NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
9 MARET 2015
FORMULASI DAN UJI STABILITA FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK BIJI LENGKENG (Euphoria longana Lam.) DENGAN KOMBINASI EMULGATOR SINTETIK FORMULATION AND PHYSICAL STABILITA TEST CREAM OF LONGAN SEED (Euphoria longana Lam.) EXTRACT WITH COMBINATION OF SYNTHETIC EMULGATOR Utari Dwi Margisuci* Dian Purwita Sari** Ingenida Hadning**, Undergraduated, Muhammadiyah University of Yogyakarta* Lecturer, Muhammadiyah University of Yogyakarta**
[email protected] ABSTRACT Cream is a half solid that contains one or more mixture can dissolved or dispersed in appropriate base material, has a relatively liquid consistency and can be formulated as emultion water in oil or oil in water. Extract of longan seed (Euphoria longana Lam.) has potential to block tyrosinase enzyme predicted can be used in skin whitening. This study is focusing in the development of cream containing longan seed extract with combination of synthetic emulgator, that are carbomer, TEA, and tween 80. The purpose of this research is to gain a cream longan seed extract with combination carbomer, TEA, and tween 80, as well as to determine its characteristic and physical stability. The thick extract of longan seed was obtained by maceration method with aquadest at 70-750C. Cream longan seed extract be formulated as emultion oil in water. Formula was designed in six formula by varying the concentration of carbomer and TEA, that are A1, B1, C1, A2, B2, and C2. Furthemore, the creams were characteristic test including organoleptic, pH, homogenity, dispersive power, adhesion time, power protection, and type of emultion, and physical stability test inculiding cycling test and centrifugal test with the same parameter on characteristic test and added with one parameter, that is globul diameter. The result was three replication and analyze in average ± standart of deviation and graph. The results showed that extract of longan seed was able to be formulated into cream with combination of carbomer, TEA, and tween 80. The result of the characteristic test showed that C1 and B2 have the best characteristic compared to A1, B1, A2, and C2 with C1 had pH (6) and adhesion time (300 seconds), meanwhile B2 had pH (7) and dispersive power (5.40 ± 0.22). All the results of characteristic test is ideal, unless the pH. The result of the physical stability test showed cream changes start from the second cycle storage, the cream had aggregation in medium dispers. Keyword: cream, longan seed, carbomer, TEA, tween 80.
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
1
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
9 MARET 2015
INTISARI Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, yang mempunyai konsistensi relatif cair dan dapat diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Ekstrak biji buah lengkeng (Euphoria longana Lam.) berpotensi menghambat enzim tirosinase sehingga diduga dapat digunakan dalam sediaan skin whitening. Dalam penelitian ini akan dibuat krim yang mengandung bahan aktif ekstrak biji lengkeng dengan kombinasi emulgator sintetik, yaitu carbomer, TEA, dan tween 80. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan krim ekstrak biji lengkeng dengan kombinasi emulgator sintetik, serta mengetahui karakteristik dan stabilitas fisik krim ekstrak biji lengkeng yang dihasilkan. Ekstrak kental biji lengkeng didapatkan dengan menggunakan metode maserasi dengan aquadest pada suhu 70-750C. Krim ekstrak biji lengkeng dibuat dengan tipe minyak dalam air. Formula krim dikembangkan menjadi enam formula dengan variasi konsentrasi carbomer dan TEA, yaitu A1, B1, C1, A2, B2, C2. Selanjutnya, krim diuji karakteristik dan stabilitas fisiknya. Uji karakteristik meliputi organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar, daya lekat, daya proteksi, dan tipe emulsi, sedangkan uji stabilitas meliputi cycling test dan centrifugal test dengan parameter pengujian yang sama pada uji karakteristik dan ditambahkan satu parameter, yaitu diameter globul. Data yang disajikan merupakan replikasi tiga kali dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji lengkeng dapat diformulasikan menjadi krim dengan kombinasi carbomer, TEA, dan tween 80. Hasil uji karakteristik menunjukkan C1 dan B2 memiliki karakteristik yang baik dibandingkan A1, B1, A2, dan C2 dengan hasil pada krim C1 memiliki pH 6 dan daya lekat 300 detik, sedangkan B2, pH 7 dan daya sebar 5.40 ± 0.22. Uji karakteristik untuk semua formula dikatakan ideal kecuali hasil pengukuran pH. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan krim mengalami ketidakstabilan dimulai dari siklus kedua yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan pada medium dispersi krim. Kata kunci : krim, biji lengkeng, carbomer, TEA, tween 80
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
2
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
PENDAHULUAN Kulit merupakan bagian tubuh terluar manusia yang memiliki berbagai macam fungsi, salah satunya adalah melindungi tubuh dari paparan sinar ultra violet. Sinar ultra violet (UV) dapat menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi adalah gangguan pigmen karena produksi melanin secara berlebihan atau distribusi melanin yang tidak merata. Pada kondisi ini, kulit dapat terlihat lebih gelap dan timbul noda hitam pada bagian–bagian tertentu. Paparan sinar UV dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan pengaruh buruk, salah satunya dapat menginduksi terjadinya kanker kulit. Proses hiperpigmentasi melibatkan aktivitas suatu enzim, yaitu tirosinase. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama dalam biosintesis melanin, yaitu hidroksilasi L-tirosin menjadi L-dopa dan oksidasi L-dopa menjadi 1 dopakuinon . Senyawa dopakuinon mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami polimerisasi secara spontan membentuk dopakrom yang kemudian menjadi melanin. Salah satu cara menghambat pembentukan melanin adalah dengan mengendalikan aktivitas tirosinase1. Saat ini telah dimanfaaatkan senyawa aktif dalam tanaman yang dapat menghambat aktivitas tirosinase yang digunakan dalam sediaan skin whitening, seperti ekstrak licorice, mulberi, teh hijau, dan lain-lain2. Konsentrasi bahan aktif yang lazim digunakan adalah 1-10%3. Berdasarkan
9 MARET 2015
penelitian yang dilakukan oleh Rangkadilok (2005)4, ekstrak biji lengkeng menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak daging lengkeng (𝐼𝐶50 antara 10,8-77,3 µg/ml) dan mempunyai aktivitas inhibisi tirosinase dengan nilai 𝐼𝐶50 3,2 mg/ml. Biji lengkeng mengandung senyawa polifenol dengan kadar yang tinggi seperti korilagin, asam galat dan asam elagat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa biji lengkeng yang umumnya hanya limbah dapat menjadi sumber potensi antioksidan dan anti tirosinase. Bentuk sediaan kosmetika yang paling banyak digunakan adalah sediaan krim, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan lainnya seperti penyebarannya yang merata dan mudah untuk dibersihkan, khususnya krim emulsi minyak dalam air (M/A)5. Salah satu eksipien utama dalam sediaan krim adalah emulgator. Emulgator merupakan basis yang akan membawa zat aktif untuk kontak dengan permukaan kulit dan akan mempengaruhi daya penetrasi yang berpengaruh terhadap efektifitas 6 sediaan krim . Dalam skala industri pabrik, emulgator sintetik lebih banyak digunakan karena lebih mudah untuk disintetis dan lebih stabil dibandingkan dengan emulgator alam. Emulgator carbomer, trietanolamin (TEA) dan tween 80 adalah emulgator sintetik yang paling banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal khususnya sediaan emulsi sebagai emulagator5. Carbomer sangat baik digunakan
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
3
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
sebagai emulgator dalam sediaan krim tipe M/A karena bersifat hidrofilik sehingga mudah terdispersi dalam air dengan konsentrasi kecil. TEA berguna sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi M/A yang stabil dan berfungsi sebagai penetral untuk carbomer. Sementara tween 80 dapat dikombinasikan dengan emulgator lain yang bersifat hidrofilik pada krim M/A dengan konsentrasi yang rendah. Konsentrasi dari setiap emulgator sangat berpengaruh terhadap karakteristik dan stabilitas fisik sediaan krim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kombinasi carbomer, TEA dan tween 80 sebagai emulgator dalam formulasi sediaan krim ekstrak biji lengkeng serta untuk mengetahui karakteristik dan stabilitas fisik krim ekstrak biji lengkeng yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Alat. (Mettler toledo®), oven ((Memert®), kulkas (Samsung®), blender (Airlux®), aluminium foil, Eppendorf, waterbath (Memert®), alatalat gelas yang lazim (gelas beker, gelas ukur, labu takar, cawan petri, spatula, dan gelas arloji), sentrifugator (Hettich®), mikroskop optik, pH indicator stick (MColorpHast®), kertas saring, kertas label, saringan (Corong Buncher), lilin, sarung tangan, masker, homogenizer (Ultra Turax®), kaca objek (Sail brand®), dan anak timbangan (Protinal®). Bahan. Biji lengkeng (Dimocorpus longana Lam.) yang diperoleh di daerah
9 MARET 2015
Gamping, Kasihan, Bantul, carbomer (pharm grade), TEA (pharm grade), tween 80 (pharm grade), isopropil miristat (pharm grade), propil paraben (pharm grade), BHT (pharm grade), propilen glikol (pharm grade), metil paraben (pharm grade), KOH, phenolphthalein (pharm grade), minyak mawar, dan aquadest. Determinasi Tanaman. Determinasi buah lengkeng dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM. Ekstraksi Biji Lengkeng (Euphoria longana Lam.). Buah lengkeng sebanyak 60 kg dipisahkan antara buah, biji dan kulitnya. Biji sebanyak 10 kg dikumpulkan, kemudian dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringkan pada udara terbuka dan terlindung dari sinar matahari langsung selama 2x24 jam. Proses selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga terbentuk serbuk. Serbuk diekstraksi dengan aquadest (70-750C) menggunakan metode maserasi selama satu jam yang berfungsi untuk melarutkan zat aktif yang terkandung dalam biji lengkeng. Hasilnya dikumpulkan dan disaring dengan kertas saring untuk memisahkan ampas dan filtrat. Filtrat diuapkan 0 menggunakan waterbath 70 C hingga diperoleh konsentrat ekstrak. Formulasi Krim Ekstrak Biji Lengkeng. Formulasi sediaan krim menggunakan ekstrak biji lengkeng (Euphoria longana Lam.) sebagai zat aktif utama. Carbomer, TEA, dan tween 80 digunakan sebagai emulgator. Bahan
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
4
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
tambahan lainnya adalah asam oleat sebagai fase minyak, propilparaben dan
9 MARET 2015
kemudian tambahkan TEA dan larutan ekstrak biji lengkeng hingga homogen.
Tabel 1. Formula Krim Konsentrasi (%𝒃⁄𝒃)
Komposisi/Bahan A1
B1
C1
A2
B2
C2
0,64
0,64
0,64
0,64
0,64
0,64
Carbomer
1
1,5
2
1
1,5
2
TEA
7
7
7
8
8
8
Tween 80
1
1
1
1
1
1
Asam oleat
5
5
5
5
5
5
Propilparaben
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
BHT
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Minyak mawar
0,005
0,005
0,005
0,005
0,005
0,005
10
10
10
10
10
10
Ekstrak biji lengkeng Fase Minyak :
Fase Air : Propilen glikol Metilparaben
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
Aquadest
Ad 100
Ad 100
Ad 100
Ad 100
Ad 100
Ad 100
metilparaben sebagai pengawet, BHT sebagai antioksidan, propilen glikol sebagai humektan, minyak mawar sebagai pewangi, dan aquadest sebagai pelarut. Krim diformulasi dengan tipe minyak dalam air (M/A). Carbomer terlebih dahulu dikembangkan menggunakan aquadest secukupnya diatas penangas air pada suhu 700C. Ekstrak kental biji lengkeng, propilen glikol dan metilparaben dilarutkan dengan aquadest sisa (700C), aduk hingga homogen. Pada cawan yang berbeda, asam oleat, tween 80, propilparaben, dan BHT dicampurkan secara berturut-turut sambil diaduk menggunakan homogenizer sampai homogen. Setelah homogen, campuran tersebut dimasukkan ke dalam carbomer yang telah dikembangkan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 3600 rpm selama 30 menit,
Setelah krim terbentuk, ditambahkan minyak mawar dan diaduk hingga homogen. Secara lengkap rancangan formulasi sediaan krim dapat dilihat pada tabel 1. UJI KARAKTERISTIK FISIK KRIM Dari hasil uji karakteristik, dipilih dua formula terbaik dan dilanjutkan untuk uji stabilitas fisik. Pengamatan organoleptis. Pengamatan organoleptis dilakukan dengan memeriksa warna, bau, dan bentuk sediaan dengan penginderaan normal tanpa menggunakan alat bantu. Pengamatan homogenitas. Pengamatan homogenitas dilakukan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x untuk mengamati sebaran partikel krim yang diletakkan diantara dua kaca objek, dari sebaran
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
5
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
tersebut dapat dilihat krim yang dibuat homogen atau tidak. Krim dinyatakan homogen apabila mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak 7 menggumpal . Pengukuran pH. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indicator stick yang dicelupkan ke dalam sediaan krim. Pengukuran ini untuk mengetahui cocok tidaknya krim jika di berikan pada kulit. Uji Daya Sebar. Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 gram sampel krim diletakkan di atas kaca bulat berskala dengan diameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter penyebaran krim diukur. Setelahnya, ditambahkan 50, 100, 150, 200, 250, 300 dan 500 gram beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Selanjutnya dibuat grafik antara beban berbanding dengan luas sebaran krim. Semakin lebar diameternya, maka semakin baik penyebaran krimnya. Uji Daya Lekat. Krim dioleskan tipis pada objek gelas dengan luas 2x2 cm. Letakkan objek gelas lainnya dengan posisi sedikit bergeser, kemudiaan ditimpa dengan beban 1 kg dan biarkan selama 5 menit. Setelah itu, objek gelas tersebut dipasang pada alat uji dan dilepaskan dengan beban seberat 80 gram dan dicatat lamanya waktu yang diperlukan hingga 2 objek gelas tersebut terlepas8. Semakin tinggi nilai daya lekat, maka waktu pelepasan sediaan akan semakin lama7. Waktu
9 MARET 2015
pengamatan maksimal dibatasi selama 5 menit. Uji Daya Proteksi. Pengujian daya proteksi dilakukan dengan menyiapkan dua kertas saring masing-masing sisinya 10x10 cm. Kertas saring pertama ditetesi dengan indikator PP 1%, biarkan hingga kering. Kertas saring kedua diberi garis ukuran 2,5x2,5 cm yang dilapisi dengan lilin di keempat sisinya. Kertas saring kedua ditumpuk pada kertas saring pertama yang sudah diberi krim (2 gram). Kemudian dikertas saring kedua ditetesi dengan larutan KOH 1 N. Diamati beberapa saat, jika tidak timbul warna pink, berarti basis krim memiliki daya proteksi yang baik. Waktu pengamatan maksimal dibatasi selama 5 menit. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim. Dua gram krim dicampurkan dengan air 50 ml pada tabung reaksi, kemudian divortex untuk mendapatkan krim dengan viskositas rendah. Krim dioleskan tipis pada gelas objek dan ditambahkan satu tetes methylene blue dan diamati. Pengamatan dilakukan secara mikroskopik untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut bertipe M/A atau A/M. UJI STABILITAS FISIK KRIM Cycling Test. Uji ini dilakukan sebanyak 6 siklus. Sampel disimpan pada suhu 7 ± 20C selama 12 jam lalu dipindahkan ke dalam oven bersuhu 40 ± 20C selama 12 jam, waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dalam dua hari dianggap satu siklus. Uji stabilitas dilakukan selama 2 minggu
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
6
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
kemudian diamati karakteristik fisik krim yang sama dengan pengamatan sebelumnya dan ditambahkan satu parameter uji, yaitu pengukuran diameter globul. Pengukuran diameter globul ini dilakukan dengan visualisasi mikroskopik menggunakan mikroskop optik dengan skala lensa okuler pada perbesaran 100 kali sehingga dapat dihitung ukuran globul emulsi dan distribusi ukurannya. Centrifugal test. Sampel krim dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan ke dalam sentrifugator pada kecepatan 6000 rpm selama 15 menit. Krim yang sudah disentrifugasi lalu diamati adanya pemisahan fase minyak dan air. Apabila tidak terjadi pemisahan fase, dapat diartikan bahwa krim stabil dalam penyimpanan selama 6 bulan. ANALISIS DATA Data yang diperoleh adalah replikasi tiga kali pengamatan organoleptis, homogenitas, nilai pH, daya lekat, daya proteksi, dan tipe emulsi yang disajikan sebagai rata-rata ± standar deviasi dan daya sebar dalam bentuk grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tanaman. Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri morfologi secara mikroskopis tanaman biji lengkeng (Euphoria longana Lam.) terhadap kepustakaan. Determinasi dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
9 MARET 2015
pengumpulan bahan utama. Berdasarkan hasil determinasi, biji buah tersebut sesuai dengan bahan utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu biji lengkeng (Euphoria longana Lam.). Ekstraksi Biji Lengkeng (Euphoria longana Lam.). Pembuatan ekstrak biji lengkeng dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi 70750C. Penyarian menggunakan aquadest 20 liter. Berat ekstrak kental yang dihasilkan dari 3,2 kg serbuk adalah 171,8 gram. Hal ini menunjukkan bahwa proses ekstraksi memberikan efisiensi yang cukup memadai. Formulasi Krim Ekstrak Biji Lengkeng. Krim diformulasi dengan tipe minyak dalam air (M/A), yaitu metode pembuatan krim dengan mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air, sifatnya mudah dicuci dengan air. Jika digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit. Krim dibuat dengan mencampurkan emulgator (carbomer, TEA, dan tween 80), larutan ekstrak biji lengkeng, dan penambahan asam oleat, propilen glikol, metilparaben, propilparaben, BHT, dan minyak mawar. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Salah satu eksipien utama dalam sediaan krim
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
7
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
adalah emulgator yang merupakan basis yang akan membawa zat aktif untuk kontak dengan permukaan kulit dan akan mempengaruhi daya penetrasi yang berpengaruh terhadap efektifitas sediaan krim6. Pada penelitian ini krim diperkirakan terbentuk karena adanya peningkatan viskositas oleh carbomer, penurunan tegangan permukaan oleh tween 80 dan TEA, serta adanya ikatan hidrogen antara carbomer, tween 80, TEA, dan zat aktif ekstrak biji lengkeng. Apabila carbomer didispersikan ke dalam air maka akan mengembang, kemudian terjadi proses hidrasi molekul air melalui ikatan hidrogen. TEA ditambahkan ke dalam carbomer untuk meningkatkan viskositas dan sebagai penetran. Tween 80 dan TEA menurunkan tegangan permukaan dengan cara membentuk misel, bagian hidrofobik tween 80 dan TEA mengarah ke dalam droplet asam oleat, sementara bagian hidrofilik tween 80 dan TEA akan mengarah ke medium dispers, yaitu air. Interaksi pembentukan ikatan hidrogen diperkirakan diperantarai oleh adanya gugus hidroksil (-OH) dan gugus karbonil (C=O) dari carbomer, TEA, tween 80 dan beberapa komponen pada ekstrak biji lengkeng, seperti asam galat asam elagat, dan korilagin. Semakin banyak ikatan hidrogen yang terjadi, semakin kuat ikatan yang terbentuk sehingga memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas yang tinggi akan memberikan stabilitas sistem emulsi di dalam sediaan krim karena akan meminimalkan pergerakan droplet fase
9 MARET 2015
dispers sehingga perubahan ukuran yang lebih besar dapat dihindari dan kemungkinan dapat mencegah terjadinya koalesens. Daya lekat pada krim diperkirakan terbentuk karena adanya interaksi ikatan non polar pada lapisan lipid bilayer dengan carbomer. Ketika krim kontak dengan kulit akan terjadi tumbukan antar gugus hidrokarbon pada carbomer dengan gugus hidrokarbon pada lapisan lipid bilayer. Hal ini menyebabkan adanya gaya tarik menarik antar gugus hidrokarbon sehingga mengakibatkan krim dapat lekat pada kulit. Sifat penetran kulit diperkirakan ada pada krim karena memiliki kandungan asam oleat. Asam oleat akan mengganggu lapisan lipid bilayer secara reversible pada stratum korneum dan epidermis dengan interaksi antara gugus lipofilik asam oleat dan gugus hidrokarbon lipid bilayer9. Gangguan pada hidrokarbon lipid tersebut dapat menyebabkan terjadinya fluidisasi rantai hidrokarbon, sehingga membentuk suatu pori yang menyebabkan krim dapat masuk ke dalam kulit dan ekstrak biji lengkeng dapat menghambat pembentukan melanin pada lapisan epidermis khususnya lapisan benih yang memiliki kandungan melanosit.
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
8
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
UJI KARAKTERISTIK FISIK
Gambar 1. Hasil Uji Organoleptis Krim Ekstrak Biji Lengkeng. (A1) Formula 1, Carbomer 1%, TEA 7%, (B1) Formula 2, Carbomer 1,5%, TEA 7%, (C1) Formula 3, Carbomer 2%, TEA 7%, (A2) Formula 4, Carbomer 1%, TEA 8%, (B2) Formula 5, Carbomer 1,5%, TEA 8%, (C2) Formula 6, Carbomer 2%, TEA 8%.
Pengukuran pH. Pengukuran pH dalam sediaan krim dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya krim jika diberikan pada kulit. Nilai pH krim harus berada dalam kisaran pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu 4,5-6,510. Hasil pengukuran pH tersebut tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan tidak boleh terlalu basa karena dapat menyebabkan kulit bersisik. Pengukuran pH yang dihasilkan dari keenam formula berkisar antara 6-8. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi carbomer dan TEA yang digunakan dalam formulasi. Carbomer bersifat asam dan TEA bersifat basa. Semakin banyak konsentrasi carbomer yang digunakan akan menghasilkan pH rendah, sedangkan semakin banyak konsentrasi TEA yang digunakan akan menghasilkan krim dengan pH tinggi. Hasil penelitian menunjukkan pada krim A1 dan A2 memiliki pH 8, karena dalam formulasinya menggunakan konsentrasi carbomer yang rendah,
9 MARET 2015
yaitu 1% b/b dan TEA yang cukup tinggi, yaitu 7 dan 8%, sehingga pH yang dihasilkan adalah basa. Pada krim B1 dan B2 memiliki pH netral, yaitu 7 dengan konsentrasi carbomer sebesar 1,5% b/b dan TEA sebesar 7 dan 8% b/b, sedangkan pada C1 memiliki pH 6 dengan konsentrasi carbomer 2% b/b dan TEA 7% b/b, dan C2 memiliki pH 7 dengan konsentrasi carbomer 2% b/b dan TEA 8%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa krim C1 dengan konsentrasi carbomer 2% b/b dan TEA 7% b/b mempunyai pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu 6. Organoleptis. Organoleptis merupakan salah satu kontrol kualitas untuk spesifikasi krim dengan mengamati warna, bau, dan bentuk sediaan. Berdasarkan pengamatan, krim yang dihasilkan berwarna coklat. Warna coklat diperoleh dari ekstrak biji lengkeng. Terdapat perbedaan warna antara semua sediaan krim. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh konsentrasi TEA yang digunakan. Pada krim A1, B1, dan C1 berwarna coklat dengan konsentrasi TEA sebesar 7%, sedangkan krim A2, B2, dan C2 berwarna coklat sedikit lebih tua dengan konsentrasi TEA sebesar 8%. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi TEA yang digunakan, akan menghasilkan intensitas warna krim yang semakin tinggi. Sedangkan dari bau, keenam sediaan krim memiliki bau yang sama, yaitu aroma parfum bunga mawar, karena semua krim ditambahkan parfum bunga mawar dengan konsentrasi yang sama.
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
9
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
9 MARET 2015
Tabel 2. Hasil Uji Karakteristik Krim Formula (rata-rata ± SD) No
Karakteristik A1
B1
C1
A2
B2
C2
coklat sedikit tua aroma parfum mawar
coklat sedikit tua aroma parfum mawar
coklat sedikit tua aroma parfum mawar
1
Warna
coklat
coklat
Coklat
2
Bau
aroma parfum mawar
aroma parfum mawar
aroma parfum mawar
3
Homogenitas
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
Bentuk Sediaan
kental dan mudah dituang
kental dan mudah dituang
kental dan tidak mudah dituang
kental dan mudah dituang
kental dan mudah dituang
kental dan mudah dituang
8
7
6
8
7
7
0.47 ± 0.15
0.43 ± 0.06
300 ± 0
0.59 ± 0.12
0.49 ± 0.15
0.44 ± 0.05
5±0
5±0
5±0
5±0
5±0
5±0
4 5 7 8
Pengukuran pH Daya Lekat (detik) Daya Proteksi (menit)
Ket : Data disajikan dengan replikasi sebanyak tiga kali dengan hasil daya lekat dan daya proteksi dalam bentuk (ratarata ± SD).
Keenam krim menghasilkan bentuk sediaan yang bervariasi. Pada krim C1 menghasilkan bentuk sediaan yang kental dan tidak mudah dituang, berbeda dengan krim A1, B1, A2, B2, dan C2 yang memiliki bentuk sediaan kental dan mudah dituang. Sifat kental krim dipengaruhi oleh pH sediaan dan konsentrasi emulgator yang digunakan, yaitu carbomer dan TEA. Carbomer akan memiliki tingkat kekentalan atau viskositas yang stabil pada pH 5-7, dengan nilai pH optimum 6. Hal ini yang mengakibatkan krim C1 dengan pH 6 memiliki bentuk sediaan yang kental dan tidak mudah dituang, karena pada saat penambahan TEA, akan terjadi pemutusan gugus karboksil dan akan meningkatkan muatan negatif sehingga gugus karboksil dari carbomer berubah menjadi COO-, mengakibatkan timbulnya gaya tolak menolak elektrostatis antara gugus yang terionkan dan menyebabkan ikatan hidrogen menjadi lebih kuat sehingga
carbomer mengembang, menjadi rigit, dan lebih stabil11. Sedangkan pada krim lainnya dengan pH 7-8 memiliki bentuk sediaan yang kental dan mudah dituang, diakibatkan karena adanya penambahan basa yang berlebihan yang mengakibatkan kation-kation dari TEA melindungi gugus-gugus karboksil carbomer dan mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis sehingga menghasilkan krim yang sedikit lebih encer. Homogenitas. Homogenitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sediaan krim. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui keseragaman partikel dalam sediaan krim. Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua krim homogen, ditandai dengan semua partikel dalam kaca objek terdispersi secara merata dan tidak terjadi penggumpalan partikel. Homogenitas dipengaruhi oleh suhu pemanasan dan
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
10
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
kecepatan pengadukan dalam proses pencampuran krim. Pemanasan bertujuan untuk memudahkan pencampuran dan mendukung terjadinya proses emulsifikasi secara homogen, sedangkan kecepatan pengadukan bertujuan untuk mengecilkan ukuran partikel sehingga setiap partikel mempunyai kesempatan yang sama untuk berada pada setiap bagian campuran12. Daya Sebar. Pengujian daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan krim menyebar pada permukaan kulit sehingga dapat mengetahui penyebaran zat aktif yang terkandung dalam krim. Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid13.Semistiff adalah sediaan semisolid yang memiliki viskositas tinggi sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid dengan viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5 cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2. Daya sebar dipengaruhi oleh kekentalan sediaan krim. Semakin kental suatu sediaan, maka daya sebar sediaan semakin rendah, begitu pula sebaliknya14. Krim B2 memiliki ratarata daya sebar yang paling tinggi atau paling luas, sedangkan krim C1 memiliki rata-rata daya sebar yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena krim C1 memiliki bentuk sediaan yang kental dan tidak mudah dituang, sehingga lebih sulit mengalir dan gaya kohesifitas semakin besar dan menyebabkan daya sebar menjadi lebih
9 MARET 2015
kecil dibandingkan sediaan krim yang memiliki bentuk sediaan yang kental dan mudah dituang. Nilai rata-rata daya sebar yang dihasilkan oleh krim A1, B1, A2, B2 dan C2 lebih tinggi dibandingkan krim C1. Pada uji daya sebar dapat diartikan bahwa formulasi krim ekstrak biji lengkeng jika digunakan pada kulit mampu menyebar dengan memadai sesuai kategori sediaan semisolid dengan viskositas tinggi (semistiff ) yang ideal, yaitu 3-5 cm2.
Grafik 1. Daya Sebar Krim Ekstrak Biji Lengkeng. Data yang disajikan merupakan replikasi tiga kali dari hasil pengamatan daya sebar. Krim C1 memiliki daya sebar paling rendah, dan krim B2 memiliki daya sebar tertinggi.
Daya Lekat. Uji daya lekat digunakan untuk mengetahui kemampuan sediaan krim dapat bertahan secara maksimal pada permukaan kulit ketika dioleskan. Krim yang baik mampu menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga tujuan penggunaannya tercapai, namun tidak terlalu lengket sehingga nyaman ketika digunakan. Semakin lama waktu yang diperlukan kedua objek gelas terlepas, semakin tinggi gaya adhesif, maka semakin baik daya lekat sediaan tersebut, sehingga semakin lama sediaan melekat pada kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Hasil pengujian dari
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
11
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
enam formula menunjukkan bahwa krim C1 memiliki waktu daya lekat terlama, yaitu 300 detik. Nilai ini masih masuk dalam rentang daya lekat yang telah ditetapkan, yaitu 2-300 detik. Nilai daya lekat dipengaruhi oleh bentuk sediaan krim. Semakin kental suatu sediaan maka semakin lama waktu lekat dari sediaan krim tersebut8. Krim C1 memiliki bentuk sediaan yang kental dan tidak mudah dituang, sehingga mengakibatkan krim C1 memiliki nilai daya lekat tertinggi atau terlama, kemudian diikuti dengan krim A2 dan B2. Selain itu, waktu lekat krim juga dipengaruhi oleh pH yang akan mempengaruhi kekentalan atau viskositas carbomer. Carbomer memiliki kestabilan dalam kekentalan pada pH optimum, yaitu 6. Hal inilah yang menyebabkan krim C1 dengan pH 6 memiliki nilai daya lekat terlama atau tertinggi. Daya Proteksi. Uji daya proteksi dilakukan untuk melihat kemampuan proteksi atau perlindungan terhadap pengaruh asing dari luar yang dapat mengurangi efektifitas dari krim. Hasil pengujian daya proteksi dapat dilihat pada tabel 3. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP bereaksi dengan KOH, maka semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan. Hasil pengujian ini menunjukkan keenam formula krim memiliki daya proteksi yang baik, yaitu lebih dari 5 menit. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan krim. Semakin kental suatu sediaan, gaya kohesi yang terjadi juga semakin tinggi, maka semakin tinggi pula daya
9 MARET 2015
proteksinya sehingga efektivitas emulgator untuk melapisi globul menjadi meningkat dan pertahanan yang diberikan krim pada saat dioleskan pada kulit juga meningkat. Tipe Emulsi. Penentuan tipe emulsi dilakukan pada dua krim terbaik dari hasil uji karakteristik fisik, yaitu krim C1 dan B2. Uji ini dilakukan dengan metode pewarnaan menggunakan methylene blue. Dari hasil pengamatan secara mikroskopis, dapat disimpulkan bahwa tipe emulsi dari sediaan krim ekstrak biji lengkeng adalah M/A (minyak dalam air). Hal ini dibuktikan dengan medium dispers yang berwarna biru, sedangkan fase dispers yang berupa droplet asam oleat tidak berwarna biru. Methylene blue merupakan pewarna yang larut air, hal inilah yang menyebabkan medium dispers dari sistem emulsi yang mengandung air akhirnya berwarna biru, sedangkan droplet fase dispers tidak. Dari hasil penelitian tersebut dipilih dua krim terbaik, yaitu C1 dan B2 karena kedua krim tersebut mempunyai karakteristik yang sesuai dengan persyaratan krim yang telah ditentukan. C1 memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu 6, sehingga tidak mengiritasi kulit, memiliki bentuk sediaan yang baik, yaitu kental dan tidak mudah dituang, serta memiliki waktu lekat terlama pertama, sedangkan krim B2 memiliki pH 7, memiliki luas sebaran yang paling luas pertama sehingga baik untuk diaplikasikan pada kulit, memiliki waktu lekat terlama ketiga. Selain itu,
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
12
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
9 MARET 2015
krim C1 dan B2 bersifat homogen dan memiliki daya proteksi yang baik. UJI STABILITAS FISIK KRIM DENGAN CYCLING TEST
krim C1 memiliki pH 6 dan krim B2 memiliki pH 7 yang stabil selama penyimpanan siklus ke-0 sampai ke-6. Perubahan pH selama proses cycling dapat dipengaruhi oleh suhu
Tabel 3. Hasil Cycling Test C1 No
Karakteristik
1
Siklus 0
2
4
6
Warna
coklat
coklat dengan gumpalan coklat tua
coklat dengan gumpalan coklat tua
coklat dengan gumpalan coklat tua
2
Bau
aroma parfum mawar
aroma parfum mawar
aroma parfum mawar
aroma parfum mawar
3
Homogenitas
4
Bentuk Sediaan
tidak homogen kental dan tidak mudah dituang 6
tidak homogen kental dan tidak mudah dituang 6
tidak homogen kental dan tidak mudah dituang 6
5
Pengukuran Ph
homogen kental dan tidak mudah dituang 6
7
Daya Lekat (detik)
300 ± 0
300 ± 0
300 ± 0
300 ± 0
8
Daya Proteksi (menit)
5±0
5±0
5±0
5±0
Ket : Data disajikan dengan replikasi sebanyak tiga kali dengan hasil daya lekat dan daya proteksi dalam bentuk (ratarata ± SD).
Tabel 4. Hasil Cycling Test B2 No
Karakteristik
Siklus (rata-rata ± SD) 0
2 coklat sedikit tua
1
Warna
coklat sedikit tua
dengan gumpalan coklat tua
2
Bau
3
Homogenitas
4
Bentuk Sediaan
5
aroma parfum
aroma parfum
4
6
coklat sedikit tua
coklat sedikit tua
dengan gumpalan
dengan gumpalan
coklat tua
coklat tua
aroma parfum
aroma parfum
mawar
mawar
mawar
mawar
homogen
tidak homogen
tidak homogen
tidak homogen
kental dan mudah
kental dan agak
kental dan mudah
kental dan mudah
dituang
susah dituang
dituang
dituang
Pengukuran pH
7
7
7
7
7
Daya Lekat (detik)
0.49 ± 0.15
1.63 ± 0.46
1.63 ± 0.10
0.56 ± 0.25
8
Daya Proteksi (menit)
5±0
5±0
5±0
5±0
Ket : Data disajikan dengan replikasi sebanyak tiga kali dengan hasil daya lekat dan daya proteksi dalam bentuk (ratarata ± SD).
Pengukuran pH. Hasil pengukuran pH krim selama enam siklus tidak mengalami perubahan. Pada
penyimpanan yang tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH sediaan karena adanya pelepasan ion H+
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
13
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
(proton) dan pembentukan senyawa kuinon oleh oksidasi polifenol15. Organoleptis. Uji organoleptis meliputi pengamatan warna, bau, dan bentuk sediaan. Warna pada krim C1 adalah coklat, sedangkan krim B2 berwarna coklat sedikit lebih tua. Hasil pengamatan bau, kedua krim beraroma parfum bunga mawar dan tidak terjadi ketengikan. Hal ini menunjukkan bahwa BHT sebagai antioksidan yang digunakan berkerja dengan baik untuk mencegah terjadinya ketengikan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa krim C1 dan B2 memiliki kestabilan warna dan bau dalam penyimpanan sampai siklus ke-6. Hasil penelitian pada bentuk sediaan menunjukkan bahwa krim C1 dan B2 memiliki ketidakstabilan mulai dari penyimpanan siklus ke-2 sampai ke-6, ditandai dengan timbulnya gumpalan berwarna coklat tua pada medium krim. Gumpalan yang terbentuk diduga terjadi akibat adanya mekanisme koagulasi. Kecepatan pengadukan dan suhu penyimpanan sangat berpengaruh dalam proses koagulasi. Akibat pengadukan yang cepat, koloid dan partikel dalam emulsi yang stabil dapat berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan negatif dan positif. Partikel yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), dan sebaliknya partikel yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) (Sudarmo, 2004). Sedangkan pengaruh suhu penyimpanan yang tinggi dapat meningkatkan energi partikel sehingga
9 MARET 2015
menyebabkan tumbukan antarpartikel semakin meningkat dan mengakibatkan partikel-partikel koloid akan menggumpal. Dalam emulsi ini, diduga partikel negatif berasal dari TEA, sedangkan partikel positif berasal dari carbomer yang telah terdispersi didalam fase air. TEA yang digunakan dalam emulsi memiliki konsentrasi yang tinggi, menyebabkan ion negatif dan positif saling tarik menarik melebihi gaya tolak menolaknya, sehingga terjadi penurunan zeta potensial dan mengakibatkan terbentuknya agregat atau gumpalan. Proses ini dinamakan dengan koagulasi. Warna coklat tua pada agregat diduga akibat adanya proses hidrolisis. Hidrolisis tersebut terjadi pada koagulasi dengan pH 5,87,5. Dalam rentang pH ini, warna dan zat koloid disisihkan melalui adsorbsi kedalam agregat yang terbentuk (Gabbie, 2005). Hal inilah yang menyebabkan gumpalan berwarna coklat yang lebih gelap dibandingkan warna pada medium dispersnya. Hasil penelitian pada kekentalannya menunjukkan krim C1 dan B2 dapat dikatakan cukup stabil dalam penyimpanan selama enam siklus. Pada siklus ke-2, krim B2 terjadi peningkatan kekentalan yang diduga diakibatkan karena adanya adaptasi perubahan suhu penyimpanan yang ekstrim. Penyimpanan pada suhu rendah mengakibatkan kekentalan menjadi meningkat, karena adanya suhu dingin yang akan memperkecil jarak antar atom sehingga gaya antar atom berkurang, jarak menjadi semakin
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
14
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
dekat, sehingga kekentalannya dapat meningkat. Selain itu, perubahan kekentalan pada krim B2 juga dipengaruhi oleh pH. Krim B2 memiliki pH 7, sedangkan carbomer memiliki kestabilan dalam kekentalan pada pH optimum, yaitu 6. Pada pH 6, saat penambahan TEA akan terjadi pemutusan gugus karboksil dan akan meningkatkan muatan negatif sehingga gugus karboksil dari carbomer berubah menjadi COO-, mengakibatkan timbulnya gaya tolak menolak elektrostatis antara gugus yang terionkan dan menyebabkan ikatan hidrogen menjadi lebih kuat sehingga carbomer mengembang, menjadi rigit, dan lebih stabil (Barry, 1983). Sedangkan pada krim B2 dengan pH 7 memiliki kekentalan yang kurang stabil dibandingkan krim C1 dengan pH 6 sehingga mudah dipengaruhi oleh suhu rendah dalam penyimpanan selama cycling. Akan tetapi, pada siklus ke-4 sampai siklus ke-6, kekentalan krim B2 menjadi stabil kembali seperti pada siklus ke-0. Homogenitas. Hasil penelitian homogenitas selama enam siklus menunjukkan bahwa krim C1 dan B2 tidak homogen, ditandai dengan semua partikel dalam kaca objek terdispersi secara tidak merata dan terjadi penggumpalan partikel pada penyimpanan siklus ke-2 sampai siklus ke-6. Hal ini diduga terjadi karena timbulnya gumpalan-gumpalan berwarna coklat tua pada medium pendispersi krim yang disebabkan oleh
9 MARET 2015
koagulasi akibat peningkatan suhu selama penyimpanan cycling. Daya Sebar. Hasil pengukuran daya sebar krim C1 dan B2 selama enam siklus menunjukkan hasil yang relatif stabil walaupun terjadi perubahan luas daya sebar, akan tetapi perubahan tersebut masih masuk dalam ketentuan daya sebar yang telah ditetapkan selama penyimpanan enam siklus. Daya sebar pada uji stabilitas dapat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan cycling dan kekentalan krim. Pada suhu penyimpanan yang tinggi, dapat memperbesar jarak antar atom sehingga gaya antar atom berkurang, jarak menjadi renggang, dan kekentalan menjadi rendah, sehingga daya sebar menjadi semakin luas atau meningkat. Sedangkan pada suhu penyimpan yang
Grafik 2. Daya Sebar Krim C1 Selama Proses Cycling Test. Data yang disajikan merupakan replikasi tiga kali dari hasil pengamatan daya sebar. Krim C1 menunjukkan tidak terjadi perubahan selama penyimpanan cycling test.
Grafik 3. Daya Sebar Krim B2 Selama Proses Cycling Test. Data yang disajikan merupakan replikasi tiga kali dari hasil pengamatan daya sebar. Krim B2 menunjukkan tidak terjadi perubahan selama penyimpanan cycling test.
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
15
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
rendah, dapat mengakibatkan kekentalan menjadi tinggi sehingga daya sebar menjadi semakin kecil atau menurun. Daya Lekat. Hasil uji daya lekat pada krim C1 tidak mengalami perubahan dari siklus ke-0 sampai ke-6, yaitu lima menit. Hal ini diduga dapat terjadi karena krim C1 memiliki kekentalan yang stabil selama penyimpanan enam siklus. Kekentalan memiliki pengaruh besar terhadap daya lekat sediaan semisolid, karena kekentalan atau viskositas berbanding lurus dengan daya lekat. Selain itu, kekentalan juga dipengaruhi oleh pH dan suhu. Krim C1 memiliki pH 6 yang sesuai dengan pH optimum ketika carbomer membentuk kekentalan atau viskositas yang stabil, sehingga suhu penyimpanan selama cycling tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kekentalan krim. Hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa krim C1 memiliki daya lekat yang stabil selama penyimpanan sampai siklus keenam. Hasil uji daya lekat pada krim B2 menunjukkan terjadinya peningkatan pada penyimpanan siklus ke-2 dan kembali stabil pada siklus ke-4 sampai ke-6. Akan tetapi, peningkatan daya lekat ini masih masuk dalam range yang telah ditentukan. Hal ini diduga dapat terjadi karena adanya pengaruh suhu penyimpanan dan kekentalan krim. Kekentalan emulsi akan meningkat diakibatkan karena terjadinya penurunan suhu penyimpanan. Pendinginan menyebabkan molekulmolekul dalam sediaan memperoleh
9 MARET 2015
penurunan energi untuk bergerak yang mengakibatkan gaya interaksi antar molekul menjadi meningkat. Terjadinya peningkatan kekentalan mengakibatkan terjadinya peningkatan daya lekat krim. Selain itu, pH juga memegang peran penting dalam mengevaluasi daya lekat, karena pH akan berpengaruh terhadap kekentalan atau viskositas carbomer. Carbomer akan memiliki viskositas yang stabil pada pH 6, sedangkan krim B2 memiliki pH 7, hal ini mengakibatkan kekentalan krim mudah berubah akibat adanya pengaruh dari suhu penyimpanan selama cycling. Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa krim B2 memiliki daya lekat yang cukup stabil selama penyimpanan siklus ke-0 sampai ke-6. Daya Proteksi. Hasil penelitian menunjukan krim C1 dan B2 memiliki daya proteksi yang baik dan stabil dari siklus ke-0 sampai siklus ke-6, yaitu 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa krim C1 dan B2 memiliki kemampuan proteksi atau perlindungan yang baik terhadap pengaruh asing dari luar yang dapat mengurangi efektifitas krim. Hal ini dipengaruhi oleh kekentalan krim. Semakin tinggi kekentalan atau viskositas, maka semakin tinggi gaya kohesi, mengakibatkan partikel pada sediaan semakin rapat yang menyebabkan KOH menjadi lebih sulit untuk menembus krim sehingga dapat menahan perubahan warna akibat adanya reaksi antara indikator PP dan KOH. Diameter Globul. Uji diameter globul ini dilakukan untuk mengetahui
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
16
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
perkiraan ukuran globul dan distribusi ukuran emulsi. Pada penelitian ini dilakukan uji diameter globul pada krim C1 dan B2 saat penyimpanan siklus ke6. Tipe krim C1 dan B2 adalah M/A, oleh karena itu ukuran partikel krim yang diamati adalah diameter tetesantetesan fase dalam, yaitu fase minyak. Jika ukuran fase dalam semakin kecil, emulsi akan menjadi lebih stabil. Secara umum emulgel dengan basis tween 80 dan carbomer memiliki ukuran partikel ± 3 µm (Utami, 2012). Hasil uji diameter globul pada krim C1 dan B2 sulit untuk diamati karena resolusi atau perbesaraan alat tidak memadai, tetapi ukuran globul dapat diperkirakan dari hasil pengukuran penggabungan globul tersebut. Penggabungan globul diduga terjadi karena pengaruh suhu penyimpanan selama cycling. Penyimpanan emulsi pada suhu tinggi dapat menyebabkan peningkatan energi kinetik dari tetesantetesan fase terdispersi sehingga memudahkan penggabungan, sedangkan pada penyimpanan suhu dingin dapat mengakibatkan kelarutan pengemulsi dalam fase minyak maupun dalam fase air akan berkurang, sehingga efektivitas emulgator untuk melapisi globul menjadi berkurang dan molekul mempunyai kesempatan bergabung. Hasil perkiraan ukuran globul tersebut adalah antara 0,2-10 µm. Hasil tersebut memenuhi persyaratan ukuran diameter globul karena berada dalam kisaran 0,110 µm (Martin, dkk., 1993). Distribusi ukuran yang dihasilkan dalam sediaan krim ini sama atau
9 MARET 2015
seragam, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh adanya pengaruh dalam pengadukan dan pencampuran selama proses pembuatan. Pengadukan dibutuhkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga didapatkan hasil yang lebih seragam dan stabil.
Gambar 1. Hasil Uji Diameter Globul Krim C1. Diperkirakan krim C1 memiliki ukuran partikel 0,2-10 µm
Gambar 2. Hasil Uji Diameter Globul Krim B2. Diperkirakan krim B2 memiliki ukuran partikel 0,2-10 µm.
Centrifugal Test. Uji mekanik atau uji sentrifugasi merupakan salah satu indikator kestabilan fisik sediaan semisolid. Walaupun emulsi akan stabil pada pengocokan, viskositasnya tidak kembali seperti semula. Hukum Stokes menunjukkan bahwa pembentukkan krim merupakan suatu fungsi gravitasi dan kenaikan gravitasi dapat mempercepat pemisahan fase. Efek gaya sentrifugal yang diberikan oleh sentrifugator dengan kecepatan 500010.000 rpm selama 30 menit dianggap setara dengan efek gaya gravitasi yang akan diterima krim dalam penyimpanan selama setahun. Hasil pengamatan ini menunjukkan kedua formula krim tidak menunjukkan adanya dua fase yang terpisah (creaming) melainkan tetap terdispersi sempurna selama penyimpanan sampai siklus ke-6. Hal ini menunjukkan bahwa krim dengan uji sentrifugasi kecepatan 6000 rpm selama
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
17
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
15 menit stabil dalam penyimpanan selama 6 siklus dan setara dengan penyimpanan selama 6 bulan pada suhu kamar. KESIMPULAN 1. Ekstrak biji lengkeng dengan kombinasi emulgator sintetik yaitu carbomer, tween 80, dan TEA dapat diformulasikan menjadi krim dengan tipe krim M/A (minyak dalam air). 2. Pada uji karakteristik fisik, krim ekstrak biji lengkeng dengan kombinasi carbomer, TEA, dan tween 80 memiliki karakteristik yang baik dan cukup ideal, kecuali pengukuran pH. Krim C1 memiliki karakteristik yang paling ideal dan optimum, karena memiliki bentuk sediaan yang kental dan tidak mudah dituang, memiliki pH 6 yang sesuai dengan pH kulit, memiliki waktu lekat terlama, serta memiliki daya sebar, proteksi dan homogenitas yang baik. Sedangkan pada uji stabilitas, krim ekstrak biji lengkeng mengalami ketidakstabilan dalam penyimpanan selama proses cycling yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan atau agregat, dan tidak terjadi pemisahan fase pada centrifugal test. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan warna yang terjadi pada krim ekstrak biji lengkeng dengan memperbanyak variasi konsentrasi TEA.
9 MARET 2015
2.
3.
4.
Perlu dilakukan modifikasi formula untuk mendapatkan krim dengan pH yang sesuai dengan pH kulit dan stabil selama proses cycling. Perlu dilakukan modifikasi uji stabilitas dipercepat lainnya untuk mendapatkan krim dengan stabilitas yang baik. Perlu dilakukan uji viskositas untuk dapat mengevaluasi parameterparameter uji karakteristik dan stabilitas fisik krim.
DAFTAR PUSTAKA 1. Chang, T. S., H.Y. Ding, dan H. C. Lin., 2005, Identifying 6,7-4’Trihydroxyisoflavone as a potent Tyrosinase Inhibitor, Biosci, Biotechnol, Biochem, 69 (10). 2. Juwita, N.K., 2011, Uji Penghambatan Tirosinase dan Stabilitas Fisik Sediaan Krim Pemutih yang Mengandung Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus), Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Jakarta. 3. Gupta & Shyam, 2001, Formulation of Plant-based Skin Whatening Cosmetics, Household & Personal Products Industry. 4. Rangkadilok,N., Worasuttayangkurn L., Bannet R.N., Satayavivad, J., 2005, Identification and Quantification of Polyphenolic Compounds in Longan (Euphoria longana Lam.)
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
18
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
fruit, J Agr Food Chem 53, 138792. 5. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, (F. Ibrahim, penerjemah), UI Press, Jakarta. 6. Wyatt, E. L., Sutter, S. H., & Drake, L. A., 2011, Dermatologycal Pharmacology, McGraw Hill, New York. 7. Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 8. Nurlaela, E., Nining S., & A. Ikhsanudin, 2012, Optimasi Komposisi Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulgator dalam Repelan Minyak Atsiri Daun Sere (Cymbopogon citratus (D.C) Stapf.) Terhadap Nyamuk Aedes aegepty Betina Pada Basis Vanishing Cream, Jurnal Ilmiah Farmasi. 9. Swarbrick, J. & Boylan, J. C., 1995, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Marcel Dekker, New York. 10. Tranggono, R. I. S., & Fatma Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia, Jakarta.
9 MARET 2015
11. Barry, B.W., 1983, Dermatological Formulation, Marcel Dekker Inc., New York. 12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Direktorat Jendral P. OM., Jakarta. 13. Garg, A., Aggrawal D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations, Pharmaceutical Technology. 14. Martin, A., Swarbick J., & Cammarata A., 1993, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga, (Joshita, penerjemah), UI Press, Jakarta. 15. Yong, S. K. & Lee, J. R., 2003, A New Continuous Spectrophotometric Assay Method for DOPA Oxidase Activity of Tyrosinase. Jurnal of Protein Chemistry, Vol 22. 16. Sudarmo, U., 2004, Kimia, Erlangga, Jakarta. 17. Gebbie & Peter, 2005, A Dummy’s Guide to Coagulation, Conference Schweppes Centre, Bendigo. 18. Utami, 2012, Formulasi dan Uji Penetrasi In Vivo Nanoemulsi, Nanoemulsi Gel, dan Gel Kurkumin, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Indonesia, Depok.
UTARI DWI MARGISUCI 20110350061 | FARMASI UMY
19