EFEKTIVITAS MEDIA ARANG KAYU DAN ARANG BATOK KELAPA DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI PHOSPHATE (PO4) PADA AIR LIMBAH LAUNDRY Effectiveness Media Charcoal and Coconut Shell Charcoal in the Concentration to Reduce Phosphate (PO4) in Wastewater Laundry Ade Rahmat Firdaus. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Jl. Sambaliung Kampus Gunung Kelua Telp. 0541 703134 Samarinda E-mail :
[email protected] ABSTRAK Jasa laundry yang semakin banyak jumlahnya sering dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi dan tingkat kepadatan aktivitas manusia. Jasa laundry ini menggunakan deterjen setiap harinya dengan volume yang besar. Rata-rata debit limbah yang dihasilkan sebanyak 550 L/hari. Komposisi deterjen terdiri dari surfaktan, builder, dan bahan lainnya seperti pencerah dan pengharum. Deterjen juga mengandung phosphate (PO4) yang berasal dari builder yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas media arang kayu dan arang batok kelapa dalam mereduksi konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. Jenis penelitian menggunakan metode eksperimen untuk mencari media yang lebih efektif diantara arang kayu dengan arang batok kelapa. Sampel diambil dari air limbah laundry dan dilakukan perulangan untuk mendapatkan hasil perbandingan. Analisis menggunakan uji univariat dan bivariat dengan uji Anova taraf signifikasi 95%. Hasil pengukuran menunjukkan arang kayu efektif dalam mereduksi PO4 dengan nilai efisiensi 52.7% dan arang batok kelapa efektif dalam mereduksi PO4 dengan nilai efisiensi 41.8% sehingga kedua media ini efektif dalam mereduksi konsentrasi PO4 yang terdapat pada limbah laundry. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk tidak menggunakan waktu kontak yang terlalu lama, dan menyesuaikan tinggi media dengan tinggi air limbah selain itu perlu juga menambahkan media lain seperti pasir silica, batu bata, batu zeolit dan ijuk. Kata Kunci : Arang Batok Kelapa, Arang Kayu, Laundry, Phosphat (PO4) ABSTRACT Laundry services are more and more frequently with the increasing number of economic needs and the level density of human activity. The use of detergents, laundry service every day with big volume. Average discharge of waste generated as much as 550 L / day. The detergent composition comprising a surfactant, builder, and other ingredients such as brighteners and fragrances. Detergents also contain phosphate (PO4) derived from the builder that is harmful to health and the environment. This study aimed to know the effectiveness of charcoal and coconut shell charcoal in reducing the concentration of PO4 in the laundry wastewater. This type of research uses experimental methods to search for a more effective medium between the wood charcoal coconut shell charcoal. Samples were taken from laundry wastewater and looping conducted to obtain comparative results. Analysis using univariate and bivariate test with ANOVA significance level of 95%. The measurement results show wood charcoal is effective in reducing PO4 with a 52.7% efficiency rate and coconut shell charcoal is effective in reducing PO4 with a 41.8% efficiency rate so that the two media are effective in reducing the concentration of PO4 contained in the waste washing laundry. Based on the results of the study are advised not to use the contact time is too long, medium and high-adjusts to the height of the waste water should also add that in addition to other media such as silica sand, brick, stone and roofed zeolite. Keyword : Coconut Shell Charcoal, Laundry, Phosphate (PO4), Wood Charcoal
PENDAHULUAN Jasa laundry menggunakan deterjen dengan volume yang bayak setiap harinya. Debit limbah cair yang dihasilkan berfluktuasi tergantung jumlah pelanggan yang mencucikan pakaiannya dengan rata – rata effluent sebanyak 550 L/hari (berdasarkan survei Puspitahati, Maret 2011). Limbah laundry yang dominan berasal dari pelembut pakaian dan deterjen. Komposisi deterjen terdiri dari surfakan, builder dan bahan lainnya seperti pencerah, pengharum (Srikandi, 2006). Dalam proses pembuatannya, deterjen mengalami perkembangan. Awalnya deterjen mengandung Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), namun karena memiliki dampak negatif bagi lingkungan ABS diganti dengan Linier Alkyl Benzene SUlfonate (LAS) yang lebih ramah lingkungan karena dapat diuraikan oleh bakteri secara biologis (biodegradebel). LAS memiliki tingkat biodegradasi sebesar 90% sedangkan ABS hanya sebesar 50 – 60% (Sumardjo. 2008). Deterjen merupakan zat yang sangat bersifat toksik atau racun jika tertelan dalam tubuh. Selain itu pada deterjen juga ada zat adiktif lain seperti golongan ammonium kuartener dan beberapa jenis surfaktan seperti Sodium Lauril Sulfat (SLS) dan Sodium Lauret Sulfat (SLES). Golongan amonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Senyawa yang menimbulkan kanker tersebut juga dapat terbentuk dari reaksi SLS dan SLES dengan senyawa golongan ammonium kuartener. Selain itu deterejen juga mengandung phosphate (PO4) yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Air yang mengandung PO4 akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dimana badan air menjadi kaya akan nutrien terlarut, menurunnya kandungan oksigen terlarut dan kemampuan daya dukung badan air terhadap biota air (EPA, 1999). Untuk air minum masih dapat diterima oleh tubuh sampai 1 ppm, lebih dari kadar tersebut akan menyebabkan keracunan ( Sastrawijaya, 2000). Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Republik Indonesia (RI) dengan proses aerasi kontak menggunakan media arang kayu dapat meningkatkan kualitas air baku air minum khususnya dalam penghilang polutan senyawa
organik dan deterjen. Selama proses waktu tinggal 6 jam didapatkan efisiensi penghilang deterjen sebesar 90,95% dan efisiensi penghilang polutan organik sebesar 72,22% (Said dan Marsidi, 2004). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Argo Hadi Kusumo (2011) dengan menggunakan media arang batok kelapa didapatkan hasil yang berbeda-beda tergantung dari komposisi deterjen. Pada metode batch deterjen R, S dan M berturut – turut adalah 98,24% ; 92,59% ; 92,26%. Secara kontinyu deterjen tipe R, M dan S efisiensi removal secara berturut-turut adalah 84,15% ; 59,26% ; 27,778% (Kusumo, 2011). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan rancangan pre test – post test dengan kontrol grup (pre test – post test with control group). Penelitian ini menggunakan media arang kayu, arang batok kelapa dan kontrol untuk mengukur nilai efektivitas media dalam menurunkan konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. Air sampel yang digunakan berasal dari air limbah laundry. Penelitian menggunakan air sampel yang berasal dari Clean laundry yang berlokasi di Jalan Pramuka 8 No. 5 Samarinda. Analisa data dilakukan untuk menunjukkan nilai prosentase penurunan konsentrasi PO4 sebelum dan sesudah perlakuan. Analisa bivariat menggunakan analisa varian untuk mengukur nilai efektivitas antara media arang kayu, arang batok kelapa dan kontrol. Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji Kruskall Wallis, Friedmen dan Mann Whiteney. Penelitian menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dan nilai α sebesar 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Mereduksi Laundry Hasil pada media tabel
Media Arang Kayu dalam PO4 pada Air Limbah pengukuran konsentrasi PO4 arang kayu dapat dilihat pada 1 berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO4 pada Media Arang Kayu Pengulangan Arang Waktu Kontak Inlet Penyisihan ke Kayu 1 2.63 1.64 0.99 2 6 2.63 1.48 1.15 3 2.63 1.58 1.05 1 2.63 1.38 1.25 2 12 2.63 1.27 1.36 3 2.63 1.25 1.38 Arang kayu dapat digunakan untuk proses adsorbsi yaitu proses untuk menyerap kandungan toksik pada limbah dalam hal ini digunakan sebagai penyerap PO4 pada kandungan deterjen (Kusumo, 2013). Daya serap yang tinggi ini dikarenakan arang kayu memiliki pori – pori yang luas (Darmayanti, 2011). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Friedman didapatkan nilai ρ value lebih besar dari pada nilai α sehingga tidak ada perbedaan nilai keefektivitasan media arang kayu 6 jam dengan 12 jam terhadap penurunan konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. Jika dilihat dari hasil penurunan konsentrasi PO4 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media arang kayu 100 gram per 700 ml limbah laundry dapat menurunkan konsentrasi PO4 sampai 1.38 mg/L atau 52.7% sehingga hasil dari perhitungan statistik menunjukkan bahwa arang kayu efektif dalam menurunkan konsentrasi PO4 namun untuk ukuran waktu kontak tidak terdapat nilai perbedaan jadi dalam menggunakan waktu 6 jam
Prosentase 37.6 % 43.7 % 39.9 % 47.5 % 51.7 % 52.7 %
maupun 12 jam kedua waktu kontak ini mampu menurunkan konsentrasi PO4. Semakin lama waktu kontak semakin banyak konsentrasi PO4 yang dapat diserap oleh arang kayu namun, lamanya waktu kontak tidak memberikan nilai penurunan efisiensi yang signifikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh said (2006) yang menyatakan bahwa efisiensi penurunan senyawa organik semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak walau peningkatan itu tidak tinggi. Sedangkan menurut Gumelar (2014) waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang nyata (ρ value < 0.01) terhadap penurunan COD pada air limbah laundry. Efektivitas Media Arang Batok Kelapa dalam Mereduksi PO4 pada Air Limbah Laundry Hasil Pengukuran konsentrasi PO4 pada media arang batok kelapa dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2.
Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO4 pada Media Arang Batok Kelapa Arang Pengulangan Waktu Kontak Inlet Batok Penyisihan Prosentase ke Kelapa 1 2.63 1.84 0.79 30 % 2 6 2.63 1.64 0.99 37.6 % 3 2.63 1.64 0.99 37.6 % 1 2.63 1.69 0.94 35.7 % 12 2 2.63 1.57 1.06 40.3 % 3 2.63 1.53 1.1 41.8 %
Arang batok kelapa digunakan karena mudah dalam mendapatkannya, harganya relatif murah dan bisa dipakai berulang-ulang (regenerasi) karena dapat dibentuk secara granular sehingga menjadi nilai positif tersendiri untuk memilih arang batok kelapa sebagai adsorban (Kusumo, 2013). Menurut ahsan et al
(2005) dalam Widiyani (2010) yang menyatakan bahwa penghilang jumlah PO4 dapat dilakukan dengan adsorbsi sederhana serta efisiensi penghilang ion PO4 dengan consentrate menurun dengan peningkatan suhu.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Kruskal Walis didapatkan nilai ρ value lebih besar dari pada nilai α sehingga tidak ada perbedaan nilai keefektivitasan media arang batok kelapa 6 jam dengan 12 jam terhadap kelapa 100 gram per 700 ml limbah laundry dapat menurunkan konsentrasi PO4 sampai 1.1 mg/L atau 41.8% sehingga hasil dari perhitungan statistik menunjukkan bahwa arang kayu efektif dalam menurunkan konsentrasi PO4 namun untuk ukuran waktu kontak tidak terdapat nilai perbedaan jadi dalam menggunakan waktu 6 jam maupun 12 jam kedua waktu kontak ini mampu menurunkan konsentrasi PO4. Rendahnya angka penyisihan pada media arang batok kelapa ini disebabkan karena tinggi media arang batok kelapa tidak sebanding dengan tinggi air limbah sehingga tidak semua air limbah kontak dengan media arang batok kelapa. Selain itu faktor yang menyebabkan rendahnya penurunan konsentrasi PO4 adalah besarnya media arang batok kelapa, semakin kecil media arang batok kelapa, semakin cepat proses penjenuhan pada media arang batok kelapa hal ini disebabkan oleh pori-pori yang ada pada media arang batok kelapa terisi oleh partikel – partikel PO4. Faktor lain yang menyebabkan media ini rendah dalam menurunkan konsentrasi PO4 adalah adanya Tabel 3. Hasil Pengukuran Konsentrasi PO4 Perulangan ke 1 2 3 1 2 3
penurunan konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. Jika dilihat dari hasil penurunan konsentrasi PO4 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media arang batok pembentukan biofilm. Hal inilah yang menyebabkan permukaan batok kelapa tertutup sehingga kemampuan arang batok kelapa untuk mengadsorbsi menjadi terhambat. Semakin lama waktu kontak semakin banyak konsentrasi PO4 yang dapat diserap oleh arang batok kelapa namun, lamanya waktu kontak tidak memberikan nilai penurunan efisiensi yang signifikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh said (2006) yang menyatakan bahwa efisiensi penurunan senyawa organik semakin meningkat sering dengan bertambahnya waktu kontak walau peningkatan itu tidak tinggi. Sedangkan menurut Gumelar (2014) waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang nyata (ρ value < 0.01) terhadap penurunan COD pada air limbah laundry. Efektivitas Antara Media Hasil pengukuran konsentrasi PO4 pada media arang kayu, arang batok kelapa dan kontrol dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Input
Kontrol
Arang Kayu
2.63
2.36 2.37 2.34 2.31 2.37 2.32
1.64 1.48 1.58 1.38 1.27 1.25
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan uji Kruskal Walis untuk membandingkan nilai keefektifan antara kontrol, media arang kayu dan media arang batok kelapa didapatkan nilai ρ value lebih rendah dari α sehingga ada perbedaan nilai keefektivitasan antara ketiga perlakuan ini. Hasil uji yang ditunjukkan oleh uji Mann Whitney terhadap ketiga media ini
Arang Batok Kelapa 1.84 1.64 1.64 1.69 1.57 1.53
Waktu Kontak 6 jam
12 jam
menunjukkan bahwa ketiga media ini efektif dalam mereduksi konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. Jika dilihat dari hasil besaran penyisihan maka dapat diurutkan bahwa yang paling efektif dalam menurunkan konsentrasi PO4 adalah media arang kayu dikarenakan media arang kayu mampu menurunkan
konsentrasi PO4 hingga 52.7% setelah itu media arang batok kelapa dengan kemampuan menurunkan konsentrasi PO4 sebesar 41.8% dan yang terakhir adalah kontrol dengan prosentase penurunan sebesar 12.2%. Penurunan tertinggi terjadi pada arang kayu disebabkan karena arang kayu memiliki permukaan kontak yang lebihbanyak jika dibandingkan dengan arang batok kelapa yang hanya memiliki 2 permukaan kontak. Selain itu faktor penyebab tingginya penurunan pada arang kayu dikarenakan seluruh air limbah kontak dengan media arang kayu. Rendahnya angka penyisihan pada media arang batok kelapa ini disebabkan karena tinggi media arang batok kelapa tidak sebanding dengan tinggi air limbah sehingga tidak semua air limbah kontak dengan media arang batok kelapa. Selain itu faktor yang menyebabkan rendahnya penurunan konsentrasi PO4 adalah besarnya media arang yang digunakan, semakin kecil media arang semakin cepat proses penjenuhan pada media arang tersebut. Faktor lain yang menyebabkan media arang batok kelapa ini rendah dalam menurunkan konsentrasi PO4 adalah adanya pembentukan biofilm. Hal inilah yang menyebabkan permukaan batok kelapa tertutup sehingga kemampuan arang batok
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney Waktu Kontak N 6 Jam 9 12 Jam 9
kelapa untuk mengadsorbsi menjadi terhambat. Jika dilihat dari keunggulan media, berdasarkan teori arang batok kelapa lebih unggul daripada arang kayu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2011) dimana media arang batok kelapa untuk menyisihkan deterjen lebih unggul daripada arang kayu dikarenakan arang batok kelapa memiliki ukuran pori-pori yang lebih luas. Arang batok kelapa dapat menurunkan deterjen hingga 52.9% sedangkan arang kayu 51.3%. Penurunan yang terjadi pada kontrol disebabkan karena adanya proses pengendapan sebagai akibat dari lamanya waktu kontak yaitu 6 jam dan 12 jam. Selama waktu tinggal tersebut, terjadi tumbukan antara partikel-partikel limbah cair sehingga partikel-partikel tersebut menjadi cukup besar untuk mengendap (Nayoan, 2004). Selain itu disebabkan oleh adanya faktor alami dimana limbah memperbaiki kondisinya secara sendiri dengan bantuan mikroorganisme dan adanya kontak dengan udara yang menyebabkan mikroorganisme ini dapat hidup dan mengurai PO4 yang ada pada limbah meskipun angka penurunannya kecil. Efektivitas Antara Waktu Kontak Hasil pengukuran efektivitas waktu kontak dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
Mean Rank 10.94 8.06
Asymp. Sig. 0.250
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai ρ value lebih besar dari pada α sehingga tidak ada perbedaan nilai keefektifan antara waktu kontak 6 jam dengan 12 jam. Jika dilihat dari hasil besaran nilai penyisihan waktu kontak 12 jam lebih besar dari pada 6 jam. Namun, perbedaan selisih penurunan konsentrasi PO4 antara waktu kontak 6 jam dengan 12 jam tidak besar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh said (2006) yang menyatakan bahwa efisiensi penurunan senyawa organik semakin meningkat sering dengan bertambahnya waktu kontak walau peningkatan itu tidak tinggi. Sedangkan menurut Gumelar (2014) waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang nyata (ρ value < 0.01) terhadap penurunan COD pada air limbah laundry. Lamanya waktu kontak pada penelitian ini menjadi salah satu hambatan untuk proses pengolahan limbah. Jumlah limbah yang dihasilkan oleh usaha laundry bersifat fluktuatif dimana jumlah limbah yang dihasilkan tergantung pada banyaknya pakaian yang dicuci. Namun, karena waktu kontak yang lama sehingga memerlukan wadah yang besar untuk menampung jumlah limbah yang ada untuk diproses sebelum dilepas ke badan air, sedangkan berdasarkan hasil penelitian, selisih penurunan konsentrasi PO 4 pada waktu kontak 6 jam dan 12 jam sangat rendah. Air yang digunakan dengan air limbah yang dihasilkan memiliki jumlah yang sama. Semakin tinggi penggunaan air maka semakin banyak jumlah limbah yang dihasilkan, sehingga perubahan air limbah menjadi air bersih melalui daur hidrologi merupakan fenomena alam yang memungkinkan manusia tidak akan kekurangan air bersih. Akan tetapi, menunggu fenomena alam semacam ini membutuhkan waktu karena laju terbentuknya air limbah tidak mengenal musim sebagaimana proses hidrologi berjalan tergantung musim (Sarudji, 2010). Menurut Djabu et al (1991) dalam Asmadi (2012) tujuan pengolahan limbah adalah untuk mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair pada kesehatan manusia dan lingkungan serta meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia dan lingkungan. Salah satu tujuan khusus dari pengolahan air limbah yang dikemukanan oleh Djabu et al (1991) adalah untuk mereduksi kandungan nitrogen, PO4 dan komponen organik toksik. Sehingga pentingnya kesadaran masyarakat untuk mengolah air limbah sebelum dibuang kelingkungan. Hal ini berguna untuk meringankan beban lingkungan dalam mengurai limbah toksik yang dapat menggganggu kelestarian ekosistem. KESIMPULAN Media arang kayu efektif dalam menurunkan konsentrasi PO4 pada limbah laundry dengan nilai prosentase terbesar 52.7%. Media arang batok kelapa kelapa efektif dalam menurunkan konsentrasi PO 4 pada air limbah laundry dengan nilai prosentase terbesar 41.8% Berdasarkan hasil besaran penyisihan dapat diurutkan media yang efektif dalam menurunkan konsentrasi limbah laundry yaitu : media arang kayu, media arang batok kelapa dan setelah itu kontrol. Waktu kontak yang efektif pada media arang kayu adalah dua belas jam namun selisih beda penyisihan antara waktu kontak 6 jam dengan 12 jam sangat rendah sehingga waktu kontak tidak berpengaruh terhadap besaran nilai efisiensi penurunan konsentrasi PO4 pada air limbah laundry. SARAN Sebaiknya dalam melakukan penelitian ini tidak menggunakan waktu kontak yang terlalu lama. Sebaiknya pada percobaan di sesuaikan tinggi media dengan air limbah agar seluruh air limbah dapat kontak dengan media. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengolahan air limbah cucian laundry menggunakan media tambahan lain seperti pasir silika, batu bata, batu zeolit dan ijuk. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset, 2004
Darmayanti, Lita dkk. Pengaruh Penambahan Media Pada Sumur Resapan dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Rumah Tangga. Diakses pada http//jst.eng.unri.ac.id/index.php/jst/article/view/105 pada tanggal 20 Maret 2014, 2011 Dinkes Propinsi Kaltim. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Samarinda. 2011 Kusumo, Argo Hadi. Penurunan Konsentrasi Surfaktan dalam Limbah Cair Laundry dengan Adsorpsi Menggunakan Arang Batok Kelapa (Coconut Shells) Komersil. Diakses pada digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduet-17149 pada tanggal 22 Februari 2014, 2011 Litaay, Gabriela Welma. Kemampuan Pseudomonas aeroginosa dalam Menurunkan Kandungan Fosfat Limbah Cair Rumah Sakit. Diakses pada http//e-jpurnal.uajy.ac.id/3980/ pada tanggal 20 Maret 2014, 2013. Mukono, H.J. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press, 2000 Nayoan, Christina Rony. Perbedaan Efektivitas Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan Arang Kayu dalam Menurunkan Tingkat Kekeruhan pada Proses Filtrasi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Diakses pada www.fkm.undip.ac.id /data/index/php?action=4&idx=1031 pada tanggal 13 Juni 2014, 2011 Pratiwi, Novika Dyah, dkk. Dampak Penggunaan Deterjen sebagai pembersih Pakaian dalam Kehidupan. Diakses pada http://punyanyavika. woordpress.com/2011/12/25 pada tanggal 10 Maret 2014, 2011 Puspitahati, Cony dan Didik Bambang S. Studi Kinerja Biosand Filter dalam Mengolah Limbah Laundry dengan Parameter Fosfat. Diakses pada http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Peper-195573306100065-Paper.pdf pada tanggal 18 Juli 2014, 2012 Said, Nusa Idaman. Penghilang Deterjen dan Senyawa Organik dalam Air Baku Mutu Air Minum dengan Proses Biofilter Unggun Tetap Tercelup. Diakses pada www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB9.pdf pada tanggal 15 Maret 2013, 2006 Said, Nusa Idaman. Proses “Aerasi Kontak” menggunakan Media Arang Kayu untuk Mengurangi Deterjen dalam Air Baku. Diakses pada http://digilib.bppt.go.id /ejurnal/index.php/JTL/Article/View/391/525 pada tanggal 17 Maret 2013, 2004 Srikandi, Fardiaz. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 2006 Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 2008 Wardhana, Irawan Wisnu dkk. Penurunan Kandungan Phosphat pada Limbah Cair Industri Pencucian Pakaian (Laundry) menggunakan Karbon Aktif dari Sampah Plastik dengan Metode Batch and Kontinyu. Diakses pada ejournal. undip.ac.id/20265/ pada tanggal 15 Juli 2014 Water Treatment Solution Lenntech. Phosphorus-P. Diakses pada http://www.Lentech.com/periodic/element/p.htm tanggal 13 Agustus 2014, 2006