Downloaded from: justpaste.it/TerjemahDabiq14_2
Terjemah Dabiq#14 ke-2 Oleh BDI Ikuti kami di Channel : telegram.me/bedei06 ARTIKEL
BUNUHLAH PARA PEMIMPIN KEKUFURAN DI BARAT 08
Bertolak belakang dengan pemahaman umum yang salah kaprah, riddah (murtad) tidak melulu berarti berubahnya panggilan seseorang dari yang awalnya disebut sebagai seorang muslim lalu menjadi Yahudi, Kristen, Hindu, Budha atau sebaliknya. Nyatanya hanya ada dua agama saja. Di sini ada dienullah, yakni Islam. Di sana ada agama selainnya, yakni kekufuran. Allah SWT berkata :"Sesungguhnya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam". (QS Ali Imran 19). Juga mengatakan :"Siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tak akan diterima (amal) darinya. Dan pada akhirnya, dia akan termasuk orang-orang yang merugi". (QS Ali Imran 85). Jadi apa saja yang bukan Islam, ia itu bukan dien Allah SWT. Dan selamanya tak akan pernah diterima. Bahkan pada akhirnya, itu adalah agamanya para pecundang, yakni kekufuran. Sebagaimana Allah SWT mengatakan tentang keadaan orang-orang kafir :"Pada akhirnya, merekalah para pecundang, orang-orang yang rugi". (QS An-Nahl 109). Jadi siapapun yang telah jatuh ke dalam kekufuran, dia telah keluar dari Islam, meskipun dia menganggap dirinya masih seorang muslim. Ibnu Hazm bilang :"Tak ada agama selain Islam dan kekafiran. Siapa keluar dari salah satunya otomatis dia masuk ke dalam yang satunya lagi. Karena tak ada lagi hal lain di antara keduanya. (Al-Fishol).
Orang yang mengaku dirinya 'muslim', lalu tanpa merasa bersalah melakukan kekufuran terangterangan, ia bukan seorang munafiq (hipokrit), sebagaimana salah kaprah yang dipahami sebagian orang selama ini. Melainkan seorang murtad, keluar dari Islam. Perbedaan antara nifaq (kemunafikan) dengan riddah (kemurtadan) adalah munafiq menyembunyikan kekufuran dan terang-terangan menjalankan keislamannya. Dengan cepat meminta maaf saat tersingkap kedoknya. Murtad, sebaliknya, terang-terangan melakukan kekufuran, setelah menyatakan keislamannya.
HUKUM RIDDAH
Hukum bagi orang yang murtad adalah dibunuh. Kecuali bila ia bertaubat sebelum ditangkap. Rasulullah SAW mengutus Mu'adz bin Jabal ra ke Yaman untuk membantu Abu Musa Al-`Asy'ari ra mengatur manusia sesuai Syari'ah. Ketika dia masuk ke majlis peradilan, ia melihat seorang lakilaki yang dirantai. Ia bertanya kepada Abu Musa :"Siapa dia?". Dijawab :"Dia tadinya seorang yahudi. Lalu menerima Islam. Kemudian balik kembali ke Yahudi. Cuih." Mu'adz menjawab :"Aku tak akan duduk sampai ia dibunuh. Inilah keputusan Allah dan Rasul-Nya. Inilah hukum Allah dan Rasul-Nya. Inilah ketetapan Allah dan Rasul-Nya." Abu Musa memberikan perintah dan orang itupun dibunuh. (HR Bukhori dan Muslim). Pengulangan ucapan : 'Inilah ketetapan Allah dan Rasul-Nya', merupakan bukti tegas lagi jelas bahwa hukum bagi orang yang keluar dari Islam lalu tertangkap adalah dibunuh.
Adapun tentang taubat sebelum tertangkap, Allah SWT berkata :"Katakan kepada hamba-hambaKu yang menganiaya diri sendiri, janganlah putus asa terhadap kasih-sayang Allah. Sungguh Allah benar-benar mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Bertaubatlah kepada Allah dan serahkan dirimu kepada-Nya, sebelum putusan itu jatuh atas kalian, maka kamu tak akan ditolong. (QS Az-Zumar 53-54). Begitulah, lebih khusus dosa riddah, Allah berkata :"Akankah Allah memberi petunjuk kepada orang yang kufur setelah beriman, sesudah ia bersaksi kalau Rasul ini benar, dan bukti-bukti nyata juga telah sampai kepadanya. Sedangkan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Itulah orang-orang yang balasannya adalah laknat Allah, para malaikat, dan semua umat manusia atas mereka. Mereka menetap di dalamnya selama-lamanya. Siksaan atas mereka ini tak akan dikurangi dan mereka tak akan diberi tangguh. Kecuali mereka yang telah bertaubat sebelum datangnya keputusan, lalu mereka memperbaiki diri. Sungguh Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imron 87-89). Jadi tak perlu terkejut, ketika Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi (hafizhahullah) mengumumkan bahwa siapapun yang murtad dari kalangan shohawat atau selainnya, yang ingin bertaubat kepada Allah serta menyerahkan dirinya kepada Daulah Islam, maka dijamin akan diberikan pengampunan sekalipun ia telah membunuh seribu mujahidin. Tapi mereka yang tertangkap sebelum bertaubat, maka tidak ada lagi ampunan bagi mereka, dan adzab bagi mereka akan sangat fatal lagi menyakitkan.
CONTOH NYATA SEJARAH
Selama era kenabian Rasulullah SAW, saat beliau masih hidup, kejadian riddah ini pernah ada beberapa kali. Peristiwa yang paling terkenal berkaitan dengan kemurtadan 'Ukli-Urani.
Beberapa laki-laki dari bani 'Ukl dan 'Uraynah datang ke kota Madinah, menemui Rasulullah SAW lalu mengikrarkan keislaman. Mereka berkata kepada Nabi :"Wahai Rasulullah, kami ini kaum pengembara, dan bukan petani," mengeluhkan tentang penyakit yang mereka derita karena berada di Madinah. Rasulullah SAW lalu memerintahkan agar mereka diberi beberapa ekor onta dan seorang penggembala. Diperintahkan kepada mereka untuk tinggal di perbatasan kota, meminum susu dan air kencing unta (sebagai obat untuk penyakit mereka). Mereka lalu berangkat. Namun saat tiba di lapangan perbatasan batuan gunung, mereka murtad sesudah menyatakan keislaman, membunuh sang penggembala Rasulullah, lantas pergi kabur membawa unta-untanya. Kabar peristiwa ini akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW, lalu beliau memerintahkan untuk mengejar mereka. Ketika tertangkap, beliau perintahkan untuk mencongkel mata mereka dengan besi panas, tangan serta kaki mereka dipotong, lantas dibiarkan di atas lapangan batuan gunung, kehausan meminta air tapi tak akan diberi, hingga akhirnya tewas dalam keadaan tsb. (HR Bukhori dan Muslim dari Anas Bin Malik).
Kejadian lain pada era penuh berkah ini, terkait dengan Ibnu Khotal, ketika Rasulullah SAW memasuki Makkah saat penaklukan. Seseorang mengabarkan kalau Ibnu Khotal, berlindung di bawah kain penutup Ka'bah. (Satu pertanda jika ia memohon pengampunan kepada Umat Islam merujuk pada kemuliaan Baitullah.) Nabi SAW menjawab :"Bunuh dia !". (HR Bukhori dan Muslim dari Anas Bin Malik). Berhubungan dengan peristiwa fathu Makkah ini, Ibnu Hazm mencatat Rasulullah SAW memberikan jaminan keamanan kepada penduduk Makkah kecuali 'Abdul 'Uzza Bin Khotal, Abdullah Bin Sa'd Bin Abi Sarh, [serta beberapa nama lain]. Adapun Ibnu Khotal - termasuk dari suku Taim Al-`Adram Bin Gholib (dari Quraisy), ia berikrar masuk Islam. Rasulullah SAW mengutusnya untuk mengumpulkan Zakat bersama seseorang. Ia lalu membunuh orang itu, melakukan riddah, dan kembali bergabung dengan musyrikin - Dia lalu tertangkap ketika futuh Makkah, sembunyi dibalik kain tirai Ka'bah. Kemudian Sa'id Bin Huraits Al-Makhzumi dan Abu Barzah Al-Aslami membunuhnya (sesuai perintah Rasulullah SAW). Sedangkan Abdullah Bin Sa'id Bin Abi Sarh (Al-Qurosyi), dia itu awalnya mengakui Rasulullah SAW (setelah menerima Islam), tapi kemudian melarikan diri kembali ke Makkah dan bersembunyi (yakni murtad dari Islam). Utsman Bin 'Affan, saudara sepersusuannya, membawanya ke hadapan Rasulullah SAW, memohonkan keamanan baginya. Nabi SAW hanya diam beberapa saat, lalu memberinya jaminan keamanan dan menerima bai'atnya. Saat dia sudah pergi, Rasulullah SAW berkata kepada para shohabat :"Tak adakah dari kalian yang bisa berdiri lalu memenggal lehernya tadi? [Yakni selama masa beliau diam]". Seorang Anshor menjawab :"Mengapa engkau tak memberi isyarat (dengan mata) kepada salah seorang dari kami untuk melakukannya?" Jawab beliau :"Seorang Nabi tidak dibenarkan melakukan trik dengan mata seperti itu." (Jawami'us Siroh).
Jadi di sini kita dapati Ibn Khotal, yang meskipun telah memohon perlindungan menggunakan tempat yang paling dilarang penumpahan darah di dalamnya, ia tetap tak diampuni tersebab dosa riddah. Begitupun kasus Ibnu Abi Sarh, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menghendaki eksekusi atasnya, melalui diamnya beliau berharap salah seorang Shohabatnya ada yang berdiri memenggal lehernya. Pemberian ampunan kepada Ibnu Abi Sarh ini lebih karena kesalahfahaman hingga tak seorangpun yang memenggal lehernya. Masih ada kisah lain tentang hukuman bunuh bagi kemurtadan. Misalnya terhadap Miqyas Bin Subabah. Jadi hukum bunuh ini sangat jelas telah tegak menurut As-Sunnah.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, dunia Arab dari berbagai suku berbondong-bondong jatuh ke dalam riddah. Masalah utama bukan bahwa mereka kembali menyembah berhala. Atau mereka berhenti lakukan Sholat. Kenyataannya, mereka masih menyebut diri mereka orang Islam. Memegang teguh sebagian besar aspek Syari'ah. Akan tetapi mereka menolak dengan kekuatan satu bagian saja dari Islam, yakni pilar membayar Zakat. Artinya mereka percaya kepada sebagian isi Al-Qur`an dan kufur pada bagian lain. Allah SWT berkata :"Jadi kalian beriman dengan sebagian isi Al-Kitab dan kufur kepada bagian lainnya. Maka apakah balasan untuk orang di antara kalian yang melakukan hal itu, kecuali kehinaan di Dunia, dan kelak di hari pembalasan kalian akan dikembalikan kepada adzab yang lebih keras. Allah tidak lupa terhadap apa yang telah kamu perbuat". (QS Al-Baqarah 85). Saat orang-orang Arab bersumpah menolak membayar zakat, Khalifah Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shidiq ra, bersumpah untuk memerangi mereka. Abu Hurairah ra meriwayatkan :"Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar ra dibai'at untuk menjadi khalifahnya. Sementara sebagian bangsa Arab melakukan kekufuran. Umar bertanya kepada Abu Bakar :'Bagaimana engkau hendak memerangi orang sesudah Rasulullah SAW mengatakan : Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengakui laa ilaha illa Allah. Siapapun yang telah mengucapkan laa ilaha illa Allah maka telah terpelihara harta maupun jiwanya dariku. Kecuali karena alasan yang haq dan hisab amal perbuatannya terserah Allah.' Abu Bakar menjawab :'Demi Allah, Aku akan perangi mereka yang membeda-bedakan antara Sholat dengan Zakat, karena Zakat itu haqnya harta. Demi Allah, kalau mereka menolak menyerahkan 'anaq (kambing betina berumur kurang dari setahun) kepadaku, sebagaimana dulu mereka memberikannya kepada Rasulullah SAW, maka aku perangi mereka karenanya'. Umar berkata :'Demi Allah, aku mengerti kalau Allah telah persiapkan hati Abu Bakar untuk berperang. Dan aku tahu bahwa Abu Bakar benar'.". (HR Bukhori dan Muslim).
Kelompok riddah Arab lain yang masih mengakui kerasulan Muhammad SAW, namun meyakini adanya kenabian lain sesudah Muhammad SAW, seperti Musailamah, Sajah, dan Tulaihah. Jadi meski mereka masih menganggap dirinya muslim dan menerima sebagian besar wahyu Muhammad SAW, darah mereka itu halal dan hukum membunuh mereka itu wajib. Maka perang riddah (kemurtadan) digelorakan, bahkan lebih diutamakan daripada memerangi musyrikin Romawi dan Persia. Diketahui juga menurut ijma' bahwa kekufuran riddah itu lebih rusak daripada kufur asli. Oleh karena itu memerangi kemurtadan itu lebih didahulukan daripada perang terhadap kafir asli.
Khalifah rasyidah lain dari keempat Khulafaurrasyidin tak kalah kerasnya terhadap murtadin. Ikrimah meriwayatkan bahwa Ali Bin Abu Tholib ra membakar (sampai mati) beberapa orang lelaki karena riddah, keluar, dari Islam. Kabar ini sampai kepada Ibnu 'Abbas yang lalu berkata :"Kalau itu aku, akupun akan membunuhnya karena Rasulullah SAW menyuruh :'Siapa saja yang menukar agamanya, maka bunuhlah!', namun aku tidak akan membakarnya sebab Rasulullah SAW melarang :'Jangan menjatuhkan hukuman dengan siksaan Allah'." (1 Lihat catatan kaki). (HR Bukhori). Diriwayatkan pula kalau Al-Mustaurid Bin Qobisah keluar dari Islam lalu menjadi nasrani. Ia diserahkan kepada Ali Bin Abu Tholib ra yang menghardiknya :"Berita apaan ini yang kudengar tentangmu?". Dijawab :"Apa yang sudah dilaporkan kepadamu?". Ali ra menukas :"Katanya kamu menjadi kristen!". Mustaurid mengelak :"Aku di atas agama Al-Masih". Sehingga Ali ra menyahut :"Akupun di atas dien Al-Masih. Apa yang kau yakini tentang Al-Masih?". Al-Mustaurid menjawab :"Ia itu tuhanku". Ali ra lalu menyuruh orang yang hadir untuk menginjak-injaknya hingga tewas. (HR Ad-Daruquthni). Orang lelaki lain, seorang nasrani masuk Islam yang lantas keluar lagi, dibawa ke hadapan Ali Bin Abi Tholib ra, kemudian diperintahkan untuk menebas leher si murtad. (Riwayat 'Abdur Razaq asShon'ani).
Hukuman mati bagi murtadin tidak berhenti hingga era kekhalifahan para Shohabat ra. Contoh nya Al-Husain Bin Manshur, yang terkenal dengan julukan Al-Hallaj, telah melakukan kesesatan melampaui batas hingga menyatakan ia sendiri adalah tuhan. Pada tahun 309 H, seorang khalifah abbasiyyah, Al-Muqtadir, memerintahkan untuk menangkap, memenjarakan, memukul, menyiksa, memutilasi, dan memenggal kepalanya. Tubuhnya dibakar menjadi abu, lalu ditaburkan ke dalam sungai Dijlah. Kepalanya dipajang di jembatan Baghdad agar semua orang bisa melihat.
Tahun 406 H, seorang guru asy'ari, Ibnu Furak, menemui ajalnya karena menyatakan kalau kerasulan Rasulullah SAW putus bersamaan dengan kematiannya, serta bahwa jiwanya telah hancur dan hilang.
Artinya ia meniadakan setengah isi dari kalimat syahadat. Demi menghindari protes massal dari orang-orang bodoh (pengikutnya, pentj.), yang tidak mengerti betapa jauh kesesatan Ibnu Furak, dan jumlahnya terus membesar, Amir Mahmud Bin Subuktikin meracuninya hingga tewas, saat ia dalam perjalanan pulang dari Ghaznah menuju rumahnya di Naisabur. Membahas orang-orang yang mengingkari tetapnya status kerasulan Rasulullah SAW, Ibnu Hazm mengatakan :"Atas perkara inilah, Amir Mahmud Bin Subuktikin, pembantu Amirul Mu'minin, Gubernur Khurasan, membunuh Ibnu Furak, seorang syaikh dari aliran asy'ariyah. Allah membalas dengan baik tindakan Mahmud ini. Serta melaknat Ibnu Furak, pendukung, maupun pengikutnya". [Al-Fishol].
Setelah jatuhnya kekhalifahan beberapa ratus tahun lalu, syari'at Islam tidak pernah lagi diterapkan secara utuh. Unsur-unsur kekufuran merayap masuk ke dunia Islam melalui jalur sufi dan penyusupan rafidhoh. Penyembahan kuburan tersebar meluas. Dan kekuasaan Allah digerus oleh para raja maupun penguasa Turki, Persia, bahkan Arab. Orang seperti Ibnu 'Arabi membuat pernyataan pantheisme katanya :"Allah itu adalah segala sesuatu yang ada ini dan segala sesuatu ini, itulah Allah." Dan Ibnu Sab'in mendebat Rasulullah SAW karena mengatakan :"Tidak ada nabi lagi setelahku." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Mereka berdua tak tersentuh hukuman sedikitpun dari para penguasa negeri muslim. Sementara ulama asli Islam, seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al-Burhan (2 lihat catatan kaki), dijebloskan ke dalam penjara karena membela agama. Bahkan kemudian mereka-mereka para penyeru untuk kembali kepada penerapan syari'at secara penuh serta 'aqidah yang murni dituduh sebagai 'khawarij' dan diperangi oleh mereka yang disebut 'pemimpin muslim'. Hukuman bagi para pelaku riddah praktis tak pernah dilakukan pada semua kasus. Hingga tegaknya kembali Khilafah Islam, berkah dari Allah, baru kemudian oleh usaha-usaha Daulah Islam.
MURTADIN DI BARAT
Manakala digerakkan oleh 'aqidah shohihah, dan karenanya Allah menjadi satu-satunya wali dan pelindung, umat Islam bisa mencapai keadaan yang bangsa-bangsa lain bahkan tak pernah berani memimpikannya. Menjelang wafat Rasulullah SAW, suku bangsa Arab hampir semua disatukan tanpa ada bekas penyembahan berhala satupun di setiap area setelah dihancurkan secara fisik, sebuah fenomena yang belum pernah dijumpai para ahli sejarah sebelum masa tsb.
Berabad-abad beberapa ribu orang miskin lagi kekurangan pangan, penggembala kambing, petani kurma, dan pedagang keliling - inilah generasi Umat Islam yang paling jujur, terbuka, dan mulia diuji dengan imperium romawi dan persia agar menjadi penakluk terdidik berkuasa atas bumi maupun manusia sejak semenanjung Iberia hingga pegunungan Himalaya. Tenaga penggeraknya bukan kemakmuran, bukan pengagungan orang atau bangsa. Tak ada hubungan dengan dunia yang harus ditaklukan. Akan tetapi ia adalah Akhirat - hidup yang masih nanti - yang mendorong kaum muslimin mencapai batas maksimum kemampuannya demi menyenangkan Rabb-nya, Pencipta dan Penguasa Alam Semesta. Karena kehidupan dunia ini, bahkan yang paling mewah dan bahagia sekalipun, tetaplah penjara bagi orang-orang mu'min.
Sementara salibis menjadi musuh paling nyata selama ratusan tahun silam, seorang muslim tak boleh lupa kalau musuh asli Islam dan umatnya itu syaithon. Dia ini dengan segenap pengalaman serta kelicikan dalam kekufuran, selalu berusaha menyusup ke dalam tubuh Umat Islam. Melalui bisikan maupun rayuan, iblis mendukung golongan Murji`ah, Qadariyah, Rafidhoh, dan Sufisme. Ingat, Iblis itu yang, meski sudah jatuh ke dalam dosa, serta mengakui Allahlah Yang Menciptakan dirinya, Rabb-nya, Satu-satunya pihak yang memanjangkan umur dan menunda kematiannya, bahkan sangat percaya kepada Hari Kebangkitan juga MahaKuasanya Allah, ditambah keyakinan pada wajibnnya beribadah kepada Allah semata, lagi pula tak pernah mendakwa dia itu yahudi ataupun nasrani, digambarkan Allah melalui ucapan-Nya :"Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah liat." (QS Al-A'raf 12). Dan "Dia (Iblis) berkata :'Wahai Rabb-ku, oleh karena itu beri tangguhlah aku hingga pada hari mereka dibangkitkan'." (QS Shod 79). Juga "Dia (Iblis) berkata :'Demi kekuasan-Mu, aku akan sesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang tulus diantara mereka'. (QS Shod 82-83). Terlepas dari semua pengakuannya, ia tetaplah kafir sebab menolak satu saja dari perintah Rabbnya. Dia telah pelajari semua itu dengan sangat baik bahwa untuk menyesatkan Umat Islam ia tak perlu mengubah sebutan mereka atau menolak total agama Islam - cukup satu bagian saja dari syari'at Islam - jadi hanya yang beribadah ikhlas di antara mereka, yaitu yang tunduk utuh kepada Allah semata, yang akan selamat (dari godaan, pent.).
Bersekutu bersama syaithon, negara salibis telah pula belajar tipu daya ini. Mereka tahu juga kalau tidak ada jalan terbaik agar tercapai tujuan kecuali dengan cara menyusup ke dalam tubuh Umat Islam menggunakan keberadaan munafiqin dan murtadin yang menguntungkan. Digunakan mereka itu agar berhadapan langsung melawan Umat Islam yang asli guna merubah iman serta pandangan muslim tentang Akhirat. Jatuhnya seorang muslim ke dalam kekufuran, meski hanya menolak satu saja perintah Allah, sudah meyakinkan mereka bahwa si mantan muslim itu sudah putus hubungan dengan Rabb-nya. Masuk ke golongan syaithon dan pasukannya.
Dengan begini, Umat Islam bertambah lemah dan kelompok syaithon tampak makin kuat.
Sepanjang abad terakhir ini ada gelombang besar-besaran migrasi dari negara yang sesuai sejarah mayoritas-muslim ke negeri-negeri yang menurut sejarah mayoritas-musyrik, khususnya Barat. Bukan mencari ridho Allah dengan mengobarkan jihad mempertahankan wilayahnya melawan musuh murtadin terdekat di daerahnya, para imigran ini memilih mencari hidup nyaman di dunia berdampingan dengan damai di bumi musuh bebuyutan Islam. Akibat mengabaikan kewajiban (jihad, pentj.) dan terkena pengaruh kekufuran Barat, identitas keislaman mereka berubah. Anak-anaknya belajar nilai dan keyakinan tanah air baru mereka. Kekufuran liberalisme dan demokrasi tertanam. Satu generasi baru 'pelajar muslim' dilahirkan, menjadi bagian terbesar Imam kekufuran asli milik Barat.
Memperparah perpecahan umat yang telah berlangsung berabad-abad lampau, para imam berbisa ini memelihara pemisahan mereka dari Islam dan menyatukan diri dengan kepentingan Barat. Mereka gemar sekali memamerkan sufisme dan slogan 'salafi'. Mengajak kepada madzhabmadzhab dan 'ulama' mereka. Namun menafsirkan sendiri apapun yang dikatakan oleh para syaikh, bahkan yang mereka akui, terkait dengan pemahaman tauhid, jihad, wala, dan bara agar sesuai dengan idiologi Barat. Walaupun kekafiran mereka ini telah tampak nyata bagi beberapa orang yang menyampaikannya beberapa tahun lalu, mereka malah tambah semangat dan kian terang-terangan membela salibis sejak Khilafah Islam kembali tegak. Menyatukan barisan dengan sekutu mereka para pembawa salib dalam perang global melawan Daulah Islam, satu-satunya benteng sejati penerapan syari'ah di muka Bumi.
Diantara para sufi yang dianggap 'arus utama' bahkan mungkin mercusuarnya kemurtadan 'Islam' Amerika, adalah Hamza Yusuf. Mengambil keuntungan dari kepercayaan bahwa dirinya adalah alumni pelajar 'ilmu Islam', yang telah merantau ke Afrika Barat dan Timur Tengah, belajar langsung kepada guru-guru SufiTaqlidi. Ia telah menjadikan dirinya sendiri sebagai pengikut, memenuhi kepala dengan pendapat bersandar separuh kebenaran dan penafsiran sesat, dibumbui oleh kepiawaian pidato yang lebih mirip sihir dengan kata-kata indah daripada seorang sarjana islam salaf. (Seperti pengakuan tentang apa yang diikutinya). Inilah yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW :"Sungguh di antara kata-kata indah itu ada sihir". (HR Bukhari dari Ibnu 'Umar ra dan Muslim dari 'Ammar Bin Yasir ra). Maksudnya, seorang orator terdengar sangat hebat memukai, padahal dia sedang menyesatkan para pendengar melalui kalimat-kalimat indahnya.
Memuji habis konstitusi Amerika Serikat dan perannya dalam menjaga 'kebebasan', Hamza Yusuf baru-baru ini mengatakan :"Aku percaya pada keluarbiasaan Amerika". Yang pada dasarnya adalah paham bahwa Amerika itu negara unggul dan harus memimpin dunia dengan keteladanan. Oleh karena itu wajar saat Gedung Putih mengundangnya setelah peristiwa serangan 11 September, menjadi penasihat Bush dalam perang melawan Umat Islam, yakni menjadi bagian dari tentara salib itu sendiri. Allah SWT berkata :"Wahai Kalian Orang-orang mu'min, jangan kau jadikan Yahudi dan Nasrani itu wali-wali kalian. Mereka itu saling menjadi wali atas yang lain. Barang siapa dari kalian menjadikan mereka sebagai wali, maka dia menjadi golongannya.". (QS Al-Ma`idah 51). At-Thobari berkata mengenai ayat ini :"Jadi, artinya siapapun bersekutu dengan Yahudi dan Nasrani, bukan dengan kaum mu'minin, maka dia menjadi golongannya. Maka siapa saja berserikat dengan mereka dan mendukungnya dalam memerangi orang-orang mu'min. Sesungguhnya dia itu nyata bagian dari agama maupun masyarakat Yahudi-Nasrani". [Tafsir AtThabari]
Pada ujung lain bagian 'Arus Utama' para Sufi ini, mungkin, sang pelawak Al-Azhar, Shuhaib Webb - dipanggil "Imam Will" - yang telah menghabiskan hidupnya untuk julukan dan hinaan atas dirinya sebagai imam bagi seluruh orang Amerika. Meniru aksen orang pusat kota bagian selatan, campur gaya bicara preman, dan bahasa prokem kalangan abg, dengan cepat dia telah menjadi orang kebanyakan saat bicara di panggung CNN dan media lain. Seorang badut sesuai makna sebenarnya, cukup mengejutkan kalau ternyata punya banyak pengikut, sehingga dipandang oleh para pendukung perang salib sebagai alat penting penjinak kalangan muda muslim di Barat.
Menyikapi thoghut Barack Obama yang mengucapkan doa memohon keberkahan Ramadhan bagi Umat Islam, Shuhaib Webb berkicau di twitter :"Obama membuatku bangga. Terima Kasih. Pak Presiden". Betulkah sang "imam" ini begitu merasa terhormat atas ucapan pemimpin kafirnya ? Belum tahukah ia kalau Allah mengatakan :"Berilah kabar gembira kepada orang-orang munafiq itu bahwa bagi mereka 'adzab yang pedih; Yakni orang-orang yang telah menjadikan orang kafir sebagai wali menggantikan orang mu'minin. Apakah mereka mencari kehormatan dari mereka? Sekali-kali tidak. Kepunyaan Allahlah kehormatan itu seluruhnya". (QS An-Nisa 138-139). Menyadari hakikat ini dan kekagumannya pada UUD sekuler Amerika Serikat maupun dukungannya kepada perkawinan sesama jenis, cukup mudah menyimpulkan bahwa dia ini hanyalah salah satu dari imam murtad kekufuran.
Sufi dari Suriah yang bersekutu dengan Kerajaan Inggris, Muhammad Ya'qubi, bicara pada suatu wawancara :"Tak ada satupun pemerintahan negara Islam yang tengah berperang dengan Kerajaan Inggris. Seluruhnya punya hubungan diplomatik". Merujuk kepada negara-negara anggota PBB yang rezim-rezim murtadnya mengaku kalau negaranya itu negara Islam. Padahal dibina di atas hukum berlandaskan kekufuran dan
mendukung perang salib melawan Umat Islam. Dia melanjutkan :"Oleh karena itu, setiap serangan atas penduduk UK maupun kepentingannya, harus dipandang tidak-islami dan tak-sah berdasarkan syari'ah". Jadi, menurut Muhammad Ya'qubi, semua serangan atas kepentingan penguasa thoghut - meski kepentingan terbesar mereka tidak lain daripada menyebarkan kekafiran - adalah tak-islami dan tidak-sah. Sebelumnya dia sudah menyatakan :"Pernyataan ketidaksukaan atas sebuah negara tidak bisa dilakukan oleh seorang individu maupun kelompok". Ketidaksukaan yang pada dasarnya mengandung permusuhan ('adawah) dan kebencian (baghdho), adalah prinsip asal kebijakan hubungan mu'min dengan kafir. Allah SWT berkata :"Sungguh sudah ada bagi kalian uswah hasanah pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mengatakan kepada kaumnya :'Sungguh kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadahi selain Allah. Kami menolak kalian dan telah terbit antara kami dengan kalian sikap permusuhan maupun kebencian selama-lamanya hingga kalian beriman kepada Allah SWT semata". (QS Al-Mumtahanah 4). Ibrahim as sebagai individu dan orang-orang yang bersamanya, artinya kelompok, menyatakan permusuhan dan kebencian, yakni ketidaksukaan kepada kaumnya, yang terdiri dari para pemuka pengatur urusan lagi dituakan alias pemerintahan di masyarakat, berarti sebuah negara. Itulah teladan hasanah bagi Umat Islam bukan tipuan busuk Si Ya'qubi.
Para pemimpin sufi lain di Barat sama saja bahkan bisa jadi lebih buruk lagi pada beberapa hal, semisal Hisyam Kabbani, pendiri sekte sufi naqsabandi-haqqani Amerika, yang mengajarkan ajaran mendiang gurunya, Nazim Haqqani, seorang murji`ah jahmiyah ekstrim, yang berarti ia tak pernah mengkafirkan siapapun dalam dunia nyata dan tak perlu baraa kepada kuffar (karena tak ada orangnya, pentj.). Sebaliknya, ia dan para pengikutnya, segera bersekutu dengan thoghut manapun asal diidzinkan menyebarkan ajaran sufinya. Lalu mengambil harta orang-orang bodoh yang mau membiayai gaya hidup mewahnya. Ia menulis 20 halaman ganjil fatwa tentang jihad, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan disebarkan tentara Amerika kepada masyarakat di Iraq agar niat mereka untuk berperang karena Allah SWT goyah. Orang-orang sejenis Kabbani diterangkan Allah SWT secara gamblang dalam perkataan-Nya :"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih". (QS At-Taubah 34).
Pada pihak 'Salafi', yang bahayanya tak kalah besar, ada banyak juga dai penyeru menuju pintupintu neraka Jahanam. Tak berbeda jauh dengan pesaing Sufi, para pencari ilmu setan ini mencomot lalu memplintir pernyataan ulama salaf - tak ketinggalan ayat Al-Qur`an dan hadits-
hadits - agar cocok dengan versi agama murtad mereka. Sering menukil pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, dan bahkan - meski sekarang makin jarang - Muhammad Bin Abdul Wahhab, untuk memperlihatkan kalau mereka sendiri pengikut setia manhaj Salaf.
Sebagai rujukan tentang para murtadin yang membantu tentara Salib memerangi Umat Islam, Ibnu Taimiyah berkata :"Muslim yang murtad dengan menolak sebagian kecil aspek Islam keadaannya lebih buruk daripada si kafir yang memang belum menerima seluruh aspek Islam. Seperti para penolak bayar zakat dan pihak lain yang diperangi Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Tak ada bedanya, apakah mereka ini para penuntut ilmu fiqh, penganut sufi, pedagang, penulis, atau apapun. Semuanya sama buruknya dibandingkan suku-suku Turki yang masih belum memeluk Islam. (3 Lihat catatan kaki). Meskipun mereka terus-menerus menyerang Islam. Kenyataannya Umat Islam merasakan bahaya lebih besar dari para murtad ini daripada mereka yang jika sudah mau memeluk Islam, tunduk kepada syari'at, dan lebih taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang menolak sebagian dari syari'at itu, bahkan menyimpan kemunafiqan pada bagian lain, lebih berbahaya. Apalagi ketika mereka ini mengaku punya ilmu agama dan ahli ibadah". [Majmu' Fatawa].
Ibnul Qoyyim berkata :"Allah SWT telah mengatur - dan tidak ada yang lebih baik dari aturan-Nya - bahwa siapa saja telah mengambil Yahudi dan Nasrani sebagai wali, maka ia termasuk salah seorang dari mereka. Allah berkata :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka". (Al-Maidah 51). Jadi ketika Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin mereka, maka sesuai nash Al-Qur`an, mereka dihukumi sama dengan Yahudi dan Nasrani. Satu-satunya perbedaan adalah siapapun dari mereka yang mengambil Yahudi dan Nasrani sebagai wali, lantas mereka memeluk agamanya, setelah murtad dari Islam, maka ia tak akan dibiarkan serta jizyah tak berlaku bagi mereka. Sebaliknya mereka harus memilih Islam atau pedang, karena mereka murtad sesuai nash maupun ijma' ulama". [Ahkam Ahluz Zhimmah].
Muhammad Bin Abdul Wahhab berkata :"Ketahuilah bahwa dalil-dalil untuk mentakfir orang yang tampaknya muslim sungguhan namun melakukan syirk atau membantu musyrikin memerangi muslim muwahhid, meskipun ia sendiri bukan pelaku kesyirikan, terlalu banyak untuk disebutkan. Berupa firman Allah SWT, sabda Rasulullah SAW, dan ucapan orang-orang ahlul 'ilmi". [Ad-Durar Ats-Tsaniyah].
Taufiqi Choudury Australi adalah contoh utama tren baru 'salafi'-salibis. Pada tahun 1429 H lalu ia memberikan ceramah berjudul "Sarjana Muslim : Sekutu Alami Barat Dalam Perangi Akar Terorisme". Terlepas dari rujukan terang-terangan yang diambilnya mengenai Barat (yakni salibis) sebagai
sekutu dalam memerangi teroris (yakni muslim), Taufiqi dengan bangga mengakui kalau ceramahnya khusus disampaikan kepada staff Inggris dari "Kalangan pimpinan puncak antiterorisme dan para pakar pencegahan ekstrimisme". Kata Allah SWT, "Janganlah orang mukmin mengambil orang kafir menjadi pemimpin untuk melawan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah". (Ali Imron 28). At-Thobari menerangkan bahwa itu berarti "Dia berlepas diri dari Allah dan Allah berlepas diri darinya, disebabkan kemurtadan serta masuknya dia ke dalam kekafiran".
Yasir Qodhi, 'salafi' yang banting stir menjadi 'mujadid', corong masyarakat Barat, yang telah menyuruh para pengikutnya agar mendukung petugas pelaksana hukum kafir Barat, menerbitkan makalah berjudul :"Seorang Amerika Yang Bangga, Patriot, sekaligus Praktisi Syari'ah". Sebagaimana ceramah dan tulisannya yang lain, Yasir menekankan cintanya kepada negara Amerika Serikat dan penentangannya terhadap apapun serta siapapun yang memusuhi cita-cita Amerika. Katanya :" UUD dasar tanah airku - Amerika Serikat - memerintahkan untuk memisahkan gereja dari pemerintahan. Saya dan kawan-kawan muslim Amerika memahami, menghormati, dan sepenuhnya mendukung amanat itu". Ia menutup tulisannya dengan memohon kepada para pembuat hukum, mengiba "Supaya kami diidzinkan tinggal di bawah hukum negeri ini". Sementara Allah mengatakan :"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS Al-Maidah 50).
Kawan maupun sejawat kampusnya seorang sekutu Saudi, Walid Basuni, sudah menyatakan larangan pergi ke Syam untuk berjihad di jalan Allah, maksudnya mengharamkan, apa yang Allah telah tegaskan wajibnya (jihad). Sekutu Kanadanya seorang Jamaika, Bilal Philip telah pula - seperti semua murtadin yang disebutkan di sini - memelintir serta memalingkan makna ayat maupun hadits shorih - meminta agar muslim menjauhi Jihad. Karena, kata dia, kelompok manapun yang memerangi thoghut dan salibis adalah 'Khowarij'. Dia ngotot mengatakan sebaiknya Umat Islam memanfaatkan institusi yang sudah ada buatan para penguasa thoghut untuk melakukan perubahan 'islami'. Seorang Kanada lain, Abdullah Hakim Quick, membela negaranya dan menunjukkan murkanya atas tewasnya tentara-tentara Kanada ditangan orang-orang Islam.
Semua murtadin yang disebutkan di atas memusatkan perhatian pada aliansi mereka dengan para thoghut dalam perang melawan Daulah Islam. Mereka sadar kalau keberhasilan menjatuhkan Daulah Islam, berarti, tanpa ragu lagi, dicabutnya
syari'ah Islam dan diganti oleh hukum kafir. Oleh sebab itu memerangi Daulah Islam saat ini sama dengan melakukan kekafiran itu sendiri - karena bughot (4 lihat catatan kaki) tak ada di wilayah Daulah Islam. Lalu bagaimana orang yang bersekutu dengan kafirin memerangi satu-satunya pemerintah muslim sejati di atas permukaan Bumi ? Telah tetap bahwa orang yang membantu para pembunuh membunuh korbannya memiliki tanggung-jawab yang sama pada kejahatan tsb. Hal ini seperti perkataan Ibnu Taimiyah :"Ketika Salaf dahulu menyebut orang yang menolak bayar zakat sebagai riddah (kemurtadan), meskipun berpuasa dan mengerjakan sholat, serta tidak memerangi institusi Umat Islam. Lantas apa sebutan atas orang yang bergabung bersama musuh Allah SWT dan Rasul-Nya, dalam membunuhi Umat Islam?". [Majmu' Fatawa].
Selanjutnya, masih ada para pengaku pengikut manhaj 'Salafi-Jihadi'. Di antara mereka ini ada yang markasnya di London, yaitu Abu Basir At-Tartusi. Saat deklarasi meluasnya Daulah Islam ke Syam, diiringi oleh pengkhianatan Jaulani, terkuaklah manhaj sesungguhnya Abu Basir. Menyikapi deklarasi Daulah Islam, salah satu keluhan terbesarnya sebagai akibat dari ekspansi adalah "setelah semua pengorbanan orang Suriah dalam 'revolusi' buatannya sendiri, seorang Iraq lah yang akhirnya menguasai penduduk Syam." Selain faham nasionalismenya, ia juga telah mengabaikan bahwa selama berabad-abad kekhilafahan abbasiyah memiliki pusat pemerintahan di Syam. Pun ia menyeru dihentikannya perang terhadap murtadin di Yaman, demi berlanjutnya revolusi nasional. Di Libya, ia menyuruh mujahidin agar menyerahkan senjata dan tunduk kepada pemerintah thoghut baru, yang menurutnya punya legitimasi. Dia bahkan ikut serta mencoblos dalam kemusyrikan pemilu presiden Mesir!
Akhirnya, kita jangan sampai luput mencermati salibis nyata, yakni mereka yang bahkan tak pakai jubah da'wah, melainkan aktif langsung terlibat dalam politik dan mendorong pelaksanaan hukum kafir. Contoh di Amerika Serikat : Muhammad Elibiary, Arif Alikhan, Rashad Husain, Keith Ellison, Huma 'Abidin, dst. Di Inggris : Muhammad Abdul Bari, Sayidah Warsi, Waqar Azmi, Sajid Javid, Ajmal Masrur, dan murtadin politisi aktif lainnya.
KESIMPULAN
Bagaimana bisa muslim yang tinggal di Barat, mengaku telah menyerahkan dirinya kepada Allah SWT, sepenuhnya menerima syari'at-Nya saja, diam membisu sedangkan imam-imam kekufuran terus menyebarkan racunnya dari atas mimbar-mimbar mereka ? Bagaimana bisa para pemimpin kekafiran ini tetap berada di bawah ketiak perlindungan musuh-
musuh Allah, sementara tentara-Nya masih bisa bebas mendekati mereka ? Maka bagamanakah ketika Allah bicara :"Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti". (QS At-Taubah 12).
Bagaimanakah, setelah tahu kalau murtadin ini bergabung dengan hizbu Syaithon, berperang meskipun hanya dengan mulut mereka - di jalan thoghut? Kemurtadan ini memang tidak akan mengganggu sedikitpun keberadaan hizbullah, bahkan sebenarnya sunnatullah menyatakan bahwa justru melalui riddah ini Dia SWT akan mendatangkan kaum yang dicintai-Nya dan mencintai-Nya, serta berperang karena-Nya. Allah berkata :"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela". (QS Al-Maidah 54). Dan setelah Allah mengatakan :"Mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi". (QS Al-Mujadilah 19). Allah berkata :"Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang menang". (QS Al-Mujadilah 22).
Dua kemah permusuhan ini terus bertambah jelas perbedaannya. Satu pihak para pendukung kalimat kekufuran. Dipihak lain para pendukung kalimat Allah. Saat hari penuh kabut sekarang, masing-masing muslim perlu cermat serta memastikan bahwa ia di kemah yang benar. Ini betul-betul karunia Allah kepada Umat Islam karena Dia SWT sudah memberikan petunjuk yang jelas tentang ke arah mana kita bisa menemukan tenda kebenaran. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar," jelas Allah SWT. (QS AlHujurot 15). Dan Dia SWT memerintahkan :"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar". (QS At-Taubah 119).
Jadi setiap orang perlu memalingkan pandangan dari orang-orang yang duduk-duduk tak mau ikut serta menggelorakan jihad fii sabilillah. Jihad fii sabilillah yang maksudnya untuk tegaknya syari'at Allah di muka Bumi. Sebaliknya memusatkan pandangannya kepada mereka yang memenuhi perintah Allah. "(yaitu) orang-orang yang ketika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan". (QS Al-Hajj 41). Setiap orang perlu hijrah ke Darul Islam, bergabung dengan pasukan Islam di sana. Atau menggelorakan Jihad sendiri dengan segala persenjataan yang disanggupi (pisau, pistol, peledak, dst) membunuh salibis maupun kafirin lain dan murtadin, termasuk para imam kekufuran, sekedar contoh saja, karena mereka semua adalah target sah - bahkan wajib - menurut Syari'ah. Kecuali, mereka yang taubat secara terbuka dari kekafiran sebelum tertangkap. ____________________ 1.Artinya, membunuh dengan membakar itu secara umum dilarang. Tapi membakar pelaku pembunuhan yang membakar korbannya, itu masuk qishos (hukuman balasan). Dibenarkan dalam Syari'ah. Salafus Sholih juga membakar murtadin. Ketika riddahnya itu sangat berat dan cenderung mempengaruhi orang lain. Penjelasan lebih rinci, baca di Dabiq edisi 7 pada judul "Pembakaran Pilot Murtad".
2.Ibnu Al-Burhan adalah pencari ilmu , lahir tahun 754 H, dan wafat tahun 808 H. Ia dikenal karena perlawanannya kepada raja Mamluk, demi mempertahankan syarat Quraisy dalam pengangkatan imam (Khalifah, pentj.)
3.Pada masa dan disekitar tempat tinggal Ibnu Taimiyah, musuh utama Umat Islam itu suku-suku asli Turki.
4.Bughot adalah muslim yang memerangi penguasa Muslim yang sah. Jika mereka entah bagaimana mendukung kafir asli maupun murtadin memerangi Umat Islam, atau menentang penerapan hukum syari'at, maka mereka bukan bughot, melainkan murtadin. Sebagaimana halnya apa yang disebut faksi-faksi 'Islam' di Syam. Doakan seluruh mujahidin fii sabilillah. Khususnya yang telah bersatu memegang tali Allah yang kokoh, yakni Daulah Khilafah Islam. Juga doakan kami di BDI saluran Berita Daulah Islam Sungguh Allah selalu memenangkan urusan-Nya, tapi orang-orang munafiq itu tidak tahu.