Studi Eksperimental Distribusi Beban Tarik Pada Model Fondasi Tiang dengan Media Tanah Lempung Hadi Pangestu Rihardjo1 1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, Jl.Kusumanegara No. 157 Yogyakarta Email:
[email protected]
ABSTRAK Fondasi tiang pada bangunan transmisi harus dirancang kuat menahan beban momen penggulingan yang dapat menyebabkan sebagian kaki menara mengalami gaya uplift. Penelitian menitikberatkan pada perilaku tanah dan perbandingan hasil pengamatan dengan perhitungan metode PLAXIS terhadap kapasitas tarik fondasi tiang apung pada tanah lempung yang dimodelkan dari plexyglass dengan diameter d = 2,5 cm dengan variasi panjang L = 6d; dan 8d dan jarak tiang s = 3d; pada jumlah tiang n = 1; 2; 3 dan 4. Metodologi penelitian meliputi : penelitian pendahuluan melalukan uji elastisitas plexyglass serta uji karakteristik dan properties tanah; penelitian utama melakukan uji kapasitas tarik model fondasi sesuai konfigurasi tiang serta membandingkannya dengan perhitungan PLAXIS. Perbandingan hasil pengujian dan ekivalensi perhitungan PLAXIS, menunjukkan kapasitas tarik tiang tunggal untuk L = 6d adalah 0,25 kN, untuk L = 8d adalah 0,30 kN. Kapasitas tarik kelompok tiang untuk L = 6d; n = 4 dan s = 3d adalah 0,8 kN, untuk L = 8d; n = 4; s = 3d adalah 0,9 kN. Kapasitas tarik fondasi tiang semakin meningkat apabila: jumlah tiang yang digunakan semakin banyak; tiang yang digunakan semakin panjang. Hasil perbandingan, menunjukkan secara keseluruhan nilai kapasitas tarik hasil perhitungan PLAXIS cenderung lebih besar, karena metode penentuan input PLAXIS melalui beberapa tahap (ekivalensi beban dan dimensi tiang) yang memungkinkan munculnya error assumption, sehingga semakin banyak tahap yang digunakan, akan semakin besar pula akumulasi error tersebut. Kata Kunci : kapasitas tarik, kelompok tiang, lempung, tiang tunggal.
1.
PENDAHULUAN
Perancangan fondasi selalu dipengaruhi oleh besar dan perilaku beban yang bekerja. Pada bangunan menara transmisi ataupun bangunan tinggi yang lain, beban mati yang didukung fondasi relatif lebih kecil dibanding dengan gaya luar (external force) yang bekerja, misalnya gaya akibat putusnya kabel maupun gaya-gaya lainnya yang dapat mengakibatkan sebagian kaki menara mengalami gaya angkat (uplift) dan sebagian lagi mengalami gaya desak. Tanah lempung memiliki sifat-sifat plastis bila dicampur dengan air. Kadar air dalam tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan tanah, sehingga tanah dapat bersifat : sangat lunak, lunak, padat dan lepas; tergantung jenis tanahnya (Bowles, 1984). Penelitian tentang interaksi antara tanah dan fondasi yang menahan beban tarik ke atas telah banyak dilakukan. Oemar (1990), melakukan eksperimen pengaruh kedalaman tiang tunggal ulir yang diperbesar bagian bawahnya pada tanah lempung. Hamdani (1993), melakukan penelitian daya dukung tiang ulir pada tanah lempung. Firuliadhin (2000), melakukan eksperimen kekuatan tarik fondasi tiang alas lebar pada tanah campuran pasir dan kaolin. Patra dan Pise (2001), melakukan eksperimen model fondasi kelompok tiang dengan konfigurasi (2x1, 3x1, 2x2, 3x2) dan fondasi tiang tunggal yang diberi beban uplift pada tanah pasir padat kering.
Fondasi tiang Fondasi tiang merupakan salah satu dari jenis fondasi dalam. Dalam pemakaiannya sangat jarang menggunakan tiang tunggal namun lebih banyak dijumpai berupa kelompok tiang yang dihubungkan dengan pile cap. Berdasarkan kondisi lapisan tanah di bawah pile cap, fondasi tiang dibedakan menjadi dua, yaitu: fondasi tiang apung (floating pile), dan fondasi tiang dukung ujung (end bearing pile). Fondasi tiang apung merupakan fondasi tiang yang ujungnya tidak meyentuh lapisan tanah keras, sehingga kuat dukungnya diberikan seluruhnya oleh tiang dari gaya gesek yang terjadi antara permukaan tiang dengan tanah. Pada kedudukan pile cap tidak menyentuh tanah, kapasitas tarik ultimit fondasi tiang apung pada tiang tunggal pada tanah kohesif homogen dinyatakan dengan persamaan : Qu = ad cu As + Wp
(1.1) 2
dengan Qu = kapasitas ultimit fondasi tiang (kN), ad = faktor adhesi, cu = kohesi tak terdrainase (kN/m ),
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
G-131
Geoteknik As = luas selimut tiang (m2), Wp = berat sendiri tiang (kN) Estimasi nilai adhesi ultimit (ad) pada uji tarik untuk tiang-tiang yang dipancang pada tanah lempung diambil dari grafik Sowa (1970). Hitungan kapasitas tarik kelompok tiang harus mempertimbangkan pola keruntuhan yang akan terjadi, yaitu keruntuhan tiang tunggal atau keruntuhan blok, sehingga tahanan tarik ke atas dari kelompok tiang adalah nilai terkecil dari : 1). Tahanan tarik ke atas tiang tunggal dikalikan jumlah tiang (n): Qtr = n (ad cu As + Wp) atau
(1.2)
2). Tahanan tarik ke atas dari kelompok tiang sebagai blok: Qtr = 2D Cu (L + B) + W (1.3) dengan L = panjang kelompok tiang (m), B = lebar kelompok tiang (m), D = kedalaman blok (m), cu = kohesi tak terdrainase rerata di sekitar kelompok tiang (kN/m2) W = berat total dari tanah dalam area kelompok tiang + berat tiang + berat penutup tiang (pile cap) Menurut Hardiyatmo (2001), teori dan pengamatan telah menunjukkan, bahwa kapasitas total dari kelompok tiang gesek, khususnya tiang dalam tanah lempung, sering lebih kecil dari hasil kali kapasitas tiang tunggal dengan jumlah tiang dalam kelompoknya. Jadi, di sini besarnya kapasitas total menjadi tereduksi dengan nilai reduksi yang tergantung dari ukuran, bentuk kelompok, jarak, dan panjang tiangnya.
Idealisasi plane strain problem Kondisi plane strain pada sebuah struktur adalah beban bekerja sepanjang struktur tersebut dengan arah pada bidang X-Y, dan kedua ujung struktur tersebut dianggap tetap atau tidak bisa bergerak (Suhendro, 2000) P (k N /m )
t
Y
Z
X
d
Gambar 1.1. Pemodelan fondasi tiang sebagai plane strain problem Dengan kondisi pemodelan plane strain problem tersebut, komponen displacement arah Z (w) besarnya sama dengan nol, sehingga komponen displacement yang lain yaitu arah X (u) dan Y (v) berturut-turut merupakan fungsi dari x dan y. Hal ini juga memberikan efek ez = 0, gxz = 0, dan gyz = 0. Komponen regangan yang sama dengan nol tersebut bila disubstitusikan dalam persamaan tegangan-regangan akan diperoleh : { s } = [E]{e} é ìs x ü ê(1 - v ) v 0 ï ï E ê (1 - v ) 0 ís y ý = ê v ï ï (1 + v )(1 - 2v ) ê æ 1 - 2v t 0 ç î xy þ êë 0 è 2
(1.4) ù ú ìe x ü úï ï ú íe y ý öú ïg ï ÷ú î xy þ øû
(1.5) Uji model fondasi tiang dapat pula diidealisasikan sebagai kondisi plane strain pada sebuah struktur, yaitu beban yang bekerja sepanjang struktur pada bidang X-Y, dan kedua ujung struktur tersebut dianggap tetap atau tidak bisa bergerak (Suhendro, 2000) Berdasarkan asumsi, bahwa gaya angkat yang bekerja pada fondasi tiang apung ditahan oleh gesekan dinding tiang dengan tanah di sekitarnya, maka penelitian ini memfokuskan pada perilaku dan besarnya kapasitas tarik serta interaksi antara tanah dengan fondasi tiang apung pada tanah lempung lunak, kemudian hasilnya dibandingkan dengan ekivalensi terhadap prosedur perhitungan PLAXIS.
2.
METODE PENELITIAN
Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi persiapan di laboratorium, penelitian pendahuluan, rancangan benda uji, penelitian utama, hasil dan pembahasan.
G-132
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Geoteknik
Tanah yang digunakan adalah lempung homogen terganggu (disturbed sample). Pemerikasaan terhadap tanah lempung meliputi: kadar air, berat jenis, gradasi butiran; butiran hidrometer; uji tekan bebas; triaxial UU; dan pemeriksaan batas-batas Atterberg. Model fondasi tiang dibuat dari bahan plexyglass dengan diameter d = 1 inci; panjang L = 6d dan 8d dengan konfigurasi 1 tiang; 2 tiang (susunan 2 x 1); 3 tiang (susunan 3 I x 1) dan 4 tiang (susunan 4 x 1) pada jarak pusat ke pusat tiang (s) : 2,5d dan 3d. Modulus elastisitas bahan (E) plexyglass dicari dengan cara seperti Gambar 2.1. Q /2
Q /2
δ max δ 2
δ1 a
b l
a
Gambar 2.1. Skema pengujian modulus elastisitas plexyglass Besarnya modulus elastisitas dihitung dengan Persamaan:
E =
{
Q .a 3l 2 - 4a 2 24 .d . I
}
(2.1)
dengan Q = beban (kN), l = panjang pelat antara dua tumpuan (m), L = panjang pelat (m), a = panjang pelat dari tumpuan ke titik beban Q (m), b = panjang antar dua titik beban Q (m), δ = lendutan (m), I = momen inersia penampang pelat (m4).
Pengujian Pengujian model fondasi dilakukan dalam kotak uji berbentuk kubus terbuka sebagaimana Gambar 2.2.
kabel rangka
fondas
roll rangka baja k e lo m p o k tia n g dial gage
beban
1m tanah lempung
1,2 m
Gambar 2.2. Kotak uji pembebanan tarik Pengujian beban tarik menggunakan metode beban tertahan (maintained load) dan metode penetrasi kecepatan konstan (constant rate of penetration). Prosedur yang dilakukan pada metode beban tertahan adalah dengan menerapkan secara bertahap. Pada tiap tahap pembebanan, beban ditahan konstan sampai displacement vertikal berhenti. Setelah itu baru diterapkan beban yang selanjutnya. ASTM D1143-57T mensyaratkan penambahan beban selanjutnya dilakukan setelah kecepatan penurunan kurang dari 0,305 mm/jam atau sesudah 2 jam beban ditahan konstan, dipilih salah satu yang lebih dulu terjadi. Interval penambahan beban pada tanah lempung adalah 5 kg hingga 10 kg. Prosedur uji tarik pada model fondasi tiang adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Model fondasi, pile cap dan rangka ditimbang untuk diketahui berat sendirinya. Bagian bawah pile cap dilapisi plastik untuk mencegah lekatan dengan tanah. Model ditanam pada tanah lempung secara manual hingga seluruh panjangnya masuk ke dalam tanah dan diperam selama 2 (dua) jam. Ujung dial gauge menyentuh pile cap. Pembacaan dimulai ketika dial menunjukkan angka nol.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
G-133
Geoteknik
5. 6. 7. 8.
Uji pembebanan mulai dilakukan dengan meletakkan beban pada penggantungnya. Pada saat yang sama, stopwatch diatur pada 0 menit (t = 0) dan mulai menghitung waktu pengujian. Pembacaan perpindahan vertikal ini dilakukan pada setiap interval waktu 2,5 menit. Penambahan beban dilakukan setelah kecepatan perpindahan vertikal kurang dari 0,305 mm/jam atau sesudah 2 jam,. Penambahan beban dilakukan dengan interval 5 kg. Penambahan beban dihentikan apabila model fondasi mengalami keruntuhan yang ditandai terangkatnya tiang ke atas secara keseluruhan atau apabila pembacaan perpindahan vertikal yang ditunjukkan dial gauge telah mencapai 10 mm.
Hasil pengujian berupa kapasitas ultimit model tiang; grafik hubungan beban terhadap waktu; hubungan perpindahan vertikal terhadap waktu; dan hubungan beban terhadap perpindahan vertikal. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan uji laboratorium dengan hasil hitungan Software PLAXIS yang berbasis elemen hingga.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada plexyglass didapat modulus elastisitas sebesar 3,274 x 106 kN/m2 relatif mendekati nilai yang pernah dilakukan Sumiyanto (2002), yaitu sebesar 3,25 x 106 kN/m2, sehingga defleksinya memenuhi syarat. Dari pengujian tanah lempung dengan metode USCS diperoleh: batas cair LL > 50%; dan PI > 0,73 x (LL – 20); Gs = 2,65 kg/cm3, kadar air 50% hingga 55%, kuat tekan bebas (qu) = 33 kN/m2, cu = ½ qu = 16,5 kN/m2, bergradasi 7,51% pasir dan 92,49% tanah berbutir halus. Berdasarkan metode USCS dan AASHTO tanah uji termasuk dalam jenis lempung plastisitas tinggi dan lunak (qu yang diproleh sebesar 33 kN/m2 (antara 25 kN/m2 hingga 50 kN/m2). Setiap proses pengujian model, kadar air tanah selalu dikondisikan antara 50 % hingga 54 %.
Hasil perhitungan dengan menggunakan Software Dalam analisis kapasitas tarik fondasi tiang, model fondasi tiang diasumsikan sebagai plain strain problem. Dengan program tersebut, dimungkinkan dilakukan peninjauan tentang besarnya kapasitas tarik pada nodal-nodal tertentu yang terletak di dalam tanah atau dibawah pelat fondasi tiang. Program PLAXIS V.8.1 digunakan dalam perhitungan dan analisis kapasitas tarik terhadap model-model fondasi yang telah dilakukan percobaannya di laboratorium, yaitu kelompok tiang dengan s/d =3. Tabel output dari Program PLAXIS untuk tinjauan kapasitas tarik adalah berupa faktor beban ( dalam kN dan besarnya nilai kapasitas tarik (Uy) dalam meter (m).
)
Pada analisis dengan menggunakan Program PLAXIS V 8.1., idealisasi yang dipakai adalah plain strain, sehingga input beban dalam kN/m. Jadi beban ekivalen yang dipakai sebagai input adalah beban yang menghasilkan tekanan yang sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh beban di laboratorium. Pada penelitian ini nodal yang ditinjau adalah seperti terdapat pada Gambar 3.1. dibawah ini Q A
L = 6 dan
8 d
Gambar 3.1. Nodal output Program PLAXIS pada pengujian kelompok tiang Selain menentukan besarnya beban ekivalen, input PLAXIS juga harus menentukan dimensi tiang ekivalen, karena pada plain strain problem penampang gambar adalah menerus tegak lurus bidang gambar, sedangkan pada kondisi pada model di laboratorium bukan sebuah penampang yang menerus, melainkan tiang hanya ditempatkan pada titiktitik tertentu. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah bentuk tiang atau penampang tiang adalah lingkaran, sehingga harus dikonversikan dulu menjadi bentuk bujursangkar yang menerus seperti Tabel 3.1. Tabel 3.1. Konversi penampang tiang lingkaran ke bujursangkar I 1 / 64 p D4
G-134
Lingkaran Nilai D (m) 2E-2
Nilai I (m4) 7,85E-9
I 1 / 12 b4
Bujursangkar Nilai b (m) Nilai I (m4) 1,75E-2 7,85E-9
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Geoteknik
Setelah mendapatkan bentuk penampang tiang bujursangkar, maka dilakukan kembali konversi menjadi penampang yang menerus. Nilai input PLAXIS berupa nilai EA (dalam kN/m) dan EI (dalam kNm2/m), sehingga idealisasi fondasi tiang sebagai plain strain problem, nilai EA dan EI tiang harus dibagi dengan jarak tiang, maka input pada Program PLAXIS menjadi EA/s dan EI/s, dimana s adalah jarak tiang. Perbandingan yang dilakukan terhadap hasil pengamatan di laboratorium adalah nilai kapasitas tarik berdasarkan displacement terjadi pada nodal A.
Kapasitas tarik tiang tunggal Hasil perhitungan dengan Program PLAXIS untuk kapasitas tarik tiang tunggal seperti pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2. Tabel 3.2. Kapasitas tarik tiang tunggal
a : L = 6d ( b : L = 8d (
Beban ekivalen (kN) 0,000 0,100 0,200 0,250 0,250 0,300 0,300 0,350 = 1) = 1)
Perpindahan vertikal (mm) Perhitungan PLAXIS Uji laboratorium b a b a 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,125 -0,120 -0,081 -0,054 -0,400 -0,352 -0,262 -0,162 -0,750 -0,540 -0,552 -0,323 -10,000 -0,540 -0,552 -0,323 -10,000 -0,791 -2,450 -0,512 -10,000 -0,512 -10,000 -0,981
(a)
(b)
Gambar 3.2. Perbandingan hasil perhitungan kapasitas tarik tiang tunggal (a) L=6d ( (b) L=8d (
=1) =1)
Pada Gambar 3.2. terdapat selisih antara pengujian laboratorium dan perhitungan PLAXIS. Hal ini disebabkan metode pendekatan yang dilakukan pada input PLAXIS melalui beberapa tahapan, yaitu beban dan dimensi ekivalen yang menyebabkan perbedaan perilaku model fondasi tiang ketika diberi beban tarik. Namun kedua nilai tersebut menunjukkan, bahwa semakin panjang tiang yang digunakan, maka akan semakin besar kapasitas tarik ultimitnya. Hal ini mendekati hasil eksperimen Oemar (1990), tentang pengaruh kedalaman tiang tunggal ulir yang diperbesar bagian bawahnya pada tanah lempung, yang menyatakan daya dukung tiang akan bertambah jika kedalaman tiang bertambah. Sedangkan kurva antara beban dan displacementnya tidak linier seperti ekspreimen Patra dan Pise (2001).
Kapasitas tarik kelompok tiang Hasil perbandingan antara hasil pengamatan laboratorium pada n = 4 tiang dan s = 2,5 d dengan perhitungan PLAXIS seperti Tabel 3.3. dan Gambar 3.3.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
G-135
Geoteknik
Tabel 3.3. Hasil kapasitas tarik kelompok tiang Beban ekivalen (kN) 0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500 0,550 0,600 0,650 0,700 0,700 0,750 0,750 0,800 a : L = 6d; n = 4 tiang; s = 2,5d ( b : L = 8d; n = 4 tiang; s = 2,5d (
Perpindahan vertikal (mm) Uji laboratorium Perhitungan PLAXIS b a b a 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,010 -0,008 -0,035 -0,045 -0,020 -0,035 -0,060 -0,030 -0,085 -0,120 -0,040 -0,062 -0,115 -0,050 -0,150 -0,210 -0,055 -0,093 -0,185 -0,065 -0,235 -0,310 -0,075 -0,167 -0,292 -0,392 -0,130 -0,212 -0,350 -0,462 -0,190 -0,272 -0,430 -0,532 -0,240 -0,352 -0,560 -0,650 -0,365 -0,450 -0,810 -0,750 -0,552 -0,550 -1,120 -0,940 -0,882 -0,740 -10,000 -0,882 -10,000 -2,290 -1,717 -1,290 -10,000 -1,290 -10,000 -2,770 -2,340 = 1) = 1)
Beban (kN)
Uji Lab ) tkl(m erpindahV P
(a)
(b)
Gambar 3.3. Perbandingan hasil perhitungan kapasitas tarik kelompok tiang (a) L = 6d, n = 4 tiang, s = 2,5d ( (b) L = 8d, n = 4 tiang, s = 2,5d (
= 1) = 1)
Perbandingan antara hasil pengamatan kelompok tiang di laboratorium pada n = 4 buah dan s = 3d dengan perhitungan PLAXIS seperti Tabel 3.4 dan Gambar 3.4. Tabel 3.4. Hasil kapasitas tarik kelompok tiang Beban ekivalen (kN) 0,00 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,750
G-136
Perpindahan vertikal (mm) Perhitungan PLAXIS Uji laboratorium a b a b 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,130 -0,070 -0,055 -0,021 -0,240 -0,155 -0,106 -0,076 -0,320 -0,245 -0,185 -0,142 -0,385 -0,345 -0,207 -0,210 -0,590 -0,430 -0,342 -0,355 -0,845 -0,510 -0,477 -0,510 -1,220 -0,670 -0,611 -0,699 -1,460 -0,860
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Geoteknik
-1,520 -10,000 -10,000
0,750 0,800 0,850 0,850 0,900 a : L = 6d; n = 4 tiang; s = 3d ( b : L = 8d, n = 4 tiang, s = 3d (
-0,990 -1,150 -10,000 -10,000
-0,860 -1,306 -1,870
-0,990 -1,155 -1,155 -2,330
= 1) = 1)
(a)
(b)
Gambar 3.4. Perbandingan hasil perhitungan nilai kapasitas tarik kelompok tiang (a) L = 6d, n = 4 tiang, s = 3d ( (b) L = 8d, n = 4 tiang, s = 3d (
= 1) plier load = 1)
Dari tabel dan gambar di atas, apabila ditinjau berdasarkan jumlah tiang hasil penelitian menunjukkan, bahwa semakin banyak jumlah tiang, maka akan semakin besar pula kapasitas tariknya. Hal ini sama dengan hasil penelitian Hamdani (1993), yang melakukan percobaan daya dukung tiang ulir pada tanah lempung; dimana daya dukungnya dipengaruhi oleh perlebaran diameter ulir dan jumlah tiang. Selain itu juga tampak, bahwa semakin panjang tiang yang digunakan serta semakin besar jaraknya, maka akan semakin besar kapasitas tarik ultimitnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Oemar (1990), dalam eksperimennya pada fondasi tiang ulir pada tanah lempung yang menyatakan daya dukung tiang akan bertambah jika kedalaman tiang bertambah. Firuliadhin (2000), dalam penelitiannya tentang kekuatan tarik fondasi tiang alas lebar pada tanah campuran pasir dan kaolin, juga menyatakan bahwa peningkatan rasio D/B satu satuan akan meningkatkan kapasitas tarik 20 hingga 30%. Hal ini berarti jarak tiang berpengaruh terhadap efisiensi tiang. Ditinjau dari jarak antar tiang, menunjukkan bahwa kapasitas tarik akan bertambah seiring bertambahnya jarak antar tiang seperti hasil penelitian Patra dan Pise (2001), yang menyatakan kapasitas tarik ultimit akan bertambah seiring bertambahnya jumlah dan jarak tiang. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program PLAXIS menghasilkan output yang serupa dengan perilaku pada pengujian laboratorium, yaitu semakin panjang tiang yang digunakan, maka kapasitas tarik semakin besar. Seperti hasil yang diperoleh pada perhitungan kapasitas tarik tiang tunggal, perhitungan dengan menggunakan PLAXIS menghasilkan kapasitas yang lebih besar, hal ini terkait dengan kelompok tiang, pengaruh ekivalensi beban dan dimensi tiang akan semakin terakumulasi, sehingga selisih dengan pengamatan laboratorium akan semakin signifikan.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : a.
Hasil pengujian dengan berbagai variasi model berdasarkan perbandingan dengan ekivalensi terhadap prosedur perhitungan PLAXIS adalah sebagai berikut : b. Kapasitas tarik tiang tunggal dengan L = 6d adalah 0,25 kN Kapasitas tarik tiang tunggal dengan L = 8d adalah 0,30 kN Kapasitas tarik kelompok tiang L = 6d; n = 4 tiang; dan s = 3d adalah 0,8 kN Kapasitas tarik kelompok tiang L = 8d; n = 4 tiang; dan s = 3d adalah 0,9 kN c. Kapasitas tarik model fondasi tiang pada tanah lempung semakin meningkat apabila : 1) Jumlah tiang yang digunakan semakin banyak, karena adhesi antara tiang dengan tanah semakin besar seiring dengan bertambahnya permukaan gesek tiang. 2) Panjang tiang yang digunakan semakin panjang, sehingga memperbesar permukaan gesek tiang.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
G-137
Geoteknik
d. e.
Perhitungan dengan menggunakan PLAXIS, harus dilakukan secara cermat dalam menggunakan asumsi yang akan digunakan sebagai input, karena idealisasi nilai-nilai input berpengaruh terhadap perilaku model fondasi tiang secara langsung. Secara keseluruhan nilai kapasitas tarik yang dihasilkan oleh hitungan PLAXIS cenderung lebih besar, karena metode pendekatan yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan input PLAXIS, melalui beberapa tahap (ekivalensi beban dan dimensi tiang) yang memungkinkan munculnya error assumption, sehingga semakin banyak tahap yang digunakan, maka semakin besar pula akumulasi error assumption tersebut.
Saran a.
Faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan dalam analisis, misalnya overlapping tegangan perlu dicermati lebih lanjut dengan penggunaan properties dan tools yang lebih komprehensif. b. Tindak lanjut penelitian ini bisa dilakukan dengan pendekatan kondisi nyata di lapangan, misalnya : 1) Skala model 2) Komposisi faktor teknis tanah (kohesi, sudut geser, kadar air, dsb) c. Pengembangan yang mungkin dilakukan adalah modifikasi model tiang, dari bentuk, ukuran dan bentuk permukaan tiang.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (1997), Annual Book of ASTM Standards, Soil and Rock, Vol. 04.08 Bowles, J. E. (1984), Foundation Analysis and Design (third edition), Mc Graw-Hill Kogshaga Ltd, Tokyo. Firuliadhin, G (2001), “Studi Eksperimental Laboratorium Kekuatan Tarik Fondasi Tiang Alas Lebar pada Tanah Buatan Campuran Pasir dan Kaolin”, Tesis, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Hardiyatmo, H.C. (2001), Teknik Fondasi II, Edisi ke-1, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hamdani (1993), “Kapasitas Tarik Angker Ulir Pada Tanah Lempung BerdasarkanPercobaan di Laboratorium”, Tesis, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Oemar, K.O. (1990), “Studi Daya Dukung Tarik Fondasi Angker di Lapangan,” Tesis, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Patra, N.R., and Pise, P.J. (2001), “Uplift Capacity of Pile Groups in Sand”, Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering”, Volume 127 Nomor 6 Juni 2001. Poulos, H.G., and Davis, E.H.,1980, Pile Foundation Analysis and Design, John Wiley & Sons, New York Suhendro B (2000), Metode Elemen hingga, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sumiyanto (2002), ‘Uji Beban dan Analisis Lendutan Pelat Fleksibel yang Didukung Tiang-tiang (Tanah Dasar Lempung Lunak”), Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
G-138
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011