HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN PERTUMBUHAN BALITA DI DESA SAMBENG KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA SKRIPSI
Disusun oleh : SULISTIO NINGSIH G2A008131
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG 2015 http://lib.unimus.ac.id 41
http://lib.unimus.ac.id
http://lib.unimus.ac.id
http://lib.unimus.ac.id
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Skripsi, Oktober 2015 Sulistio Ningsih HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN PERTUMBUHAN BALITA DI DESA SAMBENG KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA Xii+ 51 Halaman + 8 tabel + 2 Skema + 6 Lampiran ABSTRAK Latar belakang: Permasalahan gizi dapat disebabkan oleh berbagai indikator seperti ketahanan pangan, infeksi penyakit dan sebagainya. Faktor yang tidak kalah penting adalah pengetahuan dan sikap ibu terhadap permasalahan gizi anak. Posyandu menjadi salah satu tempat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita termasuk pemberian penyuluhan kepada ibu tentang pmberian pola makan yang baik untuk mendapatkan anak yang sehat.. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Metode: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan anak Balitanya di desa
Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sebanyak 177 ibu dan anak Balitanya. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan jumlah 96 siswa. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita dengan p sebesar 0,002, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita dengan nilai p = 0,000 dan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu ibu dengan pertumbuhan Balita dengan nilai p sebesar 0,011. Saran: Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan tentang perlunya melakukan pemanfaatan Posyandu setiap bulan, perlunya meningkatkan pengetahuan tentang tanda kekurangan gizi anak serta mencegah Balita sering sakit agar tidak menghambat pertumbuhan Balita. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Pemanfaat Posyandu, Pertumbuhan Balita Pustaka: 22 (2000-2011).
http://lib.unimus.ac.id
UNDER GRADUATE NURSING STUDY PROGRAM FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SEMARANG Mini thesis, Oktober 2015 Sulistio Ningsih THE CORRELATION OF KNOWLEDGE, ATTITUDES OF GROWTH AND BEHAVIOR OF CHILDREN GROWTH WITH USE POSYANDU IN SAMBENG VILLAGE TODANAN BLORA Page xii + 51 + 8 tables + 2 Scheme + 6 Attachment ABSTRACT Background: Nutritional problems can be caused by a variety of indicators such as food security, infectious diseases and so on. Factor that is important is the knowledge and attitude of mothers towards child nutrition issues. IHC be one place to monitor the growth and development of infants, including the provision of information to the mother about pmberian good diet for a healthy child .. Objective: To identify the relationship of knowledge, attitude and behavior of the growth posyandu use with infant growth in the Village District of Todanan Sambeng Blora. Methods: The study design was a descriptive correlational cross-sectional approach. The population in this study was a mother and toddler in the village of the District Sambeng Todanan Blora much as 177 mother and toddler. The sampling technique used is random sampling with 96 students. Results: The results of the study found that there was a significant association between maternal knowledge with Toddler growth with p equal to 0.002, there is a significant association between mother's attitude to the growth Toddler with p = 0.000 and there is a significant relationship between maternal behavior IHC utilization with growth Toddler with ap value of 0.011. Suggestion: Based on these results it is expected that the toddler's mother to increase knowledge about the need to make use of IHC every month, the need to increase knowledge about the signs of child malnutrition and prevent toddler often sick so as not to inhibit the growth of Toddler.
Keywords: Knowledge, Attitude, Behavior, utilizing IHC, Toddler Growth References: 22 (2000-2011)..
http://lib.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora”. Skripsi penelitian ini disusun dalam rangka melakukan penelitian untuk memenuhi tugas gelar sarjana keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini antara lain : 1. Prof.Dr.H.Jamaludin Darwis, MA, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Edi Soesanto, S.Kp, M.Kes. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Hj. Tri Hartiti, SKM, M.Kes., Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberikan waktu, kesabaran, dan bimbingannya. 4. Ulfa Nurullita, SKM., M.Kes., Pembimbing II yang telah memberikan waktu, kesabaran, dan bimbingannya untuk konsul. 5. Kepala Desa Sambeng yang telah memberikan ijin penelitian 6. Ibu-ibu warga Desa Sambeng yang bersedia menjadi responden penelitian 7. Orang tua yang telah memberikan bantuan berupa doa dan financial sehingga dapat terselesaikannya skripsi. 8. Serta pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selama ini membantu terselesaikannya penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik sangat saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Semarang, Oktober 2015 Penulis
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................
i
Lembar Persetujuan ..........................................................................................
ii
Lembar Pengesahan .........................................................................................
iii
Abstrak
.........................................................................................................
Kata Pengantar ..................................................................................................
iv
Daftar Isi .........................................................................................................
v
Daftar Tabel .....................................................................................................
vii
Daftar Bagan .................................................................................................... viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN..........................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B.
Rumusan Masalah ................................................................
4
C.
Tujuan Penelitian ...................................................................
4
D.
Manfaat Penelitian .................................................................
5
E.
Bidang ilmu ...........................................................................
6
F.
Originalitas Penelitian ...........................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
7
A.
Pertumbuhan Balita. ..............................................................
7
1. Pengertian .......................................................................
7
2. Ciri-ciri Pertumbuhan .....................................................
8
3. Faktor Pertumbuhan ........................................................
9
4. Jenis-jenis Pertumbuhan .................................................
12
5. Pemantauan Balita dengan KMS ....................................
12
6. Antropometri ...................................................................
16
Pengetahuan ..........................................................................
17
1.
Pengertian .....................................................................
17
2.
Tingkat Pengetahuan .....................................................
17
3.
Pengukuran Pengetahuan ...............................................
18
B.
http://lib.unimus.ac.id
4.
Sumber-sumber Pengetahuan.........................................
18
5.
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan.....................
18
Sikap ......................................................................................
20
1. Pengertian Sikap...............................................................
20
2. Tingkata Sikap .................................................................
20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap .
21
4. Cara pengukuran sikap .....................................................
22
Perilaku ..................................................................................
23
1. Pengertian Perilaku ..........................................................
23
2. Bentuk Perilaku ................................................................
23
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ....................
24
Posyandu ................................................................................
25
1. Pengertian.........................................................................
25
2. Fungsi ...............................................................................
26
3. Kegiatan Posyandu ...........................................................
26
F.
Kerangka Teori .....................................................................
29
G.
Kerangka Konsep .................................................................
30
H.
Variabel Penelitian ................................................................
30
I.
Hipotesis Penelitian ...............................................................
30
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
31
C.
D.
E.
A.
Rancangan penelitian ............................................................
31
B.
Populasi dan Sampel .............................................................
31
C.
Definisi Operasional ..............................................................
32
D.
Tempat penelitian ..................................................................
33
E.
Waktu penelitian ....................................................................
33
F.
Etika Penelitian ......................................................................
34
G.
Alat pengumpulan data ..........................................................
34
H.
Prosedur Pengumpulan Data .................................................
37
I.
Analisis Data .........................................................................
38
http://lib.unimus.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
BAB V
40
A.
Gambaran Umum Penelitian ..................................................
40
B.
Hasil Penelitian ......................................................................
41
C.
Pembahasasn ..........................................................................
44
D.
Keterbatasan ...........................................................................
52
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
54
A.
Kesimpulan ............................................................................
54
B.
Saran .......................................................................................
54
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian ...........................................................
6
Tabel 3.1
Definisi operasioanl ..............................................................
31
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik anak yang meliputi umur dan jenis kelamin ...........................................
Tabel 4.2
40
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan .............................
41
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu ............
42
.Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden ...........
42
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu ...................
43
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pertumbuhan Balita .......
43
Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan dengan Pertumbuhan Balita............
43
Tabel 4.8
Hubungan Sikap dengan Pertumbuhan Balita .......................
44
Tabel 4.9
Hubungan
Perilaku
Pemanfaatan
Posyandu
dengan
Pertumbuhan Balita ...............................................................
http://lib.unimus.ac.id
44
DAFTAR BAGAN
Halaman Gambar 1
Kerangka Teori ........................................................................
29
Gambar 2
Kerangkan konsep ....................................................................
30
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3
Hasil Olah Data Penelitian
Lampiran 4
Surat Perijinan
http://lib.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Setiap anak tumbuh dengan keunikan dan caranya sendiri. Terdapat variasi yang besar dalam hal usia pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi, namun tidak dengan waktunya. Laju pertumbuhan bervariasi, ada yang cepat, sedang atau lambat (Wong, 2009). Anak Balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
pesat
sehingga
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa Balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Tarigan, 2003). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 4,9% anak Balita di Indonesia mengalami gizi buruk dan 13% mengalami gizi kurang. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak Balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak Balita, di mana sebanyak 170.000 anak (60%) di antaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperlimanya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Riskedas, 2010). Kasus gizi buruk di Jawa Tengah juga menunjukkan adanya masalah di mana prevalensi anak Balita di Propinsi Jawa Tengah dengan status gizi buruk 4,0%, gizi kurang 12%, gizi baik 80,4% dan gizi lebih 3,6%. Prevalensi anak Balita dengan tinggi badan sangat pendek 17,8%, pendek 18,6% dan normal 63,5%. Pevalensi anak Balita gizi sangat kurus 4,7%, kurus 7,1%, normal 76,8% dan gemuk 11,4%. Prevalensi gizi kronis 36,4% dan prevalensi gizi akut 11,8% (Riskesdas Jateng, 2008) (Riskesdas Jateng, 2008). Banyaknya kasus gizi kurang dan gizi buruk tersebut sebagai indikator terganggunya pertumbuhan pada anak. Anak dengan gizi kurang akan
http://lib.unimus.ac.id
mengalami keterlambatan pertumbuhan terutama berkaitan dengan berat badan. Keterlambatan pertumbuhan akibat gizi kurang, penyebab langsungnya bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, sehingga berakhir dengan menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan sampai terjadi gizi kurang (Soekirman, 2000). Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu seperti keadaan krisis, masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Supariasa, 2002). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. (Soekirman, 2000). Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada Balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada Balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (Supariasa, 2002). Berkaitan dengan hal tersebut maka ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada Balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
http://lib.unimus.ac.id
Faktor sikap juga menjadi hal yang cukup penting, karena dengan sikap ibu yang mendukung terhadap permasalahan gizi anak, akan mendorong ibu untuk memberikan asupan gizi yang terbaik bagi pertumbuhan anak. Sikap yang mendukung ini akan mendorong perilaku-perilaku untuk mengotimalkan pertumbuhan anak yang salah satunya adalah pemanfaatan Posyandu. Posyandu sebagai lembaga swadaya masyarakat memiliki peran penting untuk memantau pertumbuhan anak. Oleh karena itu perilaku pemanfaatan Posyandu yang dilakukan oleh ibu menjadi sangat penting karena melalui Posyandu ibu dapat mengetahui permasalahan pertumbuhan anak dengan baik dan jika ditemukan permasalahan dapat dengan segera diambil tindakan untuk menyelesaikannya. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmaulina dan Hastuti (2008) tentang tumbuh kembang anak didapatkan bahwa variabel pengetahuan ibu berhubungan positif dengan tumbuh kembang anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rakhmawati (2010) tentang pertumbuhan dan perkembangan anak diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak kurang dari 1 tahun. Berdasarkan data Riskesdas (2008) di Kabupaten Blora terdapat 4,6% menderita gizi buruk, 16,3% mengalami gizi kurang, 77,0% gizi baik dan sisanya 2,1% mengalami gizi lebih. Data dari Puskesmas Todanan tahun 2012 terdapat 3.977 Balita di mana 18 di antaranya memiliki berat badan di bawah garis merah dan 107 Balita mengalami gizi kurang. Berdasarkan data dari Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sendiri saat ini ditemukan 244 Balita dengan 1 mengalami gizi buruk dan 7 mengalami gizi kurang. Data tersebut menunjukkan ada permasalahan gizi pada Balita di Desa Sambeng. Tingkat kehadiran ibu di Posyandu di Posyandu I dari 38 Balita yang tercatat rata-rata kehadiran ibu untuk menimbangkan Balitanya adalah sebanyak 20 orang atau cakupannya mencapau 52,63%. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku
http://lib.unimus.ac.id
pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora”
B. Perumusan Masalah Balita berstatus gizi kurang yang ditemukan di Desa Sambeng Kabupaten Blora diduga karena beberapa faktor penyebab. Pengetahuan ibu tentang gizi merupakan salah satu faktor resikonya. Bahan makanan yang memenuhi kecukupan gizi yang meliputi karohidrat, protein dan lemak yang seharusnya diberikan untuk pertumbuhan bayi tidak dapat terpenuhi dengan baik. Kondisi ini diperparah lagi dengan status sosial ekonomi yang kurang mendukung, dimana sebagian pekerjaan orang tua adalah sebagai petani dan buruh pabrik dengan penghasilan yang pas-pasan. Kesibukan ibu di luar rumah dengan bekerja di pabrik juga menjadi kendala karena berakibat pada kurang aktifnya ibu dalam memanfaatkan Posyandu dalam memantau pertumbuhan anaknya. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada Hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
2.
Tujuan Khusus a.
Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang tentang pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
b.
Mendeskripsikan sikap ibu tentang pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
c.
Mendeskripsikan perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
http://lib.unimus.ac.id
d.
Mendeskripsikan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
e.
Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang pertumbuhan balita dengan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
f.
Menganalisis hubungan sikap ibu tentang pertumbuhan balita dengan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
g.
Menganalisis
hubungan
perilaku
pemanfaatan
Posyandu
dengan
pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat. 2. Manfaat praktis a. Bagi Instansi Kesehatan Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan referensi bagi instansi pemerintah khususnya instansi pemerintahan Puskesmas dan Rumah Sakit tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi Balita. b. Bagi Masyarakat Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat agar dapat menjaga status gizi anak tetap baik.
http://lib.unimus.ac.id
c. Bagi Peneliti Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan melakukan aplikasi lebih nyata berdasarkan ilmu yang pernah di dapat di bangku kuliah, serta menambah wawasan peneliti tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi Balita d. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis.
E. Bidang ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan anak dalam tatanan komunitas anak.
F. Originalitas Penelitian Judul Hungan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, pendapatan keluarga dan konsumsi kalori dengan status gizi balita di puskesmas beji kecamatan junrejo batu Anslisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh makan dan hubungannya dengan status gizi balita
Pengarang Kristiyanto (2006)
Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan perkapita dengan status gizi balita di posyandu melati 2 Sulang Rembang
Sri Mulyani Puspita Hati (2012)
Atiq Supriatin (2009)
Desain Pendekatan cross sectional Variabel bebas pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga dan konsumsi kalori Variabel terikat status gizi balita Deskriptif korelasional Variabel bebas pengetahuan, pendapatan, pengetahuan, sikap, budaya, dan pola asuh makan. Variabel terikat status gizi Kuantitatif
http://lib.unimus.ac.id
Hasil Faktor pengetahuan ibu mempengaruhi pada status gizi balita
Pendapatan merupakan salah satu faktor pola pengasuhan yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita
Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan perkapita dengan status gizi anak (p=0,390) dan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi anak (p=0,001) di Posyandu Melati 2 Sulang Rembang
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel bebasnya dimana dalam penelitian ini ditambahkan pada variabel bebas adalah sikap ibu dan perilaku pemanfaatan posyandu.
http://lib.unimus.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Balita 1. Pertumbuhan a. Pengertian Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 2002). Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan anak bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (Narendra, 2008). Pertumbuhan Balita dimulai sejak lahir, dimana pada bayi lahir cukup bulan berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. berat badan menjadi dua kali berat badan lahir waktu bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat lahir pada umur satu tahun dan menjadi 4 kali berta lahir pada umur dua tahun (Soetjiningsih, 2002). Pertumbuhan Balita selain bentuk berat badan juga berkaitan dengan tinggi badan. Umumnya laju pertumbuhan berkurang sejak lahir sampai hamper selesainya proses pertumbuhan. Anak sejak lahir sampai umur 4-5 tahun pertumbuhannnya cepat berkurang (deselerasi) dan kemudian deselerasi ini mengurang secara perlahan hingga umur 5-6 tahun. Masa ini sampai awal pacu laju pertumbuhan, maka pertumbuhan bersifat kosntan. Pertumbuhan Balita ini sendiri terutama berkaitan dengan laju berta badan sangat terkait dengan status gizi anak tersebut. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan
dalam
besar jumlah. ukuran dan fungsi tingkat sel organ maupun individu
http://lib.unimus.ac.id
yang diukur dengan ukuran berat (grain, pound, kilograin) ukuran panjang (cin meter), umur tulang dan
keseiinbangan
metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Supariasa. 2002). Menurut Santoso (2004) pada proses pertmnbuhan terjadi perubahan-perubahan dalam ukuran dan peinatangan fungsi yang dimulai dari tahap molekuler yang sederhana pada saat awal kandungan sampai tingkat anak remaja dengan proses metabolik yang nunit. Proses pertumbuhan tersebut mengikuti suatu pola tertentu yang unik untuk setiap anak, baik dalam tumbuh kembang keseluruhan tubuhnya maupun dalam tumbuh kembang. b. Ciri-ciri pertumbuhan Menurut
Tanuwidjaya,
S.
(2002),
secara
garis
besar
terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan, yaitu : 1) Perubahan ukuran Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh. 2) Perubahan proporsi Selain bertambahnya ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis.
http://lib.unimus.ac.id
3) Hilangnya ciri-ciri lama Selama proses pertumbuhan terdapat hal- hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif. 4) Timbulnya ciri-ciri baru Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama
pertumbuhan
adalah
munculnya
gigi
tetap
yang
menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tandatanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain.
c. Faktor pertumbuhan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak meliputi (Riyadi dan Sukarmin, 2009) : 1) Faktor hereditas Hereditas/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses pertumbuhan anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras. Misalnya anak keturunan bangsa Eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk Indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki. 2) Faktor lingkungan a) Lingkungan Internal Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatropin merupakan hormon yang mempengaruhi
http://lib.unimus.ac.id
jumlah
sel
tulang,
merangsang sel
otak
pada
masa
pertumbuhan, berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan Gigantisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan kretinesme dan hormon gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur, jika kekurangan hormon gonadotropin
ini
akan
menyebabkan
terhambatnya
perkembangan seks. b) Lingkungan Eksternal Lingkungan
eksternal
mempengaruhinya,
ini
diantaranya
banyak adalah
sekali
yang
kebudayaan.
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua mendidik anaknya. Faktor ini berkaitan dengan pengetahuan dan sikap orang tua dalam mendidik anak. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonomi menengah ke atas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merawat anak dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan untuk bayinya, sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit. Olah raga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga ditengarai juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian
http://lib.unimus.ac.id
orang tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi maupun sosial. 3) Faktor pelayanan kesehatan Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekutar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbuh dan berkembang anak dapat dipantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam perkembangannya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya. Berdasarkan
Almatsier
(2002)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan meliputi : a. Program pemberian makanan tambahan Merupakan program untuk menambah nutrisi pada Balita ini biasanua diperoleh saat mengikuti Posyandu. Adapun pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat. b. Tingkat Pendapatan Keluarga Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi c. Pemeliharaan kesehatan Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit. d. Pola Asuh Keluarga Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih
http://lib.unimus.ac.id
sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. d. Jenis-jenis Pertumbuhan Jenis pertumbuhan dapat dibagi menjadi 2 (Supariasa, , 2002), yaitu : 1) Pertumbuhan linear Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau. Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran linear
adalah
panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan. 2) Pertumbuhan massa jaringan Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat ini. Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering digunakan adalah berat badan. e. Pemantauan Pertumbuhan Balita dengan KMS Tanda-tanda tumbuh kembang fisik dapat diamati dengan pertambahan besarnya ukuran-ukur an antropometrik, dan gejala atau tanda lain pada rambut, gigi geligi, otot, kulit serta jaringan lemaknya, darah, dan lain-lainnya. Namun, ukuran antropometrik yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi (panjang) badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan atas, tebal lipatan kulit (Suyitno, H & Moersintowati B. N., 2002).
http://lib.unimus.ac.id
Berat
badan
merupakan
ukuran
antropometrik
yang
terpenting, digunakan pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Di
Indonesia,
pengukuran berat badan telah memasyarakat dengan digunakannya Kartu Menuju Sehat (Suyitno, H & Moersintowati B. N., 2002). Pertumbuhan Balita dari KMS dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungk an antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada Balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. 1) Balita naik berat badannya bila : a) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna. b) Garis pertumbuhannya naik pindah ke pita warna diatasnya.
2) Balita tidak naik berat badannya bila : a) Garis pertumbuhannya turun. b) Garis pertumbuhannya mendatar. c) Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
http://lib.unimus.ac.id
3) Berat badan Balita di bawah garis merah artinya pertumbuhan Balita mengalami gangguan pertumbuhan d an perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas / Rumah Sakit.
4) Berat badan Balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya Balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas / Rumah Sakit.
http://lib.unimus.ac.id
5) Balita tumbuh baik bila garis berat badan anak naik setiap bulannya. 6) Balita sehat, jika berat badannya selalu naik men gikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna di atasnya. Sedangkan cara menilai pertumbuhan pada KMS adalah sebagai berikut : 1) Berat badan ideal ditunjukkan dengan garis hijau tua paling atas. 2) Dari
hubungan
2
titik
di
grafik
KMS,
terdapat
5
kemungkinan pertumbuhan, yaitu : a) Catch Up
: tumbuh kejar, arah grafik yang lebih
tajam/curam dibandingkan kurva nor mal yang ada di KMS, menunjukkan pertumbuhan yang lebih dari normal. b) Normal Growth (NG) : tumbuh normal, arah garis sesuai arah garis pada kurva KMS. c) Growth Faltering
(GF) : tumbuh landai = naik kurang
dari normal. Arah garis pertumbuhan meningkat tetap kurang/lebih landai dibandingkan kurva pertumbuhan pada KMS.
http://lib.unimus.ac.id
d) Flat Growth (FG) : tetap /datar, tidak ada kenaik an berat badan, arah garis pertumbuhan mendatar. e) Loss of Growth pertumbuhan
(LG) : berat badan turun, arah garis
menurun.
Dari
kelima
kemungkinan
pertumbuhan tersebut, yang dikatakan naik (N) adalah a atau b. Sedangkan dikatakan tidak naik adalah poin c, d, dan e (Depkes RI dan IDAI, 2006).
f. Antropometri Beberapa cara mengukur pertumbuhan Balita yaitu dengan pengukuran antropometri, klinik dan laboratorik. Diantara ketiga cara pengukuran pertumbuhan Balita, pengukuran antropometri adalah yang relatif sering dan banyak digunakan (Soegiyanto dan Wiyono, 2007). Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi seseorang. Antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagaimya. Berdasarkan beberapa pengukuran tersebut, berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal. Ilmu status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB / TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai makna sendiri, misalnya kombinasi antara BB (berat badan) dan U (umur) membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan BB / U. Indikator BB / U Dapat normal lebih rendah atau lebih tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB / U normal maka digolongkan pada status gizi baik, dan BB / U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang / buruk, serta bila BB / U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Baik satus gizi kurang ataupun status gizi lebih, kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi
http://lib.unimus.ac.id
kesehatan Balita. Sedangkan pegukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter di klinik untuk melihat adanya kelainan-kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya adanya pembegkakan (oedem), perubahan warna, dan sifat rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui
pancaindra
manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007), dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu : a. Tahu ( know ) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya. c. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
http://lib.unimus.ac.id
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. 3. Pengukuran Pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang gizi dan proses pertumbuhan Balita. 4. Sumber – sumber pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2007) sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. 5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) : a. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan dan kerugian yang didapat terhadap suatu permasalahan yang dihadapi.
http://lib.unimus.ac.id
b. Media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi
media
dengan
demikian
hubungan
sosial
dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. e. Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
http://lib.unimus.ac.id
C. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). 2. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai 4 tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramahceramah. b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
http://lib.unimus.ac.id
c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap a. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting. c. Pengaruh kebudayaan Seseorang hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan, dengan demikian kebudayaan yang diikutinya mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut. d. Media massa Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang, sehingga terbentuklah arah sikap yang tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. f. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2010).
http://lib.unimus.ac.id
g. Pendidikan Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh dalam bersikap. h. Faktor sosial dan ekonomi Keadaan sosial ekonomi akan menimbulkan gaya hidup yang berbedabeda. i. Kesiapan fisik (status kesehatan) Pada umumnya fisik yang kuat terdapat jiwa sehat. j. Kesiapan psikologis / jiwa Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara psikologis disekelilingnya. (Azwar, 2010). 4. Cara pengukuran sikap Sikap dapat diukur dengan menggunakan wawancara dan angket (Azwar, 2010) Pengukuran sikap ini berkaitan dengan sikap seks pra nikah beserta akibat-akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan kategori sikap dapat digolongkan menjadi sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikaf negatif. Setiap pertanyaan sikap yang favorabel atau pernyataan yang tak-favorabel. Pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2010 : 94).
http://lib.unimus.ac.id
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2010 : 156) : T = 50+10
X
X s
Keterangan : X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X : Mean skor kelompok s : Deviasi standar skor kelompok D. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia dapat dibedakan menjadi aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010). Skinner (dalam Notoatmodjo, 2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Hal senada juga dinyatakan oleh Walgito (2002) yang mengemukakan bahwa perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu itu. Perilaku atau aktivitas merupakan jawaban dari respon terhadap stimulus yang mengenainya. Walgito (2002) membedakan perilaku menjadi reflektif dan non reflektif. Perilaku yang reflektif merupakan tingkah laku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme. Perilaku non reflektif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat pengendali yaitu kesadaran atau otak. 2. Bentuk Perilaku Bentuk perilaku menurut Notoatmodjo (2010) dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku tertutup (Couvert behavior)
http://lib.unimus.ac.id
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang hersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya di mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap). b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior". Contoh, seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau ke bidan praktik, seorang penderita TB Paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik (practice). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Green dikutip oleh Notoatmodjo (2010), faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)
Merupakan
faktor-faktor
yang
mempermudah
dan
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. Disamping itu, kepercayaan, keyakinan tradisi, sistem nilai di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Maksud faktor pemungkin
http://lib.unimus.ac.id
adalah sarana dan prasarana atau fasilitas terjadinya perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya. Dalam hal ini dukungan atau dorongan dari orang lain sangat dibutuhkan untuk pencegahan suatu penyakit. Selain itu sikap dan perilaku petugas kesehatan juga menjadi panutan bagi seseorang atau masyarakat.
E. Posyandu 1. Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan
ekonomi
keluarga,
ketahanan
pangan
keluarga
dan
kesejahteraan sosial (Kemenkes, 2011). Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari
http://lib.unimus.ac.id
tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. 2. Fungsi a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA. b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. 3. Kegiatan Posyandu Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut: a. Kegiatan utama 1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a) Ibu Hamil Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. Pelayanan juga ditujukan untuk untuk lebih
http://lib.unimus.ac.id
meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil ini meliputi penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru lahir, dan senam ibu hamil. b. Ibu Nifas dan Menyusui Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup
penyuluhan/konseling
kesehatan,
KB
pasca,
persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI, eksklusif dan gizi, serta pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama). c. Bayi dan Anak Balita Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak Balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak Balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama Balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan
umur
diselenggarakan
Balita.
Adapun
Posyandu
jenis
untuk
pelayanan Balita
yang
mencakup
penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan dan konseling, jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
http://lib.unimus.ac.id
2. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant. 3. Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil. 4. Gizi Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan,
penyuluhan
dan
konseling
gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes. 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
http://lib.unimus.ac.id
F. Kerangka Teori Hormon Hereditas Internal Lingkungan Eksternal Budaya
Pelayanan kesehatan
Pengetahuan Sikap Perilaku Ekonomi Pemberian makan tambahan Pendapatan Pola asuh
Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Riyadi dan Sukarmin (2009)
http://lib.unimus.ac.id
Pertumbuhan balita
G. Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat
Pengetahuan Pertumbuhan balita
Sikap
Perilaku pemanfaatan posyandu
-
Hereditas Pelayanan kesehatan Hormon Ekonomi
Variabel pengganggu Gambar 2.2 Kerangka konsep H. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu tentang pertumbuhan Balita serta perilaku pemanfaatan Posyandu 2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah pertumbuhan Balita.
I. Hipotesis 1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang pertumbuhan Balita dengan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. 2. Ada hubungan sikap ibu tentang pertumbuhan Balita dengan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. 3. Ada hubungan perilaku pemanfaatan Posyandu dengan pertumbuhan Balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
http://lib.unimus.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu dan variabel terikat (Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (Cross Sectional), dimana variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap ibu tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan Posyandu serta variabel terikat yaitu pertumbuhan Balita diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini ibu dan anak Balitanya di desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sebanyak 177 ibu dan anak Balitanya. 2. Sampel Sampel merupakan bagian yang diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam melakukan penelitian, dapat menggunakan seluruh objek atau dapat juga hanya dengan mengambil sebagian dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak (Arikunto, 2006). Besar sampel ditentukan dengan rumus : n
= =
N 1 Nd
2
177 1 177 0,05
2
= 122,40 dibulatkan menjadi 122 orang ibu dan anak balitanya
http://lib.unimus.ac.id
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d² = Tingkat signifikasi (0,1) Sampel anak untuk variabel terikat dan sampel ibu untuk variabel bebas. Sampel ini tersebar di lima posyandu, sehingga pengabilan sampel untuk tiap posyandu digunakan teknik proporsional random sampling dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 3.1 Sampel pada tiap posyandu Posyandu Posyandu I
Populasi 38
Posyandu II
33
Posyandu III
35
Posyandu IV
33
Posyandu V
38
Jumlah
177
Sampel
38 x122 = 26 177 33 x122 = 23 177 35 x122 = 24 177 33 x122 = 23 177 38 x122 = 26 177 122
Penelitian ini pada akhirnya hanya meneliti responden yang memiliki anak balita berumur di atas 1 tahun saja sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditemukan berjumlah 96 orang.
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional Variabel/s ub variabel Pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak
Definisi Operasional Sesuatu yang diketahui oleh ibu berkaitan tentang pertumbuhan Balita
Cara ukur Menggunakan kuesioner dalam bentuk : Favourable, jawan Benar skor 1
Hasil Ukur Dikategorikan dalam bentuk cut of point: Data normal 1. Baik : skor benar 80100% 2. Cukup : skor 56%-79%
http://lib.unimus.ac.id
Skala Ordinal
Salah skor 0 Unfavourable, jawan Benar skor 0 Salah skor 1
3. Kurang : skor < 56%
Dikategorikan dengan cut of point karena tidak normal Sikap mendukung: nilai ≥ median Sikap tidak mendukung : nilai < median Skor perilaku terendah 0 dan tertinggi 5 Data tidak normal Perilaku positif: nilai ≥ median Perilaku negatif : nilai < median
Ordinal
Kategri status gizi a. Buruk : pada garis merah sampai dengan bawah garis merah b. Kurang : pada garis kuning bawah c. Normal : pada garis hijau d. Lebih : pada garis kuning atas
Ordinal
Sikap ibu
Sikap adalah keyakinan ibu tentang pertumbuhan balita
Kuesioner . Jawaban dengan pernyataan SS : 4, S : 3, TS : 2, STS :1
Perilaku pemanfaatan Posyandu
Perilaku pemanfaatan Posyandu adalah semua kegiatan ibu untuk mengikuti Posyandu untuk anaknya Pertumbuhan anak Balita yang ditentukan berdasarkan KMS yang dimiliki Balita
Kuesioner. Jawaban dengan pernyataan Ya : 1 dan Tidak : 0
Pertumbuhan Balita
Variabel ini diukur menggunakan KMS
Ordinal
D. Tempat penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.
E. Waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Nopember 2013. F. Etika Penelitian Penelitian ini tidak boleh bertentangan dengan etika. Penelitian harus etis dalam artian hak responden harus dilindungi (Nursalam, 2008). Etika penelitian yang dimaksud meliputi :
http://lib.unimus.ac.id
1. Informed concent (Lembar Persetujuan Responden) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden sebelum mengisi kuesioner. Setelah responden mengerti diminta kesediaannya untuk menjadi responden penelitian. Kesediaan responden tersebut ditandai dengan kesediaan responden menandatangani informed consert yang sebelumnya telah peneliti siapkan. 2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas) Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar koesioner yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja. 3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi) Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang didapat dari responden. Kerahasiaan informasi ini selanjutnya peneliti masukkan dalam bentuk kode-kode saja dan lembar kuesioner asli yang telah diisi responden akan peneliti simpan dengan baik dan setelah penelitian ini selesai maka lembar kuesioner tersebut peneliti musnahkan dalam jangka waktu minimal 5 tahun atau sesuai dengan ketentuan akademik.
G. Alat pengumpulan data 1. Instrumen penelitian Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu : a. Kuesioner A yang berisi tentang biodata ibu yang terdiri dari umur, pendidikan dan pekerjaan, pendapatan serta umur dan jenis kelamin anak. b. Kuesioner B berisi tentang pengetahuan ibu dengan jumlah pernyataan 18 dengan pernyataan favourable jawaban benar skor 1 dan salah skor
http://lib.unimus.ac.id
0, sementara untuk pernyataan unfavourable jawaban benar skor 0 dan salah skor 1. c. Kuesioner C yang berisi tentang sikap ibu yang diukur dengan jumlah pernyataan 15 dengan pernyataan favourable jawaban sangat setuju skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor 1, sementara untuk pernyataan unfavourable jawaban sangat setuju skor 1, setuju skor 2, tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4. d. Kuesioner D yang berisi tentang perilaku ibu yang diukur dengan jumlah pernyataan 9 dengan jawaban Ya skor 1, dan Tidak skor 0. e. Instrumen E didapatkan dari hasil observasi berdasarkan KMS Balita
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner pengetahuan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pada teori-teori di tinjauan pustaka. Oleh karena itu kuesioner penelitian perlu dilakukan uji coba kepada 30 orang ibu yang mempunyai anak balita di Prigi Kecamatan Todanan yang diambil secara accidental untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrument penelitian. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan di tempat ini karena memiliki karakteristik yang sama dengan wilayah penelitian, sedangkan penggunaan 30 responden untuk memenuhi kurva normal (Arikunto, 2006). a. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sugiyono, 2011). Suatu kuesioner atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Kuesioner yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai kuesioner yang memiliki validitas yang rendah (Sugiyono, 2011). Uji validitas dapat dilihat dengan menggunakan
http://lib.unimus.ac.id
koefisien korelasi product moment. Item pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid apabila didapatkan nilai r hitung > dari r tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji validitas dinyatakan sebagai berikut: 1). Pengetahuan : pertanyaan variabel pengetahuan ditemukan dua item yang tidak valid yaitu nomor 7 dan 9 yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel (0,361) sehingga harus dikeluarkan dari konstruk penelitian, sementara untuk nomor yang lain nilai r hitungnya dalam rentang 0,439-0,757 yang lebih besar dari r tabel sehingga dinyatakan valid. 2). Skap: pertanyaan variabel sikap ditemukan nilai r hitung dalam rentang 0,511-0,840 yang lebih besar dari r tabel sehingga dinyatakan valid. 3). Perilaku pemanfaatan: hasil uji validitas dapat variabel perilaku pemanfaatan ditemukan rentang nilai r hitung adalah 0,466-0,825 yang lebih besar dari r tabel sehingga dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien
reliabilitas.
Pada
awalnya
tinggi-rendahnya
reliabilitas kuesioner tercermin oleh nilai cronbach alpha. Dimana apabila nilai cronbach alpha di atas 0,60 maka variabel dalam penelitian dapat dikatakan reliabel atau handal, sehingga apabila kuesioner terhadap pertanyaan yang diajukan dilakukan secara berulang-ulang maka jawaban responden akan sama (Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas dinyatakan sebagai berikut: 1). Pengetahuan: Hasil uji reliabilitas pada variabel pengetahuan didapatkan koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,926 yang lebih besar dari 0,60 sehingga dinyatakan reliabel. 2). Sikap: Hasil uji reliabilitas pada variabel sikap didapatkan koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,942 yang lebih besar dari 0,60 sehingga dinyatakan reliabel.
http://lib.unimus.ac.id
3). Perilaku pemanfaatan: Hasil uji reliabilitas pada variabel sikap didapatkan koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,942 yang lebih besar dari 0,60 sehingga dinyatakan reliabel.
H. Prosedur Pengumpulan Data 1. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi : a. Data primer Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari jawaban pada kuesioner yang diisi oleh responden. b. Data sekunder Data sekunder adalah data berdasarkan catatan yang ada dari tempat penelitian yang terkait dengan kondisi responden, yang dalam penelitian ini meliputi umur Balita dan berat badan Balita. 2. Cara pengumpulan data Langkah-langkah penelitian ini meliputi pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dilaksanakan sebagai berikut : a. Tahap persiapan 1). Peneliti meminta ijin dari Universitas Muhammadiyah Semarang untuk melaksanakan studi di Desa Sambeng Kecamatan Todanan berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemanfaatan posyandu. 2). Peneliti meminta ijin penelitian ke Desa Sambeng Kecamatan Todanan dengan menunjukkan surat ijin dari Universitas Muhammadiyah Semarang. b. Tahap Pelaksanaan 1). Peneliti setelah mendapatkan ijin dari Kepala Desa Sambeng kemudian mendatangi responden dan memberikan penjelasan mengenai penelitian ini dan keterlibatannya dalam penelitian ini bahwa tidak berpengaruh apapun dalam kehidupannya nantinya.
http://lib.unimus.ac.id
Setelah responden mengerti dan bersedia ikut serta dalam penelitian maka diminta untuk menandatangani informed consent atau lembar persetujuan untuk menjadi responden. 2). Pengambilan data dilakukan di posyandu masing-masing dukuh yaitu Sambeng, Tawang, Randu dan Gadang. Pada saat penelitian ini tidak semua responden yang terpilih hadir sehingga bagi yang tidak hadir dilakukan penelitian kerumah responden tersebut. 3). Pengambilan data untuk variabel pengetahuan, sikap dan perilaku pemanfaatan
posyandu
digunakan
kusioner,
sedangkan
pengambilan data untuk pertumbuhan balita didasarkan pada KMS yang dimiliki oleh anak. 4). Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tata cara pengisian kuesioner, kemudian meminta responden untuk mengisi kuesioner yang peneliti berikan dan selama proses pengisian peneliti menunggu untuk mengantisipasi adanya pernyataan yang kurang dipahami oleh responden, sementara KMS didapatkan dari hasil penimbangan pada bayi pada saat di posyandu. 5). Selama proses penyebaran kuesioner peneliti dibantu oleh 2 enumerator yaitu ibu-ibu kader posyandu setempat, yang sebelumnya sudah peneliti jelaskan tata cara pengisian kuesioner. 6). Peneliti mempersilahkan responden untuk menjawab pertanyaan secara tertulis pada lembar kuesioner. 7). Peneliti mengambil kembali kuesioner untuk kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data.
I. Analisa Data 1. Pengolahan data Pada penelitian ini data akan diolah melalui tahap sebagai berikut : a. Editing Mengecek kembali kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Kuesioner yang diberikan pada responden telah terisi tiap pertanyaan
http://lib.unimus.ac.id
sehingga tidak ada kuesioner yang perlu dibuang karena tidak lengkap dalam menjawab dan kuesioner yang telah dibagikan kembali semua. b. Coding Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, sehingga memudahkan proses pemasukan data di komputer. c. Processing Setelah diedit dan dikoding, kemudian dilakukan tabulasi data yaitu memasukkan data dalam bentuk kode ke dalam tabulasi. Hasil tabulasi dijumlah dan dilakukan pengujian sesuai dengan alat uji yang ditetapkan sebelumnya. Proses pengujian dilakukan melalui program komputer. d. Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak, dengan cara melihat kembali data yang dimasukkan kedalam tabulasi. Setelah data tidak ada kesalahan lagi maka diteruskan pada proses selanjutnya yaitu pengolahan data. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer. a. Analisis univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabelvariabel yang diteliti. Variabel penelitian yang dideskripsikan adalah variabel pengetahuan, sikap, perilaku ibu dalam pemanfatan posyandu dan pertumbuhan balita. Deskripsi data berbentuk numerik akan disajikan dalam bentuk tendency central (nilai mean, median, modus), dan sebaran data (minimal, maksimal dan standar deviasi). Data berbentuk kategorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. b. Analisis Bivariat Analisis
bivariat
adalah
analisis
yang
digunakan
untuk
menganalisis dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo,
http://lib.unimus.ac.id
2005). Analisis data yang digunakan adalah Chi square karena bentuk data adalah kategorik (Sugiyono, 2007). Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk tabel adalah 2 x 2 dengan nilai harapan (E) lebih besar dari 5 sehingga analisis data yang digunakan adalah Continuity correction.
http://lib.unimus.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora terhadap ibu Balita dengan umur 1-5 tahun sebanyak 96 responden. Desa Sambeng terdiri dari 4 dukuh yaitu Dukuh Sambeng, Tawang, Randu dan Gadang. Masing-masing dukuh terdiri dari 1 Posyandu, khusus untuk Dukuh Sambeng ada dua Posyandu. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Nopember 2013, pada ibu-ibu Balita di lima wilayah Posyandu yang ada di Desa Sambeng. Posyandu di Desa Sambeng melakukan kegiatan rutin penimbangan terhadap Balita setiap bulan sekali setiap tanggal 12. Kegiatan ini selain melakukan pengukuran antopometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan (LILA) dan lingkar kepala juga dilakukan pemberian makanan bagi Balita. 2. Gambaran Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Yang Meliputi Umur dan Jenis Kelamin No 1
2
Variabel penelitian Umur anak Mean Median Minimum Maksimum SD Variabel penelitian Jenis kelamin anak Laki-laki Perempuan
Keterangan 2,51 2,55 1 4,7 1, 9 Frekuensi
Persentase
53 43
55,2 44,8
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rerata umur anak adalah 2,51 tahun dengan umur termuda 1 tahun dan tertua 4,7 tahun.
http://lib.unimus.ac.id
Berdasarkan jenis kelamin anak sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 53 anak (55,2%).
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu yang Meliputi Umur, Pendidikan dan Pekerjaan No 1
2
3
Variabel penelitian Umur ibu Mean Median Minimum Maksimum SD Variabel penelitian Pendidikan SD SMP SMA Pekerjaan Petani Tidak bekerja Pedagang
Keterangan 27,45 27 20 37 4.79 Frekuensi
Persentase
74 16 6
77,1 16,7 6,2
22 67 7
22,9 69,8 7,3
Rerata umur ibu adalah 27,45 tahun dengan umur termuda 20 tahun dan tertua 37 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa sebagian besar pendidikan ibu adalah SD yaitu sebanyak 74 orang (77,1). Ibu yang menjadi responden penelitian sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 67 orang (69,8%).
B. Hasil penelitian 1. Analisis univariat a. Pengetahuan ibu Rata-rata skor pengetahuan responden adalah 11,24 dengan skor terendah sebesar 3 dan skor tertinggi 17 serta standar deviasi sebesar 4,88. Berdasarkan kategori pengetahuan disajikan sebagai berikut:
http://lib.unimus.ac.id
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
Baik
43
44,8
Cukup
3
3,1
Kurang
50
52,1
Jumlah
96
100
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu adalah dalam kategori kurang yaitu sebanyak 50 responden (52,1%).
b. Sikap Ibu Rata-rata skor sikap ibu sebesar 49,07 dengan skor terendah sebesar 32 dan skor tertinggi 59 serta standar deviasi sebesar 8,32. Hasil kategori sikap responden disajikan sebagai berikut: .Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Sikap
Frekuensi
Persentase
Tidak mendukung
48
50,0
Mendukung
48
50,0
Jumlah
96
100
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sikap responden sama besar antara yang mendukung dan tidak mendukung yaitu masing-masing sebanyak 48 orang (50,0%).
c. Perilaku Ibu Rata-rata skor perilaku ibu sebesar 13,38 dengan skor terendah sebesar 9 dan skor tertinggi 18 serta standar deviasi sebesar 3,37. Hasil kategori perilaku responden disajikan sebagai berikut
http://lib.unimus.ac.id
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu Perilaku Ibu
Frekuensi
Persentase
Negatif
44
45,8
Positif
52
54,2
Jumlah
96
100
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu sebagian besar dalam kategori positif sebanyak 52 orang (54,2%).
d. Pertumbuhan Balita Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pertumbuhan Balita Pertumbuhan Balita
Frekuensi
Persentase
Kurang
14
14,6
Normal
82
85,4
Jumlah
96
100
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar pertumbuhan Balita dalam kategori normal sebanyak 82 anak (85,4%).
2. Analisis Bivariat a. Hubungan antara pengetahuan dengan pertumbuhan Balita Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pertumbuhan Balita Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
&
Kurang
Pertumbuhan % Normal
%
Total
%
p value 0,001
14
26,4
39
73,6
53
100
0 14
0,0 14,6
43 82
100 85,4
43 96
100 100
http://lib.unimus.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuannya kurang dan cukup sebagian besar pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 73,6%, sementara ibu yang pengetahuannya baik seluruh balitanya tumbuh normal (100 %). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,001 <
(0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan balita.
b. Hubungan antara sikap dengan pertumbuhan Balita Tabel 4.8 Hubungan Sikap dengan Pertumbuhan Balita Pertumbuhan % Normal
Sikap
Kurang
Tidak mendukung
14
29,2
Mendukung Jumlah
0 14
0,0 14,6
%
Total
%
p value
34
70,8
48
100
0,000
48 82
100 85,4
48 96
100 100
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ibu yang sikapnya tidak mendukung sebagian besar pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 70,8%, sementara ibu yang sikapnya mendukung seluruh balitanya tumbuh normal (100 %). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 <
(0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan balita.
http://lib.unimus.ac.id
c. Hubungan antara pertumbuhan Balita
perilaku
pemanfaatan
Posyandu
dengan
Tabel 4.9 Hubungan Perilaku Pemanfaatan Posyandu dengan Pertumbuhan Balita Perilaku pemanfaat an
Kurang
Pertumbuhan % Normal
%
Total
%
p value 0,000
Negatif
13
29,5
31
70,5
44
100
Positif
1
1,9
51
98,1
52
100
Jumlah
14
14,6
82
85,4
96
100
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ibu yang perilaku
pemanfaatan
posyandunya
negatif
sebagian
besar
pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 70,5%, sementara ibu yang perilaku pemanfaatan posyandunya positif sebagian besar pertumbuhan balitanya juga tumbuh normal (98,1%). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 <
(0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita.
C. Pembahasan 1. Gambaran pengetahuan ibu tentang pemanfaatan Posyandu Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemanfaatan Posyandu adalah dalam kategori kurang yaitu 52,1%, dan yang baik sebanyak 44,8%. Pengetahuan mengenai pemanfaatan Posyandu yang baik ini didapatkan oleh para ibu melalui berbagai media seperti penyuluhan dari para kader dan petugas kesehatan serta dari beberapa
media
seperti
tayangan
televisi
mengenai
pentingnya
pemanfaatan Posyandu untuk memantau pertumbuhan Balita. Ibu dengan pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan Posyandu ini berimplikasi kepada perilaku ibu dalam memanfaatkan Posyandu.
http://lib.unimus.ac.id
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Taufik, 2010).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang baik dari para ibu yang menjadi responden penelitian mengenai pemafaatan Posyandu akan mendukung tindakan responden untuk membawa anak Balitanya ke Posyandu secara rutin untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan dan pengukuran antopometri pada anak.
Berdasarkan hal tersebut maka bagi ibu Balita diharapkan mempunyai pengetahuan luas, yaitu dengan melakukan aktivitas atau kegiatan yang meliputi kegiatan penyuluhan tentang kesehatan, terutama bagi keluarga dan pertumbuhan serta perkembangan anaknya
http://lib.unimus.ac.id
2. Gambaran sikap ibu tentang pemanfaatan Posyandu Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu antara yang mendukung dan tidak mendukung sama besar yaitu masing-masing sebanyak 50,0%. Sikap yang mendukung ini menunjukkan bahwa responden menyetujui dengan adanya Posyandu yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pertumbuhan anak Balitanya. Responden ketika memanfaatkan Posyandu telah merasakan banyak keuntungan seperti pengetahuan yang meningkat mengenai pertumbuhan serta perkembangan anak melalui penjelasan dari kader Posyandu yang memberikan pelayanan kepada responden.
Walaupun sebagian besar pendidikan responden adalah rendah yaitu SD namun sikap mereka tetap positif terhadap pemanfaatan Posyandu. Sikap positif ini disebabkan karena responden telah memahami pentingnya Posyandu yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan anak Balitanya. Apalagi berbagai kasus yang diberitakan melalui media tentang adanya gizi buruk yang tidak terpantau akhirnya membuat responden berkeinginan untuk memantau pertumbuhan Balitanya melalui Posyandu. Hal ini membuat responden penelitian akhirnya bersikap positif atau mendukung terhadap pemanfaatan Posyandu.
Sikap sendiri merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tertentu (Azwar, 2010).
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi dengan rangsang yang diterima. Jika sikap mengarah pada objek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap objek tertentu dipengaruhi oleh
http://lib.unimus.ac.id
lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap objek tersebut. Sikap merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu dari suatu penghayatan terhadap objek.
Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan objek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins (Azwar, 2010) bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predesposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
Sikap responden banyak yang mendukung terhadap pemanfaatan Posyandu. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berpendapat bahwa adanya sikap responden yang mendukung dapat dikarenakan oleh rasa kekhawatiran responden jika pertumbuhan anak Balita tidak terpantau maka terjadi gizi buruk pada anaknya. Apa yang telah diketahui, didengar dan dipahami akhirnya membentuk respons tersendiri dalam diri responden yang muncul dalam bentuk sikap mendukung terhadap pemanfaatan Posyandu.
3. Gambaran perilaku pemanfaatan Posyandu Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku ibu adalah dalam kategori positif sebanyak 54,2%. Perilaku pemanfaatan Posyandu ini ditunjukkan dengan keaktifan ibu dalam membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang guna mengetahui pertumbuhan anak Balitanya. Perilaku pemanfaatan Posyandu ini didukung dengan pengetahuan dan sikap yang baik pada pemanfaatan Posyandu sehingga mendukung perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu.
http://lib.unimus.ac.id
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu itu. Perilaku atau aktivitas merupakan jawaban dari respon terhadap stimulus yang mengenainya (Walgito (2002). Bentuk stimulus yang diterima responden penelitian adalah berupa penyuluhan dan informasi dari kader Posyandu sehingga menambah pengetahuan dan sikap responden. Pengetahuan dan sikap responden sebagai faktor predisposisi dari perilaku sehingga sebagian besar responden penelitian memiliki perilaku yang positif dalam pemanfaatan Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa responden penelitian telah berupaya untuk melalukan pemanfaatan Posyandu. Perilaku pemanfaatan Posyandu ini digunakan untuk dapat memantau pertumbuhan serta perkembangan anak Balitanya sehingga anak Balita responden dapat memiliki pertumbuhan yang normal dan jika terjadi permasalahan pertumbuhan pada anak dapat segera diantisipasi.
4. Gambaran pertumbuhan Balita Berdasarkan
hasil
penelitian,
didapatkan
bahwa
sebagian
besar
pertumbuhan Balita dari responden penelitian adalah dalam kategori normal yaitu sebanyak 85,4%. Pertumbuhan Balita yang normal ini adalah sebagai dampak dari perhatian ibu terhadap Balita dengan memberikan asupan makanan yang berkualitas serta adanya pemantauan dari Posyandu.
Sebagaimana diketahui bahwa kelompok bayi dan anak Balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan dan perhatian
yang intensif melalui pengukuran pertumbuhan Balita
http://lib.unimus.ac.id
(Supariasa, 2004). Perhatian dan pengendalian yang baik tentang pertumbuhan Balita yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat dan pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan beserta dinas-dinas terkait melalui pelaksanaa Posyandu akan mampu menekan terjadinya pertumbuhan buruk pada Balita.
Pertumbuhan Balita yang baik pada anak akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan anak Balita yang menjadi responden penelitian tergolong pada pertumbuhan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa para ibu yang menjadi responden penelitian telah memberikan pengasuhan yang baik kepada anak Balitanya terutama berkaitan dengan asupan makanan sehingga anak Balita yang dimiliki berdasarkan pengukuran dapat digolongkan dalam pertumbuhan normal.
5. Hubungan antara pengetahuan dengan pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,001 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiyanto (2006) tentang hubungan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, pendapatan keluarga dan konsumsi kalori dengan status gizi Balita di puskesmas beji kecamatan junrejo batu yang didapatkan hasil faktor pengetahuan ibu mempengaruhi pada status gizi Balita. Penelitian lain dilakukan oleh Hapsari (2012) tentang hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi Balita di Desa Jatisari Kecamatan Subah Kabupaten Batang tahun 2010 yang mendapatkan bahwa erdapat hubungan positif dan signifikan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Morani (2008) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi
http://lib.unimus.ac.id
Balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap satatus gizi Balita.
Pengetahuan ibu tentang gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan dapat memperhitungkan kebutuhan gizi anak Balitanya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh anaknya. Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak Balita yang mengkonsumsi menu tersebut, yang nantinya berdampak positif terhadap keadaan status gizinya.
Pengetahuan ini sebagai salah satu dasar pembentukan perilaku seseorang. Orang
yang
berpengetahuan
banyak,
akan
cenderung
mudah
mengeksplorasi keinginan dalam bentuk tindakan. Tindakan yang direncanakan dapat mengarah pada tindakan positif atau negatif, hal ini tergantung
dari
akhlak
dan
kebudayaan
seseorang.
Jadi
untuk
memperkaya pengetahuan seseorang harus aktif menerima input untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik. Hubungan dengan pemberikan asupan makanan yang bergizi kepada Balita, adanya pengetahuan sangat bermakna sekali dalam menentukan apakah seseorang mampu mengetahui dan memberikan asupan makanan yang bergizi kepada Balita yang sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan ini.
http://lib.unimus.ac.id
6. Hubungan antara sikap dengan pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sikap ibu mendukung maka pertumbuhan Balita akan menjadi normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian Dewi (2010) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi Balita (Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri) yang menemukan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan kecukupan gizi pada Balita.
7. Hubungan
antara
perilaku
pemanfaatan
Posyandu
dengan
pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu oleh ibu dengan pertumbuhan Balita. Hal ini menunjukkan bahwa semakin aktif ibu memanfaatkan Posyandu maka pertumbuhan Balita akan menjadi normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian Octaviani, Juniarti dan Mardiyah (2008) yang meneliti tentang hubungan keaktifan keluarga dalam kegiatan Posyandu dengan status gizi Balita di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek yang menemukan bahwa keaktifan keluarga untuk memanfaatkan Posyandu berpengaruh terhadap status gizi Balita.
Status gizi dapat diketahui dengan berbagai macam cara. Menurut Supariasa (2001) status gizi dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, dan biokimia dan secara tidak langsung yaitu melalui survei konsumsi makanan,
http://lib.unimus.ac.id
statistik vital, dan ekologi. Metode yang paling sering digunakan dan mudah untuk dilakukan yaitu penilaian secara antropometri, salah satu cara yaitu dengan membandingkan antara berat badan dengan umur, yang menurut Supariasa (2001) merupakan cara yang cukup efisien.
Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau melalui kartu menuju sehat (KMS). Menurut Arisman (2004) KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan hanya menilai status gizi. Salah satu kegiatan Posyandu yaitu menimbang Balita kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan grafik pertumbuhan pada KMS.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi pertumbuhan berdasarkan pengetahuan,
sikap
dan
perilaku
pemanfaatan
Posyandu
dimana
dimungkinkan pengetahuan, sikap dan perilaku pemanfaatan Posyandu dapat berubah secara kontinue sehingga akan lebih tepat jika dilakukan rancangan penelitian model kohort.
Peneliti juga menemui beberapa kendala dalam melakukan penelitian ini. Kendala tersebut meliputi tempat domisili antar responden yang terpisah cukup jauh sehingga peneliti dalam mendatangi satu persatu membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang cukup berat, namun hal tersebut dapat peneliti atasi dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya penelitian skripsi ini.
E. Implikasi keperawatan Hasil penelitian ini memberikan tambahan informasi dan mendukung penelitian dan teori yang sudah ada yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan status gizi dan pertumbuhan anak. Bila dikaitkan dengan pelayanan
http://lib.unimus.ac.id
keperawatan, maka diharapkan perawat komunitas dapat memberikan penyuluhan terhadap masyarakat secara langsung berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi dan pertumbuhan anak. Institusi keperawatan dapat bekerja sama dengan Posyandu dalam upaya peningkatan pengetahuan dan status gizi anak terutama di daerah yang ditemukan banyak kasus tentang permasalahn gizi Balita.
http://lib.unimus.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Sebagian besar pengetahuan ibu adalah dalam kategori kurang yaitu sebanyak 52,1% yang pengetahuannya baik sebanyak 44,8% dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 3,1%. 2. Sikap responden sama besar antara yang mendukung dan tidak mendukung yaitu masing-masing sebanyak 50,0%. 3. Sebagian besar perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu dalam kategori positif sebanyak 54,2% dan yang negatif sebanyak 45,8%. 4. Sebagian besar pertumbuhan Balita dalam kategori normal sebanyak 85,4% dan yang kurang sebanyak 14,6%. 5. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,001) 6. Ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,000) 7. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,000)
B. Saran 1. Ibu Balita Ibu Balita perlu meningkatkan pengetahuan tentang perlunya melakukan pemanfaatan Posyandu setiap bulan, perlunya meningkatkan pengetahuan tentang tanda kekurangan gizi anak serta mencegah Balita sering sakit agar tidak
menghambat
pertumbuhan
Balita.
Ibu
bisa
mendapatkan
pengetahuan gizi ini dari buku, majalah atau televisi yang menayangkan tentang gizi Balita. 2. Tenaga kesehatan
http://lib.unimus.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat beberapa Balita yang mengalami pertumbuhan kurang. Untuk itu para tenaga kesehatan harus mampu memberikan penanganan kepada mereka termasuk memberi bantuan berupa pemantauan dan penangan terhadap masalah gizi Balita jika ditemukan indikasi gizi kurang agar anak-anak Balita ini kembali ke status gizi baik sebelum terlambat. 3. Kader Posyandu Kader Posyandu diharapkan dapat berperan aktif dalam ikut melakukan pemantauan terhadap status gizi Balita dengan secara aktif mengundang ibu Balita untuk mendatangi Posyandu secara rutin, dan jika ada ibu Balita yang tidak dapat datang ke Posyandu kader dapat mendatangi ibu tersebut dan memberikan pengertian agar bersedia menghadiri Posyandu. 4. Penelitian lebih lanjut Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti faktor-faktor pertumbuhan Balita secara lengkap dengan menyertakan faktor lain seperti pemeliharaan kesehatan, program pemberian makanan tambahan, pola asuh keluarga, dan jumlah anak dalam keluarga.
http://lib.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2002). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia pustaka utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya. Azwar, S. (2010). Sikap manusia : Teori dan pengukurannya. Jogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010 ________ Jawa Tengah. (2008). Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008 Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro Press. Hastuti D. 2006. Analisis Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada Pembentukkan Anak Sehat, Cerdas, dan Berkarakter [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Kemenkes RI, (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan : teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan :Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Rahmaulina N. 2007. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Tumbuh Kembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2,5-5 Tahun [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Riyadi dan Sukarmin, (2009), Asuhan Keperawatan Anak Edisi Pertama. Jakarta : Graha Ilmu Soegiyanto, B. & Wiyono, D. (2007). Penilaian status gizi dan baku antropometri WHO-NCHS. Surabaya : Duta Prima Airlangga.
http://lib.unimus.ac.id
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Durjen Dikti Pepdiknas Soetjiningsih (2002). Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Supariasa, I.D.N. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Walgito, B. (2002). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta : Andi offset. Wong. D.L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
http://lib.unimus.ac.id
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN PERTUMBUHAN BALITA DI DESA SAMBENG KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA BIODATA RESPODNEN 1. Nomor Responden : ……………………….(diisi oleh peeneliti) 2. Umur anak : 3. Jenis kelamin anak : 4. Umur Ibu : 5. Pendidikan ibu : 6. Pekerjaan ibu :
PENGETAHUAN No
Pernyataan
Benar
1
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah dan ukuran tubuh
2
Pertumbuhan Balita selain berkaitan dengan berat badan juga berhubungan dengan tinggi badan
3
Anak dari lahir sampai dengan usia 4-5 tahun merupakan usia pertumbuhan yang tercepat
4
Ciri-ciri pertumbuhan meliputi perubahan ukuran tubuh, hilangnya ciri-ciri lama dan munculnya ciri-ciri baru
5
Pertumbuhan juga ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu
6
Pertumbuhan ditunjukkan melalui kematangan emosional anak
7
Anak yang sehat mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
8
Pertumbuhan anak dibagi menjadi dua yaitu bertambah besar dan tinggi dan pertambahan jaringan
9
Pertumbuhan Balita akan sangat terkait dengan asupan
http://lib.unimus.ac.id
Salah
makanan yang diterima 10
Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
11
Makanan yang bergizi yaitu makanan yang mahal harganya
12
Pemberian makanan tambahan pada bayi setelah usia lebih dari 6 bulan.
13
Anak dapat tumbuh dengan pesat jika diberikan makanan dalam jumlah yang banyak
14
Anak pertumbuhannya menjadi baik jika selalu diberikan susu formula
15
Pemantauan pertumbuhan Balita dapat dilakukan melalui KMS
16
Pemantauan menurut KMS jika berada di bawah garis merah pertumbuhan anak masih aman
17
Berdasarkan KMS Balita dinyatakan tidak naik berat badannya bila garis KMS mendatar
18
Berat badan Balita selama 3 bulan berturut-turut tidak naik maka balita dinyatakan mengalami gangguan pertumbuhan
SIKAP No
Pernyataan
SS
1
Saya memperhatikan pertumbuhan balitanya
2
Saya tidak perlu memantau anak saya karena anak akan tumbuh sendiri sesuai dengan pertambahan umurnya
3
Orang tua sebaiknya memberikan asupan makanan yang baik pada anak agar pertumbuhannya maksimal
4
Orang tua perlu memantau pertumbuhan anak melalui
http://lib.unimus.ac.id
S
TS
STS
Posyandu 5
Orang tua hanya perlu menambahkan susu formula saja agar pertumbuhan anak menjadi maksimal
6
Orang tua perlu menimbangkan anaknya setiap bulan di Posyandu
7
Balita yang sehat adalah balita yang naik timbangannya setiap bulan
8
Orang tua hendaknya memberikan makanan yang bergizi agar anak dapat tumbuh maksimal
9
Orang tua hendaknya tidak memperbolehkan anak balitanya bermain di luar rumah karena dapat mengakibatkan cedera
10
Orang tua hendaknya memperhatikan kebersihan tubuh anak agar terhindar dari berbagai penyakit
11
Orang tua sebaiknya mengasuh anaknya sendiri tanpa bantuan pengasuh
12
Orang tua sebaiknya memberikan makanan yang mahal kepada anaknya
13
Orang tua menyiapkan tempat khusus bagi anaknya untuk bermain
14
Orang tua sebaiknya melarang anaknya untuk bermain di luar rumah
15
Orang tua melarang anaknya untuk makan makanan jajanan
PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU No
Pernyataan
Ya
1
Ibu membawa balitanya ke Posyandu setiap 1 bulan sekali
2
Ibu memanfaatkan Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak
http://lib.unimus.ac.id
Tidak
3
Ibu memanfaatkan Posyandu untuk menimbangkan anak balitanya
4
Ibu mengukurkan pertumbuhan lingkar kepala anak balita di posyandu
5
Ibu mengukurkan tinggi badan anak balita di posyandu
6
Ibu memberikan vitamin A pada anaknya sesuai jadwal yang ditetapkan Posyandu
7
Ibu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang ada di Posyandu tentang pertumbuhan anak balitanya
8
Ibu memberikan makanan tambahan yang diberikan petugas posyandu kepada anak balitanya
9
Ibu menerima saran yang diberikan oleh petugas posyandu terkait dengan anak
PERTUMBUHAN 1. Pengukuran berdasarkan garis pertumbuhan KMS ……………………………………………………….
http://lib.unimus.ac.id
Frequencies Statistics Jenis kelamin N
Valid
Pendidikan
Pekerjaan
Pertumbuhan
96
96
96
96
0
0
0
0
Missing
Frequency Table Jenis kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
53
55.2
55.2
55.2
Perempuan
43
44.8
44.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
Pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SD
74
77.1
77.1
77.1
SMP
16
16.7
16.7
93.8
SMA
6
6.2
6.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
Pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Petani
22
22.9
22.9
22.9
Tidak bekerja
67
69.8
69.8
92.7
7
7.3
7.3
100.0
Pedagang
http://lib.unimus.ac.id
Pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Petani
22
22.9
22.9
22.9
Tidak bekerja
67
69.8
69.8
92.7
7
7.3
7.3
100.0
96
100.0
100.0
Pedagang Total
Pertumbuhan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Kurang
14
14.6
14.6
14.6
Normal
82
85.4
85.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
Frequencies Statistics Pengetahuan N
Valid
Sikap
Perilaku
Umur anak
Umur ibu
96
96
96
96
96
0
0
0
0
0
Mean
11.2396
49.0729
13.3750
2.5177
27.4479
Median
10.0000
50.0000
14.0000
2.5500
27.0000
16.00
59.00
18.00
1.00
27.00
4.88337
8.32023
3.37249
1.19490
4.79884
23.847
69.226
11.374
1.428
23.029
14.00
27.00
9.00
3.70
17.00
Minimum
3.00
32.00
9.00
1.00
20.00
Maximum
17.00
59.00
18.00
4.70
37.00
1079.00
4711.00
1284.00
241.70
2635.00
Missing
Mode Std. Deviation Variance Range
Sum
http://lib.unimus.ac.id
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pengetahuan N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Sikap
Perilaku
96
96
96
Mean
11.2396
49.0729
13.3750
Std. Deviation
4.88337
8.32023
3.37249
Absolute
.252
.129
.196
Positive
.163
.116
.196
Negative
-.252
-.129
-.154
2.468
1.268
1.917
.000
.080
.001
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
http://lib.unimus.ac.id
Frequency Table Kategori pengetahuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Kurang
50
52.1
52.1
52.1
Cukup
3
3.1
3.1
55.2
Baik
43
44.8
44.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
Kategori sikap Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak mendukung
48
50.0
50.0
50.0
Mendukung
48
50.0
50.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Kategori Perilaku Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
http://lib.unimus.ac.id
Percent
Valid
Negatif
44
45.8
45.8
45.8
Positif
52
54.2
54.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Kategori pengetahuan *
Percent 96
Pertumbuhan
Missing
100.0%
N
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
96
100.0%
Kategori pengetahuan * Pertumbuhan Crosstabulation Pertumbuhan Kurang Kategori pengetahuan
Kurang
14
36
50
Expected Count
7.3
42.7
50.0
28.0%
72.0%
100.0%
Count
0
3
3
Expected Count
.4
2.6
3.0
.0%
100.0%
100.0%
0
43
43
6.3
36.7
43.0
.0%
100.0%
100.0%
14
82
96
% within Kategori pengetahuan Baik
Count Expected Count % within Kategori pengetahuan
Total
Total
Count % within Kategori pengetahuan
Cukup
Normal
Count
http://lib.unimus.ac.id
Expected Count % within Kategori pengetahuan
14.0
82.0
96.0
14.6%
85.4%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.001
Likelihood Ratio
20.464
2
.000
Linear-by-Linear Association
14.470
1
.000
Pearson Chi-Square
15.079
N of Valid Cases
96
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Kategori pengetahuan *
Percent 96
Pertumbuhan
Missing
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 96
100.0%
Kategori pengetahuan * Pertumbuhan Crosstabulation Pertumbuhan Kurang Kategori pengetahuan
Kurang dan cukup
14
39
53
Expected Count
7.7
45.3
53.0
26.4%
73.6%
100.0%
0
43
43
6.3
36.7
43.0
.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within Kategori pengetahuan
Total
Total
Count % within Kategori pengetahuan
Baik
Normal
Count Expected Count
http://lib.unimus.ac.id
14
82
96
14.0
82.0
96.0
Kategori pengetahuan * Pertumbuhan Crosstabulation Pertumbuhan Kurang Kategori pengetahuan
Kurang dan cukup
14
39
53
Expected Count
7.7
45.3
53.0
26.4%
73.6%
100.0%
0
43
43
6.3
36.7
43.0
.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within Kategori pengetahuan
Total
Total
Count % within Kategori pengetahuan
Baik
Normal
Count
14
82
96
14.0
82.0
96.0
14.6%
85.4%
100.0%
Expected Count % within Kategori pengetahuan
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
11.262
1
.001
18.560
1
.000
13.298 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
13.159
b
1
.000
.000
96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.27. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Kategori sikap * Pertumbuhan
Missing Percent
96
100.0%
http://lib.unimus.ac.id
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 96
100.0%
Kategori sikap * Pertumbuhan Crosstabulation Pertumbuhan Kurang Kategori sikap
Tidak mendukung
14
34
48
Expected Count
7.0
41.0
48.0
29.2%
70.8%
100.0%
0
48
48
7.0
41.0
48.0
.0%
100.0%
100.0%
14
82
96
14.0
82.0
96.0
14.6%
85.4%
100.0%
Count Expected Count % within Kategori sikap
Total
Total
Count
% within Kategori sikap Mendukung
Normal
Count Expected Count % within Kategori sikap
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
14.132
1
.000
21.810
1
.000
16.390 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
16.220
b
1
.000
.000
96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
http://lib.unimus.ac.id
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Kategori Perilaku *
Percent 96
Pertumbuhan
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 96
100.0%
Kategori Perilaku * Pertumbuhan Crosstabulation Pertumbuhan Kurang Kategori Perilaku
Negatif
13
31
44
Expected Count
6.4
37.6
44.0
29.5%
70.5%
100.0%
1
51
52
7.6
44.4
52.0
1.9%
98.1%
100.0%
14
82
96
Count Expected Count % within Kategori Perilaku
Total
Total
Count % within Kategori Perilaku
Positif
Normal
Count Expected Count % within Kategori Perilaku
14.0
82.0
96.0
14.6%
85.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
12.465
1
.000
16.463
1
.000
14.598 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
14.446
b
1
.000
96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.42. b. Computed only for a 2x2 table
http://lib.unimus.ac.id
.000
Nonparametric Correlations Correlations Pengetahuan Spearman's
.
.005
.258
.002
96
96
96
96
**
1.000
.235
.005
.
.021
.000
96
96
96
96
Correlation Coefficient
.117
.235
*
1.000
.259
Sig. (2-tailed)
.258
.021
.
.011
96
96
96
96
*
1.000
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Perilaku
Pertumbuhan
.117
1.000
Sig. (2-tailed)
Sikap
Perilaku **
Pengetahuan Correlation Coefficient
rho
Sikap
N Pertumbuhan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
http://lib.unimus.ac.id
.282
.319
**
.282
.610
**
.259
*
.319
.610
**
**
*
.002
.000
.011
.
96
96
96
96
http://lib.unimus.ac.id
http://lib.unimus.ac.id