EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL. PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH
SKRIPSI DIAN HUDAYANA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN DIAN HUDAYANA. E34102030. 2007. Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King dan Shorea selanica BL. Pada Berbagai Kadar Air Tanah. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas, sehingga hutan di Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang cukup penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan semua makhluk hidup. Akan tetapi pada saat ini kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan. Usaha pemerintah dalam mengurangi kerusakan hutan yang lebih parah adalah salah satunya dengan melaksanakan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Jenis-jenis pohon yang sering digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia diantaranya adalah mahoni (Swietenia macrophylla), akasia (acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes falcataria), dan meranti merah (Shorea selanica) Pengukuran proses evapotranspirasi dan pertumbuhan dari keempat tanaman tersebut diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan di Indonesia sebagai jenis tanaman yang paling optimal pertumbuhannya pada tingkat kadar air tanah tertentu yang disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yang bervariasi pada berbagai tempat. Setiap jenis tanaman ditanam di dalam ember (volume 4078,085 cm3) dengan tanah sebagai medianya. Tanaman ini dibagi menjadi empat perlakuan yaitu tingkat kadar air tanah 100%, 75%, 50%, dan 25% yang terdiri dari empat ulangan. Setiap dua hari sekali dilakukan penimbangan untuk menghitung proses evapotranspirasi dan setiap seminggu sekali untuk menghitung pertumbuhannya. Data parameternya diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0. Jenis tanaman sengon menunjukkan nilai rata-rata harian dan jumlah total evapotranspirasi yang paling tinggi, diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan meranti merah. Hal ini dikarenakan sengon memiliki sifat-sifat fisiologis yang memungkinkan untuk berevapotranspirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis lainnya. Dilihat dari pertumbuhannya, hampir semua jenis tanaman menunjukkan pertumbuhan yang optimal pada tingkat kadar air tanah 50%-100%. Hal ini dikarenakan pada selang tersebut, air masih cukup tersedia untuk diproses oleh tanaman. Sedangkan untuk tingkat kadar air tanah 25%, pertumbuhan tanaman kurang begitu optimal karena kekurangan air pada tanaman mengakibatkan berkurangnya turgor pada sel-sel penutup. Apabila sel-sel penutup kendur, maka stomata akan menutup. Jika air kurang dan terang (sinar) cukup. maka stomata akan tetap tertutup. Berdasarkan hasil pengukuran berat basah dan berat kering, berat kering turun drastis dari berat basahnya. Hal ini menunjukan kecenderungan anakan tersebut yang memiliki kandungan air yang tinggi. Berat basah dan berat kering totalnya
i
menunjukkan bahwa jenis tanaman sengon memiliki nilai berat yang paling tinggi yang kemudian diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan meranti. Nilai rata-rata rasio pucuk-akar pada jenis tanaman meranti untuk perlakuan tingkat kadar air tanah 50% memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air tanah 25% memiliki nilai rata-rata rasio pucuk-akar yang paling rendah. Rasio tinggi-diameter yang paling tinggi adalah jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air tanah 25%. Sedangkan nilai rata-rata rasio tinggidiameter yang paling rendah adalah jenis tanaman mahoni pada perlakuan tingkat kadar air tanah 75%. Nilai rasio tinggi-diameter yang lebih rendah menyatakan tingkat kekokohan yang lebih tinggi, yang berarti menandakan diameter batang yang lebih besar. Anakan akasia pertumbuhan optimalnya pada kisaran perlakuan tingkat kadar air tanah 50% - 75%. Jenis tanaman akasia mengalami kehilangan air melalui proses evapotranspirasi rata-rata setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Anakan sengon dapat hidup dengan optimal pada perlakuan tingkat kadar air tanah 75% - 100%. Rata-rata kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Jenis tanaman mahoni pertumbuhan optimalnya ditunjukan pada kisaran tingkat kadar air tanah 50% - 75%. Berdasarkan pengukuran, tingkat kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari rata-rata yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Anakan meranti rata-rata kehilangan air melalui proses evapotranspirasi setiap hari yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Pertumbuhan yang optimal pada anakan meranti yaitu pada perlakuan tingkat kadar air tanah 50% - 100%. Perlakuan tingkat kadar air tanah 25%, semua jenis anakan tidak bisa tumbuh dengan baik dan optimal. Penanaman keempat jenis anakan (akasia, sengon, mahoni dan meranti) akan lebih baik jika ditanam di lapangan pada tingkat kadar air tanah yang tinggi (75% 100%). Penanaman di lapangan harus lebih memperhatikan aspek curah hujan dan tipe-tipe tanah supaya dapat diketahui jenis yang optimal dalam pertumbuhannya. Selain itu harus ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan faktor koreksi tiap jenis tanaman. Kata-kata kunci : Hutan, GNRHL, Evapotranspirasi, Tingkat Kadar Air Tanah
ii
ABSTRACT Evapotranspiration and growth of Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King and Shorea selanica BL. Seedlings in some Soil Water Contents D. Hudayana, S. B. Rushayati and S. W. B. Raharjo Indonesian relative vary climate promote rainy season and dry season time uncertain in several places, so it is influential to trees species are going to be planted in the land for forests and land rehabilitation program. The trees species such as mahagoni (Swietenia macrophylla), acacia (Acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes falcataria), and meranti merah (Shorea selanica) are used in rehabilitation program in Indonesia. Evapotranspiration and growth measurement from the tree species is expected to give input and recommendation about trees species which are able to growth well in some soil water contents. All of the plants are planted in a pull (volume 4078,085 cm3) with soil media. These plants are divided in four treatments; soil water content 100%, 75%, 50%, and 25% consist four repetitions. Parameter data measurement used SPSS 11.0 program. Sengon show the highest daily-value and total of evapotranspiration, followed by mahagoni, acacia, and meranti merah. It is caused by sengon physiology is possible for higher evapotranspiration than the others species. Base on the growth, most of species show optimal growth in soil water content 50-100%. Due to at that water content range the water is still available enough for plants. However in water content 25% plants growth is not so optimal because the water less caused decreasing turgor in closer cells. If the closer cells are loose, stomata will closed. So that although light enough but water less, stomata will keep close. Base on the wet and dry weight, the dry weight decline drastically that wet weight. This case shows that seedlings inclination has high water content. Total of wet and dry weight show that sengon has highest weight score, followed by mahagoni, acacia, and meranti. The meranti bud-root ratio value average in water content 50% treatment is the highest whereas in water content 25% is the lowest. The highest high-diameter ratio value is meranti in water content 25% treatment, and the lowest is mahagoni with water content 75%. The lower ratio value state the higher strength, it means that diameter is bigger. Acacia seedlings grow well at water content range 50-75% treatment. Acacia experienced water loss through evapotranspiration every day with highest total at water content 75%. Sengon seedlings grow well at water content 75%-100% treatment. Water loss averages through evapotranspiration every day and the highest total at water content75%. Mahagoni seedlings grow well at water content 50-75%. Base on the measurement, loss water content range through evapotranspiration every day average and the highest is at water content 75%. Generally meranti seedlings experienced loss water through evapotranspiration every day with highest total is at water content 75%. Meranti grow well at water content 50-100% treatment. At water content 25% treatment, all of the seedlings can not grow normally. The plantation will be better done in the field with high water content (75-100%). The plantation has to aware to rainfall and soil type in order to know which of species is able to grow well. And also required follow up research use correction factor for every tree species. Keywords : Forests, Evapotranspiration, Soil Water Content.
iii
EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL. PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH
DIAN HUDAYANA E34102030
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL. PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH
Oleh Dian Hudayana E34102030
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Ujian Sidang Komprehensif pada tanggal 08 Februari 2007
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi NIP : 132 257 887
Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS NIP : 131 781 161
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP : 131 430 799 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 05 Mei 1984 dari pasangan Alexander Supriyadi dan Siti Maemunah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisiyah I Cijulang yang diselesaikan tahun 1991. Pendidikan dasarnya dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah PERSIS No.7 Tasikmalaya sampai dengan tahun 1994 dan pindah ke SDN I Cijulang sampai dengan selesai pada tahun 1996. Pendidikan lanjutan tingkat pertamanya diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN I Cijulang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN I Parigi. Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002. Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi anggota divisi infokom Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) pada tahun 2003, menjadi anggota ASEAN FORESTRY STUDENT ASSOCIATION (AFSA LC IPB) pada tahun 2004 dan menjadi anggota humas asrama Sylvasari pada tahun 2003-2005. Penulis melaksanakan Praktek Umum Kehutanan di Baturraden, yaitu di Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Gunung Slamet dan di KPH Banyumas Barat, BKPH Rawa Timur serta melaksanakan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Getas (KPH) Ngawi pada tahun 2005. Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) di Cianjur-Jawa Barat pada tahun 2006. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan maka pada tahun 2006 penulis melaksanakan praktek khusus penyusunan skripsi dengan judul “Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King dan Shorea selanica BL. Pada Berbagai Kadar Air Tanah” dibawah bimbingan ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi dan bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Raharjo, MS.
iv
KATA PENGANTAR Kondisi iklim di Indonesia yang relatif
bervariasi menyebabkan tidak
meratanya lama waktu musim hujan dan musim kemarau di setiap tempat. Hal ini berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman kehutanan yang akan ditanam dalam suatu kegiatan program rehabilitasi hutan dan lahan. Oleh sebab itu perlu adanya kajian penelitian mengenai jenis-jenis tanaman yang optimal pertumbuhannya pada berbagai tingkat kadar air tanah. Berkenaan dengan hal tersebut sangat perlu untuk memberikan suatu gambaran mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang optimal pertumbuhannya dengan melalui suatu penelitian yang mengukur tingkat evapotranspirasinya dan pertumbuhannya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini kualitasnya masih jauh dari sempurna dan penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi penyusunan laporan ini dimasa yang akan datang dengan dikembangkan kembali konsep yang lebih lengkap dan luas lagi. Demikian pengantar ini penulis sampaikan, mudah-mudahan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Januari 2007
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ........................................................................................
i
ABSTRACT ...........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................
v
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xi
PENDAHULUAN ................................................................................. Latar Belakang ............................................................................ Tujuan ......................................................................................... Manfaat .......................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ Sifat-sifat Botanis Spesies .......................................................... Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King.) ...... Meranti Merah (Shorea selanica BI.) .............................. Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) ............. Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) ............ Ketersediaan Air ......................................................................... Hubungan Air dengan Tanaman ................................................. Evaporasi .................................................................................... Transpirasi .................................................................................. Evapotranspirasi ..........................................................................
3 3 3 4 4 5 6 6 7 8 9
METODOLOGI ..................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... Bahan dan Alat Penelitian ........................................................... Metode Pelaksanaan Percobaan dan Pengambilan Data ............. Persiapan .......................................................................... Penanaman dan Pemberian Kadar Air ............................. Pemeliharaan dan Penimbangan Bobot Anakan .............. Pengamatan Lapang ......................................................... Rancangan Penelitian .................................................................. Analisis Data ...............................................................................
12 12 12 12 12 13 13 13 15 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
16
Hasil ............................................................................................ Keadaan Umum Lokasi ................................................... Evapotranspirasi ............................................................... Respon Pertumbuhan ....................................................... Tinggi Tanaman ....................................................
16 16 17 20 21
vi
Diameter Tanaman ................................................ Pertambahan Jumlah daun .................................... Berat Basah Daun ................................................. Berat Basah Batang ............................................... Berat Basah Akar .................................................. Berat Kering Daun ................................................ Berat Kering Batang ............................................. Berat Kering Akar.................................................. Berat Basah Total .................................................. Berat Kering Total ................................................ Rasio Pucuk-Akar ................................................. Rasio Tinggi-Diameter ......................................... Pembahasan ................................................................................ Evapotranspirasi ............................................................... Respon Pertumbuhan ....................................................... Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth ................ Paraserianthes falcataria (L) Neilsen .................. Swietenia macrophylla King ................................. Shorea selanica BI ................................................
22 23 24 26 27 28 29 30 32 33 34 36 37 37 38 40 40 40 41
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
44
Kesimpulan ................................................................................. Saran ...........................................................................................
44 44
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
46
LAMPIRAN ...........................................................................................
48
vii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ..........................................
12
2. Rekapitulasi analisis sidik ragam (Nilai Pr>F) pengaruh jenis dan tingkat pemberian kadar air tanah terhadap parameter pertumbuhan dan parameter produksi berat basah dan berat kering, RPA, dan RTD. .......................................
20
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman o
1. Grafik rata-rata suhu udara harian (per minggu) ( C) ...................
16
2. Grafik rata-rata kelembaban udara harian (per minggu) (%) .......
16
3. Grafik nilai total evapotranspirasi (selama 70 hari) pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................
17
4. Grafik nilai rata-rata harian evapotranspirasi pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................
17
5. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 25% (mm) ........................................
18
6. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 50% (mm) ........................................
18
7. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 75% (mm) ........................................
18
8. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh hari pada tingkat kadar air tanah 100% (mm) ......................................
19
9. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman untuk setiap jenis (cm) ..................................................................
21
10. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada setiap tingkat kadar air tanah (cm) .......................................
21
11. Grafik pertambahan diameter batang pada setiap jenis tanaman (mm) ....................................................
22
12. Grafik pertambahan diameter batang pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................
23
13. Grafik rata-rata pertambahan daun untuk setiap jenis tanaman ............................................................
24
14. Grafik rata-rata pertambahan daun pada setiap tingkat kadar air tanah ................................................
24
15. Grafik berat basah daun pada setiap jenis tanaman (gr) ...............
25
16. Grafik berat basah daun pada setiap tingkat kadar air tanah (gr) .
25
17. Grafik berat basah batang pada setiap jenis tanaman (gr) ............
26
18. Grafik berat basah batang pada setiap tingkat kadar air tanah (gr) .......................................................................
26
19. Grafik berat basah akar pada setiap jenis tanaman (gram) ...........
27
20. Grafik berat basah akar pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
27
21. Grafik berat kering daun pada setiap jenis tanaman (gram) .........
28
ix
22. Grafik berat kering daun pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
29
23. Grafik berat kering batang pada setiap jenis tanaman (gram) ......
29
24. Grafik berat kering batang pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
30
25. Grafik berat kering akar pada setiap jenis tanaman (gram) ..........
31
26. Grafik berat kering akar pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
31
27. Grafik berat basah total pada setiap jenis tanaman (gram) ...........
32
28. Grafik berat basah total pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
32
29. Grafik berat kering total pada setiap jenis tanaman (gram) ..........
33
30. Grafik berat kering total pada setiap tingkat kadar air tanah (gram) ...................................................................
34
31. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap jenis tanaman. .....................
35
32. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap tingkat kadar air tanah ........
35
33. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap jenis tanaman ................
36
34. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap tingkat kadar air tanah...
36
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Total Tanaman (cm) ...........
51
2. Nilai Rata-rata Pertambahan Total Diameter batang (mm) ..........
51
3. Nilai Rata-rata Total Jumlah Daun ...............................................
51
4. Nilai Rata-rata Penyusutan Bobot Anakan Tiap dua Harian (kg)
52
5. Hasil Uji Sidik Ragam dan Uji Duncan .......................................
54
6. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara Harian di dalam rumah kaca (oC) .................................................
68
7. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara Harian di luar rumah kaca Harian (oC) .........................................
69
8. Rekapitulasi dan Hasil Uji Duncan Nilai Rata-Rata Pertumbuhan, Produksi Berat Basah-Berat Kering, RPA dan RTD ...................
72
9. Lay Out Posisi Tanaman dan Perlakuan .......................................
76
10. Penentuan Volume Ember ...........................................................
77
11. Gambar Anakan (a) Tingkat Kadar Air tanah100% (b) Tingkat Kadar Air tanah 75% (c) Tingkat Kadar Air tanah 50% (d) Tingkat Kadar Air tanah 25% ................................................
78
12. Nilai Rata-rata Berat Basah (gram) .............................................
79
13. Nilai Rata-rata Berat Kering ........................................................
80
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi dan peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Manan (1998) fungsi hutan antara lain untuk produksi kayu dan hasil hutan non kayu, mengatur tata air dan pengawetan tanah, sumber makanan ternak dan hutan untuk keperluan wisata. Selain itu, sumberdaya hutan juga merupakan sumber keanekaragaman jenis flora dan fauna, pengatur iklim mikro, pendaurulangan CO2, gudang plasma nutfah dan masih banyak yang lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas, sehingga hutan di Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang cukup penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan semua makhluk hidup. Akan tetapi pada saat ini kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan yang disebabkan oleh penggundulan hutan, banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau. Dampak dari kerusakan ini sering kita lihat pada akhir-akhir ini bahwa negara kita sering mengalami bencana alam. Salah satu upaya Departemen Kehutanan untuk mengurangi bencana dan kerusakan hutan dan lahan diantaranya adalah dengan merehabilitasi hutan dan lahan seluas 3 juta hektar selama lima tahun. Rehabilitasi ini diartikan sebagai penanaman hutan dengan jenis asli dan jenis eksotik untuk menciptakan kembali ekosistem yang ada di hutan dengan tujuan untuk mengembalikan hutan pada kondisi yang lebih baik. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini akan tercapai apabila penguasaan terhadap faktor internal (karakter jenis) dan lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan pohon telah siap. Seperti kesesuaian antara jenis pohon yang akan ditanam di suatu tempat dengan kondisi kadar air tanah yang berbeda-beda agar kedepannya nanti dapat diperoleh jenis pohon yang pertumbuhannya optimal pada lahan tersebut. Jenis-jenis pohon seperti Mahoni (Swietenia macrophylla) dijadikan prioritas utama dalam rangka pembangunan hutan buatan (Manan, 1998). Selain itu, pohon mahoni juga merupakan tanaman hutan kota yang biasa dijadikan sebagai tanaman
peneduh jalan (Dahlan, 1992). Meranti merah (Shorea selanica) merupakan salah satu jenis tanaman hutan untuk Pembangunan Hutan Tanaman Meranti (PHTM) dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Selain itu Meranti juga merupakan spesies asli tanaman Indonesia. Sengon (Paraserianthes falcataria) juga menjadi prioritas pembangunan hutan buatan dan hutan rakyat dan dimanfaatkan untuk penghijauan dan reboisasi serta pelindung atau penyubur tanah (Sentosa, 1992; Atmosuseno, 1997; Manan, 1998). Sedangkan Akasia merupakan salah satu jenis populer yang digunakan untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Kondisi iklim di Indonesia yang relatif bervariasi menyebabkan tidak menentunya lama waktu musim hujan dan musim kemarau pada setiap tempat sehingga diperlukan kajian dari pengaruh perlakuan pembedaan pemberian tingkat kadar air untuk menghitung laju evapotranspirasi terhadap pertumbuhan jenis-jenis tersebut yang diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan di Indonesia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji serta mengukur evapotranspirasi dan pertumbuhan anakan Mahoni (Swietenia macrophylla king.), Meranti merah (Shorea selanica bi.), Sengon (Paraserianthes falcataria (l) nielsen) dan Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) pada berbagai kadar air tanah. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan yang optimal untuk setiap jenis anakan pada berbagai tingkat kadar air tanah sehingga kedepannya nanti dapat memberikan masukan kepada pihak yang terkait dalam pelaksanaan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat dalam pemilihan jenis yang lebih baik dan optimal pertumbuhannya pada berbagai tingkat kadar air tanah.
2
TINJAUAN PUSTAKA Sifat-Sifat Botani Spesies Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King.) Menurut Mayhem dan Newton (1998), Swietenia macrophylla King merupakan pohon yang hidup di dua musim dengan berukuran besar. Bentuk tajuk seperti payung. Biasanya tingginya melebihi 30 meter dan lingkar diameter dadanya lebih dari 1,5 meter. Sebelum populasi ini menjadi langka karena pembalakan yang ekstensif, tingginya bisa mencapai 45-60 meter dengan diameter 2,5-3,5 meter. Mahoni adalah jenis pohon dengan tipe kanopi mencuat (emergent). Di Bolivia, pohon mahoni mencuat dari kanopi rata-rata ketika tingginya mencapai 2025 meter dan pohon tertingginya mencapai 25 meter dari kanopi. Taksiran umur mahoni tidak diketahui, walaupun masing-masing individu pohon dapat hidup selama beberapa abad. Batang pohon ini berbentuk silindris dan bentuk pangkal (buttresed). Tajuk dari pohon muda cenderung sempit, tetapi tajuk pohon tua biasanya lebar, padat dan bercabang tinggi. Jenis mahoni tergolong tanaman yang tahan naungan (tolerance species) yang mampu bersaing dengan alang-alang ataupun semak belukar dalam memperoleh sinar matahari, sehingga cocok untuk tanaman reboisasi pada areal alang-alang yang rapat. Karena sifat daunnya yang sukar terbakar, mahoni cocok digunakan sebagai jenis tanaman reboisasi di areal alang-alang yang peka terhadap bahaya kebakaran (Siregar 1991, diacu dalam Samsi 2000). Mahoni banyak digunakan sebagai bahan kayu pelapis (Veneer) yang mewah. Selain itu, mahoni juga digunakan untuk bahan bangunan, mebel, lantai, perkakas, papan dinding, rangka pintu, patung, ukiran dan kerajinan lainnya. Buahnya dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan (Samingan, 1980). Kayu mahoni dihargai khususnya karena warna dan kegunaanya. Kayu ini pada dasarnya digunakan untuk kontruksi, furniture bernilai tinggi dan keperluan interior. Warna dan kepadatan kayu ini bervariasi, tergantung kepada asal geografis lingkungan tempat tumbuhnya (Mayhem dan Newton, 1998).
Meranti Merah (Shorea selanica BI.) Menurut Heyne (1987) dalam Safitri (2004), meranti ini merupakan salah satu famili Dipterorpaceae yang bernilai ekonomis tinggi. Jenis ini merupakan jenis asli Indonesia yang berasal dari Pulau Buru (Maluku) dengan tinggi rata-rata 20 meter berwarna kulit coklat kehitam-hitaman. Shorea selanica merupakan jenis meranti yang pertumbuhannya cepat dan tumbuh dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan B, tanah latosol, podsolik merahkuning dan podsolik kuning, pada ketinggian sampai 1300 m dpl (Sudrajat 2003 dalam Safitri 2004). Kayunya dapat dipakai sebagai bahan untuk membuat veneer, kayu lapis, disamping itu juga dapat dipakai untuk bahan bangunan maupun kayu perkapalan (Al Rasyid et al., 1989 dalam Safitri 2004). Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing, jeungjing laut (Sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, sengon sabrang (Jawa), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate) dan gosui (Tidore) (Lablink, 2006). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol ke permukaan
4
tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah di sekitar pohon sengon menjadi subur. Pohon sengon banyak ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra. (Lablink, 2006). Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) termasuk pohon yang mempunyai tinggi diatas 20 m dan kadang-kadang bisa mencapai 30 m (Doran danTurnbull, 1997). Pohon ini mempunyai diameter batang diatas 50 cm, kulit batang berwarna gelap atau coklat abu-abu, kasar, beralur vertikal, kulit bagian dalam berwarna merah dan berserat. Fillodia berwarna hijau abu-abu, glabrous mempunyai 3-5 pembuluh primer, berwarna kekuning-kuningan, longitudinal; pembuluh sekunder berbentuk paralel (Hanum dan Van der Messen dalam Nurazizah 2004). Jenis akasia ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan keasaman yang kuat (podsolik merah kuning) dan pada tanah dengan drainase tidak sempurna yang bisa tergenang pada musim hujan dan akan kering pada musim kemarau, misalnya pada daerah rawa (Doran dan Turnbull, 1997). A. crassicarpa banyak dijumpai di daerah beriklim humid dan subhumid yang memiliki suhu maksimum rata-rata pada musim panas sebesar 32-340C, suhu minimum rata-rata pada musim dingin sebesar 12-210C. Kebanyakan daerah sebarannya adalah bebas kabut (frost) yang mempunyai selang rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1000 – 3500 mm (Doran dan Turnbull, 1997). A. crassicarpa dapat digunakan sebagai pelindung dan naungan, fiksasi nitrogen udara dan perlindungan tanah dalam mencegah erosi. Kayunya dapat digunakan untuk kayu energi, baik kayu bakar maupun pembuatan arang dan untuk konstruksi berat, meubel. Selain itu, jenis ini juga dapat ditanam untuk mengontrol pertumbuhan gulma. A. crassicarpa merupakan spesies yang efektif untuk rehabilitasi lahan yang banyak ditumbuhi oleh Imperata cylindrica (L.) Raeuschel (Hanum dan Van der Messen dalam Nurazizah 2004).
5
Ketersediaan Air Ketersediaan air di dalam tanah sangat ditentukan oleh kemampuan tanah dalam memegang air. Sebagai contoh tanah berpasir memiliki drainase dan aerasi yang baik tetapi kapasitas memegang airnya lebih rendah dari pada tanah debu dan tanah liat. Karakteristik tanah yang berhubungan dengan ketersediaan air biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP). Kondisi KL ini menyatakan jumlah air maksimal yang tertinggal sehabis air yang keluar dari dalam tanah akibat adanya gaya berat. Sedangkan TLP menggambarkan kondisi menyusutnya air sampai tanaman tidak mampu lagi mengambil air tersedia, akibatnya tanaman mengalami kelayuan yang tidak dapat balik secara permanen. Selisih antara kandungan air pada kondisi KL dan TLP disebut air tersedia. Adanya kandungan air tersedia yang maksimum memungkinkan bagi tanaman mengabsorbsi air tersebut untuk digunakan secara optimal. Total jumlah air yang tersedia bagi tanaman tergantung dari beberapa faktor diantaranya tipe, dan kedalaman perakaran, tanah, laju kehilangan air oleh penguapan dan transpirasi, suhu dan laju penambahan air itu sendiri (Choiruni, 2002 diacu dalam Siddik, 2006). Hubungan Air dengan Tanaman Air menyusun lebih dari 80% pada kehidupan dan pertumbuhan sel tanaman. Menurut Slatyev (1967) dalam Thorne dan Thorne (1979), kehidupan tanaman selalu membutuhkan air. Air penting untuk kesatuan struktural dari sel-sel, jaringan dan organnya secara keseluruhan. Pertumbuhan tanaman membutuhkan jumlah air yang cukup besar. Tumbuhan mengabsorbsi air dari tanah kemudian diangkut ke seluruh bagian tubuh tanaman. Air yang hilang ke atmosfer pada tanaman lebih besar dibandingkan dengan air yang dipergunakan untuk proses metabolismenya. Kehilangan air ini dinamakan dengan proses transpirasi yang terjadi karena tuntutan penguapan secara alami ke atmosfer. Kehilangan air dari tanaman terjadi melalui stomata atau pori-pori daun. Stomata harus terbuka untuk mengambil CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Jika evaporasi di atmosfer tinggi, maka stomata akan menutup
6
seluruhnya atau sebagian untuk mengurangi kehilangan air (Thorne dan Thorne, 1979). Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air dalam tanah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam kapasitas lapang, tetapi saat kadar air berada pada titik layu permanen pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhi oleh jenis tanaman dan sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan. Hubungan air dengan pertumbuhan tanaman untuk melihatnya diperlukan suatu pemahaman tentang respon tanaman terhadap air. Menurut Kramer (1969), air pada tanaman akan berfungsi sebagai : (1) penyusun utama jaringan tanaman, (2) pelarut garam, gula, dan senyawa lain sehingga larutan tersebut dapat bergerak dari satu sel ke sel lain, (3) pengatur suhu, (4) mempertahankan turgor tanaman, (5) pereaksi dalam fotosintesis dan dalam hidrolitik. Selain itu air juga berperan dalam proses tranpirasi yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kekurangan air pada tanaman tidak hanya mengurangi produksi tanaman, tetapi juga merubah pola pertumbuhan tanaman. Evaporasi Menurut Islami dan Utomo (1995), budidaya tanaman di lapangan akan kehilangan air dari permukaan tanah yang disebut evaporasi disamping melalui proses transpirasi. Dalam banyak kasus biasanya evaporasi diartikan sebagai kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan air. Tetapi dalam hubungannya dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air dari permukaan tanah. Evaporasi dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama temperatur, kelembaban udara, radiasi uadara dan kecepatan angin serta kandungan air tanah. Evaporasi akan menyebabkan kandungan air tanah turun, sehingga kecepatan evaporasi juga akan turun. Kemampuan tanaman untuk merubah radiasi total yang diterima menjadi tingkat pertumbuhan dan hasil tanaman pada suatu tingkat radiasi dan temperatur tertentu akan berbeda diantara satu spesies dan spesies yang lain. Perbedaan ini merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan efisiensi penggunaan air.
7
Transpirasi Transpirasi adalah evaporasi air dari tumbuhan termasuk gerakan air melalui seluruh kesatuan tanah, tumbuhan dan atmosfer. Hilangnya air dari daun melalui evaporasi menyebabkan tambahan air diserap batang dan melewati akar dalam bentuk kolom yang kontinyu. Kejadian yang jarang terjadi bila transpirasi sangat lambat terutama bila tanah lembab dan level air atmosfer tinggi, air didorong lewat tumbuhan oleh tekanan akar. (Daniel et al., 1989). Menurut Dwijoseputro (1980), hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman sebagian besar adalah melewati daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih tersentuh udara dari pada bagian-bagian lain dari suatu tanaman. Penguapan yang terjadi di daun yang kita kenal adalah melalui kutikula dan stoma. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam ialah besar-kecilnya daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak-sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata. Disamping itu faktor-faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, angin dan keadaan air di dalam tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi adalah : 1) Sinar matahari. Terang menyebabkan membukanya stoma, sedangkan gelap menyebabkan menutupnya stoma sehingga semakin banyak sinar berarti akan mempercepat transpirasi. 2) Temperatur. Kenaikan temperatur akan menambah tekanan uap di dalam daun. 3) Kebasahan udara. Udara yang basah menghambat transpirasi, sedangkan udara yang kering melancarkan transpirasi. 4) Angin. Angin yang sedang pada umumnya menambah kegiatan transpirasi karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian uap yang masih ada di dalam daun akan mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar.
8
5) Keadaan air di dalam tanah. Air di dalam tanah merupakan sumber pokok jika dibandingkan dengan absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun. Evapotranspirasi Evapotranspirasi merupakan kombinasi antara proses evaporasi dari seluruh permukaan dengan proses transpirasi tanaman. Menurut Rodda et al., (1976), evaporasi didefinisikan sebagai proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk uap yang terjadi dengan bantuan energi. Evaporasi dapat terjadi pada permukaan tanah yang basah, salju, permukaan es dan dari tanaman yang terbasahi oleh hujan. Sedangkan, transpirasi merupakan proses penguapan air yang terkandung di dalam tanaman dan berpindah menuju atmosfir. Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama disebut evapotranspirasi (ET). Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi perubahan sifat dari fase cairan ke fase gas. Laju transpirasi merupakan fungsi dari landaian tekanan uap, tahanan terhadap aliran, dan kemampuan tanaman dan tanah untuk mentranspor air ke tempat terjadinya transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktorfaktor lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan terhadap ET disebut tuntutan atmosfer atau tuntutan evaporisasi (Lubis, 2000). Proses evaporasi dan transpirasi terjadi secara simultan dan tidak mudah untuk membedakan air yang hilang dari kedua proses itu. Oleh karena itu digunakan istilah umum evapotranspirasi untuk menggambarkan total air yang berubah menjadi uap air dari permukaan tanah dan tanaman menuju atmosfer (Rosenberg et al., 1983 dalam Irawan 2003). Rodda et al.,(1976) juga mengemukakan bahwa proses evaporasi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan energi untuk mengubah molekul air dari bentuk cair menjadi uap. Sumber energi yang digunakan dapat berasal dari radiasi surya, suhu permukaan udara dan suhu permukaan evaporasi. Jumlah air yang terevaporasi dari permukaan air juga ditentukan oleh kecepatan angin dan pergerakan angin tersebut mengangkut molekul air dari tempat yang banyak mengandung uap air ke tempat yang sedikit mengandung uap air.
9
Di lapangan proses transpirasi dan evaporasi terjadi secara bersamaan dan sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kehilangan air lewat kedua proses ini pada umumnya dijadikan satu dan disebut “evapotranspirasi (ET)”. Dengan demikian evapotranspirasi merupakan jumlah air yang diperlukan oleh tanaman (Islami dan Utomo, 1995) Seperti halnya evaporasi, transpirasi juga membutuhkan suplai energi untuk mengubah air menjadi bentuk uap. Oleh sebab itu, suhu udara, kelembaban relatif (RH), penyinaran matahari dan kecepatan angin diperhatikan juga dalam penetapan transpirasi. Suplai energi dalam proses transpirasi ditentukan oleh gradien tekanan uap dan angin (Allen et al., 1998 dalam Irawan, 2003). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evavotranspirasi (Lubis, 2000) yaitu: 1) Radiasi matahari. Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi. 2) Temperatur. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar. 3) Kelembaban relatif. Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi kelembaban udara, yang berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif. 4) Angin. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat. Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi (Lubis, 2000) yaitu : 1) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang
10
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembaban. 2) Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata. 3) Jumlah
daun.
Makin
luas
daerah
permukaan
daun,
makin
besar
evapotranspirasi. 4) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991 ).
11
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Pelaksanaannya dilakukan selama 70 hari atau sepuluh minggu mulai dari bulan 17 Juli – 24 September 2006. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu : 1. Anakan mahoni ( Swietenia macrophylla) usia 4 bulan, meranti merah (Shorea selanica) usia 5 bulan, sengon (Paraserianthes falcataria) usia 4 bulan dan akasia (Acacia crassicarpa) usia 5 bulan yang merupakan anakan siap tanam di lapangan. Keempat anakan jenis bahan penelitian berasal dari perkecambahan benih. 2. Tanah top soil yang telah dicampur dengan pupuk kandang sebagai media anakan yang ditempatkan dengan menggunakan sistem square plot seperti yang tersaji pada lampiran 9. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini tersaji pada Tabel 1: Tabel 1. Alat yang akan digunakan dalam penelitian No
Nama alat
Fungsi
1
Termometer bola basah dan bola kering
Mengukur kelembaban udara (%) dan suhu udara(0C)
2 3 4 5 6 7
Ember Kaliper Alat ukur/mistar Alat tulis dan tally sheet Kamera Timbangan
Tempat menyimpan media anakan Mengukur diameter batang tanaman (mm) Mengukur tinggi tanaman (cm) Mencatat hasil perlakuan Dokumentasi Menimbang bobot anakan dalam ember
Metode Pelaksanaan Percobaan dan Pengambilan Data Persiapan Tanaman dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan perbedaan pemberian tingkat kadar air yaitu dengan perlakuan 100%, 75%, 50%, dan 25%. Di dalam satu kelompok, terdapat empat jenis tanaman. Tiap jenis terdiri atas empat ulangan, tiap ulangan terdiri atas empat individu tanaman. Langkah berikutnya ialah
mempersiapkan media tanam yaitu tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang kemudian dimasukan ke dalam ember yang volumenya sebesar 4078,085 cm3. Tanah yang diambil adalah lapisan tanah bagian atas pada kedalaman 0-20 cm. Penanaman dan Pemberian Kadar Air Nilai KAT (Kapasitas Air Tanah) untuk tingkat kadar air 100% diperoleh dari hasil analisa tanah di laboratorium fisik di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nilai KAT ini merupakan acuan nilai kadar air yang diberikan setiap dua hari sekali melalui penyiraman dan dipertahankan nilainya sampai dengan akhir penelitian. Nilai kadar air ini dipertahankan dengan menambahkan air setelah melihat nilai dari penyusutan bobot anakan setiap dua hari sekali untuk dikembalikan pada bobot awal anakan. Setiap anakan ditanam pada ember yang telah diisi oleh media yang telah dipersiapkan. Kemudian dilakukan penimbangan bobot awal tiap anakan. Nilai bobot awal ini merupakan acuan untuk pemberian air berikutnya setelah penyusutan setiap dua hari sekali. Nilai volume air yang diberikan pada tiap-tiap tingkat kadar air sebagai berikut : ¾ Kadar air 100%
: 1691,712 ml
¾ Kadar air 75%
: 1268,784 ml
¾ Kadar air 50%
: 845,856 ml
¾ Kadar air 25%
: 422,928 ml
Pemeliharaan dan Penimbangan Bobot Anakan Pemeliharaan anakan pohon meliputi penyiangan dan penyiraman serta penimbangan yang dilakukan setiap dua hari sekali pada pukul 16.00 sesuai dengan perlakuannya. Pengamatan Lapang, meliputi : 1. Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan tanaman yang diukur meliputi : Tinggi, diameter batang, dan jumlah daun. Pengukuran dilakukan setiap tujuh hari. Peubah tinggi yang diukur adalah mulai dari pangkal batang sampai ke
13
ujung titik pertumbuhan batang. Sedangkan peubah diameter diukur dengan menggunakan kaliper. Perhitungan berat basah dan berat kering anakan serta rasio pucuk-akar (RPA) dilakukan pada akhir penelitian, dengan pemotongan bagian pangkal yang mengalami perakaran dan bagian daun/pucuk, masing-masing dipisahkan, kemudian dilakukan pengovenan pada suhu 1050C selama 24 jam, setelah kering dilakukan penimbangan sehingga akan diperoleh berat kering akar dan pucuk. Berat kering total diperoleh dari jumlah total berat daun, batang dan akar, sedangkan rasio pucuk akar dengan membandingkan berat kering pucuk terhadap berat kering akar. Perhitungan rasio tinggi-diameter (RTD) dilakukan pada akhir penelitian dengan membandingkan antara tinggi anakan dan diameter batang. 2. Pengukuran Data Bobot Anakan Keseluruhan individu dari keempat jenis anakan ditimbang untuk mendapatkan data awal bobot anakan. Setiap dua hari sekali dilakukan penimbangan bobot anakan dengan media tanam dan embernya pada seluruh individu anakan yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai penyusutan bobot anakan kemudian dilakukan penyiraman kembali supaya bobotnya sama dengan bobot awal pengukuran. 3. Pengukuran Kehilangan Air (Evapotranspirasi) Pengukuran kehilangan air melalui proses evapotranspirasi didasarkan pada hasil penyusutan dari data bobot anakan setiap dua hari sekali. Penentuan nilai evapotranspirasi ini dengan cara mengkonversi data bobot anakan dalam satuan kilogram (kg) menjadi satuan liter (l). Konversi ini berdasarkan pada Sistem Internasional (SI) baku yang menyatakan bahwa untuk air yaitu 1 kg sama dengan 1 liter. 4. Pengumpulan Data Lingkungan Data kondisi lingkungan yang diukur meliputi pengukuran suhu dan kelembaban udara di dalam dan di luar rumah kaca yang dilakukan setiap hari pada pagi hari pukul 7.30, siang hari pukul 13.30 dan sore hari pada pukul 17.30.
14
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan faktorial rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas dua faktor percobaan. Faktor pertama, yaitu empat taraf untuk jenis tanaman, faktor kedua, yaitu empat taraf untuk perbedaan pemberian tingkat kadar air. Jumlah ulangan masing-masing jenis tanaman adalah empat kali, tiap ulangan terdiri atas empat individu. Faktor percobaan tersebut sebagai berikut : Faktor A : jenis tanaman, yaitu : J1 : Acacia crassicarpa J2 : Paraserianthes falcataria J3 : Swietenia macrophylla J4 : Shorea selanica Faktor B : tingkat pemberian kadar air, yaitu : N1 : kadar air kapasitas lapang (100%) N2 : kadar air 75% N3 : kadar air 50% N4 : kadar air 25% Menurut Hanafiah (2000) bahwa model umum rancangan percobaan yang digunakan untuk tiap-tiap jenis adalah : Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan : I = 1, 2, 3, 4; j = 1, 2, 3, 4 dan k = 1, 2, 3, 4 Yijk = nilai pengamatan kombinasi perlakuan ij pada satuan percobaan ke-k μ = rataan umum = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor toleransi jenis terhadap pemberian αI kadar air βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor pemberian kadar air (αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dan taraf ke-j εijk = pengaruh acak kombinasi perlakuan ij dari satuan percobaan ke-k Analisis Data Data yang diolah adalah pertambahan tinggi, diameter batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering anakan serta rasio pucuk-akar dan rasio tinggi-diameter. Data diolah dengan menggunakan bantuan program statistika, yaitu program SPSS. 11.0
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Lokasi Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian meliputi suhu udara dan kelembaban udara di dalam rumah kaca yang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Kedua parameter lingkungan ini merupakan nilai suhu udara harian dan kelembaban udara harian selama penelitian (70 hari).
Rata-rata Suhu (oC)
Rata-rata suhu harian (perminggu) 29.20 29.00 28.80 28.60 28.40 28.20 28.00
Rata-rata suhu harian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu Ke-
Gambar 1. Grafik rata-rata suhu udara harian (per minggu) (oC).
Kelembaban Udara (%)
Rata-rata Kelembaban Udara Harian (perminggu)
80.00 75.00
Rata-rata kelembaban harian
70.00 65.00 60.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu Ke-
Gambar 2. Grafik rata-rata kelembaban udara harian (per minggu) (%). Gambar 1 dan 2 merupakan nilai rata-rata suhu udara dan kelembaban udara harian di dalam rumah kaca yang dirata-ratakan setiap minggunya. Kisaran suhunya yaitu antara 28,0 – 29,2oC dan kisaran kelembaban udaranya adalah 67 – 82%. Secara keseluruhan bahwa nilai rata-rata untuk suhu udara ternyata setiap minggunya yaitu 28,8o C, sedangkan untuk nilai rata-rata kelembaban udara setiap minggunya adalah sebesar 72%. Selama penelitian berlangsung tidak terjadi perubahan suhu udara dan kelembaban udara yang terlalu signifikan.
Evapotranspirasi Faktor jenis dan tingkat kadar air memberikan respon sangat nyata terhadap nilai evapotranspirasi pada selang kepercayaan 99% (Tabel 2).
Evapotranspirasi (mm)
600.00
Anakan Akasia
500.00 400.00
Anakan Sengon
300.00
Anakan Mahoni
200.00 100.00
Anakan Meranti
0.00 25%
50% 75% Tingkat Kadar Air
100%
Gambar 3. Grafik nilai total evapotranspirasi (selama 70 hari) pada setiap tingkat kadar air tanah (mm).
Evapotranspirasi (mm)
8 7 6
Anakan Akasia
5
Anakan Sengon
4
Anakan Mahoni
3
Anakan Meranti
2 1 0 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata harian evapotranspirasi pada setiap tingkat kadar air tanah (mm). Gambar 3 merupakan nilai jumlah total evapotranspirasi yang dikeluarkan oleh setiap jenis tanaman pada setiap tingkat kadar air. Jenis tanaman sengon pada tingkat kadar air 75% memiliki jumlah total evapotranspirasi yang paling tinggi yaitu sebesar 504.03 mm. Sedangkan untuk jenis tanaman meranti merah pada tingkat kadar air 25% menunjukkan jumlah evapotranspirasi yang paling rendah yaitu sebesar 121.40 mm. Sama halnya dengan Gambar 4 yang memperlihatkan nilai ratarata harian proses evapotranspirasi bahwa jenis sengon pada tingkat kadar air 75% memiliki nilai rata-rata harian yang paling tinggi sebesar 7.41 mm/hari, sedangkan untuk jenis meranti merah pada perlakuan tingkat kadar air 25% memiliki nilai rata-
17
rata kehilangan air melalui proses evapotranspirasi yang paling rendah sebesar 1.79
Evapotranspirasi (mm)
mm/hari.
5.00
J1N4 J2N4 J3N4 J4N4
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
Sepuluh Hari Ke-
Gambar 5. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 25% (mm).
Evpotranspirasi (mm)
6.00 5.00 J1N4
4.00
J2N4 3.00
J3N4
2.00
J4N4
1.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
Sepuluh Hari Ke-
Gambar 6. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 50% (mm).
Evapotranspirasi (mm)
12.00 10.00 J1N4
8.00
J2N4
6.00
J3N4
4.00
J4N4
2.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
Sepuluh Hari Ke-
Gambar 7. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air tanah 75% (mm).
18
Evapotranspirasi (mm)
10.00 8.00 J1N4 6.00
J2N4
4.00
J3N4 J4N4
2.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
Sepuluh Hari Ke-
Gambar 8. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh hari pada tingkat kadar air tanah 100% (mm). Gambar 5 menunjukkan grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air 25%. Jenis tanaman mahoni menunjukkan nilai rata-rata evapotranspirasi yang paling tinggi. Kemudian diikuti oleh sengon, akasia dan meranti. Nilai rata-rata evapotranspirasi hampir pada semua jenis tanaman terus semakin meningkat setiap minggunya dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5. Gambar 6 menunjukkan grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air 50%. Nilai evapotranspirasi yang paling tinggi ditunjukkan oleh jenis tanaman akasia, kemudian diikuti oleh jenis meranti, sengon, dan mahoni. Jenis tanaman akasia sampai minggu ke-4 mengalami peningkatan nilai rata-rata evapotranspirasinya dan minggu selanjutnya mengalami penurunan yang cukup tajam. Jenis mahoni dan meranti sampai minggu ke-3 mengalami kenaikan dan pada minggu berikutnya semakin menurun. Gambar 7 menunjukkan grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air 75%. Nilai evapotranspirasi yang paling tinggi ditunjukkan oleh jenis tanaman sengon, kemudian diikuti oleh jenis mahoni, akasia, dan meranti. Hampir pada semua jenis tanaman memperlihatkan kenaikan nilai ratarata evapotranspirasi pada setiap minggunya, kecuali untuk jenis tanaman meranti. Gambar 8 menunjukkan grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian pada tingkat kadar air 100%. Jenis tanaman sengon menunjukkan nilai ratarata evapotranspirasi yang paling tinggi. Kemudian diikuti oleh mahoni, akasia dan meranti.
Seluruh
jenis
tanaman
mengalami
peningkatan
nilai
rata-rata
evapotranspirasi pada setiap minggunya.
19
Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon dan meranti tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 50%. Jika dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 25%, ketiganya tampak sangat berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni dan akasia pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50% tampak tidak berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% tampak sedikit saling berbeda nyata. Akan tetapi antara perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50% jika dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% tampak saling berbeda nyata antara satu dengan yang lainnya. Respon Pertumbuhan Respon pertumbuhan yang diukur meliputi pertambahan tinggi, diameter batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering, rasio pucuk-akar dan rasio tinggidiameter, serta evapotranspirasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi analisis sidik ragam (Nilai Pr>F) pengaruh jenis dan tingkat pemberian kadar air terhadap parameter pertumbuhan dan parameter produksi berat basah dan berat kering, RPA, dan RTD. Parameter Tinggi Diameter Jumlah daun Bobot anakan (evapotranspirasi) Berat basah daun Berat basah batang Berat basah akar Berat basah total Berat kering daun Berat kering batang Berat kering akar Berat kering total Rasio pucuk-akar Rasio Tinggi-diameter
Jenis dan Perlakuan 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,476tn 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000* 0,443tn
Keterangan : * : Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% ** : Berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99% tn : Tidak nyata pada selang kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa semua respon yang diberikan oleh faktor jenis dan faktor perlakuan kadar air terhadap tiap-tiap parameter pertumbuhan dan parameter produksi berat basah dan berat kering mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada selang kepercayaan 99%, kecuali parameter rasio pucuk-akar yang
20
berpengaruh nyata hanya pada selang kepercayaan 95%. Sedangkan parameter berat basah batang serta parameter rasio tinggi-diameter tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%. Tinggi Tanaman. Berdasarkan hasil uji sidik ragam pada Tabel 2 pengaruh faktor jenis tanaman dan pengaruh faktor kadar air memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada selang kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa perlakuan yang ada memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertambahan tinggi pada tiap-tiap jenis tanaman. Gambar 9 dan 10 memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 75% memiliki nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman yang paling besar. Sedangkan jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
75% dan 25% memiliki nilai rata-rata yang paling rendah. 50.00 40.00
T ingkat Kadar Air 100%
30.00
T ingkat Kadar Air 75%
20.00
T ingkat Kadar Air 50%
10.00
T ingkat Kadar Air 25%
0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis T anaman
(cm)
Pertambahan Tinggi Tanaman
Gambar 9. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman untuk setiap jenis (cm). 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Jenis Jenis Jenis Jenis
25%
50%
75%
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
Akasia Sengon Mahoni Meranti
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 10. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada setiap tingkat kadar air tanah (cm). Hasil uji Duncan memperlihatkan bahwa Jenis tanaman akasia tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Sedangkan untuk perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% tampak berbeda nyata.
21
Respon pertambahan tinggi pada jenis tanaman sengon tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50%. Sedangkan jika keduanya dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% tampak saling berbeda nyata. Pertambahan tinggi mahoni pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% tampak tidak berbeda nyata. Jika keduanya dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50% tampak berbeda nyata. Jenis tanaman meranti tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50%. Sama halnya juga pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% yang tampak tidak berbeda nyata. Namun antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50% dengan 75% dan 25% tampak saling berbeda nyata antara satu dengan yang lainnya. Diameter Tanaman. Berdasarkan hasil uji sidik ragam pada Tabel 2, pengaruh faktor jenis tanaman dan pengaruh faktor kadar air memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertambahan diameter tanaman pada selang kepercayaan 99%. Jenis tanaman sengon pada tingkat kadar air 50% mempunyai nilai rata-rata pertambahan diameter paling besar. Sebaliknya, jenis tanaman akasia pada tingkat kadar air 25% mempunyai nilai rata-rata pertambahan diameter yang paling rendah
Pertambahan Diameter Batang Tanaman (mm)
(Gambar 11 dan 12). 0.50 0.40
Tingkat Kadar Air 100%
0.30
Tingkat Kadar Air 75%
0.20
Tingkat Kadar Air 50%
0.10
Tingkat Kadar Air 25%
0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Gambar 11. Grafik pertambahan diameter batang pada setiap jenis tanaman (mm).
22
Pertambahan Diameter batang (mm)
0.45 0.40 0.35 0.30
Jenis Jenis Jenis Jenis
0.25 0.20 0.15
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
Akasia Sengon Mahoni Meranti
0.10 0.05 0.00 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 12. Grafik pertambahan diameter batang pada setiap tingkat kadar air tanah (mm). Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa jenis tanaman meranti tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 75%. Sedangkan pada perlakuan tingkat kadar air 50% dan 25% tampak saling berbeda nyata. Namun antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 75% dengan 50% dan 25% tampak saling berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni tampak sedikit berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25%, begitupun pada perlakuan tingkat kadar air 50% dan 75%. Namun antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% dengan 50% dan 75% tampak saling berbeda nyata. Respon yang diberikan jenis tanaman sengon tampak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 50%. Akan tetapi ketiganya memberikan respon yang sangat berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 25%. Pertambahan diameter pada jenis akasia memberikan respon tampak sedikit berbeda nyata pada semua perlakuan tingkat kadar air. Pertambahan Jumlah daun. Hasil dari rekapitulasi analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukan bahwa hubungan antara faktor perlakuan dan faktor jenis tanaman terhadap pertambahan jumlah daun memiliki respon yang sangat nyata pada selang 99%. Seperti yang terlihat pada Gambar 13 dan 14 bahwa nilai rata-rata pertambahan jumlah daun yang paling besar adalah pada jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 100%. Sedangkan nilai rata-rata jumlah daun yang paling rendah adalah pada jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air 25%.
23
Pertambahan Jumlah Daun
140.00 120.00 100.00
T ingkat Kadar Air 100%
80.00
T ingkat Kadar Air 75%
60.00
T ingkat Kadar Air 50%
40.00
T ingkat Kadar Air 25%
20.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis T anaman
Jumlah Daun
Gambar 13. Grafik rata-rata pertambahan daun untuk setiap jenis tanaman. 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 14. Grafik rata-rata pertambahan daun pada setiap tingkat kadar air tanah. Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukan bahwa jenis tanaman akasia dan meranti memberikan respon yang tidak berbeda nyata. Respon yang diberikan oleh kedua jenis tanaman tersebut berbanding terbalik dengan respon yang diberikan oleh jenis tanaman sengon yang tampak sangat berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50%. Begitu pula pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% yang memberikan respon yang sama. Akan tetapi, antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50% dengan 75% dan 25% tampak saling berbeda nyata. Berat Basah Daun. Respon perlakuan yang terdiri atas faktor jenis tanaman dan faktor perlakuan terhadap parameter berat basah daun secara umum memberikan pengaruh yang sangat nyata pada selang kepercayaan 99 % (Tabel 2). Jenis tanaman mahoni pada perlakuan tingkat kadar air 75% memiliki nilai rata-rata berat basah daun yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman
24
meranti dengan kadar air 25% memiliki nilai rata-rata berat basah daun yang paling rendah (Gambar 15 dan 16).
Berat Basah Daun (gr)
70.00 60.00 50.00
Tingkat Kadar Air 100%
40.00
Tingkat Kadar Air 75%
30.00
Tingkat Kadar Air 50%
20.00
Tingkat Kadar Air 25%
10.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Berat Basah Daun (gr
Gambar 15. Grafik berat basah daun pada setiap jenis tanaman (gr). 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti
25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 16. Grafik berat basah daun pada setiap tingkat kadar air tanah (gr). Berdasarkan atas uji Duncan bahwa jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 75% tampak tidak berbeda nyata. Tingkat kadar air 50% dan 25% tampak berbeda sangat nyata. Nilai antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 75% dengan 50% dan 25% tampak berbeda sangat nyata. Jenis tanaman akasia tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Sedangkan untuk perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% tampak sedikit berbeda nyata. Akan tetapi, respon antara tingkat kadar air 75% dan 50% dengan 100% dan 25% tampak berbeda sangat nyata. Perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% pada jenis tanaman meranti ternyata memberikan respon tampak tidak berbeda nyata. Lain halnya dengan perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50% yang memberikan respon berbeda nyata.
25
Jika dibandingkan antara perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% dengan 100% dan 50% tampak berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni tampak berbeda nyata hampir pada seluruh perlakuan tingkat kadar air. Berat Basah Batang. Berdasarkan atas Tabel 2 bahwa respon yang diberikan oleh perlakuan yang terdiri atas faktor jenis tanaman dan faktor tingkat kadar air terhadap parameter produksi berat basah batang ialah tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Gambar 17 dan 18 menunjukan grafik nilai rata-rata berat basah batang yang paling besar adalah pada jenis tanaman mahoni pada tingkat kadar air 75%. Sedangkan nilai rata-rata berat basah batang yang paling rendah adalah jenis tanaman akasia pada perlakuan tingkat kadar air 25%.
Berat Basah Batang (gr)
30.00 25.00 T ingkat Kadar Air 100%
20.00
T ingkat Kadar Air 75%
15.00
T ingkat Kadar Air 50% 10.00
T ingkat Kadar Air 25%
5.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis T anaman
B erat B asah B atan g (g r)
Gambar 17. Grafik berat basah batang pada setiap jenis tanaman (gram). 30.00 25.00
Jenis Tanaman Akasia
20.00
Jenis Tanaman Sengon
15.00
Jenis Tanaman Mahoni
10.00
Jenis Tanaman Meranti
5.00 0.00 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 18. Grafik berat basah batang pada setiap tingkat kadar air tanah (gram).
26
Hasil dari uji Duncan memperlihatkan hampir semua jenis tanaman pada semua perlakuan memberikan respon yang tidak berbeda nyata. Hanya untuk jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 25% yang memberikan respon tampak berbeda nyata. Berat Basah Akar. Tabel 2 memperlihatkan hasil dari uji sidik ragam antara perlakuan dengan parameter berat basah akar. Ternyata hasilnya ialah faktor perlakuan memberikan respon yang sangat nyata terhadap parameter berat basah akar pada selang kepercayaan 99%. Grafik pada Gambar 19 dan 20 memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon pada perlakuan kadar air tingkat 75% memiliki nilai rata-rata berat basah yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman akasia pada perlakuan tingkat kadar air 25% memiliki nilai rata-rata berat basah yang paling rendah.
Berat Basah Akar (gram)
30.00 25.00 20.00
Tingkat Kadar Air 100% Tingkat Kadar Air 75%
15.00
Tingkat Kadar Air 50% Tingkat Kadar Air 25%
10.00 5.00 0.00 Akas ia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Berat Basah Akar (gr
Gambar 19. Grafik berat basah akar pada setiap jenis tanaman (gram). 30.00 25.00
Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 20. Grafik berat basah akar pada setiap tingkat kadar air tanah (gram).
27
Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon tampak tampak tidak bebeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25%. Begitu pula pada perlakuan tingkat kadar air 50% dan 75%. Namun, respon yang diberikan antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% dengan 50% dan 75% tampak sangat berbeda nyata. Perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% pada jenis tanaman akasia ternyata memberikan respon tampak tidak berbeda nyata. Lain halnya dengan perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50% yang memberikan respon sedikit berbeda nyata. Jika dibandingkan antara perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% dengan 100% dan 50% tampak berbeda nyata. Jenis tanaman meranti memberikan respon yang tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 25%. Ketiga perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 50% tampak berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni hampir pada semua perlakuan tingkat kadar air memberikan respon berbeda nyata. Berat Kering Daun. Hasil dari uji sidik ragam pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa respon yang diberikan oleh faktor perlakuan terhadap parameter berat kering daun ialah berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99%.
Berat Kering Daun (gram)
25.00 20.00 Tingkat Kadar Air 100% 15.00
Tingkat Kadar Air 75% Tingkat Kadar Air 50%
10.00
Tingkat Kadar Air 25% 5.00 0.00 Akas ia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Gambar 21. Grafik berat kering daun pada setiap jenis tanaman (gram).
28
B erat K ering D aun (gr
25.00 20.00
Jenis Tanaman Akasia
15.00
Jenis Tanaman Sengon
10.00
Jenis Tanaman Mahoni
5.00
Jenis Tanaman Meranti
0.00 25%
50%
75%
100%
tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 22. Grafik berat kering daun pada setiap tingkat kadar air tanah (gram). Gambar 21 dan 22 merupakan grafik nilai rata-rata berat kering daun. Jenis tanaman yang mempunyai nilai rata-rata berat kering yang paling tinggi adalah mahoni pada perlakuan kadar air tingkat 75%. Sedangkan jenis tanaman meranti mempunyai nilai rata-rata berat kering daun yang paling rendah. Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa hampir semua jenis tanaman memberikan respon yang berbeda nyata. Berat Kering Batang. Sesuai dengan yang tertera pada Tabel 2 bahwa respon yang diberikan oleh faktor perlakuan yaitu jenis tanaman dan tingkat kadar air terhadap parameter berat kering batang adalah berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99%.
Berat Kering Batang (gr)
14.00 12.00 10.00
Tingkat Kadar Air 100%
8.00
Tingkat Kadar Air 75%
6.00
Tingkat Kadar Air 50%
4.00
Tingkat Kadar Air 25%
2.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Gambar 23. Grafik berat kering batang pada setiap jenis tanaman (gram).
29
B erat K ering B atan g (g r
15.00 Jenis Tanaman Akasia
10.00
Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni
5.00
Jenis Tanaman Meranti
0.00 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 24. Grafik berat kering batang pada setiap tingkat kadar air tanah (gram). Grafik pada Gambar 23 dan 24 memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon dengan perlakuan tingkat kadar air 50% mempunyai nilai rata-rata berat kering batang yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman akasia pada tingkat kadar air 25% mempunyai nilai rata-rata berat kering batang yang paling rendah Berdasarkan dari hasil uji Duncan bahwa jenis tanaman akasia dan sengon tampak tidak berbeda nyata pada tingkat kadar air 100% dan 25%. Begitu pula pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50% yang tampak tidak berbeda nyata. Akan tetapi, antara perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% dengan 75% dan 50% memberikan respon tampak sangat berbeda nyata. Perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% pada jenis tanaman mahoni ternyata memberikan respon tampak tidak berbeda nyata. Lain halnya dengan perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50% yang memberikan respon berbeda nyata. Jika dibandingkan antara perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% dengan 100% dan 50% tampak berbeda nyata. Jenis meranti memberikan respon yang tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25%. Namun, pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 50% tampak berbeda sangat nyata. Jika dibandingkan antara perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25% dengan 100% dan 50% maka tampak berbeda nyata. Berat Kering Akar. Hasil uji sidik ragam pada Tabel 2 bahwa respon yang diberikan oleh perlakuan yang terdiri atas jenis tanaman dan tingkat kadar air terhadap parameter berat kering akar yaitu berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99%.
30
Berat Kering Akar (gram)
12.00 10.00 8.00
Tingkat Kadar Air 100% Tingkat Kadar Air 75%
6.00
Tingkat Kadar Air 50% Tingkat Kadar Air 25%
4.00 2.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis tanaman
B e ra t K e ri n g A k a r (g r)
Gambar 25. Grafik berat kering akar pada setiap jenis tanaman (gram).
12.00 10.00 8.00
Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon
6.00 4.00 2.00 0.00
Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti
25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 26. Grafik berat kering akar pada setiap tingkat kadar air tanah (gram). Gambar 25 dan 26 memperlihatkan grafik nilai rata-rata antara jenis tanaman dengan berat kering akar pada setiap tingkat kadar air. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon pada kadar air tingkat 75% memiliki nilai rata-rata berat kering akar yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman akasia pada tingkat kadar air 25% memiliki nilai rata-rata berat kering akar yang paling rendah. Berdasarkan atas hasil uji Duncan bahwa untuk jenis tanaman akasia dan mahoni pada tingkat kadar air 100%, 50%, dan 25% tampak tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan tingkat kadar air 75%. Namun, respon ketiga perlakuan tingkat kadar air tersebut terhadap tingkat kadar air 75% tampak sangat berbeda nyata. Jenis tanaman meranti tampak berbeda nyata pada tingkat kadar air 100% jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan tingkat kadar air yang lainnya yang tampak tidak berbeda nyata.
31
Jenis tanaman sengon tampak berbeda nyata pada semua perlakuan tingkat kadar airnya. Berat Basah Total. Respon perlakuan yang terdiri atas faktor jenis dan tingkat kadar air terhadap parameter berat basah total adalah berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99% (Tabel 2). Grafik pada Gambar 27 dan 28 memperlihatkan bahwa jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 50% memiliki nilai rata-rata berat basah total yang paling tinggi dan sebaliknya untuk jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat
Berat Basah Total (gr)
kadar air 25% memiliki nilai rata-rata berat basah total yang paling rendah. 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Tingkat Kadar Air 100% Tingkat Kadar Air 75% Tingkat Kadar Air 50% Tingkat Kadar Air 25%
Meranti
Jenis Tanaman
B e ra t B a sa h T o ta l (g r)
Gambar 27. Grafik berat basah total pada setiap jenis tanaman (gram).
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 28. Grafik berat basah total pada setiap tingkat kadar air tanah (gram). Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa untuk jenis tanaman mahoni pada tingkat kadar air 75% dan 50% tampak tidak berbeda nyata. Namun pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% tampak berbeda nyata.
32
Jenis tanaman meranti tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25%. Akan tetapi tampak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Respon yang diberikan oleh jenis tanaman akasia tampak berbeda nyata pada tingkat kadar air 100% dan 25%. Begitu juga pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Untuk jenis tanaman sengon memberikan respon yang tampak berbeda nyata. Berat Kering Total. Tabel 2 merupakan hasil dari uji sidik ragam antara perlakuan dengan parameter berat kering total. Tabel tersebut memperlihatkan respon yang diberikan oleh perlakuan terhadap parameter berat kering total adalah berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%. Gambar 29 dan 30 memperlihatkan hubungan antara nilai rata-rata berat kering total dengan jenis tanaman. Jenis tanaman sengon pada perlakuan tingkat kadar air 50% mempunyai nilai rata-rata berat kering total yang paling besar. Sedangkan untuk nilai rata-rata berat kering total terendahnya adalah jenis tanaman sengon juga pada tingkat kadar air 25% dan jenis tanaman meranti pada tingkat kadar
Berat Kering Total (gr)
air 100%. 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Tingkat Kadar Air 100% Tingkat Kadar Air 75% Tingkat Kadar Air 50% Tingkat Kadar Air 25%
Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Gambar 29. Grafik berat kering total pada setiap jenis tanaman (gram).
33
B e r a t K er in g T o tal ( g r )
40 Jenis Tanaman Akasia
30
Jenis Tanaman Sengon
20
Jenis Tanaman Mahoni
10
Jenis Tanaman Meranti
0 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 30. Grafik berat kering total pada setiap tingkat kadar air tanah (gram). Hasil dari uji Duncan memperlihatkan bahwa untuk jenis tanaman meranti tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 25%. Akan tetapi ketiganya tampak berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan tingkat kadar air 50%. Jenis tanaman mahoni tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Sedangkan pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25% terlihat tampak berbeda nyata. Respon yang tampak pada jenis tanaman sengon adalah berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Respon yang sama juga terjadi pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25%. Jenis tanaman akasia responnya tampak terlihat berbeda nyata ditunjukkan pada perlakuan tingkat kadar air 100% dan 25%. Begitu juga respon yang sama diperlihatkan oleh perlakuan tingkat kadar air 75% dan 50%. Rasio Pucuk-Akar. Berdasarkan atas Tabel 2 bahwa respon yang diberikan oleh perlakuan terhadap parameter produksi rasio pucuk akar adalah berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
34
Rasio Pucuk-Akar
8.00 6.00
Tingkat Kadar Air 100% Tingkat Kadar Air 75%
4.00
Tingkat Kadar Air 50%
2.00
Tingkat Kadar Air 25%
0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Rasio Pucuk-Akar
Gambar 31. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap jenis tanaman.
8 Jenis Tanaman Akasia Jenis Tanaman Sengon Jenis Tanaman Mahoni Jenis Tanaman Meranti
6 4 2 0 25%
50% 75% Tingkat Kadar Air Tanah
100%
Gambar 32. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap tingkat kadar air tanah. Grafik nilai rata-rata rasio pucuk-akar (Gambar 31 dan 32) memperlihatkan bahwa jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air 50% memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air 25% memiliki nilai rata-rata rasio pucuk-akar yang paling rendah. Berdasarkan hasil uji Duncan bahwa untuk jenis tanaman akasia tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 25%. Untuk perlakuan tingkat kadar air 50% terlihat tampak berbeda nyata jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Jenis tanaman meranti terlihat tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25%. Sedangkan untuk perlakuan tingkat kadar air 50% dan 100% terlihat berbeda nyata. Jenis tanaman mahoni terlihat tampak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 75% dan 25%. Hal yang sama juga terlihat pada perlakuan tingkat kadar air
35
100% dan 50% yang tampak berbeda nyata. Namun, nilai antara 75% dan 25% dengan 100% dan 50% tampak sangat berbeda nyata. Hasil dari uji Duncan juga memperlihatkan bahwa nilai rata-rata jenis tanaman sengon memberikan respon yang tampak tidak berbeda nyata pada semua perlakuan tingkat kadar air. Rasio Tinggi-Diameter. Respon perlakuan yang terdiri atas faktor jenis tanaman dan kadar air terhadap parameter rasio tinggi-diameter adalah tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (Tabel 2).
Rasio Tinggi-Diameter
350.00 300.00 250.00
Tingkat Kadar Air 100%
200.00
Tingkat Kadar Air 75%
150.00
Tingkat Kadar Air 50%
100.00
Tingkat Kadar Air 25%
50.00 0.00 Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
Jenis Tanaman
Gambar 33. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap jenis tanaman.
Rasio Tinggi-Diameter
350 300 250
Jenis Tanaman Akasia
200
Jenis Tanaman Sengon
150
Jenis Tanaman Mahoni
100
Jenis Tanaman Meranti
50 0 25%
50%
75%
100%
Tingkat Kadar Air Tanah
Gambar 34. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap tingkat kadar air tanah. Berdasarkan Gambar 33 dan 34 bahwa nilai rata-rata rasio tinggi-diameter yang paling tinggi adalah jenis tanaman meranti pada perlakuan tingkat kadar air 25%. Sedangkan nilai rata-rata rasio tinggi-diameter yang paling rendah adalah jenis tanaman mahoni pada perlakuan tingkat kadar air 75%. Hasil uji Duncan memperlihatkan bahwa untuk jenis tanaman akasia tampak tidak berbeda nyata pada semua perlakuan tingkat kadar air.
36
Jenis tanaman sengon tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 25%. Sedangkan untuk perlakuan tingkat kadar air 50% nya tampak berbeda nyata. Respon yang diberikan oleh jenis tanaman mahoni terhadap rasio tinggidiameter terlihat tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 50%. Sedangkan untuk perlakuan 25% terlihat berbeda nyata. Jenis yang keempat adalah jenis meranti. Jenis tanaman ini memberikan respon tampak tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat kadar air 100%, 75%, dan 50%. Akan tetapi untuk perlakuan 25% tampak sangat berbeda nyata jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lainnya. Pembahasan Evapotranspirasi Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Begitu pula dengan tanaman yang senantiasa memerlukan air untuk proses-proses fisiologi, kimiawi, dan metabolisme dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya supaya dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Dengan pemberian perlakuan tingkat kadar air yang berbeda-beda untuk tiap satu jenis tanaman, ternyata memberikan respon yang berbeda-beda. Ada jenis tanaman yang pertumbuhannya optimal atau baik pada kadar air tertentu dan ada pula yang pertumbuhannya yang terganggu atau bahkan layu dan mati. Salah satu proses kehilangan air dari tanaman dan tanah adalah melalui proses evapotranspirasi Menurut Rodda et al., (1976), evapotranspirasi merupakan kombinasi antara proses evaporasi dari seluruh permukaan tanah dengan proses transpirasi tanaman. Evaporasi dapat terjadi pada permukaan tanah yang basah, salju, permukaan es dan dari tanaman yang terbasahi oleh hujan. Sedangkan, transpirasi merupakan proses penguapan air yang terkandung di dalam tanaman dan berpindah menuju atmosfir. Proses evapotranspirasi yang terjadi pada tanaman akasia, sengon, mahoni dan meranti menggambarkan total air yang berubah menjadi uap air dari permukaan media tanah pada ember dan tanaman itu sendiri. Kehilangan air melalui proses evapotranspirasi jumlahnya pada setiap jenis tanaman berbeda-beda. Jenis tanaman sengon pada tingkat kadar air 75% memiliki nilai rata-rata harian dan jumlah total
37
evapotranspirasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis yang lainnya. Hal ini dikarenakan jenis tanaman sengon merupakan termasuk jenis tanaman cepat tumbuh. Selain itu, sengon memiliki sifat-sifat fisik yang memungkinkan untuk berevapotranspirasi yang lebih besar dengan memiliki tajuk berbentuk menyerupai payung yang rimbun sehingga proses transpirasi menjadi lebih besar. Ciri fisik yang lainnya yaitu memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol ke permukaan tanah sehingga kemampuan dalam menyerap air dalam tanahnya menjadi lebih tinggi. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Nilai rata-rata harian dan jumlah total evapotranspirasi yang paling kecil adalah jenis tanaman meranti. Sama halnya dengan jenis tanaman sengon, jenis tanaman meranti merupakan jenis tanaman yang pertumbuhannya cepat. Akan tetapi jenis tanaman meranti tidak memiliki ciri-ciri fisik seperti halnya sengon. Kehilangan air pada tanaman melalui proses evapotranspirasi tidak terlepas pada ketersediaan air di dalam tanah yang sangat ditentukan oleh kemampuan tanah dalam memegang air. Sedangkan setiap tanaman mutlak untuk tetap menjaga kadar air yang dibutuhkannya sampai pada titik layu permanen supaya tanaman tetap hidup. Selisih antara kandungan air pada kondisi KL (kapasitas lapang) dan TLP (titik layu permanen) disebut air tersedia. Adanya kandungan air tersedia yang maksimum memungkinkan bagi tanaman mengabsorbsi air tersebut untuk digunakan secara optimal. Total jumlah air yang tersedia bagi tanaman tergantung dari beberapa faktor diantaranya tipe, dan kedalaman perakaran, tanah, laju kehilangan air oleh penguapan dan transpirasi, suhu dan laju penambahan air itu sendiri (Choiruni, 2002 dalam Siddik, 2006). Respon Pertumbuhan Radiasi surya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap proses pertumbuhan. Secara tidak langsung peningkatan intensitas radiasi surya mempengaruhi suhu dan kelembaban udara yang selanjutnya akan mempengaruhi anakan pohon (Gambar 1). Suhu dan kelembaban udara akan mempengaruhi ketersediaan air tanah, sehingga akan berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi setiap anakan atau tanaman. Keterkaitan yang erat antara perbedaan
38
perlakuan tingkat kadar air dengan suhu dan kelembaban udara dapat menimbulkan pengaruh terhadap pertumbuhan anakan tanaman. Oleh karena itu kemampuan adaptasi anakan terhadap perbedaan perlakuan tingkat kadar air juga menunjukan kemampuan adaptasi pada suhu dan kelembaban udara. Hampir semua faktor perlakuan tingkat kadar air dan faktor jenis tanaman memberikan respon yang sangat berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta semua pengukuran biomassanya. Meskipun begitu, nilai rata-rata pertumbuhan dan perkembangannya pada tiap tanaman berbeda-beda. Hal yang menjadikan bervariasinya tingkat atau nilai pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah faktor sifat genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor inilah yang sebagian besar cukup mempengaruhi proses-proses fisiologis pada tiap jenis tanaman. Faktor eksternal atau lingkungan merupakan suatu faktor yang memberikan pengaruh terhadap suatu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berasal dari luar tanaman atau lingkungan. Pemberian tingkat kadar air yang berbeda-beda ternyata memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap parameter-parameter pertumbuhan dan produksinya. Kramer dan Kozlowski (1960) menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90%) dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam prosesproses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal dalam Haryati, 1979). Di dalam sel dan jaringan tanaman, terdapat lebih dari 80% air atau lebih bekerja dalam proses-proses metabolisme yang aktif. Ini merupakan suatu fase cairan yang berkesinambungan dalam tanaman dari rambut-rambut akar menuju ke epidermis daun. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari air dalam tanah tempat ia tumbuh (Slatyer, 1967).
39
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth. Berdasarkan analisis pertambahan tinggi, diameter batang, jumlah daun, produksi berat basah dan berat kering tanaman, RPA serta RTD, menunjukan anakan akasia masih dapat tumbuh baik pada perlakuan tingkat kadar air 25% - 100%, namun yang terbaik pada kisaran perlakuan tingkat kadar air 50% - 75%. Jenis tanaman akasia setiap hari mengalami kehilangan air melalui proses evapotranspirasi yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Sedangkan jumlah terendahnya adalah pada tingkat kadar air 25%. Khusus untuk perlakuan tingkat kadar air 25% bahwa jenis akasia pertumbuhannya kurang optimal. Hal ini disebabkan karena tanaman kekurangan air untuk keperluan metabolismenya. Hasil dari pengamatan bahwa jenis tanaman akasia yang hidup pada tingkat kadar air 25% banyak yang mengalami kelayuan dan daunnya tampak menguning karena kekurangan air. Paraserianthes falcataria (L) Neilsen. Anakan sengon dapat hidup dengan baik pada perlakuan tingkat kadar air 75% - 100%. Kehilangan kadar air melalui proses evapotranspirasi pada jenis tanaman sengon adalah yang paling tinggi pada tingkat kadar air 75%. Sedangkan jumlah terendahnya adalah pada tingkat kadar air 25% setiap hari.
Berdasarkan hasil pengukuran beberapa parameter pertumbuhan
menunjukan pertumbuhan yang optimal pada jenis sengon adalah dengan semakin tingginya perlakuan tingkat kadar air. Hal ini juga sesuai dengan sifat jenis sengon yang merupakan tanaman fast growing species yang kondisi pertumbuhannya sangat memerlukan air banyak. Berdasarkan hasil pengamatan, anakan sengon yang hidup pada kadar air 25% banyak yang mengalami kekeringan daun sehingga banyak daun yang menguning dan gugur. Kehilangan air yang cukup besar pada sengon ini sebagian besar melewati daun. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah daun serta karena daun-daun lebih tersentuh udara jika dibandingkan dengan bagian-bagian lain dari suatu tanaman. Swietenia macrophylla King. Jenis tanaman mahoni dapat tumbuh dengan baik pada semua kisaran tingkat kadar air. Namun pertumbuhan optimalnya ditunjukkan pada kisaran tingkat kadar air 50% - 75%. Berdasarkan pengukuran bahwa jenis tanaman mahoni daun besar kehilangan rata-rata kadar air melalui evapotranspirasi yang
40
paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Sedangkan jumlah terendahnya adalah pada tingkat kadar air 25%. Pertumbuhan pada kadar air 25% terlihat kurang begitu optimal. Hal ini dikarenakan pada perlakuan tingkat kadar air 25% air tanah yang
diperlukan
untuk
proses
fisiologis
dan
kimiawi
sedikit
sehingga
pertumbuhannya menjadi terhambat. Sementara itu, suhu udara yang cukup tinggi sepanjang hari dan kelembaban yang rendah memaksa tanaman untuk terus melakukan transpirasi secara berlebihan. Shorea selanica BI. Berdasarkan pengukuran proses evapotranspirasi untuk anakan meranti bahwa kehilangan air rata-rata setiap hari yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Sedangkan jumlah terendahnya adalah pada tingkat kadar air 25%. Semakin meningkatnya perlakuan tingkat kadar air, semakin meningkat pula kehilangan airnya. Pertumbuhan yang optimal pada anakan meranti yaitu pada perlakuan tingkat kadar air 50% - 100%. Hal ini didasarkan atas nilai rata-rata pertumbuhannya yang cukup baik pada kisaran perlakuan kadar air tersebut. Perlakuan pada tingkat kadar air 25%, anakan meranti tidak bisa tumbuh dengan baik dan optimal dikarenakan air yang diperlukan oleh tanaman tidak bisa digunakan secara maksimal. Selain itu karena faktor suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang cukup rendah. Berat basah dan berat kering merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif untuk menggambarkan penampilan keseluruhan pertumbuhan anakan. Berat basah tanaman lebih menunjukan jumlah kandungan air yang terdapat pada tanaman, keadaan ini juga dapat mempengaruhi parameter diameter batang. Jadi, tidak selalu yang memiliki diameter batang lebih besar maka akan memiliki berat kering batang yang lebih besar pula. Hal ini dikarenakan dipengaruhinya oleh kandungan air yang terdapat dalam batang. Berdasarkan hasil pengukuran, anakan yang tumbuh dengan perlakuan tingkat kadar air yang semakin meningkat pertumbuhan batang lebih cepat dan panjang. Namun berdasarkan hasil pengukuran berat basah dan berat kering, tampak bahwa berat kering turun drastis dari berat basahnya. Hal ini menunjukan kecenderungan anakan tersebut yang memiliki kandungan air yang tinggi. Berat kering merupakan hasil akhir dari fotosintesis yang dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan luas daun per tanaman (Sitompul dan Suritno, 1995 dalam
41
Safitri, 2005). Rendahnya luas daun per tanaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan berat kering anakan. Dengan demikian berat kering anakan pada berbagai tingkat kadar air diakibatkan luas daun per tanaman yang juga berarti faktor jumlah daun turut mempengaruhi luas daun pertanaman. Tingkat kadar air yang sedikit atau rendah, daun menjadi lebih banyak yang layu dan tipis. Sedangkan pada tingkat kadar air yang semakin tinggi, daun-daun menjadi lebih tebal dan keras. Sebagian besar anakan pada perlakuan tingkat kadar air 25% pada penelitian ini menunjukan warna hijau pucat, bahkan ada yang berkerut dengan warna daun yang kecoklat-coklatan dan kekuning-kuningan dan kemudian daun-daun tersebut mati. Dengan demikian jumlah daunnya menjadi rendah. Bahkan ada pula tanaman yang mati karena menggugurkan daunnya. Kejadian ini terjadi pada hampir semua jenis tanaman, terutama jenis tanaman meranti dan sengon. Menurut Kramer (1969) air juga berperan dalam proses transpirasi yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kekurangan air pada tanaman mengakibatkan berkurangnya turgor pada sel-sel penutup. Apabila sel-sel penutup kendur, maka stomata akan menutup. Sehingga meskipun terang (sinar) cukup, akan tetapi jika air kurang, maka stomata akan tetap tertutup. Anakan akasia memiliki rasio pucuk-akar (RPA) yang lebih besar pada perlakuan tingkat kadar air 50% - 100%, yang menandakan bahwa produksi daun lebih banyak dibandingkan produksi akar pada tingkat kadar air tersebut. Begitu pula dengan anakan sengon yang menunjukan kecenderungan memproduksi daun yang lebih besar pada perlakuan tingkat kadar air 50% dan 100%. Sedangkan pada tingkat kadar air yang rendah kematian daun relatif lebih tinggi, sehingga nilai RPA menunjukan lebih besarnya berat akar dibandingkan dengan berat daun. Begitu pula nilai RPA anakan mahoni dan meranti juga menunjukkan kecenderungan lebih besarnya berat akar pada tingkat kadar air antara 50% - 100%. Anakan jenis tanaman mahoni pada tingkat kadar air 50% menunjukkan nilai rasio pucuk-akar yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis yang lainnya yakni sebesar 6,72. Sedangkan untuk jenis tanaman meranti merah pada tingkat kadar air 25% menunjukkan nilai rasio pucuk akar yang paling rendah yaitu sebesar 1,12 Kekokohan merupakan salah satu parameter morfologi yang menjadi indikator kualitas bibit atau anakan yang dinyatakan dalam rasio tinggi dengan
42
diameter batang. Nilai rasio tinggi-diameter yang lebih rendah menyatakan tingkat kekokohan yang lebih tinggi, yang berarti menandakan diameter batang yang lebih besar. Selain menunjukkan kekokohan, diameter batang yang lebih besar berarti mengandung cadangan makanan yang lebih banyak yang penting bagi regenerasi akar pada anakan yang dipindahkan ke lapang (Tjondronegoro et al., dalam Safitri, 2005). Berdasarkan hasil pengukuran, anakan jenis mahoni memiliki nilai rata-rata RTD yang paling kecil pada perlakuan tingkat kadar air 75% yaitu sebesar 45,7. Jenis tanaman meranti menunjukkan kecenderungan anakan yang lebih kokoh pada perlakuan tingkat kadar air 50% sebesar 53,7. Begitu pula dengan jenis tanaman sengon yang menunjukkan kecenderungan lebih kokoh pada perlakuan tingkat kadar air 50% yaitu sebesar 45,7 dan untuk jenis tanaman akasia memiliki kecenderungan lebih kokoh pada perlakuan tingkat kadar air 75% dengan nilai rata-rata RTD terkecilnya yaitu sebesar 119,5. Menurut Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bandung (1999), syarat nilai kekokohan bibit untuk anakan akasia adalah 70 – 120, sengon sebesar 51 – 90 dan anakan meranti merah adalah 63 – 108. Sebagian besar nilai kekokohan anakan memenuhi syarat.
43
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Anakan akasia masih dapat tumbuh baik pada perlakuan tingkat kadar air 25% 100%, namun yang terbaik pada kisaran perlakuan tingkat kadar air 50% - 75%. Jenis tanaman akasia mengalami kehilangan air melalui proses evapotranspirasi setiap hari rata-rata yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Khusus untuk perlakuan tingkat kadar air 25% bahwa jenis akasia pertumbuhannya kurang begitu optimal. b. Anakan sengon dapat hidup dengan baik pada perlakuan tingkat kadar air 75% 100%. Rata-rata kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Anakan sengon yang hidup pada kadar air 25% banyak yang mengalami kekeringan daun sehingga banyak daun yang menguning dan gugur. c. Jenis tanaman mahoni dapat tumbuh dengan baik pada semua kisaran tingkat kadar air. Namun pertumbuhan optimalnya ditunjukan pada kisaran tingkat kadar air 50% - 75%. Berdasarkan pengukuran, tingkat kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari rata-rata yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Pertumbuhan mahoni pada kadar air 25% terlihat kurang begitu optimal. d. Anakan meranti rata-rata kehilangan air melalui proses evapotranspirasi setiap hari yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air 75%. Pertumbuhan yang optimal pada anakan meranti yaitu pada perlakuan tingkat kadar air 50% - 100%. Pada perlakuan tingkat kadar air 25%, anakan meranti tidak bisa tumbuh dengan baik dan optimal. Saran a. Penanaman keempat jenis anakan (akasia, sengon, mahoni dan meranti) akan lebih baik jika ditanam di lapangan pada tingkat kadar air yang tinggi (75% 100%). b. Penanaman untuk di lapangan harus lebih memperhatikan aspek curah hujan dan tipe-tipe tanah supaya dapat diketahui jenis yang optimal dalam pertumbuhannya. c. Harus ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan faktor koreksi tiap jenis tanaman.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Total Tanaman (cm) Minggu keJenis dan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 J1N1 34,68 35,13 38,75 41,38 45,25 46,25 48,75 J2N1 55,85 61,13 63,75 64,50 66,13 69,50 72,00 J3N1 50,15 50,63 54,13 55,75 57,13 55,33 58,00 J4N1 43,00 43,00 46,25 48,25 50,00 52,00 57,00 J1N2 41,75 42,75 44,25 48,00 51,13 57,50 60,00 J2N2 56,75 57,50 64,50 66,25 68,50 75,13 79,13 J3N2 53,08 54,00 54,75 58,00 61,25 62,88 64,63 J4N2 46,23 46,25 47,75 50,00 51,63 52,17 53,00 J1N3 42,80 45,25 48,25 50,38 53,25 57,75 60,00 J2N3 53,58 55,13 60,00 62,50 65,38 68,50 70,75 J3N3 45,18 46,58 48,00 50,63 52,25 54,75 58,00 J4N3 41,73 43,75 44,25 45,88 47,25 47,50 47,50 J1N4 34,03 35,83 36,38 38,00 41,00 44,33 39,00 J2N4 49,85 50,60 51,25 54,25 57,50 59,25 58,67 J3N4 43,80 45,73 48,25 51,13 51,75 53,00 55,75 J4N4 44,95 46,93 47,50 50,63 51,25 50,33 54,00
8 50,25 75,25 58,33 53,50 63,75 83,25 66,00 53,33 63,25 73,50 60,00 48,50 44,00 61,25 56,75 52,50
9 51,75 74,33 58,67 60,50 66,75 92,25 67,38 54,00 67,50 77,00 63,00 50,33 44,25 62,00 57,75 51,00
10 56,33 85,25 63,00 59,00 69,25 98,75 71,25 54,67 71,75 81,25 67,75 54,33 47,33 63,25 60,75 54,00
Lampiran 2. Nilai Rata-rata Pertambahan Total Diameter batang (mm) Minggu keJenis dan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 J1N1 0,18 0,18 0,22 0,22 0,24 0,26 0,28 J2N1 0,29 0,32 0,36 0,39 0,41 0,45 0,49 J3N1 0,40 0,41 0,47 0,50 0,53 0,54 0,57 J4N1 0,32 0,34 0,34 0,35 0,37 0,38 0,40 J1N2 0,17 0,19 0,22 0,23 0,27 0,28 0,31 J2N2 0,39 0,41 0,42 0,47 0,49 0,54 0,58 J3N2 0,37 0,41 0,45 0,50 0,54 0,57 0,61 J4N2 0,35 0,39 0,40 0,42 0,44 0,47 0,48 J1N3 0,18 0,20 0,24 0,24 0,27 0,31 0,32 J2N3 0,33 0,38 0,42 0,46 0,51 0,55 0,60 J3N3 0,36 0,41 0,43 0,45 0,50 0,53 0,56 J4N3 0,32 0,35 0,35 0,38 0,43 0,45 0,46 J1N4 0,16 0,17 0,19 0,19 0,21 0,21 0,21 J2N4 0,27 0,29 0,31 0,33 0,34 0,34 0,35 J3N4 0,34 0,35 0,38 0,38 0,44 0,48 0,49 J4N4 0,30 0,33 0,34 0,37 0,39 0,39 0,39
8 0,31 0,55 0,57 0,42 0,36 0,64 0,67 0,49 0,36 0,65 0,60 0,49 0,23 0,37 0,53 0,40
9 0,34 0,59 0,61 0,46 0,39 0,71 0,75 0,50 0,39 0,70 0,64 0,52 0,23 0,38 0,56 0,40
10 0,41 0,62 0,61 0,48 0,41 0,73 0,76 0,51 0,42 0,74 0,64 0,53 0,26 0,38 0,52 0,42
Lampiran 3. Nilai Rata-rata Total Jumlah Daun Minggu keJenis dan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 J1N1 6,3 5,8 5,8 5,8 5,8 6,0 6,3 J2N1 70,3 68,3 67,8 67,8 67,8 79,8 90,3 J3N1 38,3 35,8 34,8 34,8 34,8 37,3 41,0 J4N1 J1N2
6,3 7,5
5,5 6,8
4,0 6,8
4,0 6,8
4,0 6,8
5,7 7,3
7,3 7,8
8 7,0 100,0 35,7
9 7,5 109,8 35,7
10 9,7 128,8 36,0
9,0 8,8
11,7 8,8
13,0 9,5
51
J2N2 J3N2
81,3 40,8
81,3 40,0
81,3 40,0
81,3 40,0
81,3 40,0
81,5 40,0
82,5 39,8
84,5 40,5
85,8 40,8
86,3 41,0
J4N2 J1N3 J2N3 J3N3
7,5 8,3 96,8 38,8
6,8 7,8 95,8 38,5
6,8 8,0 95,8 38,5
6,8 8,0 95,8 38,5
6,8 8,0 95,8 38,5
6,3 8,0 98,8 36,8
7,0 7,0 100,5 33,8
7,3 8,3 102,3 30,0
7,7 8,8 106,0 28,8
8,0 9,0 107,5 27,3
J4N3 J1N4 J2N4 J3N4
9,5 6,0 78,8 40,3
9,0 5,8 60,3 40,3
8,3 5,8 56,3 40,0
8,3 5,8 56,3 40,0
8,3 5,8 56,3 40,0
8,3 6,0 56,5 41,0
8,3 6,3 57,0 40,5
9,0 6,7 59,0 42,0
9,7 7,0 60,8 42,3
9,7 7,3 61,8 43,0
J4N4
5,8
5,5
5,3
5,3
5,3
5,3
5,3
6,0
5,7
6,0
6
7
4,83 4,58 4,63 4,23 4,25 4,39 4,15 4,55 3,70 4,03 3,98 3,98 3,60 3,53 3,58 3,53
4,71 4,51 4,54 4,10 4,18 4,34 4,09 4,45 3,68 3,98 3,90 3,96 3,63 3,56 3,59 3,56
Lampiran 4. Nilai Rata-rata Penyusutan Bobot Anakan Tiap dua Harian (kg) JENIS dan Awal 1 2 3 4 5 PERLAKUAN J1N1 4,98 4,78 4,75 4,75 4,73 4,74 J2N1 4,85 4,83 4,65 4,58 4,65 4,59 J3N1 4,85 4,73 4,65 4,60 4,60 4,59 J4N1 4,35 4,23 4,23 4,15 4,24 4,18 J1N2 4,48 4,38 4,25 4,24 4,20 4,25 J2N2 4,73 4,53 4,40 4,43 4,45 4,48 J3N2 4,45 4,25 4,20 4,23 4,16 4,19 J4N2 4,73 4,48 4,58 4,55 4,51 4,50 J1N3 3,95 3,83 3,68 3,85 3,74 3,75 J2N3 4,45 4,18 4,10 4,18 4,10 4,05 J3N3 4,20 4,00 3,93 4,06 3,98 3,99 J4N3 4,18 3,85 4,10 4,03 4,00 3,95 J1N4 3,78 3,60 3,63 3,65 3,64 3,63 J2N4 3,70 3,53 3,53 3,54 3,54 3,55 J3N4 3,80 3,63 3,65 3,63 3,64 3,63 J4N4 3,68 3,55 3,58 3,58 3,56 3,54 Lanjutan Lampiran 4 JENIS dan 8 9 10 11 12 13 14 PERLAKUAN J1N1 J2N1 J3N1 J4N1 J1N2 J2N2 J3N2 J4N2 J1N3 J2N3 J3N3 J4N3 J1N4
4,74 4,71 4,68 4,16 4,31 4,41 4,21 4,59 3,78 4,06 4,00 4,06 3,64
4,73 4,53 4,54 4,20 4,18 4,29 4,09 4,50 3,65 3,94 3,93 3,98 3,64
4,71 4,51 4,58 4,16 4,11 4,24 4,01 4,46 3,69 3,93 3,80 3,98 3,56
4,73 4,41 4,51 4,15 4,19 4,24 4,10 4,50 3,65 3,89 3,90 3,93 3,56
4,78 4,60 4,66 4,25 4,24 4,30 4,15 4,59 3,75 4,03 3,98 4,03 3,58
4,63 4,39 4,48 4,13 4,13 4,09 4,00 4,40 3,61 3,83 3,86 3,93 3,63
4,73 4,50 4,58 4,18 4,20 4,28 4,10 4,55 3,70 3,93 3,95 3,93 3,60
15
16
4,64 4,35 4,51 4,15 4,21 4,13 4,08 4,60 3,76 3,94 3,89 4,14 3,65
4,70 4,38 4,51 4,15 4,20 4,13 4,06 4,48 3,68 3,89 3,80 4,03 3,64
52
J2N4 J3N4 J4N4 Lanjutan lampiran 4 JENIS dan PERLAKUAN J1N1 J2N1 J3N1 J4N1 J1N2 J2N2 J3N2 J4N2 J1N3 J2N3 J3N3 J4N3 J1N4 J2N4 J3N4 J4N4 Lanjutan Lampiran 4 JENIS dan PERLAKUAN J1N1 J2N1 J3N1 J4N1 J1N2 J2N2 J3N2 J4N2 J1N3 J2N3 J3N3 J4N3 J1N4 J2N4 J3N4 J4N4
3,55 3,63 3,55
3,50 3,61 3,55
3,49 3,56 3,49
3,44 3,55 3,50
3,53 3,63 3,55
3,48 3,55 3,49
3,48 3,58 3,45
3,54 3,60 3,63
3,51 3,58 3,58
17
18
19
20
21
22
23
24
25
4,80 4,48 4,63 4,23 4,25 4,21 4,14 4,58 3,76 3,95 3,93 4,01 3,63 3,55 3,60 3,60
4,75 4,50 4,60 4,25 4,18 4,20 4,13 4,58 3,68 3,93 3,93 4,03 3,65 3,55 3,65 3,58
4,78 4,48 4,55 4,18 4,25 4,20 4,13 4,58 3,83 3,98 3,98 4,08 3,68 3,53 3,63 3,58
4,63 4,30 4,43 4,13 3,98 3,98 3,88 4,43 3,60 3,78 3,73 3,88 3,55 3,50 3,55 3,53
4,70 4,35 4,45 4,20 4,18 4,08 4,08 4,55 3,66 3,93 3,90 3,99 3,59 3,55 3,50 3,48
4,73 4,33 4,53 4,18 4,08 4,03 3,98 4,48 3,63 3,85 3,80 3,93 3,60 3,45 3,48 3,50
4,65 4,33 4,53 4,20 4,18 4,10 4,03 4,58 3,68 3,93 3,88 4,08 3,58 3,45 3,50 3,45
4,68 4,23 4,43 4,18 4,08 3,98 3,98 4,50 3,55 3,80 3,88 3,90 3,58 3,48 3,55 3,55
4,73 4,25 4,53 4,15 4,13 4,00 3,93 4,53 3,65 3,80 3,80 4,00 3,50 3,43 3,45 3,48
26
27
28
29
30
31
32
33
34
4,70 4,28 4,50 4,23 4,10 3,95 3,98 4,53 3,60 3,78 3,83 3,95 3,73 3,55 3,63 3,60
4,70 4,18 4,48 4,08 4,08 3,95 3,95 4,58 3,73 3,83 3,90 4,00 3,55 3,43 3,55 3,50
4,65 4,18 4,45 4,15 4,05 3,95 3,95 4,53 3,65 3,85 3,78 3,95 3,65 3,53 3,53 3,60
4,73 4,18 4,45 4,08 4,05 3,90 3,98 4,53 3,58 3,78 3,73 3,93 3,63 3,48 3,53 3,55
4,75 4,35 4,60 4,25 4,10 4,00 3,98 4,60 3,68 3,90 3,88 4,03 3,65 3,55 3,58 3,58
4,78 4,28 4,50 4,18 4,15 3,98 4,03 4,60 3,65 3,85 3,80 4,05 3,60 3,50 3,58 3,53
4,63 4,10 4,48 4,20 4,00 3,98 3,95 4,53 3,55 3,83 3,78 3,93 3,63 3,48 3,55 3,55
4,65 4,15 4,48 4,15 4,15 3,98 3,98 4,57 3,60 3,88 3,80 3,95 3,60 3,50 3,55 3,50
4,63 4,10 4,48 3,87 4,05 3,98 3,98 4,47 3,55 3,75 3,73 3,93 3,58 3,48 3,53 3,55
53
Lampiran 7. Hasil Uji Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Tanaman Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 5706.394a 23389.879 5706.394 2810.798 31907.070 8517.191
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 380.426 23389.879 380.426 58.558
F 6.497 399.429 6.497
Sig. .000 .000 .000
3
4
a. R Squared = .670 (Adjusted R Squared = .567)
respon Duncan
a,b
Subset perlakuan J4N4 J4N2 J4N1 J1N4 J3N1 J4N3 J2N4 J3N4 J3N2 J1N1 J3N3 J1N2 J2N3 J1N3 J2N1 J2N2 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 8.3000 8.9000 10.0000 10.7250 10.8500 11.1500 13.4000 16.9500 18.1750 19.3250
.091
2
10.0000 10.7250 10.8500 11.1500 13.4000 16.9500 18.1750 19.3250 22.5750
16.9500 18.1750 19.3250 22.5750 27.5000 27.6750 28.9500 29.4000
.052
.052
42.0000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 58.558. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
54
Diameter Tanaman
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Mod .652a Intercept 3.231 perlakuan .652 Error .229 Total 4.112 Corrected Tota .881
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square F .043 9.121 3.231 678.130 .043 9.121 .005
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .740 (Adjusted R Squared = .659) respon a,b
Duncan Subset perlakua N J1N4 4 J4N4 4 J2N4 4 J4N1 4 J4N2 4 J1N1 4 J3N4 4 J4N3 4 J3N1 4 J1N2 4 J1N3 4 J3N3 4 J2N1 4 J2N2 4 J3N2 4 J2N3 4 Sig.
1 .0775 .0875 .1075 .1350 .1425 .1850 .1850
.061
2
.1075 .1350 .1425 .1850 .1850 .2125
.063
3
.1350 .1425 .1850 .1850 .2125 .2300 .2350 .2400
.070
4
.1850 .1850 .2125 .2300 .2350 .2400 .2825
.089
5
.2300 .2350 .2400 .2825 .3325
.065
6
.2400 .2825 .3325 .3450
.053
7
.2825 .3325 .3450 .3875 .053
8
.3325 .3450 .3875 .4100 .154
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .005. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b.Alpha = .05.
55
Jumlah Daun
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Mode 60439.234a Intercept 52842.516 perlakuan 60439.234 Error 10557.250 Total 123839.000 Corrected Total 70996.484
df
Mean Square F 4029.282 18.320 52842.516 240.256 4029.282 18.320 219.943
15 1 15 48 64 63
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .851 (Adjusted R Squared = .805) respon a,b
Duncan
perlakuan J4N4 J1N4 J4N2 J1N1 J2N1 J4N3 J1N3 J1N2 J4N1 J3N1 J3N3 J3N2 J3N4 J2N4 J2N2 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 4.5000 5.5000 6.0000 7.2500 7.2500 7.2500 9.0000 9.5000 9.7500 27.0000 27.2500
2
27.0000 27.2500 41.0000 43.0000
Subset 3
4
5
41.0000 43.0000 61.7500 86.2500
.074
.171
.066
1.000
107.5000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 219.943. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
56
Bobot Anakan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Mode 2.375a Intercept 9.688 perlakuan 2.375 Error 1.068 Total 13.130 Corrected Tota 3.442
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square F .158 7.119 9.688 435.604 .158 7.119 .022
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .690 (Adjusted R Squared = .593)
respon Duncan
a,b
Subset perlakuan J4N4 J1N4 J4N1 J4N2 J2N4 J4N3 J3N4 J1N1 J3N1 J1N3 J1N2 J3N2 J3N3 J2N3 J2N1 J2N2 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 .1250 .2000 .2250 .2250 .2250 .2500 .2750 .3500
.072
2
3
.2000 .2250 .2250 .2250 .2500 .2750 .3500 .3750 .4000 .4250
.077
4
.2250 .2250 .2250 .2500 .2750 .3500 .3750 .4000 .4250 .4750 .4750
.051
.7000 .7500 .7500 .659
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .022. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
57
Berat Basah daun
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 24210.117a 55515.606 24210.117 16854.394 96580.118 41064.511
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 1614.008 55515.606 1614.008 351.133
F 4.597 158.104 4.597
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .590 (Adjusted R Squared = .461)
respon a,b
Duncan
perlakuan J4N4 J4N2 J2N4 J1N4 J4N1 J3N4 J1N1 J4N3 J3N2 J3N1 J1N3 J1N2 J2N1 J2N2 J3N3 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 3.8100 6.2525 7.1725 8.3150 8.8675 15.0975 21.4700 22.0900
.246
2
8.3150 8.8675 15.0975 21.4700 22.0900 37.8675
.054
Subset 3
15.0975 21.4700 22.0900 37.8675 38.9950 39.7050 42.4800
4
21.4700 22.0900 37.8675 38.9950 39.7050 42.4800 46.9725 50.9725
.079
.061
5
37.8675 38.9950 39.7050 42.4800 46.9725 50.9725 57.3625 63.8050 .100
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 351.133. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
58
Berat Basah Batang Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum of Squares Source Corrected Model 46174885.0a Intercept 3487299.473 perlakuan 46174885.0 Error 148546293 Total 198208478 Corrected Total 194721178
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 3078325.667 3487299.473 3078325.667 3094714.447
F .995 1.127 .995
Sig. .476 .294 .476
a. R Squared = .237 (Adjusted R Squared = -.001)
respon Duncan
a,b
perlakuan J4N1 J1N1 J3N1 J4N4 J1N4 J2N1 J4N2 J3N4 J4N3 J3N3 J1N2 J1N3 J2N2 J3N2 J2N3 J2N4 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Subset 1 3.1925 5.2575 6.0850 6.1175 7.1100 7.4300 7.7975 11.4675 11.7650 19.4225 20.7875 22.5375 27.2050 27.5300 28.1775 .987
2
3522.9800 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 3094714.447. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
59
Berat Basah Akar Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 4850.766a 11977.387 4850.766 1764.029 18592.181 6614.794
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 323.384 11977.387 323.384 36.751
F 8.799 325.910 8.799
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .733 (Adjusted R Squared = .650)
respon Duncan
a,b
perlakuan J4N1 J1N1 J3N1 J4N4 J2N4 J1N4 J2N1 J4N2 J3N4 J4N3 J3N3 J1N2 J1N3 J2N2 J3N2 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 3.1925 5.2575 6.0850 6.1175 7.0000 7.1100 7.4300 7.7975 11.4675 11.7650
.098
Subset 2
11.4675 11.7650 19.4225 20.7875
.051
3
19.4225 20.7875 22.5375 27.2050 27.5300 28.1775 .078
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 36.751. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
60
Berat Basah Total Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum of Squares Source Corrected Model 71731.862a Intercept 185585.409 perlakuan 71731.862 Error 37439.839 Total 294757.110 Corrected Total 109171.701
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 4782.124 185585.409 4782.124 779.997
F 6.131 237.931 6.131
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .657 (Adjusted R Squared = .550)
respon a,b
Duncan
perlakua J4N4 J4N1 J2N4 J4N2 J1N4 J1N1 J3N4 J4N3 J3N1 J2N1 J1N3 J1N2 J3N2 J3N3 J2N2 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 13.5500 14.2675 17.5250 18.0225 20.2850 34.0650 35.0950 40.3050 51.4800
.109
2
17.5250 18.0225 20.2850 34.0650 35.0950 40.3050 51.4800 61.8800
.058
3
34.0650 35.0950 40.3050 51.4800 61.8800 71.3775
.104
Subset 4
40.3050 51.4800 61.8800 71.3775 83.1950
5
51.4800 61.8800 71.3775 83.1950 90.5750 93.3875
.057
.067
6
7
61.8800 71.3775 83.1950 90.5750 93.3875 06.3375
71.3775 83.1950 90.5750 93.3875 06.3375 10.2450 .052 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 779.997. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b.Alpha = .05.
61
Berat Kering Daun Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 2292.345a 5804.726 2292.345 1734.483 9831.553 4026.828
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 152.823 5804.726 152.823 36.135
F 4.229 160.640 4.229
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .569 (Adjusted R Squared = .435)
respon a,b
Duncan
perlakuan J4N4 J4N2 J2N4 J4N1 J1N4 J3N4 J1N1 J3N1 J2N1 J4N3 J3N2 J1N3 J1N2 J2N2 J3N3 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 2.0500 2.1650 2.5200 3.2475 3.4650 5.8875 5.9725 10.6575 10.8175 11.5825 11.9375
.055
2
3.2475 3.4650 5.8875 5.9725 10.6575 10.8175 11.5825 11.9375 12.6900
.064
Subset 3
5.8875 5.9725 10.6575 10.8175 11.5825 11.9375 12.6900 13.5750 14.5225
.090
4
10.6575 10.8175 11.5825 11.9375 12.6900 13.5750 14.5225 20.2350 .058
5
11.5825 11.9375 12.6900 13.5750 14.5225 20.2350 21.0525 .058
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 36.135. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
62
Berat Kering Batang
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 873.308a 1999.096 873.308 370.290 3242.694 1243.598
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 58.221 1999.096 58.221 7.714
F 7.547 259.139 7.547
Sig. .000 .000 .000
3
4
a. R Squared = .702 (Adjusted R Squared = .609)
respon a,b
Duncan
Subset perlakuan J4N1 J2N4 J1N4 J1N1 J3N1 J4N4 J2N1 J3N4 J4N2 J4N3 J1N2 J3N3 J1N3 J2N3 J2N2 J3N2 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 1.6475 1.9975 2.0025 2.2225 2.3900 2.7400 2.8250 3.3675 3.6700
.390
2 1.9975 2.0025 2.2225 2.3900 2.7400 2.8250 3.3675 3.6700 6.4825
.056
6.4825 7.8425 8.6225 9.5000
.168
7.8425 8.6225 9.5000 10.8925 11.4075 11.8125 .081
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 7.714. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
63
Berat Kering Akar
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Mode 426.703a Intercept 778.480 perlakuan 426.703 Error 333.070 Total 1538.252 Corrected Total 759.773
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square F 28.447 4.100 778.480 112.190 28.447 4.100 6.939
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .562 (Adjusted R Squared = .425) respon Duncan
a,b
perlakuan J4N1 J2N4 J4N4 J4N2 J1N4 J3N1 J1N1 J2N1 J4N3 J3N4 J3N3 J1N3 J2N3 J3N2 J1N2 J2N2 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 .8575 1.1750 1.4100 1.6500 1.7675 1.9750 2.1050 2.5975 2.6200 2.8725 3.0275 3.1475
.312
Subset 2
1.4100 1.6500 1.7675 1.9750 2.1050 2.5975 2.6200 2.8725 3.0275 3.1475 5.6325
.062
3
5.6325 7.5350 7.8000 9.6300 .054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 6.939. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
64
Berat Kering Total
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Model 8059.758a Intercept 22141.812 perlakuan 8059.758 Error 4894.947 Total 35096.517 Corrected Total 12954.705
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 537.317 22141.812 537.317 101.978
F 5.269 217.123 5.269
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .622 (Adjusted R Squared = .504) respon a,b
Duncan
Subset perlakuan J2N4 J4N1 J4N4 J1N4 J4N2 J1N1 J3N4 J3N1 J2N1 J4N3 J1N3 J1N2 J3N2 J3N3 J2N2 J2N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5.6925 5.7525 6.2000 7.2350 7.4850 10.3000 12.1275 15.0225 16.2400 20.6850
.082
2
10.3000 12.1275 15.0225 16.2400 20.6850 25.3375
.069
3
15.0225 16.2400 20.6850 25.3375 29.2175
4
16.2400 20.6850 25.3375 29.2175 31.2850 31.8850
.081
.059
5
20.6850 25.3375 29.2175 31.2850 31.8850 35.5600 .072
6
25.3375 29.2175 31.2850 31.8850 35.5600 37.5775 .140
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 101.978. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
65
Rasio Tinggi-Diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 243809.397a 773540.039 243809.397 757330.224 1774679.660 1001139.621
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 16253.960 773540.039 16253.960 15777.713
F 1.030 49.027 1.030
Sig. .443 .000 .443
a. R Squared = .244 (Adjusted R Squared = .007)
respon Duncan
a,b
Subset perlakuan J3N2 J3N1 J4N3 J4N1 J2N3 J4N2 J3N3 J3N4 J2N1 J1N2 J1N3 J1N1 J2N2 J2N4 J1N4 J4N4 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 45.7025 47.2425 53.7050 64.9375 67.7550 75.5400 82.9350 92.0225 94.2125 119.4950 121.2750 124.6300 128.3375 158.2875 187.9300 .193
2
92.0225 94.2125 119.4950 121.2750 124.6300 128.3375 158.2875 187.9300 295.0150 .056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 15777.713. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
66
Rasio Pucuk-Akar
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon Type III Sum Source of Squares Corrected Mode 177.897a Intercept 579.064 perlakuan 177.897 Error 136.237 Total 893.198 Corrected Total 314.134
df 15 1 15 48 64 63
Mean Square 11.860 579.064 11.860 2.838
F 4.179 204.020 4.179
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = .566 (Adjusted R Squared = .431) respon a,b
Duncan
perlakuan J4N4 J2N4 J4N2 J1N4 J3N2 J2N2 J1N2 J1N1 J3N4 J4N1 J1N3 J2N3 J4N3 J2N1 J3N1 J3N3 Sig.
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 1.1200 1.2600 1.2650 1.4450 1.5200 1.9725 2.1850 2.3275 2.6825 2.8750 3.9525 3.9625
.050
2
1.4450 1.5200 1.9725 2.1850 2.3275 2.6825 2.8750 3.9525 3.9625 4.1575
.059
Subset 3
2.6825 2.8750 3.9525 3.9625 4.1575 5.2300
.065
4
2.8750 3.9525 3.9625 4.1575 5.2300 5.4500 .062
5
4.1575 5.2300 5.4500 6.7225 .053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 2.838. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b. Alpha = .05.
67
Lampiran 8. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara Harian (oC) Parameter Suhu (°C) Parameter Kelembaban (%) Hari/Tanggal Pagi Siang sore Pagi Siang sore Senin/ 17 Juli 2006 25 35 29 91 56 83 Selasa/ 18 Juli 2006 25 34 30 90 70 79 Rabu/ 19 Juli 2006 26 34 29 90 57 83 Kamis/ 20 Juli 2006 25 33 29 95 56 83 Jumat/ 21 Juli 2006 26 33 30 91 57 64 Sabtu/ 22 Juli 2006 25 33 31 95 59 68 Minggu/ 23 Juli 2006 26 33 30 91 52 60 Senin/ 24 Juli 2006 24 34 31 85 51 66 Selasa/ 25 Juli 2006 25 34 30 90 64 64 Rabu/ 26 Juli 2006 26 33 30 95 56 78 Kamis/ 27 Juli 2006 26 33 31 82 60 72 Jumat/ 28 Juli 2006 25 33 31 95 63 74 Sabtu/ 29 Juli 2006 27 34 31 91 57 72 Minggu/ 30 Juli 2006 26 35 31 82 65 69 Senin/ 31 Juli 2006 24 33 31 90 60 72 Selasa/ 01 Agustus 2006 25 34 31 90 64 58 Rabu/ 02 Agustus 2006 25 34 30 81 54 57 Kamis/ 03 Agustus 2006 26 34 30 82 54 57 Jumat/ 04 Agustus 2006 26 34 30 86 51 60 Sabtu/ 05 Agustus 2006 25 35 30 81 58 60 Minggu / 06 Agustus 2006 26 34 30 82 57 57 Senin/ 07 Agustus 2006 26 34 30 86 57 60 Selasa/ 08 Agustus 2006 25 33 30 90 56 60 Rabu/ 09 Agustus 2006 26 33 30 82 60 57 Kamis/10 Agustus 2006 27 33 31 91 56 69 Jumat/11 Agustus 2006 27 33 31 86 53 65 Sabtu/12 Agustus 2006 27 33 31 91 56 69 Minggu/ 13 Agustus 2006 26 33 31 86 53 69 Senin/ 14 Agustus 2006 26 33 30 86 56 72 Selasa/ 15 Agustus 2006 26 33 29 86 56 59 Rabu/ 16 Agustus 2006 26 34 29 86 57 59 Kamis/ 17 Agustus 2006 27 33 29 82 53 59 Jumat/ 18 Agustus 2006 26 34 30 86 57 60 Sabtu/ 19 Agustus 2006 25 34 30 76 54 57 Minggu/20 Agustus 2006 25 34 30 86 54 57 Senin/ 21 Agustus 2006 26 34 30 86 54 60 Selasa/ 22 Agustus 2006 26 33 30 86 56 60 Rabu/ 23 Agustus 2006 26 33 29 82 56 56 Kamis/ 24 Agustus 2006 25 33 29 81 53 56 Jumat/ 25 Agustus 2006 25 34 29 81 57 52 Sabtu/ 26 Agustus 2006 25 34 29 81 57 56 Minggu/ 27 Agustus 2006 25 34 30 81 54 57 Senin/ 28 Agustus 2006 25 34 30 81 61 57 Selasa/ 29 agustus 2006 26 34 31 91 54 54 Rabu/ 30 Agustus 2006 26 34 31 82 57 58 Kamis/ 31 Agustus 2006 26 33 31 82 60 58 Jumat/ 01 Sept 2006 25 34 31 81 57 51
68
Sabtu/ 02 Sept 2006 Minggu/ 03 Sept 2006 Senin/ 04 Sept 2006 Selasa/ 05 Sept 2006 Rabu/ 06 Sept 2006 Kamis/ 07 Sept 2006 Jumat/ 08 Sept 2006 Sabtu/ 09 Sept 2006 Minggu/ 10 Sept 2006 Senin/ 11 Sept 2006 Selasa/12 Sept 2006 Rabu/ 13 Sept 2006 Kamis/ 14 Sept 2006 Jumat/ 15 Sept 2006 Sabtu/ 16 Sept 2006 Minggu/ 17 Sept 2006 Senin/ 18 Sept 2006 Selasa/ 19 Sept 2006 Rabu/ 20 Sept 2006 Kamis/ 21 Sept 2006 Jumat/ 22 Sept 2006 Sabtu/ 23 Sept 2006 Minggu/ 24 Sept 2006
26 25 26 26 26 26 26 26 26 26 27 26 26 26 26 25 24 26 26 27 24 25 25
33 33 33 33 33 33 35 33 33 33 33 33 33 33 35 35 36 36 36 36 36 35 35
31 31 31 31 31 29 29 29 29 29 29 29 29 30 30 30 30 30 28 27 29 29 29
82 81 91 91 91 82 82 91 82 82 86 82 82 86 86 90 90 86 86 91 90 90 90
53 56 56 60 60 56 58 56 53 53 53 56 56 56 49 46 47 37 50 43 43 41 41
51 54 58 54 58 56 56 56 52 63 52 52 63 57 57 64 70 70 63 82 75 78 82
Lampiran 8. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara Harian (oC) Pengukuran suhu dan kelembaban harian diluar ruangan/rumah kaca
Hari/Tanggal Senin/ 17 Juli 2006
Parameter Suhu (°C) Pagi Siang sore 25
30
30
Parameter Kelembaban (%) Pagi Siang sore 90
70
73
Selasa/ 18 Juli 2006
24
30
29
95
74
73
Rabu/ 19 Juli 2006
26
33
29
91
59
73
Kamis/ 20 Juli 2006
25
32
29
90
57
82
Jumat/ 21 Juli 2006
25
33
30
90
64
68
Sabtu/ 22 Juli 2006
25
32
31
90
63
65
Minggu/ 23 Juli 2006
26
32
29
90
60
66
Senin/ 24 Juli 2006
24
34
31
91
59
74
Selasa/ 25 Juli 2006
23
35
31
90
56
72
Rabu/ 26 Juli 2006
23
34
30
95
56
69
Kamis/ 27 Juli 2006
25
33
29
90
60
72
Jumat/ 28 Juli 2006
26
32
29
95
63
74
Sabtu/ 29 Juli 2006
25
31
31
95
64
74
Minggu/ 30 Juli 2006
25
33
31
90
54
74
Senin/ 31 Juli 2006
25
32
30
95
51
60
Selasa/ 01 Agustus 2006
24
34
31
95
58
60
69
Rabu/ 02 Agustus 2006
23
35
26
95
64
57
Kamis/ 03 Agustus 2006
25
34
30
95
67
57
Jumat/ 04 Agustus 2006
26
34
31
90
51
69
Sabtu/ 05 Agustus 2006
25
31
29
90
58
65
Minggu / 06 Agustus 2006
24
35
28
91
57
57
Senin/ 07 Agustus 2006
24
35
30
90
57
80
Selasa/ 08 Agustus 2006
23
32
31
91
58
69
Rabu/ 09 Agustus 2006
25
33
31
91
54
72
Kamis/10 Agustus 2006
26
34
31
90
54
72
Jumat/11 Agustus 2006
24
30
30
86
54
70
Sabtu/12 Agustus 2006
25
31
29
90
57
69
Minggu/ 13 Agustus 2006
25
31
28
86
58
69
Senin/ 14 Agustus 2006
25
30
30
86
64
72
Selasa/ 15 Agustus 2006
24
34
29
90
56
70
Rabu/ 16 Agustus 2006
24
35
29
90
56
70
Kamis/ 17 Agustus 2006
25
32
30
82
54
72
Jumat/ 18 Agustus 2006
23
33
31
82
60
72
Sabtu/ 19 Agustus 2006
23
33
31
86
60
52
Minggu/20 Agustus 2006
24
32
30
90
60
56
Senin/ 21 Agustus 2006
25
34
30
90
65
56
Selasa/ 22 Agustus 2006
23
35
29
82
68
52
Rabu/ 23 Agustus 2006
25
30
29
82
68
52
Kamis/ 24 Agustus 2006
25
31
29
90
67
57
Jumat/ 25 Agustus 2006
23
32
27
90
67
57
Sabtu/ 26 Agustus 2006
24
35
30
91
46
54
Minggu/ 27 Agustus 2006
24
30
30
95
46
54
Senin/ 28 Agustus 2006
25
34
30
95
50
82
Selasa/ 29 agustus 2006
25
32
31
86
51
82
Rabu/ 30 Agustus 2006
25
34
30
86
52
80
Kamis/ 31 Agustus 2006
24
35
29
90
49
80
Jumat/ 01 Sept 2006
26
32
29
82
58
69
Sabtu/ 02 Sept 2006
26
32
28
86
60
69
Minggu/ 03 Sept 2006
23
34
29
82
61
64
Senin/ 04 Sept 2006
24
34
30
95
46
64
Selasa/ 05 Sept 2006
24
35
30
95
44
58
Rabu/ 06 Sept 2006
23
32
31
95
60
56
Kamis/ 07 Sept 2006
23
30
30
90
61
58
Jumat/ 08 Sept 2006
25
31
30
86
64
59
Sabtu/ 09 Sept 2006
23
32
31
86
64
56
Minggu/ 10 Sept 2006
24
34
29
91
65
54
Senin/ 11 Sept 2006
25
35
28
91
58
52
Selasa/12 Sept 2006
25
32
28
95
57
53
Rabu/ 13 Sept 2006
25
34
29
90
57
56
70
Kamis/ 14 Sept 2006
23
35
30
90
46
55
Jumat/ 15 Sept 2006
23
32
30
90
46
59
Sabtu/ 16 Sept 2006
24
35
29
90
56
79
Minggu/ 17 Sept 2006
25
33
30
86
44
59
Senin/ 18 Sept 2006
24
35
30
90
42
59
Selasa/ 19 Sept 2006
25
34
30
90
32
64
Rabu/ 20 Sept 2006
26
34
29
91
46
64
Kamis/ 21 Sept 2006
25
34
26
91
42
80
Jumat/ 22 Sept 2006
23
35
29
95
44
80
Sabtu/ 23 Sept 2006
24
33
30
91
44
79
Minggu/ 24 Sept 2006
24
34
29
90
46
65
Lampiran 9. Rekapitulasi dan Hasil Uji Duncan Nilai Rata-Rata Pertumbuhan, Produksi Berat BasahBerat Kering, RPA dan RTD Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air (cm) Tingkat Kadar Air
Jenis 100% Akasia
21.66
abc
75% 27.50
50% c
25%
28.95
c
13.31ab
Sengon
29.40c
42.00d
27.68c
13.40ab
Mahoni
12.85ab
18.18abc
22.58bc
16.95abc
Meranti 8.44a 12.61ab 9.05a 16.00ab Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Pertambahan Diameter Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air (mm) Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% 50% 25% Akasia 0.23abcd 0.24cde 0.24cdef 0.10a Sengon 0.35fgh 0.41h 0.11ab 0.33efgh cde gh defg Mahoni 0.22 0.39 0.28 0.19abcd Meranti 0.16abc 0.21bcd 0.12a 0.16abc Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Jumlah Daun pada Setiap Tingkat Kadar Air Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% a
10
a
50% 9
a
25% 7a
Akasia
10
Sengon
129a
86d
108e
62c
Mahoni
36ab
41bc
27ab
43bc
Meranti 13a 8a 10a 6a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan)
71
Nilai Rata-rata Penyusutan Bobot Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air (kg). Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% 50% 25% Akasia 0.35abc 0.425bc 0.4bc 0.2ab Sengon 0.75d 0.75d 0.7d 0.225abc bc c c Mahoni 0.375 0.475 0.475 0.275abc Meranti 0.48abc 0.258abc 0.25abc 0.125a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Basah Daun pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% 50% Akasia
21.47
abcd
46.97
cde
39.00
25%
cde
8.87ab
Sengon
42.48de
50.97de
37.87e
6.25a
Mahoni
39.71cde
63.81bcde
57.36e
22.09abc
ab
a
abcd
Meranti 8.32 7.17 15.10 3.81a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Basah Batang pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Jenis Akasia
Tingkat Kadar Air 100%
75%
50%
a
a
a
5.26
7.43
a
Sengon
20.79
Mahoni
22.54a
27.21
6.09
a
27.53
28.18a
25% 3.19a
a
7.80b
19.42a
11.77a
Meranti 7.11a 7.00a 11.47a 6.12a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Basah Akar pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Jenis
Tingkat Kadar Air 100% a
Akasia
7.34
Sengon
19.93a
Mahoni
9.14
a
75% 7.48
bc
50%
25%
c
2.21a
6.40
28.16c
25.18c
3.97a
c
bc
6.45ab
18.26
16.60
Meranti 4.86a 3.35a 8.53ab 3.62a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Kering Daun pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Jenis Akasia
Tingkat Kadar Air 100% 5.97
abc
Sengon
13.58abcd
Mahoni
abcd
12.69
75% 10.82
cde
14.52cde 21.05
abcde
50% 10.66
bcde
11.94e 20.24
de
25% 3.25ab 2.17a 11.58abc
Meranti 3.47ab 2.52a 5.89abcde 2.05a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan)
72
Nilai Rata-rata Berat Kering batang pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% 50% ab
2.83
cd
2.39
25%
cd
1.65ab
Akasia
2.22
Sengon
7.85ab
11.41d
11.81d
3.67ab
Mahoni
9.50ab
10.89d
8.62cd
6.48ab
Meranti 2.00a 2.00ab 3.37bc 2.74ab Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Kering Akar pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Tingkat Kadar Air Jenis 100% 75% 50% ab
2.60
c
1.98
25%
ab
0.86ab
Akasia
2.11
Sengon
7.80ab
9.63c
7.54bc
1.65a
Mahoni
3.15ab
5.63c
2.92ab
2.62ab
Meranti 1.77a 1.18ab 2.87ab 1.41ab Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Berat Basah Total Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Kadar air Tanah Jenis 100% 75% 50% 25% Akasia
34.07abc
83.20defg
71.38cdefg
20.29ab
Sengon
61.88bcdef
106.34fg
110.25g
17.5ab
Mahoni
51.48abcde
90.58efg
93.39efg
35.10abc
a
ab
abcd
Meranti 14.27 18.02 40.31 13.55a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Berat Berat Kering Total Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air (gram) Kadar air Tanah Jenis 100% 75% 50% 25% Akasia
10.30ab
29.22cdef
25.34bcdef
7.24a
Sengon
16.24abcd
35.56ef
37.58f
5.7a
Mahoni
15.02abc
31.29def
31.89def
12.13ab
Meranti 5.75a 7.49a 20.69abcde 6.20a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Nilai Rata-rata Rasio Pucuk-Akar Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air Kadar air Tanah Jenis 100% 75% 50% ab
2.18
ab
3.95
abcd
25% 1.45ab
Akasia
2.33
Sengon
5.23cde
1.97ab
3.96abcd
1.3a
Mahoni
4.42de
1.52ab
6.72e
2.68abc
Meranti 2.87abcd 1.26a 4.16bcde 1.12a Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan)
73
Nilai Rata-rata Rasio Tinggi-Diameter Tanaman pada Setiap Tingkat Kadar Air Kadar air Tanah Jenis 100% 75% 50% Akasia
ab
124.63
ab
Sengon
94.21
Mahoni
47.24a
119.50
ab
128.34
ab
187.93ab
a
158.29ab
121.27 67.75
45.70a
25%
ab
82.93a
92.02ab
Meranti 64.94a 75.54a 53.70a 295.01b Catatan : Huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (uji Duncan) Lampiran 9. Nilai Jumlah Total Evapotranspirasi Anakan
Tingkat Kadar Air
Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
100%
79.84
136.1
94.22
64.35
75%
95.68
172.04
119.03
80.4
50%
82.87
161.14
97.7
58.73
25%
49.97
59.18
69.17
41.44
Lampiran 10. Nilai Rata-rata Harian Evpotranspirasi Anakan
Tingkat Kadar Air
Akasia
Sengon
Mahoni
Meranti
100%
1.17
2
1.39
0.95
75%
1.41
2.53
1.75
1.18
50%
1.22
2.37
1.44
0.86
25%
0.73
0.87
1.02
0.61
Lampiran 11. Nilai Rata-rata Mingguan Evapotranspirasi Minggu Ke 1 1.02 0.86 0.98 0.66 0.95 1.21 1.10 0.91 0.82 1.48 0.94 0.85 0.66 0.74 0.75 0.52
Minggu ke 2 Minggu Ke 3 Minggu Ke 4 Minggu ke 5 Minggu ke 6 Minggu ke 7 1.04 1.25 1.10 1.26 1.21 1.38 1.27 1.80 1.91 2.49 2.78 3.12 1.17 1.36 1.38 1.62 1.59 1.66 0.81 0.81 0.74 0.76 0.88 2.22 1.21 1.27 1.37 1.57 1.80 1.74 1.76 2.34 2.62 3.10 3.48 3.37 1.53 1.64 1.73 2.04 2.18 2.11 0.97 0.89 0.90 0.90 0.79 3.37 1.13 1.15 1.09 1.43 1.37 1.63 2.09 2.38 2.46 2.65 2.81 2.81 1.26 1.28 1.48 1.57 1.71 1.91 0.83 0.84 0.77 0.89 0.92 0.95 0.73 0.77 0.66 0.93 0.61 0.79 0.79 0.94 0.77 1.03 0.88 0.95 0.93 0.99 0.90 1.37 1.08 1.12 0.63 0.69 0.47 0.83 0.49 0.65
74
Lampiran 12. Lay Out Posisi Tanaman dan Perlakuan
J3C3
100% J2C1 J3C4
J1C2
J4C1
J3C2
J4C2
J4C3
J4C4
J1C4
J2C4
J1C1
J1C3
J2C2
J3C1
J2C3
J3C2
75% J4C1 J4C3
J3C3
J4C2
J2C3
J1C2
J2C4
J2C1
J1C3
J3C1
J4C4
J1C1
J3C4
J2C3
J1C4
J1C1
50% J2C4 J1C2
J3C1
J4C1
J4C4
J2C3
J1C4
J2C1
J1C3
J3C4
J4C3
J3C3
J4C2
J2C2
J3C2
J3C1
25% J4C2 J1C2
J4C4
J2C4
J1C1
J3C3
J2C3
J4C1
J3C4
J4C3
J1C3
J1C4
J2C1
J2C2
J3C2
Keterangan : J1 : Jenis Akasia J2 : Jenis Sengon J3 : Jenis Mahoni J4 : Jenis Meranti Merah
C1 : Ulangan ke-1 C2 : Ulangan ke-2 C3 : Ulangan ke-3 C4 : Ulangan ke-4
U
75
Lampiran 13. Penentuan Volume Ember.
r
t RRR
R Dik : R = 22 cm r = 15 cm t = 15 cm Rata-rata kadar air : 41,483 % (Untuk 100%) Penyelesaian :
b y
α a
α x
y b ¾ = x a b+t b ¾ = Y 2 1 / 2r b + 15 b ¾ = 1 / 2.22 1 / 2.15
¾
¾ ¾ ¾ ¾
¾
¾ ¾
(b+15) 7,5 7,5 b+ 112,5 112,5 112,5
= 11 b = 11b = 11b – 7,5 b = 3,5 b
112,5 =b 3,5 b = 32,143 cm
Volume Kerucut Besar :
1 2 π. r . t 3
1 . 3,14. 112. (32,143 + 15) 3 1 = . 3,14. 121. 47,143 3 =
= 5970,504 cm3
Volume Kerucut Kecil :
1 2 π. r . t 3
=
1 . 3,14. 7,52. 32,143 3
= 1892,419 cm3
Jadi Volume Ember : Volume Kerucuk Besar - Kerucut Kecil 5970,504 cm3
-
1892,419 cm3
= 4078,085 cm3
76
Lampiran 14. Gambar Anakan (a) Tingkat Kadar Air 100% (b) Tingkat Kadar Air 75% (c) Tingkat Kadar Air 50% (d) Tingkat Kadar Air 25%
(a)
(c)
(b)
(d)
77
Lampiran 5. Nilai Rata-rata Berat Basah (gram) DATA BERAT BASAH ANAKAN PERLAKUAN (N) JENIS (J)
100%
ULANGAN
75%
50%
25%
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
1
22,95
5,33
7,28
73,13
6,19
4,08
30,13
8,9
3,96
10,27
5,38
3,68
2
35,54
8,21
8,58
31,96
5,94
10,69
37,06
5,02
6,05
16,07
4,31
3,26
3
0
0
0
45,08
8,62
7,54
56,87
2,98
10,1
9,13
3,08
1,89
4
27,39
7,49
13
37,72
8,97
7,6
31,92
7,44
5,49
0
0
0
1
39,8
24,49
21,93
47,95
26,69
45,81
71,72
32,36
40,98
4,54
6,73
3,91
2
28,87
11,24
11,85
55,36
28,01
23,78
27,61
34,48
28,01
10,98
6,57
4,32
3
28,95
15,71
11,75
45,12
30,78
30,44
18,61
18,68
13,02
1,47
4,74
3,4
4
72,3
31,71
34,18
55,46
23,34
12,61
33,53
24,6
18,7
8,02
13,15
4,26
1
23,53
22,6
8,96
43,17
18,87
15,38
102,06
30,71
37,68
48,71
18,46
10,05
2
56,7
29,29
13,75
80,96
33,87
17,24
51,41
26,19
12,91
15,55
7,16
4,64
3
11,66
15,77
4,6
110,77
33,96
19,08
51,23
15,17
10,77
19,42
11,64
7,06
4
66,93
22,49
9,23
20,32
26,01
21,35
24,75
5,62
5,05
4,68
9,8
4,05
1
6,13
5,39
3,58
0
0
0
7,66
4,73
2,53
2,67
4,26
5,94
2
13,56
10,21
7,31
14,51
13,92
3,65
18,58
20,04
13,1
6,93
8,8
3,93
3
0
0
0
14,18
14
9,76
18,7
12,97
7,35
0
0
0
4
13,57
12,84
8,55
0
0
0
15,45
8,13
11,14
5,64
11,41
4,62
J1
J2
J3
J4
Lampiran 6. Nilai Rata-rata Berat Kering BERAT KERING ANAKAN PERLAKUAN (N) JENIS (J)
ULANGAN
100%
75%
50%
25%
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
DAUN
BATANG
AKAR
1
6,64
2,47
1,79
15,92
2,54
1,38
8,02
3,66
1,35
3,92
2,88
1,34
2
9,77
3,41
2,62
7,35
1,97
3,53
9,22
2,81
1,84
5,58
2,01
1,18
3
0
0
0
11,26
3,59
3,03
15,98
1,17
3,01
3,49
1,7
0,91
4
7,48
3,01
4
8,74
3,2
2,44
9,41
1,92
1,7
0
0
0
1
13,4
9,18
6,5
13,36
12,38
13,64
23,47
16,12
12,951
1,58
3,36
1,59
2
8
3,95
2,56
14,02
10,51
8,19
9,33
14,19
7,41
3,59
2,9
1,84
3
7,39
4,24
3,38
14,58
13,67
12,71
5,41
6,48
4,54
0,64
2,78
1,47
4
25,51
14
18,76
16,13
9,07
3,98
9,54
10,46
5,24
2,85
5,64
1,7
1
10,17
10,67
2,78
14,73
6,13
3,6
36,15
15,53
4,29
23,56
10,57
3,86
2
15,94
10,27
4,73
29,21
13,9
5,51
18,79
10,8
3,78
6,8
3,96
2,19
3
4,88
8,92
1,89
31,9
12,93
5,97
16,91
5,72
2,38
9,64
6,19
2,87
4
19,77
8,14
3,19
8,37
10,61
7,45
9,09
2,44
1,21
6,33
5,21
1,56
1
2,41
1,72
1,37
0
0
0
2,87
1,46
0,66
2,34
3
2,19
2
4,77
2,42
2,87
3,92
4,03
1,19
6,42
6,38
4,87
2,79
3,05
1,56
3
0
0
0
6,16
4
3,51
6,25
3,29
2,08
0
0
0
4
6,68
3,87
2,83
0
0
0
8,01
2,34
3,88
3,07
4,91
1,89
J1
J2
J3
J4
Keterangan :
J1 : Jenis Tanaman akasia J2 : Jenis Tanaman sengon J3 : Jenis Tanaman mahoni J4 : Jenis Tanaman meranti
N1 : Perlakuan Tingkat Kadar Air 100% N2 : Perlakuan Tingkat Kadar Air 75% N3 : Perlakuan Tingkat Kadar Air 50% N4 : Perlakuan Tingkat Kadar Air 25%