ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Jurair Patunrangi *
Abstract District zone is attracting and generator of trip for the needs of the societies. As a trip generator zone, district zone will never known the origin – destination of movement on the region of city so that can be make a problem on the field of transportation in the future. The purpose of this study was to know the trip generation based on village in District of North Palu, Palu City. Data of socioeconomic and trip characteristics of people in North Palu were collected by 368 households as the respondent in this study. The Result of the study found that the model of trip generation in District of North Palu followed, Y= 0.108 + 0.475X1 + 0.285X2 + 0.151X5.. Key words : Origin-Destination, trip generation, trip attraction
Abstrak Zona kecamatan selain sebagai penarik pergerakan juga merupakan pembangkit pergerakan guna pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Sebagai zona pembangkit pergerakan zona kecamatan tidak akan pernah diketahui dari mana asal pergerakan dan kemana pergerakan dilakukan dalam suatu wilayah kota sehingga dapat menimbulkan permasalahan di bidang transportasi di kemudian hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bangkitan pergerakan berdasarkan zona kelurahan di Kecamatan Palu Utara, Kota Palu. Dari jumlah responden sebanyak 368 rumah tangga dapat diketahui karakteristik sosio ekonomi dan pola pergerakan di daerah kajian, dan menghasilkan model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara, yaitu Y = 0,108 + 0,475 X1 + 0,285 X2 + 0,151 X5. Kata Kunci : Asal-Tujuan, bangkitan pergerakan, tarikan pergerakan
1. Pendahuluan Tujuan dasar dari bangkitan pergerakan adalah bagaimana menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona. Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan pemilikan pergerakan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berubah sebagai fungsi dari
waktu. Tahapan bangkitan pergerakan dapat digunakan dalam meramalkan jumlah pergerakan yang akan dilakukan oleh seseorang pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosio ekonomi serta tata guna lahan. Penelitian telah banyak dilakukan seperti kajian terdahulu dengan menggunakan empat peubah bebas untuk menghitung bangkitan pergerakan berbasis rumah yaitu: variabel sosio ekonomi seperti tingkat pendapatan,
* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
kepemilikan kendaraan, jumlah pekerja, dan luasan rumah. Keberadaan pemukimanpemukiman baru di kota Palu terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah pengemban yang membangun rumah dengan berbagai tipe, disamping itu keberadaan pemukiman tersebut tanpa dibarengi dengan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat pemukim seperti tempat perbelanjaan, perkantoran, tempat rekreasi dan berbagai fasilitas lainnya yang pada akhirnya menyebabkan masyarakat harus memenuhi kebutuhannya di luar areal pemukiman tempat tinggalnya. Fenomena ini akan membebani dan akan berdampak buruk terhadap sistem transportasi kota, karena akan menyebabkan terjadinya permaslahan transportasi seperti antrian ataupun kemacetan kendaraan pada daerahdaerah tertentu pada daerah pusat kota. Pentingnya bangkitan pergerakan dalam memprediksi jumlah pergerakan orang/kendaraan yang meninggalkan suatu zona guna pemenuhan kebutuhannya mendorong penulis untuk mengkaji model bangkitan pergerakan pada zona kecamatan Palu Utara di Kota Palu dengan menggunakan model regresi linear, untuk mereprosentasekan kecenderungan produksi pergerakan dari zona tersebut.
2. Kajian Literatur Sistem empat tahap dalam perencanaan sistem transportasi merupakan tahapan yang saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu: 1). Pembangkit perjalanan (trip generation), 2). Distribusi perjalanan (trip 192
distribution), 3). Pemilihan moda (modal split), 4). Pemilihan rute (trip assignment). Penelitian ini hanya difokuskan pada bagaimana memodelkan bangkitan pergerakan (trip production) dari kawasan zona kecamatan Palu Utara sebagai pembangkit pergerakan. Studi tentang trip production telah banyak dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam memodelkan pola pergerakan. a. Model Analisa Regresi Model analisa regresi dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara dua peubah atau lebih. Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (Y) yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (Xi), yang dapat dinyatakan dengan persamaan: Y = A + BX
.................(1)
Dimana : Y = peubah tidak bebas X = peubah bebas A = Intersep atau konstanta regresi B = koefisien regresi. b. Model Regresi-Linear Berganda Merupakan pengembangan lanjut dari model regresi tunggal dengan rumus umum sebagai berikut: Y = A + B1X1 + B2X2 + … +BnXn .......(2) B
Dimana:
B
Y = peubah tidak bebas X1 …Xn = peubah bebas A = Intersep atau konstanta regresi B1 …Bn = koefisien regresi.
Model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara Kota Palu (Jurair Patunrangi)
Penggunaan model menggunakan beberapa asumsi: Nilai peubah, khususnya peubah bebas, mempunyai nilai tertentu atau merupakan nilai yang didapat dari hasil survey atau tanpa kesalahan berarti; Peubah tidak bebas (Y) harus mempunyai hubungan korelasi linear dengan peubah bebas (X). Jika hubungan tersebut tidak linear, transformasi linear harus dilakukan, meskipun batasan ini akan mempunyai implikasi lain dalam analisis residual; Efek peubah bebas pada peubah tidak bebas merupakan penjumlahan, dan harus tidak ada korelasi yang kuat antara sesama peubah bebas; Variansi peubah tidak bebas terhadap garis regresi harus sama untuk semua nilai peubah bebas; Nilai peubah tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati normal; Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah diproyeksikan.
3. Metode Penelitian 3.1 Pengumpulan Data
dengan penyebaran kuesioner pada rumah tangga yang menjadi target sesuai metode acak untuk mendapatkan 368 rumah tangga. Penentuan jumlah sampel rumah tangga pada setiap kelurahan, dapat dilihat pada tabel 1. Dengan jumlah data rumah tangga sebanyak itu diharapkan dapat memenuhi syarat untuk mencerminkan populasi, sedangkan penarikan sampel dilakukan secara acak dengan metode simple random sampling. Adapun data yang dikumpulkan dari kuesioner adalah: Kepemilikan kendaraan Jumlah anggota keluarga yang bekerja Jumlah pendapatan dari anggota keluarga Jumlah penghuni rumah Luas bangunan rumah 3.2 Pengolahan data Data jumlah pergerakan/perminggu dari sampel dan data sosio ekonomi yang diperoleh dari hasil survei lapangan sebagai data mentah diolah sesuai kebutuhan yang akan digunakan di dalam menganalisis. Adapun data hasil olahan ditampilkan dalam bentuk format seperti contoh pada tabel 2.
Pengumpulan data dilakukan
Tabel 1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelurahan 1.
Mamboro
=
(1.429/8.456) x 368
=
63
Rumah Tangga
2.
Taipa
=
3. 4.
Ky. Pajeko Ky. Ngapa
= =
(1.020/8.456) x 368
=
44
Rumah Tangga
( 692/8.456 ) x 368 ( 812/8.456 ) x 368
= =
30 35
Rumah Tangga Rumah Tangga
5. 6.
Panau Lambara
= =
( 957/8.456 ) x 368 ( 629/8.456 ) x 368
= =
42 27
Rumah Tangga Rumah Tangga
7. 8.
Baiya Patoloan
= =
(1.014/8.456) x 368 (1.903/8.456) x 368
= =
44 83
Rumah Tangga Rumah Tangga
= 368
Rumah Tangga
Jumlah Sampel Keseluruhan
193
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
Tabel 2. Contoh Format Hasil Pengolahan Data Jml. Penghuni Rumah
Luasan Rumah
3
4
2
2 …
4 …
6 …
3 …
…
…
…
…
…
2
2
4
2
4
No Responden
Y per hari
Kepemilikan Kend.
1
3.571
2
1
2 …
4.429 …
2 …
…
…
368
2
Jumlah Tkt. PenPekerja dapatan
Range Tingkat Pendapatan 1. Lebih kecil Rp. 750.000,2. Rp. 751.000,- s/d Rp. 1.000.000,3. Rp. 1.001.000,- s/d Rp. 1.500.000,4. Rp. 1.501.000,- s/d Rp. 2.000.000,5. Rp. 2.001.000,- s/d Rp. 2.500.000,6. Rp. 2.501.000,- s/d Rp. 3.000.000,7. Rp. 3.001.000,- s/d Rp. 4.000.000,8. Rp. 4.001.000,- s/d Rp. 5.000.000,9. Lebih besar Rp. 5.000.000,-
4. Analisis dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data pada zona kecamatan Palu Selatan diperoleh model dan karakteristik pergerakan yang dapat dibangkitkan pada zona kajian adalah sebagai berikut:
Range Luasan Rumah 1. Lebih kecil 45 m 2. 46 m s/d 90 m 3. 91 m s/d 135 m 4. 136 m s/d 180 m 5. Lebih besar 181 m
survey mengenai jumlah anggota keluarga dapat kita lihat diagram pada Gambar 1 dan Gambar 2.
4.1 Karakteristik Sosio Ekonomi Karakteristik sosio ekonomi kecamatan Palu Selatan berdasarkan hasil tabulasi dan pengolahan data terhadap rumah tangga yang disurvey dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang berbeda-beda tentunya akan memberikan variasi terhadap jumlah pergerakan yang dapat dilakukan oleh setiap rumah tangga. Data hasil 194
Gambar 1. Jumlah Anggota Keluarga ( Sumber: Hasil Pengolahan data, Tahun 2009)
Dari gambar 1 terlihat bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak dalam satu rumah tangga di wilayah
Model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara Kota Palu (Jurair Patunrangi)
studi adalah 4 (empat) orang yaitu sebanyak 21,74%, dan lebih dari 6 (enam) juga memiliki 21,74%, dan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga yang terkecil adalah ≤ 2 orang sebesar 7,88%.
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Jumlah Anggota Keluarga VS Pergerakan (Sumber: Hasil Analisis Data, Tahun 2009)
Dengan membuat grafik hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah pergerakan yang terjadi pada setiap rumah tangga, menghasilkan persamaan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2, dimana hasil persamaan menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) anggota keluarga di setiap rumah tangga akan meningkatkan pergerakan sebesar 0,537. b. Kepemilikan Kendaraan Roda 2 (dua)
Bermotor
Kepemilikan kendaraan bermotor roda 2 (dua) pada setiap rumah tangga tentu memiliki pengaruh terhadap pergerakan yang terjadi dalam rumah tangga tersebut, dengan adanya kendaraan tentu akan mempermudah akses seseorang untuk melakukan pergerakan dalam rangka
pemenuhan kebutuhannya. Jumlah kepemilikan kendaraan bermotor roda 2 (dua) pada masing-masing rumah tangga dapat ditunjukkan pada gambar 3 dan gambar 4.
Gambar 3. Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) (Sumber: Hasil Pengolahan data, Tahun 2009)
Gambar 4. Grafik Hubungan Kepemilikan Kendaraan Roda 2 VS Pergerakan (Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2009)
Dari gambar 3 terlihat bahwa rumah tangga dengan 1 (satu) kendaraan bermotor roda 2 memiliki prosentase tertinggi yaitu 41,58%. Sementara rumah tangga dengan jumlah kendaraan terendah yaitu > 4 (empat) buah memiliki prosentase sebesar 0,27%. 195
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
Dari gambar 4 terlihat bahwa kepemilikan kendaraan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah pergerakan, hal ini dapat dilihat dari bentuk grafik yang dapat menjelaskan bahwa setiap penambahan 1 (satu) buah kendaraan dalam rumah tangga akan meningkatkan pergerakan sebesar 0,617. c. Kepemilikan Kendaraan Roda 4 (empat)
Bermotor
Jumlah kepemilikan kendaraan bermotor roda 4 (empat) pada masing-masing rumah tangga ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6.
Dari gambar 5 terlihat bahwa rumah tangga yang tidak memiliki kendaraan bermotor roda 4 (empat) memiliki prosentase tertinggi sebesar 85,87%, sedangkan rumah tangga yang memiliki kendaraan ≥ 4 buah, tidak ada sama sekali atau prosentase 0%. Dari gambar 6 dapat diketahui bahwa kepemilikan kendaraan bermotor roda 4 (empat) memiliki pengaruh terhadap jumlah pergerakan. Dari persamaan yang dihasilkan dapat menjelaskan bahwa setiap penambahan satu kendaraan bermotor roda 4 (empat) akan meningkatkan jumlah pergerakan sebesar 0,233. d. Luas rumah Berdasarkan luasan rumah yang dihuni oleh masing-masing rumah tangga hasil survey, dapat digambarkan seperti pada gambar 7 dan gaambar 8.
Gambar 5. Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor Roda 4 (empat) (Sumber: Hasil Pengolahan data, Tahun 2009)
Gambar 7. Luasan Rumah (Sumber: Pengolahan Tahun 2009)
Gambar 6. Grafik Hubungan Kepemilikan Kendaraan Roda 4 VS Pergerakan (Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2009)
196
Hasil data,
Berdasarkan gambar 7 dapat diketahui bahwa kelompok luas rumah 46 ≤ m2 ≤ 90 memiliki prosentase tertinggi yaitu sebesar 37,23%. Sementara kelompok luas rumah yang terendah yaitu 136 ≤ m2 ≤ 180 memiliki prosentase sebesar 8,15%.
Model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara Kota Palu (Jurair Patunrangi)
Gambar 8. Grafik Hubungan Luas Rumah VS Pergerakan
Gambar 10. Grafik Hubungan Jumlah Pendapatan VS Pergerakan
Analisis
(Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2009)
Dari persamaan yang diperoleh, menggambarkan bahwa pada setiap penambahan 1 (satu) meter persegi luasan rumah akan menghasilkan peningkatan pergerakan sebesar 0,415.
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan rumah tangga terbesar berada pada kelompok pendapatan < Rp. 750.000, dengan prosentase sebesar 21,74%. Sementara tingkat pendapatan rumah tangga terkecil berada pada kelompok pendapatan 2.501.000 s/d 3.000.000, dengan prosentase sebesar 7,34%.
(Sumber : Hasil Data, Tahun 2009)
e. Jumlah pendapatan Jumlah pendapatan keluarga merupakan salah satu variabel bebas yang digunakan untuk menggambarkan jumlah pergerakan yang terjadi. Berdasarkan hasil survey dapat digambarkan jumlah pendapatan pada setiap rumah tangga seperti gambar 9 dan gambar 10.
Pada grafik hubungan antara jumlah pendapatan terhadap pergerakan pada setiap rumah tangga, diperoleh persamaan matematis yang dapat menjelaskan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah pergerakan sebesar 0,537 pada setiap pertambahan tingkat jumlah pendapatan. 4.2 Karakteristik Pergerakan Penduduk
Gambar 9. Jumlah Pendapatan (Sumber: Hasil Pengolahan data, Tahun 2009)
Karakteristik pergerakan penduduk adalah pola perilaku atau tujuan dari perjalanan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga. Adapun karakteristik pergerakan rumah tangga yang ditinjau terdiri atas jenis pekerjaan, tujuan perjalanan, frekwensi perjalanan, jenis kendaraan dan lokasi tujuan.
197
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
a. Jenis pekerjaan Pekerjaan sebagai kegiatan rutin/insidentil yang akan membangkitkan pergerakan, akan dilakukan oleh setiap anggota keluarga yang sudah bekerja. Hasil survey terhadap jenis pekerjaan yang digeluti oleh anggota keluarga disajikan sesuai gambarl 11. Gambar 12. Tujuan Perjalanan Anggota Keluarga (Sumber: Hasil Pengolahan Data, Tahun 2009)
Gambar 11. Jenis Pekerjaan Anggota Keluarga (Sumber: Hasil Pengolahan Data, Tahun 2009)
Dari gambar 11 terlihat bahwa jenis terbesar adalah pelajar/mahasiswa(i) yaitu dengan prosentase sebesar 33,54%. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis pergerakan terbesar di zona kecamatan Palu Utara adalah pergerakan pelajar/mahasiswa(I) menuju ke tempat sarana pendidikan. Jenis pekerjaan terbanyak selain pelajar/mahasiswa(i) adalah swasta dengan prosentase 18.98%. Sedangkan, pekerjaan yang paling sedikit digeluti oleh masyarakat adalah nelayan dengan prosentase 1,16%. b. Tujuan perjalanan Tujuan perjalanan adalah pergerakan yang dilakukan oleh anggota keluarga guna pemenuhan kebutuhannya, hasil survey terhadap tujuan perjalanan yang dilakukan disajikan sesuai gambarl 12. 198
Tujuan perjalanan terbesar berdasarkan gambar 12 adalah tujuan perjalanan rutin, maksud tujuan perjalanan rutin yaitu tujuan perjalanan diluar tujuan perjalanan yang disajikan, dalam hal ini didominasi oleh tujuan perjalanan untuk bekerja, sedangkan tujuan perjalanan terkecil adalalah antar jemput dengan prosentase sebesar 2.96%. c. Frekuensi perjalanan Frekwesnsi perjalanan adalah jumlah perjalanan yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam seminggu, baik perjalanan yang sifatnya rutin maupun perjalanan insidentil, dari hasil survey terhadap frekwensi perjalanan disajikan sesuai gambarl 13. Dari gambar 13 dapat kita lihat bahwa frekwensi perjalanan tertinggi adalah 6 (enam) kali seminggu dengan prosentase 50%. Hal ini tentu saja sesuai dengan jenis pekerjaan yang mayoritas adalah pelajar yang melakukan perjalanan ke sarana pendidikan rata-rata 6 (enam) kali dalam seminggu. Sedangkan frekwensi perjalanan terendah adalah 4 (empat) kali seminggu dengan prosentase 1 %.
Model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara Kota Palu (Jurair Patunrangi)
sangat kurang digunakan adalah Ojek/ Dokar/ Becak dengan jumlah prosentase sebesar 4.92 %. e. Lokasi tujuan perjalanan
Gambar 13. Frekwensi Perjalanan
Lokasi tujuan perjalanan merupakan daerah penarik pergerakan bagi pengguna perjalanan dalam pemenuhan kebutuhannya, hasil survey terhadap lokasi tujuan perjalanan disajikan sesuai gambarl 15.
(Sumber: Hasil Pengolahan Data, Tahun 2009)
d. Jenis Kendaraan yang Digunakan Frekwesnsi perjalanan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kendaraan, baik perjalanan rutin maupun perjalanan insidentil, dari hasil survey terhadap jenis kendaraan yang digunakan disajikan sesuai gambarl 14. Gambar 15.
Lokasi Pergerakan (Sumber: Pengolahan Tahun 2009)
Gambar 14. Jenis Kendaraan Yang Digunakan (Sumber: Hasil Pengolahan Data, Tahun 2009)
Dari gambar 14 dapat kita ketahui bahwa jenis kendaraan yang paling banyak digunakan dalam pergerakan adalah kendaraan roda 2 (dua) dengan prosentase 57,14%. Sedangkan jenis kendaraan yang
Tujuan Hasil Data,
Dari gambar 15 diketahui bahwa lokasi tujuan perjalanan terbesar adalah kecamatan Palu Utara dengan prosentase sebesar 66%. Hal ini menjelaskan bahwa jenis pergerakan yang dominan terjadi di kecamatan Palu Utara bersifat intra zona ata pergerakan yang terjadi dalam zona sendiri, kemungkinan hal ini disebabkan oleh tata guna lahan yang telah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan perjalanan masyarakat setempat. Sedangkan lokasi tujuan yang sangat kurang dikunjungi adalah kecamatan Palu Barat dengan prosentase sebesar 2%. 199
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan karakteristik sosio ekonomi dan pola pergerakan penduduk di kecamatan Palu Utara, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap atribut yang berpotensi membangkitkan pergerakan. Pendekatan dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda, untuk mendapatkan angka koefisien determinasi (R2), konstanta regresi (A) dan koefisien regresi (B), untuk menghasilkan persamaan regresi. Perhitungan analisis regresi dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Metode analisis yang digunakan adalah metode Analisis Langkah-demiLangkah Tipe I. Metode ini secara bertahap mengurangi jumlah peubah
bebas yang digunakan berdasarkan angka korelasi masing-masing peubah bebas (X) terhadap peubah tidak bebas (Y). Dari hasil regresi diperoleh data seperti pada Tabel 3. Dari analisa disimpulkan, karena persyaratan statistik yang terpenuhi, maka model atau persamaan regresi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memprediksi jumlah bangkitan pergerakan. Dari model persamaan regresi didapat 3 (tiga) model terpilih seperti terlihat pada tabel 4. Ketiga model tersebut kemudian dibobotkan untuk mendapatkan satu model terpilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tabel 3. Hasil Pemodelan dengan Metode Analisis Langkah-demi-Langkah Tanda
Parameter Model 1
2
3
4
5
+/-
C
-0.066
-0.043
0.108
0.208
0.807
+
X1
0.472
0.47
0.475
0.491
0.537
+
X2
0.251
0.254
0.285
-
-
+
X3
-0.118
-
-
-
-
5 Luas Rumah
+
X4
0.103
0.098
-
-
-
Jumlah 6 Pendapatan
+
X5
0.147
0.141
0.151
0.193
-
0.338 37.016
0.338 46.246
0.335 61.04
0.318 84.973
0.232 110.38
No
Peubah
1 Intersept Jumlah 2 Anggota Keluarga Kepemilikan 3 Kend. Bermotor roda 2 Kepemilikan 4 Kend. Bermotor roda 4
R2 F-Stat Sumber: Hasil Analisi Data, Tahun 2009
200
Tahap
Model Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara Kota Palu (Jurair Patunrangi)
Tabel 4. Model Persamaan Regresi Hasil Pengujian No.
Persamaan Regresi
R2
1
Y = 0,108 + 0,475 X1 + 0,285 X2 + 0,151 X5
0,335
2
Y = 0,208 + 0,491 X1 + 0,193 X5
0,318
3
Y = 0,807 + 0,537 X1
0,232
Sumber: Hasil Analisi Data, Tahun 2009
Tabel 5. Rangking Model Persamaan Regresi Model 1 2 3
Bobot Parameter A
B
C
D
E
Total Bobot
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 1 1
1 1 1
5 8 11
Sumber: Hasil Analisi Data, Tahun 2009
Keterangan: A = Banyaknya peubah bebas. B = Nilai R2 mendekati 1. C = Nilai intersep mendekati 0.
5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap 368 responden di zona kecamatan Palu Utara yang dianalisis dan dibuat pemodelan menggunakan metode analisis langkah demi langkah, maka diperoleh: Model terbaik yang dapat digunakan untuk menggambarkan jumlah Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Palu Utara adalah pada tahap 3 yaitu: Y = 0,108 + 0,475 X1 + 0,285 X2 + 0,151 X5 Dari model dijelaskan bahwa besarnya bangkitan pergerakan (Y) di wilayah Kecamatan Palu Utara dipengaruhi oleh peubah bebas Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Kepemilikan (X1),
D = Uji F. E = Uji T.
Kendaraan Bermotor Roda 2 (X2), dan Jumlah Pendapatan (X5) dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,335 atau 33,5% bangkitan pergerakan dapat dijelaskan oleh ketiga peubah bebas tersebut. Koefisien jumlah anggota keluarga (X1) sebesar 0,475 berarti setiap penambahan 1 orang anggota keluarga akan meningkatkan pergerakan sebesar 0,475. Koefisien kepemilikan kendaraan bermotor roda 2 (X2) sebesar 0,285 berarti setiap penambahan 1 buah kendaraan bermotor roda 2 akan meningkatkan pergerakan sebesar 0,285. Koefisien jumlah pendapatan (X5) sebesar 0,151 berarti bila terjadi peningkatan pendapatan secara rata-rata dalam rumah tangga akan meningkatkan pergerakan sebesar 0,151. 201
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 191 - 202
Nilai koefisien determinasi (R2) bukanlah satu-satunya nilai yang sangat menentukan baiknya suatu model tetapi juga ditentukan oleh nilai koefisien regresi (F) dimana nilai yang dihasilkan semakin besar semakin baik. Pada tahap yang dipilih nilai F diperoleh sebesar 61,04. 5.2 Saran saran Guna kesempurnaan penelitian mengenai bangkitan pergerakan, maka penelitian berikutnya perlu melakukan kajian yang lebih konfrehensif dengan memasukkan semua variabel yang dianggap memiliki pengaruh terhadap bangkitan pergerakan. 6. Daftar Pustaka Nasir Moh, 1999, Metode Penelitian Edisi IV, Ghalia Indonesia, Jakarta. Ortuzar, J.D., and Willumsen, L.G. ,1994, Modelling Transport, second edition, John Wiley and Sons Ltd. Patunrangi, J., 2002 Studi Model Bangkitan Pergerakan Dengan Metode Regresi (Studi Kasus BTN Palupi Kota Palu). Jurnal MEKTEK Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu. Patunrangi, J., 2003 Studi Karakteristik dan Model tarikan Pergerakan Fasilitas Pelayanan Rumah sakit di Kota Palu, Jurnal SMARTEK Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu. Patunrangi, J., 2004, Studi Karakteristik dan Model Tarikan Pergerakan Fasilitas Layanan Swalayan di Kota Palu, Jurnal MEKTEK Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu. Patunrangi, J., ,2004, Studi Model Bangkitan Pergerakan Berbasis 202
Rumah (Studi Kasus Kompleks Perumahan di Kota Palu), Jurnal SMARTEK Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu. Putranto L. Suryo, 2000, Tarikan Perjalanan dan Efisieansi Parkir Pusat Perbelanjaan di Jakarta dan Sekitarnya, Jurnal Transportasi Forum Studi Transportasi Perguruan Tinggi (FSTPT), Bandung. Tamin, O.Z. dkk., 1998, Kajian Standarisasi Bangkitan dan Tarikan Lalu Lintas di Zona Bandung Raya, Lembaga Pengabdian Masyarakat ITB, Bandung. Tamin O.Z dan Patunrangi, J., 1999, Pengaruh Tingkat Resolusi Sistem Zona dan Sistem Jaringan Jalan terhadap Tinngkat akurasi Matriks Asal Tujuan (MAT) yang Dihasilkan dari data Arus Lalu Lintas (Studi Kasus di Kotamadya/Kabupaten Bandung). Jurnal TEKNIK SIPIL ITB(Vol. 6 No. 4, Oktober 1999), Bandung. Tamin,
O.Z. ,2000, Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Penerbit ITB Bandung.
Widodo Slamet, 1999, Studi Kebutuhan Areal Parkir Pada Pasar Tradisional di Kotamadya Pontianak Berdasarkan Bangkitan, Kumpulan Makalah Simposium II FSTPT, Graha 10 Nopember ITS Surabaya.