Dr.H.Soetrisno Hadi,SH.MM.MSi
As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki alHusaini, “Mafahim Yajibu an-Tushashah”, Mekkah al-Mukaramah. Abdullah bin Mubarak al-Bushi, “Mausu’at al-Ijma’ li Syaikh al-Islam Ibn Taymiyyah”, Maktabat alMaurid, Saudi Arabia, Mesir, Cetakan I, 2009M. Wahbah al-Zuhayli,”Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu”, Dar al-Fikr, Damaskus, Syria, Cetakan ke-Sepuluh, 2007M-1428H.
Abou Bakr Jabir al-jazairy, “Minhaj al-Muslim : Kitab Aqaid wa Adab wa Akhlaq wa Ibadat wa Mu’amalat”, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, Cetakan ke Delapan, 1876M/1396H.
Carl W.Ernst, “The Shambhala Guide to Sufism”, Shambhala Publications Inc., Massachusetts, 1997. ‘Abdul Qadir Isa, “Haqa’iq at-Tasawwuf”, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 2005.
Syaikh Fathi al-Mishri al-Azhari : “Kaum Wahabi melarang dan mengharamkan ber-”tabarruk” dengan peninggalan-peninggalan Nabi Muhammad saw dan orang-orang saleh”. Padahal, persoalan ini dibolehkan . Dalilnya adalah firman Allah swt, yang bercerita tentang Nabi Yusuf as (QS.Yusuf,12:93). Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw membagibagikan rambutnya di antara para sahabatnya agar mereka bertabarruk dengannya (Al-Hadits).
ٱ ْذ َه ُبو ْا ِب َق ِم ِيِص َه ٰـ َذا فَأَلْ ُقو ُه عَ َ َٰل َو ْج ِه َٱ ِِب يَأْ ِت ب َ ِصري ًا َو ْٱت ُِوِن ِبأَ ْه ِل ُ ُْك َٱ ْ َْج ِع َي “Pergilah kamu dengan membawa gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali ; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku” (QS.Yusuf,12:93).
Syeikh Al-Khathib al-baghdadi meriwayatkan bahwa Imam Syafi’ii mengatakan : “Sungguh, aku bertabarruk dengan Abu Hanifah dan aku datang ke kuburannya setiap hari untuk berziarah” (inni la atabarraku bi abi hanifata wa aji’u ila qabrihi kulla yawmin).
Lihat : Syaikh Fathi al-Azhari, “Fadho’ih alWahabiyyah”, tt. Lihat juga : As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Husaini, “Mafahim Yajibu ‘an Tushahhah”.
Etimologis (Lughatan)
Terminologis (Istilahan)
Mengharap berkah (barakah)
Ingin mendapatkan berkah melalui nabi Muhammad saw atau peninggalannya, keluarga serta para pewarisnya, para ulama dan wali.
atau ingin mendapatkan berkah (barakah)
Ingin mendapatkan berkah tiada lain adalah ber’tawassul kepada Allah melalui apa yang kita harapkan berkahnya, baik berupa peninggalan, tempat atau seseorang.
Etimologis : limpahan kebaikan dalam hidup seseorang. “Al-Barakatu tazidukum fi al-tha-ah” (barakah atau berkah menambah ketaatanmu kepada Allah). Terminologis : barakah adalah kata yang diinginkan oleh hampir semua orang yang beriman dan beramal saleh. Barakah bukan sekedar cukup atau mencukupi saja, tetapi bertambahnya ketaatan pada Allah.
Hidup barakah adalah bukan selalu sehat, tetapi sakit itu justru membawa barakah bagi seseorang. Seperti yang dialami Nabi Ayyub as, dengan sebab sakitnya justru menambah kedekatannya pada Allah swt. Barakah tidak selalu panjang umur ; ada orang yang umurnya pendek tetapi ketaatannya pada Allah dahsyat, seperi Mus’ab bin ‘Umair ra.
Barakah pada makanan bukan yang komposisi gizinya lengkap, namun makanan yang mampu membuat pemakannya menjadi lebih taat lagi pada Allah setelah makan. Doa Rasulullah saw : “Allahumma barik lana fima razaqtana wa qina adzaban nar” (Ya Allah, berkahilah dalam apa yang Engkau rizki kan pada kami, dan hindarkanlah kami dari azab Neraka).
Barakah tidak selalu berarti tanah yang subur dengan pemandangan yang indah mempesona. Tanah yang tandus seperti “Makkah alMukarramah” justru punya keberkahan yang tinggi karena mempunyai keutamaan (fadhilah) yang sangat besar di hadapan Allah swt yang tak tertandingi dibandingkan kota lainnya di dunia.
Ilmu yang mengandung “barakah” bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, namun ilmu yang mampu menjadikan seseorang meneteskan keringat & darahnya dalam beramal serta berjuang untuk Allah swt. Doa Rasulullah saw : “Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa amalan mutaqabbalan wa rizqan tayyiban” (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon padaMu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima, serta rezeki yang baik).
Penghasilan yang mengandung “barakah” adalah bukan gaji yang besar dan bertambah banyak (multiplier), melainkan penghasilan yang menjadi jalan bagi orang lain mendapat rezeki. Penghasilan yang semakin banyak dapat membantu orang lain terbantu dengan penghasilan itu. Penghasilan yang dijadikan sebagai sarana berbagi pada sesama.
Anak yang barakah bukanlah anak yang ketika masih kecil lucu-lucu dan imut-imut. Ketika dewasa sukses dan bergelar, pekerjaan dan jabatan yang hebat (mempesona). Anak yang mengandung barakah justru yang senantiasa taat kepada Rabb-nya, saleh, dan selalu mendoakan kedua orang tuanya. Anak yang keberadaannya memberi kemanfaatan yang besar bagi keluarga dan lingkungannya.
ِ َُٱ ِق ِم ٱ َّلص َال َة ِ ُِلل يل َو ُق ْرٱ َن ٱلْ َف ْج ِر ِ َّ وك ٱل َّش ْم ِس ا َ َٰل غَ َس ِق ٱل ِ ا َّن ُق ْرٱ َن ٱلْ َف ْج ِر ََك َن َم ْشهُود ًا ِ “Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) subuh. Sungguh, salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” (QS.al-Isra,17: 78).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Keutamaan salat berjamaah atas salat sendiri an adalah dua puluh lima derajat, dan malaikat (yang bertugas) di siang hari berkumpul dalam salat fajar (subuh)”.
Abu Hurairah berkata : ‘Bacalah jika kamu mau, firman Allah : “Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan oleh malaikat” (QS.al-Isra,16:78).
Para malaikat (yang bertugas) di malam hari saling bergantian dengan malaikat (yang bertugas) di siang hari.
Mereka berkumpul pada saat salat fajar (subuh) dan salat ashar. Kemudian malaikat yang bermalam menjaga kamu naik lalu mereka ditanya oleh Allah, sedangkan Dia lebih mengetahui keadaan mereka, “Bagaimana kamu meninggalkan hamba-hambaKu?. Mereka menjawab :’Kami meninggalkan mereka di saat mereka sedang salat, dan kami mendatangi mereka saat mereka sedang salat”(HR.Bukhari & Muslim).
“Apabila imam telah membaca : ‘Ghairil maghdhubi ‘alaihim waladh-dhalliin”, maka ucapkanlah : “Aamiin”. Sebab para malaikat mengucapkan “Aamiin”, dan imam (juga) mengucapkan “Aamiin”. Barangsiapa bacaan “Aamiin”-nya bertepatan dengan bacaan para malaikat maka dosadosanya yang terdahulu diampuni” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).
Malaikat turun ketika kitab suci al-Qur’an dibacakan dan mereka aktif mendengarkannya
Sahabat Abu Said al-khudri ra meriwayatkan bahwa Usaid bin Khudhair ketika sedang mem baca al-Qur’an di salat malam (tahajud) di dekat kandang kudanya. Tiba-tiba kudanya melompat-lompat meringkik.... Rasulullah saw mengatakan bahwa ada malaikat yang turun untuk mendengarkan al-Qur’an yang sedang dibacakan (HR.Bukhari & Muslim).
ِ ه َُو ٱ َّ َِّلي يُ َص ِّل عَلَ ْي ُ ُْك َو َم َالئِ َك ُت ُه ِل ُي ْخ ِر َج ُ ُْك ِم َن ٱ ُّلظلُ َم ات ا ََل ِ ًٱلنُّ ِور َو ََك َن بِألْ ُم ْؤ ِم ِن َي َر ِحمي “Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat –Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang), dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS.al-Ahzab,33:43). Rasulullah saw : “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi (mendoakan kebaikan) untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada umat manusia”(HR.Turmudzi).
Rasulullah saw : “Sesungguhnya para malaikat benar-benar mengembangkan sayap-sayapnya untuk orang yang mencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang ia perbuat”(HR.Abu Daud dan Turmudzi). Rasulullah saw : “Duduknya kamu di majelis ilmu lebih baik dibandingkan salat kamu seribu raka’at”(HR.Bukhari).
يٰأَُّيُّ َا ٱ َّ َِّل َين ٱ َمنُو ْا ا َذا ِقي َل لَ ُ ُْك تَ َف َّس ُحو ْا ِِف ٱلْ َم َجا ِل ِس ِ ُشو ْا فَان ُُ فَأفْ َس ُحو ْا ي َ ْف َس ِح ٱ َّ َُّلل لَ ُ ُْك َوا َذا ِقي َل ٱن ُُ ُشو ْا ِ َّ ْ ْ ِ يَ ْرفَع ِ ٱ َّ َُّلل ٱ َّ َِّل َين ٱ َمنُو ْا ِم ُ ْ نُك َوٱ َِّل َين ُٱوتُو ْا ٱلع َْل َد َر َج ٍ ات ُ ون َخبِرير َوٱ َّ َُّلل ِب َما تَ ْع َمل َ )(QS.al-Mujadalahl,11
Etimologis (lughatan)
Berasal dari asal kata “baraka-yabrikubarkan-barkatan” bentuk jamak dari “barkah”.
Berarti “an-nama’ waz ziyadah”, tumbuh dan bertambah.
Terminologis (istilahan)
Kebaikan yang bersumber dari Allah swt yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya.
Keberkatan dalam keturunan dengan munculnya generasi yang kuat di segala bidang dan harta benda melimpah.
َولَ ْو َٱ َّن َٱ ْه َل ٱلْ ُق َر ٰى َءا َمنُو ْا َوٱت َّ َقو ْا لَ َفتَ ْحنَا عَلَ ْ ِْي ْم بَ َر َك َٰ ٍت ِم َن ٱل َّس َمأ ِء َوٱ َأل ْر ِض َولَ ٰـ ِكن َك َّذبُو ْا فَأَ َخ ْذن َ َٰ ه ُْم ِب َما ََكنُو ْا ْ ِ ك س ون ب َ ُ َي “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”(QS.al-A’raf,7:96).
Akar kata lain dari barkah adalah “tabaraka” yang artinya “tahmid wa tajlil” (pujian dan keagungan atau maha banyak kebajikan yang dianugerahkan-Nya).
َّ ْ ُ ِ ِ َ ِ ِ َ َ ُ ل ع ون ِللْ َعال َ ِم َي ن َ ِذير ًا ك ي ه د ب َل ع ان ق ر ف ل ٱ ل ز ن ي َّل َ َ َ ْ ٰ َ َ ْ َّ َ تَ َب َار َك ٱ
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar di menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam(jin dan manusia)” (QS.al-Furqan,25:1).
Tabarruk dengan seorang tokoh dilakukan karena meyakini keutamaan dan kedekatannya kepada Allah swt, dengan tetap meyakini pula bahwa tokoh tersebut tidak akan pernah mampu memberi kebaikan dan menolak keburukan tanpa izin Allah swt. Tabarruk dengan peninggalan (atsar) dilakukan karena keyakinan bahwa atsar itu pernah dipergunakan oleh orangorang yang diyakini keutamaan dan kesalehannya.
Sebenarnya tempat atau lokasi tidak ada keutamaannya. Tetapi bila dilihat dari apa yang terjadi di tempat itu berupa kebaikan dan kesalehan seperti salat, atau tempat ibadah lainnya semisal “al-Masjid al-Haram” di Mekkah alMukarramah atau “ar-Rawdhah al-Syarifah” di Madinah.
Khalid bin Walid dalam Perang Yarmuk kehilangan qalansuwah (penutup kepala). Ia memerintahkan pasukannya untuk mencari dan ketemu setelah lama. Kata Khalid :Nabi pernah melakukan umrah lalu memotong rambutnya, maka para sahabat disekelilingnya berebut rambut Nabi Muhammad saw. Aku, ujar Khalid , mendapat rambut ubun-ubun Nabi lalu rambut itu aku letakkan di qalansuwah ini (HR.Bukhari).
Diriwayatkan dari Malik bin Hamzah bin Abu Usaid as-Sa’idi al-Khazraji dari ayahnya, Hamzah, dari kakeknya, Abu Usaid yang mempunyai sumur di Madinah dengan nama sumur Bidha’ah yang pernah diludahi Nabi saw. Abu Usiad lalu meminum air sumur itu dengan mengharap berkah dari nabi Muhammad saw (HR.Tabrani dengan semua perawinya dapat dipercaya/tsiqqah).
Kemudian Urwah telah melakukan pengamatan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana para sahabat Nabi saw. Dia bersumpah, demi Allah bahwa ketika Nabi mengelurkan dahaknya, maka pastilah dahak itu sudah di tangan seorang dari mereka. Lalu sahabat itu mengusapkannya di wajah dan seluruh kulitnya. Jika Nabi memerintahkan sesuatu pada mereka, pastilah mereka menunaikannya. Jika Nabi berwudhu, mereka berebut air wudhu yang jatuh. Jika mereka berbicara di samping Nabi , mereka tidak mengeraskan suara (HR.Bukhari).
Sahabat melakukan itu di depan Urwah dengan maksud menunjukkan kesetiaan mereka kepada Rasulullah saw : “Orang yang mencintai pemim pinnya seperti itu dan memuliakannya dengan sangat ta’zhim tidak mungkin akan mengkhianati beliau” (Lihat : “Fath al-Bari”,5/341).
“Keluarlah, jika kalian telah sampai ke daerah asal maka hancurkan tempat ibadah lama serta siramkan air ini (bekas wudhu Rasul) di tempat itu dan jadikanlah masjid”(HR.Nasai).
Utsman bin Abdullah bin Mauhib meriwayatkan hadits Nabi saw : “Aku diutus keluargaku untuk menghadap Ummu Salamah dengan membawa semangkuk air. Lalu, Umum Salamah datang menemuiku dengan membawa sebuah benda yang terdapat ddalamnya rambut Rasulullah saw. Pada saat itu, jika ada orang yang terkena penyakit ‘ain atau penyakit apapun, maka Ummu Salama dikirimi keluarga sakit sebuah tempat untuk dicelup dengan rambut-rambut Nabi saw (HR.Bukhari, Kitab Al-Libas).
Bertabarruk dengan keringat Nabi Muhammad saw (Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”). Bertabarruk dengan kulit Nabi Muhammad saw dilakukan oleh usaid bin Hudhair ra (Kanzul ummal,7/710). Sawad bin Ghaziyyah ra ingin bertemunya kulitku dengan kulitmu (Rasulullah saw) (Lihat : “AlBidayah wa an-nihayah,4/271). Bertabarruk dengan tempat salat rasulullah saw dilakukan sahabat Abdullah bin Umar ra.(HR.Bukhari).
Bertabarruk dengan jubah Nabi Muhammad saw (HR.Muslim). Bertabarruk dengan apa yang disentuh Rasulullah saw (HR.Thabrani). Bertabarruk dengan mangkuk dan tempat yang dipergunakan sujud oleh rasulullah saw (HR.Bukhari dalam “Ash-Shahih”). Bertabarruk dengan bekas telapak kaki Nabi Muhammad saw dilakukan sahabat Abu musa ra (HR.Nasai,3/243).