VOL. X No. 1 APRIL 2013
ISSN 1693-3761
3PERBEDAAN KEMAMPUAN DAYA TOLAK MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac) DAN DAUN SELASIH (Ocimum basilicum) SEBAGAI REPELEN NYAMUK Aedes aegypti
Meilina Yuhanita Dewi, Koerniasari, Irwan Sulistyo ABSTRACT Dengue fever is an infectious disease caused by dengue virus and is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus. In the year 2010 there had been 150.000 cases in Indonesia and the number of deaths was 1317.. Transmission of this disease can be prevented using plant essential oils to be applied as repellents. This study was aimed at investigating the differences between jasmine essential oil (Jasminum sambac) and leaf basil (Ocimum basilicum) as repellents against Aedes aegypti mosquito. This is a quasi-experimental study using a non-randomized control group pretest-posttest design. Subjects were female Aedes aegypti mosquitoes, 25 mosquitoes on each test. The materials used were jasmine flowers essential oil at 40% concentration and basil leaves essential oil at 90% concentration. As much as 10 replications were performed during the study. Independent Samples T Test was carried out for analyzing the data. The average number of mosquitoes that came in contact with human hand that had been given jasmine flowers essential oil at 40% concentration were 3 mosquitos and basil leaves essential oil at 90% concentration was one mosquito. There was no significant difference between the number of Aedes aegypti mosquitoes that come in contact with human hand applied with jasmine flowers essential oil at 40% concentration and basil leaves essential oil at 90% concentration (p =0. 000; α=0. 05). The conclusion was 90% concentration of essential oils of basil leaves, having 3.32% linalool as an active ingredient had a better ability as a repellent against Aedes aegypti compared to jasmine flowers essential oil at 40% concentration which has 2.9% linalool as an active ingredient. Essential oil of basil leaves can be applied as a substitute for synthetic chemical repellent topically every 8.5 hours. Keywords: jasmine essential oil, basil leaf; Aedes aegypti
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2004). Gejala klinik yang biasanya terjadi adalah demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2–7 hari (Soegijanto, 2004) dan munculnya ruam yang ditandai dengan kemerahan atau bercak – bercak merah yang menyebar dapat terlihat pada wajah, leher dan dada (WHO, 2005). Penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit yang masih mendapatkan perhatian lebih di Indonesia yang harus ditangani secara serius karena sangat berbahaya. Bahaya dari penyakit DBD adalah adanya menifestasi perdarahan seperti mimisan, berak darah dan muntah darah. Selain itu juga menimbulkan shock syndrome yang ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan cepat (WHO, 2005). Pasien yang mengalami
Gema Kesehatan Lingkungan
shock syndrome kemungkinan terburuk dapat meninggal jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Demam berdarah merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, namun hingga saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2004). Nyamuk Aedes aegypti akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah penderita yang berada dalam fase demam akut. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 hari kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi virus dengue. Ketika nyamuk yang infektif menggigit kepada orang lain yang sehat, maka virus akan dipindahkan bersamaan dengan air liur nyamuk. Dalam masa inkubasi pada tubuh manusia selama rata–rata 7 hari seringkali terjadi gejala awal penyakit ini. Berbagai kasus penyakit demam berdarah telah banyak terjadi di Indonesia dan tersebar di berbagai provinsi. Penyakit DBD
31
VOL. X No. 1 APRIL 2013 bukan hanya menjadi masalah di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh ASEAN dan beberapa negara yang lain (Aditama, 2011). Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada tahun 2010 ada 150.000 kasus dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang, kondisi tersebut menjadikan Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN. Kasus tersebut di Indonesia, paling banyak terjadi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung (Kusriastuti, 2011). Pada bulan November 2011 didapatkan 5 provinsi dengan Insiden Rate (IR) atau angka penularan paling tinggi sepanjang tahun 2011 adalah Bali dengan 81,08 kasus, Jakarta 72,24 kasus, Kepulauan Riau 49,70 kasus, Sulawesi Tengah 47,37 kasus dan Nanggroe Aceh Darusalam 45,81 kasus (Aditama, 2011). Melihat berbagai kasus yang telah diuraikan diatas maka perlu dilakukan pengendalian nyamuk dan pencegahan agar dapat mengurangi kasus penyakit DBD pada setiap tahunnya. Cara pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari secara fisik, biologi dan kimia. Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan melakukan gerakan 3M yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air serta mengubur barang–barang bekas. Untuk pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah (Panchaxpanchax) dan ikan gupi (Gambusia affinis). Sedangkan pengendalian secara kimia dapat menggunakan fogging dan pemberian larvasida seperti abate. Selain itu dapat juga dilakukan pencegahan dengan menggunakan penolak serangga atau yang biasa disebut dengan repellent. Repellent merupakan sarana perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk. Repellent dibagi menjadi dua kategori yaitu kimiawi dan alami (WHO, 2005). Repellent kimiawi sintetik memungkinkan menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap kesehatan manusia, seperti iritasi pada kulit dan gatal–gatal (Patta, 2011). Repellent yang alami dapat diperoleh dari tanaman yang memiliki khasiat menolak nyamuk yang bisa didapatkan di lingkungan sekitar serta relatif aman bagi manusia. Beberapa diantaranya adalah bunga melati dan daun selasih. Bunga melati (Jasminum sambac) memiliki bau yang sangat harum. Komponen pemberi bau pada bunga melati adalah benzyl acetat. Selain itu bunga melati juga mempunyai kandungan senyawa kimia yaitu methyl salisilat, cis jasmine , linalool , neurol idol dan indole. Kandungan linalool pada bunga Gema Kesehatan Lingkungan
ISSN 1693-3761 melati sebesar (2,9%) (Suyanti dkk, 2003). Menurut Sudjari dkk (2006) bunga melati memiliki efek sebagai repellent terhadap nyamuk Culex sp pada konsentrasi 25%. Daun selasih (Ocimum basilicum) atau yang biasa dikenal dengan nama kemangi di Indonesia. Salah satu tanaman aromatik yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri pada daun selasih mengandung senyawa E-sitral, Z-sitral, Kariofillen oksida, Alpha- kariofillen dan linalool (3,32%) (Fadlianti, 2010). Kandungan linalool tersebut yang dikenal sebagai zat pengusir nyamuk. Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa minyak atsiri daun selasih efektif mengusir nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 90%. (Zabida, 2006) Tujuan Menganalis perbedaan kemampuan daya tolak minyak atsiri bunga melati (Jasminum sambac) dan daun selasih (Ocimum basilicum) sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Sedangkan berdasarkan tempatnya, penelitian ini bersifat sebagai penelitian laboratorium. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan non randomized control group pretest-posttest design (Soekidjo, 2010). Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2012 dan bertempat di Laboratorium Entomologi Kesehatan Lingkungan Surabaya. Objek Penelitian Sampel penelitian adalah nyamuk betina Aedes aegypti berumur 3-5 hari yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan jumlah 25 ekor nyamuk pada setiap uji. Bahan penelitian adalah repellent alami dari minyak atsiri bunga melati dan daun selasih. Dan pengulangan yang dilakukan sebanyak 10 kali Variabel Penelitian Variabel independen dari penelitian ini adalah konsentrasi minyak atsiri bunga melati dan daun selasih. Variabel dependen adalah jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia. Variabel pengganggu adalah suhu, kelembaban, luas permukaan tangan manusia, dan lama perlindungan minyak atsiri bunga melati dan daun selasih. 32
VOL. X No. 1 APRIL 2013
ISSN 1693-3761
Prosedur Penelitian Sebelumnya peneliti terdahulu menyatakan bahwa minyak atsiri bunga melati memiliki efek sebagai repellent terhadap biota uji nyamuk Culex sp pada konsentrasi 25%. Sehingga perlu dilakukan pra eksperimen minyak atsiri bunga melati yang diujikan pada biota uji nyamuk Aedes aegypti dengan konsentrasi 25%, 40%, 55% dan 70% yang bertujuan untuk mencari konsentrasi yang paling efektif. Setelah didapatkan hasil bahwa minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% efektif terhadap nyamuk Aedes aegypti maka dilanjutkan ke tahap ekperimen. Pada tahap ini yang akan diuji adalah minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% dengan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90%. Pertama menyemprot tangan dengan minyak atsiri dari pergelangan sampai siku. Dari pergelangan tangan ke ujung jari ditutup dengan sarung tangan lateks. Lalu tangan yang telah disemprotkan minyak atsiri dimasukkan kedalam kandang berukuran 40x40x40 cm yang didalamnya telah diisi 25
ekor nyamuk betina Aedes aegypti yang telah dipuasakan selama 24 jam. Selanjutnya jumlah nyamuk yang kontak pada tangan dihitung setiap 5 menit pertama tiap jam. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali ulangan. Ulangan 1 sampai 5 dilakukan pada pagi hari mulai dari jam 08.00–12.00 WIB. Ulangan 6 sampai 10 dilakukan pada sore hari mulai dari jam 14.00–18.00 WIB. Cara pengujian tersebut dilakukan pada minyak atsiri bunga melati dan daun selasih. Sedangkan untuk pengujian lama waktu perlindungan minyak atsiri sama halnya dengan pengujian yang dilakukan tadi namun yang membedakan adalah pengujian dilakukan selama 6 jam, mulai dari jam 08.00–13.00 WIB. Metode Analisis Data Data jumlah nyamuk yang kontak pada tangan dengan diberikan perlakuan minyak atsiri bunga melati dan daun selasih akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang selanjutnya dianalisis menggunakan Uji T Sampel Independen dengan taraf signifikasi atau derajat kesalahan 0,05.
HASIL PENELITIAN Penentuan Konsentrasi Minyak Atsiri Bunga Melati Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Untuk Uji Perlakuan Hasil pengamatan jumlah nyamuk yang kontak pada minyak atsiri bunga melati dengan keempat konsentrasi yang berbeda pada tahap pra eksperimen disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel .1 Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Manusia Yang Diberikan Minyak Atsiri Bunga Melati
Ulangan Ke 1 2 3 Rata - rata
Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Dengan Konsentrasi (ekor) 25% 40% 55% 70% 7 2 1 1 3 2 0 0 4 0 1 0 5 1 1 0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata – rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia yang telah disemprotkan minyak atsiri bunga melati dengan konsentrasi 25%, 40%, 55% dan 70% berturut – turut jumlah nyamuknya adalah 5, 1, 1 dan 0 ekor. Hasil yang tersebut diatas dianalisa dengan menggunakan uji beda anova dan diperoleh Gema Kesehatan Lingkungan
nilai p = 0,010 , berarti nilai p < α (0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan. maka selanjutnya dilakukan uji LSD dan diperoleh hasil bahwa minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% memiliki perbedaan yang signifikan, dengan nilai p = 0,012 , yang berarti nilai p < α (0,05).
33
VOL. X No. 1 APRIL 2013
ISSN 1693-3761
Uji Perlakuan Minyak Atsiri Bunga Melati Konsentrasi 40% Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Hasil pengamatan jumlah nyamuk yang kontak pada minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% pada tahap eksperimen disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel.2. Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Manusia Yang Diberikan Minyak Atsiri Bunga Melati 40% Pukul (WIB) Pagi hari 08.00 (08.00 – 12.00 WIB) 09.00 10.00 11.00 12.00 Sore hari 14.00 (14.00 – 18.00 WIB) 15.00 16.00 17.00 18.00 Rata – rata Waktu
Ulangan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Nyamuk (ekor) 0 2 3 5 4 4 3 3 2 5 3
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata – rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia yang telah diberikan minyak atsiri bunga melati dengan konsentrasi 40% adalah 3 ekor. Uji Perlakuan Minyak Atsiri Daun Selasih Konsentrasi 90% Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Hasil pengamatan jumlah nyamuk yang kontak pada minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% pada tahap eksperimen disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel. 3 Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Manusia Yang Diberikan Minyak Atsiri Daun Selasih 90% Pukul (WIB) Pagi hari 08.00 (08.00 – 12.00 WIB) 09.00 10.00 11.00 12.00 Sore hari 14.00 (14.00 – 18.00 WIB) 15.00 16.00 17.00 18.00 Rata – rata Waktu
Ulangan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Nyamuk (ekor) 0 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata – rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia yang telah diberikan minyak atsiri daun selasih dengan konsentrasi 90% adalah 1 ekor
Gema Kesehatan Lingkungan
34
VOL. X No. 1 APRIL 2013
ISSN 1693-3761
Kondisi Lingkungan Ruang Penelitian Hasil pengukuran suhu dan kelembaban di ruang penelitian pada dalam tabel sebagai berikut :
tahap eksperimen disajikan
Tabel 4 Pengukuran Suhu dan Kelembaban di Ruang Penelitian Pukul (WIB) Pagi hari 08.00 (08.00 – 12.00 09.00 WIB) 10.00 11.00 12.00 Sore hari 14.00 (14.00 – 18.00 15.00 WIB) 16.00 17.00 18.00 Rata – rata Waktu
Ulangan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu (oC) 27 28 28 28 29 30 29 29 28 28 28
Kelembaban (%) 78 76 76 75 74 73 73 74 76 76 76
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata – rata suhu di ruang penelitian adalah 28oC dan kelembaban di ruang penelitian adalah 76%. Uji Lama Waktu Perlindungan Minyak Atsiri Bunga Melati Konsentrasi 40% Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Hasil pengamatan jumlah nyamuk yang kontak pada lama waktu perlindungan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel. 5 Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Manusia Yang Diberikan Minyak Atsiri Bunga Melati 40% Pada Uji Lama Waktu Perlindungan Jam Ke 1 2 3 4 5 6
Gema Kesehatan Lingkungan
Pukul (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Jumlah Nyamuk (ekor) 0 2 8 6 10 7
35
VOL. X No. 1 APRIL 2013
ISSN 1693-3761
Uji Lama Waktu Perlindungan Minyak Atsiri Daun Selasih Konsentrasi 90% Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Hasil pengamatan jumlah nyamuk yang kontak pada lama waktu perlindungan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel. 6 Jumlah Nyamuk Yang Kontak Pada Tangan Manusia Yang Diberikan Minyak Atsiri Daun Selasih 90% Pada Uji Lama Waktu Perlindungan Jam Ke 1 2 3 4 5 6
Pukul (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Analisa Perbedaan Antara Minyak Atsiri Bunga Melati Konsentrasi 40% Dengan Daun Selasih Konsentrasi 90% Setelah didapatkan hasil seperti yang telah disebutkan diatas, maka jumlah nyamuk yang kontak pada tangan manusia yang telah diberikan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% dan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% dianalisa dengan menggunakan uji beda T Sampel Independen dengan derajat kesalahan 0,05. Hasil dari analisa tersebut diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti nilai p < α (0,05). (lihat pada lampiran 5) Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia setelah diberikan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% dengan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90%. Rata – rata jumlah nyamuk yang kontak pada tangan yang telah diberikan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% adalah 3 ekor dan untuk daun selasih konsentrasi 90% adalah 1 ekor, artinya bahwa rata – rata jumlah nyamuk yang kontak pada tangan yang telah diberikan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% lebih sedikit daripada minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40%. Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% lebih baik daripada minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti. PEMBAHASAN Perbedaan Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Melati dengan Daun Selasih Sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti Gema Kesehatan Lingkungan
Jumlah Nyamuk (ekor) 0 1 3 7 8 13
Berdasarkan hasil uji perlakuan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% dengan daun selasih konsentrasi 90% sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti menunjukkan bahwa keduanya dapat memberikan pengaruh yang berbeda dalam menolak nyamuk Aedes aegypti. Dari hasil analisis statistik dengan nilai p=0,000 yang berarti nilai p < α (0,05), maka hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan daya tolak masing – masing minyak atsiri dari tanaman tersebut berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena kedua tanaman tersebut memiliki bahan aktif linalool dengan konsentrasi yang berbeda. Tanaman bunga melati mempunyai kandungan senyawa kimia linalool sebesar 2,9% (Suyanti dkk, 2003). Sedangkan pada daun selasih memiliki kandungan senyawa linalool sebesar 3,32% (Fadlianti, 2010). Senyawa linalool ini yang memiliki kemampuan dalam menolak nyamuk (Anonymous, 2012a). Linalool adalah salah satu senyawa atau bahan aktif yang terdapat dalam minyak atsiri tanaman. Linalool sudah sangat dikenal sebagai pengusir nyamuk (Kardinan, 2004 dalam Zabida, 2006). Linalool merupakan racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik pada serangga yang menyebabkan stimulasi saraf motor kejang dan mengalami kelumpuhan (Nurdjannah, 2004 dalam Bariyah, 2010). Ketika menggunakan minyak atsiri dari bunga melati dan daun selasih pada tangan manusia, maka minyak atsiri tersebut akan meresap ke pori – pori tangan lalu menguap ke udara. Bau ini yang nantinya akan terdeteksi oleh reseptor kimia 36
VOL. X No. 1 APRIL 2013
(chemoreceptor) yang terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Selanjutnya diterjemahkan kedalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk menghindar tanpa mengisap darah pada tangan lagi (Istiqomah dkk, 2004 dalam Zabida, 2006). Kedua jenis tanaman diatas menunjukkan sama – sama memiliki kemampuan dalam menolak nyamuk Aedes aegypti. Namun minyak atsiri daun selasih memiliki kemampuan yang lebih baik sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti dibandingkan dengan minyak atsiri bunga melati. Hal ini disebabkan karena konsentrasi senyawa linalool yang terdapat pada kedua tanaman tersebut berbeda. Bahwa minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% dengan bahan aktif linalool 3,32% lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% dengan bahan aktif linalool 2,9%. Minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% menolak nyamuk Aedes aegypti dengan rerata jumlah nyamuk yang terusir paling sedikit yaitu 1 ekor. Sedangkan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% menolak nyamuk Aedes aegypti dengan rerata jumlah nyamuk yang terusir yaitu 3 ekor. Maka semakin banyak kandungan bahan aktif linalool yang terdapat dalam minyak atsiri, semakin besar pula kemampuan dalam menolak nyamuk (Zabida, 2006). Lama Waktu Perlindungan Minyak Atsiri Bunga Melati dengan Daun Selasih Sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti Hasil dari analisis grafik probit minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% mampu menolak nyamuk Aedes aegypti selama 2 jam. Namun grafik probit pada minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% terjadi penyimpangan. Hal ini dapat terjadi karena nyamuk Aedes aegypti tidak berdistribusi secara random, artinya ada perbedaan status pada biota uji seperti ukuran (Mangkoedihardjo, 2009). Hasil dari analisis grafik probit, minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% mampu menolak nyamuk Aedes aegypti selama 2 jam dan akan kehilangan daya proteksinya setelah 8,5 jam. Hal tersebut dikarenakan sifat dari minyak atsiri yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya (Ketaren, 1985 dalam Bariyah, 2010) serta pelarut yang digunakan yaitu ethanol yang juga memiliki sifat mudah menguap. Karena repellent minyak atsiri Gema Kesehatan Lingkungan
ISSN 1693-3761
yang telah disemprotkan ke tangan manusia dibiarkan hingga beberapa jam, maka minyak atsiri tersebut menguap ke udara ruangan. Baik minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% maupun minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% memiliki lama waktu perlindungan yang sama yaitu selama 2 jam. Artinya bahwa keduanya memiliki kemampuan yang sama dalam menolak nyamuk Aedes aegypti yaitu selama 2 jam namun dengan daya proteksi yang berbeda. Minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% memiliki daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti sebesar 90% selama 2 jam sedangkan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% memiliki daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti sebesar 95% selama 2 jam hingga 8,5 jam dalam menolak nyamuk Aedes aegypti. Hasil lama waktu perlindungan yang diberikan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah melalui Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Sedangkan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah melalui Komisi Pestisida Departemen Pertanian yang mensyaratkan bahwa suatu lotion anti nyamuk dapat dikatakan efektif apabila daya proteksinya paling sedikit 90% dan mampu bertahan selama 6 jam (Sari, 2011). Dengan demikian maka minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% dapat digunakan sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti dengan pemakaian setiap 8,5 jam sekali. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata – rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia yang telah diberikan minyak atsiri bunga melati konsentrasi 40% sebanyak 3 ekor. 2. Rata – rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang kontak pada tangan manusia yang telah diberikan minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% sebanyak 1 ekor. 3. Lama waktu perlindungan minyak bunga melati konsentrasi 40% dalam menolak nyamuk Aedes aegypti adalah selama 2 jam dengan daya proteksi 90%. 4. Lama waktu perlindungan minyak daun selasih konsentrasi 90% dalam menolak nyamuk Aedes aegypti adalah selama 2 jam dengan daya proteksi 95%. 5. Minyak atsiri daun selasih konsentrasi 90% memiliki kemampuan yang lebih signifikan dalam menolak nyamuk Aedes
37
VOL. X No. 1 APRIL 2013
aegypti dibandingkan minyak bunga melati konsentrasi 40%.
ISSN 1693-3761
atsiri
Saran 1. Minyak atsiri daun selasih dapat digunakan sebagai bioinsektisida atau repellent alami. 2. Minyak atsiri daun selasih dapat diterapkan sebagai pengganti repellent kimia sintetis yang lebih aman bagi masyarakat karena mudah ditemukan di lingkungan. Dengan cara yang lebih sederhana yaitu : a. Daun selasih dikukus pada panci pengukus. b. Uap dari proses tersebut mengandung minyak dan air ditampung dalam wadah. c. Kemudian dibiarkan mengendap, hingga air dan minyak terpisah, air berada di lapisan bawah dan minyak berada di lapisan atas. d. Minyak tersebut yang dapat digunakan sebagai repellent. e. Minyak atsiri daun selasih dapat digunakan dengan pemakaian setiap 8,5 jam sekali. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang repellent minyak atsiri daun selasih dan minyak atsiri bunga melati dengan konsentrasi keduanya sama yaitu 90%. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga. 2011. Kematian Akibat DBD Berkurang Tapi Jumlah Kasus Naik Turun. Jakarta : detikHealth(http://health.detik.com/re ad/2011/12/23/170059/1798843/763/ kematian-akibat-dbd-berkurang-tapijumlah-kasus-naik-turun) Afrensi, 2007. Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum Forma citratum back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Gema Kesehatan Lingkungan
Alamendah, 2011. Kenanga (Cananga odorata) Bunga Khas Sumatera Utara (http://alamendah.wordpress.com/20 11/03/05/kenanga-cananga-odoratabunga-khas-sumatera-utara/) Asriyanti, 2011. Uji Aktivitas Dan Identifikasi Awal Ekstrak Aktif Daun Kemangi Hutan (Ocimum sp) Sebagai Penolak Nyamuk (Culex sp). Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Fadlianti.2010. Mengenal lebih dekat Selasih tanaman keramat multimanfaat. Agromedia Pustaka, Jakarta. Kusriastuti R.2011. Kasus DBD di Indonesia Tertinggi di ASEAN. health.kompas.com Soegijanto S. 2004. Demam berdarah dengue Surabaya. Airlangga University Press Suyanti, S. Prabawati, dan Sjaifullah. 2003. Karakterisasi sifat fisik dan kimia bunga melati putih (Jasminum sambac). Balai Penelitian Tanaman Hias. Sudjari, D.A. Endang, dan A.S.B. Dondy. 2006. Potensi kandungan dan sifat fisiko kimiawi concret melati. Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta. World Health Organization,. Pengendalian dan Pencegahan Dengue dan Demam Berdarah : Panduan lengkap/WHO; alih bahasa. Palupi Widyastuti: Editor edisi Bahasa Indonesia, Salmiyatun. Jakarta : EGC, 2005. Zabida.2006. Mortalitas dan Pertumbuhan Larva Nyamuk Anopheles aconitus kerena Pemberian Ekstrak Daun Selasih Oscimum basilicum.BIOMA, Vol. 11, No. 2, Hal. 59-63
38
VOL. X No. 1 APRIL 2013
Gema Kesehatan Lingkungan
ISSN 1693-3761
39