EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR GAMBUT LENGKAP DALAM MENURUNKAN KADAR WARNA, KEKERI]IIAN DAN BESI $E) PAI)A AIR GAMBUT ST'NGAI RAYA DALAM TAUFIK AIYWAR Poltekkes Kemenkes Pontianah Jurusan Kkesehatan Lingkungan
E-mail :
[email protected]
Air
Gambut Lengkep dalam Menurunkan Kadar \Varna, Kekeruhan dan Besi (Fe) pada Air Gambut Sungai
Abstrats Efektivitas Instalasi Pengolahan
Raya Dalam. Penelitian ini bersifat eksperimen semu yaitu eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran-pengukuran dampalq dan unit-unit eksperimen namun tidak menggunakan penempatan secara acak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design with control. Populasi adalah Air Gambut yang berasal dari Sungai Raya Dalam Jl. Dr.Soedarso Pontianak. Sampel adalah sebagian air Gambut Sungai Raya Dalam dengan metode kombinasi, proses Koagulasi flokulasi, filtasi dan Ultrafiltrasi. Hasil penelitian menunjukan efektifas kinerja instalasi pengolahan air gambut dalam penunrnan intensitas warna, tingkat kekeruhan dan kadar besi (Fe) berhrrd-turut pada saat surut adalah 98,22o/o, 85,53yo dan 96,100/o, sedangkan efektiftas kinerja instalasi pengolahan air gambut dalam peilrnrnan intensias warna, tingkat kekeruhan dan kadar besi (Fe) berturut-turut pada saat pasang adalah 98,28o/o,87,67Yo dan95,93Yo.
Kata Kunci: lnstalasi Pengolahan Air Gambut, Kekeruhan
Abstractl The Effectiveness of Peat \ilater Treatment Plant Complete in Decreasing Levels of Color, Turbidity and lron (Fe) on Peat Water Sungai Raya Dalam. This research type is a quasi-experimental that experiments had fieatrnents, measurements of the impac! and the units of the experiment, but do not use random samples. The research
is one group pretest-posttest desigu with confiol. The population in this research is Peat water from Sungai Raya at Jl. Dr.Soedarso Pontianak. The sample is half of Peat water from Sungai Raya Dalam with combination method, coagulation flocculation process, filtration and ultrafiltration. The results showed effectivenes design used
performance peat water treatment plant in a decreasing levels of coloa turbidity and iron (Fe) wich each having an average at the time of low tide is 98,22yo,85,53yo dan96,100/o, while effectivenes performance peat water treatnent plant in a decreasing levels of color, turbidity and iron (Fe) wich each having an average at the time of high tide is 98,28o/o, 87,67Yo dar95,93Yo.
Keywords: Water Treatment Plant Peat, Turbidity
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan
kesehatan, kenyamanan atau sosial. Pemenuhan kebutuhan air bersih sudah meqiadi masalah
akan air tersebut belum tercukupi maka akan
yang sangat umum dan belum diatasi di
memberikan dampak yang besar bagi manusia
sebagian besar wilayah Negara Indonesia pada umumnya terutama di daerah pedesaan dan
terutama yang berkaitan dengan masalah 726
127
Sanitarian, Yolume
I llomor 1, April
2016, hlm.l26
daerah terpencil. Persentase penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan air atau perusahaan air Bersih masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45% sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 36% ( Said, 2008). Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah dan air sungai
yang digunakan oleh masyarakat
kurang memenuhi syarat sebagai air Bersih/air bersih yang sehat, bahkan dibeberapa tempat tidak layak untuk air Bersih. Air yang layak untuk air Bersih mempunyai standart persyaratan tertentu yakni persyaratan fisika, kimia, biologi, radioaktif dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jika,salah satu parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tersebut fidak layak
dikonsumsi dan tidak memenuhi standar kualitas, dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik seeara langsung maupun tidak langsung (Said,2008) Di beberapa daerah berawa khususnya daerah dataran rendah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, masih terdapat kesulitan untuk memanfaatkan air permukaan sebagai sumber air bersih. Air perrnukaan yang secara teknis dikenal sebagai air gambut mengandung warna dan zat organik yang tinggi ser&a bersifat asam sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap dikonsumsi dan dimanfaatkan. Air gambut dapat diolah dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan cara koagulasi flokulasi. Pada proses koagulasi flokulasi ini terjadi proses penggumpalan partikel-partikel
halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi merg'adi partikel yang lebih besar sehingga dapat diendapkan dengan jalan penambahan bahan koagulasi. Koagulasi dilakukan dengan pembubuhan bahan koagulan ke dalam air Tangki sehingga kotoran yang berupa koloid maupun suspensi seperti zat warna organik, lumpur halus, dan algae serta Iainnya yang ada di dalamnya menggumpal dan mudah diendapkan ( Said,2003). Salah satu teknologi membran yang
akhir-akhir
ini
banyak digunakan
dalam
pengolahan air adalah ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi
merupakan proses pemisahan menggunakan membrane dengan ukuran pori-pori 0,1 - 0,01 pm ( micron). Membran Ultrafiltrasi diduga mampu menurunkan parameter seperti zat organik dan kekeruhan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Notodarmojo dan Deniva yang menggunakan membran ultrafiltrasi untuk menyisihkan konsentrasi senyawa organik, TSS,
-
136
TDS dan warna dari air Waduk
Saguling,
Padalarang. Terapan Teknologi Membran ini dapat menghasilkan air bersih dengan syarat kualitas air Bersih (Nlotodarmojo dan Deniva, 2004).
Wilayah Sungai Raya Dalam Kec.Pontianak Tenggara merupakan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air. Musim panas air agak surut dan musim hujan air menjadi pasang- Masyarakat setempat biasa menggunakan air dari Parit Nenas untuk mandi, mencuei dan keperluan sehari-hari. Sedangkan sumber air Bersih yang digunakan oleh masyarakat sebagian hsar adalah air hujan. Data dari Dinas Kota Pontianak cakupan air bersih Kota Pontianak sebesar 7924% terdiri dari pemakai sarana PDAM termasuk perpipaan 54,59yo, PAII 24,65Yo , lainnya 4,lloh. Sedangkan Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Air Bersih Kota Pontianak adalah 80% masyarakat memiliki sarana air bersih. Sebagai salah satu altematif upaya penyediaan sarana air bersih, di Parit Sungai Raya Dalam Kec.Pontianak Tenggara dibangun'instalasi pengolahan air gambut dengan proses koagulasi flokulasi dan ultrafiltrasi. Pembuatan instalasi pengolahan air gambut ini dibiayai oleh Poltekkes Kemenkes Fontianak untuk bangunan pengolahan airnya. Melihat hal tersebut Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Gambut Dengan Proses Koagulasi Flokulasi dan Ultrafiltrasi di Parit Sungai Raya Dalam Kec.Pontianak Tenggara.
METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experimen) yaitu eksperimen yang
memiliki perlakuan (treatments)" pengukuran pengukuran dampak (outcome measwes), dan unit - unit eksperimen (eksperimental tmits) namun tidak menggunakan penempatan secara aeak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design with control, yaitu kepada unit percobaan dikenakan
perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan sebelum pemberian perlakuan dan pengukuran kedua dilakukan sesudah diberikan perlakuan. Populasi : Air Gambut yang berasal dari Sungai Raya Dalam Jl. Dr.Soedarso Pontianak.
Sampel adalah sebagian air Gambut Sungai Raya Dalam dengan metode kombinasi proses Koagulasi fl okulasi, fi ltrasi dan Ultrafi ltrasi-
Taufik Amuar, Efektivitas Instalasi Pengolahan Air
Alat : (a) Ember (b) Bak penampungan/Tangki 250 liter (c) Batang pengaduk (disesuaikan dengan besar ember) (d) Pompa air kapasitas 30 literlmenit (e) Selang 5 nrl (0 Gergaji pipa (g) Pompa I blower aquarium (h) Timbangan (D GelaVwadah fi) Pipa PVC 3/t inch (k) Stop kran (l) Penyambung pipa Bahan : (a) Air gambut (b) Soda Ash (c) Tawas (d) Mangan Zeolit(e) Karbon Aktif. Cara Kerja : (a) Air baku disedot menggunakan pompa air kapasitas 30 liter/menit. (b) Setelah itu, air baku masuk ke
dalam bak penampungan (250 liter) bersamaan dengan larutan Soda Ash dan Tawas. (c) Di dalam bak terjadi pengadukan hidrolis, yaitu air
yang
ditambahkan dengan Soda Ash
(netralisasi) dan air yang ditambahkan dengan
Tawas ftoagulasi) menggunakan pompa / blower aquarium. (d) Setelah penambahan bahan koagulan (Tawas), akan terjadi pembentukan flok yang biasa disebut dengan proses flokulasi. (e) Kemudian terjadi proses pngendapan I'ang biasa disebut dengan proses sedimentasi (waktu tinggal yang efektif adalah
selama 60 menit) (0 Setelah proses pngendapan dilakukan, air dari bak penampungan awal disedot dengan pompa ke dua ke dalam tabung filter untuk kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi dengan media karbon aktif dan mangan zeolit. (g) Dari proses filtrasi dengan media yang menggunakan aliran up-flow, selar{utnya air masuk ke dalam unit ultrafiltrasi dan kemudian ditarnpung ke dalam bak penampungan akhir. (h) Selanjutnya buka kran air dari bak penambungan akhir dan tampung air ke dalam sebuah botol kemudian diberi label. Selanjutnya bawa sampel air hasil olahan ke laboratorium untuk diperiksa warnae
No Parameter
Pada kegiatan pengukuran yang (Fe).
Uji Pada Saat Surut r23o
Kekeruhan
43
3 Fe
Hasil
5,65
Mutu
Pada Saat Pasang
Ptco
NTU
Baku
Uji
Hasil
warna
Air Bersih
J:J3 ,i& 47
NTU
25
NTU
mg/t 6,4mgll 1,0 mg/l
Surnber : Data Primer, 2014
Berdasarkan hasil
pengukuran
Laboratorium pada pengukuran sampel kontrol yang tidak diberikan perlakuan pada saat air surut dan pasang dapat dilihat bahwa seluruh hasil di setiap parameter warna, kekeruhan, dan kadar Fe melebihi ambang batas yang diperbolehkan menurut Permenkes RI No.4 I 6/Iv[enkeslPer/IX
I
1990.
Pengukuran \Yarna Pengukuran warna dilakukan setelah dilakukan pros€s pengolahan air gambut lengkap yang meliputi penambahan bahan
kimia, filtrasi dan ultrafiltrasi
dengan
l6 kali. Berdasarkan tabel 2 diketahui ruta-rata hasil pengukuran wama yaitu 24,18 PtCo dengan efektifitas 98,22yo pada saat air surut pengulangan sebanyak
dan 2L,12 PtCo dengan efeldifitas 98,28o/o sart air pasang.
Gambar 1.
Grafik Penurunan Intensitas lYarna Air Gambut Pada Saat Surut dan Pasang Melalui Proses I)engan Pengolahan Instalasi
Menggunakan
Pengolahan Air Gambut Di Parit Sungai Raya Dalam
HASIL
dilakukan di lapangan meliputi Intensitas wanla, Tingkat Turbidity (Kekeruhan) dan Kadar Besi
128
Tabel 1. Pengukuran Sampel Kontrol pada air parit Sungai Raya Dalam pada saat air Surut dan Pasang
kekeruhan, dan kadar Fe nya.
Pengukuran Sampel Kontrol
...
1500
L?fh
1000
s00 0
surut
EN !c cll ^@ iZc G
rg H c G !0 g
oo
co
o.
EEEEEE
s
@
o o
pasanS
129
Saniurian, Volume 8 Nomor l, April2016, hlm.l26- 136
Pada Grafik I dapat dilihat penurunarl intensitas wama pada saat surut dan pasang
menggunakan Instalasi Pengolahan Air Gambut sangat besar. Tingkat kekeruhan awal pada saat
melalui proses pengolahan
dengarr
surut adalah 47 NTU dan pada saat pasang
Air
Gambut
adalah 43 NTU, setelah dilakukan pengolahan menjadi 4 NTU dengan efektifitasnya 91,48o/o pada saat surut dan 3 NTU pada saat pasang
menggunakan [nstalasi Pengolahan
sangat besar. lntensitas warna awal pada saat surut adalah 1360 PICO dan pada saat pasang adalah 1230 PtCO, setelah dilakukan
pengolahan menjadi
19 PtCO
dengan
efektifitasnya 98,600/0 pada saat surut dan 16 PtCO pada saat pasang dengan efektifitas 98,68Ya sebagai intensitas warna terendah setelah dilakukan 16 (enam belas) kali pengulangan, dan menuqiukkan intensitas wama dari proses instalasi pengolahan air gambut ini telah memenuhi standar mutu air untuk air bersih menurut Permenkes RI No.4 I 6/lvtenkeslPerA)#l 990.
dengan efektifitas 93,02yo sebagai intensitas warna terendah setelah dilakukan 16 (enam belas) kali pengulangan, dan menuqiukkan
tingkat kekeruhan dad proses instalasi pengolahan air gambut ini telah memenuhi standar mufu air untuk air bersih menurut Permenkes RI No.4 I 6/IvIenke slPertW 1990.
Pengukuran Fe Pengukuran Fe (kadar tresi) dilakukan dengan menggunaan proses instalasi pengolahan
Pengukuran Kekeruhan Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan menggunaan proses instalasi pengolahan air gambut lengkap yang meliputi penambahan bahan kimia, filtrasi dan ultrafiltrasi dengan pengulangan sebanyak 16 kali. Berdasarkan pada tabel 2 diketahui ratarata hasil pengukuran kekeruhan yaitu 6,8 NTU denggn efektifitas 85,53yo pada saat air surut dan 5,3 NTU dengan efektifitas 87,67yo saat air
air gambut lengkap yang meliputi penambahan bahan kimia, filtrasi dan ultrafiltrasi dengan pengulangan sebanyak l5 kali, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan pada tabel 3 diketahui rata-
rata hasil pengukuran besi yaitu 0,22 mgfl dengan efektifitas 96,1006 pada saat air surut dan 0,26 m/l dengan efektifitas 95,93Yo pada saat air pasang.
pasang.
Gambar 2.
Grafik Penurunan Tingkat I(ekeruhan Air Garirbut Pada Saat Surut dan Pasang Melalui Eengan Menggunakan fnshlasi Pengolahan Air Gambut Di Parit SungaiRaya Dalam
Proses Pengolahan
?3 30i
$3
1B E
Sungai Raya Dalam
8 6
..ESs
4
!
2
,{,q*trfsz_
t
0
Em L-
sr (o ^ifio,a9,s$r46,a
il : : IP'SNg g:EEE$EH
E $ E fi
HPFEEEEH aH a[
[
proses
C(E oh0 .YC
(E
= u!
C ()
E?S5 H'H"EE aae n E6FB 4o-ilF
surut pasang
oH
HH*
Pada Grafik 2 dapat dilihat penurunan tingkat kekeruhan pada saat surut dan pasang
melalui
Gambar3. Grafik Penurunan Kadar Fe Air Gambut Pada Saat dan Pasang Surut Melalui Proses Pengolahan I)engan Menggunakan Instalasi Pengolahan Air Gambut Di Parit
pengolahan
dengan
Pada Grafik 3 dapat dilihat penurunan kadar Fe pada saat surut dan pasang melalui
proses pengolahan dengan menggunakan Air Gambut sangat besar.
Instalasi Pengolahan
TaufikAnwar, Efektivitas Instalasi PengolahanAir
Tingkat kadar Fe awal paa saat surut adalah 5,6i mg/l dan pada saat pasang adalah 6,4 mgll, setelah dilakukan pengolahan menjadi 0,08 NTU dengan efektifitasnya 98,58Yo pada saat surut dan 0,1 I pada saat pasang dengan efektifitas g8,28Yo sebagai kadar Fe terendah setelah dilakukan 16 (enam belas) kali pengulangan, dan menunjukkan kadar.Fe dari pro*r instalasi pengolahan air gambut ini telah memenuhi standar mutu air untuk air bersih Perrnenkes RI menurut No.4 I 6ll\,tenkes/PerlDU 1 990.
D
Setclah 24,1875
0-
0,00 000
3,6554 0,9I
I
16
0,00
0 16
387
S,mbffiAffiAzol4
2
ruta-tata sebelum pengolahan dengan instalasi pada saat surut uAutut 1360,0000 dengan standar deviasi 0,00000 sedangkan untuk setelah pengolahan dengan instalasi pada saat surut adalah 24,1875 dengan standar deviasi 3,65548. Hasil uji statistik didapatkan nilai p:0,000 berarti pada alpha 5%o terlihat ada perbedaan yang si gnifi kan raL-rata intensitas warna antara sebelum dan setelah perlakuan dengan instalasi pengolahan air gambut pada saat surut' Berdasarkan Tabel
Uji Statistik Intensitas Warna
Pada T Test Sample Saat Pasang dengan Paired
Hasit
Tabel 3. Ilasit Uji T Test Warna Saat Pasang Sebelum dan Setelah Pengol-ahan P-
Variabet Mean SD
SE Val
Sebelum 1230,0 0,0000 0Pengolahan 000
0,00 000
Setelah
0,61
21,125 2,4731
Pengolahan 0
Sumber : Data Primer, 2014
9
dan setelah perlakuan dengan instalasi pengolahan air gambut pada saat pasang'
.Jb"lo*
830
N
16
0,00 0
Uii
P.
Variabel Mean SD
SE Valu
N
e
Surut
N
ue
n
Pengotaha
SE Val
SD 0,0000
dengan instalasi pada saat pasang adalah n,l25} dengan standar deviasi 2,47319' Hasil uji statistik didapatkan nilai p : 0,0-00 berarti pada alpha 5Yo terlihat ada perbedaan yang signifikan rata'tata intensitas warna antara
dan Pasang Setelah Pengolalan
Sebelum dan Setelah Pengolahan
1360-000 Pcogolaha 0
deviasi
0,00000 sedangkan untuk setelah pengolahan
Tabel4. Ilasil Uii T Test \Yarna Saat Surut
Tabel2. I{asit Uii T Test'IVarna Saat Surut
Sebelum
uOuiut 1230,0000 dengan standar
Statistik Intensitas Warna Pada Saat Surut dan Pasang Ilengan Independent T Test
Hasil Uii Statistik htensitas Warna Pada Saat Surut l)engan Pairrd Sample T Test
Variabel
130
Berdasarkan Tabel 3 rata'rata sebelum pengolahan dengan instalasi pada saat pasang
IIasiI
Uji $tatistik Intensitas lYarna
Mean
"'
l6
setela! 24.tg 3,655 o,gl4 Pengolaha 0,39 n 4 Pasang 2t.12 2,473 0'618 -setet-a! Feugolaha n-
16
16
Sumber : Data Primer,2014
Berdasarkan Tabel4.7 rata-rata pada saat surut setelah pengotahan dengan instalasi adalah 24,19 dengai standar deviasi 0,914 sedangkan pada saat pasang untuk setelah pengolahan uOutut 21,{2 dengan standar deviasi 2,473'
:
Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,394 berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata intensitas warna antara saat surut dan pasang setelah pengolahan dengan instalasi pengolahan air gambut.
Ilasil Uji Statistik Tingkat Kekeruhan Pada Saat Surut Dengan Paired Sample T Test
Ilasil Uji Statistik Tingkat I(ekeruhan
l3l
Sanitarian, Yolame I Nomor I , April
201 6,
hlm.l 26
T Test Kekeruhan Saat Surut Sebelum dan Setelah
Tabel 5. Hasil Uji
-
I
36
Val
SE
Surut
ue
6,88
Setelah
Sebelum Pengolahan Setelah Pengolahan
47,0 000
0,00000
0'0000
16
0,00 0
6,81
2,71339
25
0'6783
t6
Pengolahan Pasang Setelah Pengolahan
Berdasarkan Tabol
rata-rata sebelum pem.golahan dengan instalasi pada saat surut adalah 47,0000 dengan standar deviasi 0,00000 s€dangkan untuk setelah pengolahan dengan instalasi pada saat surut adalah 6,8125 dengan standar deviasi 2,71339. Hasil uji statistik didapatkan nilai p : 0,000 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan ratarata tingkat kekeruhan &ntara sebelum dan setelah perlakuan dengan instalasi pengolahan air gambut pada saat surut. Hasil Uji Statistik Tingkat Kekeruhan Pada Saat Pasang Dengan Paired Sample T Test
Tabel6. Ilasil
Uji T Test Kekeruhan
Pasang Sebelum
dan
Saat Setelah
Sebelum
0,000
43,00 00
00
SE
PValue
1,851
5,312
Pengolahan
80
5
0,078 5,3
t
r,85
l6
0,463
2
7 rda-rata
pada saat
pada saat pasang untuk setelah pngolahan adalah 5,31 dengan standar deviasi 1,852. Hasil
didapatkan nilai p = 0,078 berarti pada alpha Sa/o terlihat tidak ada perbedaan yang
uji statistik
signifikan rata-rata tingkat kekeruhan antara saat surut dan pasang setelah pengolahan dengan instalasi pengolahan air gambut"
Hasil Uji Statistik Kadar Fe Hasil Uji Statistik Kadar Fe Pada Saat Surut Dengan Faired Sample T Test
Tabel 8. Hasil
Uji T Test Kadar Fe
Surut Sebelum dan
0,00 000
Variabel
l6 0,000
Sctelah
l6
0,688
4
Saat Setelah
Pengolahan SD
Pengolahan
2,75
N
surut setelah pengolahan dengan instalasi adalah 6,88 dengan standar deviasi 2,754 sedangkan
Pengolahan Variabel
sE ui;.
SD
Berdasarkan Tabel
5
Setelah
Sumber : Data Primer, 2014
Sumbcr : Dda Primer, 2014
.
Pasang
dan Pengolahan
Variabel Me
P-
sD
T Test Kekeruhan Saat
Surut
Pengolahan
variabel Mea n
Uji
Tabel 7. Hasil
v"lu"
Mean
Sebelum 5,650 Pengolahan 0
0,000 00
0,000 00
N
l6 0,000
0,46
29s
l6
Sumber: Data Primer, 2014
Setelah
4,226
0,472
Pengolahan
2
10
0,018 02
t6
Sumber : Data Primer,2014
Berdasarkan Tabel 6 rata-rata sebelum pengolahan dengan instalasi pada saat pasang adalah 43,0000 dengan standar deviasi 0,00000 sedangkan untuk setelah pengolahan dengan instalasi pada saat pasang adalah 5,3125 dengan
180. Hasil uji statistik 0,000 berarti pada alpha 5o/o terllhat ada perbedaan yarg signifikan ratarata tingkat kekeruhan antara sebelum dan setelah perlakuan dengan instalasi pengolahan air gambut pada saat pasang. standar deviasi
didapatkan
I ,85
nilai p
:
Berdasarkan Tabel 8 rat*rata sebelum pengolahan dengan instalasi pada saat surut adalah 5,6500 dengan standar deviasi 0,00000 sedangkan untuk setelah pengolahan dengan instalasi pada saat surut adalah 0,2262 dengan standar deviasi 0,A7210. Hasil uji statistik didapatkan nilai p : 0,000 berar-ti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-
rata kadar Fe antara sebelum dan setelah perlakuan dengan instalasi pengolahan air gambut pada saat surut.
Ilasil Uji Statistik Tingkat Kekeruhan
Pada Saat Surut dan Pasang Dengan Independent T Test
Hasil
Uji
Statistik Kadar Fe Pada Saat
Pasang Dengan Paired Sample T Test
Taufik Anwar, Efektivitas Instalasi Pengolahan Air
Tabel 9. Hasil Uji
Pasang
T
Test
Kadar Fe Saat
Sebelum
Setelah
dan
ffHlfll,
00
en
N
0,00 000
16
0,106
o'1t
35
an
16
Berdasarkan Tabel 9 rata-rata sebelum pengolahan dengan instalasi pada saat pasang adalah 6,4000 dengan standar deviasi 0,00000 sedangkan untuk setelah pengolahan dengan instalasi pada saat pasang adalah A,2619 dengan standar deviasi 0,10635. Hasil uji statistik 0,000 berarti pada alpha didapatkan nilai p 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-
:
rata kadar Fe antara sebelum dan
setelah
dengan instalasi pengolahan ak gambut pada saat pasang.
Hasil Uii Statistik Kadar Fe Pada Saat Surut dan Pasang Dengan Independent T Test
l0. Hasil Uii T Test Kekeruhan Saat Surut dan Pasang Setelah Pengolahan P.
Variabel
SE Valu
Mean
N
,:fi;i Pengolahan
#,LT
0.0721
0a2
Pengolahan
0,1063
559
t6
0,426
l6
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 10 rata-rata pada saat surut setelah pengolahan dengan instalasi adalah
0,2262 dengan standar deviasi
0.07210 sedangkan pada saat pasallg untuk setelah pengolahan adalah 0,2619 dengan standar deviasi 0,10635. Hasil uji statistik didapatkan nilai p : 0,470 berarti pada alpha 5Yo terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar Fe antara saat surut dan pasang setelah pengolahan dengan instalasi pengolahan air gambut.
PEMBAIIASAN
pada saat air surut dengan ratz-rata efektivitas 98,22yo dan rata-rata warna 21,12 FtCO pada saat pasang dengan rata-rata efektivitas 98,28yo. Berdasarkan uji statistik melalui uji T Test didapatkan P Value 0,394 yang menunjukkan bahwa nilai P lebih besar daripada 0,05 dimana berarti tidak ada perhdaan yang bermaknapada penurunan intensitas warna antara saat surut dan
pasang setelah pengolahan dengan instalasi pengolahan air gambut. Baku mutu air bersih untuk warna berdasarkan Permenkes zu No.4 I 6/Iv1enkeslPer/IX/ I 990, warna maksimum
diperbolehkan adalah
50 ftCO. Dari
hasil
air parit Sungai Raya Dalam dari segi warna sudah dapat
tersebut menur{ukkan bahwa
dikatakan layak sebagai air bersih karcna sudah
di
bawah standar maksimum yang diperbolehkan dan tercantum di dalam
Permenkes RI No.4 1 6/lvlenkesiPer/DVl 990. Air parit Sungai Raya Dalam berwarna
kuning pekat kecoklatan, sehingga perlu di lakukan pengolahan- Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari
terlarut terutama dalam bentuk asam 0.018 0,47 0
o,T'
gambut"
tingginya kandungan zat organik (bahan humus)
e
0.226
aA
diperoleh rata-rata warna adalah 24,18 PtCO
0,02 659
Sumber : Data Primet,2014
Tabel
pengulangan, dari hasil pengukuran diperoleh hasil kontrol sebelum perlakuan adalah 1360 PICO pada saat air surut dan 1230 PtCO pada saat air pasang. Setelah diberi perlakuan dengan
proses instalasi pengoalahan
0,000
*[lf'
Penurunan Warna
Raya Dalam dilakukan dengan 16 kali
SD sE ui*u 0,000
u,too
132
Pengukuran warna pada air parit Sungai
Pensolahan
Variabel Mean
.."
dan
turunannya Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun, pohon, atau kayu (Kusnaedi, 2006). Pengolahan yang dilakukan pada air gambut di parit Sungai Raya
Dalam adalah dengan proses instalasi pengolahan air gambut yang terdiri dari penambahan bahan kimia, proses filtrasi dengan
dua media dan membran Ultrafiltrasi (UF). Kapasitas instalasi pengolahan air gambut dalam menghasilkan air bersih menurut teori adalah 720 - i000 titer/jam, namun dilapangan didapatkan kapasitas olahan adalah 540 literdam. Bahan kimia yang digrrnakan di lapangan adalah Tawas dengan ketetapan dosis
A,2 gr/liter dan dosis yang digunakan di Iapangan adalah 50 gram Tawas dalam 250 liter
air, bahan kimia lain yang digunakan adalah
1:l dengan yang gr/liter dan dosis yaitu 0,2 Tawas gram Soda digunakan di lapangan adalah 50 Soda Ash dengan ketetapan dosis
133
Saniturian, Volume
I Nomor
1
,
April
201 6, hlm. I 26
Ash dalam 250 liter air. Penambahan bahan kimia berupa Tawas merupakan salah satu upaya penurunan intensitas warna pada air parit
Sungai Raya Dalam selain
dengan
menggunakan media karbon aktif pada proses
filtrasi. Tawas adalah suafu persenyawrum anorganik komplelq ion hidroksil serta ion alurnunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear dan memiliki
rumus umum Al,(Ott),Cl€-,,). Sifat Tawas yang dilarutkan di dalam air adalah lebih cepat
membentuk flok daripada koagulan biasa disebabkan dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang ikatannya diperkuat dengan rantai polimer dari
gugus polielektrolite sehingga
gumpalan
floknya menjadi lebih padat, sehingga lebih optimal dalam menjernihkan air. Sedangkan karbon aktif memiliki luas permukaan berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini berhubungan dengan struktur poli interna yang menyebabkan arang aktif dapat mengadsorbsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorbsinya selektif. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1007o terhadap berat arang aktif sehingga arang aktif memiliki keunggulan sebagai peqiernih dan penghilang polutan dalam air. Penurunan warna pada saat
p{Nang
lebih baik daripada saat
surut
disebabkan karena debit air pada saat pasang lebih besar daripada saat surut.
Menurut Slamet (2004) Air sebaiknya tidak berwama untuk alasan estetis dan untuk mencegah keraeunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna
dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah pada air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin,
oleh karenanya oftmg tidak
mau
menggunakannya. Selain it:.t, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawasenyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri. Penelitian dari Dewi Fitria dan Suprihanto Notodarmojo (2007) dari Program Studi Teknik Lingkungan ITB di dalam penelitian mereka yang berjudul Penurunan Warna dan Kandungan Zat Organik Air Gambut
dengan Cara Two Stage Coagulation menunjukkan bahwa penurunan warna dengan menggunakan proses two staged coagulation
mencapai hasil optirnum sebesar 96,79yo. Sedangkan efektifitas penelitian dari yang peneliti lakukan dengan instalasi pengolahan air gambut adalah 9B%. Hal ini menunjukkan
-
I
36
bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sedang perreliti lakukan, karena memiliki efektifitas yang sama-sama di atas 95olo. Penelitian dari Ferae Natalina (2006) di
dalam skipsinya yang berjudul Penurunan Warna Dengan Karbon Aktif Tempurung Kelapa Sawit Pada Air Gambut Sungai Sebangau Kota Palangkaraya menjelaskan bahwa hasil penelitian dengan menggunakan karbon aktif dari tempurung kelapa sawit menunjukkan adanya penurunan warna air setelah perlakuan meggunakan karbon aktif tempurung kelapa sawit. Kadar warna air gambut sebelunn perlakuan sebesar L24 TCU (True Colours Unit), setelah melewati kontrol ruta-rata 118,3 TCU. Rata-rata hasil intensitas warna setelah pengolahan 61,145 TCU dengan efektifrtas penurunan sebesar 48,31yo. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan rata-rata efektifitas penurunan sebesar 989'0,. Penelitian dengan menggunakan instalasi pengolahan air gambut memiliki efektifitas lebih tinggi daripada pengolahan dengan karbon aktif dari tempurung kelapa sawit karena instalasi pengolahan air gambut menggunakan penambahan bahan kimia berupa Tawas, penggunaan dua media (karbon aktif dan mangan zeolit) pada proses filtrasi, serta membran ulrafiltrasi (UF) sehingga penurunan warna menjadi lebih maksimal. Didalam pengolahan air gambut, wajib menggunakan penambahan bahan kimia seperti Soda Ash dan Tawas atau bahan kimia lainnya, sehingga instalasi pengolahan air gambut merupakan pilihan yang tepat dalam pengolahan air gambut karena memiliki rangkaian
kombinasi alat dan bahan yang lengkap. Kombinasi didalam instalasi pengolahan air gambut terdiri dari penambahan bahan kimia seperti Soda Ash dan Tawas, filtrasi dengan media mangan zeolit dan karbon aktif, serta membran ultrafiltrasi, sehingga pengolahan didalam instalasi ini lengkap dan banyak oleh sebab itu dapat rnenghasilkan hasil olahan yang maksimal karena tidak banya mengandalkan satu alat atau bahan saja. Salah satu contohnya,
untuk upaya penurunan intensitas rvarna saja instalasi pengolahan air gambut tidak hanya mengandalkan TAWAS sebagai penjernih air, tetapi juga media karbon aktif dan membran ultrafiltrasi, sehingga jika dilihat dari hasil pengukuran dalam penelitian ini warna yang sebelumn-va mencapai angka 1360 dan i230
Taafik Arwar, Efehivitas Instalasi Pengolahan
PICO bisa diturunkan menjadi hanya sekitar dua puluhan dan belasan PtCO saja.
Penurunan Kekeruhan Dalam pengukuran kekeruhan dilakukan pengulangan sebanyak masing-masing 16 kali pada saat air surut dan pasang. Dari hasil pengukuran laboratorium, didapatkan hasil konhol sebelum diberikan perlakuan atalah 47 NTU pada saat surut dan 43 NTU pada saat pasang. Setelah dilakukan pengolahan air menggunakan proses instalasi pengolahan air gambut diperoleh hasil yang menunjukkan penunrnan yang signifikan. Dimana hasil kekeruhan yang didapat adalah rata-rata 6,8 NTU pada saat surut dan 5,3 NTU pada saat pasang, dengan nilai rata-rata efektivitas 85,53oA pada saat surut dan 87,67yo pada saat pasang. Berdasarkan uji statistik melalui uji T Tes! didapatkan P Value 0,078 yang berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan pada penurunan tingkat kekeruhan antara saat surut dan pasang setelah pengolahan
dengan instalasi pengolahan air gambut. Baku
mutu air bersih untuk tingkat berdasarkan
kekeruhan
Permenkes
RI
Air
... 134
gram TAWAS dalam 250 liter air, bahan kimia lain yang digunakan adalah Soda Ash dengan ketetapan dosis l:1 dengan TAWAS yaitu 0.2 gr/liter dan dosis yang digunakan di lapangan adalah 50 gram Soda Ash dalam 250 liter air.
UF dalam instalsi pengolahan merupakan upaya penurunan tingkat Penggunaan membran
kekeruhan air, karena membran UF memiliki keunggulan mampu mengilangkan sebagian besar partikel dalam rentang ukuran koloid. Penurunan tingkat kekeruhan pada saat pasang Iebih baik daripada saat surut disebabkan karena partikel-partikel dan pengendapan zat organk di dalam air lebih sedikit pada saat pasang. Penelitian dari Roitoman Sihombing (2012) di dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Tawas dan Soda Ash Tohor Untuk Meningkatkan Kualitas Air Gambut (pH, Warna, dam Kekeruhan) di Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhatibatu menunjukkan bahwa kekeruhan pada pengukuran awal adalah 42 NTU, dan hasil setelah penambahan adalah 4,11 NTU dengan efektifitas sebesar 90,21yo. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan instalasi pengolahan air gambut dengan rata-rata efekifitas penurunsn
No-4 1 6/Menkes/Per/DVl 990, tingkat kekeruhan
sebesar 87olo.
maksimum diperbolehkan adalah 25 NTU. Dari
Penelitian dari Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, dan Frengki Ashari A (2013) yang berjudul Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untttk Pengolahan Air Gambut menunjukan bahwa hasil penelitian biosand filter dengan variasi ketebalan 75 cm dan effective size 0,15 - 0,35 mm memiliki efisiensi tertinggi dalam menurunkan kadar kekeruhan air gambut sebesar 78,65oh. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan instalasi pengolahan air gambut dengan rata-rata
hasil tersebut menuqiukkan bahwa air parit Sungai Raya Dalam dari segi tingkat kekeruhan sudah dapat dikatakan layak sebagai air bersih karena sudah di bawah standar maksimum yang diperbolehkan dan tercantum di dalam Permenkes RI No.4 I 6/LIenkes/Per/IX / 1990. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat
yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik rnaupun yang organik. Zat anorganik, biasanya
berasal
dari lapukan batuan dan
logam,
sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
efektifitas 87%. Penelitian
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
menggunakan instalasi pengolahan air gambut memiliki efeldifitas lebih tinggi daripada
Upaya penurunan tingkat kekeruhan pada
air parit Sungai Raya Dalam adalah dengan proses instalasi pengolahan air gambut yang terdiri dari per-rambahan bahan kimia, proses filtrasi dengan dua rnedia, dan membran
Ultrafiltrasi (UF). Kapasitas instalasi pengolahan air gambut dalam menghasilkan air
bersih menurut teori adalah 720 1000 liter/jam, namun dilapangan didapatkan kapasitas olahan adalah 540 liter/jam. Bahan kimia yang digunakan dilapangan adalah
TA\I/AS dengan ketetapan dosis 0,2 grlliter dan dosis yang digunakan di lapangan adalah 50
dengan
biosand filter karena instalasi pengolahan air gambut menggunakan ultrafiltrasi dengan membran UF yang memilki ukuran lebih kecil daripada biosand filter, yaitu 0,1-0,01 pm. Instalasi pengolalian air gamtrut memiliki keunggulan yang sangat banyak dikarenakan setiap alat atau bahan yang dikombinasikan didalam instalasi ini memiliki masing-masing
keunggulan yang banyak. Misalnya saja didalam penurunan kekeruhan, instalasi
pengolahan
air gambut tidak
hanya mengandalkan membran UF saj4 tetapi Tawas
135
Sanitarisn,
tr/olume 8 Nomor I ,
April
20 16, hlm. I 26
-
I
36
dan karbon aktifpun ikut berperan dalam upaya penurunan kekeruhan. Sehingga dapat terjadi penurunan tingkat kekeruhan yang maksimal.
adalah 72A
Penurunan Fe
0,2 grlliter dan dosis yang digunakan
Hasil pengukuran laboratorium menunjukkan bahwa hasil Fe (kadar besi) yang
liter air, bahan kimia lain yang digunakan adalah Soda Ash dengan ketetapan dosis 1:1 dengan Tawas yaitu A,2 grlliter dan dosis yang digunakan di lapangan adatah 50 gram Soda Ash dalam 250 liter air. Penggunaan media mangan zeolit di dalam proses filtrasi
-
1000 literdam, namun dilapangan
didapatkan kapasitas olahan adalah 54A liter/jam. Bahan kimia yang digunakan di lapangan adalah Tawas dengan ketetapan dosis
terkandung di dalam air parit Sungai Raya Dalam pada saat kontrol sebelum diberikan perlakuan adalah 5,65 mg/l pada saat surut dan 6,4 mSl pada saat pasang. Setelah dilakukan pengolatran air menggunakan proses instalasi pengolahan air gambug kandungall besi pada air parit Sungai Raya Dalam tersebut mengalami p€nurunan yang signifikan, dengan hasil ratarata 0,22 mg/l pada saat surut dan A,26 mgll pada saat pasang, dengan nilai rata-rata efektivitas 96,l0yo pada saat surut dan 95,93oA pada saat pasang. Berdasarkan uji statistik melalui uji T Test, didapatkan P Value 0,470 yang menunjukkan bahwa nilai P lebih besar
daripada 0,05 dimana berarti
tidak
ada
perbedaan yang bermakna pada penurunan kadar Fe antara saat surut dan pasang setelah pengolahan dengan instalasi pengolahan air gambut. Baku mutu air bersih untuk kadar besi (Fe) berdasarkan Permenkes RI No.416/]vlenkeslPer/DU1990, kadar besi (Fe) maksimum adalah 1,0 m$. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa air parit Sungai Raya Dalam dari segi kadar besi (Fe) iudah dapat dikatakan layak sebagai air bersih karena sudah di bawah standar maksimum yang
diperbolehkan
dan
tercantum
di
dalam
Permenkes RI No.4 1 6&{enkes/PerlDV1990.
Besi merupakan salah satu elemen kimia yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air, besi yang ada di dalam air bersifat terlarut sebagai Fe2* $erro) atau Fe3* (ferri), terstrspensi sebagai butir kolodial (diameter < 1um) atau lebih besar seperti Fe203, FeO, Fe(Ott)3, dan sebagainyq serta tergabung
dengan zat organik atau zat padat yang inorganik atau seperti tanah liat. Kadar besi (Fe)
yang terlalu tinggi di dalam air
dapat
menyebabkan air berwarna dan berbair. gpaya penurunan kadar Fe pada air parit Sungai Raya
Dalam adalah dengan proses instalasi air gambut yang terdiri dari
pengolahan
penambahan bahan kimia, proses filtrasi dengan dua media, dan membran Ultrafiltrasi (UF). Kapasitas instalasi pengolahan air gambut dalam menghasilkan air bersih menurut teori
di lapangan adalah 50 gram TAWAS dalam 250
merupakan salah satu upaya penurunan kadar Fe
selain dengan menggunakan membran UF, karena mangan zeolit mampu mengoksidasi zat
besi di dalam air secara sempurna 5sfuingga dapat tersaring di dalamnya. Kadar Fe lebih tinggi pada saat pasang daripada saat surut disebabkan karena pada saat pasang, seluruh air mengalir dan menjadi satu pada badan air sehingga air buangan limbah rumah tangga dan industri di sekitar parit yang memungkinkan mengandung pencemar logam menjadi satu dengan air baku yang ada di parit Sungai Raya Dalam. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus. Konsentrasi unsur Fe
dalarn
air yang melebihi + 2mg4 akan
menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan berwarna putih. Adanya unsur Fe ini dapat pula menimbulkan bau dan warna pada air minum, dan warna koloid pada air. Selain itu, konsentrasi yang lebih besar dari lmg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada minurnan, dapat membenfuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian.
Penelitian M. Ridwan dan Dwi Astuti (2005) yang berjudul Kombinasi Media Filter Untuk Menurunkan Kadar Besi (Fe) menunjukan hasil rata-rata kadar Fe setelah pengolahan adalah 0,08 mg/ dengan kontrol sebesar 1,08 mg/|. Efektifitas penurunannya adalah sebesar 92,59yo. Hasil rata-rata
efektifitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan rnenggunakan instalasi pengolahan air gambut adalah 9604. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti karena memiliki efektifitas diatas 90%.
Instalasi pengolahan air
gambut
merupakan sistem pengolahan air gambut lengkap yang dapat menurunkan Fe dengan
Taufik Aru,ar, Efektivitas Instalasi Pengoluhan
Hal ini karena dalam instalasi gambut mengandung dua media air pengolahan didalam tabung filtrasi yang dapat menjerat dan menyerap Fe sehingga dapat menurunkan Fe yang tinggi. Didalam tabung filter, terdapat media karbon aktif dan mangan zeolit. Karbon aktif disimpan didasar tabung, sedangkan media mangan zeolit terletak diisi di atas media karbon signifikan.
aktif dengan maksud agar pada penyaringan air, air baku yang masuk ke dalam tabung fitter dapat langsung dijerap dan dioksidasi kadar Fe nya oleh media mangan znoliT kemudian kadar Fe yang berhasil lolos dapat diserap kembali oleh karbon aktif. Sehingga upaya penurunan kadar Fe dapat menjadi maksimal.
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Cxa Two Stage
Coagulation, Jurnai Teknik Lingkungan Vol. 13, No. 1 Tahun 2007
Natalina Ferae, 2006. Penunman
Warna
Dengan Karbon Aktif Tempurung Kelapa Sawit PodaAir Gambut Sungai Sebangau Palangkoraya, Skripsi, http:/iwww.fkm.undip.ac.idldatalindex (13-8-2014)
Kota
...
136
Efektiftas kinerja instalasi pengolahan air
gambut dalam penurunan intensitas warna adalah rata-rata 98,22Yo pada saat surut dan 98,28o/o pada saat pasang.
Efektifitas kinerja instalasi pengolahan air gambut dalam penumnan tingkat kekeruhan adalah rata-rata 85,53oA pada saat surut dan 87,67Yo pada saat pasang.
Efektifitas kinerja instalasi pengolahan air gambut dalam penurunan kadar besi (Fe) adalah rata-rata 96,l0yo pada saat surut dan 95,93Yo pada saat pasang.
Bagi peneliti selanjutny4
sebaiknya
melakukan pengukuran pada setiap variabel olahan, yaitu pengukuran saat setelah proses flokutasi koagulasi, pengukuraan setelah proses filtrasi, dan pengukuran setelah proses ultrafilnasi.
Peraturan
Asmadi dkk., 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen Publishing. Yogyakarta Fitria D, Notodarmojo S, 2007. Penurunan Warna dan Kandungan Zat Organik Air
Gambut dengan
Air
Kesehatan Menteri DU I 990. No.4 I 6/PERMENKES/PER Tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. Depkes RI. Jakarta Sihombing, Roitoman, 2012. Pengaruh Tawas dan Soda Ash Tohor Untuk Meningkatkan
Kualitas Air Gambut (pH, Wama dan Kekeruhan) di Kecamatan Panai Hilir
Kabupaten Labuhatibatu,
Skripsi,
http:i/repository.usu.ac. id/handle/ 123 45 6 789133014
(r3-8-20r4)
Slamet, Soemirat, Juli, 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta