e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL PERAWAN REMAJA DALAM CENGKERAMAN MILITER KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER : PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Ni Wayan Widya Kumalayanti1, Gede Artawan2, Ida Bagus Sutresna3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan konflik sosial yang terdapat dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer, dan (2) untuk mengetahui relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Subjek penelitian ini adalah novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer dan objek penelitian ini adalah konflik sosial yang terdapat dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer yang dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra. Data penelitian ini berupa konflik sosial dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra. Pengumpulan data penelitian ini berupa studi pustaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah: (1) penentuan subjek dan objek penelitian, (2) langkah kerja penelitian (pengumpulan data, pengolahan data, instrumen penelitian, penyajian hasil analisis data), dan (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) konflik sosial yang terdapat dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkereman Militer dibangun oleh dua konflik yaitu konflik antara masyarakat pulau Jawa dengan Pemerintah Jepang yang menghasilkan muatan konflik sosial politik dan konflik sosial ekonomi, dan antara orang Jawa dengan suku Alfuru yang menghasilkan muatan konflik tatanan sosial, dan (2) novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer memenuhi lima kriteria sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra. Kata Kunci: Konflik Sosial, Sosiologi Sastra, Pembelajaran, Bahan Ajar Abstract This descriptive research is aimed to (1) describe the social conflict in Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer novel by Pramoedya Ananta Toer, and (2) know its relevance as a literature learning material in senior high school. The subject of this research is novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer and the object of this research is a social conflict in Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer, which is analyzed by the approach of literature sociology and its relevance as a literature learning material. The data of this research is social conflict and its relevance as a literature learning material. The data collection of this research is a literature study. This research uses descriptive qualitative research consists of some methods: (1) determination of subject and object of the research, (2) methods of the research (data collection, data processing, instrument of research, and presentation of data analysis result, and (3) conclusion. The result of this research showed that (1) the social conflict which is contain in the novel entitle Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer was built by two conflicts, that are conflict between Javanese people and Japanese government which made social politic conflict and social economic conflict, and conflict between Javanese people and Alfuru ethnic people which is given social arrangement conflict, and (2) the novel entitle Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer has five criteria as a letter teaching and learning resources in the grade XII senior high school based on the criteria in choosing the letter learning resources. Keywords: Social Conflict, Sociology of Literature, Learning, Learning Materials.
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 PENDAHULUAN Karya sastra merupakan susunan pengalaman. Dalam hal ini berarti karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman hidup pengarangnya. Sumardjo dan Saini (1997:3) berpendapat bahwa karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Hal-hal tersebutlah yang diolah pengarang dengan menggunakan kemahirannya dalam berkreasi dengan menggunakan bahasa. Kemahiran dalam mengungkapkan pengalaman pribadi inilah yang membedakan pengarang dengan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu, dengan membaca sebuah karya sastra kita akan berhadapan pada bentuk pengalaman atau pemikiran baru yang ditawarkan oleh pengarang. Pengarang memiliki karakteristik yang unik dalam memandang persoalanpersoalan hidup dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Melalui karya sastra, pengarang mengungkapkan problem yang terjadi di masyarakat dan pengarang sendiri berada didalamnya. Perbedaan cara memandang persoalan kehidupan tersebut dengan pandangan masyarakat di sekitarnya, merupakan sebuah karakteristik umum yang menghinggapi seorang pengarang karya sastra. Segala perbedaan antara pengarang dengan masyarakat pada umumnya itu menyebabkan terciptanya produk kreatif bernama karya sastra. Di dalam penciptaan sebuah karya sastra, sastra dan masyarakat memang tidak dapat dipisahkan lagi. Hubungan antara sastra dengan masyarakat bisa dibagi menjadi tiga poin. Pertama adalah sosiologi pengarang. Termasuk di sini adalah latar belakang pengarang, status sosial pengarang, dan ideologi pengarang. Kedua adalah isi karya sastra tersebut, terutama yang berkaitan dengan hal-hal sosial. Ketiga adalah dampak karya sastra tersebut terhadap
pembaca dan masyarakat secara umum. Dengan demikian, kehidupan masyarakat maupun pengarang dengan berbagai aspek dan polemik yang terjadi saat ini tidak menutup kemungkinan untuk dituangkan kedalam karya-karya sastra. Sehingga, sastra dapat menjadi cerminan masyarakat itu sendiri(Rokhmansyah, 2014:146). Disamping karya sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat, Sumardjo dan Saini (1997:17) menyatakan bahwa karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sastra imajinatif dan non imajinatif. Sastra imajinatif terdiri dari puisi, prosa, dan drama. Sedangkan sastra non imajinatif terdiri dari esai, kritik, biografi, catatan, dan surat-surat. Dalam penelitian ini, penulis tidak akan membeberkan kedua jenis sastra tersebut. Akan tetapi lebih mengacu pada salah satu cabang dari sastra imajinatif yaitu prosa yang mengarah pada bentuk novel. Novel juga dapat dikatakan sebagai pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat merefleksikan kenyataan di sekitar kehidupan manusia dengan ruang lingkup yang lebih luas. Menurut Damono (2003:10) novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Ciri khas yang terdapat dalam kebanyakan novel adalah pengarang mempunyai nilai untuk menyampaikan nilai-nilai hidup yang sangat berguna bagi pembaca. Berpijak dari pendapat tersebut, maka kajian tentang karya sastra seakan mengalami perluasan yang tidak hanya mencakup tentang unsurunsur intrinsiknya saja, melainkan pada unsur-unsur ekstrinsiknya yaitu mengacu pada sebuah kajian sosiologi sastra. Alasannya adalah kajian sosiologi sastralah yang menempatkan karya sastra sebagai refleksi dari sebuah realita sosial. Melalui ilmu sosiologi sastra diharapkan mampu memberikan petunjuk untuk memahami permasalahan sosial yang terdapat dalam
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 karya sastra tersebut. Sikana (1986:107) menyatakan bahwa pendekatan sosiologi ini melihat konfrontasi dan pertikaian yang berlaku dalam masyarakat sebagai sumber inspirasi penulis. Penulis bertugas mencerminkan atau menggambarkan tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, walaupun sastra bersifat fiksi, isi dari karya sastra selalu dipengaruhi oleh kejadian sosial yang melatarbelakangi penciptaanya. Seorang pengarang novel disadari atau tidak, tentu banyak memasukkan pengalaman orang lain ke dalam karya sastra yang dihasilkannya. Sebab, pengarang adalah anggota masyarakat yang tidak mungkin lepas dari hiruk pikuk yang terjadi disekitarnya. Hal ini akan berpengarauh terhadap karya sastra yang akan ditulisnya. Dengan kata lain, karya sastra kemudian dibesarkan oleh konflik yang terjadi di masyarakat. Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren, 1989:285). Dua kelas ini satu sama lain tidak bisa saling menyesuaikan kehendak, usaha, dan maksud-maksudnya. Suatu karya sastra seperti novel jika tidak terdapat konflik, maka alur ceritanya akan terasa datar dan tidak indah. Untuk itu pengarang biasanya selalu memunculkan beragam konflik dalam sebuah cerita, sehingga cerita tersebut akan terasa bermakna bagi siapa pun yang membacanya. Dengan kata lain, dalam sebuah novel pada umumnya yang paling diminati dan yang ditunggu-tunggu oleh penikmat atau pembaca adalah konfliknya. Hal ini dikarenakan konflik memberikan gambaran tentang isi cerita, memberikan gambaran tentang bagus dan tidaknya suatu karya, dan juga memberikan gambaran secara jelas sifat-sifat para tokohnya. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui segi struktur baik aksi maupun kejadian akan sangat menentukan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan.
Dalam karya sastra, ada berbagai konflik yang dituangkan pengarang. Misalnya konflik politik, konflik sosial, dan konflik batin. Fokus pada penelitian ini adalah konflik sosial yang terdapat dalam sebuah novel. Konflik sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya (Sayuti,2000:139). Latar belakang terjadinya konflik adalah adanya perbedaan dan persamaan yang sulit ditemukan, baik itu tentang kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat.Pemilihan konflik sosial dalam penelitian ini didasarkan oleh eratnya kaitan konflik sosial dalam novel dengan kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, konflik sosial merupakan hal yang selalu ada dalam aspek interaksi manusia dengan struktur sosialnya,sehingga konflik sosial yang ditampilkan dalam novel secara tidak langsung merupakan gambaran kehidupan sosial masyarakat. Banyak pengarang yang menciptakan karya sastra khususnya novel dengan berbagai konflik didalamnya. Salah satunya adalah Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya dikenal sebagai salah satu sastrawan dengan karya-karyanya yang fenomenal, sehingga ia dikenal sebagai sastrawan yang sangat produktif. Pemredelan atas karya-karyanya yang dilakukan opada zaman orde baru dalam sejarah kepenulisan Pramoedya, lebih dari 50 karya telah dihasilkan dan diterjemahkan dalam lebih dari 42 bahasa asing. Akan tetapi, di balik kesuksesannya itu banyak juga karya-karyanya yang dilarang terbit, bahkan dilenyapkan selama zaman orde baru. Sudah banyak karya sastra yang diciptakan oleh Pramoedya. Misalnya Bumi Manusia, Gadis Pantai, Panggil Aku Kartini Saja, Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer, Anak Semua Bangsa,Rumah Kaca, Nyanyi Suci Seorang Bisu, dan penolakan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 Pramoedya Ananta Toer sebagai penerima penghargaan Mag Saysay Award yang dimotori oleh Taufiq Ismail beserta rekan sastrawan lainnya. Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer merupakan karya dari Pramoedya yang mengandung banyak nilai dan mengangkat fenomena sosial dalam masyarakat. Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan novel yang ditulis berdasarkan keterangan teman-teman sepembuangan Pramoedya di Pulau Buru, serta hasil pelacakan mereka terhadap para budak seks yang ditinggalkan begitu saja di Pulau Buru setelah Jepang menyerah pada tahun 1945. Novel ini menjadi menarik dianalisis karena terdapat konflik sosial yang terjadi di masyarakat didalamnya. Konflik sosial pada novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena novel ini banyak memberikan gambaran kondisi ketimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji novel Perawan Remaja dalam Cengkerama Militer karya Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan terkait dengan konflik sosial adalah penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2014). Hasil dari penelitian tersebut adalah ada beberapa wujud konflik sosial yang terdapat dalam novel Sirah karya A.Y.Suharyono yaitu bersitegang, pertengkaran mulut, dan penggrebekan. Penelitian sejenis lainnya tentang novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer juga pernah dilakukan oleh Yulia (2012) dan Setiyono (2013). Hasil dari penelitian Yulia adalah ada kaitan antara novel Panggil Aku Kartini Saja dengan Novel Perempuan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dari segi unsur intrinsiknya, dan hasil penelitian Setiyono menunjukkan bahwa citra perempuan dalam novel karya Pramoedya ini identik dengan cantik, lemah, sabar, sensitive, setia, dan lemah lembut. Dari
ketiga penelitian sejenis tersebut, keunggulan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada jenis konflik sosial yang terdapat dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya. Dibandingkan dengan ketiga penelitian sejenis tersebut, penelitian ini juga menganlisis relevansi novel karya Pramoedya ini sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang dugunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriftif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Objek pneleitian ini adalah konflik sosial yang terdapat dalam Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Milliter yang dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi peneliti gunakan untuk menganalisis konflik sosial yang terdapat dalam Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Milter karya Pramoedya Ananta Toer dan juga untuk menganalisis relevansi Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer sebagai bahan pembelajaran sastra. Teknik analisis data yang digunakan dala penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan prosedur yang terdiri atas, pertama reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua, penyajian data yang dilakukan dengan menghubungkan data yang diperoleh dengan teori-teori yang relevan, yang nantinya dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan table rekapitulasi data agar
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 memudahkan dalam menyajikan data yang diperoleh. Ketiga, penarikan simpulan yaitu simpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh adanya data yang valid, maka pembuatan simpulan adalah jawaban dari permasalahan yang sesuai dengan keadaan dan apa adanya. Hasil kegiatan itu berupa simpulan sementara. Oleh sebab itu, sebelum menyusun laporan penelitian, dilakukan pengecekan kembali keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil analisis dan simpulan yang meyakinkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mencakup (1) konflik sosial yang terdapat dalam Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dibangun oleh dua konflik utama yaitu konflik antara masyarakat pulau jawa dengan Pemerintah Jepang yang menghasilkan muatan konflik sosial politik dan konflik sosial ekonomi, dan antara masyarakat Pulau Jawa (Sarony,dkk) dengan kepala adat suku Alfuru yang menghasilkan muatan konflik tatanan sosial, (2) novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer memenuhi lima kriteria sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra. Berdasarkan hasil analisis konflik sosial di dalam Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer, dapat diketahui bahwa berdasarkan kajian sosiologi sastra, maka novel ini mencerminkan kondisi zaman pada angkatan 45. Alasannya adalah novel ini dikarang oleh Pramoedya dengan mendobrak atau melanggar aturan-aturan sastra yang telah dibuat pada zaman-zaman sebelumnya. Konflik sosial dalam novel ini dibangun oleh dua konflik utama yang menjadi pusat terjadinya konflik sosial lainnya di dalam masyarakat. Konflik yang terjadi itu melibatkan masyarakat pulau Jawa dengan Pemerintahan Jepang serta antara orang jawa (Sarony, dkk) dengan kepala adat suku Alfuru.
Konflik sosial yang terjadi antara masyarakat pulau Jawa dengan Pemerintah Jepang disebabkan oleh adanya permainan politik dari Pemerintah Jepang untuk mencapai dua tujuan, yaitu menguasai hasil panen masyarakat Pulau Jawa dan mendapatkan para remaja perempuan Indonesia sebagai budak seks mereka. Dari konflik ini timbullah konflik sosial politik dan juga konflik sosial ekonomi yang dialami oleh masyarakat Pulau Jawa serta mereka para perempuan buangan yang telah menetap di Pulau Buru. Untuk konflik yang terjadi antara orang Jawa (Sarony,dkk) dengan masyarakat asli suku Alfuru itu disebabkan oleh adanya adat gunung yang sangat ketat yang melingkupi seluruh masyarakat Pulau Buru. Hal ini menimbulkan konflik sosial tatanan masyarakat yang sangat sering terjadi di pulau tersebut. Dari hasil analisis terhadap ketiga jenis konflik tersebut, diperoleh beberapa data. Data tersebut berjumlah 17 ( tujuh belas ) data dengan rincian 3 (tiga ) data konflik sosial politik, 7 (tujuh ) data konflik sosial ekonomi, dan 7 (tujuh) data konflik sosial tatanan masyarakat. Dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer ini, konflik sosial politik tersebut terjadi pada masa penjajahan Jepang. Pada zaman itu terjadi propaganda dari pemerintah Jepang. Propaganda tersebut tidak hanya harus diteruskan oleh bupati kepada masyarakat, melainkan mereka juga harus menyerahkan anak mereka agar jabatan mereka tetap menjadi seorang bupati. Unsur politik dalam hal ini tentu saja menimbulkan konflik sosial dalam masyarakat. Alasannya adalah demi mempertahankan jabatan, bupati pada masa itu rela menjadi contoh untuk memberikan anak perempuan mereka kepada serdadu Jepang untuk dijadikan sebagai pelayan mereka. Selain itu, konflik sosial yang berkaitan dengan politik juga terjadi karena adanya unsur ancaman didalamnya. Ancaman tersebut tentunya akan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 menjadikan masyarakat terpaksa melakukan keingininan politik Jepang untuk mengirim para remaja perempuan ke Tokyo. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa novel tersebut menceritakan konflik sosial politik yang berupa ancaman yang mengakibatkan adanya keterpaksaan dari masyarakat. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa konflik sosial politik merupakan konflik sosial yang berhubungan dengan masalah-masalah politik yang menjadi permasalahan dalam masyarakat. dapat dikatakan juga bahwa konflik sosial politik terjadi karena adanya unsur-unsur politik yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, konflik sosial ekonomi yang diceritakan dalam novel tersebut adalah tentang kesulitan masyarakat dalam mencari makanan. Kesulitan mendapatkan makanan dialami masyarakat Pulau Jawa termasuk perempuan Indonesia yang menjadi korban politik serdadu Jepang. Masyarakat pulau Jawa harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, berjalan berjam-jam, dan menerjang berbagai bahaya hanya untuk mendapatkan makanan untuk keluarga. Tidak hanya itu, perempuan Indonesia yang telah diangkut ke kapal juga tidak mendapatkan makanan yang layak dari pemerintah Jepang. Mereka hanya mendapatkan makanan seadanya dari dapur kapal. Tidak hanya itu, kondisi ekonomi yang dialami oleh masyarakat Pulau Jawa dan perempuan Indonesia juga dirasakan oleh perempuan Indonesia yang telah hidup di kedalaman Pulau Buru. Mereka mengalami kesulitan ekonomi yang sangat menyedihkan. Perempuan Indonesia harus menempuh perjalanan yang sangat panjang hanya untuk mendapatkan garam dan membeli kain panjang. Diceritakan bahwa mereka harus mendaki bukit, menuruni lembah, berpuluh-puluh kilometer, berjamjam menerjang jalan air, hanya sekadar mendapatkan garam. Kondisi ini sudah mereka alami sejak Jepang mengalami
kekalahan. Mereka harus tetap melakukan hal itu untuk bertahan hidup. Dari data hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa konflik sosial ekonomi adalah konflik sosial yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi masyarakat, khususnya tentang permasalahan makanan dan sulitnya berkomunikasi yang dialami oleh masyarakat. Di sisi lain, dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer yang paling kentara dalam mengalami konflik sosial tatanan masyarakat ini adalah perempuan Indonesia yang tinggal di pulau tersebut. Berkaitan dengan aturan adat, konflik sosial yang dialami oleh perempuan Indonesia ini adalah kurang bebasnya mereka dalam melakukan komunikasi dengan orang-orang disekitar mereka. Hal tersebut dikarenakan mereka dijaga atau dikawal oleh suami mereka dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan di luar rumah. Suami mereka bersenjatakan lengkap dengan tombak dan parang di pinggang. Adanya hal tersebut mengakibatkan mereka tidak berani berbuat apa-apa. Bahkan, untuk berbicara dengan para pria dari jawa yang menelusuri keberadaan mereka di pulau Buru, mereka tidak berani mengungkapkan apa-apa. Keluh kesah mereka tidak dapat diungkapkan dengan para pria tersebut. Mereka takut terjadi masalah yang merugikan dirinya, keturunannya, dan juga para pria dari jawa tersebut. Selain tentang aturan adat, konflik sosial juga bIsa dialami dengan alasan kebiasaan. Kebiasaan merahasiakan sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Buru juga menjadi alasan terjadinya konflik sosial yang berkaitan dengan tatanan masyarakat. Tidak hanya merahasikan tentang identitas diri perempuan atau istri dari pria asli Pulau Buru tersebut, masyarakat juga sering merahasiakan tentang sumber daya alam yang menjadi penghasilan mereka. Seperti tentang pohon kumut yang menjadi sumber daya terbesar dari daerah mereka. Saat pria dari Jawa
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 menanyakan hal tersebut, maka tidak ada jawaban yang mereka berikan. Mereka merahasiakan hal tersebut demi keamanan sumber daya mereka. Konflik sosial tatananan masyarakat juga bisa terjadi karena adanya adat yang ketat mengelilingi perempuan Indonesia tersebut. Akibat menikah dengan pria asli Pulau Buru setelah mereka ditelantarkan oleh Jepang, perempuan Indonesia tersebut mengalami konflik sosial karena adat gunung melarangnya melakukan berbagai kegiatan yang dianggap melawan adat. Sampai akhirnya ia menjadi seorang janda, perjuangan mempertahankan adat tetap dilakukan perempuan Indonesia tersebut demi keturunannya. Aturan adat yang melarang mereka berbicara dengan orang asing juga membuat mereka tertekan saat melakukan sumpah adat tersebut. Mereka disumpah untuk tidak melakukan hal tersebut karena masyarakat takut kehilangan perempuan yang telah menjadi bagian dari masyarakat pulau tersebut. Kehilangan satu perempuan Indonesia, berarti kehilangan seluruh wanita di daerah tersebut. Hal tersebut membuat semua perempuan disumpah oleh adat setempat. Jika aturan tersebut dilanggar, adat tidak akan segan-segan melakukan tugasnya, siksaan akan terus diterima oleh perempuan Indonesia yang berada di tempat tersebut ketika mereka melanggar adat. Baik melanggar dalam kategori sedikit ataupun banyak mereka akan tetap mendapat hukumannya. Hukuman adat tersebut yang akan menimbulkan konflik sosial pada individu tokoh yang diceritakan. Tidak hanya tentang adat dan kebiasaan, keyakinan juga bisa menjadi penyebab terjadinya konflik sosial. Kepercayaan akan kekuatan leluhur dan benda-benda pusaka mengakibatkan adanya suatu kondisi yang menekan masyakat setempat. Kesalahan memaknai hal tersebut akan menimbulkan permasalahan di dalam masyarakat. Seperti misalnya kesalahpahaman antara pria yang berasal dari Jawa yaitu Sarony dan kawan-
kawannya dengan kepala adat setempat. Akibat kesalahpahaman tersebut, muncullah konflik sosial berupa adanya perdebatan antara beberapa orang terkait dengan adat di wilayah tersebut. Perdebatan tersebut berakhir ketika masyarakat setempat mulai memahami permasalahan yang sebenarnya dan menyelesaikannya dengan cara bermusyawarah. Akhir dari konflik sosial yang berkaitan dengan tatanan masyarakat ini adalah tentang akhir perjalanan dari Sarony dan kawan-kawannya untuk menemukan perempuan Indonesia yang mereka cari di kedalaman Pulau Buru. Dari akhir pencarian tersebut dapat diketahui bahwa adat Pulau Buru sangatlah menghantui para perempuan Indonesia. Keinginan untuk bicara dengan orang asing tertahan bahkan sampai mereka meninggal. Dengan adanya hal tersebut, dapat dikatakan bahwa konflik sosial sosial yang menyelimuti individu semua perempuan Indonesia yang tinggal di Pulau Buru akan hilang ketika mereka sudah meninggal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa secara garis besar, konflik sosial yang berkaitan dengan tatanan masyarakat lebih mengarah pada aturan adat, kebiasaan, kepercayaan, dan keyakinan dari masyarakat kedalaman Pulau Buru. Penelitian tentang konflik sosial sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Seperti misalnya Setyawati (2014). Penelitian Setyawati ini menunjukkan wujud dari konflik sosial dalam sebuah novel. Dibandingkan dengan penelitian Setyawati, penelitian ini lebih mengarah pada muatan konflik sosial yang terdapat dalam sebuah novel. Dengan demikian, ada perbedaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian dari Setyawati. Temuan kedua berkaitan dengan relevansi Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer sebagai bahan pembelajaran sastra. Penyusunan materi pelajaran Bahasa Indonesia di SMA disesuaikan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 dengan kurikulum. Kurikulum adalah ramburambu yang menjadi pedoman guru untuk menentukan pokok-pokok yang akan diajarkan kepada siswa. Dalam kurikulum ini menyertakan membaca dan mengapresiasi karya sastra sebagai kegiatan yang harus dilakukan siswa.Pemerintah pusat memberi rambu-rambu untuk menyusun materi pelajaran, sedangkan guru menentukan silabus disesuaikan dengan tujuan dan karakter sekolah masing-masing. Pembelajaran sastra yakni novel sebagai genre serta mempunyai fungsi yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang. Dalam pembelajaran sastra terdapat materi tentang novel yaitu pada Kompetensi Dasar (KD) : Menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan di kelas XII semester genap. Pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra yang meluputi teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, sastra perbandingan, dan apresiasi sastra. Dari kelima aspek ini, aspek apresiasi yang paling sulit diajarkan. Itu sebabnya apresiasi sastra menekankan pembelajaran sastra pada aspek afektif yang berhubungan dengan rasa, nurani, nilai-nilai, dan seterusnya. Berkaitan dengan hal tersebut, bentuk apresiasi sastra itu sendiri siswa dapat bertemu langsung dengan karya sastra. Siswa melakukan aktivitas membaca, menikmati, menghayati, memahami, merespon, dan menganalisis karya sastra. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan sebuah karya sastra yang berkualitas dalam proses pembelajaran. Relevansi novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer sebagai bahan ajar pembelajaran sastra sesuai dengan hasil analisis kriteria pemilihan bahan ajar sastra menurut Rahmanto (1988), maka novel ini memenuhi lima kriteria, yaitu kriteria tujuan instruksional, materi pelajaran supaya terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, materi pelajaran mengandung segisegi etik, dan materi pelajaran bersumber
dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. Pertama adalah kriteria tujuan instruksional. Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau mencapai tujuantujuan tingkah laku yang dapat terlihat di masyarakat.Oleh karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Dengan menganalisis Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer, siswa dapat mengetahui kehidupan masyarakat Pulau Buru dari cerita yang digambarkan pengarang.Siswa dapat memahami perbedaan kehidupan, kebudayaan, serta adat dari Pulau Buru serta dapat membandingkannya dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Di samping itu, siswa juga bisa mengetahui bagaimana nasib para wanita Indonesia pada zaman itu, sehingga siswa lebih bisa lebih memahami cara menghargai dirinya dan orang lain pada kehidupan zaman sekarang ini. Perilaku yang dapat dicontoh adalah perilaku para pria yang berasal dari Jawa tersebut yaitu Sarony dan kawankawannya. Pria-pria yang bisa menghargai adat, kebudayaan, dan kepercayaan masyarakat dimanapun mereka berada. Hal itu dapat menjadi contoh siswa dalam berprilaku. Kedua adalah materi pelajaran supaya terjabar. Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap isinya telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran. Dalam silabus tentunya terdapat beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa. Salah satunya adalah KD menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, guru memberikan sebuah novel yaitu novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer untuk dianalisis salah satu unsurnya. Setelah membaca novel tersebut, tentunya siswa
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 akan mendapat pelajaran yang nantinya dapat mengubah perilaku siswa. Novel Perawan Remaja dalam Cengkereman Militer ini memiliki banyak pembelajaran untuk siswa. Salah satunya adalah menghargai adat istiadat dimana kita tinggal. Tinggal melanggar aturan dan menghormati budaya orang yang baru kita kenal maupun yang dusah kita kenal. Hal tersebut tentunya akan diperoleh siswa setelah membaca novel tersebut serta setelah menganalisisnya. Ketiga adalah relevan dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan pokok siswa adalah mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Potensi siswa juga dapat dikembangkan dengan mengarahkan siswa untuk mengetahui sejarah bangsa dan juga terkait dengan sikap-sikap keteladan. Dalam hal ini tentunya ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu sikap, nilai, dan keterampilan. Setelah menganalisis novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya pramoedya ananta toer, siswa mendapat mengajaran sesuai dengan kebutuhannya. Dalam novel ini terdapat pelajaran terkait dengan sejarah bangsa, karena novel ini merupakan sebuah karya sastra yang menceritakan tentang kehidpan masyarakat pada zaman penjajahan Jepang. Selain itu, novel tersebut terdapat beberapa tokoh wanita buangan pada masa penjajahan Jepang yang dapat ditiru atau dijadikan teladan perbuatannya atau sikapnya. Salah satunya adalah Ibu Mulyati. Ibu Mulyati merupakan sosok yang sangat kuat, setia pada sumpah, dan memiliki kemauan hidup yang sangat kuat.Meskipun telah menjadi wanita buangan, Ibu Mulyati tetap semangat menjalani hidupnya bersama dengan orang-orang Pulau Buru dengan segala peraturan adat yang sangat ketat. Sosok Ibu Mulyati tersebut dapat dijadikan panutan, bahwa dalam menjalani
kehidupan ini janganlah cepat putus asa.Setiap permasalahan yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya.Siswa harus maampu memilih jalan yang sesuai agar nantinya mampu menjadikan bangsa Indonesia ini bangga memiliki generasi penerus seperti mereka.Dari perilku siswa yang dapat menjadikan sosok Ibu Mulyati sebagai panutan dalam kehidupan seharihari, maka saat initulah masyarakat dapat menilai siswa dalam hal tata karma dalam masyarakat. Keempat adalah materi pelajaran mengandung segi-segi etik. Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka peroleh dari materi pembelajaran yang telah mereka terima akan di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya. Dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer mengandung unsur-unsur yang mengandung moral serta norma-norma dalam masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya alur cerita yang secara lengkap menunjukkan adanya suatu kebudayaan Pamali yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat Pulau Buru. Dengan membaca cerita tersebut, moral siswa tidak diarahkan ke arah yang negatif, namun sebaliknya. Siswa akan mendapatkan pengajaran moral bahwa sebagai masyarakat yang menganut adat tertentu, mereka tidak boleh menyalahi adat yang berlaku. Siswa harus mampu mengembangkan dirinya menjadi manusia yang taat akan norma di masyarakat, bukan melanggar semua norma. Kelima adalah materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran . Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya. Dalam hal ini, Guru yang ahli sangat diperlukan, karena sumber
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 utama memang adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu utuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran pribadianya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas,bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar. Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer merupakan novel yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa. Dari segi pengarang, sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa Pramoedya Ananta Toer merupakan seorang pengarang yang sangat produktif dengan novel-novelnya yang sangat menginspirasi. Salah satunya novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer ini. Dengan menganalisis salah satu unsur dalam novel tersebut, secara tidak langsung siswa akan merasakan bagaimana kehidupan masyarakat zaman dahulu dengan adat dan juga norma-normanya. Dari hasil menganalisis tersebut, siswa dapat mengaplikasikan hal-hal positif yang didapatkan setelah membaca novel ini dalam kehidupan bermasyarakat. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, konflik sosial yang terdapat dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dibangun oleh dua konflik utama yang menjadi penyebab terjadinya konflik sosial dalam masyarakat. Konflik sosial tersebut adalah konflik antara masyarakat Pulau Jawa dengan Pemerintah Jepang yang menghasilkan muatan konfliknya berupa konflik sosial politik dan konflik sosial ekonomi. Konflik lainnya yaitu antara masyarakat Pulau Jawa (Sarony,dkk) dengan kepala adat suku asli Pulau Buru dengan muatan konfliknya adalah konflik sosial yang berkaitan dengan tatanan masyarakat. Kedua, novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA terutama pada materi pokok analisis teks novel dengan Kompetensi Dasar (KD) :Menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan di kelas XII semester genap. Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer ini memenuhi lima kriteria pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan kriteria bahan ajar dan tidak memenuhi tiga kriteria sebagai bahan ajar pembelajaran sastra. Alasannya adalah tiga kriteria tersebut merupakan kriteria yang harus menggunakan responden untuk mengetahui relevansinya dengan novel karya Pramoedya ini. Akibat keterbatasan waktu peneliti, penelitian ini tidak menggunakan responden untuk menganalisis novel ini dengan tiga kriteria lainnya. Oleh karena itu, novel ini perlu mendapatkan perhatian lebih khusus sebagai bahan pembelajaran sastra. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) bagi guru bahasa Indonesia dapat menggunakan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah. Mengingat novel ini sangat inspiratif dan dapat memberikan pendidikan moral serta mengajarkan tentang norma-norma dalam masyarakat kepada peserta didik. (2) bagi siswa disarankan agar membaca dan memahami novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer ini karena sangat inspiratif dan memberikan pendidikan tentang moral dan juga norma-norma yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu novel ini juga memberikan pengetauan tentang sejarah perjuangan bangsa serta sikap-sikap teladan yang sangat berguna dalam kehidupan bermasyarakat. (3) bagi masyarakat umum dihimbau untuk membaca novel ini karena dapat mengetahui kondisi kehidupan masyarakat khususnya perempuan zaman dulu. Novel ini juga dapat mengubah cara pandang pembaca mengenai kedudukan perempuan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa Saastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 yang selama ini dirasa tidak sebanding dengan kedudukan pria. Oleh karena itu, novel ini bisa menjadi bahan bacaan yang membuka wawasan terkait dengan perempuan Indonesia zaman dulu dengan segala kehidupannya yang sangat menginspirasi, dan (4) bagi peneliti lain diharapkan untuk untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait dengan relevansi novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi Djoko. 2003. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisiu Rokhmansyah, Alfian . 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiyono. 2013. Citra Perempuan dalam Novel Perawan Remaja DalamCengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer. STKIP PGRI Ngawi Setyawati, Desi Tri. 2014. Konflik Sosial alam Novel Sirah Karya A.YSuharyono (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra). Yogyakarta:UNY Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suminto A. Sayuti. 2000. Berkenalan Dengan Prosa. Yogyakarta: Gama Media. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (penerjemah Melani Budianta). Jakarta: PT Gramedia. Yulia, Ery Mulat. 2012. Konflik Sosial dalam Novel Sirah Karya A.Y Suharyono (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra). Surakarta: Universitas Sebelas Maret