EFEKTIFITAS PEMBERDAYAAN PEMAHAMAN KONSUMEN REMAJA AKAN IKLAN OPERATOR SELULER DAN SHORT MESSAGES SERVICES (SMS) PREMIUM AND GAMES DI KOTA MALANG Oleh : Anna Triwijayati, SE., MSi Tedy Herlambang Putu Indrajaya Lembut Universitas Ma Chung Malang
ABSTRACT Tariff war among mobile operators brings benefits as well as confusion to consumers. Therefore, it is important to give comprehensive knowledge on many product and services advertised by mobile operators such as premium SMS and online games especially for teenagers. The aim of this program: teenage consumers having an understanding on cell phone card, premium SMS and online game advertising. The number of respondents is 1649 from 11 junior high schools and 6 senior high schools at Malang. The method used was interactive training by which respondents were asked to view a sequence of mobile operators advertising on premium SMS and games online, interactive tutorial and discussion regarding the impacts of the advertising and sales promotion programs. The program was evaluated by questionnaires to elicit the extent to which respondents understand the impacts of mobile operators advertising before and after joining the training and discussion activities. Four indicators were used to see whether the goal of this program that is empowering teenage consumer achieved. These indicators were Recall, Recognition, Interest/Positive responses, and Belief/Trust. In general, the empowerment program is effective, at least in term the number of participants in this program. From cognitive aspect, the respondents’ understanding on the impacts of the advertising and sales promotion programs is significantly increased. While the belief/trust aspect of respondents on tariff, premium SMS and online games showing no significant differences before and after joining the training program. Keywords: Cellular, Advertising, Short Messages Services, Consumer, Empowering
Latar Belakang Teknologi komunikasi yang mengalami peningkatan pesat adalah penggunaan telepon seluler. Tahun 2003 jumlah pengguna telepon seluler baru mencapai 12 juta orang atau kurang dari 10% dari penduduk (http://www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/ Telekomunikasi/ 2004/ 0515/tele1.html). Hingga akhir tahun 2007, pangsa pasar seluler terbesar masih dikuasai PT Telkomsel, yakni 56 persen, diikuti Indosat 27,8 persen, kemudian PT Excelcomindo Pratama (XL) dengan 16,2 persen, dan selebihnya diperebutkan operator seluler lainnya (http://www.megahcellular.com /web/main/news.php?c=4&id=297). Pada tahun 2008 pengguna ponsel mencapai 65 juta 1
orang (http://www.selular.co.id/majalah/m-life/1id40.html). Sehingga dalam kurun waktu 4 tahun terjadi peningkatan 53 juta pengguna atau lebih dari empat kali lipat. Potensi pasar yang masih sangat besar mendorong group-group perusahaan memasuki bisnis kartu seluler dan handphone. Sampai kuartal pertama tahun 2008 ada 8 kartu pasca bayar serta 15 kartu prabayar (3, Bebas, Esia, Flexi Trendy, Fren, IM3, Jempol, Jimat, Kartu As, Mentari, Pasti, Simpati, Smart, Starone dan Wifone) (http://www.selular.co.id/majalah/m-life/1id40.html). Sedangkan merek handphone sudah tidak terhitung jumlahnya menyusul masuknya produk China dan produk lokal. Pertumbuhan pengguna telepon seluler yang sangat pesat antara lain dipicu oleh penurunan tarif komunikasi seluler dan penurunan harga Handphone. Bombardir iklan perang tarif yang silih berganti masuk ke dalam benak konsumen tidak akan cukup diolah dengan cermat sehingga keputusan konsumen dalam membeli cenderung tidak melalui alur kognitif yang mendalam dan melakukan apa yang disebut jumping to conclusion terhadap iklan tarif. Perkembangan teknologi dan keragaman produk pada akhirnya memunculkan peluang bisnis yang menjanjikan. Pebisnis menangkap peluang lain yaitu SMS (Short Message Service) Premium dan Games. Setiap hari dapat kita saksikan di media televisi berbagai macam tayangan yang mengajak konsumen untuk mengirim SMS. Penggunaan telepon seluler pada konsumen anak dan remaja selain untuk kebutuhan komunikasi sangat berbahaya apalagi bila iklan kartu seluler dan SMS premium tidak dicerna dengan bijaksana. Beberapa SMS premium diduga dapat menimbulkan minat berlebih di kalangan konsumen remaja untuk mengirimkan SMS, misalnya adalah SMS Chatting (Chatting and date via SMS) dan Games via SMS. Kemajuan teknologi tidak dapat dibendung dan tidak semua dampak kemajuan teknologi baik bagi konsumen. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk memberikan pemahaman yang komprehensif atas iklan telepon seluler dan SMS premium and games bagi konsumen anak dan remaja pengguna telepon seluler. Artikel ini adalah artikel hasil kegiatan pemberdayaan konsumen, yang juga mengukur efektifitas kegiatan. Tujuannya adalah untuk mengukur efektifitas kegiatan pemberdayaan konsumen yang telah dilakukan. Kajian Pustaka Iklan Operator Telepon Seluler dan SMS Premium Perang iklan operator seluler mulai dikritisi banyak pihak. Beberapa komentar masyarakat adalah sebagai berikut: a). Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menilai, iklan operator telekomunikasi kebablasan karena iklan layanan telekomunikasi yang ditawarkan penyelenggara telekomunikasi di media cetak, elektronik dan media luar ruang dinilai tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga terjadi misinterpretasi di kalangan konsumen, melampaui batas etika dan tidak memberikan nilai pendidikan bagi masyarakat. (Heru Sutadi, Anggota BRTI, melalui pesan singkat per telepon seluler/ponsel (SMS) di Jakarta, kepada Antara, http://www.antara.co.id /arc/2008/4/9/brti-iklan-operator-telekomunikasi-kebablasan/), b. Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi di Departemen Komunikasi dan Informatika (Dirjen Postel Depkominfo) yang juga Ketua BRTI, Basuki Yusuf Iskandar, mengritik iklan operator telekomunikasi yang tidak lengkap memberikan informasi kepada masyarakat. (http://www.antara.co.id/arc/2008/4 /9/brti-iklan-operatortelekomunikasi-kebablasan/). 2
c. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Information Communication Telecommunication (ICT Watch) (http://www.mediaindonesia.com /berita.asp?Id=165157), sebanyak 53% pelanggan seluler menilai bahwa iklan tarif operator telekomunikasi menjebak dan tidak memiliki nilai edukasi bagi konsumen. Bila kita cermati lebih jauh, iklan tarif operator seluler memang menyebutkan syarat dan ketentuan tarif pada iklan. Namun tetap saja akan membingungkan konsumen. Konsumen juga tidak mungkin akan melakukan perbandingan tarif antar operator seluler. Sebagai contoh, berikut adalah suatu perbandingan penawaran tarif dari 3 (tiga) operator seluler berbeda: Tabel 1 Perbandingan Penawaran Tarif 3 (Tiga) Operator Seluler Operator X Voice (Peak) Sesama Operator : 150 1. Tarif Lintas Operator Lokal: 1000 2. Interlokal : 1000 3. SLI : 4. Roaming International Belum tersedia
Operator Y Voice (Peak) 1. Sesama Operator : 50 2. Tarif Lintas Operator Lokal: 800 3. Interlokal : 250 4. SLI : 5. Roaming International :
Voice (Off Peak) 1. Sesama Operator : 150 2. Tarif Lintas Operator Lokal : 1000 3. Interlokal : 1000 4. SLI : 5. Roaming International : Belum tersedia
Voice (Off Peak) 1. Sesama Operator : 50 2. Tarif Lintas Operator Lokal : 800 3. Interlokal : 250 4. SLI : 5. Roaming International :
SMS 1. Tarif Sesama : 0 2. Tarif Lintas Operator : 350 3. SLI : 500-1000 (tergantung negara tujuan) PERDANA Harga : 10 ribu Pulsa : 10 ribu
SMS 1. Tarif Sesama : 50 2. Tarif Lintas Operator : 250 3. SLI :
PERDANA Harga : Reguler 50 ribu, Esia Paket Untung :30 ribu
Operator Z Voice (Peak) 1. Sesama Operator : menit 1&2/30dtk :600, menit 3 dst : 10 2. Tarif Lintas Operator Lokal: menit 1-5 :1200, menit 6 dst : 600 3. Interlokal : menit 1-5 :1500, menit 6 dst : 600 4. SLI : Grup I-III : 2000, Grup IVVIII :3000 per 15 detik 5. Roaming International : Voice (Off Peak) 1. Sesama Operator : menit 1&2 : 600, menit 3 dst : 10 2. Tarif Lintas Operator Lokal : menit 1-5 :1200, menit 6 dst : 600 3. Interlokal : menit 1-5 :1500, menit 6 dst : 600 4. SLI : Grup I-III : 2000, Grup IVVIII :3000 per 15 detik 5. Roaming International : SMS 1. Tarif Sesama : 2. Tarif Lintas Operator : 350 3. SLI : 500
PERDANA Harga : 10 ribu Pulsa : 10 ribu
Sumber: http://www.selular.co.id/produk/operator/mobile-8/fren.php Tabel 1 tersebut hanya memperbadingkan 3 (tiga) jenis kartu dari 23 jenis kartu seluler pra dan paska bayar. Bisa dibayangkan bila konsumen diminta untuk membuat perbandingan seluruh jenis kartu. Ketidakjelasan dan skeptisisme akan ada di benak konsumen. Bila demikian halnya yang terjadi, maka mencari switcher consumer untuk kartu seluler akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan konsumen yang loyal. Pendapat Adiningsih (2007, http://www.antara.co.id/analisis/ dan Ekonomi & Bisnis, Opini.kedaiberita.wordpress.com/.../) memperkuat hal tersebut sebagai berikut:
3
….. masyarakat ataupun konsumen pun yang mulai cerdas juga banyak memanfaatkan perang harga tersebut untuk mendapatkan harga termurah dengan sering berganti operator ataupun memiliki beberapa jasa pelayanan dari beberapa operator. Oleh karena itu pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia. Pelanggan telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti nomor telepon ke operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan antar operator telekomunikasi di Indonesia. Angka perputaran pelanggan telepon seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 8,6 persen dalam sebulan. Sementara angka perputaran pelanggan di India mencapai 4 persen per bulan, Malaysia 3,7 persen per bulan, Philipina 3,1 persen per bulan, Thailand 2,9 persen per bulan, Cina 2,7 persen per bulan, dan Bangladesh 2,1 persen per bulan (Tempo, 2007). Di satu sisi konsumen bertindak rasional dalam memilih kartu seluler yang termurah, namun di sisi lain, akan tercipta sifat konsumen yang oportunis. Sifat konsumen yang oportunis adalah salah satu cerminan dari sifat konsumen yang sangat mudah berubah atau elastis terhadap stimulus sederhana dari produsen. Analisis lebih lanjut menunjukkan hubungan antara sifat oportunis konsumen dengan kepribadian konsumen yang materialistis, compulsive dan low in need for cognition. Konsumen cenderung kurang merespon secara rasional iklan informatif dan sebaliknya akan cenderung merespon iklan yang atraktif saja (Schiffman dan Kanuk, 2000: 104). Konsumen akan mudah tergoda oleh stimulasi sales promotion dan mencari suatu manfaat materi dari produk yang ditawarkan bukan product utility. Fenomena SMS premium and games ini akan memicu konsumen untuk menggunakan atau mengirimkan SMS untuk mengikuti undian atau permainan tertentu. Untuk mengikutinya konsumen harus mendaftar terlebih dulu (dengan mengetik REG). Tahap berikutnya akan berbeda-beda tergantung dari penawaran. Selain itu ada beberapa SMS premium yang akan mengikat dan sulit dikendalikan sebelum konsumen mengajukan UNREG, dengan kata lain pulsa kita akan terkurangi dengan penawaranpenawaran apabila konsumen menerima SMS. Proses Persepsi akan Iklan Operator/Kartu Seluler dan SMS Premium and Games Persepsi konsumen dapat menggambarkan bagaimana konsumen melihat stimulus lingkungannya. Dengan kata lain berarti bahwa segala sesuatu di luar konsumen dapat dipersepsikan dan hal tersebut berarti ribuan stimulus berebut masuk untuk dipersepsikan. Iklan dan stimulus promosi lainnya tentu saja juga menjadi stimulus yang mungkin dipersepsikan oleh konsumen. Situasi serba mungkin tersebut terjadi karena konsumen memiliki keterbatasan pengolahan informasi. Stimulus perusahaan misalnya iklan atau promosi penjualan harus berebut untuk dapat dipersepsikan oleh konsumen. Dapat dibayangkan bagaimana operator seluler harus berebut masuk ke benak konsumen dalam kondisi persaingan seperti sekarang ini. Maka dari 10 operator seluler hanya 3 operator yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5% yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (Adiningsih, 2007). Pangsa pasar (market share) memang biasamya berkaitan erat dengan mindshare. Untuk dapat masuk dalam seleksi persepsi konsumen, stimulus iklan dan promosi penjualan harus menyentuh ambang batas absolut dan berbeda sehingga mampu membangkitkan kasadaran konsumen (Shiffman dan Kanuk, 2007:123). Namun tidak selamanya stimulus pemasaran akan efektif dan dipersepsikan baik oleh konsumen. Iklan yang efektif adalah iklan yang memang akan meningkatkan permintaan atau penggunaan 4
produk. Di sisi edukasi konsumen, iklan yang efektif harus dapat memberikan pembelajaran positif bagi konsumen. BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) juga menginstruksikan, operator dalam beriklan wajib memperhatikan asas manfaat bahwa pembangunan telekomunikasi harus berdaya guna dan berhasil guna sebagai komoditas ekonomi yang dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir batin, sebagai sarana pendidikan serta ikut serta dalam proses membangun karakter bangsa (http://www.antara.co.id/arc/2008/4/9/brti-iklan-operator-telekomunikasi-kebablasan/). Iklan operator seluler banyak dikritik karena memberikan pembelajaran yang tidak etis. Satu contoh kasus adalah iklan salah satu operator konsumen yang unik dan berbeda namun tidak etis karena menampilkan humor pernikahan manusia dengan hewan. Iklan tersebut akhirnya dicabut dari peredaran (http://www.gatra.com/2008-0417/artikel.php?id=113983). Proses persepsi akan stimulus diakhiri dengan interpretasi konsumen akan stimulus tersebut. Jadi meskipun iklan sangat unik dan menarik namun tidak semua interpretasi konsumen akan selalu positif. Konsumen dapat membuat kesalahan interpretasi akan stimulus yang diberikan oleh perusahaan. Berikut akan disajikan contoh stimulus yang dapat menimbulkan misinterpretasi pada konsumen. Tabel 2 Beberapa Contoh Analisis Misinterpretasi No
Contoh
1
“tarif 2 rb/sms”
2
“harga SMS SMS biasa
3
“hanya seharga x rupiah per sms” (untuk program Chat n date)
1
“murah tanpa tapi”
2
“0,00000000001 rupiah per detik”
Amat sangat murah
3
“GSM yang baik”
Sangat murah
seharga
Misinterpretasi Iklan SMS Premium and Games: Angka 2 (bukan Rp.2000), akan menimbulkan efek psikologis “murah” Tarif SMS biasa memang lebih murah daripada SMS premium, namun sangat tergantung pada operator pengirim dan operator tujuan Harga SMS untuk program ini memang sangat murah, namun untuk program chatting, konsumen tidak mungkin mengirim hanya 1-2 SMS Iklan Telepon Seluler murah/mahal adalah relatif
Analisis Distorsi Harga Psikologis Jumping to Conclusion Irrelevant Cues Mendorong minat adiktif dan kompulsif
Irrelevant cues dan Jumping to Conclusion First Impression Irrelevant Cues Jumping to Conclusion StereoTypes
Sumber: Berbagai Iklan Operator Seluler di Media TV Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa banyak informasi yang cenderung dapat menimbulkan misinterpretasi pada konsumen. Iklan yang ambigu akan menimbulkan minat berlebih (adiktif) dan kompulsif (spontan) pada konsumen. Selain itu konsumen akan dapat mengalami distorsi interpretasi berupa (Schiffman dan Kanuk, 2000: 129): - irrelevant cues (isyarat stimulus yang tidak relevan dengan kenyataan) - First Imperssions (kesan pertama yang sangat menarik) - Jumping to Conclusion (menyimpulkan sesuatu tanpa informasi yang memadai) - Stereotypes (konsumen membawa gambaran awal) Stimulus promosi yang berhenti pada interpretasi konsumen akan mencemaskan bila konsumen melakukan tindak lanjut atas iklan tersebut pada perilaku. FordHutchinson dan Rothwell (2002) menyebutkan tidak semua iklan yang dapat dipercaya “dapat dipercaya” oleh konsumen, yang disebut dengan ‘Untruthful truthful advertising’. 5
Iklan jenis ini tidak berbohong namun diasumsikan “jujur yang legal”. Padahal, promosi terutama iklan dapat menimbulkan sikap positif akan iklan. Bauer , Reichardt, Barnes , dan Neumann (2005) menjelaskan bahwa semakin tinggi persepsi akan utilitas semakin positif sikap terhadap stimulus perusahaan. Wells, (http://www.nus.edu.ws/virtualclassroom/file.php/28/Powerpoint_Presentation/HMK102 _updated_notes/Wells04_Basic.ppt) menyatakan bahwa persepsi akan terkait erat dengan awareness, recognition (memory, recognition and recall. Persepsi konsumen juga dapat membentuk kepercayaan pada stimulus perusahaan (Teltzrow, Meyer, dan Lenz, 2007). Sehingga yang perlu diperhatikan oleh konsumen, produsen dan regulator adalah membuat iklan atau promosi penjualan yang dapat dipercaya oleh konsumen. Hutchinson dan Rothwell (2002) menyatakan bahwa konsumen akan mengalami apa yang disebut dengan “more cynical, critical and doubtful about other advertising claims” atau kehilangan kepercayaan dan mengalami kebingungan akan informasi. Di lain pihak, konsumen juga harus diberikan pemberdayaan untuk mengelola informasi secara kritis. Sesuai dengan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen mempunyai kewajiban untuk menjadi pelaku konsumsi yang bijak dan benar. Kesalahan interpretasi sangat mungkin terjadi terutama pada konsumen yang tidak melakukan pengolahan kognitif yang memadai tentang informasi perusahaan dalam iklan atau promosi penjualan. Konsumen muda pada khususnya perlu diberikan pemahaman bagaimana mengelola informasi yang benar akan penawaran iklan dan promosi penjualan perusahaan.
Metode Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pemberdayaan konsumen remaja. Khalayak sasaran yang dipilih adalah konsumen pengguna telepon seluler, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Berusia 13-18 tahun 2. Menggunakan telepon seluler Khalayak sasaran diperoleh melalui kerjasama dengan SMP dan SMA sederajad di Kota Malang. Tahapan pemilihan sekolah yang dikunjungi adalah dengan cara pengiriman proposal kegiatan melalui pos dan disampaikan secara langsung. Terdapat 21 SLTP dan 30 SLTA yang dijadikan target secara acak dan proporsional. Jumlah total khalayak sasaran adalah 1649 orang yang terdiri dari siswa SLTP 1191 siswa dari 11 SLTP di 5 (lima)/seluruh Kecamatan di Kota Malang dan siswa SLTA adalah 521 siswa dari 5 SLTA di 3 (tiga) Kecamatan di Kota Malang Metode yang digunakan untuk memberikan pemahaman pada konsumen remaja adalah dengan pelatihan interaktif, dengan metode pemutaran cuplikan iklan seluler, tutorial interaktif serta diskusi tentang dampak iklan, sales promotion dari SMS Premium and games dan konsumerisme. Pemahaman konsumen dievaluasi untuk melihat keberhasilan kegiatan pemberdayaan ini. Evaluasi dilakukan dengan cara Pre Test dan Post test dilakukan sebelum kegiatan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman peserta/khalayak sasaran akan iklan kartu seluler dan SMS premium and games. Indikator yang digunakan untuk pencapaian tujuan pemberdayaan konsumen remaja adalah recall, yaitu sejauh mana khalayak sasaran dapat mengingat kembali materi yang diberikan, recognition yaitu 6
sejauh mana khalayak sasaran dapat memberikan argumentasi dan analisis positif akan isu/permasalahan, Interest/Positive responses yaitu sejauh mana khalayak sasaran memberikan respon positif akan permasalahan dan Belief/Trust, yaitu sejauh mana khalayak sasaran mempercayai dan tidak mempercayai informasi dari operator seluler dan SMS premium and games. Hasil dan Pembahasan Efektifitas diukur dari pengetahuan dan kepercayaan konsumen remaja akan iklan tarif operator seluler dan SMS Premium and Games. Instrumen dibagikan kepada 400 audiens, jumlah responden yang mengisi seluruh pre and post test 338 orang. Skala pengukuran menggunakan skala Likert 5 poin. Pertanyaan pre test menanyakan kondisi pengetahuan audiens sebelum presentasi; sedangkan post test menanyakan pengetahuan audiens setelah presentasi. Setiap bagian memiliki 2 jenis pertanyaan yang sama yaitu iklan operator seluler dan tentang SMS Premium and Games. Hasil Uji Validitas dan reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan valid dan reliable. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan item pertanyaan dengan total nilai pada sub pertanyaan operator seluler dan SMS Premium and Games. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Pertanyaan terkait dengan Iklan Operator Seluler adalah tentang pemahaman akan maksud perang tarif, pengetahuan dan kemampuan membandingkan tarif, kepercayaan akan iklan dan ketertarikan konsumen remaja akan isu perang tarif operator seluler. Pertanyaan terkait dengan SMS Premium and Games adalah tentang pemahaman, kepercayaan, ketertarikan, persepsi akan manfaat serta ketertarikan konsumen remaja akan isu program SMS Premium and Games . Beberapa temuan deskriptif terkait dengan iklan operator seluler adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman konsumen remaja akan maksud perang tarif operator seluler (OP1A— OP1B) sedikit meningkat, yang diketahui dari mean pre test= 3.68 menjadi 4.46 (mean post test). 2. Pengetahuan konsumen remaja akan perbandingan tarif operator seluler (OP2A— OP2B) juga sedikit meningkat, yang diketahui dari mean pre test= 3.57 menjadi 4.16 (mean post test). 3. Kemampuan konsumen remaja membandingkan tarif operator seluler (OP3A— OP3B) juga sedikit meningkat, yang diketahui dari mean pre test= 3.58 menjadi mean post test= 3.92 4. Kepercayaan konsumen remaja akan iklan tarif operator seluler (OP4A—OP4B) sedikit menurun dari mean pre test= 2.81 menjadi mean post test= 2.69. Oleh karena pertanyaan pada item ini adalah pertanyaan inverse, maka berarti bahwa konsumen remaja semakin tidak percaya akan iklan tarif opetaror seluler. 5. Ketertarikan konsumen remaja akan isu perang tarif operator seluler (OP5A-OP5B) meningkat, berubah dari mean pre test=3.23 menjadi mean post test=3.63 Temuan deskriptif terkait dengan SMS Premium and Games adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman konsumen remaja akan program SMS Premium and Games (SMS1A— SMS1B) mengalami peningkatan, dari nilai mean pre test=3.35 menjadi mean post test=4.21 7
2. Kepercayaan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games (SMS2A— SMS2B) tidak mengalami perubahan dari pretest = 2.63 menjadi hasil posttest =2.63. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan inverse, nilai 2.63 dapat diartikan bahwa sejak semula sebelum kegiatan pemberdayaan, konsumen remaja kurang begitu mempercayai program SMS Premium and Games. 3. Ketertarikan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games (SMS3), menunjukkan hasil yang cukup menarik karena mereka sedikit tertarik (mean pre test = 2.78 menjadi mean post test = 3.1) 4. Persepsi konsumen remaja akan manfaat program SMS Premium and Games (SMS4) juga mengalami sedikit perubahan, yaitu dari mean 2.41 menjadi 2.59. Pertanyaan pada item ini adalah pertanyaan inverse, yang berarti bahwa sebelum kegiatan konsumen remaja sudah memiliki persepsi bahwa program SMS Premium and Games kurang bermanfaat. Sedangkan terkait dengan persepsi akan manfaat SMS preium and games yang meningkat (semakin bermanfaat), akan diuji lebih lanjut signifikansinya. 5. Ketertarikan konsumen remaja akan isu program SMS Premium and Games (SMS5) semakin meningkat dari mean = 2.97 menjadi mean = 3.37
Tabel 3 Paired Samples Test Paired Differences Perbandingan
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
df
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6 Pair 7
OP1A - OP1B OP2A - OP2B OP3A - OP3B OP4A - OP4B OP5A - OP5B SMS1A - SMS1B SMS2A - SMS2B
-.77219 -.56509 -.30769 .06805 -.40533 -.83086 .00000
2.53724 2.28079 2.32775 2.06672 2.51492 2.21693 2.09280
.13801 .12406 .12661 .11241 .13679 .12076 .11383
-1.04365 -.80912 -.55674 -.15308 -.67440 -1.06841 -.22391
-.50072 -.32106 -.05864 .28917 -.13625 -.59331 .22391
-5.595 -4.555 -2.430 .605 -2.963 -6.880 .000
337 337 337 337 337 336 337
Pair 8 Pair 9 Pair 10
SMS3A - SMS3B SMS4A - SMS4B SMS5A - SMS5B
-.33234 -.19585 -.34125
2.71831 2.18564 2.47352
.14808 .11906 .13474
-.62362 -.04107 -.43004 .03835 -.60629 -.07620
-2.244 -1.645 -2.533
336 336 336
Sig. (2tailed) .000* .000* .016* .545 .003* .000* 1.000 .025* .101 .012*
Keterangan : * (Signifikan pada level 0.05) Sumber: Data Primer, diolah Data juga dianalisis dengan uji beda rata-rata dua sampel berpasangan dengan menggunakan Pair t-test (Tabel 3). Pair t-test digunakan dengan tujuan untuk melihat efektifitas kegiatan dari beberapa aspek, yaitu: a. Perbedaan pemahaman konsumen remaja akan maksud perang tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan. Diharapkan kegiatan ini memberikan pemahaman kepada konsumen remaja tentang perang tarif operator seluler. Dari hasil Pair t-test diperoleh hasil perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsumen remaja akan maksud perang tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan pemberdayaan. 8
b. Bagaimana pengetahuan konsumen remaja akan perbandingan tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada konsumen remaja, tentang adanya perbandingan tarif operator seluler yang sangat rumit dengan tujuan untuk mengajak konsumen menggunakan operator yang bersangkutan. Uji Pair-t menghasilkan hasil uji beda yang signifikan dan berarti bahwa pengetahuan konsumen remaja akan perbandingan tarif operator seluler berbeda pada saat sebelum dan sesudah kegiatan pemberdayaan. c. Kemampuan konsumen remaja membandingkan tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan. Kegiatan ini diharapkan memberikan pengetahuan akan cara perbandingan tarif operator seluler. Kegiatan ini tidak ditujukan untuk meningkatkan kemampuan konsumen remaja membandingkan tarif operator seluler secara detail karena sedemikian banyaknya iklan dan tawaran tarif operator seluler yang membingungkan. Hasil pair t-test menunjukkan hasil uji beda yang signifikan dan berarti bahwa konsumen remaja cukup mampu membandingkan tarif operator seluler. d. Bagaimana kepercayaan konsumen remaja akan iklan tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan. Secara deskriptif, konsumen remaja semakin kurang percaya dengan iklan tarif iklan operator seluler (mean pre test= 2.81 menjadi mean post test= 2.69), namun ternyata perbedaan kepercayaan tersebut tidak signifikan.. e. Tingkat ketertarikan konsumen remaja akan isu perang tarif operator seluler sebelum dan sesudah kegiatan. Hasil pair t-test sebelum dan sesudah kegiatan berbeda secara signifikan, yang berarti bahwa konsumen remaja semakin tertarik akan isu perang tarif operator seluler. f. Pemahaman konsumen remaja akan program SMS Premium and Games sebelum dan sesudah kegiatan, berubah signifikan. Konsumen remaja semakin memahami program SMS Premium and Games. g. Kepercayaan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games sebelum dan sesudah kegiatan tidak berubah. Pada kondisi sebelumnya konsumen remaja tidak begitu mempercayati program SMSM premium and games. Kondisi ini tentu membawa pada situasi yang cukup optimis bahwa konsumen remaja sudah mampu untuk menilai dan menentukan sikap terhadap tawaran SMS Premium and Games. h. Ketertarikan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games sebelum dan sesudah kegiatan ternyata juga meningkat cukup signifikan, artinya bahwa konsumen remaja lebih berminat untuk mencoba SMS Premium and Games walaupun tidak terlalu percaya pada program SMS Premium and Games. Hal ini menunjukkan sifat “remaja” yang ditandai dengan sifat ingin mencoba hal baru. i. Persepsi konsumen remaja akan manfaat program SMS Premium and Games sebelum dan sesudah (mean 2.41 menjadi 2.59) mengalami peningkatan atau dengan kata lain konsumen remaja mempersepsikan SMS Premium and Games semakin bermanfaat. Peningkatan persepsi ini jelas tidak mendukung atau tidak sejalan dengan tujuan pemberdayaan. Namun ternyata dari hasil pair t-tes menunjukkan bahwa perubahan tersebut tidak signifikan. j. Ketertarikan konsumen remaja akan isu program SMS Premium and Games sebelum dan sesudah kegiatan meningkat secara signifikan. Evaluasi efektifitas kegiatan bagi pemberdayaan konsumen remaja akan ditampilkan pada Tabel 4 berikut ini.
9
Tabel 4 Evaluasi Efektifitas Kegiatan No 1 2
Komponen Evaluasi Jumlah Siswa SLTA Jumlah Siswa SLTP
3 4 5 6
Jumlah Sekolah SLTA Jumlah Sekolah SLTP Jumlah Total Sekolah Jumlah Total Siswa
7 8 9
Jumlah Kecamatan (untuk SLTA) Jumlah Kecamatan (untuk SLTP) Pemahaman konsumen remaja akan maksud perang tarif operator seluler Pengetahuan konsumen remaja akan perbandingan tarif operator seluler Kemampuan konsumen remaja membandingkan tarif operator seluler Kepercayaan konsumen remaja akan iklan tarif operator seluler Ketertarikan konsumen remaja akan isu perang tarif operator seluler untuk diketahui Pemahaman konsumen remaja akan program SMS Premium and Games Kepercayaan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games. Ketertarikan konsumen remaja akan program SMS Premium and Games Persepsi konsumen remaja akan manfaat program SMS Premium and Games Ketertarikan konsumen remaja akan isu program SMS Premium and Games
10 11 12 13
14 15 16 17 18
Rencana 550 650
Realisasi 458 1191
11 13 24 1200
5 11 16 1649
5 5 Semakin Memahami
2 5 Semakin memahami
Semakin Mengetahui
Semakin Mengetahui
Semakin mampu memperbandingkan Semakin kurang percaya Semakin tertarik
Semakin mampu memperbandingkan Semakin kurang percaya (Deskriptif) Semakin tertarik
Semakin Memahami
Semakin memahami
Semakin kurang percaya Semakin tidak tertarik
Tetap (Deskriptif)
Persepsi: semakin tidak bermanfaat Semakin tertarik
Semakin bermanfaat (secara deskriptif) Semakin tertarik
Semakin tertarik
Keterangan Cukup baik Melampaui rencana Kurang baik Cukup baik Cukup baik Melampaui target Kurang baik Baik Pair-t test signifikan Pair-t test signifikan Pair-t test signifikan Pair-t test tidak signifikan Pair-t test signifikan Pair-t test signifikan Pair-t test tidak signifikan Pair-t test signifikan Pair-t test tidak signifikan Pair-t test signifikan
Sumber: Data Primer, diolah Tabel 4 menunjukkan bahwa ada 18 aspek evaluasi kegiatan. Dari 18 aspek, 5 sapek kurang sesuai dengan rencana yaitu dari aspek audiens, jumlah sekolah SLTA dan jumlah kecamatan untuk kategori SLTA; selain itu dari aspek kepercayaan konsumen remaja akan iklan tarif operator seluler dan SMS games and premium juga menunjukkan 10
perbedaan yang kurang signifikan sebelum dan sesudah paparan/presentasi meskipun secara deskriptif mengalami perubahan seperti yang diharapkan. Demikian pula meskipun persepsi konsumen remaja akan SMS Premium and Games berlawanan dengan tujuan pemberdayaan, hasil pair t-test tidak signifikan. Secara umum kegiatan pemberdayaan ini cukup efektif, paling tidak bila ditinjau dari jumlah siswa/konsumen remaja yang mengikuti presentasi mencapai 1649 orang dari 16 sekolah di seluruh Kota Malang. Selain itu bila ditinjau dari aspek kognitif pemahaman dan pengetahuan, terjadi peningkatan pemahaman dan pengetahuan yang cukup signifikan.
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan ini adalah bahwa konsumen remaja telah cukup mengetahui dan memahami perang tarif dan iklan operator seluler; serta program SMS premium and games. Kegiatan ini memiliki makna “reinforce” bagi konsumen remaja. Konsumen remaja juga kurang mempercayai kebenaran iklan tarif operator seluler dan program SMS Premium and Games; meski perbedaan kepercayaan tersebut tidak cukup signifikan. Secara umum kegiatan pemberdayaan konsumen remaja cukup efektif berdasarkan beberapa aspek yaitu jumlah total audiens, perubahan tingkat pemahaman, pengetahuan dan keatraktifan isu.
ACKNOWLEDGEMENT 1. 2. 3. 4.
DP2M DIKTI, atas hibah PPM “Penerapan Ipteks’ No 0868.0/023-0.41/-/2009 Para Reviewer Kopertis Villayah VII Jawa Timur Rektor dan segenap jajaran Pimpinan Universitas Ma Chung yang men-fasilitasi dan mendukung kegiatan. 5. Kepala Sekolah beserta guru dan siswa SLTP dan SLTA di Kota Malang yang berkenan menerima kunjungan tim PPM Universitas Ma Chung. 6. Mutiara Aisyah dan Arlingga (mahasiswa Prodi IT) dan Pak Irfan serta para staf yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan PPM.
DAFTAR PUSTAKA Bauer, Hans H., Tina Reichardt, Stuart J. Barnes , dan Marcus M. Neumann, 2005, Driving Consumer Acceptance of Mobile Marketing: a Theoretical Framework and Empirical Study, Journal of Electronic Commerce Research, VOL. 6, NO.3, http://www.nus.edu.ws/virtualclassroom/file.php/28/Powerpoint_Presentation/H MK102_updated_notes/Wells04_Basic.ppt. Direktori Sarana dan Prasarana serta Peluang Investasi, 2006, http://www.pemkotmalang.go.id/investasi/main_ind.htm. 11
Ford-Hutchinson, Sally, dan Annie Rothwell, 2002, The public’s perception of advertising in today’s society, Report on the findings from a research study, Prepared for the Advertising Standards Authority, The Thinking Shop, February, 9 Kenneth Crescent London NW2 4PS 020 8450 8135. Mullen, Brian dan Craig Jhonson, Psychology Consumer Behavior http://books.google.co.id/books?id=-M82lcLDxoC&pg=PA12&lpg=PA12&dq=how+to+measure+consumer+percepti on&source=web&ots=oadzEamGrD&sig=juWLwCg2vJ8LoRVmOxdVR-Q82M&hl=en#PPP1,M1 Schiffman, Leon G., dan Leslie Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, New Jersey: Upper Saddle River. Teltzrow, Maximilian, Bertolt Meyer, dan Hans-Joachim Lenz, 2007, Multi-Channel Consumer Perceptions, Journal of Electronic Commerce Research, VOL 8, NO.1, 007. http://www.antara.co.id/arc/2008/4/9/brti-iklan-operator-telekomunikasi-kebablasan/, BRTI: Iklan Operator Telekomunikasi Kebablasan. http://www.gatra.com/2008-04-17/artikel.php?id=113983, XL Cabut Iklan "Kawin dengan Monyet", Jakarta, 17 April 2008 07:16 http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?Id=165157, Pengguna Ponsel Nilai Iklan Tarif Operator Menjebak http://www.megahcellular.com/web/main/news.php?c=4&id=297, 2008, Indosat akan mempertahankan pangsa Pasar Seluler http://www.selular.co.id/majalah/m-life/1id40.html Ubaidillah Fattah, Direktur PT. Smart Telecom Rabu, 02 Januari 2008 http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/Telekomunikasi/2004/0515/tele1.html, 2003, Telkomsel Raih Pangsa Pasar Terbesar Telekomunikasi Nirkabel Kian Memanjakan Pelanggan http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/04/20/brk,20070420-98408,id.html, 2007, Pengguna Seluler Harus Kritis Terhadap Iklan Operator, Jum'at, 20 April 2007 | 09:59 WIB.
12