98,4 24,6 Zdasipermettn(C) 24 24 25 25 25 123 98,4 24,6 Malathion(D) 25 25 25 25 25 125 100 25 Konfol(O)
R€rt kemah
0 0 0 00
Zetasipermetrin 25 25 25 25 Hasil Pengamatan Waktu 2 Jam Berdasarkan hasil penelitian selama waktu 2 jam pengamatan terhadap kematian nyamuk Ae. aeg,tpti dapat
aegpti yangnai
Total
25 25 25 25
25 125 100 25 125 100
25 125
100
Berdasarkan hasil perlakuan 3 jam dapat
PEMBAIIT
E B dft€tff
u& IID
Flfi (100%) dengan rerata kematian 25 ekor nyamulq p* perlakuan Zeta Sipermetin (C) angka kematian s$an &' D5 Q\A%) dengan rerata kematian 25 ekor nyamuk, pl perlakuan Malathion (D) angka kematian sebanyak III: angka kematian
(10070) dengan rerata kematian 25 ekor nyamuk.
Suhu Ruangan Penelitian Pada saat penelitian dilakukan temperatu ruangan diukur dengan menggunakan
h
Pengaruh
Keberh pembsraEasa
pada insdaisi lamdasihalmi
digunakrr rn Sangatlah pel pelaksanam
nyamuk dd padalwnanya
digunakm-
S{
diperhafikm,s Sartono,
t
fumigan khus seperti konge
perubahan dq dapat juga m
saluran pernd benda-benda '
fi.rmigan yang Selain itu keld pada sistim pe
bersifat komuh
Selain ke manusia, kelebi
lindsn
komulatif lsbih memptrnyai pea menguap. Bila ozon (O3) sehin4
I4
Berdasa*a
(100%) dengan rerata kematian 25 ekor nyamulq
@)
di*
hasil pengukr
di bumi dari rddi
b
pada perlakuan Kontrol (0) tidak ada nyamuk mati, perlakuan Sipennetrin (A) angka kematian sebanyak
perlakuan Lamdasihalotin
Pada sa
ruangar
ozorl kmena
0
25 125 100
llmi*rI
Kelembabr
pada
W
Konho(0)
d ptr
jam (180 meniQ
rerata kematian 25 ekor nyamuk.
Perlakuan Insektisida
Ha
perbedaan diantara perlakuan yang diuji perlu diuji Rerata kematian
Kontrol (0)
uji
Berdasarkan uji statistik Anova temyata F hihlB> dari F tabel 50 Ql9,5l > 2,87),berarti terdapat perberh
diterima darl Ho ditolak. Berdasmkan Koeffu Keseragaman maka di dapat 8,21o/o. Unhrk mery
vangmati
Ulangan
perlakuan
kemaitfi
ekornyamuk.
Jurnal
dan
2 kali rd
pengulangan ya manual dmsi*i
CH3Br
@
dG
dilalskan 3 h ditenhrkan denga
yangtepdt Hasil pend Ct{:Br pada dci dosis
manual, rerata ba
dad jumlah ri
menggunakm sis efektivitas CH3B hasilnya dengm s
pernberantasmtI
r.da
denganhasilpengukuran33,4oCsampaidengan34,4t
Semakin bo digunakan @a I
r
kematian trlus toksik pada bab ruangan kapal hal
-94-
::
llmiah PANNMED
Vol.4 No.
Kelembaban Ruangan Penelitian Pada saat penelitian dilakukan kelernbaban udaxa di mmgan diukur dengan menggrmakan hygrometer dengan pengukumn 70,6% sampai dengan 732%.
1
Juli 2009
Pada sistim penguaparL kurang berpengaruh pada tambahan dosis fimigan CII3BT yaihr dosis 4 gran\/n,-s, hal ini disebabkan fumigan CI{:Br dari tabung tidak langsung disemprotkan ke ruangan kapal tetapi dilalarkan
pencampual dan proses penguapan terlebih dahulu
PEMBAHASAN Pengaruh Insekisida terhadap Nyamak Aedes aegpti
Keberhasilan pelaksanaan fogging
dengan air yang ada pada bo iler evaporation. Tidak efektiftya fumigasi dengan sistim penguapan pada dosis rendah karena toksisitas CII3BT sudah
untuk
berkurang terhadap daya bunuh tikus akibat dilalnrkan
pemberantasan nyamuk Aedes aeg,pti sangat tergantmg
pencirnpuran dan penguapan sebelum dilakukan fumigasi sehingga sifat gas CH:Br yang lebih berat dari udara dan mempunyai kapasitas penetrasi yang cukup besar ketika pelepasan gas pada saat dilakukan fumigasi kapal tidak
pada insektisida yang digunakan. Insektisida malathiorq lamdasihalotri& sipermetrin dan zata sipermetrin telah digrnrakan nntuk mengendalikan vektor Aedes aeg,pti. Sangatlah penting unhrk tidak mengurangi dosis selama pelaksanaan penyemprotan, juga waktu. Kematian nyamuk akibat pelaksanaan fogging dapat dilihat
padalamanya
waktu pemaparan, dan dosis
Sehingga dalam purelitian $_gry** diperhatikan,
yang
tersebut sangat
salah satunya adalah dosis yang sesuai.
Sartono, (2002) menyatakan bahwa kelebihan dosis
fumigan khususnya CI{:Br, akan merusak sel tubuh seperti kongesti hati, ginjal, otak dan paru dengan perubahan degena'atif dalam sel. Selain efek tersebut dapat juga mengakibatkan menembus kulit, mata dan saluran pemafasan. Jika kulit bersinggrrngan dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan kelebihan fumigan yang ada dapat menyebabkan dermatitis akut.
tampak dan gas tidak langsung menekan kesasaran @epkes,1990).
Bila dilihat dari
penetuasi CF{3Br dengan
menggrurakan sistim penguapan, sistim ini sangat cocok digunakan pada fumigasi lokal yaitu pada geftrng atau pabrik kmena fumigan yang tersebut merupakan senyawa campwan yang menguap secara lambat dan tidak terdiflrsi
cepat dari ruang yang digas keruang bangunan utama @epkes, 1990). Dengan menggunakan sistim manual pada dosis 4 grunlm3 selama waku 6 jam, rerata tikus yang mati adalah 100Yo dari jumlah tikus yang ada Hal ini disebabkan adarrya penambahan dosis dan waktq sehingga fumigan lebih cepat bereaksi dan mempunyai
Selain ihr kelebihan dosis fumigan juga dapat berdampak pada sistim peredaran darah dalam tubuh, karena CH3Br
penetrasi yang cukup besm unhrk membmuh tikus dengan
bersifat komulatif
langsmg bereaksi terhadap gangguan paru-parq sistim
Selain kelebihan fumigan efek negatif terhadap
sasaran yang
lebih oopal pada kematian tikus kmena
peredaran darah dan pemapasan pada tikus.
manusi4 kelebihan flrnigan juga dapat membawa dampak pada lingkungan, karena CH3Br adalah gas yang komulatif lebih berat dari udara dengan titik didih 3,6 oC, mempunyai penetrasi yang cukup besar dan sangat mudah menguap. Bila di lepas ke udara akan bereaksi dengan
Efektivitas CH3Br dengan menggunakan sistim manual pada dosis 4 gram/m3 selama waku 6 jam adalah dosis yang sesuai untuk pemberantasan tikus kapal karena dosis yang tepat dapat terhindar dari bahaya keracunan
ozon (O3) sehingga dapat mengakibatkan penipisan lapisan karena lapisan ozon berfi.rngsi melindungi kehidupan 919n, di bumi dari radiasi sinar ultra violet (Soemirat, 2000).
baranglperalatan di kapal seperti terjadinya korosif pada kontainer, nrangan yang terkontaminasi, menimbulkan kerusakan pada barang-bmang komoditi. Untuk lebih aman bagi fi.rmigator dan lingkungan, penelitian ini sampai dengan jam ke 8. hal ini dikarenakan pada jam ke 6 gas CH3Br masih tinggi yaitu 15 ppm, yang mana pada nilai 15 ppm belum aman bagi fumigator dan lingkungan. Sehingga penelitian ini ditunggu sampai jam ke 8 dengan nilai gas CFI3BT berkisar di bawah l0 ppm, sesuai dengan anjuran Depkes R.I Nomor: 116 tahm 1990 untuk titik aman pembebasan gas. Tinggi rendahnya jumlah gas CFI3BT pada ruangan kapal dapat dideteksi menggunakan alat gas dektektor. Bila gas diruangan kapal masih ada danjumlah yang tinggi, dapat dilihat angka pada gas detektor dan alaf tersebut mengeluarkan bunyi sinyal sebagai tanda masih adarrya gas di ruangan kapal tersebut. Untuk lebih cepat gas bebas dalam ruangarl diperlukan blower isap dari
I
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dart
2 kali uji coba, masing-masing dengan 3
kali
pengulangan yang dilakukan dengan menggunakan sistim manual dan sistim pengxlpan, fumigan yang dipakai yaihr,
CII:Br pada dosis 2 gram/m3-4 gram/m3, setiap uji coba dilakukan 3 kali pengulangan setiap dosis yang telah ditentukan dengan masa waktu 8 jam, sehingga diperoleh dosis yang tepat terhadap kernatian tikus di kapal.
Hasil penelitian yang dilalarkan bahwa efektivitas CIdBr pada dosis 2 granthr.f dengan menggunakan sistim manual, rerata hanya I 0,3 ekor tikus yang mati atau
5 l,Syo dengan menggnnakan sistim penguapan dapat dilihat juga bahwa
dari jumlah tikus yang ada. Sedangkan
efektivitas CI{3Br pada dosis
2
gr;arrr,/n^3
temyata sama
hasilnya dengan sistim manual yaitu tidak efektif terhadap pemberantasan tikus di kapal. Semakin bertambahnya dosis fumigan CF{3Br yang digunakan pada sistim manual yaitu 4 gram/m3 tingkat
kematian tikus mencapai 100%o, karena kandungan zat toksik pada bahan kimia CFI3BT semakin tinggi didalam ruangan kapal, hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian.
fumigator, kerusakan lingkungan,
kerusakan
dalam ruangan.
Berdasarkan dari hasil
uji
statistik analisis sidik
ragam temyata F hitmg lebih kecil dari F tabel dan dapat dilihatjuga pada kuadrat total dengan nilai 17,51 sehingga tidak perlu dilakukan uji DNMRT (Dwrcan New Uuliple Range Test) atau Uji Beda Jarak Nyata Duncan
-95-
Nelson Tanjung,
dkk
Daya
Suhu dan Kelembaban Ruangan Penelitian
Pada saat penelitian dilakuka& temperatur udara didalam ruangan kapal diukur dengan menggunakan alat
Tlrcrmometer dengan hasil pengukuran berkisar
2fC
sampai dengan 30A "C, sedangkan kelembaban udara didalam ruangan kapal diuk-ur dengan menggunakan alat
Hygrometer dengan hasil penpkuran berkisar 63 % sampai dengan 65%. Suhu udara dan kelembaban tersebut
tidak mempengaruhi dalam penelitian, karena pada suhu dan kelembaban tersebut adalah yang optimal pada saat melakukan fumigasi @epkes, 1990).
Dengue.
http://www.google.com. litbang.depkes. maskeV 05200/demarnberdarah.htrn.Tanggal akses 14 Lmi 2008 Akhid D et al. 2005. Efikasi insektisida aetelic 50 EC dengan aplikasi thermal fogging terhadap nyamuk Ae. aegtpti vektor dernam berdarah dengue. Jurnal Kedoheron Yarsi; 13 Q):288 -292 Damm. 2005. Efikasi Insektisida Seruni 100 EC (Sipermetrin) Terhadap Nyamuk Aedes aegpti dart
Culq quinquefascians Metode Pengasapan (Thermal Fogging), Badan Litbangkes Balai Penelitian Veldor dan Reserttoir Peruyakit, Salatiga. Dent.D. 2000. Insect Pest Management ed - 2, CABI Wallingtoral - USA Depkes. 1981. Buku Pehrnjuk Cara Penggunaan dan Pemeliharaan Mesin Fogging (Swing Fog SN 1l)
-
Jakarta.
DepKes. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdaralr Dengue di tndonesiq Dirjen P2 & PL, Dep Kes
N,
Jakarta
Profil Kesehatan Sumatera Utara, Din Kes PrqUtara, Dinas Kesehatan Kota Medan. 2007. Profil
HU PET
Kota MedarU DinKes Kota Medan Matsurnura F. 1976. Toxicology of Insecticidg Press New York and London. Hasyimi, IvI, 2005. Dampak Fogging Malathion, Fendona, Cynoff dan Icm
J[
Angka Larva Nyamuk Ae. aegtpti, Ekologi dan Statw Kesehatan, Dep Kes,
Ikistin4 et al.20M. Demam Berdarah DengE, Penelitian dan Pengembangan Dep.Kes.RI, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Adimidjaja, TitteK, Sa. Demam Berdarah
Efektivim
Kimowardoyo.S..et al, 1995, Microplate Assay of Potensial for Organofosfat Insectisida tn Ae. aeg,pti in Yogjakarta . Bl.Ked,: Q7) 7 Magallona ED 1980. Pesticide Management
Ternga
dengml pemb&
-
Day Corp.Inc - Philipiness Robert G, et al, 1995. Prinsip dan Prosedre PT.Gramedia Pustaka Utamq Jakarta Rozendall A* 1997. Vector Control, Methoda fs Individuals and Communities, Sigit SH. & HadiUK. 2006.HamaPemukiman Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor. Spgenta AG. 2003. Icon, PT.Syngenta lndonesia, Sri Hartinah et al2006. Sejarah Demam Berdarah di Asia Tenggara. Info Ristek. 4 (l), Tarumingkeng R. 1992. Insektisida Ulffida, Jakilh.
h
tobePerelitia
dengan 1 metode I
smpai
s
mahasisl
kgm t krgi{xp
tlasil pa
pre$sit
WHO. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan
regresi
DBD tetjemahan dari WHO Regional Publication SEARO No.29 Prevention
Berdasd
of
belajr n
Dengue and Dengue Haemorrhagic
signifika
lakartADep.Kes.
Flasil pe
Yamin,Bun" 2007. Efektivitas Insektisida
turusa/I(
Cyperrnethrin dan Lambda-Cyhalothrin
Nyamuk Ae. aegtpti dan
gi
pengemh
Cu.
Aplikasi Thermal Fogging, Jogyakarta.
Katr
h
PEI\DAHT'LU Pendidikam
utuk
l
mempersi menjalarkan pra
bidargkehidrrym
pda scara urnum il diihadapkan
efesiensi, danefr&
Mutu pendid
dapatdilihattuih
std korumic RA Tle Jalrryto pa
hditaspendidika behs dari dua bG
rEndahnyamuhrpG
Era globalix hnlitas yang m€r1 mawasan ke @ krndala, pehurqg -96-
c