EKSPRESI KOLAGEN I DAN III LIGAMENTUM SAKROUTERINA PADA PEREMPUAN DENGAN DAN TANPA PROLAPS ORGAN PANGGUL
EXPRESSION OF COLLAGEN I AND III IN THE UTEROSACRAL LIGAMENTS IN WOMEN WITH AND WITHOUT PELVIC ORGAN PROLAPSE
Dachlia Sri Sakti , Trika Irianta , Eddy R. Moeljono Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Dahlia Sri Sakti Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP: (0411)2462511, 081241250880 Email :
[email protected]
Abstrak Ekspresi kolagen I dan III ligamentum sakrouterina diduga memiliki perbedaan pada perempuan dengan prolaps organ panggul dan tanpa prolaps organ panggul. Penelitian ini bertujuan menilai ekspresi kolagen I dan III serta menilai perbandingan ekspresi kolagen I dan III ligamentum sakrouterina pada perempuan dengan prolaps organ panggul dan tanpa prolaps organ panggul. Penelitian ini bertempat di BLU RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan jejaring rumah sakit pendidikan bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unhas. Rancangan penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 35 perempuan dengan POP tingkat III dan IV yang diambil periode 1 Januari 2011 - 1 April 2012, dan sebagai kontrol adalah 35 perempuan tanpa POP. Ekspresi kolagen I dan III dinilai dengan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan pewarnaan antibodi kolagen I (mouse monoclonal collagen I ab 90395) dan antibodi kolagen III( Mu 167 4i). Data diolah dengan menggunakan program komputer statistik. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok POP ekspresi kolagen I lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa POP, ekspresi kolagen I terbanyak dengan intensitas lemah (+) 22 kasus (62,.9%) dan 13 kasus dengan intensitas negatif (37,1%), sedangkan pada kelompok tanpa POP didapatkan 22 kasus (62,9 %) dengan intensitas lemah (+) dan 8 kasus (22,9%) dengan intensitas moderat (++). Dimana hasil uji statistik menunjukkan kemaknaan dengan nilai p=0,001. Ekspresi kolagen III lebih tinggi pada kelompok POP dibandingkan kelompok tanpa POP. Dimana didapatkan ekspresi kolagen III yang kuat pada kelompok POP sebanyak 19 kasus (54,3%), sedangkan pada kelompok tanpa POP sebanyak 5 kasus(14,3%), p=0.000. Untuk rasio kolagen I/III diperoleh hasil yang rendah pada kelompok POP dengan 31 kasus (88,6 %) dibandingkan kelompok tanpa POP sebanyak19 kasus (54,3%) dengan tingkat signifikan p<0.002. Sebagai kesimpulan, terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua grup dalam hal eksprei kolagen I dan III Kata Kunci : Kolagen I, kolagen III, ligamentum sakrouterina, prolaps organ panggul
Abstract
The Expression of collagen I and III at sakrouterine ligament are suggested to be different among women with and without pelvic organ prolapse. The aim of this study is to assess the expression of collagen I and III in sacrouterine ligament as well as its comparison amomg women with and without pelvic organ prolapse. The research conducted in BLU dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar and networking teaching hospital of Obstetrics and Gynecology Department, Medical Faculty, Hasanuddin University. The design was a cross sectional study with consecutive sampling. The sample consisted of 35 women with POP levels III and IV who were taken during the period of January 1, 2011 to April 1, 2012, and 35 women without POP as controls. The expression of collagen I and III was assessed by immunohistochemistry using antibody staining of collagen I (mouse monoclonal collagen I ab 90 395) and collagen III antibody (Mu 167 4i). Data were processed using SPSS with significance level was at 0.05. The results showed that the expression of collagen I in POP group was lower than in the group without POP, the highest expression of collagen I with weak intensity (+) about 22 cases (62, .9%) and 13 cases with negative intensity (37.1%), whereas in the group without POP obtained 22 cases (62.9%) with weak intensity (+) and 8 cases (22.9%) with moderate intensity (+ +), p = 0.001. The expression of collagen III was higher in the POP group than in the group without POP. It was found a strong expression of collagen III in the POP group which were 19 cases (54.3%), whereas in the group without POP as much as 5 cases (14.3%), p = 0.000. The ratio of collagen I / III is lower among POP group, 31 cases (88.6%, than in the group without POP about 19 cases (54.3%) , p <0.002. As a conclusion, there are significant differences between the two groups in terms of expression of collagen I and III. Keywords: Collagen I, collagen III, sakrouterina ligament, pelvic organ prolapse
PENDAHULUAN Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi yang tinggi, baik di negara sedang berkembang maupun di negara berkembang, meskipun penyebab utamanya belum diketahui. (Ewies et al., 2003) Diperkirakan 11% dari semua wanita menjalani setidaknya satu kali prosedur operasi. (Philips et al., 2005) Prolaps organ panggul disebut juga sebagai prolaps urogenital, adalah turunnya organ panggul yang menyebabkan penonjolan vagina, uterus atau keduanya. Keadaan ini dapat merusak dinding anterior, posterior vagina, dan uterus atau puncak vagina, yang umumnya tampak sebagai gabungan beberapa keadaan di atas. Tahun 1997, lebih dari 225.000 pasien menjalani operasi prolaps organ panggul di USA (22.7/10000 wanita), dengan estimasi pembiayaan lebih dari 1 milyar US$. Prolaps organ panggul merupakan indikasi terbanyak dilakukannya histerektomi pada wanita postmenopause dan jumlahnya berkisar 15-18 % dari seluruh prosedur pada semua kelompok umur. Keadaan ini jarang menyebabkan morbiditas atau mortalitas yang berat; tetapi cukup menimbulkan gejala genital bagian bawah, urinari, dan traktus gastrointestinal yang dapat mempengaruhi aktivitas keseharian dan kualitas hidup wanita. (Jelovsek et al., 2007) Meskipun mekanisme terjadinya prolaps organ panggul pada wanita dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perbaikan dengan operasi belum sepenuhnya dimengerti. Terdapat beberapa bukti yang mendukung bahwa abnormalitas struktur jaringan penyambung merupakan faktor predisposisi. (Ewies et al., 2003) Organ panggul di sokong oleh otot – otot dasar panggul dan perlekatannya pada fasia endopelvik. (Philips et al., 2005) Pengetahuan tentang penyangga organ panggul yang normal diperlukan untuk dapat mengerti patofisiologi terjadinya prolaps organ panggul. Saat ini yang digunakan adalah tiga level penyangga dari Delancey. (Doshani et al., 2007) Ligamentum sakrouterina merupakan bagian penting dari sistem penyangga panggul dan menurut delancey, merupakan level 1 yang menyangga serviks dan puncak vagina. Penelitian in vitro, menunjukkan bahwa ligamentum sakrouterina dapat menyangga lebih dari 17 kg berat sebelum terjadinya kerusakan. Elemen kunci dari stabilitas jaringan ini adalah kuantitas, ultrastruktur, dan organisasi matriks ekstraseluler protein seperti, kolagen, fibronektin, elastin termasuk reseptor-reseptornya, seperti integrin. (Gabriel et al., 2005) Kekuatan
ligamen dan fasia dasar panggul yang bervariasi di antara individu
merupakan salah satu faktor penting terjadinya prolaps. Kolagen merupakan unsur pokok jaringan penyambung dasar panggul. Beberapa penulis menemukan perubahan kualitatif dan
kuantitatif pada protein ini pada pasien dengan prolaps genital dan stress inkontinensia. (Takano et al., 2002) Metabolisme kolagen yang abnormal telah diidentifikasi dan berhubungan dengan kejadian prolaps organ panggul dan stress inkontinensia. (Philips et al., 2005) Beberapa penelitian menduga bahwa gangguan sintesis dan tipe kolagen memiliki hubungan sebab akibat pada gangguan jaringan penyambung, seperti prolaps organ panggul dan stres inkontinensia. (Yamamoto et al., 1997) Masih belum jelasnya mekanisme terjadinya prolaps organ panggul, menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian klinik dengan desain cross sectional study untuk mengetahui adanya perbedaan antara ekspresi kolagen I dan III pada perempuan dengan dan tanpa prolaps organ panggul. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan bagian obstetri dan ginekologi FK-UNHAS dengan subyek penelitian antara lain: BLU RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS jejaring lainnya. Pemeriksaan jaringan
di Laboratorium Patologi
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai April 2012 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian adalah perempuan penderita prolaps organ panggul tingkat III dan IV serta penderita tumor jinak ginekologi yang menjalani operasi histerektomi total. Sampel penelitian adalah perempuan penderita prolaps organ panggul tingkat III & IV yang telah dilakukan tindakan operatif dan penentuan stadium yang memenuhi kriteria penelitian. Kontrol penelitian adalah pasien yang tidak menderita prolaps organ panggul dan dilakukan tindakan operasi histerektomi oleh sebab penyakit lain (tumor jinak ginekologi). Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Seluruh penderita diberikan Informed Consent sebelum dijadikan sampel penelitian. Besar sampel penelitian dan tingkat ketelitian yang dikehendaki serta ketetapan relatif yang diinginkan sesuai dengan tabel isaac and Michael. Perkiraan besar sampel adalah 35 dan kontrol adalah 35.
Pengumpulan dan Pengolahan data Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan kriteria eksklusi dan inklusi. Setelah dilakukan operasi histerektomi total, jaringan ligamentum sakrouterina diambil sepanjang 1 cm, yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk melihat ekspresi kolagen I dan III. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chisquare, uji Fischer exact. Semua data disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil
pengujian ditetapkan bermakna, bila p ≤ 0,05 HASIL Karakteristik Sampel Pada tabel 1 tampak bahwa karakteristik penderita prolaps organ panggul terbanyak pada usia >45 tahun, dimana hal ini tidak berbeda dengan kelompok tanpa prolaps organ panggul. Paritas terbanyak pada kelompok POP adalah dengan anak > 3, yaitu sebanyak 28 kasus (59.6%), sama pada kelompok tanpa POP terbanyak memiliki anak > 3 yaitu sebanyak 19 kasus (40.4%). Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0.043(p< 0,05). Riwayat jenis persalinan pada kelompok POP dengan persalinan normal yaitu 32 kasus (54.2%), sedang pada kelompok tanpa POP sebanyak 27 kasus (45.8%).
Pada
kelompok POP terdapat 7 kasus (58.3%) yang memiliki riwayat pernah melahirkan bayi diatas 3500 gram, sedang pada kelompok tanpa POP sebanyak 5 kasus (41.7 %). Pada kelompok POP sebanyak 31 kasus (68.9%) telah mengalami menopause, sedang pada kelompok tanpa POP sebanyak 14 kasus (31.1%). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, dengan nilai p=0.000 (p < 0,05). Pada kelompok POP sebanyak 24 kasus (64.9%) memilki IMT > 25, sedangkan pada kelompok tanpa POP sebanyak 13 kasus (35,1%). Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p=0.009 (p < 0,05). Tabel 2 menunjukkan dari 35 sampel penderita prolaps organ panggul diperoleh ekspresi kolagen I terbanyak adalah intensitas lemah (+) sebanyak 22 kasus (62.9%), sedangkan pada kelompok tanpa POP didapatkan 22 kasus (62.9 %) dengan intensitas lemah (+) dan 8 kasus (22.9%) dengan intensitas moderat (++).
Dari tabel ini ekspresi kolagen I tampak lebih lemah pada kelompok POP dibandingkan
dengan kelompok tanpa POP. Dimana hasil uji statistik menunjukkan
kemaknaan dengan nilai p=0,001. Tabel 2 menunjukkan hasil pemeriksaan imunohistokimia didapatkan ekspresi kolagen III yang kuat pada kelompok POP sebanyak 19 kasus (54.3%), sedangkan pada kelompok tanpa POP sebanyak 5 kasus(14.3%). Dari hasil ini tampak perbedaan yang sangat signifikan antara kedua kelompok dengan nilai p=0.000 (Chi square, p<0,05). Pada tabel 3 dapat dilihat rasio kolagen I / III yang rendah pada kelompok POP dengan 31 kasus (88.6%), sedangkan pada kelompok tanpa POP sebanyak19 kasus (54.3%). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p<0.002. Dari tabel 4 analisis faktor risiko pada perempuan dengan POP dibandingkan tanpa POP, didapatkan hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna hubungan ekspresi kolagen I dengan faktor risiko terjadinya POP antara kedua kelompok, dengan nilai kemaknaan p>0.05. Pada tabel 5 analisis faktor risiko pada perempuan dengan POP dibandingkan tanpa POP, hanya diperoleh hasil yang signifikan hubungan ekspresi kolagen III dengan faktor risiko terjadinya POP yaitu pada faktor risiko IMT ≥ 25 kg/m2 , dengan nilai kemaknaan p=0.029 (P<0.05). PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa umur pada kelompok POP dan tanpa POP menunjukkan gambaran yang sama, yaitu diatas 45 tahun. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Swift et al (2000) yang mendapatkan POP tingkat I atau II kebanyakan pada perempuan umur muda. Sedangkan POP tingkat III dan IV sebanyak 2,6% terjadi pada umur di atas 40 tahun dan prevalensinya meningkat menjadi 21% pada perempuan berumur diatas 70 tahun. Karakteristik paritas kelompok POP pada penelitian ini terbanyak pada paritas ≥ 3 yaitu sebanyak 28 kasus (59,6%).Secara statistik hasil ini bermakna dengan nilai p=0,043. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Chiaffarino et al (1999) yang membandingkan nulipara dan perempuan dengan paritas tinggi. Karakteristik riwayat melahirkan bayi besar pada penderita POP yang terbanyak adalah berat badan bayi di bawah atau sama dengan 3500 gram sebanyak 28 kasus (48,3%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chiaffarino et al (1999) dimana risiko untuk
prolaps organ panggul lebih besar pada perempuan yang melahirkan bayi dengan berat 3500 gram atau lebih dibandingkan dengan perempuan yang melahirkan bayi yang kecil (<3500 gram). Dari analisis faktor risiko, status post menopause merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya prolaps organ panggul. Dimana status post menopause terbanyak pada kelompok prolaps (68,9%). Hasil ini bermakna secara statistik dengan nilai p= 0,000. Hipotesis ini merupakan penyebab sekunder dari berbagai faktor yang terlibat di dalamnya, seperti penurunan estrogen selama masa postmenopause. Chen GD menemukan reseptor estrogen pada dinding vagina dan ligamentum sakrouterina perempuan premenopause tetapi menurun pada dinding vagina perempuan postmenopause. Pengurangan estrogen setelah periode menopause, mungkin telah menyebabkan dekompensasi jaringan ( Chen GD, 2007). Estrogen juga dapat mempengaruhi metabolism kolagen dengan merangsang degradasi kolagen melalui peningkatan aktivitas matriks metalloproteinase-2. (Ewies et al, 2003) Dari analisis faktor risiko indeks massa tubuh (IMT), IMT > 25 (overweight) merupakan faktor risiko signifikan terjadinya prolaps organ panggul. Dengan nilai p= 0,009. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendrix SL et al (2002) menyimpulkan bahwa obesitas juga berpengaruh sangat kuat terhadap fungsi dasar panggul. Women’s Health Initiative (WHI) menemukan pasien dengan Indeks massa tubuh (IMT) 25-30 kg/m2 menderita prolaps uteri sebesar 31%, rektokel 38% dan menderita sistokel 39%. Persentase ini semakin tinggi dengan meningkatnya IMT. (Hendrix SL et al, 2002) Pada penelitian ini, diperoleh hasil ekspresi kolagen III ligamentum sakrouterina pada kelompok POP yang lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa POP. Sedangkan pada ekspresi kolagen I didapatkan hasil yang lebih rendah pada kelompok POP dibandingkan kelompok tanpa POP. Liapis et al melaporkan jumlah yang sama dari kolagen III pada perempuan dengan atau tanpa POP (Liapis et al,2000), sedangkan Ewiez et al melaporkan kolagen III yang meningkat pada jaringan perempuan dengan POP (Ewiez et al,2003) dan hal ini didukung oleh beberapa penelitian lainnya (Gabriel et al,2005). Untuk total kolagen, beberapa peneliti melaporkan jumlah kolagen yang menurun pada perempuan dengan POP (Takano et al, 2002). Adanya perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan perbedaan metode dan tempat pengambilan jaringan penelitian. Terdapat 28 tipe kolagen. Fiber Kolagen I terdapat secara universal dan fleksibel dan memberikan daya tahan yang besar terhadap tegangan. Pada penelitian ini didapatkan
penurunan ekspresi dari kolagen I pada perempuan dengan POP dibandingkan dengan tanpa POP. Kolagen III terdapat predominan pada jaringan yang dibutuhkan untuk peningkatan fleksibilitas dan penggelembungan yang merupakan subjek dari stres periodik. Kolagen III merupakan kolagen terbesar pada kulit saat lahir, kemudian digantikan oleh kolagen I. Tipe I dan III keduanya ditemukan pada jaringan granulasi selama penyembuhan luka. (Kerkhof et al, 2009). Sel-sel jaringan konektif mensintesis berbagai macam komponen ekstra seluler matriks (ECM) yang kerjanya tidak hanya menyokong biomekanikal khusus dan sifat fungsional jaringan, tetapi juga regulasi dari fungsi-fungsi seluler. Hal ini mengesankan bahwa gangguan penyokong pelvik mungkin akibat abnormalitas intrinsik sintesis kolagen atau ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasinya. (Balbiero et al,2003) Kolagen I dan III mempunyai kelebihan fisik tersendiri dan proporsi mereka relatif mempengaruhi fungsi jaringan. Telah diketahui bahwa kolagen I memberi kekuatan mekanik yang besar pada jaringan ikat, sedangkan kolagen III terlihat memainkan peranan terhadap elastisitas dan peregangan jaringan. Kolagen tipe I merupakan tipe yang terbanyak yang ditemukan pada, kulit, tendon, ligamen dan tulang, yang mana terdiri dari 80-90 % dari total kolagen. Demikian pula dengan kolagen tipe III tersebar sama dengan tipe I, tetapi rasio dari kedua tipe ini bervariasi pada jaringan yang berbeda.(Chiaffarino et al,1999) Oleh karena itu, umumnya disepakati bahwa rasio kolagen I dan III yang besar pada ligamen menunjukkan suatu kekuatan yang besar, sedangkan rasio yang rendah mungkin menunjukkan suatu kelemahan jaringan. Pada penelitian ini, diperoleh hasil yang rendah pada kelompok POP dengan persentase 88,6%, sedangkan hasil yang tinggi pada kelompok tanpa POP yaitu 54,3% dengan nilai p=0,002. Hal ini menunjukkan bahwa pada perempuan dengan POP didapatkan rasio ekspresi kolagen I dan III yang rendah pada ligamentum sakrouterina, yang menunjukkan adanya kelemahan jaringan. Gabriel et al (2005) melaporkan hal yang sama, dimana didapatkan peningkatan dari kolagen III di ligamentum sakrouterina pada POP, dan penurunan dari rasio kolagen I dan III pada kelompok POP.
Jelovsek (2007) juga
melaporkan adanya gangguan metabolisme dari kolagen pada perempuan dengan POP, dimana didapatkan penurunan dari ekspresi kolagen I dan peningkatan ekspresi kolagen III, meskipun demikian masih belum jelas apakah hal ini merupakan etiologi atau efek dari POP itu sendiri.
Kekuatan
ligamen dan fasia dasar panggul yang bervariasi di antara individu
merupakan salah satu faktor penting terjadinya prolaps. Kolagen merupakan unsur pokok jaringan penyambung dasar panggul. Beberapa penulis menemukan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada protein ini pada pasien dengan prolaps genital dan stress inkontinensia. (Takano et al., 2002) Dari analisis faktor risiko, indeks massa tubuh (IMT), IMT > 25 (overweight) merupakan faktor risiko signifikan terjadinya prolaps organ panggul. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendrix SL et al (2002) menyimpulkan bahwa obesitas juga berpengaruh sangat kuat terhadap fungsi dasar panggul.
Women’s Health Initiative (WHI) menemukan
hubungan bermakna antara BMI dengan terjadinya POP. (Hendrix SL et al, 2002). Otot levator ani dan ligamentum bekerjasama untuk menyokong organ – organ panggul. DeLancey menggambarkaan hal tersebut, sebagai suatu fenomena kapal yang terapung di air dengan kedua sisinya terikat tali ke dok. Analogi kapal ini mewakili organ panggul, dimana air mewakili otot levator ani dan tali mewakili fasia endopelvis dan jaringan penunjang. Jika air berkurang, maka akan menyebabkan posisi kapal turun, sehingga tali akan berfungsi untuk
mempertahankan kapal. Apabila muatan kapal berlebihan akan
menyebabkan tali kendor atau putus. Otot levator ani yang berfungsi sebagai penyokong organ panggul, jika terjadi kelemahan pada otot ini, penyokong akan dialihkan ke jaringan penyambung untuk mempertahankan posisi organ panggul, dan pada suatu saat beban yang berlebihan akan menyebabkan jaringan penyambung kehilangan fungsinya. Hal ini pada akhirnya akan diikuti dengan terjadinya prolaps organ panggul. (Valaitis SR, 2000). KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini didapatkan bahwa pada perempuan dengan prolaps organ panggul ekspresi kolagen I lebih rendah, ekspresi kolagen III lebih tinggi, dan rasio kolagen I dan III lebih rendah dibandingkan dengan perempuan tanpa prolaps organ panggul.Kolagen I dan III berkontribusi terhadap kejadian prolaps organ panggul. Rasio kolagen I dan III yang rendah berkontribusi untuk terjadinya prolaps organ panggul Pada penelitian ini, faktor risiko signifikan terjadinya prolaps organ panggul adalah faktor paritas, status menopause dan indeks massa tubuh. Sedangkan faktor risiko yang berhubungan dengan ekspresi kolagen III adalah faktor indeks massa tubuh.Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menurunkan angka kejadian prolaps organ panggul
dengan memberikan konseling tentang faktor predisposisi terjadinya POP sehingga bisa memberikan pelayanan secara holistik. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang ekspresi kolagen dengan menggunakan metode pemeriksaan yang berbeda untuk mengetahui peranan kolagen secara keseluruhan terhadap kejadian POP.
DAFTAR PUSTAKA Barbiero, E.C., Sartoni M.G., Barakat E.C., De lima G.R.(2003) “Analysis of type I collagen in parametrium of women with or without uterine prolaps according to hormonal status.” Int J Urogynecol Pelvic Floor Dysfuct.14: 331-334 Chen GD. (2007) Pelvic floor dysfunction in aging women. Taiwan J Obs & Gyn.46 : 374-8 Chiaffarino, F., Chatenoud, L., Dindelli, M., Meschia, M., Buonaguidi, A., Amicarelli, F., Surace, M., Bertola, E., Di Cintio, E. & Parazzini, F. (1999) Reproductive factors, family history, occupation and risk of urogenital prolapse. European Obstet & Gynecol J, 82, 63-7. Doshani, A., Teo, R. E. C., Mayne, C. J. & Tincello, D. G. (2007) Uterine Prolapse. BMJ, 335, 819-23. Ewies, A. A., Al-Azzawi, F. & Thompson, J. (2003) Changes in extracellular matrix proteins in the cardinal ligaments of post-menopausal women with or without prolapsed : a computerized immunohistophometric analysis. Europen Society of human Reproduction and Embryology, 18(10), 2185-95. European Society of Human Reproduction and Embryology, 18(10), 2185-95. Gabriel, B., Denschlag, D., Gobel, H., Fittkow, C., Werner, M., Gitsch, G. & Watermann, D. (2005) Uterosacral ligament in postmenopausal women with or without pelvic organ prolapse. Int Urogynecol J, 16, 475-9. Hendrix SL, Clark A, Nygaard I, Aragaki A, Barnabei V, McTiernan.( 2002) Pelvic organ prolapse in the women’s health initiative. Gravity and gravidity. Am J Obstet Gynecol. Vol 195:23-8 Jelovsek, J., Maher, C. & Barber, M. D. (2007) Pelvic Organ Prolapse. Lancet, 369, 1027-38. Kerkhof, M. H., Hendriks, L. & Brolmann, H. A. M. (2009) Changes in connective tissue in patients with pelvic organ prolapse. Int Urogynecol J, 20, 461-74. Liapis, A., Bakas P, Pavitri A, Frangos-Plemenus M, Arnoyonnaki N, Creatsas G.(2001)”Change in collagen type III in female patient with genuine stress incontinence and pelvic floor prolaps.” Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 97: 76-79 Philips, C. H., Anthony, F., Benyon, C. & Monga, A. K. (2005) Collagen metabolism in the uterosacral ligaments and vaginal skin of women with uterine prolapse. British Journal of Obstetrics and Gynaecology, 113, 39-46. Swift, S., Woodman, P., O'Boyle, A., Kahn, M., Valley, M., Bland, D., Wang, W. & Schaffer, J. (2005) Pelvic Organ Support Study (POSST) : The distribution, clinical definition, and epidemiologic condition of pelvic organ support defects. Am J Obstet Gynecol, 192, 795-806. Takano, C. C., Girao, M. J. B. C., Sartori, M., Castro, R., Arruda, R. M., Simoes, M, Baracat, E. C. & De Lima, G. R. (2002) Analysis of collagen in parametrium and vaginal apex of women with and without uterine prolapse. Int Urogynecol J, 13,342-5. Valaitis, S.R. (2000) Anterior Compartement Prolapse, Urinary Incontinence, and the Effects of Anterior Colporrhapy and Paravaginal Repair. Lentz GM, ed Urogynecology. London; 118-34 Yamamoto, K., Yamamoto, M., Akazawa, K., Shingo, T., Wakimoto, H. & Masaru, A. (1997) Decrease in elastin gene expression and protein synthesis in fibroblasts derived from cardinal ligaments of patients with prolapsus uteri. Cell Biology International Journal, 21(9), 605-11
Tabel 1. Karakteristik Kelompok POP dan Tanpa POP
No 1
2
3
4
5
6
Jumlah TANPA POP n %
POP
KARAKTERISTIK Umur (tahun) ≤ 45 > 45 Paritas 0 1–2 ≥ 3 Riwayat Jenis Persalinan Tidak pernah partus Partus Normal Vakum Sectio Caesarian Riwayat Melahirkan Bayi Besar ≤3500 gram >3500 gram Status Menopause Premenopause Menopause IMT Normal 18,5 – 24,99 Obesitas > 25,0
P
n
%
2 33
50.0 50.0
2 33
50.0 50.0
1.000
2 5 28
33.3 29.4 59.6
4 12 19
66.7 70.6 40.4
0.043
2 32 1 0
33.3 54.2 100.0 0.0
4 27 0 4
66.7 45.8 0.0 100.0
0.299
28 7
48.3 58.3
30 5
51.7 41.7
0.529
4 31
16.0 68.9
21 14
84.0 31.1
0.000
11
33.3
22
66.7
0.009
24
64.9
13
35.1
Tabel 2. Hubungan ekspresi kolagen I dan III dengan Prolaps Organ Panggul EKSPRESI KOLAGEN
EKSPRESI KOLAGEN
N 13 22 0
% 37.1 62.9 0.0
I NON POP N % 5 14.3 22 62.9 8 22.9
0
0.0
0
0.0
0
0.0
N 0 5 11 19
35
100
35
100
70
100
35
POP NEGATIF LEMAH MODERAT KUAT TOTAL
TOTAL N % 18 25.7 44 62.9 8 11.4
NILAI P 0.001
POP % 0.0 14.3 31.4 54.3 100
N 2 13 15 5
II NON POP % 5.7 37.1 42.9 14.3
N 2 18 26 24
TOTAL % 2.9 25.7 37.1 34.3
35
100
70
100
Tabel 3. Hubungan rasio ekspresi kolagen I dan III pada POP dan tanpa POP RASIO
KELOMPOK
KOLAGEN I/III
N
POP %
RENDAH
31
TINGGI TOTAL
4 35
TOTAL
P
NON POP N %
n
%
88.6
19
54.3
50
71.4
11.4 100.0
16 35
45.7 100.0
20 70
28.6 100.0
0.002
NiLAI P 0.000
Tabel 4. Hubungan Ekspresi kolagen I dengan karakteristik faktor risiko terjadinya prolaps organ panggul.
FAKTOR RISIKO POP UMUR (TAHUN) ≤ 45 > 45 PARITAS 0 1–2 >3 Riwayat Jenis Persalinan Tidak pernah partus Partus Normal Vakum Sectio Caesarian Riwayat Melahirkan Bayi Besar < 3500 > 3500 STATUS MENOPAUSE Premenopause Postmenopause IMT 18,5 - 24,99 > 25
EKSPRESI KOLAGEN I SAMPEL KONTROL A % B % A % B
%
C
%
1 12
50.0 36.4
1 21
50.0 63.6
0 5
0.0 15.2
0 22
0.0 66.7
2 6
100.0 18.2
2 2 9
100.0 40.0 32.1
0 3 19
0.0 60.0 67.9
0 2 3
0.0 16.7 15.8
3 6 13
75.0 50.0 68.4
1 4 3
25.0 33.3 15.8
2 11 0 0
100.0 34.4 0.0 0.0
0 21 1 0
0.0 65.6 100.0 0.0
0 5 0 0
0.0 18.5 0.0 0.0
3 17 0 2
75.0 63.0 0.0 50.0
1 5 0 2
25.0 18.5 0.0 50.0
12 1
42.9 14.3
16 6
57.1 85.7
4 1
13.3 20.0
19 3
63.3 60.0
7 1
23.3 20.0
0.168
1 12
25.0 38.7
3 19
75.0 61.3
1 4
4.8 28.6
13 9
61.9 64.3
7 1
33.3 7.1
0.599
4 9
36.4 37.5
7 15
63.6 62.5
3 2
13.6 15.4
12 10
54.5 76.9
7 1
31.8 7.7
0.949
A=Negatif; B=Lemah; C=Moderat; D=Kuat
P
0.702
0.097
0.054
Tabel 5. Hubungan Ekspresi kolagen III dengan karakteristik faktor risiko terjadinya prolaps organ panggul. FAKTOR RISIKO POP
EKSPRESI KOLAGEN III SAMPEL B % C % D %
KONTROL A % B
%
C
%
D
%
UMUR (TAHUN) ≤ 45 > 45 PARITAS 0
0 5
0.0 15.2
1 10
50.0 30.3
1 18
50.0 54.5
0 2
0.0 6.1
0 13
0.0 39.4
1 14
50.0 42.4
1 4
50.0 12.1
0
0.0
1
50.0
1
50.0
0
0.0
0
0.0
3
75.0
1
25.0
1–2
0
0.0
3
60.0
2
40.0
1
8.3
6
50.0
3
25.0
2
16.7
>3 Riwayat Jenis Persalinan Tidak pernah partus Partus Normal Vakum Sectio Caesarian Riwayat Melahirkan Bayi Besar < 3500
5
17.9
7
25.0
16
57.1
1
5.3
7
36.8
9
47.4
2
10.5
0
0.0
1
50.0
1
50.0
0
0.0
0
0.0
3
75.0
1
25.0
5 0
15.6 0.0
10 0
31.3 0.0
17 1
53.1 100.0
2 0
7.4 0.0
12 0
44.4 0.0
10 0
37.0 0.0
3 0
11.1 0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
1
25.0
2
50.0
1
25.0
4
14.3
9
32.1
15
53.6
2
6.7
11
36.7
13
43.3
4
13.3
1
14.3
2
28.6
4
57.1
0
0.0
2
40.0
2
40.0
1
20.0
0 5
0.0 16.1
1 10
25.0 32.3
3 16
75.0 51.6
1 1
4.8 7.1
8 5
38.1 35.7
10 5
47.6 35.7
2 3
9.5 21.4
4
36.4
3
27.3
4
36.4
1
4.5
9
40.9
8
36.4
4
18.2
1
4.2
8
33.3
15
62.5
1
7.7
4
30.8
7
53.8
1
7.7
> 3500
P
STATUS MENOPAUSE Premenopause Postmenopause IMT 18,5 - 24,99 Obesitas > 25,0
A=Negatif; B=Lemah; C=Moderat; D=Kuat
0.843
0.868
0.752
0.909
0.312
0.029