Volume 3 Nomor 3 September 2014
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu
Halaman : 564-575
EFEKTIVITAS MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS II DI SDN 17 JAWA GADUT (Single Subject Design Kelas II di SDN 17 Jawa Gadut, Padang) Oleh: Defi Fitria Sari Abstrak Background problem in this study is the low reading ability of children in the beginning. Researchers provide intervention using graphic media. The purpose of this study is to prove the effectiveness of graphic media can improve a child's ability to read the beginning of the X-type learning disabilities research is quantitative with the experimental method in the form of Single Subject Design (SSD), the multiple baseline design cross variables. Based on the results of research conducted, it can be concluded graphic media effectively to improve reading skills learning disabilities for children beginning to read X class II in SDN 17 Gadut Java. The results of this study if it can be taken into consideration for teachers to use graphic media in learning Indonesian, especially in beginning reading. Kata kunci: Anak berkesulitan belajar; Kemampuan membaca permulaan; Media grafis.
PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi dengan ditemukan seorang anak berkesulitan belajar di SDN 17 Jawa Gadut yang duduk di kelas II mengalami kesulitan belajar membaca khususnya membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I dan II sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Bagi anak yang mengalami kesulitan belajar khususnya bidang Bahasa Indonesia, tentunya membaca sangat sulit untuk dipelajari. Kesulitan belajar ini disebut disleksia. Menurut Bryan dalam Abdurrahman (2003: 204), menyebut dyslexia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan Jamaris (2009: 176) mengemukakan bahwa “Dyslexia merupakan kondisi yang berkaitan dengan
564
565
kemampuan membaca yang sangat tidak memuaskan. Individu yang mengalami dyslexia memiliki IQ normal bahkan di atas normal, akan tetapi memiliki kemampuan membaca 1 atau 1 ½ tingkat di bawah kemampuan IQ nya”. Kasus dyslexia dialami oleh 3%-6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SDN 17 Jawa Gadut, permasalahan yang ada pada anak berkesulitan belajar membaca X yang mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Hasil assesmen yang peneliti lakukan adalah anak berkesulitan belajar X duduk di kelas II mandiri pada level kelas I semester II dengan persentase sebesar 57,14%. Ini menggambarkan bahwa anak masih memerlukan bantuan. Kondisi awal anak setelah diberikan assesmen keterampilan membaca yaitu anak sudah mengenal beberapa huruf, khususnya huruf vokal seperti: a, i, u, e, o. Anak sudah dapat membaca huruf-huruf vokal yang penulis minta baik secara berurutan maupun tidak berurutan. Selain huruf vokal tersebut, anak juga sudah mengenal beberapa huruf konsonan diantaranya huruf b, c, d, k, l, m, p, q, s, t, v, w, x, y, z. Ini terlihat ketika anak mampu membaca huruf- huruf tersebut. Namun dalam membaca huruf konsonan, masih terdapat kesalahan seperti : huruf h dibaca m, n dibaca m, r dibaca l. Selain itu anak juga masih belum mampu membaca suku kata dan kata karena pemahaman anak mengenal konsep huruf masih sangat kurang. Tuntutan untuk menguasai kemampuan membaca permulaan jelas tercantum dalam kurikulum kelas I semester I yaitu anak seharusnya sudah dapat membaca kalimat sederhana. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti anak X tersebut. Peneliti memiliki ide untuk mencoba memberikan media grafis kepada anak karena selama ini guru hanya menggunakan media papan tulis dan buku paket yang ada. Menurut Arsyad (2013:89) “media grafis yaitu media berbasis visual (image perumpamaan) yang memegang peran penting dalam proses belajar”. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
566
Berdasarkan permasalahan ini, peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian yang berjudul "Efektivitas Media Grafis Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Kelas II di SDN 17 Jawa Gadut”. Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah media grafis efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar (x) kelas II di SDN 17 Jawa Gadut. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah eksperimen dalam bentuk Single Subject Design (SSD). Penelitian eksperimen merupakan suatu kegiatan percobaan yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh intervensi/perlakuan terhadap perubahan perilaku sasaran (target behavior). Penelitian ini terdiri dari tiga variabel dengan bentuk disain multiple baseline cross variables. Multiple baseline cross variables digunakan jika peneliti ingin mengubah perilaku dengan suatu intervensi, dimana intervensi tersebut diperkirakan dapat memberikan efek terhadap dua atau lebih target behavior. Variabel adalah objek yang akan diamati dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian variabel dapat berbentuk kejadian yang dapat diamati dan diukur. Biasaya menggunakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan target behavior (perilaku sasaran) dan variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakuan). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah media grafis sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan membaca permulaan yang memiliki tiga sub variabel yaitu membedakan huruf, membaca suku kata, membaca kata. Subjek penelitian adalah sesuatu yang dijadikan bahan atau sasaran dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak berkesulitan belajar kelas II yang berjumlah satu orang, di SDN 17 Jawa Gadut yang beridentitas X, jenis kelamin laki-laki. Teknik pengumpulan data dengan cara melihat produk permanen. Produk permanen dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan dari soal yang peneliti berikan kepada subjek penelitian yang dicatat dengan format pencatatan data. Data dianalisis
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
567
dengan menggunakan teknik analisis visual grafik (Visual Analisis of Grafik Data), yaitu dengan cara memasukkan data-data ke dalam grafik, kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan komponen-komponen pada setiap kondisi yaitu baseline(A), intervensi(B) dan baseline(A1). Untuk keperluan analisis data visual diperlukan enam komponen analisis dalam kondisi yaitu meliputi: panjang kondisi, estiminasi kecenderungan arah yaitu perubahan setiap data. Estiminasi dalam penelitian ini menggunakan metode split middle. Kecenderungan stabilitas arah dengan kriteria 15%, jejak data ditandai dengan (+) atau (-), level stabilitas rentang dan perubahan Level. Penentuan terakhir dari perubahan dalam level diukur pada akhir pengamatan pada setiap tahap. Perubahan yang besar dalam level antara fase baseline dan fase intervensi merupakan indikator penting dari perubahan kemampuan membaca permulaan. Dalam analisis antar kondisi ada lima komponen yang diperlukan diantaranya: jumlah variabel, perubahan arah dan efeknya, perubahan stabilitas, perubahan level, dan persentase overlap. Dalam analisis antar kondisi ini, overlap perlu diperhatikan karena overlap merupakan pola data yang menggambarkan keadaan pada lintas fase. Apabila terjadi overlap artinya, ada kesamaan tingkat antara data fase baseline dan intervensi, maka berarti perubahan tidak terjadi. Jika persentase overlap semakin kecil maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan sebanyak 18 sesi dengan tiga target behavior yaitu membedakan huruf, membaca suku kata, dan membaca kata, dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen kasus tunggal yaitu disain multiple baseline croos variables. a. Hasil dari frekuensi jawaban benar dalam membedakan huruf (target 1) dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Pencatatan data frekuensi jawaban benar dalam membedakan huruf
terhadap subjek “X” pada kondisi Baseline (A), Intervensi (B) , dan Baseline (A1) Target 1
Baseline
Baseline (A1)
Intervensi (B)
(A) Hari
E-JUPEKhu
1
2
3
4 5 6 7 8 9 10
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
11
12
13
14
15
16
17
18
Volume 3, nomor 3, September 2014
568 Frekuensi
3
3
5 6 5 6 6 5
3
6
6
6
3
5
5
5
Mean
3
5,67
4,67
Trend
0,45
0,9
2,25
5
5
b. Hasil dari frekuensi membaca suku kata (target 2) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Pencatatan data frekuensi suku kata yang dibaca benar oleh subjek “X” pada kondisi Baseline (A), Intervensi (B) , dan Baseline (A1) Target 2
Baseline (A)
Baseline (A1)
Intervensi (B)
Hari
1 2 3 4 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Frekuensi
0 0 0 0 0 15
18
18
19
18
20
20
17
16
16
17
18
18
Mean
0
18,28
17
Trend
0
3
2,7
c. Hasil dari frekuensi kata yang dibaca benar (target 3) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Pencatatan data frekuensi kata yang dibaca benar oleh subjek “X” pada kondisi Baseline (A), Intervensi (B) , dan Baseline (A1) Target 3
Baseline ( A )
Baseline (A1)
Intervensi ( B)
Hari
1 2 3 4 5 6 7
8 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Frekuensi
0 0 0 0 0 0 0
9 10
9
10
10
6
5
6
6
7
7
Mean
0
9,6
6,167
Trend
0
1,5
1,05
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
569
1. Grafik dan Analisis Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari tiga target behavior dan ketiga kondisi dapat dapat digambarkan pada grafik berikut ini: Baseline (A)
Frekuensi jawaban benar dalam membedakan huruf
Baseline (A )
6,12
6
5,795
5 4
1
Intervensi (B)
5,22 3,225
3,545
3 2,775
2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hari Pengamatan Baseline (A)
20
Frekuensi suku kata yang dibaca benar
1
Intervensi (B) 19,78
15
Baseline (A ) 18,35
16,78
15,65
10 5 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Hari Pengamatan
Baseline (A)
Intervensi (B) 10,35
Frekuensi kata yang dibaca benar
10 8
8,85
Baseline (A1)
6,692
6 5,642
4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hari Pengamatan
Grafik 1. Kemampuan Membaca Permulaan pada Fase Baseline (A), Intervensi (B), dan Baseline (A1) Subyek X.
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
570 Keterangan : Frekuensi Trend Mean level Batas atas Batas Bawah
Berdasarkan grafik di atas, dilakukan pengamatan selama 18 sesi untuk target behavior membedakan huruf kondisi baseline (A) dari 3 kali pengamatan terlihat data anak stabil pada penyelesaian 3 soal dari 6 soal dengan mean level 3. Batas atas 3,255 dan batas bawah 2,775 serta tidak memiliki trend karena data menunjukkan angka stabil rendah. Kondisi intervensi dengan 9 kali pengamatan terlihat data meningkat dan bervariasi dimana ada 6 frekuensi soal yang dijawab benar dalam membedakan huruf dengan mean level sebesar 5,67. Batas atas 6,12 dan batas bawah 5,22 serta trend meningkat. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan kemampuan anak dalam membedakan huruf bertambah. Setelah melakukan intervensi dan datanya sudah stabil, kemudian dilanjutkan melakukan pengamatan tanpa dikenakan perlakuan lagi atau baseline (A1). Pengamatan ini dilakukan selama 6 hari, dengan mean level sebesar 4,67. Batas atas 5,795 dan batas bawah 3,545 serta trend meningkat walaupun terjadi penurunan dari kondisi intervensi namun datanya tetap meningkat. Perubahan level pada kondisi B/A yaitu sebesar +2 dan pada kondisi B/A1 sebesar 0, ini menunjukkan bahwa frekuensi soal yang dijawab benar dalam membedakan huruf bertambah. Selanjutnya target behavior membaca suku kata pada kondisi baseline (A) dari 5 kali pengamatan terlihat data anak stabil yaitu frekuensi suku kata yang dibaca benar yaitu 0. Artinya anak belum memiliki kemampuan membaca suku kata yang diberikan, dengan mean level sebesar 0 dan tidak memiliki trend karena data menunjukkan angka stabil rendah. Selanjutnya diberikan intervensi pada pengamatan ke 6 hingga 12. Pada kondisi ini data bervariasi, dimana pada 9 hari pengamatan, pada pengamatan ke 11 dan 12 anak mendapat frekuensi stabil sebesar 20 suku kata dibaca dengan benar dengan mean level pada kondisi ini sebesar 18,28. Batas atas 19,78 dan batas bawah 16,78 serta trend meningkat. Setelah melakukan intervensi atau memberikan perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengamatan tanpa dikenakan perlakuan lagi atau baseline (A1). Baseline (A1)
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
571
dilakukan selama 6 hari dimulai pada pengamatan ke 13 hingga 18 dengan mean level sebesar 17, batas atas 18,35 dan batas bawah 15,65 serta trend meningkat walupun disini terjadi penurunan hasil dari kondisi intervensi namun datanya tetap meningkat. Perubahan level pada kondisi B/A yaitu sebesar +19 dan pada kondisi B/A1 sebesar +1, ini menunjukkan bahwa frekuensi soal yang dijawab benar dalam membaca suku kata membaik. Kemudian pada target behavior membaca kata kondisi baseline (A) dari 7 kali pengamatan dengan jumlah 10 soal terlihat data anak stabil yaitu frekuensi kata yang dibaca benar 0 dan tidak memiliki trend karena data menunjukkan angka stabil rendah dengan mean level 0. Artinya anak belum memiliki kemampuan membaca kata yang diberikan. Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan pada kondisi intervensi dimulai pada pengamatan ke 8 hingga 12 dengan 5 kali pengamatan. Pada kondisi ini data bervariasi dan meningkat, dimana pada pengamatan ke 11 hingga 12 data menunjukkan angka stabil dengan frekuensi 10 kata dibaca benar dengan mean level sebesar 9,6. Batas atas 10,35 dan batas bawah 8,85 serta trend meningkat. Setelah melakukan intervensi atau memberikan perlakuan, kemudian dilanjutkan melakukan pengamatan tanpa dikenakan perlakuan lagi atau baseline (A1). Baseline (A1) dilakukan pada pengamatan ke 17 hingga 22 selama 6 kali, dan disini terjadi penurunan hasil dari kondisi intervensi dengan mean level sebesar 6,167. Batas atas 6,692 dan batas bawah 5,642 serta trend meningkat namun datanya stabil. Perubahan level pada kondisi B/A yaitu sebesar +9 dan pada kondisi B/A1 sebesar +2, ini menunjukkan bahwa frekuensi soal yang dijawab benar dalam membaca kata bertambah. Dengan demikian media grafis ini efektif untuk meningkatkan kemampuan membedakan huruf, membaca suku kata, dan membaca kata. Berikut diuraikan rangkuman analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
572
1. Analisis dalam kondisi Data analisis dalam kondisi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Rangkuman analisis dalam kondisi. No 1
Kondisi Panjang kondisi
Target Behavior Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata Membedakan huruf
2
Estimasi Kecendrungan Arah Membaca suku kata
A1 6 6 6
A 3 5 7
B 9 7 5
(=)
(+)
(+)
(=)
(+)
(+)
(=) 100 %
(+) 66,67 %
(+) 100%
0%
100%
100%
0%
100 %
50%
Membaca kata 3
Kecenderunga Membedakan huruf n stabilitas Membaca suku kata Membaca kata
4
Jejak data
Membedakan huruf (=)
(+)
(+)
(=)
(+)
(+)
(=) 3 Stabil 0 Variabel 0 Variabel 3–3=0 (=) 0–0=0 (=)
(+) 5-6 Variabel 15 - 20 Stabil 9 - 10 Stabil 6-5=1 (+) 20–15 = 5 (+) 10 – 9 = 1 (+)
Membaca suku kata Membaca kata 5
Level stabilitas rentang
Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata
6
Level perubahan
Membedakan huruf Membaca suku kata
Membaca kata
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
0–0=0 (=)
(+) 3-5 Stabil 16 - 18 Stabil 5-7 Variabel 5–3=2 (+) 18-16=2 (+) 7–5=2 (+)
Volume 3, nomor 3, September 2014
573
2. Analisis antar kondisi Data analisis antar kondisi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Rangkuman analisis antar kondisi No 1
Kondisi Jumlah variabel yang berubah
2
Perubahan kecenderungan arah
Target behavior Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata Membedakan huruf
A1/B
A/B 1 1 1 (=) (+)
(+)
(=) (+)
(+)
Membaca suku kata Membaca kata
3
Perubahan kecenderungan stabilitas
Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata
4
Perubahan Level
5
Persentase overlap
Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata Membedakan huruf Membaca suku kata Membaca kata
(=) (+) Stabil ke variabel Variabel ke stabil Variabel ke stabil ke 5 - 3 = (+2) 15 - 0 = (+15) 9 – 0 = (+9) 0% 0% 0%
(+) Stabil ke variabel Stabil ke stabil Variabel ke stabil 5–5=0 18 – 15 = (+3) 7 – 9 = (-2) 33,3% 42,8% 0%
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian ini membahas tentang hasil penelitian mengenai membaca permulaan pada bidang studi Bahasa Indonesia yang diberikan pada anak berkesulitan belajar menggunakan media grafis. Pada penelitian ini terjadi peningkatan terhadap kemampuan anak setelah diberikan perlakuan menggunakan media grafis dalam membedakan huruf, membaca suku kata da membaca kata dimulai dari fase baseline (A), intervensi (B), dan baseline (A1). Sejalan dengan hasil penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2013) tentang penggunaan media grafis pada pembelajaran IPS bagi siswa kelas V menunjukkan hasil bahwa, media grafis berhasil meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V.
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
574
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2013) berarti dapat dilihat bahwa media grafis tidak hanya efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan tetapi dapat juga meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Berkaitan dengan penelitian tentang kemampuan membaca permulaan, Endah Kusumawati (2012) juga melakukan penelitian yaitu tentang peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Pendekatan Pakem Siswa Kelas I, hanya saja dalam penelitiannya Endah menggunakan pendekatan pakem. Dimana hasil penelitian tersebut, terjadi peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa, kemampuan membaca permulaan ternyata tidak hanya dapat meningkat menggunakan media grafis saja namun pendekatan pakem juga dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan Anak Berkesulitan Belajar Bahasa Indonesia dalam membaca permulaan mengalami peningkatan. Jadi, dapat di ambil kesimpulan bahwa media grafis efektif meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar kelas II di SDN 17 Jawa Gadut, Padang. SARAN Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti ingin memberikan saran-saran sebagai berikut; bagi guru agar dapat menggunakan media grafis bagi anak berkesulitan belajar karena media ini efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan, bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan memberikan berbagai variasi dalam menggunakan media atau metode untuk pengajaran membaca permulaan.
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014
575
DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Aqib, Z (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung : Yrama Widya. Arikunto,Suharsimi. (2010). ProsedurPenelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers. Sunanto, Juang. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. University Of Tsukuba
E-JUPEKhu
(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3, nomor 3, September 2014