EFEK MODERASI PELATIHAN AUDITOR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA WAKTU KERJA FLEKSIBEL DAN MOTIVASI INTRINSIK DENGAN HASIL KERJA AUDITOR PADA INSTANSI PEMERINTAH THE EFFECT OF THE MODERATION OF THE AUDITOR’S TRAINING ON THE CORRELATION BETWEEN THE FLEXIBLE WORKING TIME AND THE INTRINSIC MOTIVATION, AND THE AUDITOR’S WORK RESULTS IN THE GOVERNMENT INSTITUTIONS Engeline Frederika Magdalena, Haliah, Harryanto
Bagian Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Engeline Frederika Magdalena Bagian Akuntansi Universitas Hasanuddin Makassar 90245 Hp. 08124294861 Email:
[email protected]
Abstrak Internal audit adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu kerja fleksibel terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah; menganalisis pengaruh self efficacy terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah; menganalisis pengaruh kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah; dan menganalisis pengaruh moderasi pelatihan auditor terhadap hubungan antara waktu kerja fleksibel dan motivasi intrinsik dengan hasil kerja auditor pada instansi pemerintah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Data dianalisis dengan Structural Equation Modelling (SEM) dan model persamaan struktural multigrup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel flexible work arrangement berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil kerja auditor. Self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil kerja auditor. Kelelahan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil kerja auditor. Moderasi pelatihan auditor yaitu grup auditor yang memiliki pelatihan teknis memperkuat pengaruh flexible work arrangement, self efficacy dan kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor. Kata Kunci :flexible work arrangement, self efficacy, kelelahan emosional dan hasil kerja auditor pemerintah
Abstract Internal audit is an independent activity, objective assurance and consulting designed to add value and improve an organization's operations. This research aimed to analyze the effect of the flexible working time on the auditor’s work result in the government institutions, the effect of the self efficacy on the auditor’s work result in the government institutions, the effect of the emotional fatique on the auditor’s work result in the government institutions, and the effect of the moderation of the auditor’s training on the correlation between flexible working time and intrinsic motivation, and the auditor’s work result at the government institutions.The research used the Structural Equation Modelling (SEM). The multi-group SEM was used to analyze the effect of the moderation of the auditor’s training. The data collection was conducted by distributing questionnaires using Likert scale. The research results revealed that the variable of the flexible work arrangement had a positive and significant effect on the work result of the auditor. The self efficacy had a positive and significant effect on the work result of the auditor.The emotional fatique had a positive and significant effect on the work result of the auditor. The moderation of the auditor’s training, i.e. the group auditors who had the technical trainings, had strengthened the effects of the flexible work arrangement, self efficacy, and emotional fatique on the auditor’s work results. Keywords: flexible work arrangement, self efficacy, emotional fatique, auditor’s work result in the government institutions
PENDAHULUAN Internal audit adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Kegiatan audit membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan pengendalian dan proses tata kelola Kegiatan pengawasan yang dilakukan auditor terhadap sistem pengendalian perusahaan dengan melakukan evaluasi, review dan assessment.
Peran dan fungsi auditor mengalami
pergeseran dari “pemeriksa” dengan berfokus pada kepatuhan menjadi “konsultan intern” yang berfokus pada resiko organisasi dan memberikan kontribusi perbaikan. Auditor internal berperan sebagai konsultan dengan membantu manajemen dalam mengidentifikasi, menilai dan memitigasi risiko yang menjadi kewajiban manajemen dan sekaligus menguji kecukupan dan keandalan pengendalian yang dibuat manajemen melalui aktivitas audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Kualitas pekerjaan auditor akan tampak pada laporan hasil audit yang disampaikan sehingga auditor dituntut untuk meningkatkan kemampuan teknikal, independensi dan kompetensi auditor salah satunya adalah melalui berbagai bentuk pelatihan-pelatihan. Kompleksitas tugas, tekanan pekerjaan (role stress), waktu pemeriksaan yang singkat merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan burnout dan dapat mempengaruhi perilaku kerja auditor. Penelitian Walls et al., (2001); Almer dan Kaplan, (2002) menemukan bahwa penerapan flexible work arrangement dapat mengakomodasi kebutuhan karyawan dalam mengelola pekerjaan dan kebutuhan keluarga atau pribadi. Penerapan flexible work arrangement juga dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan tingkat kejenuhan dan stress serta berdampak terhadap peningkatan kinerja auditor. Penerapan flexible time atau bekerja diluar jam kerja standar (kerja lembur) dapat mendorong peningkatan kinerja auditor yang meliputi empat dimensi personalitas antara lain: kemampuan (ability), komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja. Penelitian dengan hasil berbeda dilakukan oleh Cohen dan Single (2001) yang meneliti dampak negatif dari flexible time yang dilakukan oleh professional. Hasil penelitian menemukan bahwa auditor dengan penerapan flexible time kurang dapat bekerjasama, tidak terjalin
komunikasi dua arah, auditor tidak diikutkan dalam pelatihan-pelatihan sehingga tidak mempunyai peluang untuk pengembangan diri. Penelitian Sven Svensson (2012) menemukan bahwa penerapan flexible work arrangement akan menurunkan tingkat kepercayaan individu ditingkat organisasi serta inovasi auditor dalam bekerja sehingga berdampak terhadap kinerja auditor Penerapan flexible work arrangement juga dapat mendorong meningkatnya self efficacy individu. Penelitian Locke dan Latham (1990) menemukan bahwa self efficacy memberi kontribusi signifikan pada pilihan tingkat tujuan individual dan berdampak pada pencapaian tujuan yang berhubungan dengan kinerja. Penelitian Schwazer & Renner (2000); Brown (2002) menemukan bahwa self efficacy yang tinggi dapat menjadi faktor pembangkit motivasi sebaliknya jika self efficacy rendah bisa menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu. Penelitian Azzem Ozkan Mahmut zdevecio˘glu (2013) menemukan bahwa dalam kondisi tekanan stress, auditor cenderung mengalami burnout seperti kelelahan emosional, depersonalisasi dan kurangnya prestasi pribadi. Penelitian Robert Libby dan Luft (1993) menemukan bahwa kemampuan, pengetahuan, motivasi dan lingkungan kerja berperan dalam menentukan kinerja keputusan akuntansi yang dibuat oleh auditor. Penelitian Goolsby (1992), yang menggunakan role stress theory untuk mengidentifikasi cara-cara mengurangi kondisi burnout dalam pemasaran, yaitu melalui dukungan intrinsik (pengendalian karakter atau kondisi individu) dan dukungan ekstrinsik (lingkungan organisasi dan sosial). Penelitian Youra (2011), menemukan bahwa motivasi dan self efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor yunior. Objek dalam penelitian terdahulu adalah Kantor Akuntan Publik, sedangkan pada penelitian ini adalah sektor publik yaitu Kantor Perwakilan BPKP Propinsi Sulawesi Selatan Tujuan dari penelitian ini antara lain : untuk menganalisis pengaruh waktu kerja fleksibel terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah, pengaruh self efficacy terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah, pengaruh kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah dan pengaruh moderasi pelatihan auditor terhadap hubungan antara waktu kerja fleksibel dan motivasi intrinsik dengan hasil kerja auditor pada instansi pemerintah
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan dan menguji hubungan antar variabel, menentukan kausalitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah sebanyak 190 (seratus sembilan puluh) karyawan pada Kantor Perwakilan BPKP Propinsi Sulawesi Selatan yang terdiri atas Kelompok Pejabat Fungsional Auditor sebanyak 140 orang dan Kelompok Non Auditor sebanyak 50 orang. Auditor didominasi berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat pendidikan Strata Satu (S1) dengan rentang usia antara 30- 40 tahun dan memiliki pengalaman kerja berkisar 6 tahun. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner tertutup kepada responden dan dijadikan sebagai data primer dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang bersumber dari dokumentasi, penelitian terdahulu, literatur dan jurnal untuk memperoleh landasan teoritis. Variabel dan Indikator Penelitian Studi empirik pada penelitian ini memiliki variabel independen : flexible work arrangement (9 indikator), self efficacy (5 indikator), kelelahan emosional (4 indikator). Variabel moderasi yaitu pelatihan auditor (4 indikator). Variabel dependen yaitu hasil kerja auditor (7 indikator) (lihat lampiran 1) Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan Teori Harapan (Vroom) dan Teori Dua Faktor (Herzberg) sebagai Grand Theory. Auditor didalam melakukan pekerjaannya tidak terlepas dari dukungan intrinsik dan ekstrinsik, sehingga mencapai hasil maksimal dalam kualitas hasil kerja auditor. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Hipotesis 1
: Flexible work arrangement berpengaruh positif terhadap hasil kerja auditor
Hipotesis 2
: Self Efficacy berpengaruh positif terhadap hasil kerja auditor
Hipotesis 3
: Kelelahan Emosional berpengaruh negatif terhadap hasil kerja auditor
Hipotesis 4
: Pelatihan Auditor memoderasi hubungan antara Flexible Work Arrangemet terhadap hasil kerja auditor
Hipotesis 5
: Pelatihan Auditor memoderasi hubungan antara Self Efficacy terhadap hasil kerja auditor
Hipotesis 6
: Pelatihan Auditor memoderasi hubungan antara Kelelahan Emosional terhadap hasil kerja auditor
Teknik Analisis Data Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang identifikasi responden dan deskripsi variabel. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Reliabilitas (reliability) adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ketentuan uji reliabilitas adalah apabila crobanch alpha > 0.6, maka pernyataan adalah reliabel atau handal (Ghozali, 2012). Teknik analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara menganalisis dan menguji model empirik dengan menggunakan model SEM (Structural Equation Modeling). Pengujian efek moderasi dilakukan dengan pemodelan SEM moderasi dengan menggunakan multigrup yaitu mengelompokkan variabel pelatihan auditor ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu pelatihan grup rendah dan pelatihan grup tinggi.
HASIL PENELITIAN Model pengukuran diukur dari nilai loading factor (standardize coefficient) pada setiap indikator ke variabel laten. Nilai loading factor menunjukkan bobot dari setiap indikator sebagai pengukur dari masing-masing variabel. Indikator dengan loading factor besar menunjukkan bahwa indikator tersebut sebagai pengukur variabel yang terkuat (dominan). Hasil analisis faktor konfirmatori terhadap indikator-indikator dari keenam variabel dapat dilihat pada lampiran 2. Dalam model struktural hasil SEM, diuji 6 (enam) hipotesis hubungan antar variabel (pengaruh langsung). Hasil analisis model struktural terhadap indikator-indikator dari keenam variabel dapat dilihat pada lampiran 3.
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa model kerangka pemikiran teoritis yang telah dibangun pada penelitian ini terbukti diterima. Variabel moderasi yaitu pelatihan auditor memoderasi pengaruh flexible work arrangement serta motivasi intrinsik yaitu self efficacy dan kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor. Hasil temuan penelitian juga memperkuat grand theory dalam penelitian ini yaitu Teori Harapan (Vroom) dan Teori Dua Faktor (Herzberg), yang menjelaskan adanya hubungan antara upaya melaksanakan kerja (job effort) dengan kinerja dan hasil kerja (performance outcome). Perilaku setiap auditor dipengaruhi oleh faktor intrinsik sebagai daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang (self efficacy dan kelelahan emosional). Faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang terutama dari organisasi tempatnya bekerja, antara lain melalui pelatihan auditor baik pelatihan bersifat umum maupun pelatihan bersifat teknis. Hasil temuan penelitian ini mendukung Hipotesis 1 yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel flexible work arrangement terhadap hasil kerja auditor. Hal ini sejalan dengan Teori Tekanan Peran (Role Stress Theory). Peran auditor yang kompleks menimbulkan kecenderungan stress dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku auditor dan menimbulkan burnout. Batasan waktu dan biaya pemeriksaan menimbulkan dampak yang serius terkait hasil audit. Hal inilah yang mendorong auditor menggunakan jam lembur untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Hasil penelitian ini juga memperkuat temuan McNall et al. (2010) yang menunjukkan bahwa flexible work arrangement berkontribusi lebih
tinggi terhadap kepuasan kerja, motivasi dan keterlibatan karyawan. Penelitian Cushway (1994) mengemukakan bahwa pelaksanaan waktu kerja fleksibel merupakan tahap yang efektif untuk meningkatkan produktivitas tanpa menambah jumlah tenaga kerja, sehingga terdapat efisiensi biaya tenaga kerja. Hasil temuan penelitian ini juga mendukung Hipotesis 2 yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel self efficacy terhadap hasil kerja auditor. Self efficacy adalah karakteristik individu dan menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia. Self efficacy mendorong seseorang untuk memahami secara mendalam atas situasi yang dapat menerangkan tentang mengapa seseorang mengalami kegagalan dan atau mengalami keberhasilan, keyakinan dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan atau kemampuan menghadapi kendala. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan apa yang telah ditemukan oleh Bintang (2008) bahwa self efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja individual, pada studi kru Lucky Star Wedding Organizer, serta penelitian Chasanah (2008) yang menemukan bahwa self efficacy dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan, dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Erez dan Judge, (2001) menyatakan self efficacy akan mendorong seseorang bekerja lebih semangat untuk mencapai hasil optimal dalam kinerjanya. Hal ini sejalan dengan apa yang ditemukan Schwazer & Renner (2000), Brown (2002) menunjukkan bahwa self efficacy yang tinggi dapat menjadi faktor pembangkit motivasi, sebaliknya jika self efficacy rendah bisa menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu. Bandura (1986) menyatakan berdasarkan atas fungsinya, akan terlihat bahwa self efficacy yang tinggi sebagai pendorong tingginya kinerja atau hasil kerja seorang karyawan. Hasil temuan penelitian ini juga mendukung Hipotesis 3 yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor. Kelelahan emosional adalah “perasaan dimana seseorang tertekan dan kelelahan karena suatu pekerjaan”. (Maslach dan Jackson, 1981; 101), disebabkan faktor-faktor seperti adanya keragaman permintaan kognitif, emosional dan perilaku (Jonge dan Dorman, 2003). Ketidaktersediaan sumber daya dan dukungan personil untuk memenuhi permintaan pekerjaan juga dapat menyebabkan munculnya kelelahan emosional (Lee dan Ashforth, 1996; Wright dan Hofboll, 2004).
Pengaruh kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor sejalan dengan Teori Peran (Role Theory). Burnout merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat (Pines dan
Aronson, 1989 dalam Soetjipto, 2002). Jones et al. (2010) berpendapat bahwa kehidupan individu yang sehat adalah dengan dukungan intrinsik yang dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mencegah kelelahan. Hasil penelitian ini memperkuat apa yang telah ditemukan Jay Prakash Mulki, et.al. (2006) bahwa kelelahan emosional karyawan membawa kepada ketidakpuasan pekerjaan yang tinggi, karyawan yang tidak puas yaitu orang yang tidak memegang komitmennya terhadap perusahaan dapat bersikap berbeda tentang kesejahteraan organisasi dan cenderung berperilaku menyimpang. Hasil temuan penelitian ini juga mendukung Hipotesis 4 yang menunjukkan efek moderasi pelatihan auditor terhadap pengaruh hubungan flexible work arrangement dengan hasil kerja auditor. Hubungan pengaruh langsung Flexible work Arrangement (X1) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) adalah signifikan, serta efek moderasi Pelatihan Auditor (M) pada pengaruh Flexible work Arrangement (X1) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) juga signifikan, maka Pelatihan Auditor (M) merupakan moderasi semu (quasi moderasi) yang sifatnya memperkuat pengaruh Flexible work Arrangement (X1) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y). Hasil temuan juga sejalan dengan temuan penelitian Walls et al. (2001); Almer dan Kaplan (2002) terkait penerapan waktu kerja fleksibel berupa jam kerja lembur yang menemukan bahwa kondisi burnout dapat dimitigasi, kebutuhan pekerjaan dapat terselesaikan sehingga kepuasan kerja juga ikut meningkat. Penerapan waktu kerja fleksibel melalui moderasi pelatihan auditor dapat meningkatkan hasil kerja yang lebih berkualitas. Auditor yang memiliki keterampilan dan keahlian menggunakan jam kerja normal secara efektif efisien, namun dengan kompleksitas tugas tidak tertutup kemungkinan auditor menggunakan jam lembur. Hasil temuan penelitian ini juga mendukung Hipotesis 5 yang menunjukkan efek moderasi pelatihan auditor terhadap pengaruh hubungan self efficacy dengan hasil kerja auditor. Pengaruh langsung Self efficacy (X2) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) adalah signifikan, serta efek moderasi Pelatihan Auditor (M) pada pengaruh Self efficacy (X2) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) juga signifikan, maka Pelatihan Auditor (M) merupakan moderasi semu (quasi moderasi) yang sifatnya memperkuat pengaruh Self efficacy (X2) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y). Pelatihan yang diberikan kepada auditor dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi teknikal pemeriksaan, dan dapat mendorong self efficacy dan meningkatkan motivasi dalam bekerja terlebih ketika menghadapi kompleksitas tugas dan kesulitan-kesulitan dalam penyelesaian tugas pemeriksaan.
Hasil temuan penelitian ini juga mendukung Hipotesis 6 yang menunjukkan efek moderasi pelatihan auditor terhadap pengaruh hubungan kelelahan emosional dengan hasil kerja auditor. Pengaruh langsung Kelelahan emosional (X3) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) adalah signifikan, serta efek moderasi Pelatihan Auditor (M) pada pengaruh Kelelahan emosional (X3) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y) juga signifikan, maka Pelatihan Auditor (M) merupakan moderasi semu (quasi moderasi) yang sifatnya memperkuat pengaruh Kelelahan emosional (X3) terhadap Hasil Kerja Auditor (Y). Hasil penelitian menjelaskan bahwa kinerja seorang auditor ditentukan oleh faktor atau motivasi intrinsik dan faktor ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu (self efficacy dan kelelahan emosional) melalui moderasi pelatihan auditor mampu meningkatkan hasil kerja auditor, menurunkan kelelahan emosional, sehingga secara keseluruhan berdampak terhadap hasil kerja auditor pada instansi pemerintah. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa auditor wajib diberikan pelatihan yang relevan dibidang tugasnya yang bersifat teknis antara lain : Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Pelatihan fraud auditing, Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, pelatihan dibidang Perpajakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang efek moderasi pelatihan auditor terhadap hubungan antara waktu kerja fleksibel dan motivasi intrinsik dengan hasil kerja auditor pada Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan, diperoleh kesimpulan bahwa variabel flexible work arrangement, self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil kerja auditor dan variabel kelelahan emosional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hasil kerja auditor. Temuan ini juga menunjukkan bahwa pelatihan auditor memoderasi pengaruh flexible work arrangement, self efficacy dan kelelahan emosional terhadap hasil kerja auditor. Kompetensi dan kemampuan auditor semakin meningkat apabila diberikan pelatihan yang relevan dan bersifat teknis seperti pelatihan pengelolaan keuangan, standar akuntansi pemerintahan, fraud auditing, pengadaan barang dan jasa pemerintah, perpajakan. Pengembangan bagi penelitian selanjutnya yaitu dengan menambahkan beberapa variabel seperti lingkungan kerja maupun budaya kerja yang turut berkontribusi pada hasil kerja auditor.
DAFTAR PUSTAKA Almer, E.D and S. E.Kaplan. 2002. ”The Effect of Flexible Work Arrangement and Stressor, Burn out, and Behavioral Job Outcomes in Public Accounting”. Behavioral Research In Accounting. Vol. 14. pp. 1-37 Azzem Ozkan, Mahmut zdevecio˘glu. (2013).The effects of Occupational Stress on Burnout and Life Satisfaction: AStudy in Accountants. Bintang G.(2008).Pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja Individual pada Lucky Star Wedding Organizer, Unika Brown.(2002). Risk and Health Behaviors. International University Bremen & Freie Universität Berlin Bandura A. (1986).“Perceived Self Efficacy in Cognitive Development and Functioning”, American Psychologist, 28 (2), 117-148 Cordes C.L. & Dougherty T.W., 1993, A revie Cooley, C.H. 1930. Sociological Theory and Social Research. New York: Henry Holt and Company.and an integration of research on job burnout. Academy of Management Review 18, 621-656 Cohen J. R., Single L. E., An Examination of the Perceived Impact of Flexible Work Arrangements on Professional Opportunities in Public Accounting, 2001. Journal of Business Ethics, Volume 32, No. 4 (Aug., 2001), pp. 317-328. Cushway & Lodge.(1994).Perilaku dan Desain Organisasi (Alih Bahasa : Tjipto Wardoyo), Jakarta : Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Frederick Herzberg dalam Luthans, Fred. Perilaku Organisasi, Edisi Sepuluh, Penerbit Andy,Yogyakarta. 2006 Goolsby, JR.(1992).‘A theory of Role Stress in Boundary Spanning Positions of Marketing Organizations’, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 20 (2):155-164 Jay Prakass Mulki, Jaramillo F, , Locander WB., 2006, The role of time wasted in sales force attitudes and intention to quit. International Journal Bank Mark; 24(1):24–36 Khan, R.L, Wolfe, D.M, Quin, R,Snoek, J,D dan Rosenthal, R.A.1964 Occupational stress: Studies in role confict and ambiguitas. New York:Wiley Locke, E. A. and Latham, G. P. 1990. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Libby, R. and Luft, J. 1993. “Determinants of judgment performance in accounting settings: Ability, Knowledge, motivation, and environment”, Accounting, Organizations and Society,Vol. 18 No. 5, pp. 425-50 Maslach C. & Jackson S.E., 1981a, The measurement of experienced burnout. Journal of Occupational Behavior 2, 99-113. McNall, L. A., A. D, Masuda & J.M. Nicklin (2010), "Flexible Work Arrangements, Job Satisfaction and Tumover Intentions: The Mediating Role of Work-to-Family Enrichment," The Journal of Psychology144(1): 61-81 Svensson S., Flexible Working Conditions and Decreasing Levels of Trust, 2012 Schwazer & Renner.(2000).Risk and Health Behaviors. International University Bremen & Freie Universität Berlin Vroom, V. 1964. “Work and Motivation”. San Francisco: Jossey Bass Publisher Youra Adinda(2011). “Pengaruh Motivasi, Supervisi dan Pelatihan terhadap Kinerja Auditor Yunior”. UIN Hidayatullah, Jakarta.
Lampiran 1. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel
Indikator
Flexiblework arrangement (X1)
Saat menerima penugasan, auditor menetapkan sasaran, ruang lingkup dan metodologi audit (X1.1.1) Auditor menggunakan pertimbangan Sistem Pengendalian Intern dalam Laporan Keuangan (X1.1.2) Auditor melakukan prosedur analitis dalam review audit (X1.1.3) Auditor merasa anggaran waktu dalam melakukan audit kurang (X1.2.1) Auditor sering melanggar anggaran waktu yang telah direncanakan dalam melakukan audit (X1.2.2) Auditor sering lembur dalam melakukan audit (X1.2.3) Auditor melakukan perhitungan fisik terhadap kas, persediaan, aktiva tetap dalam audit laporan keuangan (X1.3.1) Auditor tidak melakukan pengurangan jumlah sampel dalam melakukan audit (X1.3.2) Auditor melakukan konfirmasi dengan pihak ketiga dalam melakukan audit (X1.3.3)
Self efficacy (X2)
Auditor optimis dengan kemampuan yang dimiliki (X2.1) Auditor memiliki keterampilan audit yang memadai (X2.2) Auditor menyukai pekerjaan audit yang menantang (X2.3) Auditor tidak kuatir dengan kegagalan (X2.4) Auditor merasa puas dengan hasil kerja yang dibuat (X2.5)
Kelelahan Emosional (X3)
Auditor merasa sangat lelah dengan pekerjaan auditor yang menjadi tanggung jawabnya (X3.1) Auditor merasa tertekan dengan pekerjaan audit yang menjadi tanggang jawabnya (X3.2) Auditor merasa tegang saat bekerja dengan klien sepanjang hari (X3.3) Auditor merasa stress saat bekerja secara langsung dengan klien (X3.4)
Pelatihan (M)
Auditor wajib mengikuti pelatihan guna meningkatkan mutu profesional (M.1) Auditor wajib mengikuti lokakarya, konferensi atau simposium untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (M.2) Pelatihan berkelanjutan dapat menambah pengetahuan terkini dibidang akuntansi (M.3) Pengarahan dari pembimbing pelatihan dapat
Auditor
Skala
Dikembangkan oleh
Likert
Outley& Pierce (1996)
Likert
Jones (1986)
Likert
Hobfoll (1989)
Likert
Putri 2009)
(Binus,
Variabel
Indikator
Skala
Dikembangkan oleh
memberikan motivasi untuk bekerja yang lebih baik (M.4) Hasil Kerja Auditor (Y)
Auditor mampu menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu dibandingkan dengan rekan auditor yang lain (Y.1) Auditor selalu memberikan usulan konstruktif kepada supervisor mengenai bagaimana seharusnya pekerjaan audit dilakukan (Y.2) Hasil pekerjaan auditor selalu dinilai sangat bagus (Y.3) Auditor menemukan cara untuk meningkatkan prosedur audit (Y.4) Auditor menilai kinerja dirinya paling tinggi dibandingkan dengan auditor yang lain yang setingkat dengan dirinya (Y.5) Hasil pekerjaan auditor menyebabkan auditor dihargai oleh rekan-rekannya (Y.6) Mempertahankan dan memperbaiki hubungan dengan klien merupakan bagian penting dari pekerjaan auditor (Y.7)
Likert
Kalbers dan Fogarty (1995)
Lampiran 2. Hasil Pengujian Measurement Model Variabel Penelitian Variabel Flexiblework arrangement (X1)
Self efficacy (X2)
Indikator Saat menerima penugasan, auditor menetapkan sasaran, ruang lingkup dan metodologi audit (X1.1.1) Auditor menggunakan pertimbangan Sistem Pengendalian Intern dalam Laporan Keuangan (X1.1.2) Auditor melakukan prosedur analitis dalam review audit (X1.1.3) Auditor merasa anggaran waktu dalam melakukan audit kurang (X1.2.1) Auditor sering melanggar anggaran waktu yang telah direncanakan dalam melakukan audit (X1.2.2) Auditor sering lembur dalam melakukan audit (X1.2.3) Auditor melakukan perhitungan fisik terhadap kas, persediaan, aktiva tetap dalam audit laporan keuangan (X1.3.1) Auditor tidak melakukan pengurangan jumlah sampel dalam melakukan audit (X1.3.2) Auditor melakukan konfirmasi dengan pihak ketiga dalam melakukan audit (X1.3.3)
Std Loading
P-Value
0.586
0.000
0.611
0.000
0.558
0.000
0.587
0.000
0.378
0.002
0.425
0.000
0.470
0.000
0.436
0.000
0.422
Fix
Auditor optimis dengan kemampuan yang dimiliki (X2.1) Auditor memiliki keterampilan audit yang
0.678
0.000
0.566
0.000
Variabel
Indikator memadai (X2.2) Auditor menyukai pekerjaan audit yang menantang (X2.3) Auditor tidak kuatir dengan kegagalan (X2.4) Auditor merasa puas dengan hasil kerja yang dibuat (X2.5)
Kelelahan Emosional (X3)
Pelatihan (M)
Auditor
Hasil Kerja Auditor (Y)
Sumber: Lampiran 5
Auditor merasa sangat lelah dengan pekerjaan auditor yang menjadi tanggung jawabnya (X3.1) Auditor merasa tertekan dengan pekerjaan audit yang menjadi tanggang jawabnya (X3.2) Auditor merasa tegang saat bekerja dengan klien sepanjang hari (X3.3) Auditor merasa stress saat bekerja secara langsung dengan klien (X3.4) Auditor wajib mengikuti pelatihan guna meningkatkan mutu profesional (M.1) Auditor wajib mengikuti lokakarya, konferensi atau simposium untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (M.2) Pelatihan berkelanjutan dapat menambah pengetahuan terkini dibidang akuntansi (M.3) Pengarahan dari pembimbing pelatihan dapat memberikan motivasi untuk bekerja yang lebih baik (M.4) Auditor mampu menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu dibandingkan dengan rekan auditor yang lain (Y.1) Auditor selalu memberikan usulan konstruktif kepada supervisor mengenai bagaimana seharusnya pekerjaan audit dilakukan (Y.2) Hasil pekerjaan auditor selalu dinilai sangat bagus (Y.3) Auditor menemukan cara untuk meningkatkan prosedur audit (Y.4) Auditor menilai kinerja dirinya paling tinggi dibandingkan dengan auditor yang lain yang setingkat dengan dirinya (Y.5) Hasil pekerjaan auditor menyebabkan auditor dihargai oleh rekan-rekannya (Y.6) Mempertahankan dan memperbaiki hubungan dengan klien merupakan bagian penting dari pekerjaan auditor (Y.7)
Std Loading
P-Value
0.606
0.000
0.594
0.000
0.458
Fix
0.575
0.000
0.636
0.000
0.630
0.000
0.602
Fix
0.612
0.000
0.592
0.000
0.620
0.000
0.662
Fix
0.476
Fix
0.558
0.000
0.441
0.000
0.421
0.000
0.453
0.000
0.470
0.000
0.484
0.000
Lampiran 3. Model Struktural Hasil SEM (a) Tanpa Moderasi Pelatihan Koefisien Std
Hubungan Antar Variabel HIPOTESIS 1 Flexible work arrangement (X1) Hasil Kerja Auditor (Y) HIPOTESIS 2 Self efficacy (X2) Hasil Kerja Auditor (Y) HIPOTESIS 3 Kelelahan Emosional (X3) Hasil Kerja Auditor (Y)
Standard Error
P-value
Keterangan
0.394
0.175
0.005
Signifikan
0.406
0.184
0.003
Signifikan
-0.404
0.132
0.002
Signifikan
(b) Dengan Moderasi Pelatihan Hubungan Antar Variabel HIPOTESIS 4 Flexiblework arrangement (X1) Hasil Kerja Auditor (Y) HIPOTESIS 5 Self efficacy (X2) Hasil Kerja Auditor (Y) HIPOTESIS 6 Kelelahan Emosional (X3) Hasil Kerja Auditor (Y)
Pelatihan Umum Koefisien Standard Std Error
Pelatihan Teknis Koefisien Standard Std Error
Koefisien Std
Beda Standard Error
0.405
0.288
0.530
0.165
0.125
0.044
0.004* (Signifikan)
0.354
0.454
0.523
0.146
0.169
0.039
0.001* (Signifikan)
-0.799
0.296
-0.459
0.220
0.340
0.047
Sumber: Lampiran 5. Tanda * menunjukkan efek moderasi signifikan
P-value
0.001* (Signifikan)