EFISIENSI SALURAN PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PADELEGAN, KECAMATAN PADEMAWU, KABUPATEN PAMEKASAN, MADURA, JAWA TIMUR
CAMPINA ILLA PRIHANTINI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi, Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec., dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 8 Mei 2015
Campina Illa Prihantini NIM. H44110002
ABSTRAK CAMPINA ILLA PRIHANTINI. Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Permasalahan utama dalam usaha garam rakyat adalah sistem pembiayaan dan pemasaran. Adanya dominasi peran tengkulak membuat permasalahan produksi garam dalam negeri semakin kompleks. Tujuan utama penelitian adalah 1) mengidentifikasi karakteristik petani berdasarkan kepemilkan lahan, 2) mengestimasi rata-rata produktivitas lahan garam berdasarkan kepemilikan lahan, 3) mengestimasi rata-rata pendapatan petani garam, dan 4) mengestimasi tingkat efisensi saluran pemasaran, dan 5) mengestimasi rata-rata penerimaan dan pendapatan tengkulak dalam pemasaran garam di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Hasil analisis menunjukkan pada umumnya petani garam rakyat Desa Padelegan berada dalam usia yang produktif untuk melakukan usaha tani dan mereka telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, yakni Sekolah Dasar (SD). Kelompok petani dengan lahan bagi hasil (BH) lebih produktif daripada dua kelompok petani lainnya (petani dengan lahan milik sendiri dan petani dengan lahan sewa). Selanjutnya, Saluran Pemasaran (SP) 1 lebih efisien daripada Saluran Pemasaran 2 dengan nilai farmer’s share sebesar 95,83 % untuk KP 1, 94,74 % untuk KP 2, dan 94,12 % untuk KP 3. Rata-rata pendapatan kelompok petani bagi hasil (BH) merupakan rata-rata pendapatan yang paling kecil daripada dua kelompok petani lainnya. Rata-rata pendapatan petani dengan lahan bagi hasil (BH) adalah sebesar Rp 11..804.600 per orang per tahun. Rata-rata penerimaan tengkulak dalam pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan adalah sebesar Rp 1.186.472.500 per orang per tahun dan rata-rata pendapatannya sebesar Rp 336.000.300 per orang per tahun. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan terkait perbaikan sistem permodalan dan pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan. Kata kunci : Analisis produksi dan pemasaran garam, efisiensi saluran pemasaran, sistem bagi hasil, dominasi peran tengkulak
ABSTRACT CAMPINA ILLA PRIHANTINI. The Efficiency of Salt Marketing Channels in Padelegan Village, Pademawu Subdistrict, Pamekasan Regency, Madura, East Java. Supervised bu YUSMAN SYAUKAT. The main problem in salt production are the financing and marketing subsystem. The middleman’s dominance made the condition of salt production more complicated. The objectives of this study are 1) to identify the characteristics of farmers based on the land right, 2) to estimate the average land productivity, 3) to estimate the average income of farmers, 4) to estimate the efficiency of marketing channels, and 5) to estimate income and revenue of the middleman. Based on analysis, most of the farmers are being in productive age and they had graduated on elementary school level. The BH (Bagi Hasil) Farmer is more productive than others (MS Farmer and SW Farmer). The first marketing channel (SP 1) is more efficient than the second one, which its farmer’s share are 95,83 % for KP 1, 94,74% for KP 2, and 94,12 % for KP 3. The BH Farmer has the lowest average income than others. These farmers get avarge income about Rp 11.804.600 per person per year. Every middleman in Padelegan Village got avarage revenue Rp 1.186.472.500 per year and their average income was Rp 336.000.300 per year per person. The result of this study can be a basic to make a policy about salt financing and marketing system in Padelegan Village. Keywords : Salt production and marketing analysis, Efficency of marketing channel, profit sharing system, middleman’s dominance
EFISIENSI SALURAN PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PADELEGAN, KECAMATAN PADEMAWU, KABUPATEN PAMEKASAN, MADURA, JAWA TIMUR
CAMPINA ILLA PRIHANTINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 dengan judul Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Penulis mengucapkan terimakasih yang kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini, terutama kepada : 1. Ayahanda tercinta (Bambang Setiawan, S.Pt.), Ibu tercinta (Lailatul Hairiyah), Nenek tercinta (Hj. Sutimah), dua adik tersayang (Niswah Saffanah Mauludina dan Nauval Barikh Shaabir), serta keluarga besar yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih-sayang kepada saya. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. sebagai pengganti sosok ayah dan 2. selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah memberikan waktu, kesempatan, motivasi, bimbingan, dan ilmu yang in sya Allah bermanfaat hingga akhir hayat saya. 3. Bapak Novindra, S.P., M.Si. dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi., M.Si. selaku dosen penguji utama dan dosen penguji Departemen ESL FEM IPB atas saran, kritik, dan bimbingannya selama ujian sidang berlangsung. 4. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si. yang pernah menjadi dosen pembimbing skripsi saya atas saran dalam penemuan topik penelitian saya. 5. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. selaku dosen pembimbing akademik saya yang juga telah memberikan banyak motovasi, bimbingan, dan ilmu kepada saya. Bapak Muhammad Jakfar, Bapak Nurul Hidayat dari PT Garam (Persero), 6. Bapak Yanto, Bapak/Ibu perangkat Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Bapak/Ibu di jajaran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, dan Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi responden dan membagi ilmu selama waktu penelitian. 7. Seluruh dosen di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, dan bimbingan selama masa kuliah. 8. Saudara saya dalam satu bimbingan skripsi (Anis, Aida, Erlin, Gita, Tommy, Nurul, dan Relita) yang tak henti-hentinya untuk saling mengingatkan dan menguatkan. 9. Saudara saya dalam satu rumah OMDA GASISMA yang selalu mendukung saya sejak pertama menginjakkan kaki di IPB. 10. Rekan-rekan saya dalam kepengurusan BEM FEM IPB Kabinet Prioritas dan Simfoni, Manajemen AgriSocio, Sekolah PascaSarjana EPN 2014, grup ULTAH, liqo’, dan praktikan Ekonomi Umum yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, 8 Mei 2015
Campina Illa Prihantini
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Pemasaran .......................................................................................... 7 2.2 Fungsi Lembaga Pemasaran ........................................................................... 7 2.3 Konsep Efisiensi Saluran Pemasaran .............................................................. 8 2.3.1 Konsep Marjin Pemasaran ..................................................................... 8 2.3.2 Konsep Farmer’s Share ......................................................................... 9 2.4 Analisis Pendapatan Usahatani ..................................................................... 10 2.4.1 Struktur Penerimaan Usahatani ............................................................ 11 2.4.2 Struktur Biaya Usatani ......................................................................... 11 2.4.3 Keuntungan Usahatani ......................................................................... 11 2.5 Usaha Garam Rakyat .................................................................................... 11 2.6 Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Garam ................................ 13 2.7 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 14 2.8 Kebaruan Penelitian ...................................................................................... 14 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Operasional ................................................................................... 19 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 21 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 21 4.3 Penentuan Jumlah Responden ....................................................................... 21 4.3.1 Penentuan Jumlah Reponden Petani Garam Rakyat ............................ 21 4.3.2 Penentuan Jumlah Responden Tengkulak............................................ 21 4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 22 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 22 4.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif Usaha Garam Rakyat ......... 22 4.5.2 Analisis Penerimaan Tengkulak .......................................................... 23 4.5.3 Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Garam Rakyat .................... 24 4.5.3.1 Struktur Penerimaan Usaha Garam Rakyat ............................. 24 4.5.3.2 Struktur Biaya Usaha Garam Rakyat ....................................... 25 4.5.3.3 Keuntungan Usaha Garam Rakyat ........................................... 27 4.5.4 Analisis Saluran dan Efisiensi Saluran Pemasaran .............................. 27 4.5.4.1 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Marjin Pemasaran ................................................................................ 28
4.5.4.2 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Farmer’s Share 28 BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Padelegan ............................................................... 31 5.3 Kondisi Usaha Garam Rakyat di Desa Padelegan ........................................ 32 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Klasifikasi Petani Garam Berdasarkan Kepemilikan Lahan ........................ 35 6.2 Karakteristik Petani Garam Berdasarkan Kepemilikan Lahan ..................... 36 6.3 Rata-rata Produktivitas Lahan Garam .......................................................... 40 6.4 Analisis Tingkat Pendapatan Petani Garam Rakyat ..................................... 40 6.5 Analisis Saluran Pemasaran Garam Rakyat ................................................. 43 6.5.1 Saluran Pemasaran ............................................................................... 43 6.5.2 Fungsi Pemasaran ................................................................................ 46 6.6 Analisis Efiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat ..................................... 49 6.6.1 Kualifikasi Garam Rakyat ................................................................... 49 6.6.2 Sistem Pembelian Garam oleh Tengkulak........................................... 49 6.6.3 Penentuan Harga Garam ...................................................................... 50 6.6.4 Marjin Pemasaran ................................................................................ 51 6.6.5 Farmer’s Share .................................................................................... 53 6.7 Estimasi Penerimaan dan Pendapatan Tengkulak dalam Saluran pemasaran Garam Rakyat ............................................................................................... 56 6.7.1 Estimasi Penerimaan Tengkulak dalam Saluran Pemasaran Garam Rakyat ................................................................................................. 57 6.7.2 Estimasi Pendapatan Tengkulak dalam Saluran Pemasaran Garam Rakyat ................................................................................................. 59 BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan ....................................................................................................... 63 7.2 Saran ............................................................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65 LAMPIRAN ......................................................................................................... 67 RIWAYAT HIDUP............................................................................................ 111
v
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Produksi dan Konsumsi Garam Nasional 2007-2011 ..................................... 1 1.2 Jumlah Produksi Garam di Empat Kabupaten Pulau Madura......................... 2 1.3 Banyaknya Penambang Garam dan Luas Areal Pertambangan Garam Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pamekasan Tahun 2013 .......................... 2 1.4 Harga Garam di Tingkat Petani Garam di Kecamatan Pademawu Tahun 2014................................................................................................................. 4 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu ........................................................................ 15 4.1 Matriks Metode Analisis Data ...................................................................... 22 6.1 Karakteristik Petani Lahan MS dan Petani Lahan BMS ............................... 38 6.2 Rata-rata Produktivitas Petani Garam Rakyat .............................................. 39 6.3 Faktor Penyusutan Setiap Input Produksi Garam Rakyat ............................. 40 6.4 Rata-rata Pendapatan Petani Garam Rakyat ................................................. 41 6.5 Fungsi Lembaga Pemasaran Garam Rakyat ................................................. 46 6.6 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 1 ........................................................ 51 6.7 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 2 ........................................................ 52 6.8 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 3 ........................................................ 53 6.9 Farmer’s Share Saluran Pemasaran Garam Rakyat ..................................... 54 6.10 Analisis Penerimaan Tengkulak dari Kualitas Garam .................................. 57 6.11 Analisis Pendapatan Tengkulak dari Kualitas Garam................................... 60
vi
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Contoh Saluran Pemasaran ............................................................................. 7 2.2 Kurva Marjin Pemasaran ................................................................................ 9 3.1 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................. 20 6.1 Saluran Pemasaran Garam Rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan .............................................................. 43
vii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian untuk Petani Garam .................................................... 69 2. Kuesioner Penelitian untuk Tengkulak ......................................................... 76 3. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Milik Sendiri .. 81 4. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Sewa ............... 86 5. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Bagi Hasil ...... 91 6. Penentuan Rata-rata Biaya Produksi Garam Berbagai KP ......................... 108 7. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 109
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan di dunia. Kepemilikan garis pantai terpanjang di dunia, yakni 95.181 km adalah bukti nyata Indonesia sebagai salah satu negara maritim. Bukan hanya itu, luas lautan Indonesia adalah sekitar 70 persen (5,8 juta km2) dari luas wilayah Indonesia secara keseluruhan. Sumberdaya alam dan hayati yang terkandung di dalam lautan Indonesia tentu sangat beragam. Sumberdaya alam dan hayati ini tentu memberikan dampak yang luar biasa dalam sektor perdagangan dan industri berbasiskan kelautan dan wilayah pesisir-pantai. Salah satunya adalah industri garam. Garam merupakan salah satu kebutuhan pokok yang memiliki peranan penting dalam dunia pangan dan industri. Industri penggaraman merupakan industri yang strategis dan terus berkembang, sehingga permintaannya, baik jenis maupun penggunaannya, terus meningkat. Data mengenai terus berkembangnya jumlah garam yang diminta, disajikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Konsumsi dan Produksi Garam Nasional 2007-2011 (Ton) Tahun Konsumsi Garam Produksi Garam 2007 2.706.300 1.352.400 2008 2.742.000 1.199.000 2009 2.783.250 1.371.000 2010 2.870.000 30.600 2011 3.405.000 1.113.118 Sumber : Kementerian Perindustrian dan WITS (2012)
Volume Impor 1.661.488 1.657.548 1.701.418 2.083.343 2.835.871
Tabel 1.1 menyajikan informasi mengenai konsumsi garam nasional yang terus meningkat setiap tahunnya. Konsumsi garam nasional mencerminkan jumlah permintaan garam nasional. Jumlah produksi garam rakyat bersifat fluktuatif dalam upaya memenuhi kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun. Produksi garam rakyat tahun 2010 hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi garam nasional sekitar 1,07 persen saja. Hal ini terjadi karena panjangnya musim hujan yang membuat musim produksi garam menjadi singkat. Impor garam dilakukan untuk memenuhi kebutuhan garam industri (Kemala 2013). Volume garam impor dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Empat sampai lima tahun terakhir, industri penggaraman di Indonesia tengah mengalami keterpurukan. Sejak tahun 2010 hingga 2013 industri ini menjadi topik pembicaraan para pakar ekonomi nasional. Puncaknya adalah tahun 2012 dimana pemerintah mendeklarasikan program Swasembada Garam Nasional di tahun 2012 (Apriliana 2013). Program ini bertujuan untuk mengurangi dan menghapuskan impor garam dari luar. Namun program tersebut belum mampu terlaksana hingga saat ini1. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor teknis misalnya adalah minimnya kesiapan petani garam rakyat dan kelembagaan yang berperan penting di dalamnya. Petani garam rakyat yang masih menggunakan metode tradisional dan sangat bergantung pada faktor alam 1
antaranews.com. 2014. http://www.antaranews.com/berita/424377/kkp-perkuat-basis-produksigaram-rakyat. Diakses tanggal 21 April 2014.
2
menyebabkan mereka memiliki banyak hambatan dalam upaya pencapaian program tersebut. Selain itu, faktor permodalan dan pemasaran juga turut menjadi momok dalam kegiatan produksi garam rakyat. Salah satu produsen garam nasional adalah Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur sebagai salah satu pemasok garam terbesar di Indonesia, yakni sekitar 47 persen. Dari angka tersebut dapat disimpulkan hampir 50 persen kebutuhan garam nasional ditopang dan dipasok oleh provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya adalah Pulau Madura. Tiga dari empat kabupaten di Pulau Madura adalah produsen garam, yakni Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Jumlah produksi garam di empat kabupaten di Pulau Madura disajikan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah Produksi Garam di Empat Kabupaten Pulau Madura Produksi (Ton) 2007 2008 2009 Bangkalan 4.000 0 0 Sampang 189.000 180.000 230.000 Pamekasan 64.000 88.000 99.000 Sumenep 99.000 94.000 105.750 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012) Kabupaten
2011 3.515 321.441 65.238 154.275
Tabel 1.2 memperlihatkan perkembangan produksi garam di empat kabupaten di Pulau Madura. Kabupaten Pamekasan mengalami peningkatan produksi pada tahun 2007 hingga tahun 2009. Tahun 2011, produksi garam di Kabupaten Pamekasan mengalami penurunan. Berbeda dengan dua kabupaten penghasil garam, yakni Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang dimana keduanya mengalami penurunan jumlah produksi garam pada tahun 2008. Kabupaten Bangkalan tidak terlalu tinggi jumlah produksi garanya disebabkan luas lahan garam di kabupaten ini juga rendah dibandingkan tiga kabupaten lainnya. Kecamatan Pademawu merupakan salah satu produsen garam di Kabupaten Pamekasan. Kecamatan ini memiliki potensi untuk dilakkan pengembangan industri garam, yakni lahan garam yang cukup luas dan jumlah tenaga kerja yang cukup tinggi jumlahnya. Tabel 1.3 menyajikan informasi mengenai luas lahan dan jumlah penambang garam tiga kecamatan di Kabupaten Pamekasan. Tabel 1.3 Banyaknya Penambang Garam dan Luas Areal Pertambangan Garam Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pamekasan Tahun 2013 Kecamatan
Jumlah Penambang (Orang)
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Produksi (Ton)
Tlanakan 21 9,56 925 Pademawu 646 764,88 39.265 Galis 795 1.261,94 49.473 TOTAL 1.462 2.036,38 89.663 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan (2014)
Rata-rata Produksi (Ton/Ha) 96,77 51,33 39,20 44,03
Tabel 1.3 memperlihatkan bahwa Kecamatan Padewamu mampu menyerap penambang sejumlah 646 orang atau lebih dari 44 persen. Luas lahan yang
3
dimiliki oleh Kecamatan Pademawu berada di urutan kedua dengan luas 764,88 Ha. Luasan ini berbeda dengan Kecamatan Galis yang luasnya mencapai 1.261,94 Ha namun luas lahan tersebut sudah termasuk lahan PT Garam (Persero) Kabupaten Pamekasan. Dengan demikian, usaha garam rakyat di Kecamatan Pademawu juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Usaha garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan sangat bergantung pada dua hal, yakni permodalan dan pemasaran. Dua hal tersebut dapat dikatakan sebagai dua permasalahan utama dalam usaha garam rakyat. Pemain utama dalam permodalan maupun pemasaran adalah tengkulak. Hal ini membuat peran tengkulak menjadi sangat dominan dalam usaha garam rakyat. Dampaknya adalah penguasaan harga dan terjadi permainan harga dalam saluran pemasaran garam rakyat oleh tengkulak. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa saluran pemasaran yang tidak efisien, dimana tengkulak mengambil share pemasaran yang lebih banyak dari petani garam rakyat. 1.2
Perumusan Masalah Usaha garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan kepemilikan lahannya. Perbedaan kepemilikan lahan garam ini membuat status petani garam juga berbeda. Petani garam rakyat juga terbagi menjadi dua kelompok petani, yakni petani garam dengan lahan sendiri dan petani garam lahan bukan milik sendiri. Pembedaan petani garam rakyat ini menjadi salah satu hal menarik untuk dikaji mengenai usaha garam rakyat yang dilakukan selama satu musim terakhir. Pada umumnya, petani garam rakyat menjual hasil produksinya kepada tengkulak. Hampir seluruh petani, baik petani dengan lahan garam sendiri, petani dengan lahan garam sewa, maupun petani dengan lahan garam bagi hasil, memasarkan hasil produksinya kepada tengkulak. Sistem pemasaran ini telah terjadi secara turun-temurun. Hal ini membuat saluran pemasaran garam rakyat begitu pendek. Saluran pemasaran yang pendek seharusnya dapat mencerminkan efisiensi saluran pemasaran. Saluran pemasaran dikatakan efisien jika mampu memberikan manfaat yang sama (equal) kepada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran. Namun, saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu diduga belum efisien karena terdapat lembaga pemasaran yang belum memperoleh manfaat yang sama. Salah satunya adalah petani garam rakyat sendiri. Indikator dari dugaan ini adalah adanya permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. Tengkulak dalam usaha garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan memiliki peran yang sangat besar. Pertama adalah dalam sistem pemasaran garam rakyat. Tengkulak berperan sebagai pedagang pengumpul dalam pemasaran garam rakyat, dimana hampir seluruh petani memasarkan hasil produksinya kepada tengkulak. Hal ini membuat perannya dalam saluran pemasaran tidak dapat dihindari dan menimbulkan adanya dominansi tengkulak. Dominansi tengkulak digambarkan dengan adanya permainan harga garam rakyat. Masing-masing tengkulak menetapkan harga jual garam yang berbeda kepada setiap petani. Bukan hanya itu, masing-masing desa di Kecamatan Pademwu juga memiliki harga jual garam yang berbeda pula. Informasi mengani perbedaan harga garam di tiga desa di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan disajikan dalam Tabel 1.4.
4
Tabel 1.4 Harga Garam di Tingkat Petani Garam di Kecamatan Pademawu Tahun 2014 Harga (Rupiah/Ton) Terendah Tertinggi Majungan KP 1 450.000 450.000 KP 2 350.000 350.000 Padelegan KP 1 450.000 460.000 KP 2 350.000 420.000 Pademawu Timur KP 1 400.000 400.000 KP 2 350.000 350.000 Sumber : Data Primer (Wawancara) dari Petani Garam Rakyat Kecamatan Pademawu (2014) Desa
Kualitas
Tabel 1.4 menyajikan informasi mengenai harga jual yang diterima oleh petani garam rakyat. Data di atas didasarkan pada hasil wawancara pra-survei yang dilakukan kepada beberapa petani garam di Kecamatan Pademawu. Masingmasing desa di Kecamatan Pademawu juga memiliki trend harga yang berbeda. Perbedaan harga garam yang diterima petani bahkan memiliki trend terendah dan tertinggi, yakni di Desa Padelegan. Fenomena ini merupakan hal yang lumrah terjadi dan seolah menjadi rahasia umum antara petani garam, tengkulak, maupun perusahaan garam. Adanya permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak menggambarkan ketidakefisienan saluran pemasaran garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Peran kedua dari tengkulak adalah dalam sistem permodalan. Tengkulak yang telah menguasai sistem pemasaran juga cenderung menguasai sistem permodalan. Tengkulak menempatkan dirinya sebagai pemberi pinjaman modal dalam kegiatan produksi garam rakyat. Petani dengan lahan garam bagi hasil cenderung menggantungkan dirinya kepada tengkulak dalam hal permodalan. Penyediaan modal yang diberikan oleh tengkulak pada umumnya adalah lahan produksi dan modal uang tunai. Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah : 1) Bagaimana karakteristik petani dan rata-rata produktivitas lahan garam di Desa Padelegan berdasarkan kepemilikan lahan garam? 2) Bagaimana rata-rata pendapatan petani garam rakyat di Desa Padelegan? 3) Bagaimana tingkat efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan? 4) Bagaimana rata-rata pendapatan tengkulak dalam sistem pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini memiliki tujuan umum memberikan rekomendasi saluran pemasaran garam rakyat yang paling efisien sehingga dapat mengurangi dominansi tengkulak dalam usaha garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi karakteristik dan rata-rata produktivitas lahan garam di Desa Padelegan berdasarkan kepemilikan lahan garam. 2) Mengestimasi rata-rata pendapatan petani garam rakyat di Desa Padelegan.
5
3) 4)
Mengestimasi tingkat efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan. Mengestimasi pendapatan total dan rata-rata pendapatan tengkulak dalam pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi berbagai pihak, terlebih bagi peneliti. Bukan hanya itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, ilmu pengetahuan, dan pemerintah sebagai pembuat dan pengambil kebijakan. Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain : 1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan tugas akhir dalam usaha mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2) Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan pustaka dalam penulisan ilmiah selanjutnya. 3) Bagi petani garam rakyat di Pulau Madura, khususnya petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani garam rakyat. 4) Bagi pemerintah, baik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan maupun pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku pembuat dan pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu rekomendasi dalam sistem permodalan dan pemasaran garam rakyat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi empat hal, yakni : 1) Petani garam yang menjadi objek dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yang didasarkan pada kepemilikan lahan garam. Dua kelompok tersebut adalah a) petani lahan milik sendiri (MS) dan b) petani lahan bukan milik sendiri (BMS). Petani lahan BMS juga terbadi mnjadi dua kelompok, yakni a) petani dengan lahan sewa dan b) petani dengan lahan bagi hasil. 2) Objek penelitian selanjutnya adalah tengkulak. Tengkulak adalah pedagang yang menjadi pihak atau lembaga yang membeli hasil produksi garam rakyat dari petani. Tengkulak yang dipilih adalah tengkulak yang memang melakukan pembelian dan memiliki lahan di Kecamatan Pademwu. 3) Tingkat efisiensi saluran pemasaran hanya dihitung hingga tingkat perusahaan garam. Hal ini disebabkan terlalu banyak data yang harus dikumpulkan jika meneliti hingga ke tingkat konsumen akhir. Selanjutnya, dianalisis saluran pemasaran seperti apakah yang paling efisien jika didasarkan pada sistem kepemilikan lahan garam di atas. 4) Analisis pendapatan digunakan untuk melihat sistem kepemilikan lahan garam seperti apakah yang paling menguntungkan bagi petani garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Saluran Pemasaran Limbong dan Sitorus (1987) menjelaskan bahwa pemasaran atau tataniaga adalah kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen hingga ke tangan konsumen. Selama proses perpindahan tersebut, terjadi proses-proes yang kemudian merubah bentuk produk dengan tujuan tertentu, seperti mempermudah penyalurannya, meningkatkan nilai, atau meningkatkan kepuasan konsumen. Saluran pemasaran atau saluran tataniaga dapat diartikan sebagai kumpulan atau himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari tangan produsen menuju tangan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Dalam saluran pemasaran terdapat panjang saluran pemasaran yang ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang atau jasa. Gambar 2.1 menunjukkan beberapa saluran pemasaran yang panjangnya berbeda-beda.
Produsen
Konsumen
Produsen Produsen Petani Garam Rakyat
Grosir Tengkulak
Pengecer
Konsumen
Pengecer
Konsumen
Perusahaan Garam
Konsumen
Sumber : Limbong dan Sitorus (1987)
Gambar 2.1 Contoh Saluran Pemasaran Saluran nol tingkat (zero level channel) menunjukkan bahwa tidak ada perantara antara prodesen terhadap konsumen. Artinya, produsen langsung menjual kepada konsumen. Saluran ini disebut juga sebagai saluran langsung. Saluran satu tingkat (one level channel) menunjukkan bahwa terdapat satu perantara anatar produsen dan konsumen. Perantara ini dapat berupa pengecer atau agen penjualan. Selanjutnya, saluran dua tingkat (two level channel). Saluran ini menunjukkan bahwa terdapat dua perantara. Perantara ini adalah grosir dan pengecer ataupun distributor. Saluran tiga tingakat (three level channel) adalah saluran pemasaran dengan tiga perantara. 2.2 Fungsi Lembaga Pemasaran Saluran pemasaran memiliki begitu banyak lembaga pemasaran. Masingmasing lembaga pemasaran memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Fungsi dan peranan tersebut juga mempengaruhi tingkat efisiensi saluran pemasaran. Di
8
samping itu, penelitian ini juga akan menganalisis fungsi dan pengaruh tengkulak dalam saluran pemasaran. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) yang menjelaskan bahwa dalam proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen menuju tangan konsumen terdapat fungsi-fungsi tertentu yang diperankan oleh pihak perantara. Asmarantaka (2012) menyebutkan bahwa fungsi ini didekati melalui pendekatan fungsi pemasaran, yakni : a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berkaitan dengan perpindahan hak milik barang atau jasa yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri atas fungsi pengumpulan, fungsi pembelian dan fungsi penjualan. b. Fungsi Fisik Fungsi fisik merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari produk / jasa serta turunannya. Fungsi ini berkaitan dengan semua aktivitas yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu, dan bentuk. Fungsi ini dibagi menjadi fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan, fungsi pabrikan, dan fungsi pengemasan. c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yng berhubungan dengan tindakan yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini terdiri atas fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi standarisasi dan grading, fungsi informasi pasar, fungsi komunikasi, dan fungsi promosi (iklan). Konsep Efisiensi Saluran Pemasaran Dalam proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen menuju tangan konsumen, efisiensi perlu untuk diperhatikan. Semakin tinggi tingkat keefisienan saluran pemasaran, maka saluran pemasaran tersebut semakin baik. Hal ini karena tingkat keefisienan saluran pemasaran mencerminkan besarnya biaya transaksi yang harus dikeluarkan oleh masing-masing pelaku ekonomi. Indikator ukuran efisiensi saluran pemasaran produk agribisnis (pangan dan serat) dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis (Kohls dan Uhl, 2002) yaitu efesiensi operasional dan efiseiensi harga (Asmarantaka, 2012). Kohls dan Uhls (2002) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis pendekatan efisiensi operasional, yakni marjin pemasaran dan farmer’s share. 2.3.1 Konsep Marjin Pemasaran Konsep marjin pemasaran pernah dikemukakan oleh Kohls dan Uhls (2002) yang mendefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Pr) dengan harga yang diterima oleh petani (Pf). Kohls dan Uhls juga menyatakan bahwa marjin pemasaran tersebut terdiri dari dua komponen, yakni besarnya biaya pemasraan dan keuntungan pemasaran. Fokus utama saluran pemasaran garam dalam penelitian ini hanya sampai di tengkulak. Jadi, marjin pemasaran akan dihitung hingga di tingkat tegkulak saja. Konsep tersebut menggambarkan bahwa terdapat perbedaan harga yang diterima oleh masing-masing pelaku ekonomi. Adanya perbedaan harga ini menjelaskan bahwa terdapat biaya dalam pendistribusian barang atau jasa dari produsen hingga ke tangan konsumen. Penjelasan mengenai konsep marjin pemasaran disajikan dalam Gambar 2.2. 2.3
9
P Sr
Sf
Pr Pf Dr Df
Qr,f
Q
Sumber : Khols dan Uhls (2002)
Gambar 2.2 Kurva Marjin Pemasaran Keterangan Q = Jumlah barang Pr = Harga tingkat tengkulak Pf = Harga tingkat petani Sr = Kurva penawaran tingkat tengkulak Sf = Kurva penawaran tingkat petani Dr = Kurva permintaan tingkat tengkulak Df = Kurva permintaan tingkat petani = Nilai marjin pemasaran Konsep lain juga dikemukakan oleh Tomeck dan Robinson (1990) yang menyatakan bahwa analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran atau distribusi. Dalam penelitian ini, fokus utama saluran pemasaran garam hanya sampai di tengkulak. Jadi, marjin pemasaran akan dihitung hingga di tingkat tegkulak saja. Secara matematis marjin pemasaran dihitung dengan formulasi sebagai berikut (Tomeck dan Robinson 1990) : MP = Pr – Pf Keterangan MP = Marjin pemasaran (Rupiah) Pr = Harga tingkat tengkulak (Rupiah/Ton) Pf = Harga tingkat petani (Rupiah/Ton) Konsep Farmer’s Share Konsep efisiensi saluran pemasaran yang kedua adalah farmer’s share. Masih dalam konsep yang diajukan oleh Kohls dan Uhls (2002), farmer’s share dinyatakan sebagai persentase harga yang diterima oleh petani (Pf) terhadap harga yang diterima di tingkat konsumen (Pr). Dalam penelitian ini, fokus utama hanya sampai di tingkat tengkulak. Jadi, marjin pemasaran akan dihitung hingga di tingkat tegkulak saja. Secara matematik dapat dihitung dengan persamaan berikut : 2.3.2
10
FS = (Pf / Pr) x 100 % Keterangan FS = Besarnya Farmer’s Share (dalam persen (%)) Pf = Harga tingkat petani (Rupiah) Pr = Harga tingkat pedagang pengumpul / tengkulak (Rupiah) 2.4
Analisis Pendapatan Usahatani Salah satu indikator keberhasilan dalam pola kemitraan antara petani garam dan mitranya adalah adanya peningkatan pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani membutuhkan dua keterangan pokok, yakni keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama usahatani tersebut dijalankan dalam waktu yang tidak dapat ditetapkan. Sebenarnya, tidak hanya istilah pengeluaran dan pendapatan saja, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam analisis pendapatan usahatani. Soekartawi (1986) menjelaskan penggunaan beberapa istilah tersebut, antara lain : 1. Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain dari istilah ini adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah ini mencakup penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. 2. Penerimaan tunai atau penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari usahatani yang berbentuk benda. 3. Penerimaan tidak tunai adalah pendapatan bukan dalam bentuk tunai, misalnya hasil produksi yang dikonsumsi sendiri, hasil produksi yang digunakan untuk bibit atau pakan ternak, hasil produksi yang digunakan untuk pembayaran, hasil produksi yang disimpan di gudang, dan pembayaran dalam bentuk benda. 4. Biaya total usahatani adalah semua input yang habis teRupiahakai atau dikeluarkan selama kegiatan produksi. Biaya usahatani total mencakup biaya tunai dan biaya tidak tunai. 5. Biaya tunai merupakan pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga seluruh keluaran untuk keperluan usahatani dibayar dalam bentuk tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. 6. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang, misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau kredit. 7. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani. Istilah ini digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis pendapatan usahatani memiliki dua tujuan utama, yakni 1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani dan 2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan yang telah atau akan dilakukan (Soeharjo dan Patong 1973). Petani yang melakukan suatu kegiatan usahatani dapat dikatakan mendapatkan keuntungan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluaran bernilai positif. Begitu pula sebaliknya, petani tersebit memperoleh kerugian jika selisih antara penerimaan dengan pengeluaran bernilai negatif.
11
Shinta (2011) menyebutkan bahwa dalam analisis usahatani terdapat tiga komponen utama, yakni struktur penerimaan, struktur biaya, dan keuntungan usahatani. 2.4.1 Struktur Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Secara metematis dirumuskan sebagai berikut : TRi = Yi . Pyi Bila komuditi yang dihasilkan lebih dari satu jenis, maka rumusnya menjadi : TR = ∑ Y. Py Keterangan TRi = Total Revenue dari komuditi ke-I (Rupiah) Yi = Jumlah produksi ke-i yang dihasilkan (Ton) Pyi = Harga komuditi ke-I (Rupiah/Ton) Struktur Biaya Usahatani Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Total Fixed Cost (TFC) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang besarannya tidak mempengaruhi hasil output (produksi). Berapapun jumlah output yang dihasilkan, biaya tetatp itu sama saja. Misalnya, sewa tanah, pajak, alat pertanian, atau iuran irigasi. Total Variable Cost (TVC) adalah biaya yang besarnya berubah dengan 2. berubahnya jumlah output yang dihasilkan. 3. Total Cost (TC) merupakan hasil penjumlahan dari Total Fixed Cost dan Total Variable Cost. Total Cost memeneuhi persamaan berikut : TC = TFC + TVC 2.4.3 Keuntungan Usahatani Keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani. Soekartawi et al (1986) menyatakan bahwa selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran usatani disebut sebagai penadapatan tunai usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai hutang usahatani yang mungkin terjadi. Shinta (2011) merumuskan keuntungan usahatani sebagai berikut : Π = TR – TC 2.4.2
Keterangan Π = Keuntungan atau pendapatan usahatani (Rupiah) TR = Total Revenue atau penerimaan usahatani (Rupiah) TC = Total Cost atau biaya total usahatani (Rupiah) 2.5
Usaha Garam Rakyat Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa yang didominasi kurang lebih 80 persen oleh Natrium Chlorida (NaCl) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida (MgCl), Magnesium Sulfat (MgS), Calsium Chlorida (CaCl), dan lainnya. Komponen-komponen yang terdapat dalam garam ini memiliki peranan penting bagi tubuh manusia sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia (Sukesi, 2011).
12
Usaha garam rakyat adalah usaha garam yang dihasilkan atau diproduksi oleh rakyat. Artinya, rakyatlah yang melakukan kegiatan produksi. Lahan yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut adalah milik pribadi. Garam rakyat adalah bahana baku utama garam konsumsi dan garam industri. Masa produksi garam hanya dilakukan pada musim kemarau, yakni sekitar empat sampai lima bulan dari bulan Juni hingga Oktober. Setelah musim penghujan tiba, tambak yang biasa digunakan untuk produksi garam beralih fungsi menjadi tempat budidaya ikan (Burhanuddin, 2001). Terdapat dua produsen garam krosok atau garam rakyat, yakni petani atau masyarakat umum dan PT Garam (Persero). PT Garam (Persero) merupakan perusahaan milik pemerintah yang secara khusus di bidang industri penggaraman. Dua produsen ini memiliki perbedaan terkait dengan garam hasil produksinya. Garam milik PT Garam (Persero) cenderung lebih baik kualitasnya jika dibandingkan dengan garam produksi masyarakat umum. Hal ini bisa terjadi karena PT Garam (Persero) menggunkan teknologi yang lebih canggih dan modern dalam memproduksi garam. Selain itu, teknologi tersebut juga mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan. Tentu, PT Garam (Persero) memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada masyarakat umum (Nurdiani, 2013). Menurut Kementerian Perdagangan (2011), mutu atau kualitas garam rakyat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : KP 1 yaitu kualitas prodksi garam terbaik yang ememnuhi syarat untuk 1. bahan industri dan kosumsi. Secara fisik berwarna putih dan bersih. Sedangkan komposisi kimiawinya adalah NaCl 94,70 % , CaCl2 0,72 % , SaSO4 0,41 % , MgSO4 0.04 % , H2O 0,63 %. 2. KP 2 yaitu kualitas produksi garam di bawah KP 1.Secara fisik, KP 2 memiliki warna agak kecokelatan akibat sedikit trcampur dengan tanah saat pemanenan. Untuk memenuhi standar sebagai bahan baku industri, garam KP 2 harus dikurangi kadar berbagai zat yang dikandungnya. 3. KP 3 yaitu garam dengan kualitas terendah. Garam ini merupakan hasil pengerukan garam lapisan paling bawah sehingga campuran tanah atau lumpurnya lebih tinggi disbanding garam KP 2. Begitu pula tampilan fisik garam KP 3 berwarna cokelat. Usaha garam rakyat terkadang selalu identik dengan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pesisir. Kajian yang dilakukan oleh Sukesi (2011) menyebutkan bahwa masyarakat pesisir lebih dikenal sebagai masyarakat yang tertinggal. Hal ini dikarenakan daerah pesisir adalah pusat kemiskinan. Petani garam rakyat adalah salah satu dari masyarakat pesisir yang masih sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah dalam kegitan penanggulangan kemiskinan. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan qualitative research ini menemukan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh petani garam rakyat di Pasuruan adalah di bidang pemasaran dan permodalan (Nurdiani, 2013). Permasalahan pemasaran masih saja menjadi momok utama karena adanya dominansi tengkulak dalam saluran pemasaran garam. Peranan tengkulak begitu besar sehingga petani tidak mampu meningkatkan posisi tawarnya. Suherman et al (2011) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran Garam Rakyat di Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep bahwa marjin pemasaran dikuasai oleh tengkulak dan pabrik. Artinya, keuntungan yang seharusnya diterima oleh petani justru diterima oleh mereka.
13
Permasalahan permodalan berkaitan dengan minimnya peranan koperasi dalam perekonomian para petani garam. Koperasi yang diharapkan dapat memberikan bantuan pinjaman modal menjadi kurang berperan. Alhasil, petani garam harus kembali mengandalkan pedagang pengumpul atau tengkulak dalam hal penyediaan modal. Begitu seterusnya perputaran ini. Antara petani garam dan pedagang pengumpul atau tengkulak seolah menjadi lingkaran setan yang tidak dapat lagi diputus mata rantainya (Nurdiani, 2013). Selain permasalahan pemasaran dan permodalan, petani garam juga harus menghadapi masalah mengenai kualitas produksi garam yang rendah. Rata-rata garam produksi petani adalah kualitas 2 atau KP 2. Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan oleh petani masih sangat sederhana dan konvensional dimana masih sangat bergantung pada faktor alam (Nurdiani, 2013). Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Garam Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang strategis dalam dunia pertanian. Tanpa keberadaan lahan garam, petani garam tentu tidak dapat berproduksi. Kepimilikan lahan garam juga memberikan pengaruh nyata terhadap hasil produksi garam di Kecamatan Pademawu. Kepemilikan lahan garam disini menjelaskan siapa pemilik lahan dan seperti apa hubungan yang terjadi antar pelaku dalam kegiatan industri garam rakyat. Nurdiani (2013) dalam tesisnya menjelaskan bahwa terdapat empat jenis petani status petani garam, yakni : 1. Pemilik lahan, adalah orang yang memiliki lahan tambak garam tetapi tidak mengerjakan sendiri melainkan dikerjakan oleh orang lain. 2. Pemilik sekaligus penggarap, adalah orang yang memiliki lahan tambak garam dan mengolah/menggarap lahannya sendiri. 3. Pemilik lahan dengan sistem sewa, adalah orang yang menyewa lahan tambak garam dari orang lain dalam jangka waktu tertentu. 4. Penggarap sistem bagi hasil, adalah orang yang tidak memiliki lahan tambak garam dan hanya menggarap lahan tambak milik orang lain. Dalam hal ini, pemilik lahan dan penggarap memiliki kesepakatan untuk bagi hasil. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh kepemilikan lahan garam terhadap pemasaran atau penjualan hasil produksi. Hasil wawancara singkat dengan petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu dapat disimpulkan status petani garam berdasarkan kepemilikan lahan garam adalah sebagai berikut : Petani Lahan Milik Sendiri (MS) a. Petani kelompok ini adalah petani yang memiliki lahan garam sendiri dan mengolah atau menggarap lahan tambaknya sendiri. Petani ini cenderung memiliki modal pertanian yang cukup dan cenderung tidak memiliki hubungan yang mengikat dirinya dengan tengkulak. b. Petani Lahan Bukan Milik Sendiri (BMS) Kelompok petani ini terdiri atas dua kelompok, yakni : 1) Petani dengan Lahan Garam Sewa (SW) Petani kelompok ini menyewa lahan tambak garam dengan biaya sendiri ataupun melakukan peminjaman untuk dapat menyewa tambak garam. Penyewaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Sitem pemasaran atau penjualan hasil produksi dari petani ini masih beragam. Namun, cnderung 2.6
14
tidak ada hubungan yang mengikat antara petani ini dengan tengkulak maupun dengan pihak atau lembaga yang menyewakan tambak garam. 2) Petani dengan Lahan Garam Bagi Hasil (BH) Petani kelompok ini adalah petani yang cenderung hanya sebagai penggarap seaja. Dia menggarap tambak garam milik orang tertentu biasanya adalah seorang tengkulak. Petani jenis ini biasanya memiliki hubungan yang erat dengan tengkulak yang tidak lain adalah pemilik lahan yang digarap. Hasil produksi juga cenderung dipasarkan atau dijual kepada tengkulak. 2.7
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian adalah Nurdiani (2013), Apriliani (2012), Hidayati (2000), dan Riyanto (2005). Penelitian terdahulu ini berkaitan dengan penelitian mengenai usaha garam rakyat di beberapa produsen garam di Indonesia dan penelitian mengenai saluran pemasaran beberapa usahatani di Indonesia. Penjelasan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referrensi tersaji dalam Tabel 2.1. 2.8
Kebaruan Penenlitian Terdapat beberapa perbedaan dan kebaruan mengenai penelitian ini. Penelitian usaha garam rakyat yang dilakukan di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan jarang dilakukan bahkan dapat dikatakan belum pernah dilakukan. Penelitian ini menganalisis saluran pemasaran dan menganalisis pendapatan petani garam rakyat berdasarkan dua kelompok kepemilikan lahan garam, yakni : a) petani lahan milik sendiri b) petani lahan bukan milik sendiri 1) petani dengan lahan sewa 2) petani dengan lahan bagi hasil Selain itu, penelitian ini juga melihat dan menganalisis saluran pemasaran mana yang paling efisien dan tipe kepemilikan lahan garam seperti apa yang mampu memberikan tingkat pendapatan yang optimal bagi petani garam rakyat. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis perilaku tengkulak memalui fungsi lembaga pemasaran serta mengestimasi pendapatan yang diperoleh oleh tengkulak dalam saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya, hasil-hasil estimasi dan analisis ini akan diajukan sebagai salah satu dasar dalam rekomendasi kebijakan kepada pihak terkait, terlebih kepada petani garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dalam mengambil keputusan melakukan usaha garam rakyat.
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu No. 1.
Penelitian dan Judul Nida Nurdianti (2012)/Pola Kemitraan Usaha Garam Rakyat (Studi Kasus Kabupaten Sumenep, Madura-Jawa Timur).
Tujuan 1) Menganalisis pola kerjasama yang telah dilakukan oleh petani garam dengan berbagai pihak 2) Merumuskan dan memberikan rekomendasi pola kemitraan yang sesuai guna meningkatkan posisi tawar dan kesejahteraan petani garam di Kabupaten Sumenep
Metode Analisis deskriptif, analisis pendapatan usahatani garam, dan analisis biaya transaksi dan biaya penyusutan
Hasil 1) Beberapa bentuk kerjasama yang telah dilakukan dalam kegiatan usahatani garam rakyat di Kabupaten Sumenep adalah 1) Kerjasama antara PT Garam (Persero) dengan petani garam penyewaan lahan tambak garam, 2) Kerjasama antara penyewa lahan dengan penggarap, pola yang diterapkan sistem bagi hasil sebesar 4 : 6, yakni 4 bagian untuk petani penggarap dan 6 untuk penyewa lahan, 3) Kerjasama antara petani garam dengan pemilik lahan perorangan, sistem yang digunakan sama, yakni 4 : 6 dengan 4 bagian untuk petani penggarap dan 6 untuk pemilik lahan, dan 4) Kerjasama antara petani garam dengan pedagang pengumpul dengan sistem yang berlaku adalah sistem ijon. 2) Pola kemitraan petani garam yang dibangun berdasarkan pada beberapa kriteria, yakni pendapatan usahatani, analisis B/C ratio, biaya transaksi, dan biaya penyusutan menunjukkan bahwa pola kemitraan yang diajukan adalah pola kemitraan antara petani garam dan Koperasi ASTAGINA dengan model kemitraan intermediary (perantara).
Tabel 2.1 Lanjutan No. 2.
Penelitian dan Judul Apriliana (2012)/ Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang
Tujuan Mengidentifikasi karakteristik rumahtangga petani garam serta pelaksanaan PUGAR 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga dalam alokasi curahan kerja, produksi dan pengeluaran petani garam, 3) Menganalisis dampak program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang 1)
Metode Model ekonomi rumahtangga (Konsep dan Stud Empiris) Model persamaan simultan dengan metode 2SLS
Hasil 1) Rata-rata umur sampel rumahtangga yaitu suami dan isteri masih tergolong produktif. Curahan kerja rumahtangga petani garam untuk kegiatan usaha garam dan non usaha garam memiliki peranan yang sama pentingnya dalam perekonomian petani garam, karena dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga. Pengeluaran rumahtangga paling besar dialokasikan untuk konsumsi pangan. Berdasarkan status penguasaan lahan, pemberian bantuan langsung masyarakat dapat meningkatkan pendapatan petani garam dan pendapatan yang paling besar didapatkan oleh petani pemilik penggarap. 2) Pada petani garam penerima PUGAR, penurunan Bantuan Langsung Masyarakat dan peningkatan upah tenaga kerja luar keluarga yang dikompensasi dengan peningkatan harga garam masih dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga. Pada petani garam yang tidak menerima PUGAR, pemberian Bantuan Langsung Masyarakat dan peningkatan upah tenaga kerja luar keluarga yang disertai peningkatan harga garam dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga.
Tabel 2.1 Lanjutan No. 3.
Penelitian dan Judul Dewi Nuruliana Hidayati (2000)/Analisis Sistem Pemasaran Bawang Daun (Studi Kasus Desa Suka Mulya Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi)
Tujuan 1) Mengetahui sistem pemasaran bawang daun di lokasi penelitian dilihat dari lembaga dan saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, analisis marjin pemasaran, dan keterpaduan pasar
Metode Analisis Marjin Pemasaran dan Model Keterpaduan Pasar
Hasil 1) Saluran pemasaran bawang daun dari Desa Suka Mulya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi disalurkan ke Pasar Induk Keramat Jati (PIKJ) dan Pasar Ramayana Bogor (PRB) melelui lembaga-lembaga pemasaran yaitu Tengkulak I, Tengkulak II, Pedagang Grosir, Pedagang Pengecer, Konsumen. 2) Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran yang terlibat adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. 3) Struktur pasar untuk petani, tengkulak, dan pengecer adalah pasar bersaing dan pedagang grosir adalah pasar oligopoli. 4) Penentu harga antara petani dan tengkulak adalah tengkulak namun tetap mengikuti harga pasar. Antara tengkulak dan grosir berdasarkan pada harga pasar, dan antara grosir dan pengecer ditentukan oleh grosir. 5) Saluran Tiga relatif lebih efisien dibandingkan tiga saluran lainnya. 6) Hasil analisis regresi antara pasar produsen dan pasar acuan menunjukkan bahwa harga di pasar acuan berpengaruh nyata terhadap harga di pasar produsen. Tetapi tidak terjadi keterpaduan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang di antara kedua pasar tersebut. Sehingga tidak mencapai efisiensi pemasaran. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya informasi yang memadai terlebih informais yang tidak transparan di tingkat petani, modal yang dimiliki petani tidak mencukupi untuk membiayai pemasaran hasil produksinya serta terlalu kuatnya peranan tengkulak.
Tabel 2.1 Lanjutan No. 4.
Penelitian dan Judul Riyanto (2005)/Analisis Pendapatan Cabang Usahatani dan Pemasaran Padi (Kasus : Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah)
Tujuan 1) Menganalisis usahatani padi 2) Menganalisis efisiensi saluran pemasaran padi di Kecamatan Salem
Metode Analisis pendapatan dan analisis efisiensi saluran pemasaran
Hasil 1) Usahatani padi yang dikembangkan oleh petani di Tujuh Desa, Kecamatan Salem memberikan keuntungan karena nilai pendapatan atas biaya tunai dan biaya totalnya bernilai positif. Nilai R/C ratio atas biaya total dan nilai R/C ratio atas biaya tunai yang diperoleh lebih besar dari satu. 2) Hasil penelitian yang kedua adalah terdapat dua pola pemasaran padi di Kecamatan Salem, tetapi dari kedua seluran pemasaran tersebut yang paling banyak dipakai oleh petani adalah pola pemasaran II, yakni sebesar 63,33 persen dari total petani. Jika dilihat marjin dan efisiensi pemasaran I memiliki nilai yang lebih besar daripada pola pemasaran II. Hal ini dapat dikatakan bahwa pola pemasaran I lebih efisien daripada pola pemasaran II
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Operasional Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan memiliki potensi yang cukup menjanjikan, seperti luas lahan tambak garam, tenaga kerja yang memadai, iklim yang mendukung, dan kegiatan investasi yang tinggi. Potensi yang dimiliki ini diharapkan dapat terus mempertahankan status Kabupaten Pamekasan sebagai salah satu sentra garam terbesar di Indonesia. Selanjutnya, potensi ini perlu dukungan dari berbagai pihak agar produksi dan produktivitas usaha garam rakyat dapat terus meningkat setiap tahunnya. Bukan hanya itu, peningkatan kualitas dan pemasaran diharapakan dapat terus ditingkatkan agar produk garam Kecamatan Pademawu dapat terus bersaing dengan produk garam impor yang dihasilkan oleh negara luar. Pemasaran merupakan hal yang penting dalam usaha garam rakyat di Kecamatan Pademwu. Selama ini, tengkulak dapat dikatakan menjadi salah satu aktor penting yang paling dominan dalam pemasaran garam rakyat di Kecamatan Pademawu. Hasilnya, terdapat beberapa hal yang nampaknya kurang menguntungkan bagi petani garam rakyat, salah satunya adalah kecilnya posisi tawar petani dalam penurunan harga jual garam hasil produksinya. Informasi yang dimiliki oleh tengkulak tidak sesempurna informasi yang diterima oleh petani garam rakyat. Hal ini membuat pendapatan yang diterima oleh petani garam kecil. Sebaliknya, tengkulak justru memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keuntungan tengkulak itu selanjutnya diestimasi melalui analisis penerimaan. Pemasaran garam selama ini pada umumnya hanya terjalin antara petani garam dan pedagang pengumpul atau tengkulak. Selanjutnya, perusahaan garam (PT Garam (Persero)) membeli garam rakyat melalui tengkulak. Harga yang diterima oleh petani jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga yang diterima oleh tengkulak. Status petani dalam kepemilikan lahan garam juga turut mempengaruhi harga yang diterima oleh petani. Terlebih bagi petani dengan lahan bagi hasil, tengkulak seolah berkuasa penuh dalam penentuan harga garam yang diterima oleh petani tersebut. Oleh sebab itu, masing-masing kepemilikan lahan akan distimasi tingkat efisisensi saluran pemasarannya. Hasil estimasi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan saluran mana yang paling efisien jika didasarkan pada kepemilikan lahan garam. Selanjutnya, dilakukan analisis pendapatan usahatani garam rakyat untuk menghitung tingkat pendapatan yang diterima oleh masing-masing petani dengan didasarkan pada status kepemilkan lahan garam. Analisis ini dilakukan melalui analisis pendapatan dengan menghitung keuntungan yang diperoleh petani garam rakyat berdasarkan kepemilikan lahan garam. Hasil-hasil analisis ini selanjutnya akan disusun untuk dijadikan sebagai rekomendasi kepada pemerintah terkait dengan sistem permodalan dan pemasaran garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran dari peneliti dapat dilihat pada Gambar 3.1.
20 Peningkatan Kebutuhan Garam Nasional
Peningkatan Produksi Garam Dalam Negeri melalui Program PUGAR
Peningkatan Volume Garam Impor
Adanya Dominasi Peran Tengkulak dalam Permodalan dan Pemasaran
Permainan Harga Oleh Tengkulak
Petani
Karakteristik Petani dan Aanalisis Produktivitas Lahan Garam
Analisis Pendapatan Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan
Tengkulak
Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat
Dominasi Peran Tengkulak Berkurang
Dasar Rekomendasi Kebijakan Mengenai Permodalan dan Pemasaran Usaha Garam Rakyat
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Pendapatan Tengkulak dalam Saluran Pemasaran
IV METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada latar belakang dimana terdapat perbedaan harga garam. Di samping itu, Desa Padelegan merupakan salah satu desa dengan produktivitas lahan tertinggi di antara desa lainnya di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan sendiri merupakan salah satu pemasok garam terbesar setelah Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep di Pulau Madura. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2015. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden yang merupakan petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu. Data primer juga diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada tengkulak yang terdapat di Desa Padelegan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan, Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pusat Statistik, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini. 4.3 Penentuan Jumlah Responden Penetuan responden terbagi menjadi dua jenis responden. 4.3.1 Penentuan Jumlah Responden Petani Garam Rakyat Responden pertama adalah petani garam rakyat dengan kepemilikan lahan yang berbeda. Seperti yang telah disebutkan di atas, petani garam rakyat terbagi menjadi dua jenis, yakni 1) petani lahan garam milik sendiri dan 2) petani lahan garam bukan milik sendiri. Penentuan jumlah responden berupa petani dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Jumlah responden adalah sebanyak 70 orang terdiri atas petani lahan Milik Sendiri (MS) sembilan orang dan petani lahan Bukan Milik Sendiri (BMS) 61 orang. Petani garam tersebut merupakan petani penerima bantuan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Seluruh responden berasal dari Desa Padelegan. Penetapan jumlah responden ini didasarkan pada ukuran sample minimal n ≥ 30 orang. Dengan demikian, harapannya jumlah responden sejumlah 70 orang mampu menyebar normal. 4.3.2 Responden Jumlah Responden Tengkulak Responden yang kedua adalah tengkulak. Penentuan responden ini dilakukan dengan teknik snowballing, dimana tengkulak yang terpilih sebagai responden merupakan orang atau lembaga yang memang menjadi lembaga pertama yang melakukan penjualan garam dari petani. Setelah melakukan wawancara kepada petani garam, terpilihlah responden tengkulak sejumlah tiga orang. Tengkulak yang diwawancarai berasal dari Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu. Harapannya, karakteristik dari tengkulak ini dapat menggambarkan tengkulak yang ada di Kabupaten Pamekasan.
22
4.4 Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang telah memenuhi syarat. Kuesioner terbagi menjadi dua, yakni Kuesioner 1 (Lampiran 2) dan Kuesioner 2 (Lampiran 3). Responden ini adalah petani lahan garam milik sendiri (MS), petani lahan garam bukan milik sendiri (BMS), dan tengkulak. Pengisian kuesioner oleh responden tersebut dilakukan dengan teknik wawancara secara langsung. Selain itu, informasi lainnya mengenai hal-hal terkait pemasaran, permodalan, dan produksi garam rakyat dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada stakeholder yang terkait, seperti pegawai PT Garam (Persero), pegawai dari Dinas Perdagangan Kabupaten Pamekasan, pegawai dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, Perangkat Desa di Kecamatan Pademawu, dan sebagainya. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini menggunakan alat analisis data sesuai dengan kebutuhan dan data dan informasi yang telah diperoleh dari responden. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Matriks Metode Analisis Data No.
Tujuan Penelitian
1.
Mengidentifikasi produktivitas lahan garam di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan berdasarkan kepemilikan lahan garam. Menganalisis peran tengkulak dan mengestimasi penerimaan tengkulak dalam pemasaran garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan Mengestimasi pendapatan petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan.
2.
3.
4.
Mengestimasi tingkat efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan.
Jenis Data dan Sumber Data Data primer, wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder dari BPS dan dinas terkait di Kabupaten Pamekasan.
Metode Analisis Data
Data primer, wawancara secara mendalam kepada tengkulak dengan menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif dan analisis Penerimaan Total Tengkulak Kabupaten Pamekasan TRT = TR1i + TR2i + TR3i
Data primer, wawancara secara mendalam kepada petani garam rakyat dengan menggunakan kuesioner. Data primer, wawancara secara mendalam kepada petani garam rakyat dengan menggunakan kuesioner.
Analsiis Pendapatan Usahatani Garam Rakyat Π = TR – TC
Analisis deskriptif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.
Analisis deskriptif mengenai Saluran Pemasaran dan Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran a) Marjin Pemasaran MP = Pr – Pf b) Farmer’s Share Fs = (Pf / Pr) x 100 %
4.5.1 Analisis Deskriptif dan Kuantitatif Usaha Garam Rakyat Analisis deskriptif adalah salah satu metode penelitian yang lebih fokus untuk menjelaskan suatu isu atau fenomena, fakta, ataupun sifat serta hubungan
23
antar fenomena yang digambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kejadian yang sedang terjadi di masyarakat di masa sekarang. Analisis kuantitatif adalah metode yang memerlukan pengujian hipotetis terlebih dahulu untuk mendapatkan data. Analisis deskriptif-kualitatif dalam penelitian ini menggambarkan karakteristik petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Sedangkan analisis deskriptif-kuantitatif menunjukkan perbedaan produktivitas lahan garam dari setiap jenis petani. Variabel-variabel yang yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi didasarakan pada hasil wawancara dari tiga jenis petani yakni petani dengan lahan garam sendiri, petani dengan lahan garam sewa, dan petani dengan lahan garam bagi hasil. Selanjutnya, data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan cara tabulasi. Variabel yang digunakan adalah : Luas Lahan Garam (Ha) 1. 2. Output / Hasil Produksi (Ton) 3. Sumber Modal Produksi 4. Produktivitas Lahan Garam (Ton/Ha) Produktivitas lahan dapat dihitung dengan membagi jumlah output atau hasil produksi dan luas lahan yang dimiliki. Jumlah output merupakan total produksi garam baik KP 1, KP 2, dan KP 3. Secara matematis dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut : Produtivitas =
𝑌1 + 𝑌2 + 𝑌3 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛
Keterangan Y1 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 1 (Ton) Y2 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 2 (Ton) Y3 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 3 (Ton) 4.5.2 Analisis Penerimaan Tengkulak Analisis ini digunakan untuk mengestimasi penerimaan tengkulak sebagai akibat dari adanya permainan harga yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan harga jual yang diterima petani garam rakyat dan harga jual yang diterima tengkulak. Penerimaan tengkulak diestemasi melalui perkalian antara jumlah hasil produksi yang dijual kepada tengkulak dan perbedaan harga. Hasil produksi yang dijual dibedakan berdasarkan jenis garam, yakni KP 1 , KP 2, dan KP 3. Selanjutnya, akan dihitung penerimaan total tengkulak (TRT) Kabupaten Pamekasan. Penerimaan tengkulak ke-i dari jenis garam ke-x dapat dirumuskan sebagai berikut : TRxi = Yxi . ∆Pyxi Hasil produksi garam rakyat terbagi menjadi tiga jenis, KP 1, KP 2, dan KP3 . Rumusan penerimaan tengkulak ke-i menjadi : TR1i = Y1i . ∆Py1i , ∆Py1i = Pr1i - Pf1i TR2i = Y2i . ∆Py2i , ∆Py2i = Pr2i – Pf2i TR3i = Y3i . ∆Py3i , ∆Py3i = Pr3i – Pf3i Penerimaan total tengkulak Kabupaten Pamekasan (TRT) dirumuskan sebagai berikut : TRT = TR1i + TR2i + TR3i
24
Keterangan TRxi = Penerimaan tengkulak ke-i dari jenis garam ke-x (Rupiah) TR1i = Penerimaan tengkulak ke-i dari jenis garam KP 1 (Rupiah) TR2i = Penerimaan tengkulak ke-i dari jenis garam KP 2 (Rupiah) TR3i = Penerimaan tengkulak ke-i dari jenis garam KP 3 (Rupiah) TRT = Penerimaan total tengkulak Kabupaten Pamekasan (Rupiah) Yxi = Jumlah garam yang dijual ke tengkulak ke-i dari jenis garam ke-x (Ton) Y1i = Jumlah garam yang dijual ke tengkulak ke-i dari jenis garam KP 1 (Ton) Y2i = Jumlah garam yang dijual ke tengkulak ke-i dari jenis garam KP 2 (Ton) Y3i = Jumlah garam yang dijual ke tengkulak ke-i dari jenis garam KP 3 (Ton) ∆Pyxi = Perbedaan harga garam di tengkulak ke-i dari jenis garam ke-x (Rupiah/Ton) ∆Py1i = Perbedaan harga garam di tengkulak ke-i dari jenis garam KP 1 (Rupiah/Ton) ∆Py2i = Perbedaan harga garam di tengkulak ke-i dari jenis garam KP 2 (Rupiah/Ton) ∆Py3i = Perbedaan harga garam di tengkulak ke-i dari jenis garam KP 3 (Rupiah/Ton) Pr1i = Harga garam yang diterima tengkulak ke-i dari jenis garam KP 1 (Rupiah/Ton) Pr2i = Harga garam yang diterima tengkulak ke-i dari jenis garam KP 2 (Rupiah/Ton) Pr3i = Harga garam yang diterima tengkulak ke-i dari jenis garam KP 3 (Rupiah/Kg atau Rupiah/Ton) Pf1i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 1 (Rupiah/Ton) Pf2i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 2 (Rupiah/Ton) Pf3i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 3 (Rupiah/Ton) Analisis Rata-rata Pendapatan Usaha Garam Rakyat Analisis pendapatan usahatani garam merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melihat dan menganalisis apakah usahatani garam yang dilakukan oleh petani garam di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan mendapatkan keuntungan atau justru menderita kerugian. Alat ini digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan petani garam dalam melakukan produksi garam rakyat. Seperti yang telah dijelaksan di atas, dalam analisis pendapatan usahatani terdapat tiga komponen utama, yakni struktur penerimaan, struktur biaya, dan keuntungan usahatani. Begitu pula dalam usaha garam rakyat. Berikut adalah penjelasannya. 4.5.3
4.5.3.1 Struktur Penerimaan Usaha Garam Rakyat Struktur penerimaan usaha garam rakyat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Penerimaan tersebut berasal dari tiga jenis garam yang berbeda, yakni KP 1, KP 2, dan KP 3. Dalam analisis pendapatan ini akan dihitung berapa besar penerimaan dari masing-masing jenis garam. Penerimaan dihitung melalui perkalian jumlah output / hasil produksi garam dan harga output itu sendiri.
25
Secara metematis, penerimaan usaha garam dapat dihitung melalui persamaan berikut : TR = (Y1 . Pf1i) + (Y2 . Pf2i) + (Y3 . Pf3i) Keterangan TR = Total penerimaan dari tiga jenis garam (Rupiah) Y1 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 1 (Ton) Y2 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 2 (Ton) Y3 = Jumlah output / hasil produksi garam KP 3 (Ton) Pf1i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 1 (Rupiah/Ton) Pf2i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 2 (Rupiah/Ton) Pf3i = Harga garam yang diterima petani ke-i dari jenis garam KP 3 (Rupiah/Ton) 4.5.3.2 Struktur Biaya Usaha Garam Rakyat Struktur biaya usaha garam dapat dikatakan sama dengan struktur biaya pada usahatani secara umum. Struktur biaya tersebut terbagi menjadi dua bagian, yakni total biaya tetap (TFC) dan total biaya variabel (TVC). Perbedaannya terletak pada komponen biaya yang digunakan. Total biaya tetap (TFC) terdiri atas biaya lahan (baik biaya beli atau biaya sewa) dan/atau biaya gudang (baik biaya beli atau biaya sewa). Dalam usaha garam rakyat, struktur biaya adalah sebagai berikut : TC = TFC + TVC TFC = CL + Cw Nurdiani (2013) menjelaskan bahwa biaya total variabel (TVC) dalam usaha garam terbagi menjadi dua, yakni biaya total peralatan produksi (CK) dan biaya total tenaga kerja (CTK). TVC = CK + CTK Biaya total peralatan produksi (CK) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan produksi. Perlatan produksi garam rakyat terdiri atas tiga alat utama, yaitu kincir angin, mesin pompa, dan baumeter (alat pengukur salinitas air). Selain itu, terdapat alat pendukung lainnya yakni slender (alat yang digunakan untuk meratakan lahan garam), sorkot (alat yang digunakan untuk menarik kristal garam), pencacah (alat yang digunakan untuk meracak garam agar tidak padat), sedong (alat yang digunakan untuk mengeruk garam dalam memasukkan ke dalam karung), dan beberapa alat lainnya seperti cangkul, tambang, ember, dan keranjang. CK = CKCR + CPOM + CBAU + CSLEND + CSORK + CPENC + CSED + CLAIN CKCR = NKCR . PKCR CPOM = NPOM . PPOM CBAU = NBAU . PBAU CSLEND = NSLEND . PSLEND CSORK = NSORK . PSORK CPENC = NPENC . PPENC CSED = NSED . PSED CLAIN = NLAIN . PLAIN
26
Biaya total tenaga kerja (CTK) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja selama proses produksi garam berlangsung. Tenaga kerja yang disewa biasanya melakukan proses persiapan dan penguapan lahan, pemanenan, pengemasan, pengangkutan, pemeliharaan, dan biaya lainnya. Masing-masing proses dihitung biayanya dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang disewa dengan upah tenaga kerja yang telah disepakati. CTK = CSIAP + CPANEN + CKEMAS + CANGKUT + CPELIHARA CSIAP = NTKsiap . WTKsiap CPENEN = NTKpenen . WTKpanen CKEMAS = NTKkemas . WTKkemas CANGKUT = NTKangkut . WTKangkut CPELIHARA = NTKpelihara . WTKpelihara Selain biaya-biaya yang telah disebutkan di atas, masih terdapat beberapa biaya yang harus diperhitungkan di dalamnya. Biaya-biaya tersebut adalah penyusutan dan Pajak Bumi Bangunan (PBB). Kedua komponen tersebut tidak termasuk dalam TFC maupun TVC, namun tetap masuk dalam pengeluaran usaha garam karena mengurangi keuntungan yang diperoleh petani garam rakyat. Sehingga, struktur biaya dalam usaha garam rakyat secara keseluruhan menjadi : TC = TFC + TVC + Penyusutan + TxPBB Keterangan TC = Biaya total biaya usaha garam rakyat (Rupiah) TFC = Biaya total tetap usaha garam rakyat (Rupiah) TVC = Biaya total variabel usaha garam rakyat (Rupiah) CL = Biaya total lahan garam (biaya beli/biaya sewa) (Rupiah/Ha/Tahun) CW = Biaya total gudang garam (biaya beli/biaya sewa) (Rupiah/Ha/Tahun) CK = Biaya total peralatan produksi (Rupiah) CTK = Biaya total tenaga kerja (Rupiah) CKCR = Biaya untuk kincir angin (Rupiah) CPOM = Biaya untuk mesin pompa (Rupiah) CBAU = Biaya untuk baumeter (Rupiah) CSLEND = Biaya untuk slender (Rupiah) CSORK = Biaya untuk sorkot (Rupiah) CPENC = Biaya untuk pencacah (Rupiah) CSED = Biaya untuk sedong (Rupiah) CLAIN = Biaya untuk peralatan produksi lainnya (Rupiah) NKCR = Jumlah kincir angin (unit) NPOM = Jumlah mesin pompa air (unit) NBAU = Jumlah baumeter (unit) NSLEND = Jumlah slender (unit) NSORK = Jumlah sorkot (unit) NPENC = Jumlah pencacah (unit) NSED = Jumlah sedong (unit) NLAIN = Jumlah peralatan produksi lainnya (unit) CSIAP = Biaya untuk persiapan dan penguapan lahan (Rupiah) CPANEN = Biaya untuk pemanenan (Rupiah) CKEMAS = Biaya untuk pengemasan (Rupiah) CANGKUT = Biaya untuk pengangkutan (Rupiah)
27
CPELIHARA NTKsiap NTKpanen NTKkemas NTKangkut NTKpelihara WTKsiap WTKpanen WTKkemas WTKangkut WTKpelihara TxPBB
= Biaya untuk pemeliharaan (Rupiah) =Jumlah tenaga kerja untuk persiapan dan penguapan lahan (orang) = Jumlah tenaga kerja untuk pemanenan (orang) = Jumlah tenaga kerja untuk pengemasan (orang) = Jumlah tenaga kerja untuk pengangkutan (orang) = Jumlah tenaga kerja untuk pemeliaharaan (orang) =Upah tenaga kerja untuk persiapan dan penguapan lahan (Rupiah/orang) = Upah tenaga kerja untuk pemanenan (Rupiah/orang) = Upah tenaga kerja untuk pengemasan (Rupiah/orang) = Upah tenaga kerja untuk pengangkutan (Rupiah/orang) = Upah tenaga kerja untuk pemeliaharaan (Rupiah/orang) = Besar pajak bumi bangunan (Rupiah/Ha/Tahun)
4.5.3.3 Keuntungan Usaha Garam Rakyat Keuntungan usaha garam rakyat dapat dihitung dengan mengurangi seluruh struktur penerimaan dengan seluruh struktur biaya dan pengeluaran. Analisis pendapatan usaha garam rakyat dalam penelitian ini dianalisis dengan melihat besarnya keuntungan yang diperoleh petani garam. Analisis pendapatn usaha garam rakyat tidak memperhitungkan hingga analisis B/C Ratio karena waktu yang digunakan hanya satu musim panen saja. Oleh karena itulah, analisis pendapatan usaha garam rakyat ini juga tidak memasukkan unsur waktu (time value of money). Keuntungan usaha garam rakyat dapat dihitung dengan persamaan : Π = TR – TC Petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu Kabuapten Pmakeasan terbagi menjadi tiga, sehingga analisis pendapatan perlu dilakukan kepada ketiga jenis petani tersebut. ΠLS = (TR – TC)LS ΠSW = (TR – TC)SW ΠBH = (TR – TC)BH Keterangan Π = Keuntungan atau pendapatan usaha garam rakyat (Rupiah) ΠLS = Keuntungan atau pendapatan usaha garam rakyat dengan lahan garam sendiri (Rupiah) ΠSW = Keuntungan atau pendapatan usaha garam rakyat dengan lahan garam sewa (Rupiah) ΠBH = Keuntungan atau pendapatan usaha garam rakyat dengan lahan bagi hasil (Rupiah) TR = Total Revenue atau penerimaan usaha garam rakyat (Rupiah) TC = Total Cost atau biaya total usaha garam rakyat (Rupiah) Analisis Saluran dan Efisiensi Saluran Pemasaran Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk melihat dan menganalisis saluran pemasaran yang selama ini dihadapi oleh petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Masing-masing petani dengan kepemilikan lahan yang berbeda, yakni petani dengan lahan garam sendiri, petani dengan lahan garam sewa, dan petani dengan lahan garam bagi hasil, dianalisis
4.5.4
28
saluran pemasarannya dan dilihat pula panjang saluran pemasaran yang dihadapinya. Di samping itu, analisis saluran pemasaran ini juga mengidentifikasi fungsi setiap lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Adanya permainan harga sebagai dampak dari dominansi tengkulak membuat saluran pemasaran tidak efisien. Sehingga perlu dilakukan analisis efisiensi pemasaran untuk melihat seberapa besar tingkat keefisienan saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan selama ini. Analisis efisiensi saluran pemasaran menggunakan dua alat analisis, yakni marjin pemasaran dan farmer’s share. 4.5.4.1 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Marjin Pemasaran Konsep marjin pemasaran perlu mengetahui tentang harga yang diterima petani garam rakyat (Pf) dan harga yang berlaku di tingkat tengkulak (Pr). Nilai marjin pemasaran secara matematis dihitung dengan formulasi sebagai berikut (Tomeck dan Robinson 1990) : MP = Pr – Pf Petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi tiga, sehingga analisis marjin pemasaran perlu dilakukan kepada ketiga jenis petani tersebut. Selain itu, saluran pemasaran yang dilakukan petani juga beragam, sehingga marjin pemasaran setiap petani untuk saluran pemasaran ke-i adalah : MP(LS)i = Pri – Pf(LS)i MP(SW)i = Pri – Pf(LS)i MP(BH)i = Pri – Pf(LS)i Keterangan MP = Marjin pemasaran (Rupiah) MP(LS)i = Marjin pemasaran dengan lahan garam sendiri saluran ke-i (Rupiah) MP(SW)i = Marjin pemasaran dengan lahan garam sewa saluran ke-i (Rupiah) MP(BH)i = Marjin pemasaran dengan lahan garam bagi hasil saluran ke-i (Rupiah) Pri = Harga tingkat tengkulak saluran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(LS)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam sendiri saluran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(SW)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam sewa saluran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(BH)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam bagi hasil saluran ke-i (Rupiah/Ton) 4.5.4.2 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Farmer’s Share Alat analisis efisiensi saluran pemasaran yang kedua adalah farmer’s share. Konsep farmer’s share merupakan analisis lanjutan dari konsep marjin pemasaran. Konsep ini mebandingkan harga yang diterima di tingkat petani terhadap harga yang diterima di tingkat tengkulak. Secara matematik dapat dirumuskan dengan persamaan berikut : FS = (Pf / Pr) x 100 % Petani garam rakyat di Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi tiga, sehingga analisis farmer’s share perlu dilakukan kepada ketiga jenis petani tersebut. Selain itu, saluran pemasaran yang dilakukan petani juga beragam, sehingga farmer’s share setiap petani untuk saluran pemasaran ke-i adalah :
29
FS(LS)i = [(Pf(LS)i) / (Pri)] x 100 % FS(SW)i = [(Pf(LS)i) / (Pri)] x 100 % FS(BH)i = [(Pf(BH)i) / (Pri)] x 100 % Keterangan FS = Besarnya Farmer’s Share (dalam persen (%)) FS(LS)i = Besarnya Farmer’s Share dengan lahan garam sendiri dalam saluran pemasaran ke-i (dalam %) FS(SW)i = Besarnya Farmer’s Share dengan lahan garam sewa dalam saluran pemasaran ke-i (dalam %) FS(BH)i = Besarnya Farmer’s Share dengan lahan garam bagi hasil dalam saluran pemasaran ke-i (dalam %) Pri = Harga tingkat tengkulak dalam saluran pemasaran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(LS)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam sendiri saluran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(SW)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam sewa saluran ke-i (Rupiah/Ton) Pf(BH)i = Harga tingkat petani dengan lahan garam bagi hasil saluran ke-i (Rupiah/Ton) Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi masing-masing saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani garam di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini selanjutnya membandingkan saluran pemasaran mana yang paling efisien. Kriteria keefisienan saluran pemasaran berupa : a. jika marjin pemasaran rendah dan farmer’s share tinggi maka saluran pemasaran tersebut dikatakan efisien. b. jika marjin pemasaran tinggi dan farmer’s share rendah maka saluran pemasaran tersebut dikatakan tidak efisien.
V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Desa Padelegan Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pamekasan (2014), Kecamatan Pademawu merupakan salah satu dari 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan. Kecamatan ini terdiri atas delapan desa, yakni Desa Dasok, Desa Tanjung, Desa Majungan, Desa Bunder, Desa Padelegan, Desa Pademawu Timur, Desa Pagagan, dan Desa Baddurih. Desa penelitian adalah Desa Padelegan. Desa ini terletak di sebelah tenggara Kecamatan Pademawu. Secara geografi, batas-batas Desa Padelegan adalah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung, 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura, 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Majungan, dan 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung. Desa Padelegan memiliki luas sebesar 906,7 Ha dengan rincian penggunaan lahan sebagai berikut : a. Sawah : 42,0 Ha b. Ladang : 58,0 Ha c. Pemukiman/perumahan, jalan dan lainnya : 542,1 Ha d. Kolam/tambak/perkebunan/hutan rakyat : 140,8 Ha e. Tanah bengkok : 11,8 Ha f. Lahan garam : 112,4 Ha Wilayah Desa Padelegan pada umumnya adalah dataran rendah dan banyak sekali terdapat pantai. Rata-rata ketinggian daerah di desa ini adalah kisaran 0 hingga 1,5 meter di atas permukaan air laut. Sama halnya dengan daerah lainnya di kabupaten Pamekasan, dalam satu tahun berlaku dua musim. Musim penghujan pada bulan Oktober hingga April dan musim kemarau pada bulan April hingga Oktober. Curah hujan di Desa Padelegan tidak jauh berbeda dengan desa lainnya di Kecamatan Pademawu, namun struktur tanah Desa Padelegan yang tidak kedap air menyebabkan sektor pertanian masih banyak berharap pada musim hujan. Kondisi ini sering menyebabkan kekeringan di beberapa kecamatan ketika musim kemarau datang. Rata-rata suhu maksimum di Desa Padelegan tidak jauh berbeda dengan suhu maksimum di Kabupaten Pamekasan mencapai 300 Celcius dan ratarata suhu minimum mencapai 280 Celcius. Rata-rata kelembaban udara di desa ini mencapai 80 %. Desa Padelgan sendiri memiliki enam wilayah administratif, yakni Dusun Bangkal, Dusun Modung, Dusun Dajah Tambak, Dusun Laok Tambak, Dusun Asambatur, dan Dusun Muarah. Jumlah penduduk di Desa Padelegan adalah sejumlah 3.457 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 1.720 orang dan perempuan 1.737 orang. Jumlah penduduk ini tersebar dalam 1.070 Kepala Keluarga (KK). Rata-rata penduduk Desa Padelegan beragama islam, bahkan jumlah tersebut hampir mencapai 99 %. Rata-rata jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Desa Padelegan adalah nelayan atau pertambakan garam, yakni sejumlah 556 orang dengan rincian 552 orang laki-laki dan hanya empat orang perempuan. Pekerjaan lainnya adalah ibu rumah tangga dan banyak penduduk yang masih berstatus sebagai pelajar.
32
5.2
Kondisi Usaha Garam Rakyat di Desa Padelegan Usaha garam rakyat di Desa Padelegan dapat dikatakan dalam kondisi yang kondusif. Rata-rata penduduk desa menggantungkan hidupnya pada usaha garam ini. Bukan hanya penduduk asli desa ini, penduduk pendatang juga sangat menggantungkan hidupnya pada usaha ini. Penduduk pendatang ini adalah petani garam dengan lahan bagi hasil yang pada umumnya bekerja musiman sebagai petani penggarap. Mereka berasal dari Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Jumlah kelompok PUGAR (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) yang aktif di Desa Padelegan adalah delapan kelompok dengan jumlah anggota 77 orang. Rata-rata kemampuan mengolah lahan dari seorang petani garam adalah sebelah 0,83 Ha / orang. Atinya, setiap petani garam yang tergabung dalam kelompok PUGAR mampu mengolah lahan garam seluas 0,83 Ha. Terdapat empat aspek utama dalam menganalisis kondisi suatu usaha garam rakyat, yakni aspek teknis, aspek sumberdaya manusia, aspke pemasaran, dan aspek finansial (Nurdiani 2013). Secara umum, aspek teknis sangat berpengaruh nyata dalam usaha garam rakyat. Teknik yang baik dalam usaha garam akan menghasilkan produksi garam yang baik pula. Pun sebaliknya, jika teknik yang digunakan masih buruk, maka hasil produksi garamnya pun akan buruk. Secara umum, teknik produksi garam rakyat terbagi menjadi dua, yakni teknik Portugis dan teknik Maduris. Teknik Portugis merupakan suatu metode produksi garam yang dilakukan di atas lantai garam yang terbuat dari kristal garam. Kristal garam ini sebelumnya telah dibuat selama 30 hari dan setiap 10 hari berikutnya dilakukan pemanenan garam. Teknik Maduris merupakan suatu metode produksi garam yang dilakukan dengan cara memungut garam di atas lantai lahan garam. Artinya, lahan garam menjadi lantai produksi garam rakyat dimana setiap 7 hingga 10 hari dilakukan pemanenan garam di atas lantai lahan garam tersebut. Pada umumnya, petani garam rakyat di Desa Padelegan melakukan produksi garam dengan menggunakan teknik Maduris Selain teknik produksi, hal penting lainnya yang sangat perlu diperhatikan dalam produksi garam adalah faktor alam. Usaha garam rakyat sangat bergantung terhadap faktor alam. Nurdiani (2013) menyebutkan bahwa faktor alam tersebut adalah : 1) Air Laut Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya) sangat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk proses pemekatan (penguapan). 2) Konsisi Cuaca Kondisi cuaca dipengaruhi oleh tiga hal, yakni panjang musim kemarau, curah hujan dan kecepatan angin, serta kelembaban dan suhu udara. 3) Tanah atau Lahan Garam Sifat prorositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut ke dalam tanah yang terdapat di tempat peminihan atau di meja garam. Jika kecepatan perembesan tanah lebih besar daripada kecepatan penguapan air laut, maka proses produksi garam akan mengalami kegagalan. Di samping itu, tanah atau lahan garam juga mempengaruhi warna dan tingkat kemurnian garam yang dihasilkan.
33
4)
5)
Pengaruh Air Pengaturan aliran dan tebal air di tempat peminihan satu ke peminihan berikutnya berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya, seperti arah kecepatan angin, dan kelembaban udara. Cara Pemungutan Garam Terdiri atas jadwal pemungutan, umur kristalisasi garam, dan jadwal pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).
Selain faktor alam dan teknik produksi garam, alat-alat produksi garam juga menjadi hal penting dalam usaha garam rakyat. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi garam adalah : 1) Kincir angin, 2) Pompa air, 3) Baumeter (Alat untuk mengukur tingkat salinitas (keasinan) air laut), 4) Slender (Alat untuk meratakan lahan garam), 5) Sorkot (Alat untuk menarik Kristal garam saat melakukan pemungutan garam), 6) Pencacah (Alat untuk meracak garam agar tidak padat), dan 7) Sedong (Alat untuk mengeruk garam dan memasukkannya ke dalam karung).
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Klasifikasi Petani Garam Berdasarkan Kepemilikan Lahan Petani garam di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan kepemilikan lahan. Dua kelompok petani tersebut adalah 1) petani lahan milik sendiri dan 2) petani bukan lahan milik sendiri. Petani bukan lahan milik sendiri juga terbagi menjadi dua kelompok, yakni a) petani dengan lahan sewa dan 2) petani dengan lahan bagi hasil. 1)
Petani Lahan Milik Sendiri Kelompok petani lahan milik sendiri, selanjutnya disebut sebagai petani lahan MS, adalah petani yang memiliki lahan garam secara utuh. Artinya, hak kepemilikan atas lahan garam tersebut adalah seutuhnya milik petani yang bersangkutan. Rata-rata hak kepemilikan lahan tersebut diperoleh dari pembelian atau warisan. Petani kelompok ini adalah petani yang memiliki lahan garam sendiri dan mengolah atau menggarap lahan tambaknya sendiri. Petani ini cenderung memiliki modal pertanian yang cukup dan cenderung tidak memiliki hubungan yang mengikat dirinya dengan pedagang pengumpul atau tengkulak. Jumlah petani lahan MS yang menjadi responden berjumlah sembilan orang. 2) Petani Lahan Bukan Milik Sendiri Kelompok petani yang kedua adalah petani lahan bukan milik sendiri, selanjutnya disebut petani lahan BMS. Kelompok ini juga terbagi menjadi dua, yakni petani dengan lahan sewa dan petani dengan lahan bagi hasil. Jumlah petani lahan BMS yang menjadi responden berjumlah 61 orang. a) Petani dengan Lahan Sewa Petani dengan lahan sewa, selanjutnya disebut petani SW, adalah petani yang hak kepemilikan atas lahan garam tersebut hanya bersifat sementara. Petani kelompok ini menyewa lahan tambak garam dengan biaya sendiri ataupun melakukan peminjaman untuk dapat menyewa tambak garam. Penyewaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Hak kepemilikan atas lahan garam berakhir jika waktu tempo telah sampai. Sistem pemasaran atau penjualan hasil produksi dari petani ini masih beragam. Namun, cnderung tidak ada hubungan yang mengikat antara petani ini dengan pedagang pengumpul atau tengkulak maupun dengan pihak atau lembaga yang menyewakan tambak garam. Jumlah petani SW berjumlah sepuluh orang. b) Petani dengan Lahan Bagi Hasil Petani dengan lahan bagi hasil, selanjutnya disebut petani BH, adalah petani yang tidak memiliki lahan garam cenderung hanya sebagai penggarap seaja. Dia menggarap tambak garam milik orang tertentu biasanya adalah seorang tengkulak. Petani kelompok ini biasanya memiliki hubungan yang erat dengan tengkulak yang tidak lain adalah pemilik lahan yang digarap. Hasil produksi juga cenderung dipasarkan atau dijual kepada tengkulak. Pada umumnya, petani kelompok ini merupakan petani pendatang dari luar Desa Padelegan dan pada umumnya berasal dari Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Jumlah responden dari kelompok ini berjumlah 51 orang.
36
6.2
Karakteristik Petani Garam Berdasarkan Kepemilikan Lahan Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini adalah usia petani, tingkat pendidikan, luas lahan, dan pengalaman bertani. Karakteristik dari petani lahan MS dan petani lahan BMS dijelaskan dalam Tabel 6.1. 1. Usia Karakteristik yang pertama adalah usia. Karakteristik usia dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Selanjutnya, petani lahan MS dan petani lahan BMS dikelompokkan berdasarkan usia masing-masing responden. Tabel 6.1 menyajikan informasi mengenai karakteristik usia petani. Sebesar 66,67 % petani lahan MS berada dalam usia kisaran 40 hingga 60 tahun. Petani dalam kelompok tersebut berjumlah enam orang. Kelompok usia kurang dari 40 tahun memiliki jumlah reponden sejumlah satu orang atau sebesar 11,11 %. Kesimpulan yang diperoleh adalah petani lahan milik sendiri masih berada dalam usia produktif. Tabel 6.1 juga menyebutkan bahwa pada petani SW sejumlah delapan orang atau sebesar 80,00 % berada pada usia kisaran 40 hingga 60 tahun. Sedangkan pada petani BH, sejumlah 36 orang atau sebesar 70,59 % juga berada pada usia kisaran 40 hingga 50 tahun. Hal ini menyimpulkan bahwa petani lahan BMS berada pada usia produktif. Selain itu, tabel di atas juga memberikan informasi bahwa hanya satu orang pada petani SW yang berada dalam kelompok usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan pada petani BH, jumlah petani yang berumur kurang dari 40 tahun berjumlah enam orang atau sebesar 11,75 %. Hal ini semakin memperjelas bahwa petani lahan BMS benar-benar berada dalam usia produktif untuk melakukan kegiatan bertani garam. Tingkat Pendidikan 2. Karakteristik yang kedua adalah tingkat pendidikan petani. Karakteristik ini didasarkan pada jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki oleh petani. Karakteristik tingkat pendidikan terbagi menjadi lima. Petani lahan MS dikelompokkan berdasarkan kelompok-kelompok tersebut seperti tertera dalam Tabel 6.1. Tabel 6.1 memberikan informasi bahwa sebesar 44,44 % atau sejumlah empat orang petani lahan MS telah menamatkan jenjang pendidikan SMA. Sebesar 11,11 % petani lahan MS adalah lulusan D3 atau berjumlah satu orang saja dari total sembilan responden. Kesimpulan yang dapat diambil dari informasi di atas bahwa pendidikan cukup menyebar di kalangan petani lahan MS dan mereka telah menuntaskan pendidikan wajib dasar. Tabel 6.1 memberikan informasi bahwa sejumlah lima orang petani SW atau sebesar 50 % telah menamatkan jenjang pendidikan hingga tingkat SMA. Sejumlah 24 orang petani BH atau sebesar 47,04 % telah menamatkan jenjang pendidikannya hingga tingkat SMP. Sejumlah satu orang petani SW yang mampu menamatkan jenjang pendidikannya hingga D3 dan Sarjana. Sedangkan pada petani BH, terdapat tiga orang petani mampu menamatkan jenjang pendidikannya hingga tingkat D3 dan Sarjana. Dengan demikian, kesimpulan yang diambil adalah petani lahan BMS pada umumnya memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP atau SMA. Secara keseluruhan, petani lahan BMS telah menamatkan pendidikan wajib dasar.
37
3.
Luas Lahan Karakteristik petani garam yang ketiga adalah luas lahan garam yang dimiliki atau diolah oleh petani garam. Luas lahan dikelompokkan menjadi lima kelompok, selanjutnya petani lahan MS dikelompokkan berdasarkan kelompokkelompok tersebut. Tabel 6.1 memberikan informasi bahwa sebesar 33,33 % atau sejumlah tiga orang petani garam lahan MS memiliki luas lahan kisaran 0,0 hingga 1,0 Ha. Sebesar 11,11 % atau sejumlah satu orang saja petani lahan MS yang memiliki luas lahan kisaran 2,1 hingga 3,0 Ha dan > 4,0 Ha.. Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel di atas adalah pada umumnya petani MS memiliki luas lahan garapan di bawah rata-rata luas lahan petani MS, yakni seluas 2,40 Ha per orang. Tabel di atas juga memberikan informasi bahwa sebesar 40,00 % atau sejumlah empat orang petani SW memiliki luas lahan kisaran 1,1 hingga 2,0 Ha. Tidak satu orang pun petani SW yang memiliki luas lahan lebih dari 4,0 Ha. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada umumnya petani SW memiliki luas lahan garapan melebihi rata-rata luas lahan petani SW, yakni sebesar 2,21 Ha per orang. Sejumlah 48 orang atau sebesar 94,12 % petani BH dinyatakan memiliki luas lahan garapan kisaran 0,0 hingga 1,0 Ha. Namun, tidak ada satu orang pun yang memiliki luas lahan garapan lebih dari 4,0 Ha. Kesimpulan yang diperoleh adalah pada umumnya, petani BH telah memiliki luas lahan garapan yang sama dengan rata-rata luas lahan garapan petani BH, yakni seluas 0,98 Ha per orang. 4. Pengalaman Bertani Karakteristik yang terakhir adalah pengalaman bertani. Hal ini berkaitan dengan berapa lama petani tersebut telah berkelut dalam dunia pergaraman. Pengalaman bertani juga mempengaruhi kemampuan (skill) dalam mengelola lahan dan memproduksi garam. Semakin tinggi pengalaman bertaninya, semakin tinggi pula kemampuan (skill) dalam mengelola lahan garam. Namun, semakin tinggi pengalaman bertani belum tentu memiliki skill yang tinggi pula dalam memproduksi garam. Informasi mengenai karakterisktik pengalaman bertani disampaikan dalam Tabel 6.1. Karakteristik pengalaman bertani terbagi menjadi empat kelompok. Kemudian petani dikelompokkan berdasarkan kelompok-kelompok tersebut. Tabel 6.1 memberikan informasi bahwa seluruh petani dalam kelompok ini memiliki pengalaman bertani yang cenderung menyebar. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah petani di setiap kategori adalah sama, yakni sejumlah 3 orang atau sebesar 33,33 %. Artinya, petani lahan MS memiliki pengalaman bertani yang beragam. Tabel 6.1 berikut memberikan informasi bahwa sejumlah enam orang atau sebesar 60,00 % petani SW memiliki pengalaman bertani kisaran 21 hingga 30 tahun. Sejumlah 24 orang atau sebesar 47,06 % petani BH memiliki pengalaman bertani kisaran 11 hingga 20 tahun. Tidak ada petani SW yang memiliki pengalaman bertani kisaran 31 hingga 40 tahun. Petani BH memiliki jumlah responden pada kelompok pengalaman bertani kisaran 31 hingga 40 tahun, yakni berjumlah tiga orang atau sebesar 5,88 %.
38
Tabel 6.1 Karakteristik Petani Lahan MS dan Petani Lahan BMS Milik Sendiri No.
Karakterisitik
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Usia 1. <40 1 2. 40-60 6 3. >60 2 Total 9 Tingkat Pendidikan 1. SD 2 2. SMP 1 3. SMA 4 4. D3 & Sarjana 2 Total 9 Luas Lahan 1. 0,0-1,0 3 2. 1,1-2,0 2 3. 2,1-3,0 1 4. 3,1-4,0 2 5. >4,0 1 Total 9 Rata-rata Pengalaman Bertani 1. 1-10 0 2. 11-20 3 3. 21-30 3 4. 31-40 3 Total 9 Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Bukan Milik Sendiri Petani Sewa Petani Bagi Hasil Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)
11,11 66,67 22,22 100
1 8 1 10
10,00 80,00 10,00 100
6 36 9 51
11,75 70,59 17,66 100
22,22 11,11 44,44 22,22 100
1 3 5 1 10
10,00 30,00 50,00 10,00 100
4 24 20 3 51
7,84 47,06 39,22 5,88 100
33,33 22,22 11,11 22,22 11,11 100 2,40
2 4 3 1 0 10
20,00 40,00 30,00 10,00 0,00 100 2,21
48 2 1 0 0 51
94,12 3,92 1,96 0,00 0,00 100 0,98
0,00 33,33 33,33 33,33 100
1 3 6 0 10
10,00 30,00 60,00 0 100
5 24 19 3 51
9,81 47,06 37,25 5,88 100
Kesimpulan yang dapat diambil adalah petani lahan BMS pada umumnya memiliki pengalaman bertani kisaran 11 hingga 20 tahun atau 21 hingga 30 tahun. Hal ini menyatakan bahwa kemampuan (skill) yang dimiliki petani lahan BMS berada di bawah petani lahan MS. 6.3
Rata-rata Produktivitas Lahan Garam Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan berapa banyak hasil produksi yang mampu diperoleh dari satu satuan input produksi. Produktivitas lahan garam adalah banyaknya garam yang dihasilkan dari penggunaan satu satuan lahan garam. Rata-rata produktivitas lahan garam yang dimaksud dalam sub-bab ini adalah rata-rata jumlah garam yang mampu diproduksi dalam setiap hektar lahan garam yang digunakan. Dalam satu tahun, petani garam hanya mampu melakukan kegiatan produksi garam sebanyak satu kali. Jadi, musim garam hanya terjadi satu kali dalam satu tahun. Satu musim bisa terjadi empat hingga lima bulan. Lama musim garam ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang paling utama adalah kondisi cuaca selama proses produksi garam berlangsung. Jika musim kemarau memiliki rentang waktu yang panjang, maka musim garam dalam satu tahun tersebut juga panjang. Pun sebaliknya, jika musim kemarau memiliki rentang
39
waktu yang pendek, maka musim garam dalam satu tahun memiliki rentang waktu yang pendek. Musim garam di Desa Padelegan berlangsung rata-rata empat bulan dalam satu tahun, yakni bulan April hingga Agustus. Dua minggu dalam bulan pertama biasanya petani melakukan persiapan lahan garam. Kegiatan ini berupa penyiangan lahan garam, pembuatan petak garam, hingga peengeringan lahan garam. Tiga bulan selanjutnya proses produksi hingga pemanenan berlangsung. Dalam satu bulan, pemanenan dapat dilakukan sebanyak empat hingga lima kali panen. Sehingga dalam satu tahun, pemanenan dapat dilakukan sebanyak 16 hingga 20 kali. Dalam satu kali pemanenan, jumlah garam yang dapat dipanen dapat mencapai empat ton. Sehingga dalam satu tahun, jumlah garam yang dapat dipanen adalah sejumlah 80 ton. Kembali kepada rata-rata produktivitas lahan garam Desa Padelegan. Setiap kelompok petani dihitung rata-rata produktivitasnya kemudian dilihat kelompok petani mana yang paling produktif dalam menghasilkan produk garam. Tabel 6.2 berikut menyajikan informasi mengenai rata-rata produktivitas lahan dari setiap kelompok petani. Tabel 6.2 Rata-rata Produktivitas Petani Garam Rakyat No. 1. 2.
Kelompok Petani
Lahan Milik Sendiri Lahan Bukan Milik Sendiri Petani dengan Lahan Sewa Petani dengan Lahan Bagi Hasil Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha) 75,80 58,86 76,44
Tabel 6.2 di atas menyebutkan bahwa petani lahan MS memiliki rata-rata produktivitas sebesar 75,80 ton per hektar. Berbeda dengan petani lahan BMS yang terbagi menjadi dua. Petani SW memiliki rata-rata produktivitas sebesar 58,86 ton per hektar dan petani BH memiliki produktivitas sebesar 76,44 ton per hektar. Informasi ini dapat memberikan kesimpulan bahwa petani BH relatif lebih produktif daripada kelompok petani lainnya, yakni petani lahan MS dan petani SW. Banyak faktor yang mempengaruhi petani BH relatif lebih produktif daripada kelompok petani lainnya, salah satunya adalah kemampuan (skill) petani BH lebih tinggi daripada dua kelompok petani garam lainnya. Petani BH adalah pendatang dari Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep yang memang memiliki kemampuan (skill) tinggi dalam produksi garam. Selain itu, faktor motivasi petani untuk melakukan produksi garam juga turut berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Petani lahan milik sendiri merupakan petani garam yang pekerjaan utamanya adalah Pegawai Negeri, wiraswasta, atau pekerjaan yang tidak menjadikan petani garam sebagai pekerjaan utama. Hal ini membuat petani lahan milik sendiri tidak terlalu memiliki motivasi tinggi untuk menghasilkan garam yang tinggi. Hal inilah yang membuat produktivitas lahan garam petani milik sendiri loebih rendah dibandingkan dengan petani bagi hasil.
40
6.4
Analisis Tingkat Pendapatan Petani Garam Rakyat Pendapatan usaha garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dihitung berdasarkan kepemilikan lahannya. Pendapatan dihitung dengan menghitung selisih struktur penerimaan dengan struktur biaya. Masing-masing kelompok petani memiliki struktur biaya dan struktur penerimaan yang berbeda. Struktur biaya yang dihadapi oleh setiap kelompok petani terdiri atas total biaya tetap (TFC), total biaya variabel (TVC), pajak, dan faktor penyusutan. Nilai-nilai tersebut dijumlahkan dan dihitung rata-rata biaya yang dihadapi oleh kelompok petani garam. Faktor penyusutan yang dimaksud adalah penyusutan input produksi. Penyusutan input ini pada umumnya terjadi pada input yang memiliki umur ekonomi. Cara menghitung nilai penyusutan suatu input adalah dengan cara membagi nilai pembelian (harga beli) terhadap umur ekonomi input tersebut. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai nilai penyusutan input ditampilkan dalam Tabel 6.3 berikut ini. Tabel 6.3 Faktor Penyusutan Setiap Input Produksi Garam Rakyat No.
Input
1.
Lahan Tambak
2.
Umur Ekonomi (Tahun)
Harga Beli (Rp/Unit)
Penyusutan (Rp)
-
100.000.000
-
Gudang Besar
30
20.000.000
666.700
Gudang Kecil
5
5.000.000
.1000.000
3.
Kincir
8
1.000.000
125.000
4.
Pompa Air
5
4.000.000
800.000
5.
Slender
10
750.000
75.000
6.
Sorkot
4
200.000
50.000
7.
Pencacah
3
100.000
33.350
8.
Sedong
2
100.000
50.000
9.
Bambu
1
10.000
10.000
10.
Baumeter
3
20.000
6.700
11.
Keranjang
2
50.000
25.000
3
25.000
8.350
12. Tambang Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Struktur penerimaan merupakan total penerimaan yang diterima oleh setiap petani responden yang diwawancarai. Penerimaan ini berasal dari penjualan garam KP 1, KP 2, dan KP 3. Jumlah garam KP 1, KP 2, dan KP 3 yang terjual dihitung dari rata-rata jumlah penjualan masing-masing kelompok petani garam. Selanjutnya, rata-rata total penerimaan setiap kelompok petani garam diperoleh dengan mengalikan rata-rata jumlah penjualan garam yang dilakukan selama satu musim. Struktur biaya dan penerimaan masing-masing kelompok petani tersaji dalam Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5. Rata-rata pendapatan diperoleh dengan cara mengurangi rata-rata penerimaan dengan rata-rata pengeluaran dari setiap kelompok petani garam. Secara rinci, rata-rata pendapatan petani garam rakyat disajikan dalam Tabel 6.4.
41
Tabel 6.4 di bawah memberikan informasi mengenai rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh setiap kelompok petani garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Petani garam terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kepemilikan lahan. Kelompok pertama adalah petani lahan MS. Kelompok petani garam yang kedua adalah petani lahan BMS yang terbagi lagi menjadi dua, yakni petani dengan lahan sewa (SW) dan petani dengan lahan bagi hasil (BH). Struktur penerimaan pada petani lahan MS memiliki rincian sebagai berikut. Sebesar 28,09 % berasal dari penjualan garam KP 1, sebesar 40,45 % berasal dari penjualan garam KP 2, dan sebesar 31,46 % berasal dari penjualan garam KP 3. Rata-rata total pengeluaran dalam kelompok petani garam lahan MS adalah sebesar Rp 58.602.100. Rata-rata pendapatan kelompok petani lahan MS musim 2014 adalah sebesar Rp 21.250.700 per orang. Artinya, petani garam rakyat yang termasuk dalam kelompok ini memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 21.250.700 per orang dalam satu musim terakhir. Nilai tersebut dapat dikatakan sebagai keuntungan usaha tani garam yang diperoleh oleh petani garam kelompok lahan MS adalah sebesar Rp 21.250.700 per orang dalam satu musim terakhir. Tabel 6.4 Rata-rata Pendapatan Petani Garam Rakyat No.
Komponen
Rata-rata Pendapatan (Rp) Bukan Milik Sendiri Milik Sendiri Sewa Bagi Hasil
1.
Penerimaan KP 1 KP 2 KP 3 Total Penerimaan 2. Pengeluaran TFC TVC Pajak Penyusutan Total Pengeluaran 3. Pendapatan Sumber : Data Primer Diolah (2015)
22.430.550 32.300.000 25.122.250 79.852.800
14.625.000 21.060.000 16.380.000 52.065.000
9.166.700 13.200.000 10.266.700 32.633.350
12.277.800 39.350.000 176.600 4.205.900 58.602.100 21.250.700
11.000.000 24.345.450 197.500 3.807.100 39.350.550 12.714.500
0 18.981.400 117.150 1.730.200 20.828.750 11.804.600
Rata-rata pendapatan kelompok petani garam yang kedua terbagi menjadi dua. Petani dengan lahan sewa memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 12.714.500 per orang. Artinya, petani garam dengan lahan sewa memperoleh keuntungan dari usaha tani garam sebesar Rp 12.714.500 per orang dalam satu musim terakhir. Petani dengan lahan bagi hasil memiliki rata-rata pendapatan yang lebih kecil, yakni sebesar Rp 11.804.600 per orang. Artinya, keuntungan yang diperoleh oleh petani ini adalah sebesar Rp 11.804.600 per orang dalam satu musim terakhir. Struktur penerimaan pada petani garam dengan lahan bukan milik sendiri ternyata sama dengan struktur penerimaan pada petani dengan lahan milik sendiri, yakni Sebesar 28,09 % berasal dari penjualan garam KP 1, sebesar 40,45 % berasal dari penjualan garam KP 2, dan sebesar 31,46 % berasal dari penjualan garam KP 3. Rata-rata total pengeluaran pada kelompok petani garam dengan
42
lahan sewa adalah sebesar Rp 39.350.550 dan Rata-rata total pengeluaran pada kelompok petani garam dengan lahan sewa adalah sebesar Rp 20.828.750. Berdasarkan Tabel 6.4, kelompok petani yang memiliki rata-rata pendapatan tertinggi adalah kelompok petani lahan MS. Sedangkan dalam kelompok petani lahan BMS, petani dengan lahan sewa memiliki rata-rata pendapatan lebih tinggi daripada petani dengan lahan bagi hasil. Selisih rata-rata pendapatan kedua kelompok petani ini hanya sebesar Rp 909.900 per orang. Adanya perbedaan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap kelompok petani garam telah diuji dengan Uji Signifikansi Perbedaan Pendapatan dengan menggunakan program SPSS 22. Berdasarkan hasil uji signifikansi, perbedaan rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani garam rakyat dinyatakan signifikan dengan taraf nyata (α) 5 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan antara kepemilikan lahan (Lahan Milik Sendiri dan Lahan Bukan Milik Sendiri) terhadap rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani garam rakyat. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis pendapatan petani garam rakyat ini adalah kelompok petani lahan milik sendiri lebih menguntungkan daripada kelompok petani bukan lahan milik sendiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pendapatan kedua kelompok petani garam rakyat seperti yang telah tersaji dalam Tabel 6.4. Penyebab lain perbedaan pendapatan tersebut adalah adanya dominasi peran tengkulak dalam sistem ‘Partelon’ Bagi Hasil. Dominasi Peran Tengkulak dalam Sistem ‘Partelon’ Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan suatu sistem kontrak yang telah mengakar di kalangan petani garam dengan sistem bagi hasil (BH). Terdapat dua pemain utama dalam sistem ini, yakni pemilik lahan dan petani penggarap. Pemilik lahan adalah seseorang yang memiliki lahan garam dan modal produksi namun tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha garam sendiri. Oleh karena alasan itu, pemilik lahan memilih untuk memperkerjakan orang lain, yang tidak lain adalah petani penggarap, untuk menggarap lahan gram miliknya. Pemilik lahan pada umumnya adalah Tengkulak. Pemilik lahan tidak hanya memberikan ‘pinjaman’ lahan garam, namun juga modal produksi. Modal produksi ini selanjutnya digunakan sebagai modal untuk melakukan kegiatan produksi garam oleh petani penggarap. Petani penggarap adalah petani dengan sistem bagi hasil (BH), merupakan petani yang dipekerjakan oleh pemilik lahan. Petani penggarap memperoleh ‘pinjaman’ lahan garam. Lahan garam ini selanjutnya akan digarap selama satu tahun. Waktu garapan bisa saja diperpanjang oleh petani penggarap. Semua bergantung pada hasil kesepakatan kedua belah pihak. Bukan hanya memberikan ‘pinjaman’ lahan garam, petani penggarap juga diberikan ‘pinjaman’ modal produksi. Kedua ‘pinjaman’ ini tidak memiliki bunga. Bentuk ‘pinjaman’ ini seolah menjadi hak bagi petani penggarap sebagai pemain utama dalam sistem bagi hasil. Lantas, konsekunsi yang harus diterima oleh petani penggarap adalah adanya kewajiban menjual kepada pemilik lahan yang tidak lain adalah Tengkulak. Hak dan kewajiban ini merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh masing-masing pemain. Hal menarik lainnya dalam sistem bagi hasil adalah adanya sistem ‘partelon’. Partelon merupakan suatu istilah yang digunakan dalam sistem bagi
43
hasil yang berarti bagi tiga. Pembagian hasil usahatani ini dideskripsikan sebagai berikut : pemilik lahan memperoleh dua bagian, sedangkan petani penggarap hanya memperoleh satu bagian saja. Hasil usaha garam diperoleh dari pengurangan penerimaan hasil penjualan garam terhadap biaya yang dikeluarkan oleh petani penggarap, termasuk ‘pinjaman’ modal produksi. Selanjutnya, hasil usahatani tersebut dibagi menjadi tiga bagian dan diberikan sesuai dengan porsi dan kesepakatan kedua belah pihak. Berdasarkan analisis ini, petani penggarap diestemasi memperoleh pendapatan yang lebih kecil lagi. Sistem ‘Partelon’ Bagi Hasil di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, kabupaten Pamekasan dirasa telah mengakar. Bahkan, sistem ini dapat dikatakan sebagai kearifan lokal. Petani penggarap dirasa akan kesulitan untuk meninggalkan sistem ini. 6.5
Analisis Saluran Pemasaran Garam Rakyat
6.5.1
Saluran Pemasaran Pemasaran atau tataniaga adalah kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen hingga ke tangan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran atau saluran tataniaga dapat diartikan sebagai kumpulan atau himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari tangan produsen menuju tangan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan terdapat dua saluran utama. Penelitian ini hanya menganalisis saluran pemasaran hingga di tingkat Tengkulak saja. Penelitian ini tidak menganalisis hingga tingkat konsumen akhir karena terdapat beberapa alasan, salah satunya adalah keterbatasan waktu penelitian. Namun, penelitian ini tidak mengurangi tujuan utama, yakni melihat tingkat efisiensi saluran pemasaran yang selama ini dihadapi oleh petani garam rakyat. Saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dapat digambarkan pada Gambar 6.1 berikut ini. 6.525 ton (100 %) Petani
Tengkulak
6.525 ton (100 %) Tengkulak 2 Tengkulak 3 3.915 ton (60 %)
Tengkulak1
Perusahaan Pengolah Garam
2.610 ton (40%) %)
6.525 ton (100%) %)
Pengumpul 3.915 ton (60 %)
Gambar 6.1 Saluran Pemasaran Garam Rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan
44
Catatan : Lembaga Pemasaran yang Dianalisis Lembaga Pemasaran yang Tidak Dianalisis Jumlah Garam yang Dipasok dari Petani Garam Rakyat Gambar 6.1 memberikan informasi bahwa terdapat dua saluran utama dalam pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, yakni Saluran Pemasaran 1 : Petani – Tengkulak (Tengkulak 1) – Perusahaan Pengolah Garam Saluran Pemasaran 2 : Petani – Tengkulak (Tengkulak 2 & Tengkulak 3) – Pengumpul – Perusahaan Pengolah Garam Total produksi petani garam rakyat dalam satu musim terkahir adalah sejumlah 6.525 ton. Total produksi ini adalah total produksi petani garam dengan lahan kepemilikan yang berbeda. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Total produksi tersebut dipasarkan kepada pembeli utama, yakni Tengkulak. Pembeli pertama dalam sistem pemasaran garam rakyat adalah Tengkulak. Setelah melewati Tengkulak, terdapat dua kemungkinan. Pertama, garam selanjutnya dipasarkan langsung ke perusahaan pengolah garam. Kedua, garam dijual ke Pengumpul lalu baru dipasarkan ke perusahaan pengolah garam. Saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2 adalah saluran pemasaran yang paling sering digunakan oleh petani. Namun, saluran yang lebih banyak memasok garam ke perusahaan pengolah garam adalah saluran pemasaran 2, dengan penjualan sebesar 60 %. Artinya, dari total produksi garam rakyat yang dihasilkan oleh petani garam di Desa Padelegan, sebanyak 3.915 ton dipasarkan melalui Pengumpul. Sisanya, yakni sekitar 40 % atau sebesar 2.610 ton produksi garam rakyat langsung dipasarkan melalui Tengkulak. Sistem pemasaran garam rakyat, kepemilikan lahan ternyata juga memberikan pengaruh terhadap pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Kepemilikan lahan dengan sistem bagi hasil mempunyai suatu hal yang unik dalam pemasaran garam rakyat. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa seolah-olah terdapat hak dan kewajiban dalam sistem kepemilikan lahan bagi hasil. Petani dengan lahan bagi hasil seolah memiliki kewajiban untuk menjual garam produksinya kepada petani pemilki lahan tempat petani dengan lahan bagi hasil bekerja. Perlu diketahui bahwa Tengkulak dalam sisitem pemasaran garam ini adalah petani pemilik lahan dalam sistem kepemilikan lahan bagi hasil. Sehingga, petani dengan lahan bagi hasil dipastikan melakukan pemasaran kepeada tengkulak-tengkulak tersebut. Saluran pemasaran 1 menerima total penjualan garam dari petani sejumlah 6.525 ton. Ini berarti seluruh petani garam dipastikan melakukan penjualan garamnya kepada Tengkulak. Pembeli pertama dari petani adalah Tengkulak. Tengkulak adalah petani pemilik lahan yang memang memiliki lahan dan modal yang cukup besar. Bisnis garam yang dijalani oleh Tengkulak dapat dikatakan mencapai skala Pulau Madura. Rata-rata Tengkulak adalah pembeli yang cukup besar dan sudah dikenal di kalangan pebisnis garam di Kabupaten Pamekasan,
45
bahkan di Pulau Madura. Tengkulak menggunakan sumberdaya lahan yang luas untuk dapat mengamankan fungsi storage garam. Artinya, Tengkulak sengaja menggunakan sistem bagi hasil untuk terus menjaga stok garam di gudang miliknya. Penjualan selanjutnya adalah Perusahaan Pengolah Garam. Dalam Saluran Pemasaran 1, Tengkulak langsung memasarkan garam yang ada di dalam gudang ke berbagai perusahaan pengolah garam di dalam maupun di luar Pulau Madura. Rata-rata, Tengkulak dalam Saluran Pemasaran 1 langsung memasarkan hampir seluruh garam yang dia beli dari petani ke perusahaan pengolah garam yang berada di luar Pulau Madura. Hal ini dikarenakan Tengkulak dalam saluran pemasaran 1 ini telah mengantongi surat izin untuk melakukan penjualan langsung kepada perusahaan pengolah garam yang memang telah lama melakukan kerjasama. Dengan demikian, perusahaan pengolah garam menerima garam dari Saluran Pemasaran 1 sejumlah 2.610 ton atau mencapai 40 % dari produksi total petani garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Saluran Pemasaran 2 berbeda dengan Saluran Pemasaran 1. Setelah melakukan penjualan kepada Tengkulak, penjualan selanjutnya harus melalui Pedagang Pengumpul. Hal ini terjadi karena Tengkulak dalam Saluran Pemasaran 2 tidak memiliki surat izin penjualan langsung kepada perusahaan pengolah garam. Oleh sebab itu, penjualan garam dalam Saluran Pemasaran 2 perlu melewati Pedagang Pengumpul. Petani yang menjual garam kepada Tengkulak dalam saluran ini adalah petani yang memang telah memiliki kerjasama dalam hal sistem bagi hasil. Jumlah pembelian yang dapat dilakukan oleh Tengkulak dalam Saluran Pemasaran 2 sebesar 60 % dari total produksi garam rakyat atau sejumlah 3.915 ton. Selanjutnya, Tengkulak melakukan penjualan kepada Pedagang Pengumpul. Pedagang Pengumpul adalah pedagang yang menghubungkan antara Tengkulak dengan Perusahaan Pengolah Garam. Pedagang Pengumpul memiliki surat izin untuk melakukan penjualan garam kepada perusahaan tersebut. Pada umumnya, pedagang pengumpul memiliki skala usaha lebih besar dari Tengkulak. Selain itu, Pedagang Pengumpul juga memiliki hubungan dengan Tengkulak. Artinya, Tengkulak adalah bawahan dari Pedagang Pengumpul yang tugasnya adalah mencari garam untuk dipasok ke perusahaan pengolah garam. Dalam Saluran Pemasaran 2, Pengumpul adalah pedagang yang skala usahanya melebihi skala usaha Tengkulak dalam Saluran Pemasaran 2. Berdasarkan informasi dari Tengkulak Saluran Pemasaran 2, Pengumpul memiliki banyak tengkulak sebagai bawahannya dalam mencari garam. Dalam satu musim terakhir, Pengumpul telah melakukan pembelian garam dari Tengkulak sebesar 3.915 ton atau sekitar 60 % dari total produksi garam rakyat. Selanjutnya, Pengumpul A memasarkan garam yang dibelinya dari Tengkulak ke beberapa perusahaan pengolah garam. Tengkulak dalam Saluran Pemasaran 2 memberikan informasi bahwa Pedagang Pengumpul sering memasok garam ke beberapa perusahaan pengolah garam yang berada di luar Pulau Madura. Pedagang Pengumpul dapat dikatakan sebagai pedagang yang memang diutus oleh Perusahaan Pengolah Garam untuk mencari pasokan garam di Kecamatan Pademawu. Sehingga, Perusahaan Pengolah Garam memperoleh pasokan garam
46
sebanyak 3.915 ton dari total produksi garam rakyat Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu atau sekitar 60 % selama musim 2014 kemarin. 6.5.2
Fungsi Pemasaran Analisis saluran pemasaran juga menganalisis fungsi setiap lembaga pemasaran. Masing-masing lembaga dalam setiap saluran pemasaran dilihat dan dianalisis fungsinya dalam memasarkan garam rakyat hingga ke tingkat konsumen. Namun, penelitian kali ini tidak menganalisis hingga ke tingkat konsumen. Peneliti hanya menganalisis lembaga pemasaran hingga tingkat tengkulak saja. Hal ini telah disebutkan mengenai batasan penelitian di bagian awal. Asmarantaka (2012) dalam bukunya menyebutkan bahwa fungsi saluran pemasaran seperti terdiri atas tiga fungsi utama, yakni fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi fungsi jual dan fungsi beli. Fungsi fisik meliputi fungsi angkut, fungsi kemas, dan fungsi simpan. Dan fungsi fasilitas meliputi fungsi sortir, fungsi resiko, fungsi biaya, dan fungsi informasi pasar. Analisis fungsi pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan pada umumnya tertera dalam Tabel 6.5 berikut ini. Tabel 6.5 Fungsi Lembaga Pemasaran Garam Rakyat Saluran & Lembaga Pemasaran
Pertukaran Jual Beli
Kemas
Fungsi Pemasaran Fisik Angkut Simpan Sortir
SP 1 Petani + * + + Tengkulak + + * + + SP 2 Petani + * + + Tengkulak + + * + + Sumber : Data Primer Diolah (2015) Keterangan : + : Melakukan fungsi pemasaran * : Kadang-kadang melakukan fungsi pemasaran : Tidak melakukan fungsi pemasaran
Fasilitas Resiko Biaya
Informasi Pasar
* +
+
+
+ +
* +
-
+
+ +
Fungsi Pemasaran Petani Petani garam rakyat adalah petani yang melakukan usaha garam dan melakukan semua proses produksi garam, dimulai dari persiapan lahan hingga pemanenan. Petani garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan ini dibedakan menjadi tiga kategori petani berdasarkan kepemilikan lahannya. Setelah proses pemanenan, petani dari berbagai kategori tersebut melakukan pemasaran untuk mendapatkan penerimaan yang nantinya dapat menggantikan usahanya selama berproduksi garam. Semua saluran pemasaran garam rakyat yang diuraikan di atas, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani adalah sama. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan. Fungsi penjualan ini terjadi dari petani kepada pembeli, yakni tengkulak. Petani melakukan semua fungsi pemasaran dalam fungsi fisik, yakni fungsi pengemasan,
47
fungsi pengangkutan, dan fungsi penyimpanan. Setelah proses pemanenan, petani pasti melakukan pengemasan terhadap garam yang dipanen. Hal ini segera dilakukan oleh petani karena sifat garam yang tidak dapat bertahan lama. Fungsi pengangkutan dilakukan setelah fungsi pengemasan selesai dilakukan. Petani melakukan fungsi ini untuk memindahkan garam yang telah dikemas dari lahan garam ke tempat pengumpulan atau biasa disebut gudang. Hal ini tentu bertujuan untuk melindungi garam yang telah dikemas dari faktor cuaca, misalnya hujan yang dapat merusak garam hasi produksi. Fungsi pengangkutan ini dapat dilakukan dengan menggunakan mobil pick up, sepeda, atau alat transportasi lainnya yang dapat memindahkan garam ke tempat pengumpulan (gudang). Setelah diangkut, garam yang telah dikemas akan disimpan di dalam tempat penumpulan (gudang) tersebut. Inilah yang disebut dengan fungsi penyimpanan. Lama fungsi penyimpanan bergantung kepada waktu pembelian oleh tengkulak. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani garam rakyat pada umumnya adalah fungsi penyortiran dan fungsi informasi pasar. Petani garam tidak selalu melakukan fungsi penyortiran. Hal ini bergantung pada tengkulak yang akan melakukan fungsi pembelian. Jika tengkulak meminta untuk melakukan penyortiran, maka petani akan melakukannya. Terdapat upah untuk melakukan fungsi tersebut. Bukan hanya itu, terdapat kemampuan (skill) tertentu dalam melakukan fungsi penyortiran. Hanya petani atau tengkulak yang memang memahami kualitas garam KP 1, KP 2, dan KP 3 yang dapat dengan tepat melakukan fungsi tersebut. Fungsi informasi pasar yang dilakukan petani berkaitan dengan kemampuan petani garam dalam mengakses harga garam, baik harga beli mapun harga jual. Hampir semua petani garam yang diwawancarai oleh peneliti mengaku dapat mengakses informasi tersebut. Meskipun tidak semua informasi pasar dapat diakses oleh petani karena terdapat faktor kesengajaan penghambatan informasi yang dilakukan oleh tengkulak. Petani dalam Saluran Pemasaran 1 dan Saluran Pemasaran 2 memiliki fungsi pemasaran yang sama. Petani dengan kepemilikan lahan yang berbeda juga memiliki fungsi pemasaran yang sama. Artinya, tidak ada perbedaan yang mencolok yang dilakukan oleh petani garam dalam berbagai saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Fungsi Pemasaran Tengkulak Lembaga pemasaran yang langsung berhubungan dengan petani adalah tengkulak. Tengkulak berperan begitu dominan dalam kegiatan usaha garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tengkulak dapat dikatakan memiliki peranan yang strategis dalam berbagai sistem, misalnya peranan dalam sistem pembiayaan atau permodalan dan sistem pemasaran. Sistem pembiayaan atau permodalan berkaitan dengan pemberian pinjaman modal produksi kepada petani penggarap dalam sistem lahan bagi hasil. Sedangkan dalam sistem pemasaran berkaitan dengan adanya ‘kewajiban’ bagi petani dengan lahan bagi hasil untuk menjual hasil produksi garam kepada tengkulak yang telah memberikan pinjaman modal produksi. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh tengkulak adalah fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan dalam membeli hasil produksi garam dari petani. Fungsi penjualan terjadi dari tengkulak kepada pedagang pengumpul. Saluran Pemasaran 2 melakukan fungsi penjualan ini kepada pedagang
48
pengumpul. Berbeda dengan Saluran Pemasaran 1 yang melakukan fungsi penjualan langsung kepada perusahaan pengolah garam. Hal ini terjadi karena Tengkulak dalam saluran pemasaran 1 memiliki surat izin yang membuatnya dapat melakukan direct selling kepada perusahaan garam tanpa melalui pedagang pengumpul terlebih dahulu. Fungsi fisik yang dilakukan oleh ketiga tengkulak adalaha sama, yakni fungsi pengemasan, fungsi pengangkutan, dan fungsi penyimpanan. Fungsi pengemasan berupa pengemasan ulang garam yang telah dikemas oleh petani. Hal ini terjadi karena pengemasan yang dilakukan oleh petani terkadang tidak sesuai dengan standar perusahaan garam tertentu. Terlebih dalam saluran pemasaran 1 yang melakukan direct selling kepada perusahaan garam. Fungsi pengemasan menjadi hal penting bagi Tengkulak dalam saluran pemasaran 1. Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh tengkulak adalah proses pemindahan garam yang telah dikemas di temapt pengumpulan (gudang) hingga mencapai tempat pengumpulan (gudang) milik pedagang pengumpul atau perusahaan garam. Fungsi ini dilakukan dengan menggunakan truck yang memang biasa digunakan untuk memuat garam dari dan ke luar kota atau bahkan dari dan ke luar pulau. Fungsi fisik yang terakhir adalah fungsi penyimpanan. Fungsi penyimpanan ini berupa penyimpanan garam di dalam tempat pengumpulan (gudang). Masing-masing tengkulak dapat dipastikan memiliki tempat pengumpulan (gudang). Bukan hanya tengkulak, petani yang memang memiliki lahan yang luas juga dapat dipastikan memiliki tempat pengumpulan (gudang). Tempat pengumpulan (gudang) ini bertujuan untuk melindungi garam yang telah dikemas dari faktor-faktor yang dapat merusaknya, seperti cuaca (hujan), faktor keamanan (pencurian), dan lain sebagainya. Sifat garam yang mudah rusak membuat petani dan tengkulak perlu memiliki tempat pengumpulan (gudang). Fungsi pemasaran yang ketiga adalah fungsi fasilitas. Fungsi fasislitas yang pada umumnya dilakukan oleh tengkulak adalah fungsi penyortiran, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Ketiga fungsi tersebut dilakukan oleh semua tengkulak di semua saluran pemasaran. Hal yang berbeda terlihat pada Saluran Pemasaran 1. Tengkulak 1 juga melakukan fungsi resiko dalam melakukan pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Fungsi resiko berkaitan dengan direct selling yang dilakukannya. Tengkulak dalam saluran pemasaran 1 harus siap menanggung resiko pemasaran, seperti terjadi penurunan harga beli oleh perusahaan pengolah garam, penolakan pasokan oleh perusahaan garam, dan lain sebagainya. Berbeda dengan Tengkulak dalam saluran pemasaran 2 yang memang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan pengolah garam. Hal ini memperkecil resiko yang harus ditanggungnya. Fungsi penyortiran berkaitan dengan kegiatan menyortir garam berdasarkan kualitasnya, yakni KP 1, KP 2, dan KP 3. Fungsi ini dipastikan dilakukan oleh tengkulak, terlebih dalam Saluran Pemasaran 1. Tengkulak dalam saluran pemasaran 1 harus memastikan bahwa produk garam yang akan dijual ke peusahaan pengolah garam sudah disortir berdasarkan kualitas garam. Fungsi fasilitas yang dirasa paling menarik adalah fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh semua tengkulak. Saluran Pemasaran 1 dan Saluran Pemasaran 2 dapat disimpulkan melakukan fungsi pembiayaan. Hal ini berkaitan
49
dengan pemberian pinjaman modal produksi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, petani dengan lahan bagi hasil memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap tengkulak dalam hal pembiayaan usaha garam yang dilakukan oleh petani. Pinjaman modal produksi yang diberikan oleh petani pemilik lahan kepada petani penggarap adalah salah satu fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh tengkulak. Meskipun terdapat faktor ketidaksamaan (equity) dalam sistem bagi hasil, petani penggarap seolah tidak berdaya dan hanya menerima hasil kesepakatan bersama. Fungsi fasilitas terakhir adalah fungsi informasi pasar. Informasi pasar ini mengenai harga dan kualitas yang berlaku di pasar. Saluran Pemasaran 1 dan Saluran Pemasaran 2 melakukan fungsi ini. Semua tengkulak memberikan informasi mengenai harga jual dan informasi mengenai kualitas garam kepada petani. Begitu pula sebaliknya, perusahaan garam dan pedagang pengumpul juga memberikan informasi mengenai harga jual dan informasi mengenai kualitas garam kepada tengkulak. 6.6
Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Rakyat
6.6.1
Kualifikasi Garam Rakyat Garam rakyat dibedakan menjadi tiga berdasarkan kualitasnya. Istilah pengelompokan ini adalah KP atau Kualitas Produksi. Garam rakyat di Desa Padelegan sendiri juga terdapat tiga jenis, yakni KP 1, KP 2, dan KP 3. Hal ini telah sesuai dengan Kementerian Perdagangan (2011), mutu atau kualitas garam rakyat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : a. KP 1 yaitu kualitas produksi garam terbaik yang memenuhi syarat untuk bahan industri dan kosumsi. Secara fisik berwarna putih dan bersih. Sedangkan komposisi kimiawinya adalah NaCl 94,70 % , CaCl2 0,72 % , SaSO4 0,41 % , MgSO4 0.04 % , H2O 0,63 %. b. KP 2 yaitu kualitas produksi garam di bawah KP 1. Secara fisik, KP 2 memiliki warna agak kecokelatan akibat sedikit trcampur dengan tanah saat pemanenan. Untuk memenuhi standar sebagai bahan baku industri, garam KP 2 harus dikurangi kadar berbagai zat yang dikandungnya. c. KP 3 yaitu garam dengan kualitas terendah. Garam ini merupakan hasil pengerukan garam lapisan paling bawah sehingga campuran tanah atau lumpurnya lebih tinggi dibanding garam KP 2. Begitu pula tampilan fisik garam KP 3 berwarna cokelat. 6.6.2
Sistem Pembelian Garam oleh Tengkulak Hal ini berkaitan dengan cara membeli garam yang dilakukan oleh Tengkulak kepada kelompok petani. Masing-masing kelompok petani memiliki sistem pembelian garam yang berbeda. Perbedaan ini juga berkaitan dengan status atau hubungan yang mengikat antara petani dengan Tengkulak. Kelompok Petani Milik Sendiri (MS) Kelompok petani MS adalah petani yang sama sekali tidak memiliki hubungan yang mengikat dengan tengkulak. Petani kelompok ini memiiki kebebasan untuk melakukan penjualan kepada siapa pun. Petani ini tidak ada kewajiban untuk melakukan penjualan kepada tengkulak tertentu. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki suatu hal yang membuatnya memiliki kewajiban. Jika pun ada, hal ini hanya bersifat sementara. Berdasarkan hasil
50
wawancara, petani kelompok ini hanya menjual kepada tengkulak yang memang telah menjadi ‘langganan’. Artinya, jika ternyata tengkulak tersebut masih memiliki stok garam yang cukup, maka petani kelompok ini bebas menjual kepada tengkulak yang lain. Begitu pula sebaliknya, jika saja harga yang diterima petani kelompok ini lebih rendah, maka petani kelompok ini bebas untuk tidak melakukan penjualan kepada tengkulak ‘langganan’-nya. Kelompok Petani Bukan Milik Sendiri – Petani Sewa (SW) Kelompok petani ini hampir sama dengan petani MS. Kepemilikan lahan yang pada umumnya adalah tanah percaton, membuatnya tidak memiliki kewajiban untuk melakukan penjualan kepada tengkulak tertentu. Kebebasan untuk melakukan penjualan kepada siapa pun juga berlaku pada le;ompok petani ini. Tengkulak ‘langganan’ juga masih berlaku pada kelompok petani ini. Namun, tidak ada hal yang mengikat antara petni SD dengan Tngkulak ‘langganan’. Sehingga, petani SW bebas memasarkan produksi garamnya kepada siapa pun. Kelompok Petani Bukan Milik Sendiri – Petani Bagi Hasil (BH) Kelompok petani BH adalah kelompok petani yang berbeda dengan kedua kelompok lainnya. Kepemilikan lahan yang memang bukan miliknya, membuat petani kelompok ini seolah berkewajiban untuk melakukan penjualan kepada tengkulak yang tidak lain adalah pemilik lahan. Tengkulak ‘langganan’ seolah tidak ada lagi bagi petani BH, yang ada hanyalah tengkulak yang sifatnya wajib untuk menerima setoran hasil produksi lahan garam ‘pinjaman’-nya. Garam hasil produksi wajib dijual kepada tengkulak yang tidak lain adalah pemilik lahan. Dan garam ini disebut sebagai setoran. Tidak ada sanksi yang diberlakukan oleh pemilik lahan jika petani BH melakukan penjualan kepada tengkulak lain. Namun, sanksi dari norma sosial-lah yang akan menghukum petani BH tersebut. Norma sosial yang masih kuat di Desa Padelegan membuat petani BH pasrah dengan ketidaksetaraan (unequaty) ini. 6.6.3
Penentuan Harga Garam Sistem penentuan harga dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme, bisa dengan mekanisme harga pasar, mekanisme harga kebijakan pemerintah, dan yang lainnya. Sistem penentuan harga yang diberlakukan oleh Tengkulak kepada petani garam dapat dikatakan sebagai mekanisme campuran dari mekanisme harga pasar dan mekanisme harga kebijakan pemerintah. Hal ini didasarkan kepada hasil wawancara kepada tengkulak. Penentuan harga garam di tingkat petani adalah minimal sama dengan harga yang dikeluarkan dari kebijakan pemerintah. Selanjutnya, harga garam tersebut juga mengikuti mekanisme harga pasar. Jika harga pasar meningkat, maka Tengkulak akan melakukan kenaikan harga pula kepada petani garam. Pun sebaliknya, jika harga pasar mengalami penurunan, maka harga di tingkat petani mengalami penuurnan. Namun, berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya petani sangat jarang mengalami peningkatan harga garam jika harga pasar dinaikkan. Hal ini sudah mengindikasikan bahwa terdapat ketidaksetaraan (unequaty) antar lembaga pemasaran. Selanjutnya, masing-masing tengkulak juga memberlakukan harga yang berbeda garam. Jika kita lihat pada Tabel 6.10 yang menyatakan bahwa harga di
51
tingkat petani (Pf) pada berbagai KP garam adalah berbeda. Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3 memberlakukan Pf yang berbeda dalam KP garam yang sama. Perbedaan harga ini ternyata dampak dari besaran marjin pemasaran yang ingin diperoleh oleh masing-masing tengkulak. Kepemilikan lahan juga memberikan dampak kepada petani garam. Petani MS dan Petani SW cenderung masih memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan tawar-menawar meskipun kepempatan itu sangatlah kecil. Hal ini tentu berbeda dengan Petani BH. Petani BH tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk melakukan kegiatan tawar-menawar dalam penentuan harga. Secara keseluruhan, Tengkulak cenderung melakukan pennetuan harga sebagai price maker dan petani hanyalah sebagai price taker. Penentuan sebagai price maker dan price taker tidak sepenuhnya benar karena di dalamnya juga terdapat campur tangan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan mekanisme pasar. 6.6.4 Marjin Pemasaran Konsep marjin pemasaran pernah dikemukakan oleh Kohls dan Uhls (2002) yang mendefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Pr) dengan harga yang diterima oleh petani (Pf). Kohls dan Uhls juga menyatakan bahwa marjin pemasaran tersebut terdiri dari dua komponen, yakni besarnya biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Dalam penelitian ini, fokus utama saluran pemasaran garam hanya sampai di tengkulak. Jadi, marjin pemasaran akan dihitung hingga di tingkat tengkulak saja. Tabel 6.6 menampilkan marjin pemasaran untuk semua slauran pemasaran garam rakyat di Desa padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dalam satu musim terakhir, musim 2014. Tabel 6.6 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 1 Saluran Pemasaran Uraian
1 Nilai (Rp/Kg)
Petani 1 Biaya Produksi 2 Keuntungan 3 Harga Jual Tengkulak 1 Harga Beli 2 Biaya Pemasaran a Biaya Pengangkutan b Biaya Tenaga Kerja c Biaya Pengemasan d Retribusi Total Biaya Pemasaran 3 Keuntungan 4 Marjin Harga Jual Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Marjin Sumber : Data Primer Diolah (2015)
2 %
Nilai (Rp/Kg)
%
22 553 575
3,67 92,17 95,83
22 478 500
3,83 83,13 86,96
575
95,83
500
86,96
3,50 0,67 4.17 100,00 3,50 0,67 4,17
30 20 15 5 70 5 75 575 70 5 75
12,17 0,87 13,04 100,00 12,17 0,87 13,04
10 3 3 5 21 4 25 600 21 4 25
52
Analisis marjin pemasaran garam kualitas KP 1 di atas menunjukkan bahwa Saluran Pemasaran 1 memperoleh marjin yang lebi kecil dari saluran pemasaran lainnya. Marjin pemasaran yang diperoleh Saluran Pemasaran 1 hanya sebesar Rp 25 per kilogram atau hanya sebesar 4,17 %. Sedangkan Saluran Pemasaran 2 memperoleh marjin pemasaran sebesar Rp 75 per kilogram atau sebesar 13,04 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Saluran Pemasaran yang paling efisien karena nilai marjin pemasaran yang diperolehnya adalah paling kecil. Tabel 6.7 di bawah ini memberikan informasi mengenai marjin pemasaran garm kualitas KP 2 untuk semua saluran pemasaran. Hasil perhitungan di atas menyatakan bahwa Saluran pemasaran 1 menerima marjin pemasaran sebsar Rp 25 per kilogram atau sebesar 5,26 %. Saluran Pemasaran 2 menerima marjin pemasaran sebesar Rp 75 per kilogram atau sebesar 14,29 %. Saluran Pemasaran 2 adalah saluran pemasaran yang menerima nilai marjin pemasaran yang lebih besar dari Saluran Pemasaran 1, bahkan mencapai tiga kali lipat dari Saluran Pemasaran 1. Saluran Pemasaran 1 dapat dikatakan sebagai saluran pemasaran yang paling efisien karena nilai marjin pemasaran yang diterimanya paling kecil. Tabel 6.7 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 2 Saluran Pemasaran Uraian
1 Nilai (Rp/Kg)
Petani 1 Biaya Produksi 2 Keuntungan 3 Harga Jual Tengkulak 1 Harga Beli 2 Biaya Pemasaran a Biaya Pengangkutan b Biaya Tenaga Kerja c Biaya Pengemasan d Retribusi Total Biaya Pemasaran 3 Keuntungan 4 Marjin Harga Jual Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Marjin Sumber : Data Primer Diolah (2015)
2 %
Nilai (Rp/Kg)
%
14 436 450
2,95 91,79 94,74
14 436 450
2,67 83,04 85,71
450
94,74
450
85,71
3,50 0,67 4.17 100,00 4,42 0,84 5,26
30 20 15 5 70 5 75 525 70 5 75
13,33 0,95 14,29 100,00 13,33 0,95 14,29
10 3 3 5 21 4 25 475 21 4 25
Tabel 6.8 di bawah ini memberikan informasi mengenai marjin pemasaran yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam setiap saluran pemasaran garam kualitas KP 3. Hasil penghitungan menyatakan bahwa marjin pemasaran yang diterima oleh Saluran Pemasaran 1 adalah sebesar Rp 25 per kilogram atau hanya sebesar 5,88 %. Sedangkan Saluran Pemasaran 2 menerima marjin pemasaran sebesar Rp 75 per kilogram atau sebesar 15,79 %. Kesimpulan yang dapat diambil adalah saluran pemasaran garam kualitas KP 3 yang paling efisien adalah Saluran Pemasaran 1 dengan nilai marjin
53
pemasaran yang paling kecil. Sehingga petani garam rakyat dianjurkan untk melakukan pemasaran garam produksinya kepada Tengkulak 1 dalam Saluran Pemasaran 1. Hasil analisis efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dengan menggunakan alat marjin pemasaran menyatakan bahwa Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran garam yang paling efisien untuk semua kualitas garam (KP 1, KP 2, dan KP 3). Nilai marjin pemasaran yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam Saluran Pemasaran 1 bernilai kecil dan merupakan nilai terkecil dari dua saluran pemasaran lainnya. Tabel 6.8 Marjin Pemasaran Garam Rakyat KP 3 Saluran Pemasaran Uraian
1 Nilai (Rp/Kg)
Petani 1 Biaya Produksi 2 Keuntungan 3 Harga Jual Tengkulak 1 Harga Beli 2 Biaya Pemasaran a Biaya Pengangkutan b Biaya Tenaga Kerja c Biaya Pengemasan d Retribusi Total Biaya Pemasaran 3 Keuntungan 4 Marjin Harga Jual Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Marjin Sumber : Data Primer Diolah (2015)
2 Nilai (Rp/Kg)
%
%
15 385 400
3,53 90,59 94,12
15 385 400
3,16 81,05 84,21
400
94,12
400
84,21
4,94 0,94 5,88 100,00 4,94 0,94 5,88
30 20 15 5 70 5 75 475 70 5 75
14,74 1,05 15,79 100,00 14,74 1,05 15,79
10 3 3 5 21 4 25 425 21 4 25
Farmer’s Share Efisiensi saluran pemasaran dapat dilihat dengan menggunakan dua alat, yakni nilai marjin pemasaran dan farmer’s share. Analisis efisiensi saluran pemasaran dengan menggunakan marjin pemasaran telah dibahas di atas. Analisis yang kedua adalah farmes’s share. Masih dalam konsep yang diajukan oleh Kohls dan Uhls (1990), farmer’s share dinyatakan sebagai persentase harga yang diterima oleh petani (Pf) terhadap harga yang diterima di tingkat konsumen (Pr). Dalam penelitian ini, fokus utama hanya sampai di tingkat tengkulak. Jadi, marjin pemasaran akan dihitung hingga di tingkat tengkulak saja. Nilai farmer’s share dari setiap saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamaekasan disajikan dalam Tabel 6.9 berikut ini. Tabel 6.9 di bawah memberikan informasi bahwa Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran garam KP 1 yang paling menguntungkan bagi petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai farmer’s share sebesar 95,83 %. Artinya, petani garam rakyat memperoleh bagian sebesar 95,83 %. Saluran Pemasaran 2 dirasa kurang menguntungkan petani garam rakyat karena nilai farmer’s share masih 6.6.5
54
lebih kecil daripada Saluran Pemasaran 1, yakni sebesar 86,96 %. Nilai marjin pemasaran Saluran Pemasaran 1 juga memiliki nilai yang paling kecil di antara saluran pemasaran lainnya. Selain itu, lembaga yang terlibat di Saluran Pemasaran 1 juga lebih sedikit jumlahnya. Hal inilah yang membuat Saluran Pemasaran 1 dapat disimpulkan sebagai saluran pemasaran paling efisien untuk garam kualitas KP 1 di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tabel 6.9 Farmer’s Share Saluran Pemasaran Garam Rakyat Saluran Pemasaran
Harga di Tingkat Petani (Rp/Ton)
KP 1 Saluran Pemasaran 1 Saluran Pemasaran 2 KP 2 Saluran Pemasaran 1 Saluran Pemasaran 2 KP 3 Saluran Pemasaran 1 Saluran Pemasaran 2 Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Harga di Tingkat Tengkulak (Rp/Ton)
Farmer’s Share (%)
575.000 500.000
600.000 575.000
95,83 86,96
450.000 450.000
475.000 525.000
94,74 85,71
400.000 400.000
425.000 475.000
94,12 84,21
Tabel 6.9 di atas menyajikan informasi mengenai nilai farmer’s share yang diterima oleh petani untuk masing-masing saluran pemasaran garam kualitas KP 2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Saluran Pemasaran 1 masih memiliki nilai farmer’s share yang paling besar dibandingkan dua saluran pemasaran lainnya. Sebesar 94,74 % bagian dari harga yang diterima petani diterima oleh petani. Artinya, petani akan memperoleh keuntungan yang nilainya lebih besar jika melakukan penjualan di Saluran Pemasaran 1. Saluran Pemasaran 2 dirasa kurang menguntungkan bagi petani karena nilai farmer’s share-nya lebih kecil daripada Saluran Pemasaran 1. Selain itu, marjin pemasaran pada Saluran Pemasaran 2 lebih besar daripada nilai marjin pemasaran Saluran Pemasaran 1. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien untuk pemasaran garam kualitas KP 2 di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tabel 6.9 memberikan informasi bahwa Saluran Pemasaran 1 masih saja konsisten untuk memberikan bagian yang besar dalam pemasaran kepada petani, yakni sebesar 94,12 %. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa petani mendapatkan bagian pemasaran sebesar 94,12 %, sisanya dinikmati oleh lembaga pemasaran lainnya. Saluran Pemasaran 2 memberikan bagian pemasaran kepada petani sebesar 84,21 %. Nilai tersebut tidak terlalu buruk. Namun jika dibandingkan dengan Saluran Pemasaran 1, Saluran Pemasaran 1 masih kalah efisien dengan Saluran Pemasaran 1. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan di atas adalah Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien bagi petani untuk memasarkan garam kualitas KP 3. Dua alat analisis efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan memberikan kesimpulan bahwa Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien. Nilai marjin pemasaran yang diperoleh dari Saluran Pemasaran 1 adalah nilai yang paling kecil jika dibandingkan dengan dua saluran pemasaran lainnya.
55
Begitu pula dengan nilai farmer’s share dari Saluran Pemasaran 1 yang nilainya paling besar dari nilai yang lainnya. Saluran Pemasaran 1 dirasa paling menguntungkan bagi petani, baik petani dengan lahan sendiri, lahan sewa, maupun lahan bagi hasil. Saluran pemasaran yang pendek juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator keefisienan saluran pemasaran. Dengan demikian, petani dapat menggunakan Saluran Pemasaran 1 dalam memasarkan garam rakyat di masa mendatang. Perbedaan Tingkat Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Terdapat dua saluran pemasaran garam uatama yang dianalisis, yakni Saluran Pemasaran (SP) 1 dan Saluran Pemasaran (SP) 2. Peranan tengkulak dalam saluran pemasaran begitu besar. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, tengkulak adalah lembaga pemasaran pertama yang melakukan pembelian dan pembelian yang dilakukannya adalah pembelian langsung (direct selling) kepada petani. Semua hasil produksi dari petani yang menjadi responden melakukan penjualan pertama kali kepada tengkulak. Keberadaan tengkulak sebagai lembaga pemasaran pertama yang melakukan pembelian diindikasikan bahwa saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani garam selama ini tidak efisien. Saluran pemasaran yang efisien dapat diukur dengan beberapa indikator, di antaranya adalah : 1) Pendeknya saluran pemasaran, 2) Terdapat nilai tambah (value-added) terhadap produk yang dipasarkan, 3) Nilai Marjin Pemasaran (MP), 4) Nilai Farmer’s Share (FS) yang tinggi, 5) Terlaksananya fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran, dan 6) Adanya kesetaraan (equaty) antar lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil analisis, saluran pemasaran garam yang selama ini dihadapi oleh petani memaang relatif pendek. Dalam satu saluran pemasaran hanya terdapat tiga hingga empat lembaga pemasaran saja yang terlibat. Dengan demikian, indikator yang pertama dapat terpenuhi. Indikator yang kedua adalah terdapat nilai tambah (value-added) terhadap produk yang dipasarkan. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden yang merupakan petani dan tengkulak, menyatkan bahwa produk yang dipasarkan tidak terlalu banyak memiiki nilai tambah (value-added) dari petani ke tengkulak. Nilai tambah (value-added) cenderung diberikan oleh Perusahaan Pengolah Garam yang memang memiliki peralatan memadai untuk memproduksi garam yang siap dikonsumsi oleh konsumen. Nilai tambah (value-added) dari petani ke tengkulak hanya sebatas pembedaan garam berdasarkan KPnya, yakni KP 1, KP 2, dan KP 3. Pemberian nilai tambah (value-added) lainnya dilakukan oleh Perusahaan Pengolah Garam. Dengan demikian, indikator yang kedua ini dirasa kurang mampu dipenuhi. Indikator selanjutnya adalah besarnya nilai Marjin Pemasaran (MP). Suatu saluran pemasaran dikatakan efisien jika nilai MP yang dimilkinya adalah rendah. Semakin rendah nilai MP suatu saluran pemasaran, maka semakin efisien saluran pemasaran tersebut. Tabel 6.6 hingga Tabel 6.8 menyajikan informasi mengenai MP yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam setiap saluran pemasaran. Nilai
56
MP dari setiap saluran pemasaran dapat dikatakan relatif rendah. Namun, jika kita teliti lagi, lembaga pemasaran yang menerima marjin adalah Tengkulak. Bahkan dapat dikatakan bahwa marjin pemasaran tersebut berasal dari Tengkulak. Hal inilah yang membuat saluran pemasaran menjadi tidak efisien dan mengindikasikan adanya ketidaksetaraan (unequaty). Sehingga indikator ketiga ini belum dapat terpenuhi. Selanjutnya, saluran pemasaran dikatakan efisien jika saluran tersebut memiliki nilai FS yang tinggi. Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa nilai FS minimal 60 % sudah mencerminkan saluran pemasaran yang efisien. Berdasarkan hasil analisis di Tabel 6.9, nilai FS untuk setiap saluran pemasaran telah melebihi 60 %. Dengan demikian, indikator keempat ini dirasa telah dapat terpenuhi. Indikator kelima adalah terlaksananya fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan analisis fungsi pemasaran pada Tabel 6.5, baik petani maupun tengkulak telah melakukan fungsi pemasaran yang sesuai. Namun, fungsi pemasaran yang dilakukan belum mampu memberikan nilai tambah (value added) terhadap produk yang dipasarkan. Sehingga, kesimpulan yang dapat diambil adalah indikator ini belum terpenuhi. Indikator yang terakhir adalah adanya kesetaraan (equaty) antar lembaga pemasaran. Indikator ini menjadi adalah indikator yang paling utama. Adanya kesetaraan (equaty) diharapakan dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining postion) petani dalam penentuan harga. Namun, pada pembahasan di atas menyatakan bahwa masih banyak keridaksetaraan (unequaty) antar lembaga pemasaran, salah satunya adalah dalam penentuan harga garam. Terlebih bagi petani BH yang mana cenderung sebagai pice taker. Bukan hanya itu, dalam pembelian garam, petani BH seolah berkewajiban untuk menjual kepada Tengkulak. Hal ini berbeda dengan Petani MS dan Petani SW yang cenderung lebih bebas melakukan penjualan garam kepada siapapun. Perbedaan perlakuan ini juga dikatakan sebagai salah satu ketidaksetaraan (unequaty). Dengan demikian, indikator ini belum dapat terpenuhi. Dari beberapa indikator, poin (2) dan (6) adalah indikator yang paling penting. Hasil ananlisis menyatakan bahwa kedua indikator ini belum dapat terpenuhi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah saluran pemasaran garam di Desa Padelegan belum dapat dikatakan sebagai saluran pemasaran yang efisien. Saluran pemasaran ini masih sangat banyak dominansi peran tengkulak di dalamnya. Namun, jika membandingkan saluran pemasaran mana yang paling efisien, maka Saluran Pemasaran 1 lebih efisien daripada Saluran Pemasaran 2. 6.7
Estimasi Penerimaan dan Pendapatan Tengkulak dalam Pemasaran Garam Rakyat Analisis ini terdiri atas analisis penerimaan tengkulak dan analisis pendapatan tengkulak. Analisis penerimaan tengkulak digunakan untuk melihat tingkat penerimaan tengkulak sebagai dampak adanya perbedaan harga garam sebelum memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak. Analisis pendapatan digunakan untuk melihat pendapatan yang benar-benar diterima oleh tengkulak setelah memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak.
57
6.7.1
Estimasi Penerimaan Tengkulak dalam Pemasaran Garam Rakyat Analisis ini digunakan untuk mengestimasi penerimaan Tengkulak sebagai akibat dari adanya permainan harga yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan harga jual yang diterima petani garam rakyat dan harga jual yang diterima tengkulak. Penerimaan tengkulak diestemasi melalui perkalian antara jumlah hasil produksi yang dijual kepada tengkulak dan perbedaan harga. Hasil produksi yang dijual dibedakan berdasarkan jenis garam, yakni KP 1 , KP 2, dan KP 3. Selanjutnya, akan dihitung penerimaan total tengkulak (TRT) Kabupaten Pamekasan. Jumlah tengkulak yang dianalisis berjumlah tiga orang, yakni Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3. Langkah pertama adalah mengestimasi penerimaan masing-masing tengkulak dengan cara mengalikan perbedaan harga yang dia terima dari perusahaan garam dan harga yang dia berlakukan kepada petani terhadap jumlah garam yang dibelinya selama satu musim terakhir. Tabel 6.10 memberikan informasi mengenai penerimaan tengkulak untuk masingmasing kulaitas garam (KP 1, KP 2, dan KP 3). Tabel 6.10 Analisis Penerimaan Tengkulak dari Kualitas Garam Tengkulak
Komponen Harga (Rp/Ton) Pr Pf ∆P
Jumlah Garam yang Dibeli (Ton)
Total Penerimaan (Rp)
KP 1 1 2 3
600.000 675.000 575.000
575.000 500.000 500.000
Total Rata-rata KP 2 1 475.000 450.000 2 650.000 450.000 3 525.000 450.000 Total Rata-rata KP 3 1 425.000 400.000 2 3 475.000 400.000 Total Rata-rata Total Penerimaan Tengkulak Rata-rata Penerimaan Tengkulak Sumber : Data Primer Diolah (2015)
25.000 175.000 75.000
48.418 3.240 3.000 54.658 18.219
1.240.450.000 567.000.000 225.000.000 2.032.450.500 677.483.500
25.000 200.000 75.000
24.209 2.160 2.160 28.529 9.509
605.225.250 432.000.000 162.000.000 1.199.225.250 399.741.750
25.000 75.000
8.069 1.680 9.749 4.875
201.741.750 126.000.000 327.741.750 163.870.900 3.559.417.500 1.186.472.500
Garam Kualitas KP 1 Data di Tabel 6.10 memberikan informasi bahwa total penerimaan semua tengkulak (Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3) adalah sebesar Rp 2.032.450.500 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 677.483.500 per orang selama musim 2014 kemarin. Total pembelian garam dari seluruh petani di Kabupaten Pamekasan hampir mencapai 54.660 ton dengan rata-rata pembelian sebesar 18.219,34 ton per orang.
58
Penerimaan terbesar diperoleh oleh Tengkulak 1, yakni sebesar Rp 1.240.450.000. Hal ini terjadi karena jumlah garam yang mampu dibeli oleh Tengkulak 1 sangatlah besar. Tengkulak 1 mampu membeli garam KP 1 sejumlah 48.418,02 ton yang kemudian dikalikan dengan perbedaan harga yang terjadi, yakni sebesar Rp 25.000 per ton. Berbeda dengan Tengkulak 2 dan Tengkulak 3 yang cenderung lebih kecil penerimaannya daripada Tengkulak 1. Tengkulak 2 hanya bisa menjual 3.240 ton. Namun, perbedaan harga pada Tengkulak 2 sangat besar. Hal ini bisa terjadi karena salah satu faktornya adalah keuntungan yang diinginkan oleh Tengkulak 2 juga besar, sehingga Tengkulak 2 mengambil perbedaan harga yang besar, yakni sebesar Rp 175.000 per ton. Tengkulak 3 juga hanya melakukan pembelian garam sebesar 3.000 ton saja dengan perbedaan harga sebesar Rp 75.000 per ton. Sehingga penerimaan yang diterima oleh Tengkulak 3 sebesar Rp 225.000.000. Tengkulak 1 memperoleh harga jual dari perusahaan garam sebesar Rp 600.000 per ton dan memberlakukan harga beli kepada petani sebesar Rp 575.000 per ton. Tengkulak 2 memperoleh harga jual dari perusahaan garam yang lebih besar dari Tengkulak 1, yakni sebesar Rp 675.000 per ton dan memberlakukan harga beli kepada petani sebesar Rp 500.000 per ton. Sedangkan Tengkulak 3 memperoleh harga jual dari perusahaan garam sebesar Rp 575.000 per ton dan memberlakukan harga beli kepada petani sebesar Rp 500.000 per ton. Perbedaan harga ini bisa terjadi karena masing-masing tengkulak menjual garam kepada perusahaan garam yang berbeda. Tengkulak yang menjual garam ke peusahaan garam yang berada di luar Pulau Madura, Kota Surabaya misalnya, cenderung memperoleh harga yang lebih tinggi. Terkait perbedaan harga yang diberlakukan kepada petani semua bergantung pada struktur biaya yang ditanggung oleh masing-masing tengkulak. Jika struktur biaya yang ditanggung oleh tengkulak lebih besar, maka tengkulak tersebut akan mengambil perbedaan harga yang tinggi pula. Garam Kualitas KP 2 Tabel 6.10 memberikan informasi bahwa total penerimaan yang diterima oleh semua tengkulak (Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3) dari kualitas garam KP 2 selama musim 2014 adalah sebesar Rp 1.199.225.250 dengan ratarata penerimaan sebesar Rp 399.741.750 per orang. Total pembelian garam dari petani se-Kabupaten Pamekasan dalam musim 2014 hampir mencapai 28.530 ton dengan rata-rata penjualan 9.509,67 ton per orang. Tengkulak 1 masih memberikan porsi yang besar. Artinya, Tengkulak 1 mendapatkan penerimaan yang paling besar daripada tengkulak lainnya, yakni sebesar Rp 605.225.250. Hal ini bisa terjadi karena jumlah garam yang dijual oleh Tengkulak 1 dalam jumlah besar yakni 24.209,01 ton. Berbeda dengan Tengkulak 2 dan Tengkulak 3 yang memperoleh penarimaan bukan dari jumlah garam yang dijual melainkan dari perbedaan harga yang diberlakukan. Tengkulak 2 melakukan penjualan garam sejumlah 2.160 ton dan perbedaan harga yang diterimanya adalah sebesar Rp 200.000 per ton. Hasil pengalian dari dua variabel tersebut adalah sebesar Rp 432.000.000 dalam musim 2014 kemarin. Tengkulak 3 melakukan penjualan garam dengan jumlah yang sama, yakni sejumlah 2.160 ton dan perbedaan harga yang diterimanya sebesar Rp
59
75.000 per ton. Penerimaan yang diterima oleh Tengkulak adalah sebesar Rp 162.000.000 di musim 2014. Garam Kualitas KP 3 Berdasarkan Tabel 6.10, penerimaan Tengkulak 1 masih mendominasi dalam pemasaran garam kualitas KP 3. Tabel 6.21 memberikan informasi bahwa penerimaan Tengkulak 1 adalah sebesar Rp 201.741.750. penerimaan tersebut adalah hasil perkalian pembelian garam sejumlah 8.069,67 ton dengan perbedaan harga yang diterimanya, yakni sebesar Rp 25.000 per ton. Tengkulak 2 tidak memperoleh penerimaan dari adanya fenomena perbedaan harga ini. Tengkulak 2 mengatakan bahwa dalam musim 2014, perusahaan garam dan pedagang pengumpul yang bekerjasama dengannya kurang tertarik dengan garam kualitas KP 3. Penerimaan Tengkulak 3 adalah sebesar Rp 126.000.000 dalam musim 2014 kemarin. Hasil ini diperoleh dari pengalian jumlah pembelian garam sejumlah 1.680 ton terhadap perbedaan harga yang diterimanya, yakni sebesar Rp 75.000 per ton. Dengan demikian, total penerimaan dari pemasaran garam kualitas KP 3 tahun 2014 adalah sebesar Rp 327.741.750 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 163.870.900 per orang. Total pembelian garam dari petani dalam musim 2014 kemarin se-Kabupaten Pamekasan hampir mencapai 9.750 ton dengan rata-rata pembelian sebesar 4.875 ton per orang. Penerimaan Total Tengkulak Desa Padelegan Tahun 2014 Langkah selanjutnya adalah mengestimasi penerimaan total tengkulak Dsa Padelegan di tahun 2014. Nilai estimasi ini kiranya dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengestimasi penerimaan total seluruh tengkulak di Kabupaten Pamekasan. Estimasi penerimaan total tengkulak dapat menggunakan rumus berikut ini. TRT = TR1i + TR2i + TR3i TRT (Rp) = 2.032.450.500 + 1.199.225.250 + 327.741.750 TRT (Rp) = 3.559.417.500 Rata-rata Penerimaan Tengkulak (Rp) = 1.186.472.500 Penerimaan total tengkulak Desa Padelegan diestimasi sebesar Rp 3.559.417.500 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 1.186.472.500 per orang dalam musim 2014 kemarin. Nilai tersebut dapat dikatakan sebagai pendapatan kotor yang diterima oleh tengkulak. Pendapatan kotor tersebut belum menggambarkan keuntungan yang diterima tengkulak karena belum memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak. Nilai estimasi di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan penerimaan total tengkulak di seluruh Kabupaten Pamekasan. Nilai estimasi ini menggambarkan bahwa bisnis yang dijalankan oleh tengkulak dalam sistem kepemilikan lahan bagi hasil memberikan penerimaan yang cukup besar. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penarik untuk melakukan bisnis di usaha penggaraman. 6.7.2 Estimasi Pendapatan Tengkulak dalam Pemasaran Garam Rakyat Analisis ini digunakan untuk meengestimasi pendapatan yang benar-benar diterima oleh setiap tengkulak dari setiap KP garam yang dijualnya. Pendapatan ini dihitung dengan cara mengurangi penerimaan yang diterimanya terhadap biaya
60
pemasaran yang dikeluarkannya. Biaya pemasaran terdiri atas biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, dan retribusi. Analisis pendapatan ini dihitung untuk setiap tengkulak dan setiap KP garam. Jumlah tengkulak yang dianalisis berjumlah tiga orang, yakni Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3. Tabel 6.11 memberikan informasi mengenai penerimaan tengkulak untuk masing-masing kulaitas garam (KP 1, KP 2, dan KP 3). Tabel 6.11 Analisis Pendapatan Tengkulak dari Kualitas Garam Tengkulak
Jumlah Garam yang Dijual (Ton)
Total Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Total Pendapatan (Rp)
KP 1 1 48.418 1.240.450.000 2 3.240 567.000.000 3 3.000 225.000.000 Total Rata-rata KP 2 1 24.209 605.225.250 2 2.160 432.000.000 3 2.160 162.000.000 Total Rata-rata KP 3 1 8.069 201.741.750 2 3 1.680 126.000.000 Total Rata-rata Total Pendapatan Tengkulak (Rp) Rata-rata Pendapatan Tengkulak (Rp) Sumber : Data Primer Diolah (2015)
1.016.778.000 226.800.000 210.000.000
223.672.000 340.200.000 15.000.000 578.872.000 192.857.300
508.389.000 151.200.000 151.200.000
96.836.250 280.800.000 10.800.000 388.436.250 129.478.750
169.449.000 117.600.000
32.292.750 8.400.000 40.692.750 20.346.400 1.008.001.000 336.000.300
Garam Kualitas KP 1 Total pendapatan dari garam kualitas KP 1 adalah sebesar Rp 578.872.000 dalam satu musim 2014 dengan rata-rata pendapatan Rp 192.857.300 per orang per tahun. Tengkulak 1 menerima pendapatan bersih sebesar Rp 223.672.000 dengan total biaya yang dikeluarkan sekitar 81,87 persen dari total penerimaan yang diperoleh dari penjualan garamnya. Tengkulak 2 memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 334.200.000 dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 226.800.000 atau sekitar 40 persen dari penerimaan yang diterimanya. Tengkulak 3 memperoleh pendapatan yang paling rendah, yakni sebesar Rp 15.000.000 dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 210.000.000 atau sekitar 93,33 persen dari total penerimaannya. Garam Kualitas KP 2 Selanjutnya, total pendapatan tengkulak dari penjualan garam kualitas KP 2 adalah sebesar Rp 388.436.250 dalam satu musim 2014 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 129.478.750 per orang per tahun. Tengkulak 1 menerima pendapatan sebesar Rp 96.836.250 dengan total biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran sebesar 508.389.000 atau sekitar 83,99 persen dari total
61
penerimaannya. Tengkulak 2 menerima pendapatan bersih sebesar Rp 280.800.000 dengan total biaya yang dikeluarkan mencapai 35 persen sari total penerimaannya. Tengkulak 3 memperoleh pendapatan sebesar Rp 10.800.000 dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 151.200.000 atau sekitar 93,33 persen dari total penerimannya. Garam Kualitas KP 3 Total pendapatan yang diterima oleh tengkulak dari penjualan garam KP 3 adalah sebesar Rp 40.692.750 selama musim 2014 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 20.346.400 per orang per tahun. Tengkulak 1 memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 32.292.750 dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 169.449.000 atau sekitar 83,99 persen dari total penerimaannya. Tengkulak 3 memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 8.400.000 saja dengan total biaya sebesar Rp 117.600.000 atau sekitar 93,33 persen dari total penerimaannya. Pendapatan Total Tengkulak Desa Padelegan Tahun 2014 Berdasarkan hasil analisis pendapatan tengkulak dalam Tabel 6.11, total pendapatan yang diterima oleh tengkulak adalah sebesar Rp 1.008.001.000 selama musim 2014. Pendapatan ini menggambarkan keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima oleh ketiga tengkulak tersebut karena telah menghitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh ketiga tengkulak. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap tengkulak adalah sebesar Rp 336.000.300 per orang per tahun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diterima oleh masing-masing tengkulak dapat dikatakan cukup besar. Hal ini dapat digunakan sebagai alasan mengapa tengkulak terus memanfaatkan posisinya yang dominan dalam pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan. Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan.
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut : Petani garam di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kepemilikan lahan, yakni 1) petani lahan milik sendiri (MS) yang berjumlah sekitar 12,86 % dan 2) petani lahan bukan milik sendiri (BMS) yang berjumlah 87,14 %. Petani lahan BMS juga terbagi menjadi dua kelompok, yakni a) petani dengan lahan sewa (SW) dan b) petani dengan lahan bagi hasil (BH). Hasil analisis karakteristik menyatakan bahwa petani lahan Milik Sendiri dan petani lahan Bukan Milik Sendiri berada pada usia yang produktif untuk melakukan kegiatan produksi garam. Petani lahan Milik Sendiri dan Bukan Milik Sendiri juga telah menamatkan pendidikan wajib dasar (Sekolah Dasar) bahkan hingga tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Selain itu, petani lahan Milik Sendiri dan Bukan Milik Sendiri telah mampu mengolah lahan garam melebihi rata-rata luas lahan. Terakhir, baik petani lahan Milik Sendiri maupun Bukan Milik Sendiri telah memiliki pengalaman bertani yang cukup lama. Sehingga mereka dapat dikatakan telah memiliki kemampuan (skill) yang tinggi dalam memproduksi garam rakyat. Rata-rata produktivitas petani Bagi Hasil secara relatif lebih produktif daripada petani lahan Milik Sendiri dan petani Sewa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemampuan petani Bagi Hasil yang lebih tinggi karena mereka berasal dari Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep yang memang memiliki kemampuan memproduksi garam yang lebih tinggi. Selain itu, faktor motivasi juga menjadi alasan produktivitas petani lahan Milik Sendiri lebih kecil daripada petani Bagi Hasil. Analisis pendapatan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara petani lahan Milik Sendiri, petani Sewa, dan petani Bagi Hasil. Rata-rata pendapatan terendah adalah milik petani Bagi Hasil. Selisih pendapatan yang diterima oleh petani Sewa sebesar Rp 8.536.500 terhadap petani lahan Milik Sendiri, dan selisih penadapatan yang diterima oleh Petani Bagi Hasil sebesar Rp 9.446.100 terhadap petani lahan Milik Sendiri. Saluran pemasaran garam rakyat berjumlah dua saluran utama, yakni Saluran Pemasaran 1 dan Saluran Pemasaran 2. Hasil analisis efisiensi saluran pemasaran menyatakan bahwa Saluran Pemasaran 1 lebih efisien dari Saluran Pemasaran 2. Hal ini didasarkan pada dua alat analisis efisiensi saluran pemasaran, yakni Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share. Hasil estimasi penerimaan tengkulak menyatakan bahwa total penerimaan yang diterima oleh tiga tengkulak responden adalah sebesar Rp 3.559.417.500 dalam musim 2014 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 1.186.472.500 per orang dalam musim 2014. Total pendapatan tengkulak adalah sebesar Rp 1.008.001.000 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 336.000.300 per orang per tahun.
64
7.2 1)
2)
3)
Saran Saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait adalah : Analisis saluran pemasaran harusnya dilakukan hingga tingkat konsumen akhir, sehingga dapat melihat marjin pemasaran dan farmer’s share secara keseluruhan. Sistem bagi hasil yang telah mengakar di kalangan petani garam sebenarnya kurang menguntungkan bagi petani Bagi Hasil. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani Bagi Hasil berbeda dengan petani lahan Milik Sendiri dan petani Sewa. Di samping itu, antara petani penggarap (petani Bagi Hasil) dan pemilik lahan (Tengkulak) memiliki tujuan yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Hasil analisis rata-rata pendapatan petani dan estimasi penerimaan tengkulak diharapkan menjadi pedoman dalam membuat kebijakan bagi dinas terkait yang menyatakan bahwa memang tedapat dominansi peran tengkulak dalam sistem pemasaran dan penyediaan modal dalam usaha garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan.
DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka, Ratna W. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Impor Garam Indonesia Menurut Bulan Tahun 2009-2011. Jakarta (ID): BPS Pusat _________________________. 2002. Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2002. Pamekasan (ID): BPS Kabupaten Pamekasan. _________________________. 2013. Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2013. Pamekasan (ID): BPS Kabupaten Pamekasan. [Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan. 2002. Profil Industri Penggaraman Di Kabupaten Pamekasan Tahun 2002. Pamekasan (ID): Disperindag Kabupaten Pamekasan. Hidayati , Dewi Nuruliana. 2000. Analisis Sistem Pemasaran Bawang Daun (Studi Kasus Desa Suka Mulya Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kementerian Perindustrian. 2001-2010. Data Impor Garam Indonesia. Kementerian Perindustrian, Jakarta. ______________________. 2001-2010. Data Konsumsi Garam Indonesia. Kementerian Perindustrian, Jakarta. Kohls, R.L. and J.N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Product. Ninth Edition. Prentice Hall, New Jersey. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 20012. Produksi Garam di Empat Kabupaten Pulau Madura. (terhubung berkala). http://www.perikananbudidaya.kkp.go.id [4 Mei 2014]. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2008. Produksi garam nasional. (terhubung berkala). http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id [4 Mei 2014]. Limbong W.H., Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Nida, Nurdiani. 2013. Pola Kemitraan Usaha Garam Rakyat (Studi Kasus Kabupaten Sumenep, Madura-Jawa Timur) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): LP3ES. Rachman. 2011. Evaluasi Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat (Studi Kasus di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Riyanto. 2005. Analisis Pendapatan Cabang Usahatani dan Pemasaran Padi (Kasus: Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sari, Yuni Indria. 2006. Analisis Sistem Pemasaran Wortel dan Bawang Daun (Studi Kasus Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press. Soeharjo, A. dan D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usatani. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
66
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. _________. 2003. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Suherman, Try. Elys Fauziyah dan Fuad Hasan. 2011. Analisis Pemasaran Garam Rakyat (studi Kasus Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep). Sumenep (ID): Embryo. Sukesi. 2011. Analisis Perilaku Masyarakat Petani Garam Terhadap Hasil Usaha di Kota Pasuruan. Pasuruan (ID): Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis. Tomek, W.E. and Kenneth L. Robinson. 1990. Agricultural Product Prices, Second Edition, Cornell University Press. Ithaca. World Integrated Trade Solution. 2012. Import Trade. http://www.wits.org [ 3 Juli 2012]
LAMPIRAN
KUESIONER UNTUK PETANI GARAM RAKYAT
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
PERAN TENGKULAK TERHADAP EFISIENSI SALURAN PEMASARAN GARAM RAKYAT DI KECAMATAN PADEMAWU, KABUPATEN PAMEKASAN, MADURA, JAWA TIMUR Oleh Campina Illa Prihantini H44110002 Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor IDENTITAS SAMPLE Tanggal Wawancara No. Responden Nama Responden Nomor Telpon / HP Alamat Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupatan Provinsi
Pademawu Pamekasan Jawa Timur
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Jenis Kelamin Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Pendidikan Terakhir
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Akademisi/Diploma Perguruan Tinggi (S1) Pasca Sarjana (S2)
Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat
Tahun : Tahun : Tahun : Tahun : Tahun :
Tamat/Tidak Tamat
Tahun :
Usia Status Perkawinan A.1. KEPEMILIKAN LAHAN (TAMBAK) GARAM Jumlah Tambak yang Dimiliki Luas Masing-masing Tambak Garam
Tambak 1……… Ha
Pengalaman sebagai Petani Rakyat Kepemilikan Tambak Garam
Tambak 2……….Ha Tambak 3……….Ha Tambak 4……….Ha Tambak 5….……Ha garam …………………. Tahun a. Lahan (Tambak) Sendiri b. Lahan (Tambak) Sewa c. Lahan (Tambak) Bagi Hasil
LAHAN (TAMBAK) SENDIRI Darimanakah Anda mempunyai hak a. Membeli milik lahan (tambak) garam? b. Warisan c. Dll LAHAN (TAMBAK) SEWA Siapa pemilik lahan (tambak) garam tersebut? Apakah hubugan Anda dengan pihak yang memberikan sewa? Berapa lama Anda menyewa lahan …………………. Tahun (tambak) garam tersebut? Berapa harga sewa lahan garam …………………. Rupiah/Tahun tersebut? Bagaimana hak dan kewajiban dalam Hak : sistem sewa yang Anda lakukan? 1. 2. 3. 4. Kewajiban : 1. 2. 3. 4 LAHAN (TAMBAK) BAGI HASIL Siapa pemilik lahan (tambak) garam tersebut? Apakah hubugan Anda dengan pihak yang pemilik lahan? Berapa lama Anda telah bekerja dengan …………………. Tahun sistem bagi hasil? Berapakah perbandingan bagi hasil a. 1 : 3 yang Anda terima? b. 50 : 50 c. Dll Bagaimana hak dan kewajiban dalam Hak : sistem sewa yang Anda lakukan? 1. 2. 3. 4.
(LS) (SW) (BH)
Kewajiban : 1. 2. 3. 4 A.2. HASIL (OUTPUT) PRODUKSI Berapa kali musim dalam satu tahun? Berapa kali panen dalam satu musim? Berapa hari dalam satu kali panen? Berapakah hasil produksi dalam satu kali panen? Berapakah hasil produksi dalam satu kali KP 1 : …………………. Ton panen? KP 2 : …………………. Ton KP 3 : …………………. Ton A.3. SISTEM PEMBIAYAAN (PERMODALAN) PRODUKSI Darimanakah produksi?
Anda
mendapatkan
Penggunaan modal adalah untuk……….
modal a. b. c. a. b.
Sendiri Pinjaman Bantuan dari Pemerintah Kegiatan produksi Kebutuhan sehari-hari
MODAL SENDIRI Sumber modal produksi yang Anda miliki adalah a. Tabungan b. Dana khusus kegiatan produksi c. Dll Berapakah modal produksi yang Anda …………………. persiapkan dalam satu kali musim? Rupiah/Tahun MODAL PINJAMAN A. PINJAMAN BANK Apakah nama Bank yang memberikan pinjaman? Berapakah besaran pinjamannya? …………………. Rupiah Berapakah suku bunga yang diberlakukan? …………………. % / Tahun Dalam jangka berapa lama pinjaman tersebut? …………………. Tahun Bagaimana persyaratan untuk melakukan Persyaratan : pinjaman? 1. 2. 3. 4. 5. Bagaimana sistem pengembaliannya? a. Tunai sebesar……. Rupiah b. Angsuran Sebesar……. Rupiah
B. PINJAMAN KOPERASI Apakah Anda anggota koperasi? Kapan Anda menjadi anggota koperasi? Apakah nama koperasi yang memberikan pinjaman? Berapakah besaran pinjamannya? Dalam jangka berapa lama pinjaman tersebut? Bagaimana persyaratan untuk melakukan pinjaman?
Bagaimana sistem pengembaliannya?
C. PINJAMAN KERABAT/KELUARGA Siapakah nama keluarga yang memberikan pinjaman kepada Anda? Apakah hubungan antara Anda dan pemberi pinjaman? Berapakah besaran pinjamannya? Dalam jangka berapa lama pinjaman tersebut? Bagaimana persyaratan untuk melakukan pinjaman?
Bagaimana sistem pengembaliannya?
D. PINJAMAN TENGKULAK Siapakah nama pihak yag memberikan pinjaman? Apakah hubungan Anda dengan pemberi pinjaman? Bagaimana Anda mengenal pemberi pinjaman? Berapakah besaran pinjamannya? Berapakah suku bunga yang diberlakukan? Sejak kapan Anda melakukan pinjaman kepda pemberi pinjaman? Dalam jangka berapa lama pinjaman tersebut? Bagaimana persyaratan untuk melakukan
a. Ya b. Tidak Tahun …………..…….. …………………. Rupiah …………………. Tahun Persyaratan : 1. 2. 3. 4. 5. a. Tunai sebesar……. Rupiah b. Angsuran Sebesar ..…. Rupiah
…………………. Rupiah …………………. Tahun Persyaratan : 1. 2. 3. 4. 5. a. Tunai sebesar……. Rupiah b. Angsuran Sebesar ..…. Rupiah
…………………. Rupiah …………………. % / Tahun Tahun ………………… …………………. Tahun Persyaratan :
pinjaman?
Bagaimana sistem pengembaliannya?
1. 2. 3. 4. 5. a. Tunai sebesar……. Rupiah b. Angsuran Sebesar ..…. Rupiah Selama …… Kali c. Setoran hasil produksi Sebesar ……Ton Selama …… Kali
MODAL BANTUAN PEMERINTAH Berapakah besar bantuan dana? Siapakah pemberi bantuan dana tersebut? Apakaha nama program bantuan dana tersebut? Apakah persyaratan untuk mendapatkan bantuan Persyaratan : dana tersebut? 1. 2. 3. 4. 5. A.4. SISTEM PEMASARAN/PENJUALAN GARAM PETANI LAHAN SENDIRI DAN LAHAN SEWA Kepada siapakah Anda 1. menjual hasil produksi 2. Anda? 3. 4. 5. Bagaimana status a. Bebas kepada siapa saja penjualan Anda kepada b. Wajib dan seolah sebagai setoran c. Borongan pihak kedua tersebut? d. Dll Bagaimana sistem a. Ditentukan oleh pihak pembeli b. Tawar menawar saat penjua-belian penentuan harga? c. Ditetntukan oleh pihak penjual d. Dll PETANI LAHAN BAGI HASIL Kepada siapakah Anda menjual hasil produksi
Anda? Bagaimana status a. Bebas kepada siapa saja penjualan Anda kepada b. Wajib dan seolah sebagai setoran c. Borongan pihak kedua tersebut? d. Dll Bagaimana sistem a. Ditentukan oleh pihak pembeli b. Tawar menawar saat penjua-belian penentuan harga? c. Ditetntukan oleh pihak penjual d. Dll Jumlah garam yang disetor KP 1 = ………………. Ton Harga Rupiah/Ton
………….
KP 2 = ………………. Ton
Harga Rupiah/Ton
………….
KP 3 = ………………. Ton
Harga Rupiah/Ton
………….
B. ANALISIS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN USAHATANI B.1. PENERIMAAN Berapakah jumlah penjualan KP 1 = …………. hasil produksi dalam satu kali Ton panen? KP 2 = …………. Ton KP 3 = …………. Ton
Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton
…………. …………. ………….
Total Penerimaan (TR) = Rp …………………………………………. B.2. PENGELUARAN Faktor Umur Satuan Produksi Ekonomi B.2.1 BIAYA TETAP (FC) Lahan (Tambak) Gudang B.2.2 BIAYA TIDAK TETAP (VC) BIAYA KAPITAL (CK) Kincir Mesin Pompa Baumeter Slender Sorkot Pencacah
Jumlah
Harga ( Rp/Satuan)
Nilai Total
Sedong Lain-lain - Bambu - Keranjang - Tambang - Dll BIAYA TENAGA KERJA (CTK)
Kegiatan
Jumlah Tenaga Kerja Keluarga NonKeluarga
Upah/Hari Jumlah Jumlah (Rp) Hari Karung
Total
Persiapan dan Penguapan Lahan Pemanenan Pengemasan Pengangkutan Pemeliharaan Biaya lainnya B.2.3 PENYUSUTAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN No.
Jenis Alat
1 2 3 4 5
Jumlah (buah)
Nilai Waktu Estimasi Biaya Pembelian Pembelian Umur Penyusutan (Rp) (tahun) Ekonomis (Rp) (tahun)
Kincir Mesin Pompa Slender Baumeter
B.2.4 PAJAK BUMI BANGUNAN No. 1 2 3 4 5
Jenis pengeluaran Pajak lahan Biaya Perbaikan lahan
Jumlah
Total Biaya (TC) = Rp …………………………………………. Pendapatan Usaha Garam Rakyat = TR – TC = Rp ……………………….
Biaya (Rp)
KUESIONER UNTUK TENGKULAK
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian PERAN TENGKULAK TERHADAP EFISIENSI SALURAN PEMASARAN GARAM RAKYAT DI KECAMATAN PADEMAWU, KABUPATEN PAMEKASAN, MADURA, JAWA TIMUR Oleh Campina Illa Prihantini H44110002 Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor IDENTITAS SAMPLE Tanggal Wawancara No. Responden Nama Responden Nomor Telpon / HP Alamat Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupatan Provinsi A.
Pademawu Pamekasan Jawa Timur
KARAKTERISTIK RESPONDEN Jenis Kelamin Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Pendidikan Terakhir
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Akademisi/Diploma Perguruan Tinggi (S1) Pasca Sarjana (S2)
Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat Tamat/Tidak Tamat
Tahun : Tahun : Tahun : Tahun : Tahun :
Tamat/Tidak Tamat Usia Status Perkawinan Sejak kapan menjadi Tahun …………..…….. pedagang pengumpul? Status pedagang a. Turunan dari oarng tua pengumpul adalah b. Usaha dengan merintis sendiri c. Dll Apakah Anda memiliki lahan (tambak) garam?
Tahun :
Berapakah luas lahan Tambak 1……… Ha (tambak) garam Anda? Tambak 2……….Ha Tambak 3……….Ha Tambak 4……….Ha Tambak 5….……Ha A.
IDENTIFIKASI PEMBELIAN & PENJUALAN PRODUK PEMBELIAN
Dari siapa sajakah Anda membeli 1. garam? 2 3. 4. 5. Hubungan atau bentuk kerjasama a. Sekedar penjual dan pembeli seperti apa yang Anda miliki b. Pemilik lahan dan penggarap dengan petani? c. Pemilik lahan dan penyewa lahan d. Dll PEMBELIAN DARI PETANI LAHAN BAGI HASIL Berapa banyak garam yang Anda KP 1 = …………… Ton/setoran terima sebagai setoran dari KP 2 = …………… Ton/setoran penggarap? KP 3 = …………… Ton/setoran Berapa banyak garam yang Anda KP 1 = ………………. Harga beli dari penggarap? Ton Rupiah/Ton KP 2 = ………………. Harga Ton Rupiah/Ton KP 3 = ………………. Harga Ton Rupiah/Ton PEMBELIAN DARI PETANI LAINNYA Berapa banyak garam yang Anda KP 1 = ………………. Harga beli dari petani? Ton Rupiah/Ton KP 2 = ………………. Harga Ton Rupiah/Ton KP 3 = ………………. Harga Ton Rupiah/Ton
………. ………. ………. ………. ………. ……….
PENJUALAN Kepada siapakah Anda menjual garam? 1. PT …………….. KP 1 = ………………. Ton KP 2 = ………………. Ton KP 3 = ………………. Ton 2. PT …………….. KP 1 = ………………. Ton
Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton
………. ………. ………. ……….
3. PT ……………..
4. PT ……………..
5. PT ……………..
KP 2 = ………………. Ton KP 3 = ………………. Ton KP 1 = ………………. Ton KP 2 = ………………. Ton KP 3 = ………………. Ton KP 1 = ………………. Ton KP 2 = ………………. Ton KP 3 = ………………. Ton KP 1 = ………………. Ton KP 2 = ………………. Ton KP 3 = ………………. Ton
Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton Harga Rupiah/Ton
………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ……….
BIAYA YANG DITANGGUNG TENGKULAK Biaya apa saja yang Anda tanggung dalam memasok ke perusahaan garam? a. Biaya Transportasi ………. Rupiah/Truck b. Upah Tenaga Kerja ………. Rupiah/orang c. Penyusutan d. Biaya Penimbangan ………. Rupiah/Ton e. B.
IDENTIFIKASI FUNGSI LEMBAGA PEMASARAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Fungsi Lembaga Pemasaran Pembelian Penjualan Pengangkutan Penyimpanan Pengolahan Grading dan Standarisasi Penanggungan Resiko Informasi Pembiayaan/Permodalan
Ya
Sehubungan dengan fungsi pembiayaan atau a. Ya permodalan, b. Tidak
Tidak
Apakah Anda melakukan fungsi pembiayaan atau penyediaan modal? Kepada siapakah Anda meberikan dana a. Petani penggarap bagi hasil pinjaman? b. Petani penggarap sewa lahan c. Petani tanpa hubungan d. Dll Dalam bentuk apa Anda memberikan pinjaman? a. Alat produksi Seperti : …………………… b. Uang tunai Sejumlah : …………………. Rupiah c. Dll Sejak kapan Anda melakukan peminjaman Tahun ………………...... dana? Berapa besar dana pinjaman yang Anda …………………. Rupiah berikan? Dalam jangka berapa lama Anda memberikan …………………. Bulan/Tahun pinjaman? Bagaimana persyaratan untuk melakukan Persyaratan : pinjaman? 1. 2. 3. 4. 5. Bagimana sistem pengembalian dana pinjaman? a. Setoran hasil produksi ………….. Ton dalam …….. kali b. Pemotongan hasil penjualan produk sebesar Rp…………… dalam ……… kali c. Setoran uang tunai di luar penjualan produk sebsar Rp……… dalam …….. kali d. Tunai e. Dll Bagaimana langkah Anda jika terjadi a. Hukuman sosial penunggakan? Berupa: …………….. b. Dilipatkan pada setoran selanjutnya Misalnya menjadi …………….Rupiah c. Pemberlakuan bunga pinjaman Sebesar ………………. %/Tahun d. Dll Bagaimana Anda membuat petani garam a. Langsung memberikan pinjaman meminjam modal dari Anda? modal b. Melalui pemberian input produksi c. Dll Dalam sistem bagi hasil, berapakah a. 1 : 3 perbandingan bagi hasil yang Anda terima? b. 50 : 50
c. Dll Menurut Anda, perbedaan harga yang a. Ya diberlakukan kepada petani lahan bagi hasil b. Tidak adalah suatu kewajaran?
Lampiran 3. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Milik Sendiri
No Resp. 2 4 7 14 19 21 41 43 51
Usia
Pekerjaan Utama
53 3 Swasta 58 3 Wiraswasta Ibu Rumah 50 2 Tangga 55 3 Swasta Petani 36 1 Garam 70 4 Swasta 49 2 Swasta 58 3 Guru 67 4 Guru
Pekerjaan Sampingan Petani Garam -
KARAKTERISTIK PETANI LAHAN MILIK SENDIRI Luas Produksi (Ton) Produktivitas Pengalaman Sumber Lahan (Ton/Ha) Bertani Modal KW 1 KW 2 KW 3 Total (Ha) 1 17.5 28 24.5 70 70 15 2 Sendiri 4 60 96 84 240 60 35 4 Sendiri
Jenis Petani
Pendidikan Terakhir
Petani LS Petani LS
SD SMA
1 3
Petani Garam Petani Garam
5 3
75 67.5
120 108
105 94.5
300 270
60 90
29 29
3 Sendiri 3 Sendiri
Petani LS Petani LS
SMA SMA
3 3
Petani Garam Petani Garam Petani Garam Petani Garam
3.6 1.5 1 1.5 1
87.5 30 17.5 30 18.75
140 48 28 48 30
122.5 42 24.5 42 26.25
350 120 70 120 75
97.22222222 80 70 80 75
15 31 34 21 19
2 4 4 3 2
Petani LS Petani LS Petani LS Petani LS Petani LS
SMA SMP SMA S1 S1
3 2 3 5 5
Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri
PENDAPATAN PETANI LAHAN MILIK SENDIRI No. Resp. 2 4 7 14 19 21 41 43 51
KW 1 17.5 60 75 67.5 87.5 30 17.5 30 18.75
Produksi (Ton) KW 2 KW 3 28 96 120 108 140 48 28 48 30
24.5 84 105 94.5 122.5 42 24.5 42 26.25
Total 70 240 300 270 350 120 70 120 75
KW 1 P=500000 8750000 30000000 37500000 33750000 43750000 15000000 8750000 15000000 9375000
Penerimaan (Rp) KW 2 P = 450000 12600000 43200000 54000000 48600000 63000000 21600000 12600000 21600000 13500000
TOTAL KW 3 PENERIMAAN (Rp) P = 400000 9800000 31150000 33600000 106800000 42000000 133500000 37800000 120150000 49000000 155750000 16800000 53400000 9800000 31150000 16800000 53400000 10500000 33375000
TOTAL PENDAPATAN BIAYA (Rp) (Rp) 46540100 -15390100 116225500 -9425500 63593600 69906400 77688200 42461800 97730100 58019900 36504100 16895900 24093400 7056600 35941450 17458550 29102400 4272600
BIAYA VARIABEL PERALATAN PRODUKSI (CK) PETANI LAHAN MILIK SENDIRI CK No. Resp.
Nckr Ckcr p:
2 3 4 10 7 2 14 4 19 5 21 3 41 1 43 2 51 2 Keterangan :
Npom Cpom
1000000 3000000 10000000 2000000 4000000 5000000 3000000 1000000 2000000 2000000
p:
4000000 2 8000000 5 20000000 1 4000000 3 12000000 4 16000000 2 8000000 1 4000000 2 8000000 2 8000000
Kcr : Kincir
Slend : Slender
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Bau : Baumeter
Penc : Pencacah
Nbau Cbau p:
Nslend Cslend
20000
2 40000 10 200000 2 40000 4 80000 1 20000 1 20000 1 20000 2 40000 1 20000 Sed : Sedong
p:
750000 1 5 2 4 5 2 1 2 1
750000 3750000 1500000 3000000 3750000 1500000 750000 1500000 750000
Nsork Csork p:
200000
2 400000 10 2000000 6 1200000 4 800000 5 1000000 3 600000 3 600000 3 600000 2 400000
Npenc Cpenc p:
100000
2 200000 10 1000000 4 400000 4 400000 4 400000 4 400000 2 200000 3 300000 2 200000
Nsed Csed p:
100000 1 5 6 4 3 2 2 3 1
100000 500000 600000 400000 300000 200000 200000 300000 100000
NILAI PENYUSUTAN INPUT PRODUKSI PETANI LAHAN MILIK SENDIRI
No. Resp.
2 4 7 14 19 21 41 43 51
Kbesar 670000
Kkecil 1000000
0 670000 0 670000 670000 0 0 0 0
1000000 2000000 1000000 1000000 2000000 1000000 1000000 1000000 1000000
NILAI PENYUSUTAN INPUT (Rp) Kcr Pom Bau Slend Sork 125000 800000 6700 75000 50000 375000 1250000 250000 500000 625000 375000 125000 250000 250000
1600000 4000000 800000 2400000 3200000 1600000 800000 1600000 1600000
13400 67000 13400 26800 6700 6700 6700 13400 6700
75000 375000 150000 300000 375000 150000 75000 150000 75000
100000 500000 300000 200000 250000 150000 150000 150000 100000
Keterangan : Kcr : Kincir
Slend : Slender
Sed
: Sedong
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Kbesar
: Gudang Besar
Bau : Baumeter
Penc : Pencacah
Kkecil
: Gudang Kecil
Penc 3350 6700 33500 13400 13400 13400 13400 6700 10050 6700
Total Sed Penyusutan 50000 (Rp) 50000 250000 300000 200000 150000 100000 100000 150000 50000
3220100 8475500 2826800 4640200 6620100 3395100 2263400 3323450 3088400
BIAYA VARIABEL TENAGA KERJA (CTK) PETANI LAHAN MILIK SENDIRI CTK No. Resp.
2 4 7 14 19 21 41 43 51
Csiap
Cpanen
Ckemas
Cangkut
1800000
2400000
3200000
800000
1800000 7200000 9000000 5400000 6480000 2700000 1800000 2700000 1800000
2400000 9600000 12000000 7200000 8640000 3600000 2400000 3600000 2400000
3200000 12800000 16000000 9600000 11520000 4800000 3200000 4800000 3200000
Cpelihara
800000 3200000 4000000 2400000 2880000 1200000 800000 1200000 800000
Keterangan : Csiap
: Biaya Persiapan Lahan
Cpelihara
: Biaya Pemeliharaan Lahan
Cpanen
: Biaya Pemanenan
Cangkut
: Biaya Pengangkutan
Ckemas
: Biaya Pengemasa
1500000 7000000 2000000 2500000 5000000 2000000 1750000 2500000 1250000
Lampiran 4. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Sewa KARAKTERISTIK PETANI LAHAN SEWA No. Resp.
Usia
Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan Utama
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton) Total
Produktivitas (Ton/Ha)
Pengalaman Bertani
Sumber Modal
Jenis Petani
Pendidikan Terakhir
KW 1
KW 2
KW 3
3
18.75
30
26.25
75
25
10
1
Sendiri
Petani SW
SMA
3
0.6
12.5
20
17.5
50
83.33333333
14
2
Sendiri
Petani SW
S1
5
3
49
2
Usaha Penggilingan Padi
5
42
2
PNS
Petani Garam Petani Garam
8
45
2
Petani Garam
-
3
37.5
60
52.5
150
50
22
3
Sendiri
Petani SW
SMA
3
9
45
2
Petani Garam
-
2
31.25
50
43.75
125
62.5
15
2
Sendiri
Petani SW
SD
1
10
38
1
Petani Garam
4
43.75
70
61.25
175
43.75
24
3
Sendiri
Petani SW
SMA
3
13
60
2
Wiraswasta
2
32.5
52
45.5
130
65
30
3
Sendiri
Petani SW
SMP
2
44
62
3
Buruh
Petani Garam Petani Garam
1
15
24
21
60
60
22
3
Sendiri
Petani SW
SMA
3
62
60
2
Petani Garam
-
2
31.25
50
43.75
125
62.5
28
3
Sendiri
Petani SW
SMP
2
64
50
2
Petani Garam
3
37.5
60
52.5
150
50
20
2
Sendiri
Petani SW
SMP
2
76
48
2
Swasta
Petani Garam
1.5
32.5
52
45.5
130
86.66666667
24
3
Sendiri
Petani SW
SMA
3
PENDAPATAN PETANI LAHAN SEWA No. Resp.
KW 1
Produksi (Ton) KW 2 KW 3
Total
HARGA (Rp/Ton) 3 5 8 9 10 13 44 62 64 76
18.75 12.5 37.5 31.25 43.75 32.5 15 31.25 37.5 32.5
30 20 60 50 70 52 24 50 60 52
26.25 17.5 52.5 43.75 61.25 45.5 21 43.75 52.5 45.5
75 50 150 125 175 130 60 125 150 130
Penerimaan (Rp) KW 1 KW 2 KW 3 500000 9375000 6250000 18750000 15625000 21875000 16250000 7500000 15625000 18750000 16250000
450000 13500000 9000000 27000000 22500000 31500000 23400000 10800000 22500000 27000000 23400000
400000 10500000 7000000 21000000 17500000 24500000 18200000 8400000 17500000 21000000 18200000
TOTAL PENERIMAAN (Rp) 33375000 22250000 66750000 55625000 77875000 57850000 26700000 55625000 66750000 57850000
TOTAL BIAYA (Rp) 80721700 22870450 41308400 38733400 75537050 40308100 28822100 58096150 67441450 39667100
PENDAPATAN (Rp) -47346700 -620450 25441600 16891600 2337950 17541900 -2122100 -2471150 -691450 18182900
BIAYA VARIABEL PERALATAN PRODUKSI (CK) PETANI LAHAN SEWA No. Resp.
Nckr
Ckcr
p: 3 5 8 9 10 13 44 62 64 76
2 3 1 1 1 3 1 4 3 2 Keterangan :
Npom
1000000
Cpom
p:
2000000 3000000 1000000 1000000 1000000 3000000 1000000 4000000 3000000 2000000
4000000 2 8000000 2 8000000 1 4000000 1 4000000 1 4000000 2 8000000 2 8000000 5 20000000 4 16000000 3 12000000
Kcr : Kincir
Slend : Slender
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Bau : Baumeter
Penc : Pencacah
Nbau
Cbau
p:
20000 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2
20000 40000 20000 20000 20000 40000 40000 60000 40000 40000
Sed : Sedong
Nslend p:
Cslend 750000
2 2 1 1 1 3 2 4 3 2
1500000 1500000 750000 750000 750000 2250000 1500000 3000000 2250000 1500000
Nsork p:
Csork 200000 2 400000 5 1000000 1 200000 3 600000 1 200000 1 200000 1 200000 1 200000 2 400000 2 400000
Npenc
Cpenc
p:
100000 0 3 2 2 1 2 2 3 3 2
0 300000 200000 200000 100000 200000 200000 300000 300000 200000
Nsed
Csed
p:
100000 1 4 2 3 1 2 1 2 3 1
100000 400000 200000 300000 100000 200000 100000 200000 300000 100000
BIAYA VARIABEL TENAGA KERJA (CTK) PETANI LAHAN SEWA No. Resp.
3 5 8 9 10 13 44 62 64 76
Csiap
Cpanen
Ckemas
Cangkut
1800000
2400000
3200000
800000
5400000 1080000 5400000 3600000 7200000 3600000 1800000 3600000 5400000 2700000
7200000 1440000 7200000 4800000 9600000 4800000 2400000 4800000 7200000 3600000
9600000 1920000 9600000 6400000 12800000 6400000 3200000 6400000 9600000 4800000
Cpelihara
2400000 10000000 480000 1000000 2400000 3000000 1600000 2000000 3200000 4500000 1600000 1500000 800000 1500000 1600000 2800000 2400000 4250000 1200000 2000000
Keterangan : Csiap
: Biaya Persiapan Lahan
Cpelihara
: Biaya Pemeliharaan Lahan
Cpanen
: Biaya Pemanenan
Cangkut
: Biaya Pengangkutan
Ckemas
: Biaya Pengemasa
NILAI PENYUSUTAN INPUT PRODUKSI PETANI LAHAN SEWA NILAI PENYUSUTAN INPUT (Rp) No. Resp.
Kbesar 670000
Kkecil 1000000
Kcr 125000
Pom 800000
Bau 6700
Slend 75000
Sork 50000
Penc 3350
Sed 50000
3 670000 5 0 8 0 9 0 10 670000 13 0 44 0 62 0 64 0 76 0 Keterangan :
1000000 0 1000000 2000000 2000000 1000000 1000000 1000000 2000000 1000000
250000 375000 125000 125000 125000 375000 125000 500000 375000 250000
1600000 1600000 800000 800000 800000 1600000 1600000 4000000 3200000 2400000
6700 13400 6700 6700 6700 13400 13400 20100 13400 13400
150000 150000 75000 75000 75000 225000 150000 300000 225000 150000
100000 250000 50000 150000 50000 50000 50000 50000 100000 100000
0 10050 6700 6700 3350 6700 6700 10050 10050 6700
50000 200000 100000 150000 50000 100000 50000 100000 150000 50000
Kcr : Kincir
Slend : Slender
Sed
: Sedong
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Kbesar
: Gudang Besar
Bau : Baumeter
Penc : Pencacah
Kkecil
: Gudang Kecil
Total Penyusutan (Rp)
3826700 2598450 2163400 3313400 3780050 3370100 2995100 5980150 6073450 3970100
Lampiran 5. Karakteristik Petani dan Struktur Pendapatan Petani Lahan Bagi Hasil KARAKTERISTIK PETANI LAHAN BAGI HASIL
No Resp.
Usia
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton) KW 1
1
50
2
Petani Garam
2
Nelayan Petani Garam
15
60
16
69
3
17
70
18
KW 2
KW 3
Produktivitas (Ton/Ha)
Pengalaman Bertani
Sumber Modal
Jenis Petani
Pendidikan Terakhir
Total
0.6
12.5
20
17.5
50
83.33333333
12
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
-
3
50
80
70
200
66.66666667
30
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
Nelayan
Petani Garam
1
13.75
22
19.25
55
55
32
4
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
3
Nelayan
Petani Garam
1
15
24
21
60
60
33
4
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
46
2
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
10
1
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
20
38
1
Nelayan Petani Garam
-
1
16.25
26
22.75
65
65
29
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
22
65
3
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
27
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
23
56
2
-
1
16.25
26
22.75
65
65
20
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
24
45
2
-
0.6
12.5
20
17.5
50
83.33333333
22
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
25
45
2
Nelayan Petani Garam Petani Garam Petani Garam
-
1
17.5
28
24.5
70
70
25
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
26
45
2
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
15
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
27
49
2
Nelayan Petani Garam
1.5
30
48
42
120
80
22
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
28
43
2
Nelayan
Petani Garam
1
12.5
20
17.5
50
50
21
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
29
76
3
Nelayan
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
19
2
Pinjaman
Petani BH
SD
1
-
KARAKTERISTIK PETANI LAHAN BAGI HASIL No Resp.
Usia
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton) KW 1
KW 2 KW 3
Produktivitas Pengalaman (Ton/Ha) Bertani
Sumber Modal
Jenis Petani
Pendidikan Terakhir
Total
31
40
2
Petani Garam
-
2
40
64
56
160
80
30
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
32
39
1
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
22
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
34
60
2
Buruh
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
19
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
35
57
2
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
17
2
Pinjaman
Petani BH
D3
4
36
66
3
Petani Garam
-
0.8
15
24
21
60
75
10
1
Pinjaman
Petani BH
SD
1
37
59
2
Nelayan
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
22
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
38
49
2
Petani Garam
-
1
18.75
30
26.25
75
75
7
1
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
40
63
3
Petani Garam
-
1
18.75
30
26.25
75
75
10
1
Pinjaman
Petani BH
SD
1
42
43
2
Petani Garam
-
1
12.5
20
17.5
50
50
20
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
45
55
2
Petani Garam
-
1
17.5
28
24.5
70
70
29
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
47
55
2
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
25
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
48
56
2
Petani Garam
-
1
13.75
22
19.25
55
55
19
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
49
45
2
Nelayan
Petani Garam
0.6
12.5
20
17.5
50
83.33333333
15
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
50
48
2
Nelayan
Petani Garam
1
17.5
28
24.5
70
70
17
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
52
80
2
Petani Garam
-
0.5
10
16
14
40
80
23
3
Pinjaman
Petani BH
SD
1
53
49
2
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
24
3
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
KARAKTERISTIK PETANI LAHAN BAGI HASIL No Resp.
Usia
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton) KW 1
KW 2
KW 3
Produktivitas Pengalaman Sumber (Ton/Ha) Bertani Modal
Jenis Petani
Pendidikan Terakhir
Total
54
55
2
Nelayan
Petani Garam
1
15
24
21
60
60
18
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
55
45
2
Buruh
-
0.8
15
24
21
60
75
19
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
56
56
2
Petani Garam
-
1
18.75
30
26.25
75
75
13
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
57
72
3
Nelayan
Petani Garam
1
17.5
28
24.5
70
70
20
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
58
39
1
Buruh
Petani Garam
1
17.5
28
24.5
70
70
21
3
Pinjaman
Petani BH
D3
4
59
41
2
Nelayan
Petani Garam
0.6
16.25
26
22.75
65
108.3333333
19
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
60
37
1
Nelayan
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
15
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
61
48
2
Buruh
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
18
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
63
47
2
Nelayan
Petani Garam
1
15
24
21
60
60
10
1
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
65
38
1
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
21
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
66
40
2
Nelayan
Petani Garam
0.5
12.5
20
17.5
50
100
17
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
67
43
2
Buruh
Petani Garam
1
21.25
34
29.75
85
85
15
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
68
34
1
Petani Garam
-
1
25
40
35
100
100
14
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
69
44
2
Petani Garam
-
0.5
15
24
21
60
120
20
2
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
70
45
2
Buruh
Petani Garam
1
18.75
30
26.25
75
75
21
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
71
56
2
Nelayan
Petani Garam
1
20
32
28
80
80
36
4
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
72
57
2
Nelayan
Petani Garam
1
21.25
34
29.75
85
85
25
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
73
66
3
Petani Garam
-
0.5
13.75
22
19.25
55
110
18
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
74
65
3
Petani Garam
-
1
18.75
30
26.25
75
75
15
2
Pinjaman
Petani BH
SMP
2
75
45
2
Buruh
Petani Garam
1
17.5
28
24.5
70
70
12
2
Pinjaman
Petani BH
D3
4
77
50
2
Petani
Petani Garam
0.6
12.5
20
17.5
50
83.33333333
25
3
Pinjaman
Petani BH
SMA
3
PENDAPATAN PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp. 1 15 16 17 18 20 22 23 24 25 26 27 28 29
Produksi (Ton) KW 1 12.5 50 13.75 15 18.75 16.25 18.75 16.25 12.5 17.5 18.75 30 12.5 18.75
KW 2 20 80 22 24 30 26 30 26 20 28 30 48 20 30
KW 3 17.5 70 19.25 21 26.25 22.75 26.25 22.75 17.5 24.5 26.25 42 17.5 26.25
Penerimaan (Rp) Total 50 200 55 60 75 65 75 65 50 70 75 120 50 75
KW 1 P = 500000 6250000 25000000 6875000 7500000 9375000 8125000 9375000 8125000 6250000 8750000 9375000 15000000 6250000 9375000
KW 2 P = 450000 9000000 36000000 9900000 10800000 13500000 11700000 13500000 11700000 9000000 12600000 13500000 21600000 9000000 13500000
KW 3 P = 400000 7000000 28000000 7700000 8400000 10500000 9100000 10500000 9100000 7000000 9800000 10500000 16800000 7000000 10500000
TOTAL PENERIMAAN (Rp) 22250000 89000000 24475000 26700000 33375000 28925000 33375000 28925000 22250000 31150000 33375000 53400000 22250000 33375000
TOTAL BIAYA (Rp) 17889050 63084200 18957050 23498050 21950100 19312050 18061050 22203050 15014050 22415050 16850050 24756750 22980050 19076750
PENDAPATAN (Rp) 4360950 25915800 5517950 3201950 11424900 9612950 15313950 6721950 7235950 8734950 16524950 28643250 -730050 14298250
PENDAPATAN PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp. 31 32 34 35 36 37 38 40 42 45 47 48 49 50 52 53
Produksi (Ton) KW 1 40 20 18.75 20 15 18.75 18.75 18.75 12.5 17.5 20 13.75 12.5 17.5 10 20
KW 2 64 32 30 32 24 30 30 30 20 28 32 22 20 28 16 32
KW 3 56 28 26.25 28 21 26.25 26.25 26.25 17.5 24.5 28 19.25 17.5 24.5 14 28
Penerimaan (Rp) Total 160 80 75 80 60 75 75 75 50 70 80 55 50 70 40 80
KW 1 P = 500000 20000000 10000000 9375000 10000000 7500000 9375000 9375000 9375000 6250000 8750000 10000000 6875000 6250000 8750000 5000000 10000000
KW 2 P = 450000 28800000 14400000 13500000 14400000 10800000 13500000 13500000 13500000 9000000 12600000 14400000 9900000 9000000 12600000 7200000 14400000
KW 3 P = 400000 22400000 11200000 10500000 11200000 8400000 10500000 10500000 10500000 7000000 9800000 11200000 7700000 7000000 9800000 5600000 11200000
TOTAL PENERIMAAN (Rp) 71200000 35600000 33375000 35600000 26700000 33375000 33375000 33375000 22250000 31150000 35600000 24475000 22250000 31150000 17800000 35600000
TOTAL BIAYA (Rp) 43403850 23301750 16988400 19578050 17117050 18741750 22278050 21635750 18962050 20732400 17888050 24880900 14550750 23323400 14168050 24271750
PENDAPATAN (Rp) 27796150 12298250 16386600 16021950 9582950 14633250 11096950 11739250 3287950 10417600 17711950 -405900 7699250 7826600 3631950 11328250
PENDAPATAN PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp. 54 55 56 57 58 59 60 61 63 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 77
Produksi (Ton) KW 1 15 15 18.75 17.5 17.5 16.25 18.75 20 15 20 12.5 21.25 25 15 18.75 20 21.25 13.75 18.75 17.5 12.5
KW 2 24 24 30 28 28 26 30 32 24 32 20 34 40 24 30 32 34 22 30 28 20
KW 3 21 21 26.25 24.5 24.5 22.75 26.25 28 21 28 17.5 29.75 35 21 26.25 28 29.75 19.25 26.25 24.5 17.5
Penerimaan (Rp) Total 60 60 75 70 70 65 75 80 60 80 50 85 100 60 75 80 85 55 75 70 50
KW 1 P = 500000 7500000 7500000 9375000 8750000 8750000 8125000 9375000 10000000 7500000 10000000 6250000 10625000 12500000 7500000 9375000 10000000 10625000 6875000 9375000 8750000 6250000
KW 2 P = 450000 10800000 10800000 13500000 12600000 12600000 11700000 13500000 14400000 10800000 14400000 9000000 15300000 18000000 10800000 13500000 14400000 15300000 9900000 13500000 12600000 9000000
KW 3 P = 400000 8400000 8400000 10500000 9800000 9800000 9100000 10500000 11200000 8400000 11200000 7000000 11900000 14000000 8400000 10500000 11200000 11900000 7700000 10500000 9800000 7000000
TOTAL PENERIMAAN (Rp) 26700000 26700000 33375000 31150000 31150000 28925000 33375000 35600000 26700000 35600000 22250000 37825000 44500000 26700000 33375000 35600000 37825000 24475000 33375000 31150000 22250000
TOTAL BIAYA (Rp) 19680100 16676750 18403900 19304750 23446400 14663400 18180400 22860400 17170100 20372050 13183050 21373750 23040400 12708400 19016750 17973400 19460050 12772900 24083100 25886750 14138750
PENDAPATAN (Rp) 7019900 10023250 14971100 11845250 7703600 14261600 15194600 12739600 9529900 15227950 9066950 16451250 21459600 13991600 14358250 17626600 18364950 11702100 9291900 5263250 8111250
BIAYA VARIABEL PERALATAN PRODUKSI (CK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp.
Nckr p:
1 15 16 17 18 20 22 23 24 25 26 27 28 29
Ckcr 1000000
1 1000000 7 7000000 2 2000000 2 2000000 1 1000000 2 2000000 2 2000000 1 1000000 1 1000000 2 2000000 1 1000000 2 2000000 2 2000000 2 2000000 Keterangan :
Npom
Cpom
p:
4000000 2 4 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
8000000 16000000 4000000 8000000 8000000 4000000 4000000 8000000 4000000 8000000 4000000 4000000 8000000 4000000
Nbau
Cbau
p:
Nslend
20000 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2
p:
20000 80000 20000 20000 40000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 40000 20000 40000
Kcr : Kincir
Slend : Slender
Sed : Sedong
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Bau : Baumeter
Cslend 750000
1 6 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 1 2
Nsork p:
750000 4500000 1500000 1500000 750000 1500000 750000 1500000 1500000 750000 750000 2250000 750000 1500000
Penc : Pencacah
Csork 200000 2 400000 7 1400000 1 200000 1 200000 2 400000 3 600000 1 200000 2 400000 2 400000 1 200000 1 200000 1 200000 2 400000 2 400000
Npenc
Cpenc
p:
100000 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
100000 400000 100000 100000 200000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000
Nsed
Csed
p:
100000 1 7 2 3 2 2 4 1 2 2 1 1 2 2
100000 700000 200000 300000 200000 200000 400000 100000 200000 200000 100000 100000 200000 200000
BIAYA VARIABEL PERALATAN PRODUKSI (CK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp.
Nckr p:
31 32 34 35 36 37 38 40 42 45 47 48 49 50 52 53
Ckcr 1000000
4 4000000 1 1000000 1 1000000 2 2000000 2 2000000 2 2000000 1 1000000 1 1000000 2 2000000 3 3000000 1 1000000 3 3000000 1 1000000 1 1000000 1 1000000 2 2000000 Keterangan : Kcr : Kincir Pom : Pompa
Npom
Cpom
p:
4000000 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2
12000000 8000000 4000000 4000000 4000000 4000000 8000000 8000000 4000000 4000000 4000000 8000000 4000000 8000000 4000000 8000000
Slend : Slender Sork : Sorkot
Nbau
Cbau
p:
20000 4 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2
Nslend p:
80000 40000 20000 20000 20000 40000 20000 40000 20000 20000 20000 20000 40000 20000 20000 40000
Sed : Sedong Bau : Baumeter
Cslend 750000
5 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2
Nsork p:
3750000 1500000 750000 1500000 750000 750000 750000 750000 1500000 1500000 750000 750000 1500000 1500000 750000 1500000
Penc : Pencacah
Csork 200000 5 1000000 1 200000 2 400000 2 400000 1 200000 1 200000 2 400000 1 200000 1 200000 2 400000 1 200000 1 200000 2 400000 2 400000 2 400000 2 400000
Npenc
Cpenc
p:
100000 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1
300000 100000 200000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 200000 100000 200000 100000 200000 100000 100000
Nsed
Csed
p:
100000 7 3 2 3 3 2 4 1 1 2 3 3 1 3 2 4
700000 300000 200000 300000 300000 200000 400000 100000 100000 200000 300000 300000 100000 300000 200000 400000
BIAYA VARIABEL PERALATAN PRODUKSI (CK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp. 54 55 56 57 58 59 60 61 63 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 77
Nckr Ckcr p: 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 2 3 1
1000000 3000000 2000000 1000000 2000000 1000000 1000000 2000000 2000000 1000000 2000000 1000000 1000000 2000000 1000000 2000000 1000000 3000000 1000000 2000000 3000000 1000000
Npom Cpom p:
4000000 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1
4000000 4000000 4000000 4000000 8000000 4000000 4000000 8000000 4000000 4000000 4000000 8000000 8000000 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000 8000000 8000000 4000000
Nbau
Cbau
p:
20000 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2
40000 40000 20000 40000 20000 20000 20000 20000 40000 20000 20000 40000 20000 20000 40000 20000 20000 20000 40000 40000 40000
Nslend p:
Cslend 750000
1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2
750000 750000 750000 750000 1500000 1500000 750000 750000 750000 1500000 1500000 750000 750000 750000 1500000 1500000 750000 750000 750000 1500000 1500000
Nsork
Csork
p:
200000 1 1 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 3 1
200000 200000 400000 400000 400000 400000 600000 200000 400000 600000 400000 200000 400000 200000 200000 200000 200000 200000 400000 600000 200000
Npenc
Cpenc
p:
100000 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1
200000 100000 200000 100000 200000 200000 200000 200000 200000 100000 100000 100000 200000 200000 100000 200000 100000 200000 200000 100000 100000
Nsed
Csed
p:
100000 3 2 2 3 1 2 1 3 2 4 2 1 2 2 4 2 3 2 3 2 1
300000 200000 200000 300000 100000 200000 100000 300000 200000 400000 200000 100000 200000 200000 400000 200000 300000 200000 300000 200000 100000
BIAYA VARIABEL TENAGA KERJA (CTK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp.
1 15 16 17 18 20 22 23 24 25 26 27 28 29
Csiap
Cpanen
Ckemas
Cangkut Cpelihara
1800000
2400000
3200000
800000
1080000 5400000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1080000 1800000 1800000 2700000 1800000 1800000
1440000 7200000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 1440000 2400000 2400000 3600000 2400000 2400000
1920000 480000 9600000 2400000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 1920000 480000 3200000 800000 3200000 800000 4800000 1200000 3200000 800000 3200000 800000
550000 2850000 1250000 850000 1000000 1100000 900000 750000 1500000 750000 1250000 2250000 1000000 1100000
Keterangan : Csiap
: Biaya Persiapan Lahan
Cpelihara
: Biaya Pemeliharaan Lahan
Cpanen
: Biaya Pemanenan
Cangkut
: Biaya Pengangkutan
Ckemas
: Biaya Pengemasan
BIAYA VARIABEL TENAGA KERJA (CTK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp.
31 32 34 35 36 37 38 40 42 45 47 48 49 50 52 53 Keterangan : Csiap : Biaya Persiapan Lahan Cpanen : Biaya Pemanenan Ckemas : Biaya Pengemasan
Csiap
Cpanen
Ckemas
Cangkut Cpelihara
1800000
2400000
3200000
800000
3600000 1800000 1800000 1800000 1440000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1080000 1800000 900000 1800000
4800000 2400000 2400000 2400000 1920000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 1440000 2400000 1200000 2400000 Cpelihara Cangkut
6400000 1600000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 2560000 640000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 3200000 800000 1920000 480000 3200000 800000 1600000 400000 3200000 800000
1050000 1750000 900000 1500000 1750000 1850000 1200000 1200000 1400000 1550000 2000000 1850000 1150000 1450000 2300000 1200000
: Biaya Pemeliharaan Lahan : Biaya Pengangkutan
BIAYA VARIABEL TENAGA KERJA (CTK) PETANI LAHAN BAGI HASIL No. Resp.
54 55 56 57 58 59 60 61 63 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 77
Csiap
Cpanen
Ckemas
Cangkut Cpelihara
1800000
2400000
3200000
800000
1800000 1440000 1800000 1800000 1800000 1080000 1800000 1800000 1800000 1800000 900000 1800000 1800000 900000 1800000 1800000 1800000 900000 1800000 1800000 1080000
2400000 1920000 2400000 2400000 2400000 1440000 2400000 2400000 2400000 2400000 1200000 2400000 2400000 1200000 2400000 2400000 2400000 1200000 2400000 2400000 1440000
3200000 2560000 3200000 3200000 3200000 1920000 3200000 3200000 3200000 3200000 1600000 3200000 3200000 1600000 3200000 3200000 3200000 1600000 3200000 3200000 1920000
800000 640000 800000 800000 800000 480000 800000 800000 800000 800000 400000 800000 800000 400000 800000 800000 800000 400000 800000 800000 480000
1400000 1450000 2300000 2000000 1900000 1050000 850000 950000 1050000 1900000 500000 900000 1000000 1000000 1000000 1250000 1300000 1050000 1900000 1750000 1000000
NILAI PENYUSUTAN INPUT PRODUKSI PETANI LAHAN BAGI HASIL NILAI PENYUSUTAN INPUT (Rp) No. Resp.
Kbesar 670000
Kkecil 1000000
Kcr 125000
Pom 800000
Bau 6700
Slend 75000
Sork 50000
Penc 3350
Sed 50000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
125000 875000 250000 250000 125000 250000 250000 125000 125000 250000 125000 250000 250000 250000
1600000 3200000 800000 1600000 1600000 800000 800000 1600000 800000 1600000 800000 800000 1600000 800000
6700 26800 6700 6700 13400 6700 6700 6700 6700 6700 6700 13400 6700 13400
75000 450000 150000 150000 75000 150000 75000 150000 150000 75000 75000 225000 75000 150000
100000 350000 50000 50000 100000 150000 50000 100000 100000 50000 50000 50000 100000 100000
3350 13400 3350 3350 6700 3350 3350 3350 3350 3350 3350 3350 3350 3350
50000 350000 100000 150000 100000 100000 200000 50000 100000 100000 50000 50000 100000 100000
1 15 16 17 18 20 22 23 24 25 26 27 28 29 Keterangan : Kcr : Kincir
Slend : Slender
Sed
: Sedong
Pom : Pompa
Sork : Sorkot
Kbesar
: Gudang Besar
Bau : Baumeter
Penc : Pencacah
Kkecil
: Gudang Kecil
Total Penyusutan (Rp)
1960050 5265200 1360050 2210050 2020100 1460050 1385050 2035050 1285050 2085050 1110050 1391750 2135050 1416750
NILAI PENYUSUTAN INPUT PRODUKSI PETANI LAHAN BAGI HASIL NILAI PENYUSUTAN INPUT (Rp) No. Resp.
31 32 34 35 36 37 38 40 42 45 47 48 49 50 52 53
Kbesar 670000
Kkecil 1000000
Kcr 125000
Pom 800000
Bau 6700
Slend 75000
Sork 50000
Penc 3350
Sed 50000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
500000 125000 125000 250000 250000 250000 125000 125000 250000 375000 125000 375000 125000 125000 125000 250000
2400000 1600000 800000 800000 800000 800000 1600000 1600000 800000 800000 800000 1600000 800000 1600000 800000 1600000
26800 13400 6700 6700 6700 13400 6700 13400 6700 6700 6700 6700 13400 6700 6700 13400
375000 150000 75000 150000 75000 75000 75000 75000 150000 150000 75000 75000 150000 150000 75000 150000
250000 50000 100000 100000 50000 50000 100000 50000 50000 100000 50000 50000 100000 100000 100000 100000
10050 3350 6700 3350 3350 3350 3350 3350 3350 6700 3350 6700 3350 6700 3350 3350
350000 150000 100000 150000 150000 100000 200000 50000 50000 100000 150000 150000 50000 150000 100000 200000
Keterangan : Kcr : Kincir Pom : Pompa Bau : Baumeter
Slend : Slender Sork : Sorkot Penc : Pencacah
Sed Kbesar Kkecil
: Sedong : Gudang Besar : Gudang Kecil
Total Penyusutan (Rp)
3911850 2091750 1213400 1460050 1335050 1291750 2110050 1916750 1310050 1538400 1210050 2263400 1241750 2138400 1210050 2316750
NILAI PENYUSUTAN INPUT PRODUKSI PETANI LAHAN BAGI HASIL NILAI PENYUSUTAN INPUT (Rp) No. Resp.
54 55 56 57 58 59 60 61 63 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 77
Kbesar 670000
Kkecil 1000000
Kcr 125000
Pom 800000
Bau 6700
Slend 75000
Sork 50000
Penc 3350
Sed 50000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
375000 250000 125000 250000 125000 125000 250000 250000 125000 250000 125000 125000 250000 125000 250000 125000 375000 125000 250000 375000 125000
800000 800000 800000 800000 1600000 800000 800000 1600000 800000 800000 800000 1600000 1600000 800000 800000 800000 800000 800000 1600000 1600000 800000
13400 13400 6700 13400 6700 6700 6700 6700 13400 6700 6700 13400 6700 6700 13400 6700 6700 6700 13400 13400 13400
75000 75000 75000 75000 150000 150000 75000 75000 75000 150000 150000 75000 75000 75000 150000 150000 75000 75000 75000 150000 150000
50000 50000 100000 100000 100000 100000 150000 50000 100000 150000 100000 50000 100000 50000 50000 50000 50000 50000 100000 150000 50000
6700 3350 6700 3350 6700 6700 6700 6700 6700 3350 3350 3350 6700 6700 3350 6700 3350 6700 6700 3350 3350
150000 100000 100000 150000 50000 100000 50000 150000 100000 200000 100000 50000 100000 100000 200000 100000 150000 100000 150000 100000 50000
Total Penyusutan (Rp)
1470100 1291750 1213400 1391750 2038400 1288400 1338400 2138400 1220100 1560050 1285050 1916750 2138400 1163400 1466750 1238400 1460050 1163400 2195100 2391750 1191750
Lampiran 6. Penentuan Rata-rata Biaya Produksi Garam Berbagai KP
PENENTUAN RATA-RATA BIAYA PRODUKSI GARAM Struktur 1. Produksi Garam (Ton) a. KP 1 b. KP 2 c. KP 3 Total Produksi
Nilai 1.631,25 2.610,00 2.283,75 6.525
-
2. Pengeluaran (Rp/Ton) a. TFC b. TVC c. Total Pengeluaran
MS SW BH 12.277.800 11.000.000 0 39.350.000 24.345.450 18.981.400 51.627.800 35.345.450 18.981.400
-
d. Rata-rata Pengeluaran (Total Pengeluaran/Total Produksi)
Pembulatan
35.318.216,67
3. Biaya Produksi (Rp/Kg) KP 1 KP 2 KP 3
21,65101405 13,53188378 15,46501003
Keterangan : KP = Kualitas Garam
MS = Milik Sendiri
TVC = Total Variable Cost TFC = Total Fixed Cost
SW = Sewa BH = Bagi Hasil
22 14 15
109
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Proses Produksi Garam Rakyat di Desa Padelegan Musim 2014
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kabupaten Pamekasan pada tanggal 26 November 1992. Terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga Bapak bambang Setiawan, S.Pt. dan Ibu Lailatul Hairiyah. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak Matsaratul Huda yang lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Jung Cang-cang V Pamekasan yang lulus pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama dicapai melalui Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pamekasan yang lulus pada tahun 2008 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pamekasan yang kemudian lulus pada tahun 2011. Penulis kemudian diterima sebagai mahasiswi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Hingga saat ini, penulis sedang menjalani program fasttrack di Sekolah PascaSarjana Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) di Institut Pertanian Bogor. Selama masa kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepenulisan ilmiah. Tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (BEM TPB IPB) di Departemen Budaya, Olahraga dan Seni pada tahun kepengurusan 2011-2012. Penulis juga tercatat sebagai pengurus Badan Eksekuitif Mahasiswa di tingkat Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (BEM FEM IPB) pada tahun kepengurusan 2012-2013 dan 2013-2014. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai pengurus harian dalam Organisasi Mahasiswa Madura (OMDA) GASISMA selama tahun kepengurusan 2012-2013 dan 2013-2014. Tercatat juga sebagai salah satu Tim Manajemen AgriSocio di tahun 2014-2015. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekonomi Umum pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Terdapat beberapa karya ilmiah yang pernah ditulis oleh penulis selama masa kuliah. Dua di antaranya memperoleh dana dari Pendidikan Tinggi (DIKTI), yakni PKM-M Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Proses Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Lingkungan di Desa Situ Udik Kabupaten Bogor dan PKM-P Tangible Demage Assesment Akibat Banjir Rob Sebagai Model Penanggulangan Bahaya Banjir Masa Mendatang (Studi Kasus : Kawasan Penjaringan, Jakarta Utara). Terdapat dua karya ilmiah yang tidak didanai oleh DIKTI, yakni PKM-M - Marine SPA (Sekolah Pantai Anak) : Program Pengenalan dan Pemahaman Potensi Ekosistem Laut Indonesia untuk Siswa Siswi SDN Bojong Jengkol 02 Ciampea, Bogor dan PKM-AI - Menakar Nilai Penting dan Manfaat Pengembangan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis salah satunya adalah tercatat sebagai salah satu ‘Penulis Paling Inspiratif’ dalam ajang penulisan ilmiah ‘Mengapa Saya Menjadi Mahasiswa IPB?’ yang diadakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (Dirmawa IPB).