TUGAS AKHIR PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV PADA GARDU INDUK KEMBANGAN Ditinjau untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program stara satu ( S-1 ) teknik elektro
Disusun oleh: Nama : HERY KURNIAWAN N.I.M : 01402-018
TEKNIK TENAGA LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV PADA GARDU INDUK KEMBANGAN NAMA
: HERY KURNIAWAN
NIM
: 01402 – 018
PEMINATAN
: TEKNIK TENAGA LISTRIK
Disetujui dan disahkan Oleh :
Koordinator Tugas Akhir
Pembimbing
( Ir. Yudhi Gunardi, MT )
( DR. Hamzah Hilal )
Ketua Jurusan Teknik Elektro
( Ir. Budi Yanto Husodo, MSc )
ii
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Hery Kurniawan
Nim
: 01402 – 018
Fakultas / jurusan
: Teknologi Industri / Teknik Elektro
Peminatan
: Teknik Tenaga Listrik
Judul tugas akhir
: “PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150KV PADA GARDU INDUK KEMBANGAN”.
Menyatakan bahwa tugas akhir ini hasil karya sendiri dan bukan publikasi yang pernah dipublikasikan. Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 30 April 2008
( Hery Kurniawan )
iii
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
FORMULIR PENILAIAN TUGAS AKHIR Setelah mempertimbangkan berbagai aspek penlaian, seperti penulisan laporan tugas akhir, hasil analisa dan hasil presentasi tugas akhir. Nama
: Hery Kurniawan
Nim
: 01402 – 018
Fakultas / jurusan
: Teknologi Industri / Teknik Elektro
Peminatan
: Teknik Tenaga Listrik
Judul tugas akhir
: “PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150KV PADA GARDU INDUK KEMBANGAN”.
Mendapat nilai
:
Penulis tugas akhir mahasiswa tersebut telah disetujui dan memenuhi syarat.
Jakarta, 30 April 2008 Mengetahui Koordinator Tugas Akhir
Pembimbing
( Ir. Yudhi Gunardi, MT )
( DR. Hamzah Hilal )
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Tugas Akhir yang berjudul “ Perhitungan Andongan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV pada Gardu Induk Kembangan”, Untuk Ayah & Ibuku, adikku ( Heddy Hartono) dan keluargaku yang lain. Calon Istriku Sri lestari yang selalu memberikan do’a dan dukungannya serta teman-teman se-TIM dan seperjuanganku ( Heri B, Ozzy, Sulis T, Eldin, kustian, Arif Dll, Khususnya teman-teman teknit Elektro Angkatan 2002). Universitas Mercu Buana Jakarta 2008
v
ABSTRAK Salauran transmisi adalah suatu hal yang sangat diperlukan dalam suatu system tenaga listrik. Khususnya
pada sistem dan jaringan distribusi yang di salurkan
sampai ke beban (konsumen), Pada saluran transmisi ini tegangan dinaikan pada pusat pembangkit melalui transformator ke harga tegangan yang diinginkan, kemudian di transmisikan pada nilai yang di kehendaki pada sisi beban. Untuk lebih mengoptimalkan hasil yang akan diproleh dalam membangun suatu saluran transmisi, disini penulis mencoba membahas criteria mekanis dalam perencanaan transmisi khususnya dalam ”menghitung andongan kawat penghantar pada saluran transmisi 150kV”, serta aspek yang mendukung seperti jarak antara penghantar, kuat tarik penghantar dan keadaan geografis. Objek kajian pada pembahasan ini adalah saluran transmisikan gardu induk kembangan ke gardu induk ciledug yang menggunakan kawat penghantar ASCR maupun AAAC, dimana andongan yang diperoleh masih memenuhi syarat bila tinggi tiang 32 meter.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “perhitungan andongan pada saluran udara tegangan tinggi 150 kV pada gardu induk kembangan”, sesuai pada waktunya. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar keserjanaan stara satu (S1) pada Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Tenaga Listrik, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir ini, banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui, namun hal itu tak terasa memeberatkan karena banyak bimbingan dan bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan tersebut antara lain kepada : 1. Bapak, DR.Hamzah Hilal sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikirannya agar tugas akhir ini dapat lebih baik. 2. Bapak, Ir. Budi Yanto Husodo, MSc. Selaku kaprodi jurusan teknik elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu buana. 3. Bapak, Ir. Yudhi Gunardi, MT. Selaku koordinator tugas akhir Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana. 4. Seluruh Staff dosen pengajar Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana. 5. Bapak. Supodo, selaku Staff Pemasaran Universitas Mercu Buana Jakarta.
vii
6. Seluruh staff departemen operasi PT. PLN (Persero) Gardu Induk Kembangan, Jakarta Barat. 7. Kedua orang tuaku yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan semangat untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Adiku Heddy Hartono yang tidak henti-hentinya membantu dalam menyemangati agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Calon Istriku tersayang, Sri Lestari. Yang selalu mendukung untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 10. Ahcmad Fauzi, Heri Banjar Nahor, Sulis Tio, Eldin Hamdi, kustian, Firmansyah, Firman Suryadi, Fitri Haryadi, Wage, dan Teman-teman seperjuanganku anagkatan 2002 teknik Elaktro lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semuanya. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan laporan tugas akhir ini. Semoga penulisan laporan tugas akhir ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 April 2008
Hery Kurniawan ( 01402 – 018 )
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………ii LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………...iii LEMBAR PENILAIAN………………………………………………………….…iv LEMBAR PERSEMBAHAN……………………………………………………….v ABSTRAK………………………………………………………………….………..vi KATA PENGANTAR……………………………………………………………. vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………......ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..xi DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….……...1 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……..……………………………….1 1.2 MAKSUD DAN TUJUAI PENULISAN..…………..…………………...2 1.3 POKOK PERMASALAHAN.......…………………….……………….…2 1.4 RUANG LINGKUP……………..…………………….…………………2 1.5 METODE PENULISAN…..……………………………..………………2 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN…...………………………..…………….3 BAB II. TEORI DASAR…………………………………………………………….4 2.1 UMUM.……...…………….………………………………………..……4 2.2 KLASIFIKASI JENIS PENGHANTAR.......…………….…………...….4 2.2.1 SAMBUNGAN PENGHANTAR....…..…………………….....7 2.2.2 PERENTANG (SPACER)………..…………………………....8 2.2.3 BATANG-BATANG PELINDUNG (ARMOR ROAD)……....8 2.3 KARAKTERISTIK ELEKTRIS……………………………………...….9
ix
2.3.1 JENIS-JENIS ISOLATOR…………………………...……….10 2.4 KARAKTERISTIK ISOLATOR……………………………...………..12 2.4.1 PENGONTROLAN DAN PEMBURUKAN ISOLATOR…....16 2.4.2 PEMASANGAN ISOLATOR....……………………………...17 2.4.3 TANDUK API DAN CINCIN PRISAI…………………….....17 2.4.4 TEGANGAN PADA SISTEM TRANSMISI 150KV...…........18 BAB III. PERENCANAAN SALURAN UDARA…………………………….......19 3.1 SALURAN TRANSMISI.………………………………………….…..19 3.1.1 PERENCANAAN ISOLASI SALURAN TRANSMISI……...19 3.1.2 SURVE PENGUNAAN SALURAN TRANSMISI……...…...21 3.1.3 PONDASI MENARA DAN TIANG BAJA……………...…...22 3.1.4 PENDIRIAN DAN TIANG MENARA BAJA…………....…..23 3.2 PEMASANGAN KAWAT....………………………………………...…25 3.2.1 TEGANGAN TARIK KAWAT...…………………........…….27 3.2.2 JARAK ANTAR PENGHANTAR.…………………...……...28 3.2.3 STRUKTUR PENDUKUNG..………………………..………30 3.3 TEKANAN ANGIN...………...……………………………....……..….31 3.4 JARAK ANTAR TIANG (SPAN).…………………………...………...32 3.5 ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR..………………..…………...32 3.5.1 KEDUA MENARA SAMA TINGGI….…………...………....33 3.5.2 KEDUA MENARA TIDAK SAMA TINGGI.…...…………..35 3.6 RENTANGAN VETIKAL..………………………………..…………...36 3.7 TEMPLATE PERENCANAAN MENARA………………....…………38 3.7.1 PENGAMBARAN TEMPLATE………………....…………..39 3.8 FLOW CHAT....………………………………………….…..……....….40
x
BAB IV PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV KEMBANGAN – CILEDUG……………...…………………..41 4.1 ANDONGAN PADA KAWAT SUTT……………………….....…...….41 4.2 PERHITUNGAN ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR ASCR PADA SALURAN TRANSMISI 150KV KEMBANGAN–CILEDUK...43 4.3 PERHITUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANDONGAN.....44 4.3.1 PERHITUNGAN KAWAT PENHANTAR ASCR YANG DI TUNJANG OLEH MENARA YANG SAMA TINGGI…........44 4.3.2 PERHITUNGAN KAWAT PENHANTAR ASCR YANG DI TUNJANG OLEH MENARA YANG TIDAK SAMA TINGGI…..................................................................................47 4.4 PERHITUNGAN ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC PADA SALURAN TRANSMISI 150KV KEMBANGAN–CILEDUK...49 4.4.1 PERHITUNGAN KAWAT PENHANTAR AAAC YANG DI TUNJANG OLEH MENARA YANG SAMA TINGGI.......50 4.4.2 PERHITUNGAN KAWAT PENHANTAR AAAC YANG DI TUNJANG OLEH MENARA YANG TIDAK SAMA TINGGI…..................................................................................52 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..………………………………….54 5.1 KESIMPULAN………...………...……………………………..………54 5.2 SARAN………………………..………………………………………..55 DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………………….....56 LAMPIRAN……………..………………………………………………………….57
xi
DAFTAR GAMBAR BAB II TEORI DASAR……………………………………………………………..4 GAMBAR 2.1 KONDUKTOR INTI ALUUNIUM…...……………………...5 GAMBAR 2.2 KONDUKTOR ALUMUNIUM…………...…………….…...5 GAMBAR 2.3 KONDUKTOR ALLOY ALUMUNIUM……....……………6 GAMBAR 2.4 KONDUKTOR TWISTED ISOLATOR…….…....………….6 GAMBAR 2.5 SAMBUNGAN KOMRESI ASCR…….………...…………..7 GAMBAR 2.6 BATANG PELINDUNG………..………………..…………..8 GAMBAR 2.7 KAWAT PENGHANTAR……………………...…………….9 GAMBAR 2.8 JENIS-JENIS ISOLATOR…………………....……………..10 BAB III PERENCANAAN SALURAN UDARA...……………………………….19 GAMBAR 3.1 TIANG TYPE AA.…….………………..…………………..24 GAMBAR 3.2 TIANG TIPE TOWER BB, CC, DD.….....………………...25 GAMBAR 3.3 CARA MENEGANGKAN KAWAT….……...…………….26 GAMBAR 3.4 NDONGAN SEBAGAI FUNGSI JARAK DAN TIANG......32 GAMBAR 3.5 MUAI SALURAN SEBAGAI FUNGSI SUHU...……...…...33 GAMBAR 3.6 KEDUA MENARA SAMA TINGGI.……………...……….34 GAMBAR 3.7 KEDUA MENARA TIDAK SAMA TINGGI…….....……...35 GAMBAR 3.8 RENTANGAN VERTIKAL.…………………...……….…..36 GAMBAR 3.9 RENTANGAN VERTIKAL BERDASARKAN PERGESERAN TITIK TERENDAH………………………....…….37 GAMBAR 3.10 JARAK BEBAS PENGHANTAR TERHADAP PERMUKAAN BUMI…..………………………………..…………38 GAMBAR 3.11 TEMPLATE..……………………………………..…….….39 GAMBAR 3.12 BLOK DIAGRAM SISTEM TRANSMISI………....……..40 xii
DAFTAR TABEL
BAB II TEORI DASAR…….……………….………………………………………4 TABEL 2.1 KARAKTERISTIK ISOLATOR JENIS PASAK(PINTYPE)......................................................................4 TABEL 2.2 KARAKTERISTIK ISOLATOR JENIS BATANG PANJANG ( LONG ROD )...……..………………………..…..14 TABEL 2.3 KARAKTERISTIK LOMPATAN API ISOLATOR GANTUNG 250 mm2…...…..……………….…………….…..15 TABEL 2.4 KRAKTERISTIK ISOLATOR JENIS POS SALURA (LINE POST)……...……………………….……………….…..15 TABEL 2.5 TEGANGAN PADASISTEM TRANSMISI.……………....….18 BAB III PERENCANAAN SALURAN UDARA…..……………………………..19 TABEL 3.1 JARAK BEBAS VERTIKAL….……………...…..……….....40 BAB IV. PERHITUNGAN SUHU ANDONGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV PADA KEMBANGAN–CILEDUG....41 TABEL 4.1 HASIL PERHITUNGAN MENARA YANG SAMA TINGGI......…………………………………..………….……..51 TABER 4.2 HASIL PERHITUNGA MENARA YANG TIDAK SAMA TINGGI...………………………………………………....…....53
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan pesatnya perkembangan kebutuhan listrik di Indonesia, khususnya dikota-kota besar, daerah industri dan desa penyediaan tenaga listrik merupakan bagian kegiatan pembangunan. Sedangkan penyediaan tenaga listrik yang baik sangat tergantung pada keandalan saluran transmisi yang menyalurkan tenaga listrik. Permintaan masyarakat akan tenaga listrik melonjak dengan pesatnya, meskipun kemampuan negara memenuhinya sangat terbatas. Saluran transmisi yang baik harus mampu menyediakan tenaga listrik yang ekonomis secara andal dan dengan tegangan yang cukup baik. Untuk bisa membangun saluran transmisi yang demikian diperlukan pengetahuan teknis yang cukup, baik teoritis maupun praktis. Kerangka suatu sistem tenaga listrik sangat luas dan kompleks, komponennya mencakup sistem pembangkit, sistem penyaluran dan sistem distribusi yang merupakan dasar dari industri pengusahaan tenaga listrik. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana sistem pelaksanaan pekerjaan saluran tegangan tinggi, mulai dari pekerjaan, persiapan, perakitan dan pemasangan isolator. Dilihat dari pentingnya pelaksanaan pekerjaan pemasangan saluran trasmisi sangat berpengaruh pada penyediaan tenaga listrik, maka pengaruh andongan juga salah satu hal yang penting dalam penyediaan tenaga listrik pada konsumen.
1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN Adapun maksud dan tujuan dari penelitian andongan pada saluran transmisi 150 kV adalah untuk mengetahui jarak andongan pada saluran transmisi. Maka perlu diperhatikan beberapa hal yang erat kaitannya dengan pembangunan saluran transmisi itu sendiri. Dalam tugas akhir ini penulis mencoba munguraikan cara menghitung andongan kawat penghantar sebagai perbandingan penulis mangambil data-data di PT.PLN (Persero) gardu induk kembangan Jakarta barat, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam membangun saluran transmisi sehingga akan diproleh hasil yang optimal.
1.3 POKOK PERMASALAHAN Permasalahan yang timbul bilamana suatu kawat yang dipasang antara dua titik tidak akan membentuk graris lurus horizontal, melainkan akan kendur dan membantuk suatu andongan. Lebih kencang tarikan kawat, lebih kecil andongan yang terjadi maka kawat dikawatirkan cepat putus. Factor yang lain adalah cara pemasangan dan penyambungan yang kurang baik, pengaruh suhu, panas, dingin dan pemburukan reaksi kimia serta pengaruh keadaan sekelilingnya.
1.4 RUANG LINGKUP Hasil akhir dari penulisan ini adalah berupa analisa. Di sini akan di analisis mengenai factor-factor yang menyebabkan timbulnya suhu andongan pada saluran transmisi tegangan tinggi 150 kV. Pada tiang saluran teransmisi dari kembangan keciledug.
1.5 METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan sebagai bahan acuan untuk mendapatkan data-data dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
2
a. Studi literature, untuk mendukung pembahasan dan analisis maka penulis mengambil bahan-bahan dari beberapa literature, buku-buku perpustakaan dan internet. b. Metode formulasi, di sini ada beberapa formulasi yang dipergunakan untuk analisa. c. Metode observasi dan survey, untuk menunjang analisis penulis memproleh datadata mengenai perencanaan konstruksi saluran udara tegangan tinggi, serta perhitungan andongan dan factor-factor yang menyebabkan timbulnya andongan dari PT.PLN (Persero) GI kembangan. dan data-data tentang analisa beban dan kemampuan andongan dari petugas terkait PT.PLN (Persero). d. Metode identifikasi, di sini penulis akan mengidentifikasikan masalah secara spesifik yaitu berupa analisa andongan pada saluran transmisi 150kV dan memahami hasil-hasil yang diproleh dari data-data yang dimasukan kedalam formulasi yang telah dibuat.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Tugas akhir ini di tulis dalam lima bab dengan penjelasan yang berupa teori-teori dan rumus. Pada bab dua berisi penjelasan singkat tentang pengertian-pengertian dalam klasifikasi kawat penghantar, perlengkapan penghantar, karakteristik penghantar dan isolator porselin. Sedangkan pada bab tiga memuat secara lengkap mengenai perencanaan konstruksi saluran udara disertai dengan rumus-runus (formulasi). Bab empat berisi penjelasan mengenai analisis perencanaan konstruksi saluran tegangantinggi, serta perhitungan andongan dan factor-factor yang menyebabkan timbulnya andongan. Sedangkan untuk kesimpulan dari hasil analisis dan saran ditulis pada bab lima.
3
BAB II TEORI DASAR
2.1 UMUM Suatu saluran udara adalah suatu kostruksi dimana penghantar direntangkan pada gawang yang panjang, yang didukung oleh tiang-tiang. Sebagai penghantar pada mulanya dipakai tembaga, tetapi dewasa ini tembaga tidak dipakai lagi kerena selain mahal dan berat yang menyebabkan andongan yang besar pada gawang yang panjang dan biayanya tidak ekonomis karena diperlukan tiang-tiang yang tinggi. Dalam keadaan demikian dipakai penghantar campuran, yaitu alumunium dengan inti baja yang mempunyai sifat-sifat daya penghantar listrik yang baik dan tahan panas serta mempunyai daya mekanis yang cukup baik.
2.2 KLASIFIKASI JENIS PENGHANTAR Dari semua komponen yang membentuk bangunan saluran udara, konduktor dan isolator merupakan dua buah komponen yang paling penting. Komponen lain yang diperhitungkan dalam merancang saluran udara yaitu : a. Jenis penghantar. b. Konstanta penghantar. c. Beban dan kekuatan pernghantar. d. Iklim ( Angin dan Suhu ). e. Kapasitas termis. f. Jarak aman Penghantar
4
Jenis penghantar yang dipakai untuk saluran transmisi, dijelaskan sebagai berikut : a. ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced). Merupakan jenis penghantar yang baik dan banyak dipakai di Indonesia. Penghantar ini terdiri atas kawat penghantar alumunium yang dipilin konsentris dengan satu lapisan atau lebih dan ditengah terjadi inti baja galvanis yang ditarik dengan kekuatan tinggi. Inti baja ini bisa suatu kawat tunggal atau kawat-kawat pilihan tergantung dari penghantar yang Lapisan kawatnya dilapisi alumunium yang berinti baja dipilin dengan berganti arah. Dapat dilihat pada gambar 2.1[2].
Gambar 2,1 Konductor Inti Alumunium b. AAC (All Alumunium Conductor). Penghantar yang seluruhnya terbuat dari kawat alumunium, yang digunakan pada saluran transmisi. Kawat ini biasanya tidak terlalu mahal dari penghantar lainnya tetapi tidak begitu kuat dan andongannya cenderung besar. Dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2,2 Kondoctor Alumunium c. AAAC (All Alumunium Aloy Conductor). Terdiri atas kawat-kawat campuran alumunium dengan kekuatan tinggi yang dpilin konsentris yang sama seperti penghantar alumunium. Kawat tariknya sebanding dengan ACSR. Kawat penghantar jenis ini cocok untuk tegangan distribusi primer (20 kV dan 11kV).
5
Penghantar ini dapat digunakan di daerah-daerah dimana polusi dan korosi dapat menyebabkan suatu masalah pada inti baja, selain itu telah terbukti bahwa penghantar ini lebih tahan terhadap getaran dari pada standart ACSR yang ditarik dengan kekuatan yang sama. Dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2,3 Konductor alloy Alumunium d.Penghantar Alumunium Dipuntir (Twisted Isolator Alumunium Conductor). Suatu kabel jenis baru untuk saluran distribusi 380Volt yang disebut penghantar alumunium isolasi yang dipuntir. Dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2,4 Konductot Twisted Isolator Kawat tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat alumunium karena konduktifitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Kawat tembaga juga lebih berat dari pada kawat alumunium dan juga dari segi ekonomi jauh lebih mahal di banding kawat alumunium . oleh karena itu kawat alumunium telah mengantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium digunakan
campuran alumunium (Alumunium Alloy). Untuk saluran transmisi
tegangan tinggi, dimana jarak antara 2 (dua) tiang dari satu titik ketitik yang lain menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat ACSR.
6
2.2.1 Sambungan Penghantar Sambungan penghantar harus mempunyai konduktivitas listrik yang baik serta kekuatan mekanis dan kekuatan (Durability) yang tangguh. Sambungan yang biasanya dipakai yaitu : a. Sambungan kompresi, disini kelongsong (Sleeves) sambungan terbuat dari bahan yang sama dengan penghantar ACSR, terdapat pada gambar 2.5 Cara ini dapat diandalkan dan banyak dipakai untuk penghantar-penghantar berukuran besar [3].
Gambar 2.5 Sambungan Kompresi untuk ACSR
b. Sambungan Belit, dalam hal ini penghantar yang hendak disambung dan dimasukan dalam selongsong berbentuk bulat telur yang kemudian dibelit beberapa kali dengan kunci belit (twisting wrench). Karena pekerjaannya sederhana dan mudah, cara ini digunakan pada kawat lilit dengan penopang kurang dari 125 mm2. c. Sambungan untuk penghantar yang berlainan, apabila permukaan antara dua penghantar yang berlainan jenis basah, maka salah satu penghantar akan berkarat. Oleh karena itu digunakan selongsongan khusus dengan logam tertentu untuk mengamankan sambung dua penghantar yang berlainan.
7
2.2.2 Perentang ( SPACER ) Perentang pada suatu kawat, diuntuk menghindari agar kawat-kawat penghantar fasa tidak mendekat atau bertumpukan. Karen gaya-gaya eletromagnetis, perentang ini dipasang pada jarak 15-40 meter satu sama lain, dan didekat tiang penunjang 6080meter ditengah rentangan kawat.
2.2.3 Batang-Batang Pelindung ( ARMOR RODS ) Untuk menghindari kelelahan penghantar karena getaran (Vibration Fatigue) maka dipasang batang-batang pelindung sebagai pengaturan di tempat penghantar digantungkan. Bentuk batang-batang ini terlihat pada ganbar 2.6 [3].
Gambar 2.6 Batang Pelindung
8
2.3 KARAKTERISTIK ELEKTRIS ρ A
ι Gambar 2.7 Kawat Penghantar Tahanan (R) dari sebuah penghantar seperti pada gambar 2.7 [3]. Sebanding dengan panjang (ι) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A) dapat dilihat sebagai brikut [2]:
R=ρ
ι ( 2 .1)
A
dinama : R = tahanan ( Ω )
ι
= panjang penghantar ( m )
A = Luas penampang ( mm2 ) ρ = Tahanan jenis penghantar ( kg/mm2 )
Tahanan berubah dengan suhu sesuai dengan persamaan : Rt = Rto {1 + α (t − to )}
(2.2)
dimana : Rt = Tahanan pada suhu t ˚C Rto = Tahanan pada suhu to ˚C α = Koefisien suhu masa konstan
Apabila diperlukan pehitungan yang lebih teliti digunakan persamaan yang menunjukan ketergantungan α dari suhu yaitu :
α=
ι
(2.3)
ι / α + (t − 50 )
9
dimana :
α = koefisien suhu pada standar 50˚C αt = koefisien suhu pada ˚C
2.3.1 Jenis-Jenis Isolator
Isolator untuk saluran transmisi diklasifikasikan menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator pemasangan luar (Out Door Insulator) atau isolator saluran udara (Overhead Insulator) diklasifikasikan menjadi [2]: a. Isolator Gantung ( Suspension Insulator) b. Isolator jenis pos saluran ( pos line Insulator) c. Isolator jenis batang panjang ( Long Rod Insulator) d. Isolator jenis Pasak ( Pin Type Insulator )
Gambar 2.8 : Jenis-jenis Isolator
10
a. Isolator Gantung (Suspension Insulator), pada gambar 2.8. Umumnya digunakan pada saluran transmisi tegangan tinggi, sedangkan isolator batang panjang dipakai ditempat-tempat dimana pengontrolan udara karena garam dan debu banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dipakai pada saluran transmisi yang relative rendah (kurang dari 22 - 23 kV ). Pada isolator gantung dikenal dua jenis yaitu clevis type, bell socket type yang masing-masing terbuat dari porselin dengan tutup (cap) dan berisi tempaan (malleableiron) disatu pihak dan pasak baja dipihak lain, yang kedua dikaitkan dengan porselin yang berkualitas baik. Isolator gantung digandengkan menurut kebutuhan isolasi karena tegangan. b. Isolator pos saluran (Line Post Insulator), pada gambar 2.8. Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi tutup (cap) besi cor yang disemen pada porselin serta pasak baja yang disekrup. Karena jenis ini dipakai sendiri (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos saluaran tidak dibuat. c. Isolator batang panjang (Long Rod Insulator), Isolator jenis ini terdiri atas silinder porselin dengan kerutan-kerutan dan ujung-ujungnya diperkuat dengan dua tutup logam yang disemen. Diameter silinder porselin dipilih menurut kekuatan mekanis yang dibutuhkan, kuat tariknya sekitar 130 - 140 kg/cm2. Pemakaian isolator batang panjang menghemat logam jika dibandingkan dengan isolator rentengan isolator piring, juga lebih ringan. Oleh karena isolator batang panjang mempunyai rusuk yang sederhana, maka kotoran yang melekat pada permukaan isolator mudah dicuci oleh hujan, sehingga isolator jenis ini sesuai untuk daerah-daerah yang berpolusi.
11
Kekurangan utama dari isolator panjang adalah adanya kemungkinan timbulnya kerusakan yang menyeluruh oleh busur api atau oleh adanya pukulan mekanis dari luar. Dalam kasus seperti ini, isolator piring tidak akan rusak seluruhnya, bahkan adanya keretakan-keretakan pada isolator tidak akan membuat isolator jatuh berkeping-keping, rentengan isolator masih dapat menahan beban mekanis untuk jangka waktu yang agak lama (meskipun isolator sudah rusak secara listrik). d.. Isolator Pasak (Pin Type Insulator ), pada gambar 2.8. adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar saluran. Desain dari isolator ini ditunjukkan pada gambar 2.1. Garis patah-patah A B menunjukkan jarak rayap isolator. Jarak rayap isolator dapat diperpanjang dengan menambah satu atau lebih pelindung hujan (rain shed), pelindung hujan ini disebut juga Petticoats atau skirt pelindung hujan dibuat sedemikian rupa agar pada waktu isolator basah masih terdapat jarak rayap yang kering. Untuk pemakaian tegangan yang makin tinggi, dibutuhkan bahan isolator yang makin tebal, akan tetapi dalam praktek tidak dapat dibuat isolator tunggal yang sangat tebal. Oleh karena itu dibuat isolator pasak yang terdiri dari beberapa bagian disambungkan satu sama lain dengan mempergunakan perekat semen.
2.4 KARAKTERISTIK ISOLATOR
Karekteristik isolator terbagi menjadi dua bagian yaitu karakteristik listrik dan karakteristik mekanis. a. Karakteristik Listrik. Isolator terdiri atas bahan porselin yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian maka isolator terdiri atas sejumlah
12
kapasitansi. Karena kapasitansi ini, maka distribusi tegangan pada sebuah gandengan isolator tidak seragam. Tegangan lompatan api (Flashover Voltage) pada isolator terdiri atas tegangantegangan lompatan api frekwensi rendah (bolak-balik). Maka Frekwensi lompatan api tegangan rendah kering adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan diterapkan diantara kedua elektroda isolator yang bersih dan kering permukaannya. Tegangan lompatan api basah adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan diterapkan diantara kedua isolator yang basah karena hujan atau dibasahi untuk meniru keadaan hujan. Tegangan lompatan api impuls adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan impuls dengan gelombang standart diterapkan. Karakteristik impuls terbagi atas polaritas positif dan negative. Biasanya tegangan dengan polaritas positif (yang memberikan nilai lompatan api yang lebih rendah) yang dipakai. Untuk polarits positif tegangan lompatan api basah dan kering yaitu sama. Tegangan tembus (Picture) frekuensi rendah menunjukan kekuatan dielekrik dari isolator, dan terjadi bila tegangan frekuensi rendah diterapkan di antara kedua elektroda isolator yang dicelup dalam minyak sampai isolator tembus. Untuk isolator dalam keadaan baik tegangan tembaus ini lebih tinggi dari tegangan lompatan api frekuensi rendah. b. Karakteristik Mekanis. Isolator harus memiliki kekuatan mekanis untuk memikul beban penghantar yang diisolasi. Porselin sebagai bagian utama sebuah isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor dengan kuat tekanan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil. Kuat tariknya biasanya 400900 Kg/cm2 sedangkan tekanannya sepuluh kali lipat lebih besar.
13
Porselin harus bebas dari lubang-lubang (blowholes), kerekatan serta mempunyai ketahanan terhadap perubahan suhu yang mendadak dan benturan-benturan dari luar. Gaya tarik terhadap isolator yang telah dipasang relative besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya. Kekuatan mekanis dari isolator gantung dan isolator batang panjang (long rod) harus diuji untuk mengetahui kemampuan mekanis dan keseragamannya. Kekuatan jenis pin type ditentukan oleh kekuatan pasaknya terhadap momen tentukan (sebanding moment) oleh penghantar. Pengujian
kekuatannya itu dilakukan
dengan memberikan beban kawat secara netral terhadap pasak. Kerakteristik listrik dan mekanis dari isolator gantung, isolator jenis pin, jenis lonh rod, dan jenis line post tertera dalam tebel 2.1 sampai tabel 2.5 [3] : Tabel 2.1. Karakteristik isolator jenis pasak ( Pin Type ) Teganga n Model
Nominal ( kV )
Kupingan
Jumlah
Diameter Maksimu m
Porselin
( mm )
Tinggi
Tegangan lompatan
Tegangan
api frekuensi
Lompatan
Kuat
dengan
rendah
api
pancang
barang
( kg )
besi
Minimum
Maksimum
Kering
Basah
Implus
( mm )
( mm )
( kV )
Berat
( kV )
50% ( kV )
10
11
2
200
120
210
85
55
120
700
( kg )
20
22
3
240
265
265
110
75
160
700
6.4
30
33
3
300
330
330
135
95
200
700
11.5
40
-
3
350
400
400
160
115
240
850
17,0
3.4
50
-
4
400
465
465
185
135
280
850
26,0
60
66
4
430
515
515
210
155
320
1000
38.5
Table 2.2 Karekteristik Isolator jenis batang panjang (Long Rod)
Jumlah Kupinga n
Diameter Kupinga n
Diameter
api frekuensi
Teganga n Lompata n
Badan
rendah
Implus
Patah
Berat
( Shed )
( mm )
( mm )
50%( kV )
( kg )
( kg )
Tegangan lompatan Teganga n Model
Nominal
Panjang ( mm )
( kV )
Kering ( kV )
Basah
Kuat
( kV )
LC-6505 LC-6507 LC-6510 LC-8005 LC-8007 LC-8010 LC-8013 LC-8017
22 33 66 22 33 66 77 77
385 485 585 385 485 585 725 875
5 7 10 5 7 10 13 17
145 145 145 160 160 160 160 160
65 65 65 80 80 80 80 80
115 150 185 115 150 185 235 285
65 95 125 65 95 125 160 200
170 230 290 170 230 290 380 470
7.5 7.5 7.5 12 12 12 12 12
7 9 10 10 12 14 18 22
LC-8021
110
1.025
21
160
80
335
560
560
12
26
LC-8024
110
1.175
24
160
80
385
650
650
12
29
14
Tabel 2.3 Karakteristik Lompatan Api Isolator Gantung 250mm2 Tegangan lompatan api Frekuensi rendah ( kV ) Kering Basah
Jenis Piringan
Tegangan lompatan api Impuls 50% ( kV ) Positif Negatif
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
155 215 270 325 380 435 485 540 590 640 690 735 785 830 875
90 130 170 215 255 295 335 375 415 455 490 525 565 600 635
225 355 44 525 610 695 780 860 945 1025 1105 1185 1265 1345 1425
255 345 415 495 585 670 760 845 930 1015 1105 1190 1275 1360 1440
17 18 19 20 21 22 23 24
920 965 101 1055 1100 1145 1190 1235
670 705 740 775 810 845 880 915
1505 1585 1665 1745 1825 1905 1985 2065
1530 1615 1700 1785 1870 1965 2040 2125
25
1280
950
2145
2210
Tabel 2.4 Karakteristik Isolator jenis Pos Saluran (Line Post) Tegangan lompatan Tegangan Model
Nominal ( kV )
Jumlah
Diameter
Diameter
Kupingan
Kupingan
Badan
( Shed )
( mm )
( mm )
api frekuensi Tinggi ( mm )
rendah Kering ( kV )
Basah
Teangan Lompatan
Kuat
Implus
Pancang
50% (kV)
( kg )
Berat (kg)
( kV )
LP-10
11
4
145
65
240
60
50
120
700
5.7
LP-20
22
6
150
70
325
105
75
165
700
7.7
LP-30
33
8
160
80
420
135
100
220
700
11.5
LP-40 LP-60 LP-70
66 77
10 12 14
165 190 190
85 105 105
515 740 610
170 240 280
125 180 440
275 385 440
700 700 700
16.1 27.6 31.3
Dalam perencanaan isolator saluran transmisi udara, tegangan lebih merupakan faktor penting. Di tempatkan dimana pengontrolan udara tidak menghawatirkan, surja hubung merupakan faktor penting dalam penentuan jumlah isolator dan jarak isolasi. Karakteristik lompatan api dari surja hubung lain dari karaktetristik frekuensi rendah dan impuls. 15
2.4.1 Pengontrolan Dan Pemburukan Isolator
Tahanan dari permukaan isolator yang besar sekali nilainya menjadi sangat berkurang beberapa mega ohm saja, bila permukaan menjadi kotor karena isolasi tersebut terpasang di daerah-daerah industri atau di tepi laut. Bila tegangan tinggi diterapkan pada isolator, lapisan permukaan yang lembab menguap dan menimbulkan busur api setempat, yang kemudian bertambah besar sehingga menimbulkan lompatan api. Mekanisme dari gejala ini sulit diterangkan. Karena dipakai bertahun-tahun, isolator berkurang daya isolasinya misalnya karena mengalami keretakan pada porselinnya. Proses ini dinamakan pemburukan isolator. Sebab-sebab utama dari pemburukan isolator adalah pengembangan kimiawi dari pengembangan pembekuan dari semen, perbedaan dari pengembangan kerena panas diberbagai bagian isolator, pengembangan panas karena arus bocor dan berkaratnya pasangan-pasangan logam. Untuk mencegah proses kerusakan dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Meninggikan kuat mekanis dari bagian porselin. b. Membatasi pengembangan kimiawi dari bagian-bagian semen. c. Mencegah (Buffer Point) dari bagian semen. d. Tidak menggunakan semen didalam lapisan porselin. Isolator jenis pasak (PinType) paling banyak mengalaami proses kerusakan, sehingga sering menyebabkan gangguan pada saluran transmisi. Isolator gantung, isolator long rod dan isolator line post jarang menyebabkan gangguan karena pemburukan. Dengan kemajuan teknologi, maka isolator yang dibuat akhir-akhir ini sedikit mengalami pemburukan. Karena telah dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum di gunakan:
16
a. Pengujian konstuksi. b. Pengujian Semu. c. Pengujian Listrik. d. Pengujian Mekanis. e. Pengujian Termis. f. Pengujian Keporian. Dalam pengujian jenis isolator, perlu dilakukan pengujian jenis dan pengujian penerimaan sesuai dengan cara yang berlaku.
2.4.2 Pemasangan Isolator
Pemasangan isolator termasuk pemasangan logam dan perlengkapan lainnya di lakukan untuk menghubungkan penghantar, isolator dan tiang transmisi. Pemasangan isolator dapat di pasang dengan pasak dari besi atau baja tempaan yang ukurannya disesuaikan dengan tegangan jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanis serta konstruksi penopang.
2.4.3 Tanduk Api Dan Cincin Perisai
Bila terjadi lompatan api (flasover) pada gandengan isolator, maka isolator akan rusak karena busur api. Untuk menghindarkan kerusakan ini, maka pada gandengan isolator gantung dari isolator longrod dipasang tanduk api. Tanduk api dapat dipasang pada ujung kawat dan ujung tanah pada isolator, serta dibentuk sedemikian rupa sehingga busur api tidak mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya 75 – 85% dari panjang gandengan. Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan tanduk api ditentukan oleh tegangan 110 kV atau di atas 66 kV di daerah dengan tingkat isokeronik yang tinggi.
17
Cincin perisai dipasang pada ujung kawat dari isolator untuk mencegah terjadinya korona pada ujung tersebut. Efek pencegah korona juga dimiliki oleh tanduk api.
2.4.4 Tegangan Pada Sistem Transmisi 150 kV
Pada tabel 2.5 di beri tingkat tegangan yang dipakai pada sistem transmisi tegangan tinggi [3]. Tabel 2.5 tegangan pada sistem transmisi Beban normal
Jarak Penyaluran
Area
Tegangan Sumber ( kV )
Tegangan Standart Tegangan Pemakaian ( kV )
yang sesuai ( MW )
yang sesuai ( Km )
Penghantar ( mm2 )
525
500
700
800
-
165
150
75
300
120
77
70
25
140
95
33
30
5
60
35
22
20
2.5
40
16
6.6
6.0
0.4
12
16
18
BAB III PERENCANAAN SALURAN UDARA 3.1 SALURAN TRANSMISI
Dari segi keandalan (realibility), semakin banyak jumlah saluran dalam suatu sistem maka semakin tinggi pula keandalannya, karena rangkaian yang tidak terganggu pada suatu saluran dengan banyak penghantar akan menggantikan tugas suatu rangkaian yang terganggu. Sebaliknya, saluran yang terdiri atas satu sirkuit saja tidak mungkin menyalurkan tenaga listrik bila sirkuit itu terganggu. Keandalan saluran ganda (double circuit) pada satu tiang yang kedua rangkaiannya terpasang pada satu menara kurang andal dibandingkan saluran ganda yang terdiri atas saluran yang tiangnya berdiri sendiri (tunggal). Tegangan transmisi dan jumlah rangkaian ditetapkan secara ekonomis dengan memperhatikan faktorfaktor perencanaan beban transmisi, besarnya hilang daya, biaya kontruksi, rencana pengembangan sistem dan keandalan sistem transmisi.
3.1.1
Perencanaan Isolasi Saluran Transmisi
Tegangan lebih dalam (internal over voltage) disebabkan karena surja hubung (swiching surge) yaitu akibat pembukaan dan penutupan pemutus beban, karena berubahnya beban dengan cepat gangguan pada saluran hubung singkat. Pada sistem yang tidak dibumikan efektif surja hubung dapat mencapai 3-4 kali tegangan fasa, sedangkan pada sistem yang ditanahkan efektif kira-kira 3 kali tegangan fasa. Besarnya surja hubung dapat dikurangi menjadi 1,8-2 kali tegangan fasa dengan memasang tegangan parallel dengan pemutus beban waktu menutup pemutus tersebut. 19
Kenaikan tegangan pada fasa-fasa yang sehat tidak terganggu bila terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah adalah 0,8 kali tegangan kawat maksimum (tegangan antar fasa) untuk sistem ditanahkan dan 1 kali untuk sistem tidak ditanahkan. Perencanaan isolasi saluran transmisi harus didasarkan pada pertimbangan bahwa isolasi tersebut harus diamankan dan tidak akan mengalami kegagalan karena tegangan lebih dalam dan luar, terutama karena sambaran petir harus dapat diredam seminimum mungkin, karena gangguan sambaran petir tidak dapat dihindarkan. Jarak isolasi standar adalah jarak antara kawat penghantar dan menara yang ekivalen dengan tegangan lompatan impuls 50 % dari gandengan isolator. Maka jarak isolasi darurat adalah jarak yang tidak memungkinkan percikan atau lompatan api (flasover) antara kawat dan menara pada tegangan maksimum dan kecepatan angin maksimum. Dalam perencanaan saluran transmisi perlu diperhatikan bahwa tidak boleh ada lompatan api antar kawat penghantar, meskipun kawat itu mendekati satu sama lain karena tiupan angin. Jarak antara kawat ditetapkan dengan mengikat jarak isolasi antara menara dan kawat. Untuk rangkaian ganda yang tersusun tegak dan rangkaian tunggal segitiga, jarak mendatar adalah jarak antara kawat dan menara. Jarak tegak antara kawat biasanya 60-100% dari jarak mendatar. Bila ada es atau salju jarak tegak menyempit karena ketidakseimbangan muatan es dan salju pada kawat. Oleh karena itu biasanya kawat yang satu tidak dipasang tegak lurus terhadap yang lain tetapi agak miring (offset). Untuk saluran yang lebar gawangnya besar, jarak antara kawat perlu diperbesar karena andongan lebih besar dan kemungkinan terjadi persaingan lebih besar pula. Untuk saluran dengan gawang yang menaranya tidak sama tingginya jarak antara kawat harus diperbesar.
20
Andongan kawat dapat berubah oleh suhu, maka perlu ada jarak bebas (clearance) vertikal yang cukup agar kawat tidak menimbulkan gangguan lalu lintas kereta api dan saluran telepon yang ada di bawah saluran transmisi terutama bila suhunya mencapai angka maksimum. Karena adanya kemungkinan kejutan listrik oleh induksi di bawah saluran transmisi tegangan tinggi maka jarak bebas vertikal tersebut perlu diperbesar. Isolator akan terkena pengotoran (pencemaran polusi) garam dan debu bila saluran dipasang di dekat laut, di daerah industri atau daerah berdebu. Untuk mencegah memburuknya karakteristik isolasi karena pengotoran tadi, isolator dicuci atau dilapisi campuran silikon. Bilahal tersebut tidak dilakukan, maka daya isolasinya harus ditambah dengan menggunakan isolator anti kabut atau dengan menambah jumlah isolator dalam suatu gandengan. Penambahan isolator ini disesuaikan dengan banyaknya pengotoran garam. Karena itu faktor pengamanan sangat penting artinya dalam menentuan jarak antar penghantar.
3.1.2
Surve Pembangunan Saluran Transmisi
Pemilihan lintasan yang akan dilalui saluran transmisi merupakan persoalan pokok bagi saluran tersebut. Untuk itu perlu diadakan studi dan surve yang mendalam guna memungkinkan pembangunan secara ekonomis dan dapat diandalkan, baik dilihat dari segi pembangunannya sendiri maupun dari perawatannya. Faktor-faktor yang terpenting sebagai berikut: a. Keadaan cuaca (angin, hujan, salju, petir). b. Keadaan tanah (kemungkinan longsor, banjir, rawa)
21
c. Kondisi pengankutan (pengangkutan barang dan bahan bagi pembangunan dan perawatan) d. Letak terhadap bangunan-bangunan lain (saluran telekomunikasi, simpangan jalan raya, jalan kereta api) e. Bangunan perumahan (dijauhkan dari pemukiman masyarakat) Dari hasil survey ditentukan tinggi kontruksi, jenis menara dan cara menggantungkan kawat penghantar. Pada pokoknya kegiatan surve melalui hal-hal sebagai berikut: a. Surve garis pusat, disini garis pusat (centerline) saluran ditetapkan, demikian pula kedudukan kontruksi penopangnya terhadap garis tersebut. b. Survey profile, disini perbedaan tinggi permukan tanah dan lebar gawang (penampang tegak) ditetapkan sepanjang garis pusat tadi. c. Survey tampak atas, keadaan 50 -100 meter ke kiri, ke kanan garis pusat diperiksa. d. Survey khusus, yang dilakukan adalah penyelidikan khusus dalam penyebrangan sungai,pertemuan dengan saluran lain,perhitungan induksi elektromagnetik terhadap saluranm komunikasi. e. Surve lokasi menara, disini jumlah tanah galian, cara pembuatan pondasi diselesaikan.
3.1.3
Pondasi Menara Dan Tiang Baja
Pekerjaan pondasi yang terpenting meliputi pemberian tanda-tanda, pemasangan tonggak pengecoran beton dan pengurukan. Pemberian tanda-tanda (staking) dilakukan menurut rencana pondasi dengan mengingat tanda pusat (center peg) dari menara dan saluran.
22
Penggalian dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada kondisi tanahnya. Dalam penggalian lebar dasar lobang harus disesuaikan dengan yang direncanakan. Pekerjaan beton terdiri atas pengecoran campuran semen, pasir, kerikil dan air dalam cetakan plat baja. Pengurukan harus di cek kembali bagi kekuatan pondasi, karena itu dalam pengurukan kembali tanahnya harus dientakan (rammed) dengan tanah aslinya.
3.1.4
Pendirian Tiang Dan Menara Baja
Bila pondasi selesai, bagian atas kontruksi didirikan, ada dua cara pendiriaannya yaitu: a. Cara menyusun ke atas (assemble). b. Cara menarik ke atas (pulling up). pada cara pertama, menara disusun ke atas bagian demi bagian. Setiap bagian digantung dengan pengangkat (lifing rod) untuk kemudian disekrup, bagian yang satu di atas yang lain. Cara kedua dengan terlebih dahulu menyekrup bagian-bagian satu sama lain ditanah, untuk kemudian seluruh menaranya didirikan dengan crane atau mesin pengangkat (winch). Cara ini tepat guna dimana pemakaian alat-alat pengangkat berat itu mudah dibawa ke tempat pendirian menara. Untuk menentukan panjang gawang ekuivalen digunakan rumus sebagai berikut [1]: a ekuivalen
=
a 13 + a 23 + ..... + a n3 a 1 + a 2 + a 3 + ..... + a n
(3 .1)
Dimana : a1,a2,a3,.....,an merupakan panjang gawang individual yang dibatasi oleh dua tiang berturut–turut (gawang normal). Jadi panjang gawang ekuivalen dapat
23
dihitung setelah didapat pengukuran panjang gawang individual, terlihat pada
2100
2300
2000
3480
4500
4500
4500
gambar 3.1 dan 3.2 [2].
300 300 300 300
-3 0 +3 +6 +9 Gambar 3.1 Tiang Type AA
24
400 400 400 300 300 300 300
2100
3320 0
-3 0 +3 +6 +9
Gambar 3.2 Tiang Type Tower – BB,CC,DD
3.2 PEMASANGAN KAWAT
Kawat mula–mula dipasang pada tiang, kemudian ditarik sampai suatu ketegangan tertentu. Pemasangan biasanya dilakukan untuk bagian saluran yang panjangnya 300km. Salah satu cara dalam penarikan kawat adalah menariknya dengan mesin melalui penjepit kawat (snach block) yang terpasang pada setiap lengan menara, kawat-kawat tersebut ditarik oleh mesin dengan bantuan kawat penolong (messenger
wire).
25
Cara lain adalah dengan merentangkan kawat di atas tanah, lalu mengangkatnya ke atas tiang, cara ini dapat merusak kawat ACSR dan karenanya jarang dipakai. Agar supaya tidak terjadi kerusakan kawat karena menggores tanah digunakan penegang kawat (tensiuoner). Bila kawat menyeberangi saluran-saluran lain (kabel telepon) atau jalan (kereta api) perlu diadakan pengaman, agar kawat penghantar maupun kawat penolong tidak mengenai saluran tadi. Pekerjaan penegangan dilakukan pada setiap bagian saluran dimana gandengan isolator penegang terpasang pada menara-menara sudut maupun menaramenara gantung (tension insulator string), sedangkan ujung lainnya ditarik oleh mesin penarik (winch) sampai suatu andongan tertentu. Ujung ini kemudian dihubungkan dengan gandengan isolator penegang yang lain. Sesudah kawatnya cukup tegang, lalu dipindahkan pada gandengan isolator gantung dan penjepit kawat pada menara gantung, sesudah itu peredam dan perisai dipasang, dapat di lihat pada gambar 3.3 [3]. Kawat no 1 Menara penegang
Menara gantung Jumper wire
Penjepit kawt
Kawat no 2 Penyambungan
Tali kawat Penjepit kawt Pengamat andongan
Kawat no 3
Penarikan oleh mesin penarik
Bagian yang sedang ditegangkan
Kawat no1 dan no1 dan no 2 sudah di lenturkan andongannya sedangkan kawat no 3 sedang dikerjakan andongannya
Bagian yang andongannya belum ditetapkan
Gambar 3.3 Cara menegangkan kawat
26
3.2.1
Tegangan Tarik Kawat
Penghantar harus cukup aman dalam menyalurkan tenaga listrik. Untuk itu daya kerja maksimum pada kawat harus di tambahkan dengan faktor keamanan 2,2 meter untuk kawat tembaga tarikan keras (hard drawn) dan 2,5 meter untuk kawat ASCR serta kawat lainnya. Bila tarikan sehari-hari pada kawat besar, maka penghantar mudah menjadi letih karena getaran. Hal ini perlu di perhatikan dalam mempertimbangkan besarnya kekuatan kerja maksimum. Apabila tegangan kerja maksimum telah ditetapkan, maka andongan tegangan tarik kawat dalam berbagai kondisi dapat dihitung. Untuk kawat yang membentuk lengkungan parabolis andongan dan tariknya adalah :
f22 { fl2 + (k – a tE ) } = M
(3 .2 )
dimana :
f1
= tegangan kerja kawat penghantar ( kg/mm2 )
f2
= tegangan tarik terhadap andongan (kg/mm2 )
t
= Suhu maksimum pada andongan tertentu ( / 0C )
E
= Koefisien elastisitas penghantar ( kg/mm2 )
a
= Koefisien permukaan linier ( / 0C )
K
= Koefisien tenaga listrik ( kg/mm2 )
M
= Tegangan tarik kawat ( kg/mm2 )
Untuk mencari andongan ( D ) dipergunakan rumus [2] :
D =
δq2S 8 f
2
( 3 . 3)
2
dimana :
D
= Andongan ( m )
δ
= Berat Konduktor perluas penampang ( kg/mm2 )
q1
= 1 untuk menghitung andongan
27
q2
= 1,37 untuk ketegangan maksimum
S
= Rentangan ( m )
Untuk mencari koefisien tegangan tarik kawat ( K ) dipergunakan rumus [1] :
K = f1
(q 1δ )2 S 2 E f1
2
(3 .4 )
Berdasarkan rumus-rumus diatas di dapat rumus untuk mencari tegangan tarik kawat ( M ) yaitu :
M =
(q 1δ )2 S 2 E 2
f1 Untuk mencari berat konduktor perluas penampang ( δ )
δ =
W A
(3 .5)
(3 .6 )
dimana :
W
= Berat penghantar persatuan panjang ( kg/m )
A
= Luas penampang penghantar (mm2 )
Untuk mencari tegangan kerja kawat penghantar ( f1 ) dipergunakan rumus
f1 =
3.2.2
T A
(3 .7 )
Jarak Antar Penghantar
Dalam perencanaan saluran transmisi, jarak antar penghantar harus diperhitungkan dengan kemungkinan penghantar saling mendekat terutama di tengah rentangan kawat di mana andongan maksimum. Lompatan api tidak boleh terjadi bila penghantar saling mendekat. Untuk itu harus ditemukan jarak minimum antar kawat sehingga terhindar dari kemungkinan adanya lompatan api. Karena andongan kawat tergantung dari beberapa faktor misalnya ukuran dan jenis penghantar, rentangan, cuaca dan lain sebagainya, maka sulit diadakan standar untuk jarak tersebut karena itu faktor pengamanan sangat penting artinya dalam menentukan jarak antar penghantar. Di bawah ini diterangkan beberapa jarak antara penghantar [1] : 28
a. jarak bebas horizontal pada rentangan standar :
• Rentangan tunggal (Konfigurasi Horizontal)
Ch = 0,4
v 1,1k1
(3 .8)
dimana :
Ch
= jarak horizontal (m)
v
= rentang nominal (m)
k1
= konstanta ( 20-30 )
• Rentangan ganda (Konfigurasi Vertikal)
Ch = 1,5
v 1,1k2
(3 .9 )
dimana :
Ch
= jarak horizontal (m)
v
= rentang nominal (m)
k2
= konstanta ( 20-30 )
• Rentangan besar
(3 .10 )
Ch = 0,0625 D + 0,021 dimana :
Ch
= jarak horizontal (m)
V
= rentang nominal (m)
D
= andongan (m)
b. Jarak bebas Vertikal
• Rentang Standar
Cv = 1,0
(3 .11)
v 1,1k3
dimana :
Cv
= jarak horizontal (m)
29
v
= rentang nominal (m)
k3
= konstanta (40 - 50)
• Rentangan besar
Cv = 1,0
v 1,1k3
(3 .12 )
dimana :
3.2.3
Ch
= jarak horizontal (m)
V
= rentang nominal (m)
D
= andongan (m)
Struktur Pendukung
Struktur pendukung berfungsi sebagai penopang atau pemikul konduktor yang menyalurkan energi listrik. Karena bertegangan dan letak konduktor harus berada cukup tinggi di atas permukaan tanah agar aman bagi manusia dan hewan. Struktur pendukung berupa tiang atau menara listrik. Bahan yang digunakan untuk tiang listrik tegangan menengah adalah kayu, besi dan beton. Saluran udara tegangan menengah biasanya menggunakan isolator tumpu tanpa kawat petir dan saluran udara tegangan biasanya tidak begitu tinggi dan terletak tidak begitu jauh dari pohon-pohon dan bangunan karena saluran ini memiliki sifat kapasitif yang tinggi yang juga merupakan semacam pengaman terhadap gangguan petir atau tegangan lebih lainnya. Hanya di daerah–daerah yang sangat peka terhadap petir digunakan kawat petir dan ini pun sering hanya untuk jarak tertentu, yaitu 2-3 kilometer dari gardu induk. Saluran-saluran udara pada umumnya menggunakan isolator gantung, serta kawat petir sebagai pengaman terhadap gejala-gejala tegangan lebih. Umumnya digunakan tulang kontruksi yang terbuat dari baja. Oleh karena jalanya saluran
30
tranmisi tidak selamanya lurus, dan terdapat belokan, maka dititk tikungan diperlukan menara sudut. Secara mekanis menara sudut perlu lebih kuat dari menara pemikul, karena terdapat tarikan tanah pada satu arah tertentu karena adanya tikungan.
3.3
TEKANAN ANGIN
Dalam perencanaan transmisi cenderung dipakai tegangan yang lebih dengan pemakaian penghantar yang memiliki diameter lebih kecil sehingga tekanan angin pada kawat penghantar dapat di kurangi, karena tekanan angin ini dapat mempengaruhi tegangan dan andongan kawat. Besar tekanan angin tersebut dapat dinyatkan dengan persamaan berikut [1] :
P = 0,025 v2 a dimana :
P
= tekanan angin [kg/m2]
v
= kecepatan angin [m/det]
a
= faktor ke efektifan angin [a < 1] Tekanan angin standar ini digunakan untuk perencanaan jenis konstruksi
penampang dan jenis kawat direntang. Untuk perencanaan nilai faktor ke efektipan angin (a) di ambil 0,6 untuk kecepatan angin sekitar 30 m/det. Ddalam penerapan di indonesia perlu diadakan koreksi terhadap nilai yang di peroleh bila digunakan nilai faktor keefiktipan angin = 0,6 karena kecepatan angin = 0,6 kerena kecepatan angin rata-rata di indonesia adalah 20 m/det.
31
3.4 JARAK ANTAR TIANG (SPAN)
Penentuan jarak antar tiang (span) sangat penting dalam perencanaan saluran transmisi sacara keseluruhan. Oleh sebab itu hal ini harus ditetapkan dan di tinjau dari segi tegangan, konstruksi penghantar, tinggi tiang menara transmisi keadaan udara serta keadaan tanah. Ditunjukan pada gambar 3.4 [4] :
25 16
M = 7 k g / m m 29
5
D
4
D=
δq2 S 2 8f 2
11 13.5
10
3.24 15
9
3
4
2
19
1 1
a 80
100
120
140
160
180
200
Gambar 3.4 Andongan sebagai fungsi jarak penghantar dan tiang.
3.5 ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR
Kawat penghantar yang direntangkan antara dua menara transmisi tidak akan mengikuti garis lurus, tetapi karena beratnya sendiri akan melengkung kebawah. Itulah yang dikatakan dengan andongan. Besar lengkungan ini tergantung dari berat dan panjang dari kawat penghantar itu sendiri. Secara matematis, lengkungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan tertentu sesuai dengan keadaan dan kondisi menara. Pada gambar 3.5 [4] :
32
160
80m 120
300.10
200
−6
(3 / 8 )S × L S = 17 .10
222
−6
200
S
(3 a
100 35
50
2
/ 8
)S
×L
9.1
40
30
20
10
0
2
0
C
4
6
8
10
m
12
14
2
Gambar 3.5 Saluran kawat penghantar sebagai fungsi suhu.
3.5.1
Kedua Menara Sama Tinggi
Dengan menganggap bahwa penghantar adalah satu jenis (homogen), maka kurva yang terbentuk merupakan logam lengkungan sempurna. Sehingga pada setiap titik yang terletak pada kurva berlaku persamaan-persamaan berikut [2] pada gambar 3.6 [1] :
x c x l = c cosh c
( 3 . 13 )
y = c cosh
( 3 . 14 )
x ⎞ ⎛ d = y − c = c⎜ cosh − 1⎟ c ⎠ ⎝
( 3 .15 )
dimana :
l = Panjang garis lengkung dan titik terendah, sampai suatu titik dengan kordinat ( x,y )
d = Andongan pada titik dengan koordinat ( x,y ) Demensi C memberi nilai yang nyata pada kurva terhadap gaya tarik pada penghantar, maka :
C=
T [m] W
( 3 . 16 )
33
dimana :
T
= Gaya tarik horizontal pada penghantar ( kg )
W
= Berat penghantar persatuan panjang ( kg/m )
C
= Dimensi ( m )
Pada umumnya lengkungan penghantar dapat dinyatakan sebagai suatu lengkung parabola dan persamaan-persamaan berikut dapat di terapkan :
D=
WS2 [m] 8T
( 3 . 17 )
⎛ 8D2 ⎞ L = S⎜⎜1 + 2 ⎟⎟[m] ⎝ 3S ⎠
( 3 . 18 )
T1 = T2 = T + WD [kg]
( 3 . 19 )
dimana :
S
= rentangan menara ( m )
L
= panjang penghantar sebenarnya (m )
T1
= T2 gaya tarik menarik pada penghantar ( kg )
y T2
T1 s
D
x
Gambar 3.6 Kedua menara sama tinggi
34
3.5.2
Kedua Menara Tidak Sama Tinggi
Bila kedua menara tidak sama tinggi. Maka andongan yang dihitung adalah jarak antar garis yang di tarik di antara kedua ujung menara. Karena cukup besar maka pergeseran titik terendah 0 ketiik singgung (N) pada gambar 3.7 dapat di abaikan dan andongan (D) dapat di tentukan dengan nenggunakan persamaan 4.5. Hubungan antara titik terendah 0 dengan titik-titik ujung menara dinyatakan dengan persamaan berikut : y S
T1
T2
D
I
D1 II N
T
x x1
Gambar 3.7 Kedua menara tidak sama tinggi 2
⎛ H⎞ D1 = D⎜1 − ⎟ [m] ⎝ 4D ⎠
( 3 . 20 )
S⎛ H ⎞ X1 = ⎜1 − ⎟[m] 2 ⎝ 4D ⎠
( 3 . 21 )
Gaya tarik kawat penghantar pada puncak menara :
T1 = T + WD [kg]
( 3 . 22 )
T2 = T + W ( D + H ) [kg]
( 3 .23 )
35
Gaya taik horizontal pada kedua puncak menara adalah sama. Tetapi gaya tarik vertical pada puncak menara 1 lebih besar dari pada puncak menara 2 karena menara 1 lebih tinggi (dilihat dari titik 0 tiang terhadap garis x) maka :
T1 = T2 + W H [kg]
( 3 . 24 )
3.6 RENTANG VERTIKAL
Rentang vertikal adalah jarak antara dua titik terendah lengkungan penghantar yang berurutan, pada menara dengan ketinggian yang sama seperti pada gambar 3.8. Titik terendah kedua lengkung penghantar O12 dan O23 tepat berada pada titik tengah rentangan sehingga, Dapat di lihat pada tabel 3.1 [1] :
Vs =
1 (S12 + S23 ) 2
( 3 . 25 )
dimana :
Vs
= rentang vertical [m]
S12
= rentangan menara1 dan 2 [m]
S23
= rentangan menara 2 dan 3 [m] Pada menara dengan ketinggian yang tidak sama seperti pada titik terendah O
bergeser sejauh ΔS dari titik tengah rentangan M. S23
S12
D12 D23
1
2 Vs
Gambar 3.8 Rentangan vertikal
36
3
Pergeseran tersebut dapat di nyatakan dengan rumus [2] :
HT WS
( 3 . 26 )
T ΔS ×W × S
( 3 . 27 )
ΔS = atau :
H= dimana :
ΔS
= pergeseran titik terendah [kg]
T
= gaya tarik horizontal [kg]
H
= selisih ketinggian menara [m]
W
= berat penghantar persatuan penjang [kg/m]
S
= rentang menara [m] Maka ΔS pada rentangan menara yang lain dipakai dalam suatu persamaan
untuk menghitung rentangan vertikal, pada gambar 3,9 ditarik garis horizontal
S23
S12
M12
H23
H12
melalui puncak menara 2. garis ini dipakai sebagai garis referensi.
D12 ?S12 D23 ?S23
Vs
Gambar 3.9 Rentangan vertikal berdasarkan pergeseran titik terendah
aplikasi diketahui :
S12
= rentangan menara 1 dan 2 [m]
S23
= rentangan menara 2 dan 3 [m]
37
ΔS12
= pergeseran titik terendah lengkungan menara 1 dan 2 [m]
ΔS23
= pergeseran titik terendah lengkungan menara 1 dan 2 [m]
H12
= selisih ketinggian menara 1 dan 2 [m]
H23
= selisih ketinggian 2 dan 3 [m]
Maka menara vertikal Vs :
1 1 Vs = S12 − ΔS12 + S23 + ΔS23[m] 2 2
( 3 .28 )
atau :
Vs =
⎛H H ⎞ 1 (S12 + S23 ) − T ⎜⎜ 12 + 23 ⎟⎟[m] 2 W ⎝ S12 S23 ⎠
( 3 . 29 )
3.7 TEMPLATE UNTUK PERENCANAAN MENARA
Pemakaian template untuk penempatan menara terutama untuk mendapatkan jarak bebas yang baik antar penghantar dengan permukaan bumi. Pada daerah-daerah dengan permukaan yang tidak rata, misalnya daerah pegunungan, yang membuat jarak lengkungan penghantar terlalu dekat dengan permukaan bumi yang menonjol pada gambar 3.10 jarak tersebut adalah h.
H
Gambar 3.10 Jarak bebas penghantar terhadap permukaan bumi
untuk mencegah hal yang dimikian itu diperlukan suatu template yang dapat memberikan gambaran mengenai jarak bebas tersebut. Dengan menggunakan 38
template dapat diketahui menara perlu ditinggikan, digeser atau menambah satu menara lagi untuk mendapatkan jarak bebas yang baik.
3.7.1 Penggambaran Template
Untuk rentangan tertentu dengan ukuran dan jenis penghantar yang ditentukan, dihitung andongan maksimum yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.5 sepeti yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.5 seperti telah dikemukakan diatas. Andongan maksimum diperhitungkan dengan menggunakan faktor suhu (suhu maksimum yang dapat terjadi pada lokasi saluran) . Untuk perencanaan biasanya digunakan suhu maksimum 75 0C, suhu dapat mempengaruhi andongan kawat (sag). Oleh karena itu perlu ada jarak bebas (clearance) yang cukup agar kawat tidak menmbulkan gangguan baik dari segi mekanis maupun segi elektrik. Lengkung jarak bebas dilukiskan pada template dengan mengambil jarak
15
C
a ra
kb
C
len
gk
un
gj
50
eb
as
Sumbu vertikal
bebas vertical terhadap permukaan bumi seperti pada table 3.1 [1] :
Gambar 3.11 Template
39
Tabel 3.1 Jarak bebas vertikal Tegangan
Jarak bebas vertikal 5 m ( 5,5m bila saluran menyebrangi jalan kereta Dibawah 35 kV api dan 6 m bila saluran menyebrangi jalan raya)
35 - 160 kV Diatas 160 kV
6 m ( 5 m bila saluran digantung didaerah pegungungan yang jarang didatangi manusia 6 m ditambah 12 m untuk setiap 10kV (5,5m bila saluran digantung di daerah pegunungan
3.8 FLOW CHAT
Saluran transmisi dapat dilihat pada gambar 3.12 [3] :
Tegangan
Beban
Jarak
Ekonomi
Besar Arus
Peta
Wilayah yang di survai
Tinggi tiang perkiraan
Jenis Penghantar
Berat
Bentuk Tiang
Diameter
Gaya tarik suhu
Tinggi tiang sesunguhnya
Jarak gawang nominal
Gawang Dasar
Equivalen Span
Pole Template
Gambar Jalan
Gambar 3.12 Blok diagram sistem transmisi.
40
BAB IV PERHITUNGAN ANDONGAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV KEMBANGAN - CILEDUG
4.1 ANDONGAN PADA KAWAT SUTT
Bila sebuah kawat dibentang antara dua titik A dan titik B kawat tersebut tidak akan mengikuti garis A dan B, akan tetapi karena berat kawat itu sendiri akan melengkung ke bawah. Besar lengkungan ini tergantung pada berat dan panjang kawat. Besar kawat akan menimbulkan tegangan tarik (f2) pada penampang kawat. Bila tegangan tarikan kawat besar menyebabkan kawat tersebut putus, dan kawat dapat merusak tiang pengikat kawat tersebut. Tegangan tarik tergantung pada berat kawat dan beban lain yang bekerja pada kawat. Tinggi andongan kawat yang terlalu besar dapat menimbulkan bahaya bagi objek lain dan kawat itu sendiri. Menurut normalisasi yang berlaku, tinggi kawat di atas tanah berkisar antara 24,48 sampai 27,22 meter. Jadi batasan-batasan harga untuk merentangkan suatu kawat,yaitu : a. Tegangan tarik tidak boleh melebihi tegangan tarik yang diizinkan pada keadaan apapun. Tegangan tarik maksimum akan terjadi pada temperatur terendah. b. Jarak kawat ke tanah tidak boleh lebih kecil dari jarak terkecil yang diizinkan. Andongan terbesar terjadi pada temperatur maksimum. Data ini diambil dari PT. PLN (Persero). Gardu induk kembangan.
41
Listrik yang disalurkan dari Gardu Induk (GI) Kembangan, Jakarta Barat akan di salurkan melalui jaringan transmisi 150 KV sepanjang ± 10 KM menuju Gardu Induk (GI) Ciledug. Sepanjang jaringan transmisi telah ditetapkan adanya ruang bebas dan ruang aman. Ruang bebas adalah ruang sekeliling penghantar (kawat listrik) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang harus di bebaskan dari manusia, mahkluk hidup lain maupun benda apapun demi keselamatan manusia, mahkluk hidup dan benda lain tersebut demikian pula untuk keamanan dari SUTT itu sendiri. Jarak aman maksimum dari kawat penghantar adalah 2,5 meter lebih dari itu sangat membahayakan bagi makluk hidup yang berada didekat kawat penghantar. Penampang melintang ruang bebas (ROW) SUTT 150 KV dari Gardu Induk kembangan, Jakarta Barat ke Gardu Induk ciledug adalah ± 10 km. Rentangan dari atas tower (menara) ke kanan dan ke kiri masing-masing adalah 3,1 meter, termasuk stringing area. Pedoman untuk ruang bebas dan jarak bebas minimum SUTT 150 KV Gardu Induk kembangan ke petukangan mengikuti pedoman yang tertuang di dalam Standar Nasional Indonesia SNI 04 – 6918 -2002. Menara tower akan dipasang pada setiap jarak (200–300) meter dengan asumsi setiap kilo meter dibutuhkan menara sebanyak 2 sampai 3 buah. Seluruhnya berjumlah 32 menara (tower) transmisi. Konduktor paling bawah berada pada ketinggian (18-20) meter di atas tanah, sedangkan cross arm paling bawah berada pada 22 meter (untuk twin conductor) diatas tanah dan berlaku untuk konduktor ACSR 240 mm2. Sementara itu konduktor GSW (Ground Shield Wire) atau GSO (Ground Shield Optical Wire) akan berada pada ketinggian 31 samapai 34,4 meter untuk (twin conductor) dari permukaan tanah.
42
4.2 MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR ASCR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV KEMBANGAN - CILEDUG
Pada perhitungan ini yang dicari adalah menentukan andongan dan ketegangan kawat dengan menimbang pengaruh tekanan angin dan pengaruh panas, dimana konnduktor yang di gunakan adalah ASCR
(Alumunium Conductor Steel
Reinforced). dan luas penampangnya 240 mm2. cara perhitungan yang akan di berikan dapat yang digunakan untuk jenis penghantar yang lainnya seperti AAC, dan lain-lain yang menyatakan luas penampang dan diameter konduktornya, sesuai dengan standar PT. PLN (Persero). Data-data saluran transmisi 150 kV diambil dari PT. PLN (Persero) Gardu Induk Kembangan, Jakarta Barat sebagai berikut : a. Luas penampang nominal
: 240 mm2
b. Tipe kawat penghantar
: ASCR
c. Luas penampang terhitung
: Aluminium (Aa) = 241,3
d. Diameter konduktor
: Aluminium (da) = 22,4
e. Berat konduktor
: 1.110 kg/m
f. Koefisien ekspansi linier
: Aluminium (aa) = 23x10-6
g. Koefisien elastisitas konduktor
: Aluminium (Ea) = 6300
h. Panjang span saluran transmisi 150kV
: S = 300 m
i. Faktor keamanan
: 2,5 untuk tegangan maksimum
j. Temperatur
: Maksimum (750C)
k. Tegangan tarikan kerja Maksimum
: 10,210 kg
l. Gaya tarik horizontal
: 333 kg
m. Pergeseran titik terendah
: 2,22 kg
n. Kecepatan angin
: 40,0 m/s
43
4.3 PERHITUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANDONGAN
Ada beberapa faktor perhitungan yang menyebabkan terjadinya andongan, dan yang akan dibahas disini ialah : a. Perhitungan kawat penghantar yang ditunjang oleh menara yang sama tingginya. b. Perhitungan kawat penghantar yang ditunjang oleh menara yang tidak sama tingginya.
4.3.1
Perhitungan Kawat Penghantar ASCR Yang Di Tunjang Oleh Menara Yang Sama Tinggi.
Untuk menara yang sama tinggi, perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 300 m. Rumus-rumus pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung kuat tarik maksimum sama dengan rumus yang ada pada persamaan (3.2) sampai (3.6). dimana :
W
= 1,11 kg/m
S
= 300 m
A
= 240 mm2
E
= 6300 kg/mm2
t
= 750C
T
= 10,210 kg Maka untuk mencari andongan masimum dari kawat penghantar digunakan
rumus (3.3), dimana : Besaran-besaran pada rumus harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D), dan data yang diketahui di atas maka dapat dicari nilai berat konduktor perluas penampang (δ) dengan menggunakan rumus (3.6) yaitu :
44
δ=
1.11kg / m 240mm 2
δ = 4,625 × 10 −3 kg / mm 2 Begitu juga dengan nilai tegangan kerja kawat penghantar (f1) dapat dicari dengan menggunakan rumus (3.7) yaitu :
f1 =
10,210 kg 240 mm 2
f1 = 42,54 kg / mm 2 Sehingga setelah didapat nilai dari barat konduktor perluas penampang (δ) dan juga nilai tegangan kerja kawat penghantar (f1), selanjutnya dapat dicari besar gaya tarik penghantar (K) dengan menggunakan rumus (3.4), untuk nilai q1 = 1 (tegangan kerja maksimum), yaitu : 2
⎛⎜1,11kg / m ⎞⎟ × 300 m × 6300 kg / mm 2 240 mm 2 ⎠ 2 ⎝ K = 42,54kg / mm 24,54 kg / mm 2 K = 42,54 kg / mm 2 × 2,979 kg / mm 2 K = 39,561kg / mm 2 Begitu juga
untuk menentukan tegangan tarik penghantar (M) dengan
memasukan nilai q2 = 1,37 (ketegangan maksimum) dan menggunakan rumus (3,5), yaitu : 2
⎛⎜1,11kg / m × 1,37 ⎞⎟ × 300 m × 6300 kg / mm 2 240 mm 2 ⎝ ⎠ M = 24 M =
10,117 3 kg / mm 6 24
M = 421,54 kg 3 / mm 6
45
Kemudian dapat ditentukan nilai tegangan tarik terhadap andongan (f2) dengan menggunakan rumus (3.2), yaitu :
[
]
f 22 42,54kg / mm2 + (39,56kg / mm2 − 23×10−6 × 750 C × 6300kg / mm2 ) = 421,54kg 3 / mm6
f 22 =
421,54kg 3 / mm 6 71,23kg / mm 2
f 22 = 5,92 kg 3 / mm 4 f 22 = 2,43kg / mm 2 Dengan demikian maka harga andongan maksimum dapat ditentukan dengan q2 = 1 dan mempergunakan rumus (3.3), yaitu :
1,11kg / m D=
240 mm 2 × 300 m 2 8 2,43kg / mm 2
(
)
185kg / mm 2 .m D= 19,44kg / mm 2 D = 9,52 m Dari perhtungan-perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 300 meter yang menggunakan kawat penghantar ASCR (Alumunium Conductor Steel Reinforced) 240mm2, maka andongan maksimumnya adalah 9,52 meter, jarak bebas kawat penghantar sampai ke permukaan tanah 22,48 meter, dan temperatur yang dipakai adalah temperatur maksimum sebagai faktor keamanan untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum dan saluran menara transmisi dapat berkerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut.
46
4.3.2
Perhitungan Kawat Penghantar ASCR Yang Di Tunjang Oleh Menara Yang Tidak Sama Tinggi.
Untuk menara yang tidak sama tinggi perhitungan dilakukan panjang saluran (span) 200 meter, dan besaran lainnya diberikan sebagai berikut :
W
= 1.110kg/m
S
= 200 m
A
= 240 mm2
E
= 6300 kg/mm2
t
= 750C
T
= 10,210 kg
ΔS
= 2,22 kg
T2
= 333 kg Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar (D) dapat
dipergunakan rumus (3.3), yang ditulis oleh rumus-rumus untuk mencari parameter terkait. Dari data-data di atas, dapat dicari berat konduktor perluas penampang (δ) dengan menggunakan rumus (3.6), yaitu :
δ=
1.11kg / m 240 mm 2
δ = 4,625 × 10 −3 kg / mm 2 Setelah itu dapat dicari tegangan kerja kawat penghantar (f1) dengan mengunakan rumus (3.7), yaitu :
f1 =
10,210 kg 240 mm 2
f1 = 42,54 kg / mm 2
47
Kemudian dapat ditentukan gaya tarik penghantar (K) digunakan q1 = 1 dan dipergunakan rumus (3.4), yaitu : 2
2 ⎛⎜1,11kg / m ⎞ 2 ⎟ × 200 m × 6300 kg / mm 240 mm ⎠ K = 42,54kg / mm 2 ⎝ ( 24,54kg / mm 2 ) 2
K = 42,54 kg / mm 2 − 0,74 kg / mm 2 K = 41,8kg / mm 2 Setelah itu dicari tegangan tarik penghantar (M) digunakan q2 = 1,37 dengan menggunakan rumus (3.5), yaitu : 2
2 ⎛⎜1,11kg / m ⎞ 2 × 1,37 ⎟ × 200 m × 6300 kg / mm mm 240 ⎠ M =⎝ 24
M =
2.529,32 3 kg / mm 6 24
M = 105,4kg 3 / mm 6 Dan dilanjutkan dengan mencari tegangan tarik terhadap andongan (f2) dengan menggunakan rumus (3.2), yaitu :
[
)]
(
f 22 42,54kg / mm2 + 36,468kg / mm2 − 23 × 10−6 × 750 C × 6300kg / mm2 = 105,4kg 3 / mm6
f
2 2
105,4kg 3 / mm 6 = 73,44kg / mm 2
f 22 = 1,4kg 3 / mm 4 f 22 = 1,2kg / mm 4 Dengan demikian nilai selisih tiang span H dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut dan digunakan rumus (3.27), yaitu :
H=
222 2,22×1,110× 200
H = 4,5m 48
Dengan demikian nilai andongan maksimum dapat ditentukan dengan q2 = 1 dan digunakan rumus (3.3), yaitu :
1,11kg / m
240 mm 2 × 200 m 2 8 1,2kg / mm 2
D=
D=
(
)
46,25kg / mm 2 .m 9,6kg / mm 2
D = 4,82 m Dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas maka diperoleh harga andongan maksimum untuk jarak panjang gawang 200 meter adalah 4,82 meter jarak bebas kawat penghantar sampai ke permukaan tanah 27,18 meter, dan selisih tiang (span) adalah 0,45 meter. Dari perhitungan andongan maksimum untuk menara sama tinggi dan menara yang tidak sama tinggi dapat dilihat bahwa nilai andongan yang didapat pada menara sama tinggi lebih tinggi dari nilai andonga pada menara yang tidak sama tinggi. Hal ini untuk mencegah agar andongan tidak terlalu dekat dengan permukaan bumi.
4.4
MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV KEMBANGAN - CILEDUG
Pada perhitungan ini yang dicari adalah menentukan andongan dan ketegangan kawat dengan menimbang pengaruh tekanan angin dan pengaruh panas. Di mana konduktor yang digunakan adalah AAAC (All Alumunium Aloy Conductor),dengan luas penampangnya 240 mm2 sesuai dengan setandar PT. PLN (Persero). Perhitungan ini untuk melihat besarnya andongan jika menggunakan kawat penghantar AAAC (All Alumunium Aloy Conductor) pada saluran transmisi 150 kV.
49
Data-data yang diambil dari saluran transmisi 150 kV diambil dari internet, sebagai berikut : a. Luas penampang kawat
: 240 mm2
b. Tipe kawat penghantar
: AAAC(All Alumunium Aloy Conductor)
c. Luas penampang terhitung
: Aluminium (Aa) = 242,54
d. Diameter konduktor
: Aluminium (da) = 20,25
e. Berat konduktor
: W = 0,67 kg/m
f. Koefisien ekspansi linier
: Aluminium (aa) = 23x10-6
g. Koefisien elastisitas konduktor
: Aluminium (Ea) = 6300
h. Panjang span saluran transmisi 150kV : S = 300 m i. Faktor keamanan
: 2,5 untuk tegangan maksimum
j. Temperatur
: Maksimum = 750C
k. Tegangan tarikan kerja Maksimum
: T =10,210 kg
l. Gaya tarik horizontal
: (T2) 333 kg
m. Pergeseran titik terendah
: (ΔS) 2,22 kg
n. Kecepatan angin
: 40,0 m/s
4.4.1
Perhitungan Kawat Penghantar AAAC Yang Di Tunjang Oleh Menara Yang Sama Tinggi.
Untuk menara yang sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 300 meter. Rumus-rumus pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung kuat tarik maksimum sama dengan rumus yang ada pada persamaan (3.2) sampai (3.7). dimana :
50
W
= 0,67 kg/m
S
= 300 m
A
= 240 mm2
Ea
= 6300 kg/mm2
t
= 750 C
T
= 10,210 kg Maka untuk mencari andongan masimum dari kawat penghantar digunakan
rumus (3.3), yaitu : Besaran-besaran pada rumus harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D), dan data yang diketahui di atas maka dapat dicari dengan cara yang sama seperti perhitungan pada kaway ASCR, maka dapat diketahui hasil yang ada pada tabel nilai menara yang sama tinggi, yaitu :
Tabel 4.1 Hasil perhitungan menara yang sama tinggi
Span 300 m
perluas penampang konduktor δ
tegangan kawat penghantar f1
gaya tarik penghantar K
tegangan tarik penghantar M
tegangan tarik andongan f2
andongan maximum D
menara sama tinggi
2,791 x 10-3 kg/mm2
42,54 kg/mm2
41,45 kg/mm2
153,59 kg/mm6
1,45 kg/mm2
9,63 m
Dari perhitungan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 300 meter yang menggunakan kawat penghantar AAAC (All Alumunium Aloy Conductor) 240mm2, maka andongan maksimumnya adalah 9,63 meter, jarak bebas kawat penghantar sampai ke permukaan tanah 22,37 meter, dan temperatur yang dipakai adalah temperatur maksimum sebagai faktor keamanan untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum dan saluran
51
menara transmisi dapat berkerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut
4.4.2
Perhitungan Kawat Penghantar AAAC Yang Ditunjang Oleh Menara Yang Tidak Sama Tinggi
Untuk menara yang tidak sama tinggi perhitungan dilakukan panjang saluran (span) 200 meter dan besaran lainnya di berikan sebagai berikut :
W
= 0,67 kg/m
S
= 200 m
A
= 240 mm2
Ea
= 6300 kg/mm2
t
= 750C
T
= 10,210 kg
ΔS
= 2,22 kg
T2
= 333 kg
Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar (D) dapat dipergunakan rumus (3.3), yang ditulis oleh rumus-rumus untuk mencari parameter terkait . Besaran-besaran pada rumus harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D), dan data yang diketahui di atas maka dapat dicari dengan cara yang sama seperti perhitungan pada kawat ASCR, maka dapat diketahui hasil yang ada pada tabel nilai menara yang tidak sama tinggi, yaitu :
52
Tabel 4.2Hasil perhitungan menara yang tidak sama tinggi
Span 200 m
perluas penampang konduktor δ
tegangan kawat penghantar f1
gaya tarik penghantar K
tegangan tarik penghantar M
tegangan tarik andongan f2
Selisih tiang menara H
andongan maximum D
menara sama tinggi
2,791 x 10-3 kg/mm2
42,54 kg/mm2
39,83 kg/mm2
38,4 kg/mm6
0,73 kg/mm2
4.5 meter
4,78 meter
Dari perhtungan-perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 200 meter yang menggunakan kawat penghantar AAAC (All Alumunium Aloy Conductor) 240mm2, maka andongan maksimumnya adalah 4,78 meter, jarak bebas kawat penghantar sampai ke permukaan tanah 27,22 meter, dan selisih tiang (span) adalah 0,45 meter. Temperatur yang dipakai adalah temperatur maksimum 750C sebagai faktor keamanan untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum dan saluran menara transmisi dapat berkerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut Dari perhitungan andongan maksimum untuk menara sama tinggi dan menara yang tidak sama tinggi dapat dilihat bahwa nilai andongan yang didapat pada menara sama tinggi lebih tinggi dari nilai andonga pada menara yang tidak sama tinggi. Hal ini untuk mencegah agar andongan tidak terlalu dekat dengan permukaan bumi.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan perhitungan andongan pada sistem saluran udara tegangan tinggi didapat kesimpulan sebagai berikut : a. Batasan dalam merentangkan suatu kawat saluran transmisi, dari satu tiang ke tiang yang lain di lakukan dengan cara :
•
Tegangan tarik tiang tidak boleh melebihi tegangan tarik yang diizinkan pada keadaan apapun. Tegangan tarik maksimum akan terjadi pada temperatur terendah.
•
Jarak kawat ke tanah tidak boleh lebih kecil dari jarak terkecil yang diizinkan, andongan terbesar terjadi pada temperatur maksimum dan beban maksimum.
b. Andongan kawat dapat berubah oleh suhu, maka perlu ada jarak yang cukup agar kawat tidak menimbulkan gangguan yang ada di bawah saluran transmisi, terutama bila suhu mencapai angka maksimum. c. Rentang kawat tergantung pada jarak antar menara. Semakin besar jarak menara, semakin besar pula rentang kawat atau sebaliknya. Menurut normalisasi yang berlaku tinggi kawat diatas tanah berksar 24,48 sampai 27,22 meter. Bila hasil tinggi kawat yang diperoleh lebih besar dari harga nermalisasi itu lebih baik. d. Hasil perhitungan dengan mengunakan temperatur maksimum (75°C), di peroleh tegangan tarik pada kawat pengantar sebesar 2,43 kg/mm2 dan andongan untuk menara yang sama tinggi adalah 9,52 meter sedangkan andongan pada menara yang tidak sama tinggi adalah 4,82 meter pada kawat penghantar ASCR.
54
e. Andongan sebesar 9,52 meter memenuhi keriteria yang dihasilkan pada perhitungan untuk tinggi tiang (span) setinggi 32 meter di proleh jarak bebas ke permukaan tanah adalah 32 meter di kurang 9,52 meter adalah 24,48 meter pada kawat ASCR (Alumunium Conductor Steel Reinforced). f. Untuk penggunaan kawat AAAC (All Alumunium Aloy Conductor) juga masih memenuhi syarat yang di hasilkan 4,78 meter pada menara setinggi tiang (span) 32 meter di proleh jarak bebas ke permukaan tanah adalah 32 meter di kurangi 4,78 meter adalah 27,22 meter
5.2. SARAN
Saran yang dapat di tuliskan adalah mengoptimalkan saluran udara tegangan tinggi maka pada perhitungan andongan
untuk saluran menara transmisi selain factor
teknis seperti jenis konduktor, maka perlu diperhatikan juga aspek-aspek lingkungan seperti keceptan angin sehingga saluran udara tegangan tinggi menara transmisi tersebut lebih aman, ekonomis dan mampu berkerja secara maksimal.
55
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Abdul Kadir. Prof.Ir. ”Transmisi Tenaga Listrik”, Universitas Indonesia, Jakarta 1998. [2]. Hutauruk. T.S. ”Gelombang Berjalan pada Sistem Transmisi dan Proteksi Terhadap Surya”, ITB, Bandung 1975. [3]. SPLN 14. “Keriteria dasar bagi perencanaan saluran udara tegangan tinggi 150kV”, perusahaan umum listrik Negara, 1979. [4]. Buku petunjuk operasional dan pemeliharaan peralatan no.2 untuk saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Perusahaan Umum Listrik Negara, 1068. [5]. SNI 04 – 6918. “Ruang bebas dan Jarak bebas minimum pada saluran udara tegangan tingg 150 kV”, Standar Nasional Indonesia, 2002 [6]. www.sural.com, Bare conductor manufactur
56
LAMPIRAN - A KARAKTERISTIK KAWAT PENGHANTAR FORM A1 Karakteristik mekanik kawat alumunium Hard Drawn luas penampang (mm2) 15,90
Diameter Berat Kuat tarik (kg) (mm) (kg/km) Minimum Rata-rata 4,5 42,93 257 268
13,85
4,2
37,40
224
234
12,57
4,0
33,94
203
212
11,34
3,8
30,62
183
191
10,75
3,7
29,03
178
185
9,621
3,5
15,98
159
169
8,042
3,2
21,71
133
141
6,605
2,9
17,83
111
118
5,309
2,6
14,33
91,5
97,0
4,155
2,3
11,22
47,5
78,9
3,142
2,0
8,48
58,5
61,9
Karakteristik mekanik kawat baja galvanisasi berlilit Luas Penampang Terhitung (mm2) 19,64
Diameter Berat (mm) (kg/km) 5,0 53,03
Kuat Tarik (kg) 619
Tegangan Tarik Minimum (kg/mm2) 31,5
15,90
4,5
42,93
501
31,5
12,57
4,0
33,94
396
31,5
10,75
3,7
29,03
339
31,5
9,621
3,5
25,98
303
31,5
8,042
3,2
21,71
253
31,5
6,605
2,9
17,83
208
31,5
5,309
2,6
14,33
167
31,5
4,155
2,3
11,22
131
31,5
3,142
2,0
8,48
99
31,5
58
RORM A2 Karakterstik mekanik kawat baja galvanisasi berlilit
Ukuran luas
Luas penampang Diameter
Berat
kuat
penampang
Jumlah
nominal
Diameter
Terhitung
Luar
(mm2)
(mm)
(mm2)
(mm)
(kg/km)
(kg)
135
7/5,0
137,4
15,0
102,2
15400
110
7/4,5
11,3
12,5
884,4
12500
90
7/4,0
87,99
12,0
698,4
9800
70
7/3,5
67,35
10,5
535,0
7560
55
7/3,2
56,30
9,6
447,3
6300
45
7/2,9
46,24
8,7
367,3
5200
38
7/2,6
37,1
7,8
295,3
4180
30
7/2,3
29,09
6,9
281,0
3270
22
7/2,0
21,99
6,0
174,7
2470
59
tarik
RORM A3 Karakterstik mekanik kawat baja galvanisasi berlilit Hard Drawn Ukuran Luas
Luas
Penampang
Jumlah
Penampang
Diameter
nominal
Diameter
Terhitung
Luar
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(kg/km)
(kg)
500
61/3,2
490,6
28,8
135,1
13890
400
61/2,9
402,9
26,1
110,9
11420
400
37/3,7
397,3
25,8
109,2
11280
380
37/3,5
356,9
24,5
879,6
10800
300
37/3,2
297,6
22,4
818,9
8400
240
19/4,0
238,6
20,0
652,6
6770
200
37/2,6
196,4
18,2
539,2
5560
200
19/3,7
204,3
18,5
538,2
5800
180
19/3,5
182,8
17,5
499,5
5180
150
19/3,2
152,8
16,0
447,4
4330
125
19/2,9
125,5
14,5
342,8
3560
100
19/2,6
100,9
13,0
275,5
2860
90
7/4,0
87,99
12,0
240,4
2490
70
7/3,5
67,35
10,5
184,0
1910
55
7/3,2
56,29
9,6
153,8
1590
45
7/2,9
46,24
8,7
126,3
1310
38
7/2,6
37,16
7,8
101,5
1050
30
7/2,3
29,09
6,9
79,5
825
22
7/2,0
21,99
6,0
60,1
624
16
3/2,6
15,93
5,6
43,5
451
12
3/2,3
12,47
5,0
34,1
354
10
3/2,0
9,43
4,3
25,7
267
60
Berat
kuat Tarik
RORM A4 Karakterstik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Drawn Ukuran Luas
Luas
Penampang
Jumlah
Penampang
Diameter
nominal
Diameter
Terhitung
Luar
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(kg/km)
(kg)
1000
127/3,2
1021
41,6
9135
40100
850
127/2,9
838,8
37,7
7651
33000
725
91/3,2
731,8
35,2
6655
28700
600
91/2,9
601,1
31,9
5466
23700
500
61/3,2
490,6
28,8
4448
19300
400
61/2,9
402,9
26,1
3654
15900
325
61/2,6
323,8
23,4
2937
12900
250
61/2,3
253,5
20,7
2298
10200
240
37/2,6
196,4
18,2
1776
7830
150
37/2,3
153,7
16,1
1390
6160
125
19/2,9
125,5
14,5
1129
4960
100
19/2,0
100,9
13,0
907,6
4020
80
19/2,3
78,95
11,5
710,3
3160
60
19/2,0
59,70
10,0
537,0
2410
38
7/2,6
37,16
7,8
334,4
1480
30
7/2,3
29,09
6,9
261,7
1170
22
7/2,0
21,99
6,0
197,9
888
14
7/1,6
14,08
4,8
126,7
574
8
7/1,2
7,92
3,6
71,1
326
61
Berat
kuat Tarik
RORM A5 Karakterstik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Drawn Ukuran Luas
Luas
Penampang
Jumlah
Penampang
Diameter
nominal
Diameter
Terhitung
Luar
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(kg/km)
(kg)
240
19/4,0
238,8
20,0
2148
9180
200
19/3,7
204,3
18,5
1838
7910
180
19/3,5
182,8
17,5
1645
7120
150
19/3,2
152,8
16,0
1375
5990
125
19/2,9
125,5
14,5
1129
4960
100
7/4,3
101,6
12,9
914,5
3880
75
7/3,7
75,25
11,1
677,0
2910
55
7/3,2
56,29
9,6
506,4
2210
45
7/2,9
46,24
8,7
416,0
1830
38
7/2,6
37,16
7,8
334,4
1480
30
7/2,3
29,09
6,9
261,7
1170
22
7/2,0
21,99
6,0
197,9
890
62
Berat
kuat Tarik
RORM A6 Karakterstik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Drawn Ukuran Luas Penampang Nominal (mm) 680 610 590 520 480 430 420 410 380 360 330 330 320 290 290 250 240 210 200 170 160 140 120 120 110 97 95 90 80 79 75 64 58 50 48 40 32 25 19
konstruksi (jumlah/Diameter dalam mm)
Luas penampang terhitung (mm)
Aluminium
Baja
Aluminium
Baja
54/4,0 54/3,8 30/5,0 54/3,5 30/4,5 54/3,2 30/4,2 26/4,5 30/4,0 54/2,9 26/4,0 54/2,8 30/3,7 30/5,5 54/2,6 26/3,5 30/3,2 26/3,2 30/2,9 26/2,9 30/2,6 26/2,6 30/2,3 12/3,5 26/2,3 12/3,2 6/4,5 6/4,3 6/4,2 12/2,9 6/4,0 12/2,6 6/3,5 12/2,3 6/3,2 6/2,9 6/2,6 6/2,3 6,20
19/2,4 7/3,8 19/3,0 7/3,5 19/2,7 7/3,2 19/2,5 7/3,5 19/2,4 7/2,9 7/3,1 7/2,8 7/3,7 7/3,5 7/2,6 7/2,72 7/3,2 7/2,49 7/2,9 7/2,26 7/2,6 7/2,02 7/2,3 7/3,5 7/1,79 7/3,2 1/4,5 1/4,3 1/4,2 7/2,9 1/4,0 7/2,6 1/3,5 1/2,3 1/3,2 1/2,9 1/2,6 1/2,3 1,20
678,8 612,4 589,0 519,5 477,0 434,3 415,5 413,4 377,1 356,7 326,8 332,5 322,5 288,6 286,7 250,1 241,3 209,1 198,2 171,7 159,3 138,0 124,7 115,5 108,0 96,50 95,40 87,12 83,10 79,26 75,42 63,71 57,73 49,86 48,25 39,63 31,85 24,93 18,85
85,96 79,38 134,3 67,35 108,8 56,29 93,27 67,35 85,96 46,24 52,84 43,11 75,25 67,35 37,16 40,80 56,29 34,09 46,24 28,08 37,16 22,44 29,09 67,35 17,61 56,29 15,90 14,52 13,85 46,24 12,57 37,16 9,621 29,09 8,042 6,605 5,309 4,155 3,142
63
Kuat Tarik Minimum (kg) 20310 18150 24250 15600 20160 13080 17390 13890 15930 11010 10930 10290 13630 12170 8970 10210 7260 8620 6010 6990 4860 4860 5590 9590 3960 8050 3180 2910 8770 6820 2510 5510 1980 4340 1660 1400 1140 907 698
Diameter Luar (mm) Alumini um 36,00 34,20 35,00 31,50 31,50 28,80 29,30 28,50 28,00 26,10 25,30 25,20 25,90 24,50 23,40 22,16 22,40 20,27 20,30 18,38 18,20 16,46 16,10 1750 14,57 16,00 13,50 12,90 12,60 14,50 12,00 13,00 10,50 11,50 9,6 8,7 7,8 6,9 6,0
Berat
Baja
(kg/km)
12,0 11,4 15,0 10,5 13,5 9,6 12,5 10,5 12,2 8,7 9,3 8,4 11,1 10,5 7,8 8,16 9,6 7,47 8,7 6,78 7,8 6,06 6,0 10,5 5,37 9,6 4,5 4,5 4,3 4,2 8,7 4,0 7,8 3,5 6,9 3,2 2,6 2,3 2,0
2556 2320 2688 1969 2176 1645 1883 1673 1720 1351 1320 1260 1484 1328 1086 1013 1110 847,0 911,7 696,2 732,8 558,1 573,7 848,1 437,0 708,9 358,2 351,8 335,5 582,1 304,6 468,0 233,1 366,3 194,8 196,0 128,6 100,7 76,12