STRATEGI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL PENDIDIKAN MELALUI CHARITY OF CHILDREN EDUCATION COMMUNITY (CCE COMMUNITY) DI KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh: Neneng Khaira Ummah NIM: 108054100019
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
STRATEGI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL MELALUI CCE COMMUNITY DI KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Neneng Khaira Ummah NIM: 108054100019
Pembimbing
Ahmad Zaky, M. Si NIP: 19771127 200710 1 001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Juni 2015
Neneng Khaira Ummah
ABSTRAK
Neneng Khaira Ummah 108054100019 Strategi Program Pelayanan Sosial Melalui Charity of Children Education (CCE Community) di Kebagusan Jakarta Selatan
Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih seringkali dilihat dari unsur finansial. Semakin besar dan semakin tinggi pendapatan seseorang, dapat dikatakan semakin sejahtera seseorang. Namun di samping itu masih dikatakan bahwa mayoritas penduduk negeri ini adalah masyarakat menengah ke bawah yang masih serba kekurangan dan bertaruh dengan kemiskinan. Salah satunya adalah pemulung. Pemulung adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan mengangkut sampah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pekerjaan pemulung belum mempunyai penghasilan yang tetap dan memadai, cenderung selalu kekurangan. Di Indonesia, pemulung diidentikkan dengan kemiskinan. Untuk kehidupan sehari-hari saja mereka sulit terlebih jika ditambah dengan biaya sekunder seperti pendidikan. Banyak Pemulung yang putus sekolah lantaran tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Dengan demikian tidak heran masih banyak pemulung yang tinggal di Jakarta namun masih mempunyai kekurangan yaitu buta huruf. Dengan demikian diantara sebab sebab berikut diadakanlah CCE Community dimana CCE mencoba memberi kemampuannya memberi pendidikan secara cuma-cuma yang dikhususkan untuk warga Kebagusan, yang mana daerah tersebut masih banyak para pemulung yang bermukim. CCE memberi pendidikan seperti kegiatan Calistung untuk anak PAUD dan TK, Kegiatan Calistung untuk Ibu-ibu dan Bapak-bapak, adapula Pelayanan Kesehatan, Sekolah Paket, Pelatihan Kerajinan Tangan, dan Bakti Sosial. CCE didirikan tanggal 15 September 2012 dan berlapak di Kebagusan, CCE berupaya meningkatkan pendidikan akademik dan juga pendidikan agama serta pendidikan moral. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dimana penelitian menggunakan beberapa cara seperti wawancara, observasi dan studi dokumen, yang mana yang menjadi informan adalah para volunteer CCE dan warga Kebagusan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa, perubahan kepribadian yang signifikan dari anak didik yang semula cuek dan pemalu menjadi suka menyapa, ceria dan rasa ingin tahu serta rasa sosial mereka yang meningkat. Dilihat dari kompetensi Calistungpun meningkat yang semula belum bisa menulis dan membaca, perlahan-perlahan mereka bisa membaca. Dan juga kemampuan Agamanya seperti membaca Iqra, mereka sudah bisa fasih membaca dan membedakan antara satu huruf dengan yang lainnya. Dilihat dari hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan, warga banyak yang menjadi mudah dalam memeriksakan kesehatannya dan menjadi mudah dalam akses kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Sehingga warga tidak merasa bingung dan kesulitan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil Alamin, penulis ucapkan puji syukur ke Hadirat ALLAH SWT yang telah memberikan penulis petunjuk, kesehatan dan juga kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga Junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan perubahan kehidupan umat manusia dari zaman jahiliyah sampai kepada zaman yang modern seperti sekarang ini. Dengan adanya skripsi ini penulis yakin masih banyak sekali kekurangan yang ada dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan juga kritik dalam memperbaiki skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih karena telah membimbing penulis hingga bisa seperti menyelesaikan pendidikan di universitas ini kepada segenap jajaran: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan juga Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, Sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, yang telah banyak menolong dan memudahkan penulis dan juga memberi banyak masukan, saran dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di universitas ini. 3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, Sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabaran, terima kasih juga atas segala bimbingan, petunjuk, dan masukanmasukannya sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
4. Ibu Dr. Fatmawati, M. A, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk penulis dalam skripsi ini. 5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan mata kuliah yang bermanfaat bagi masa depan penulis dan juga seluruh Staf Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menolong dan memudahkan penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 6. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama, dan juga Perpustakaan Umum Daerah Kuningan yang telah banyak menolong dalam mencarikan buku-buku yang penulis butuhkan. 7. Orangtuaku tercinta Ibu Yomniza, S. Ag dan Bapak Maaduroji, S. Ag, yang telah membesarkan dan mendidik penulis. Maaf selalu menyusahkan Umi dan Abi. 8. Kakakku yang aku sayangi Nashiruddin Muadz, S. Pd dan sang Istri Kakak Ipar yang aku sayangi Agustin Dwigiarti, dan Juga Keponakanku tersayang yang imut Bilqis Aulia Rizki, semoga tumbuh menjadi anak yang baik dan berguna untuk keluarga. 9. Adik-adikku yang paling tersayang dan terbaik Nurul Faizah, S. Psi dan Ahmad Khoirul Umam, terima kasih telah menjadi adik yang baik dan terima kasih telah menemani penulis ketika penulis sakit, terima kasih juga telah memberikan canda tawa, suka duka dan perhatian yang besar kepada penulis. 10. Sahabat-sahabatku yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda dan tawa, suka maupun duka, terima kasih juga sudah mau menjadi tempat curhat yang baik buat penulis, Ka Dita, Komariah, Ka Wahyu, Nilam, Ari, Anjas, Sarah, Ka Hikmah, Devi, Fitri, Dinda, Nisa dan Dewi. Semoga Kalian Sukses! 11. Para Pemimpin CCE Community, Ka Adjeng Septi Wulandari, Ka Agustina Dwi Handayani, Ka Wulan Sari Rahayu, Ka Arif Tirta, dan Ka Hadiansyah. Terima kasih atas segala pengorbanan dan kesabaran kalian. Sukses juga untuk skripsi-skripsinya.
iii
12. Adik-adik dan Warga Kebagusan yang telah berbagi pengalamannya pada penulis, semoga apa yang diharapkan dikabulkan oleh Allah SWT. 13. Teman-teman seperjuangan Kessos 2008. Dan teman-teman Kessos 2010-2013 yang telah banyak menolong penulis. 14. Semua pihak yang telah banyak menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah pernyataan terima kasih dan permintaan maaf pula dari penulis jika ada kesalahan yang tidak sengaja semoga amal ibadah kalian diterima ALLAH SWT dan semoga selalu berada dalam Lindungan ALLAH SWT. Amin.
Jakarta, 03 Juni 2015
Neneng Khaira Ummah 108054100019
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8 1. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 2. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8 D. Metode Penelitian .................................................................................................. 9 1. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 9 2. Macam dan Sumber Data ........................................................................ 10 3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 11 4. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 13 5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 14 6. Teknik Pengambilan Informan ............................................................... 15 E. Teknik Penulisan ................................................................................................. 16 F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 16 G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi ................................................................................................................. 19 1. Pengertian Strategi .................................................................................. 19 B. Program ................................................................................................................ 20
v
1. Pengertian Program ................................................................................. 20 C. Pendidikan ........................................................................................................... 21 1. Pengertian Pendidikan ............................................................................. 21 2. Dasar-Dasar Pendidikan .......................................................................... 23 3. Tujuan Pendidikan ................................................................................... 23 4. Proses Pendidikan .................................................................................... 24 5. Hakikat Pendidikan ................................................................................. 25 6. Pendidikan Sebagai Pelayanan Sosial .................................................... 29 D. Pelayanan Sosial .................................................................................................. 29 1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................................... 29 2. Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayaan Sosial ................................... 30 3. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif .................................... 31 4. Pemanfaatan Institusi Sosial ................................................................... 32 5. Organisasi Masyarakat ............................................................................ 35 E. Anak ...................................................................................................................... 36 1. Pengertian Anak ....................................................................................... 36 2. Kebutuhan-kebutuhan yang Mendasar Untuk Anak ........................... 36 3. Hak Anak .................................................................................................. 38 4. Pendidikan Hak Anak .............................................................................. 39 F. Pemulung .............................................................................................................. 40 1. Pengertian Pemulung ............................................................................... 40 2. Aspek Pemulung ....................................................................................... 41 G. Intervensi Komunitas .......................................................................................... 42 1. Pengertian Intervensi Komunitas ........................................................... 42 2. Luas Lingkup Intervensi Komunitas ...................................................... 43 3. Beberapa Model Intervensi Komunitas ................................................. 45
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya CCE Community ............................................................... 47 B. Legalitas Hukum .................................................................................................. 51
vi
C. Visi dan Misi CCE Community ......................................................................... 52 D. Struktur Kepemimpinan CCE Community....................................................... 53 E. Volunteer CCE Community ............................................................................... 53 F. Data Anak Didik CCE Community ................................................................... 56 G. Fasilitas Kelas CCE Community ....................................................................... 57 H. Sistem Pendanaan CCE Community ................................................................ 57 I. Piagam Penghargaan CCE Community ............................................................. 58
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN A. Strategi Program Pendidikan CCE Community .............................................. 60 B. Manfaat Adanya CCE Community Bagi Anak Didik dan Warga Kebagusan ............................................................................................. 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................................... 75 B. Saran ..................................................................................................................... 76
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Tabel Data Volunteer CCE Community ........................................................................... 54 TABEL 2 : Daftar Data Anak Didik CCE Community ....................................................................... 56
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Suasana Penerimaan Volunteer Baru ........................................................................... 55 GAMBAR 2 : Suasana pengajaran Calistung Kelas PAUD dan TK ................................................... 64 GAMBAR 3 : Suasana Pengajaran Calistung Ibu-ibu ......................................................................... 66 GAMBAR 4 : Suasana membuat Kerajinan Tangan ........................................................................... 68
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam al-Quran, masyarakat yang sejahtera dinamakan al-muflihun, yang secara harfiah berarti orang-orang yang beruntung. Indikator masyarakat yang sejahtera (al-muflihun), yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung, (meraih kesejahteraan dunia dan akhirat) seperti dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah (2): 4-5.1 Dalam sejarahnya yang panjang, memang hanya manusia saja yang telah membuktikan kesanggupannya dalam memadukan beberapa macam sumber daya untuk meningkatkan kualitas hidupnya, menjadi makhluk berbudaya tinggi. Telah menjadi kesepakatan para ahli, bahwa sumber daya manusia merupakan aset penting, bahkan dianggap paling penting diantara sumber daya-sumber daya yang lain, dalam setiap usaha memajukan suatu masyarakat atau bangsa. Namun dalam kenyataannya, sumber daya manusia baru menjadi
1
Asep Usman Ismail, Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2012) h. 3.
1
aset penting dan berharga, apabila sumber daya manusia tersebut mempunyai kualitas yang tinggi.2 Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, hanyalah ada satu jalan pemecahan yang harus ditempuh, yakni melalui pendidikan
dan
pelatihan.
Pendidikan
dan
pelatihanlah
yang
akan
meningkatkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi seseorang untuk berperan dalam kehidupannya, secara individu maupun bermasyarakat.3 Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 11 tentang pendidikan yang berbunyi:
ن أُوتُوا اّلْ ِعلْ َم َد َرجَات َ ن ءَا َمنُوا مِنكُمْ وَاّلَذِي َ هلل اّلَذِي ُ يَزْفَ ِع ا Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan
orang-orang
yang
diberi
ilmu
pengetahuan.”(QS.Al-
Mujadalah:11).4 Masalah kemiskinan merupakan isu krusial di Indonesia sejak dahulu hingga detik ini. Melihat jumlah dan kecenderungannya, kemiskinan di negeri ini tampaknya bukan lagi merupakan kejadian sementara waktu. Melainkan, sudah menjadi fenomena massal yang kronis dan mendalam. Bahkan untuk banyak kasus, kemiskinan sudah bersifat antar-generasi. Berbagai strategi telah dilakukan untuk mengatasi kemiskinan dengan menghabiskan dana sangat besar. Di Indonesia biaya penanggulangan kemiskinan terus meningkat dari
2
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lantabora Press, Juli 2005) h. 67. 3 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, h. 68. 4 Q. Surat Al-Mujadalah ayat 11 mushaf 492.
2
tahun ke tahun. Jika pada tahun 2004 “baru” Rp. 18 triliun, maka satu tahun berikutnya menjadi Rp. 23 triliun.5 Sejatinya pendidikan merupakan hak seluruh warga negara. Seperti yang telah dijelaskan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk dapat mencapai kemakmuran suatu negara, sebagaimana diatur secara tegas dalam pasal 31 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) menegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) menetapkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pada kenyataannya, pendidikan yang digadang-gadangkan oleh pemerintah dapat diperoleh oleh seluruh kalangan masyarakat
hanya menjadi
sebatas mimpi
karena
permasalahan yang kompleks dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak anak-anak usia sekolah di Indonesia yang justru harus putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Jumlah anak putus sekolah dan berpendidikan rendah di Indonesia terbilang relatif tinggi. Berdasarkan laporan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang harus putus sekolah. Sementara itu, menurut Pengamat Pendidikan, Muhammad Zuhdan mengatakan bahwa tahun 2010 tercatat terdapat 1,3 juta anak usia 7–15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Tingginya angka 5
Edi Suharto, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia (Bandung: Alfabeta, Mei 2009) h. 22.
3
putus sekolah ini, salah satunya akibat mahalnya biaya pendidikan. Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat bahwa seluruh anak di Indonesia harus memperoleh pendidikan dasar minimal 12 tahun (jenjang SD – SMA). Data dari Mendikbud menyebutkan bahwa pada tahun 2007, dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80 persennya, sedangkan 20 persen lainnya harus putus sekolah. Dari 80 persen siswa SD yang lulus sekolah, hanya 61 persennya yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMP dan sekolah yang setingkat lainnya. Kemudian setelah itu hanya 48 persen yang akhirnya lulus sekolah. Sementara itu, 48 persen yang lulus dari jenjang SMP hanya 21 persennya saja yang melanjutkan ke jenjang SMA. Sedangkan yang bisa lulus jenjang SMA hanya sekitar 10 persen. Persentase ini menurun drastis dimana jumlah anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tinggal 1,4 persen saja.6 Kesejahteraan di dalam ekonomi ternyata sangat berperan penting dalam penyediaan biaya untuk kebutuhan sekolah bagi sebagian orang, bahkan banyak diantara mereka yang harus menggadaikan sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Kesejahteraan dan ekonomi mereka harus dipertaruhkan sementara, agar anak-anaknya bisa bersekolah dan bisa membantu perekonomian keluarga suatu saat nanti. Namun banyak juga orangtua yang melarang anaknya untuk bersekolah karena mereka lebih mementingkan pekerjaan dan pekerjaan tanpa memikirkan nasib anaknya kelak.
6
Fonita Andastry, “Tingginya Angka Putus Sekolah Di Indonesia,” artikel diakses pada 21 Oktober 2014 pukul 15.57 wib dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/24/tingginya-angkaputus-sekolah-di-indonesia-622368.html
4
Sebagaimana diketahui, kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat adalah kondisi yang sejahtera. Dengan demikian, kondisi yang menunjukkan adanya taraf hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan dalam rangka perwujudan kondisi yang sejahtera tersebut. 7 Oleh karena itu, mahasiswa mengembangkan ide untuk memberikan kemampuannya untuk pendidikan anak-anak dari orang yang kurang mampu agar mereka bisa berdaya sebagaimana anak yang lainnya dengan mencetuskan sebuah komunitas atau perkumpulan yang bergerak di bidang pelayanan sosial berupa pendidikan yang dinamakan Charity of Children Education Community. Charity of Children Education Community atau CCE Community adalah sebuah komunitas berbasis pendidikan yang dikembangkan pertama kali oleh mahasiswa yang ada di Jakarta karena melihat banyaknya anak-anak pemulung yang belum bisa merasakan bangku pendidikan dikarenakan orangtua mempunyai penghasilan yang kurang mencukupi untuk membiayai kebutuhan sekolah. Charity of Children Education Community yang bertempat di Lapak Kebagusan dicetuskan dan dikembangkan untuk melayani pendidikan seperti halnya pendidikan formal untuk Anak pemulung yang bertempat di Kebagusan Jakarta Selatan. Charity of Children Education Community memberikan pendidikan secara cuma-cuma atau sukarela untuk membantu kaum yang kurang mampu agar bisa sedikit merasakan manfaat pendidikan. Awalnya Charity of Children Education Community berdiri tahun 2012 di bawah asuhan mahasiswa yang ada di Jakarta yang berniat memberikan pelayanan sosial
7
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Maret 2010) h. 307.
5
berupa pendidikan kepada anak-anak Pemulung yang ada di Kebagusan Jakarta Selatan. Program-program yang ada di Charity of Children Education Community selain pelayanan sosial pendidikan adalah pada hari-hari libur seperti hari minggu, anak-anak mendapat pelatihan dan ekstrakurikuler seperti Karate, Menari, dan English Class yang dimana memang program ini dikhususkan untuk mereka untuk menunjang kemampuan mereka.8 Peneliti melihat betapa pentingnya apa yang ada dalam program Charity of Children Education Community yaitu memperjuangkan hak anak-anak pemulung agar mendapat pendidikan sama seperti anak lainnya. Pelayanan sosial seperti ini sangat penting mengingat pendidikan adalah akar dari kesejahteraan. Tanpa pendidikan, anak-anak pemulung tidak akan bisa membaca, melihat dan memahami apa yang terjadi pada kemajuan dunia sekarang ini. Oleh sebab itu peneliti berminat untuk memperdalam bahasan di dalam skripsi yang berjudul: STRATEGI
PROGRAM
PELAYANAN
SOSIAL
PENDIDIKAN
MELALUI CHARITY OF CHILDREN EDUCATION COMMUNITY (CCE COMMUNITY) DI KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN. Dengan menempatkan Lapak Charity of Children Education Community yang beralamat di Jl. Kebagusan 1 Gg. Warung RT 06/01 Pasar Minggu
8
Wawancara Pribadi dengan Humas CCE Community, Adjeng Septi Wulandari pada 02 Oktober 2014 jam 16.12 wib.
6
Jakarta Selatan yang memperjuangkan penuh hak anak-anak kurang mampu seperti Anak-anak Pemulung untuk mengenyam pendidikan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan jelas peneliti membatasi penelitian ini pada program Charity of Children Education Community untuk pelayanan sosial di Kebagusan Jakarta Selatan. 2. Perumusan Masalah Agar penelitian ini jelas, terarah dan sesuai dengan yang diinginkan, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana program pelayanan sosial yang diberikan oleh
Charity of Children Education Community untuk anak-anak pemulung di Kebagusan Jakarta Selatan? 2.
Bagaimana manfaat yang anak-anak pemulung peroleh
dalam program pelayanan sosial yang diberikan oleh Charity of Children Education Community?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat merangkum semua tujuan ini: a.
Untuk menggambarkan program pelayanan sosial yang
diberikan oleh Charity of Children Education Community untuk anak-anak pemulung di Kebagusan Pasar Minggu. b. Untuk mengetahui manfaat yang anak-anak pemulung peroleh dalam program pelayanan sosial oleh Charity of Children Education Community. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Manfaat Akademis Dalam segi akademis peneliti berharap penelitian ini
memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan baik bagi diri sendiri maupun bagi mahasiswa lain dalam mengenal lebih jauh ruang lingkup kesejahteraan sosial. b.
Manfaat Praktis
Diharapkan tulisan ini dapat menjadi gambaran untuk pekerja sosial, maupun penulis sendiri untuk dapat memahami keinginan dan kebutuhan serta memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil seperti pemulung.
8
D. Metodologi Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian. Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Flick ialah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk melihat dan memahami subjek dan objek penelitian yang meliputi orang, lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya. Melalui pendekatan ini akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya.
Peneliti
dalam
hal
ini
berusaha
memahami
dan
menggambarkan apa yang dipahami dan digambarkan subjek penelitian. 9 Di dalam penelitian, metode penelitian kualitatif dituntut memiliki strategi penyelidikan yang andal sehingga hasil temuannya bisa dipertanggungjawabkan keterpercayaannya dan kejituannya. Untuk itu, strategi penelitian menjadi amat penting dipaparkan secara gamblang, yaitu strategi penyelidikan yang dipandang relevan dan jitu untuk menemukan jawaban terhadap masalah dan tujuan penelitian. 10
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara) h. 81. 10 Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 52-53.
9
Menurut Sugiyono masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentatif, dan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu (1) masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sejak awal sampai akhir penelitian sama, sehingga judul proposal dengan judul laporan penelitian sama; (2) masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang, yaitu diperluas atau diperdalam yang telah disiapkan dan tidak terlalu banyak pe rubahan sehingga judul penelitian cukup disempurnakan; dan (3) masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga harus mengganti masalah, sebab judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan sehingga judulnya diganti.11 Berdasarkan pengertian ahli di atas, penelitian ini bersifat menyelidiki permasalahan dan situasi sosial serta manfaat dan hasil yang didapat dari pendidikan untuk anak Pemulung di Kebagusan Jakarta Selatan. 2. Macam dan Sumber Data a. Macam-macam data terbagi menjadi dua, yaitu: 1.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan wawancara langsung antara peneliti kepada informan-informan terkait.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. h. 81.
10
2.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil dokumen atau informasi lain yang bersifat non insani, seperti buku, leaflet, jurnal, dan catatan-catatan lainnya.
b. Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland, Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Kata-kata
dan
tindakan
orang-orang
yang
diamati
atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes, pengambilan foto, atau film. Sumber berupa buku dan majalah ilmiah juga termasuk kategori ini. Sumber tertulis lainnya tersedia pula di lembaga Arsip Nasional atau di tempat-tempat arsip-arsip penting lainnya. Sumber tertulis lainnya adalah dokumen pribadi, yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri.12 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian deskriptif kualitatif dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2007) h. 157.
11
a.
Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan.13 Adapun yang akan menjadi informan, adalah sebagai berikut: 1. Para mahasiswa yang menjadi Pelayan Sosial berjumlah 6 orang. 2. Anak-anak Pemulung yang menjadi Penerima Pelayanan Sosial yang berjumlah 3 orang. 3. Masyarakat sekitar, baik itu yang mempunyai hubungan langsung dengan Anak-anak atau Penerima Pelayanan Sosial atau masyarakat lainnya yang berjumlah 4 orang.
b.
Observasi Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti. Tujuan pengamatan terutama membuat catatan atau deskripsi mengenai perilaku
dalam kenyataan serta memahami perilaku
tersebut.14 c.
Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
13 14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. h. 160. Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004) h. 70.
12
data dari sumber noninsani.
Sumber ini terdiri dari dokumen dan
rekaman. 15 4. Lokasi dan Waktu Penelitian a.
Tempat Penelitian Tempat yang peneliti ambil sebagai tempat penelitian adalah Pemukiman Pemulung yang Berada di Jl. Kebagusan 1 Gg. Warung RT
b.
06/01 Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Waktu Penelitian Terhitung mulai bulan Oktober 2014 sampai Mei 2015 peneliti akan melaksanakan penelitian kepada para informan yang ada di daerah Kebagusan Pasar Minggu dan memakai teknik penelitian wawancara, pengamatan (observasi), dan studi dokumen, untuk menyempurnakan penelitian.
c.
Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah sukarelawan-sukarelawan yang
dasarnya adalah mahasiswa yang mengabdikan diri menjadi
Guru atau Pengajar dan juga Warga Kebagusan Jakarta.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, h.176.
13
5. Teknik Analisis Data Data yang kita peroleh di lapangan sebenarnya merupakan hasil interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, baik berupa individu atau berasal dari situasi sosial. Karena itu data yang dideskripsikan peneliti sebenarnya merupakan hasil rekonstruksi pikiran peneliti terhadap apa yang teramati (konstruksi subjek penelitian). 16 Menganalisis data maksudnya adalah menetapkan tahap-tahap, langkah-langkah kegiatan terhadap data yang sedang dan sudah dikumpulkan, dengan tujuan untuk menarik kesimpulan.17 Secara praktis dan mudah dipahami, jika hendak menyajikan atau menganalisis data, penulis membuat langkah-langkah berikut:18 a)
Membuat catatan lapangan. Maksud langkah ini adalah
peneliti mencatat, merekam, atau merekam atau memotret apa yang didengar dan dilihat di lapangan, sebagai hasil wawancara-mendalam, pengamatan dan atau membaca dokumen. b)
Membuat catatan penelitian. Dalam langkah kedua ini
peneliti menulis kembali semua yang diperoleh dari langkah pertama, sehingga menjadi catatan yang lebih rapi, mudah dipahami, enak dibaca tetapi hanya berisi yang terkait dengan langkah yang diperlukan. c)
Mengelompokkan data sejenis. Semakin hari hasil dari
langkah pertama dan kedua akan semakin banyak, berlembar-lembar. Oleh
16
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, Maret 2010) h. 95. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif. h. 96. 18 Ibid, h. 97. 17
14
karena itu peneliti seawal mungkin jika sudah bisa, mulailah memilah atau mengelompokkan “data sejenis” atau subtema atau tema dari kumpulan data tersebut. d)
Melakukan interpretasi dan penguatan. Maksud langkah ini
adalah peneliti “meraba-raba” memberi arti terhadap deskripsi para responden dalam menjawab permasalahan penelitian. 6. Teknik Pengambilan Informan Sampling adalah teknik menarik sampel dari populasi. Populasi yakni sejumlah unit analisis yang memiliki karakteristik yang sama sesuai kriteria. Snow ball (bola salju) merupakan salah satu jenis teknik sampling, karena dengan menggunakan teknik tersebut peneliti selain memperoleh informasi atau data detail, juga jumlah responden penelitian.19 Sebagai satu konsep, Snowball Sampling merupakan pelabelan (pemberian nama) terhadap suatu aktivitas ketika peneliti mengumpulkan data dari satu responden berpindah ke responden yang lain yang memenuhi kriteria, melalui wawancara mendalam (intensive interview, indepth interview). Bergulir dari satu informan (misalnya si A) ke informan berikutnya (si B), bisa berdasarkan atas informasi atau tunjukkan informan
19 20
sebelumnya
(Si A), dan berpindah ke informan C atas pemberitahuan
informan B,
demikian seterusnya. 20
Ibid, h. 82. Ibid, h. 83.
15
E. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini peneliti gunakan dari buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).21
F. Tinjauan Pustaka Peneliti mendapatkan referensi sumber penulisan skripsi ini setelah melihat beberapa skripsi, yaitu: Skripsi Pertama: Judul :“Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi” Peneliti: Epida Sari Prodi: Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Peneliti melihat ada sedikit kesamaan antara judul peneliti dengan skripsi di atas, adapun maksud dari skripsi diatas ialah menceritakan Bagaimana Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi memberikan segala akses baik itu berbentuk materi ataupun immateri kepada
21
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) (Jakarta: CeQDA-UIN, 2007) Cet. Ke-1, h. 35.
16
Anak-anak Pemulung di Bantar Gebang Bekasi untuk bisa lebih sejahtera dan tercukupinya kebutuhan hidup terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. Sedikit
perbedaan
dengan
peneliti
sendiri
ialah,
peneliti
lebih
memfokuskan pada Strategi Program untuk bisa menyalurkan Pelayanan Sosial Pendidikan kepada Anak-anak Pemulung di Kebagusan Jakarta Selatan melalui Charity of Children Education Community agar Anak-anak Pemulung bisa sedikit menambah pengetahuan.
G. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini akan dirangkum dalam lima bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan dari latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, perumusan dan pembatasan masalah, metodologi penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi definisi-definisi teori yang berkaitan dengan pembahasan masalah dalam skripsi ini. BAB III: GAMBARAN UMUM Pada bab ini berisi sejarah umum komunitas, visi-misi, tujuan didirikan, struktur, serta data volunteer dan warga Kampung Pemulung Kebagusan.
17
BAB IV: ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN Pada bab ini akan dijelaskan perkembangan dan program-program yang telah Charity of Children Education Community lakukan untuk pendidikan warga Kampung Pemulung Kebagusan. BAB V: PENUTUP DAN SARAN Berisi kesimpulan tentang program-program yang Charity of Children Education Community lakukan dan saran-saran.
18
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PROGRAM PENDIDIKAN DAN ANAK PEMULUNG
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos” (Stratos = militer dan ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para Jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang, dimana Jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang. Meskipun strategi merupakan suatu konsep yang komprehensif, tetapi strategi dapat diformulasikan serta diterapkan dalam organisasi.22 Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.23
22
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik (Jakarta; Binarupa Aksara, 1996) h. 19. 23 Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, 15 Januari 2015, pkl 14.00 wib
19
B. Program 1. Pengertian Program Dari Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, ada dua pengertian untuk istilah “Program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum “Program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru, apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka arti “Program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orangtua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menemukan program apa pun. Dalam buku yang lain Suharsimi mendefinisikan Program sebagai suatu kegiatan yang direncanakan dengan saksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnapis mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Jadi, program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
20
1.
Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan saksama. Bukan asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.
2.
Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar-kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya.
3.
Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik dalam organisasi formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.24
C. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh setiap individu manusia ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan.25 Pendidikan menurut Soegarda Poerbakawaca adalah segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi
24
S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran;Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Agustus 2011) h. 7. 25 Teguh Wiyono, Rekonstruksi Pendidikan Indonesia (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, November 2010) h. 15.
21
muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaikbaiknya.26 Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya. a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha mereka sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu, ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui 26
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Gaya Media Pratama, Agustus 2005) h. 10.
22
bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan. c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.27 2. Dasar-Dasar Pendidikan Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasari seluruh aktifitas pendidikan. 28 3. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
27
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta; Rineka Cipta, April 2008) h. 33. 28 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. h. 59.
23
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar: 1. Kecerdasan 2. Pengetahuan 3. Kepribadian 4. Akhlak Mulia 5. Keterampilan untuk hidup mandiri 6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.29 4. Proses Pendidikan Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab
29
Made Pidarta, Landasan Pendidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta;Rineka Cipta, 2007) h. 12.
24
berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. 30 Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Peranan orangtua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. 5. Hakikat Pendidikan Program wajib belajar merupakan salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap pemerataan pendidikan bagi penduduknya. Program ini awalnya merupakan konsep nasional, tetapi selanjutnya dalam era otonomi daerah, program tersebut mengerucut pada program masing-masing daerah. Setiap daerah mencanangkan wajib belajar, dari mulai wajib belajar enam tahun, sembilan tahun dan wacana terakhir adalah wajib belajar dua belas
30
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan. h. 41
25
tahun. Wajib belajar enam tahun berarti setiap warga negara wajib mengikuti proses pendidikan setingkat sekolah dasar, minimal. Orang miskin sekarang ini seharusnya tidak perlu takut untuk mengikuti proses pendidikan. Semua sarana pendidikan di negeri ini sudah disediakan oleh pemerintah. Mereka tinggal menentukan ingin melanjutkan pendidikan di sekolah yang mana. Mereka boleh memilih jenis sekolah dan jenis pendidikan yang ingin diikutinya. Seharusnya, dengan demikian, biaya pendidikan sudah terjangkau oleh tingkat perekonomian keluarga mereka.31 Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat menentukan tingkat keberhasilan hidup seseorang. Pendidikan akan semakin bagus jika diimbangi dengan usaha yang cukup untuk mewujudkan hal tersebut. Pendidikan telah dijadikan menara emas sehingga setiap orang terus berusaha untuk dapat memilikinya dan menjadikannya sebagai menara api dalam dirinya. Jika tingkat keberhasilan belajar diperoleh, pendidikan dijadikan sebagai menara air yang diharapkan dapat menjadi sumber penghilang kehausan masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan bagi masyarakat adalah sosok-sosok istimewa yang dijadikan sebagai junjungan pada saat mengalami permasalahan hidup. Akan tetapi, ketika berbicara mengenai pembiayaan pendidikan, kita seakan-akan membentur dinding tebal yang sangat tinggi. Kita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerima kenyataan dengan lapang dada dan mencari solusi lainnya. Pembiayaan pendidikan memang selalu menjadi
31
Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah (Jogjakarta; Ar-Ruzz Media Group, April 2010) h. 45.
26
salah satu aspek permasalahan bagi setiap orang jika ditanya mengenai pendidikan. masih cukup banyak orang yang tidak dapat mengikuti proses pendidikan karena kesulitan biaya pendidikan walaupun mereka sangat ingin mengikuti proses pendidikan sebagaimana yang lainnya. Sekali lagi, kita harus menyadari bahwa mayoritas masyarakat kita adalah kelas ekonomi rendah yang untuk memenuhikebutuhan hidup saja masih kerepotan. Akibatnya, masih cukup banyak orangtua yang menjadikan anak sebagai tenaga kerja untuk membiayai hidup keluarganya. Anak-anak yang seharusnya bersekolah, terpaksa harus bekerja agar perekonomian keluarga dapat ditopang dan tidak kesulitan. Terkait dengan kondisi tersebut, perlu adanya pemikiran yang strategis dan efektif sehingga terbuka kesempatan mengikuti proses pendidikan untuk siapa saja tanpa melihat tingkat perekonomian keluarganya. Prinsip bahwa setiap orang berhak mengikuti proses pendidikan merupakan satu hal yang sudah kita pahami betul. Kita bahkan terus berusaha agar setiap orang mendapatkan kesempatan mengikuti
proses
pendidikan
secara
maksimal
sehingga
mampu
meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini sangat penting sebab hanya dengan meningkatkan kualitas diri, tingkat kemampuan bersaing dalam kehidupan menjadi semakin tinggi pula. Ada banyak kesempatan yang dapat diperolehnya jika mereka mempunyai kemampuan diri yang tinggi. Pengalaman telah memberikan kenyataan bahwa orang-orang yang berpendidikan mempunyai kesempatan lebih luas untuk bersaing di kehidupan dibandingkan orang-orang yang non pendidikan. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang secara sadar ikut memikirkan secara aktif
27
penyelenggaraan proses pendidikan untuk masyarakat. Artinya, masyarakat sudah waktunya berperan aktif dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk dalam hal ini
lapisan
tingkat
ekonom
keluarga.
Masyarakat
harus
dapat
menyelenggarakan proses pendidikan yang tidak lagi membeda-bedakan antara orang-orang kaya, berduit, dan orang miskin yang kesulitan biaya pendidikan untuk anak-anaknya. 32 Program penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang melibatkan secara langsung setiap elemen masyarakat merupakan satu hal yang perlu diwujudkan. Program penyelenggaraan ini dapat dilakukan sebagai bentuk kesadaran bersama untuk peduli pada pendidikan. Gerakan bersama ini merupakan upaya untuk menyadarkan setiap orang akan pentingnya pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat bahwa mereka berkewajiban
untuk
penyelenggaraan
pendidikan
berkualitas
bagi
masyarakatnya. Mereka harus disadarkan bahwa dengan pendidikan yang berkualitas, pola kehidupan masyarakat dapat semakin meningkat dan selanjutnya hal tersebut dapat meningkatkan taraf kehidupan seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Salah satu program sadar pendidikan yang mungkin dapat kita kembangkan adalah subsidi silang pembiayaan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu. Artinya orang-orang yang merasa berlebih dalam aspek ekonomi keluarga dapat memberikan subsidi kepada orang-orang 32
Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah, h. 151.
28
kurang mampu agar anak-anak mereka dapat mengikuti proses pendidikan berkualitas di negeri ini. Orang-orang kaya memberikan kesempatan kepada anak-anak orang kurang mampu untuk belajar dan menempuh pendidikan dengan cara memberi subsidi belajar. Dengan cara seperti ini, orang-orang kurang mampu yang selama ini tidak dapat mengirim anak-anaknya mengikuti pendidikan berkualitas benar-benar tertolong. Orang-orang kurang mampu dapat memperoleh pendidikan berkualitas dan selanjutnya beradaptasi untuk kehidupan yang lebih baik.33 6. Pendidikan sebagai Pelayanan Sosial Salah satu kebutuhan manusia adalah peningkatan kualitas diri sehingga mampu menghadapi kehidupan. Hal ini merupakan satu bentuk kesadaran dan pengakuan atas potensi yang ada dalam dirinya. Bahwa, setiap manusia mempunyai potensi yang bervariasi.34
D. Pelayanan Sosial 1. Pengertian Pelayanan Sosial Pada dasarnya kandungan dari pelayanan sosial ini dapat diklasifikasikan menurut ruang lingkup sasarannya yaitu individu, kelompok, dan masyarakat. Sementara itu dilihat dari substansinya, pelayanan sosial yang disampaikan kepada masyarakat pada umumnya bergerak di sekitar (1) sosialisasi dan pengembangan, (2) terapi bantuan dan
33 34
Ibid, h. 152. Ibid, h. 177.
29
rehabilitasi, serta (3) akses, informasi dan nasehat. Pada dasrnya asumsi yang digunakan dalam pelayanan sosial adalah, bahwa bentuk pelayanan yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat. Dalam kenyataannya, penentuan kebutuhan masyarakat ini dapat dilihat dari perspektif pemberi pelayanan dan dapat pula dilihat dari perspektif masyarakat penerima pelayanan, atau kombinasi keduanya. Oleh sebab itu dalam rangka identifikasi kebutuhan masyarakat ini dibutuhkan komunikasi dua arah dan kemampuan berempati pemberi pelayanan terhadap penerima pelayanan. Dengan demikian persoalannya bukan semata-mata apakah negara telah menyediakan berbagai jenis pelayanan sosial (persoalan availability), akan tetapi juga bagaimana kesesuaian pelayanan yang tersedia tersebut dengan kebutuhan nyata masyarakat, terutama kelompok atau lapisan masyarakat yang diprioritakan untuk memperoleh pelayanan tersebut (persoalan relevansi).35 2. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial Untuk mendorong kontribusi yang lebih besar berbagai organisasi sosial bagi perwujudan kesejahteraan sosial dan untuk mendorong aktualisasi potensi yang masih laten, dibutuhkan adanya iklim yang kondusif dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Iklim yang kondusif tersebut dapat terbangun melalui semakin besarnya orientasi masyarakat pada nilai kemanusiaan yang universal yang dapat diturunkan pada nilai filantropi, solidaritas sosial, dan empati. Untuk mendorong ke arah kondisi
35
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Pustaka Pelajar;Yogyakarta, Maret 2010) h. 224.
30
tersebut pemerintah dengan otoritas dan sumber daya yang dimiliki dapat memfasilitasi berbagai kampanye dan gerakan dalam masyarakat yang mengarah pada orientasi nilai tersebut.36 3. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif Dalam kerangka yang lebih ideal, patut dicermati tulisan Teuku Jacob (2003) di harian Kedaulatan Rakyat tentang penyakit masyarakat. Lebih menarik lagi karena dalam tulisannya tersebut juga disinggung kembali munculnya wacana tentang nama sosiatri di kalangan Senat Guru Besar UGM pada masa lampau. Dikatakannya, bahwa sosiatri adalah ilmu penyembuhan masyarakat, pengobatan penyakit sosial, seperti pediatri, geriatri, dan psikiatri memulihkan berturut-turut penyakit anak, orangtua dan jiwa. Yang perlu digarisbawahi dan mempunyai kaitan dengan tulisan ini adalah pernyataannya bahwa sosiatri tidak hanya berurusan dengan pekerjaan sosial atau pelayanan sosial, melainkan juga penyakit masyarakat yang kebanyakan adalah karena kegagalan umpan balik. Apabila penyakit masyarakat dianggap identik dengan masalah sosial, maka upaya pemecahan masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya lebih rehabilitatif kepada individu penyandang masalah. Lebih dari itu perhatian justru perlu dicurahkan pada sistem sosialnya. 37 Sebagai ilustrasi, bekerjasamanya sistem dalam mengolah umpan balik adalah melalui proses perbaikan mekanisme kontrol sosial setelah ternyata disadari, banyaknya kasus masalah sosial sebagai akibat
36 37
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, h. 288. Ibid, h. 261.
31
penyimpangan terhadap nilai dan norma sosial. Dalam perspektif perilaku menyimpang, norma dan nilai adalah hasil kesepakatan yang tumbuh dalam proses relasi sosial, yang kemudian dapat menjadi instrumen untuk menjaga keberaturan dan ketertiban. Dalam posisi seperti itu kemudian mekanisme kontrol sosial terbangun melalui bekerjanya nilai dan norma tersebut, sehingga perilaku warga masyarakat baik pada level individu maupun kelompok berusaha menyesuaikan.38 4. Pemanfaatan Institusi Sosial Walaupun dengan formulasi yang berbeda-beda, terwujudnya kondisi sejahtera pada umumnya ditempatkan sebagai sesuatu yang didambakan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pengertian yang luas, kesejahteraan dapat diinterpretasikan sebagai kondisi di mana masalahmasalah sosial dapat dikelola, kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dan peluang-peluang
sosial
dapat
dioptimalkan.
Dalam
upaya
untuk
mewujudkan kondisi tersebut, di antara lapisan masyarakat ternyata selalu dijumpai adanya variasi. Bagi lapisan masyarakat tertentu pencapaian kondisi tersebut tidak banyak memperoleh hambatan. Sementara pada lapisan lain realitasnya berbeda, karena mereka menghadapi berbagai hambatan, bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar dan memperoleh jaminan dalam menghadapi persoalan yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Lapisan masyarakat yang terakhir tadi, di samping kondisi kehidupannya di bawah standar, juga mempunyai tingkat kerentanan (vulnerability) yang tinggi. Kondisi tersebut terutama lebih 38
Ibid, h. 262.
32
banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang. Oleh sebab itu, dalam upaya masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, lapisan masyarakat yang termarginalisasi tersebut perlu diberi prioritas.39 Dalam bukunya, Hill mendeskripsikan lebih rinci tentang berbagai pihak yang dapat menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan sosial guna memberikan kontribusi bagi pemenuhan kesejahteraan sosial. Unsur-unsur tersebut adalah (1) asosiasi sukarela yang dapat meliputi kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela kuasi pemerintah, (2) lingkungan tetangga dan rumah tangga yang berasal dari keluarga ekstended dan solidaritas bertetangga, (3) pasar, berupa usaha bisnis yang bersifat privat dan (4) negara, berupa pelayanan yang diselenggarakan oleh negara.40 Berkaitan dengan hal tersebut, sebetulnya dalam realitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia, sudah cukup banyak dijumpai berbagai usaha kesejahteraan sosial yang bukan saja diselenggarakan oleh negara melainkan juga oleh masyarakat dan sektor swasta. Dalam aktualisasinya usaha kesejahteraan sosial tersebut diwadahi dalam berbagai bentuk organisasi sosial. Di samping usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai organisasi sosial tersebut, di dalam masyarakat sendiri sebetulnya masih
39 40
Ibid, h. 274. Ibid, h. 276.
33
tersimpan potensi dan energi untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.41 Mengingat berbagai masalah sosial seperti masalah kemiskinan, rendahnya
kondisi
kesehatan,
rendahnya
tingkat
pendidikan
pada
masyarakat tertentu, rendahnya jaminan hari tua dan berbagai bentuk masalah yang lain masih cukup menggejala dalam masyarakat, sementara itu seperti yang sudah disampaikan sebelumnya sumber daya pemerintah untuk melakukan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial guna mengatasi masalah tersebut relatif terbatas, maka tidak ada jalan lain daripada melibatkan pihak-pihak di luar pemerintah untuk memberikan kontribusinya
bagi
pemecahan
berbagai
masalah
sosial
tersebut.
Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya adalah dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai organisasi sosial yang ada serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi dan potensi usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifes, sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial. Melalui berbagai upaya tersebut maka kontribusi masyarakat dalam penanganan masalah sosial dapat dioptimalkan.42 Dalam sub bab ini titik berat perhatian dalam analisis tidak difokuskan pada keberadaan masalah-masalah sosialnya, akan tetapi lebih dititikberatkan pada analisis tentang keberadaan organisasi-organisasi sosial
41 42
Ibid, h. 276. Ibid, h. 276
34
yang berfungsi melakukan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial, termasuk didalamnya energi sosial dan potensi yang ada di dalam masyarakat. Dengan asumsi bahwa optimalisasi peranan organisasi sosial dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dapat dilakukan melalui identifikasi kelemahan dan kendala yang ada dan kemudian diikuti dengan upaya perbaikan, maka dalam analisis ini akan dimulai dengan upaya untuk melakukan identifikasi kelemahan tersebut. Di samping itu, optimalisasi peranan juga dapat dilakukan dengan mengubah sumber daya potensial yang masih laten menjadi aktual atau manifes. Optimalisasi usaha dari masyarakat sendiri dalam penanganan masalah sosial dapat diposisikan dalam hubungan saling mengisi dan saling melengkapi dengan usaha yang dilakukan pemerintah (negara).43 5. Organisasi Masyarakat Secara garis besar organisasi yang melakukan usaha kesejahteraan sosial yang berasal dari masyarakat ini dapat dibedakan menjadi tiga: institusi masyarakat lokal, organisasi yang bergerak atas dasar motivasi filantropi dan lembaga swadaya masyarakat. Ketiganya merupakan organisasi sosial nonpemerintah karena tumbuh dari dalam dan atas prakarsa masyarakat sendiri. Di samping itu juga merupakan organisasi sosial di luar sektor swasta atau dunia usaha, oleh karena pada dasarnya bersifat nonprofit. Dengan demikian sebetulnya ketiganya merupakan organisasi sosial yang melakukan fungsi pelayanan sosial dengan prinsip dari, oleh dan
43
Ibid, h. 278.
35
untuk masyarakat, dengan mengaktualisasikan potensi dan energi sosial masyarakat. 44 Organisasi masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan ajaran agama, dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Di samping itu dijumpai pula institusi lokal yang menjalankan pelayanan sosial dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum, air irigasi dan dapat pula berupa jaminan sosial seperti lumbung paceklik, pemeliharaan orangtua, lewat keluarga termasuk keluarga ekstended.
E. Anak 1. Pengertian Anak Dikutip dari Kompasiana, Secara umum dikatakan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.45 2. Kebutuhan-Kebutuhan yang Mendasar Untuk Anak Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar, begitupun anak-anak. Dan setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Karena itu orangtua seharusnya mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar anak. Apa yang 44
Ibid, h. 280. Andy Lesmana, “Definisi Anak,” artikel diakses pada 21 Januari 2015 dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html 45
36
dimaksud dengan kebutuhan? Kebutuhan menurut Murray ialah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha. Kebutuhan Anak yang paling mendasar adalah sebagai berikut: a. Keluarga Anak
memerlukan
keluarga
untuk
memenuhi
kebutuhan
Eksistence-nya, yaitu kebutuhan terhadap keberadaan tempat bernaung, kondisi fisik yang sehat, dan keamanan psikologis. b. Sekolah Sekolah merupakan wadah penting bagi pemenuhan kebutuhan anak untuk mengaktualisasikan diri yaitu melakukan apa yang ia bisa dan ia inginkan dengan baik, karena di sekolahlah ia bisa melakukannya dengan
baik
dan
tersedianya
kesempatan
bagi
anak
untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. c. Masyarakat Masyarakat disini bukan hanya masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal namun juga mengacu pada komunitas religi, seperti kegiatan pengajian dsb. Di dalam masyarakat inilah anak dapat mengembangkan potensi sosialnya. Ini yang disebut dengan kebutuhan
37
Relatedness, dimana anak memiliki kebutuhan untuk memiliki hubungan interpersonal dan interaksi sosial.46 d. Agama Namun selain ketiga diatas tersebut, Agama juga penting dalam kehidupan anak. Sebab agama membatasi dan mengatur apa saja yang baik untuk anak dan kurang baik untuk anak. Agama juga menjadi pedoman untuk Anak agar Anak berperilaku sesuai hukum dalam Agamanya, Seperti Beribadah kepada Tuhannya, Berbakti kepada kedua Orang Tua, dan Berbuat baik kepada sesama makhluk. 3. Hak Anak Hak anak secara universal telah ditetapkan melalui sidang umum PBB pada tanggal 20 November 1959, dengan memproklamasikan Deklarasi Hak-hak Anak. Dengan deklarasi tersebut, diharapkan semua pihak baik individu, orangtua, organisasi sosial, pemerintah, dan masyarakat mengakui
hak-hak
anak
tersebut
dan
mendorong
semua
untuk
memenuhinya. Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa: 1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
46
Daniel Yonathan Missa, “Kebutuhan Dasar Anak,” artikel diakses pada 21 Januari 2015 dari http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/31/kebutuhan-dasar-anak-666613.html
38
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.47 4. Pendidikan Hak Anak Menurut UU PA, anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi belajar adalah hak anak, bukan kewajiban. Karena belajar adalah
hak,
maka
belajar
harus
menyenangkan,
kondusif,
dan
memungkinkan anak menjadi termotivasi dan antusias.48 Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan
47
Abu Huraerah, Child Abuse (Kekerasan terhadap Anak) (Bandung; Penerbit Nuansa, September 2007) h.32 48 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta; Diva Press, Agustus 2010) h.16.
39
pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Peranan orangtua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.49
F. Pemulung 1. Pengertian Pemulung Pemulung adalah mereka yang bekerja mendayagunakan barangbarang yang diperoleh dari sampah kota, tidak termasuk ibu rumah tangga dan pembantu yang memilah-milah koran kemudian dijual bilamana waktunya tepat dan pengusaha besar yang membeli dan menjual barangbarang bekas. Pemulung sampah merupakan suatu komponen yang tampak dalam suatu sistem, ditandai dengan kantong kertas yang dibawa, gerobak kecil.50 Pemulung adalah sekelompok manusia yang terpaksa melakukan pekerjaan tersebut lantaran kesempatan bagi mereka dalam strukutur ekonomi kota kurang, dan kita sering melupakan bahwa sesungguhnya pemulung itu sendiri sudah merupakan pekerjaan. Sebagaimana Gareth Stedman Jones memberi ulasan tentang pemulung barang bekas pada abad 49
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, h.19. Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya (Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan, Anggota IKAPI; Seri Sektor Informal „Galang‟ ISSN : 0216-0226, 1985) h. 37. 50
40
19 di London:”Ketika kegagalan tak terelakkan, penyakit dan usia tua, kecuali bengkel kerja, jalan London penuh sesak dengan kegiatan ekonomi yang memilukan dan serampangan.” Kita sangat tertarik dengan kenyataan bahwa tidak bekerjanya pemulung di sektor lain bukan pada persoalan mengapa ia miskin dan seberapa besar kegiatan tersebut turut membuatnya miskin. Kegagalan kita adalah lantaran berhenti dan hanya melihat realita keadaan. Pemulung sampah bukan penganggur yang semestinya bekerja di pabrik. Kita mesti memandang ia sebagai pekerja yang merupakan bagian dari sistem industri dan bahkan ia tidak mungkin bisa bekerja di lapangan kerja lain karena tidak ada perangkat yang dimilikinya. Mereka mencari alat-alat makan, barang perhiasan dan barang-barang lain. Barang tersebut dijual kepada para penampung barang bekas di pusat kota. 51 2. Aspek Pemulung Beberapa keterangan tentang beberapa aspek Pemulung sampah: 1. Rata- rata usia pemulung sampah beraneka ragam, terdiri dari anak-anak yang secara substansial menganggur dipaksa untuk membantu kondisi ekonomi rumah tangga. Proporsi anak dari kalangan pemulung sampah dapat membantu kita untuk menjelaskan pembagian seimbang antara migran dan imigran. 2. Lebih separuh pemulung tidak mengecap pendidikan SLTP, mereka sempat sekolah dan hanya dapat baca tulis. Tentu latar belakang pendidikan yang rendah memberi cermin ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak
51
Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya, h. 34.
41
dan mengeluarkan anak dalam usia relatif muda untuk membantu keluarga. Kemiskinan
menimpa
mereka
(pemulung
sampah)
yang
tinggal
dikontrakan. Persentase yang tertinggi adalah mereka yang tinggal di sebuah kamar kontrakan, baik di pusat perkotaan maupun di bedeng-bedeng pinggiran.52
G. Intervensi Komunitas 1. Pengertian Intervensi Komunitas Dalam ilmu Kesejahteraan Sosial, ada beberapa term yang digunakan untuk menggambarkan intervensi pada level komunitas, antara lain: 1. Community Work. Istilah ini merupakan terminologi untuk praktik pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang banyak digunakan di Inggris dan Australia, seperti yang digunakan oleh Twelvetrees, Thorpe, Mayo, Popple, dan Jones; atau 2. Community Organization. Terminologi ini digunakan oleh Rothman, Tropman, dan Erlich sejak tahun 1960-an hingga 1987-an (terminologi yang banyak digunakan di Amerika Serikat), sedangkan pada edisi kelima dari buku Community Organization, Rothman telah mengubah nama dari intervensi ini menjadi Community Intervention (Intervensi Komunitas);
52
Ibid, h. 35.
42
3. Di Indonesia, terminologi yang banyak digunakan pada dasawarsa 1970-1990-an adalah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Community Intervention) adalah istilah yang relatif baru dikembangkan sekitar tahun 2000-an merespons perubahan dari istilah yang digunakan oleh Jack Rothman pada tahun 1995. 4. Di samping itu, Glen, Butcher, Banks, Henderson, dan Robertson menggunakan istilah yang berbeda, yaitu Community Practice (Praktik Komunitas) untuk menggambarkan model intervensi yang serupa dengan apa yang dikemukakan Jack Rothman dalam Intervensi Komunitas.53 Berdasarkan perkembangan diatas, maka istilah yang digunakan adalah Intervensi Komunitas untuk menggambarkan berbagai macam model intervensi, seperti: intervensi pengembangan masyarakat lokal (locality development), perencanaan sosial (social planning), aksi sosial (social action), kebijakan sosial (social policy), seperti apa yang dikemukakan Rothman; pengembangan masyarakat (community development), aksi komunitas (community action), dan pelayanan masyarakat (community services) seperti apa yang dikemukakan Glen; Community Work (Twelvetrees, Mayo, Popple, dan Jones).54 2. Luas Lingkup Intervensi Komunitas Bila kita membahas tentang intervensi komunitas, ada satu istilah yang biasanya muncul pada pembahasan tersebut, yaitu siapa yang 53
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 81. 54 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h. 81.
43
dimaksud dengan komunitas. Istilah komunitas menurut Mayo mempunyai tiga tingkatan, ia menggunakan pembagian dari Gulbenkian Report pada 1969 untuk mendukung argumennya. The Gulbenkian Foundation mengidentifikasikan
tiga
tingkatan
Community
Work
(Intervensi
Komunitas) yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda dimana Intervensi Komunitas dapat diterapkan: 1. Grassroot ataupun neighbourhood work (pelaku perubahan melakukan intervensi terhadap kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut, misalnya dalam suatu Kelurahan ataupun Rukun Tetangga): 2. Local Agency dan Inter-agency work (pelaku perubahan melakukan intervensi terhadap organisasi payung di tingkat lokal, provinsi ataupun di tingkat yang lebih luas, bersama jajaran pemerintahan yang terkait serta organisasi nonpemerintah yang berminat pada hal tersebut). 3. Regional dan National Community Planning Work (misalnya, pelaku perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan tingkat lokal).55 Disamping pengertian tentang komunitas yang mengacu pada Gulbenkian Report, pengertian komunitas juga dapat mengacu pada pengertian komunitas dalam arti komunitas lokal, seperti apa yang dikemukakakan oleh Kenneth Wilkinson dalam Green Dan Haines, dimana
55
Ibid, h. 82.
44
mereka melihat komunitas sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu: a. Adanya batasan wilayah atau tempat (territory or place); b.
Merupakan
suatu
„organisasi
sosial‟atau
institusi
sosial
yang
menyediakan kesempatan untuk para warganya agar dapat melakukan interaksi antar warga secara reguler; dan c. interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun kepentingan yang sama (common interest). Pengertian komunitas sesungguhnya tidak hanya dapat mengacu pada pengertian komunitas seperti apa yang dimaksud oleh Gulbenkian Report ataupun Wilkinson, karena dalam bahasan Intervensi Komunitas, istilah komunitas dapat pula mengacu pada Komunitas Fungsional, yaitu komunitas yang disatukan oleh bidang pekerjaan mereka dan bukan sekedar pada loyalitasnya saja, seperti apa yang dikemukakan Ross. Misalnya, komunitas yang disatukan pada suatu organisasi profesi, seperti komunitas pekerja sosial, komunitas dokter.56 3. Beberapa Model Intervensi Komunitas Terkait dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman menggambarkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui beberapa model (pendekatan) intervensi, seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan lokal, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi tersebut, maka proses 56
Ibid, h. 83.
45
pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat konsensus seperti Pengembangan Masyarakat Lokal; kepatuhan seperti pendekatan perencanaan dan kebijakan sosial; ataupun melalui pendekatan konflik seperti Aksi Sosial.
46
anak-anak pemulung yang sebagian besar tidak bersekolah dan hanya membantu orangtua mereka menjadi pemulung yang mengangkut sampahsampah yang ada di sekitar pemukiman mereka, dan juga wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akhirnya Agustina dan teman-temannya tersebut berinisiatif membuat rumah singgah untuk anak-anak tersebut dan mengajarkan pelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak-anak Pemulung sejak tahun 2012 hingga sekarang. Dan kemudian lahirlah Charity of Children Education Community selanjutnya disingkat dengan CCE Community, sebuah komunitas sosial yang berlingkup di bidang pendidikan untuk menunjang kemampuan anak-anak agar mendapat pendidikan sama seperti anak-anak pada umumnya. Charity of Children Education Community pun sudah banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat untuk warga sekitar seperti Bakti Sosial Kesehatan, Cek Darah Gratis, Cek Gula Gratis, dan Cek Kesehatan lainnya secara gratis yang juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga seperti Sekolah-Sekolah, Universitas dan Lembaga Non Pemerintah. Seperti yang diungkapkan Agustina Dwi Handayani pada 28 Maret 2015. “Kalo untuk awalnya sih mulanya itu kan dulu sempet ikutan komunitas tapi komunitasnya bukan komunitas sosial justru kita malah kewirausahaan gitu, nah dikelompok aku, kita mau bikin kewirausahaan sabun cair, nah kita udah punya produk sabun cairnya udah kita bikin tapi kita ngga ada kemasan jadi akhirnya kita memutuskan untuk cari kemasannya ini ke lapak-lapak pemulung, nah trus akhirnya pas udah nyampe ke lapak kebagusan ini ada salah satu orangtua dari adik-adik ini curhat tentang pendidikan anak-anak, tentang keadaan di lingkungan mereka, tentang pergaulannya, yaudah kita memutuskan untuk kita bikin rumah singgah yuk untuk sekolah adik-adik disini.57
57
Wawancara pribadi dengan Agustina Dwi Handayani, 28 Maret 2015 pkl. 10.20. wib.
48
Awalnya Charity of Children Education Community tidak mempunyai kelas untuk mengajar, lalu ada seorang bos Pemulung bernama Bapak Sobari yang bersedia membantu menyediakan lahan dan karena beliau mempunyai jiwa sosial yang tinggi, beliau bahkan mau membangunkan sebuah bangunan yang kemudian digunakan untuk kelas mengajar anak-anak. Berikut pernyataan dari Bapak Sobari. “Oh iya, waktu jaman kapan ya, jaman 99-nan (1999) waktu itu saya pertama kali buka majlis saya namain Taman Rahmah, ya berjalan sampe sekarang ya walaupun tempatnya udah di bongkar, masih berjalanlah sampe sekarang.”59
Lalu setelah kurang lebih setahun berlalu mengajar, dikarenakan banjir hingga mencapai atap rumah, kelas tempat belajar yang berada di dataran rendah tersebut tergenang air dan tidak bisa digunakan. Akhirnya anakanak dan pengajar belajar di lingkungan sekitar. Berbekal kardus dan koran sebagai alas tempat duduk mereka, mereka belajar dibawah teriknya matahari. Setelah beberapa waktu mereka belajar di luar bangunan dan tidak kuat akan teriknya matahari, seorang pengajar Charity of Children Education Community berusaha mencarikan dana untuk mengontrakkan suatu rumah agar bisa digunakan untuk menjadi kelas belajar anak-anak. Hingga kini tempat itu menjadi kelas tetap Charity of Children Education Community dan dikontrakkan setiap bulan oleh Charity of Children Education Community.60 Berikut percakapan penulis dengan Wulan Rahayu, Koordinator Akademik Charity of Children Education Community.
59
Wawancara pribadi dengan Bapak Sobari, 14 Juni 2015 jam 19.00 wib. Wawancara pribadi dengan Wulan Sari Rahayu, Tim SDM CCE Community, 14 Maret 2015, 10.15 wib. 60
50
“Iya kelas bawah itukan perjuangan banget kita dari kita digusur tu sebelah sana itu perjuangan banget trus sama bapak Sobari (orang terkenal disini bisa dikatakan bos) tapi diakan jiwa sosialnya tinggi ya dikasih deh tanah dan dibangunin juga tapi sekarang udah di tempatin sih.. trus habis itu kita kan kelas itu udah lumayan lama satu tahunan lah lebih tiba-tiba banjir tuh, setahun dua tahun yang lalu, airnya sampe ke kepala kita, yaudah disitu kita ngga bisa berbuat apa-apa kan, ya barang-barang udah kelelep kita bingung kita ngajarnya dimana yaudah dipinggir-pinggirlah kita belajar bawa kardus, meja.
Charity of Children Education Community atau yang di singkat CCE Community adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial pendidikan untuk anak-anak jalanan, pemulung dan juga anak-anak punk. Latar belakang didirikannya Charity of Children Education Community sebagai pengabdian terhadap jasa pemulung yang memunguti sampah-sampah kota Jakarta namun keberadaannya sama sekali tidak dianggap dan banyak yang mengacuhkan para pemulung. Charity of Children Education ingin menyadarkan para pemuda Indonesia untuk mengapresiasikan jasa pemulung dengan mengabdikan diri membina anak-anak agar menjadi anak bangsa yang berkualitas. Tujuan dari didirikannya CCE adalah sebagai wadah untuk anak jalanan, pemulung, dan anak punk untuk mendapatkan ilmu dan pembinaan karakter, moral dan budi pekerti.61
B. Legalitas Hukum Berdiri pada tanggal 15 September 2012 CCE Community kini menjadi sebuah struktur resmi dengan mempunyai visi, misi, struktur dan
61
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Maret 2015.
51
UHAMKA, UNAS, UNINDRA, UIN, UAI, MERCUBUANA, MOESTOPO dan lain-lain. Sejak awal terbentuk yaitu pada tahun 2012 hingga sekarang CCE sudah 2 kali mengalami perubahan struktur kepemimpinan. Dari volunteernya yang dahulu berjumlah kurang dari 10 orang kini sudah menjadi lebih dari 80 orang. Namun karena kesibukan volunteer-volunteer yang juga adalah Mahasiswa, maka banyak dari volunteernya yang pasif dan jarang masuk untuk mengajar Anak-anak didik. 1. Tabel Data Volunteer CCE Community. Tabel 1. No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
32 Orang
2
Perempuan
62 Orang
Jumlah
94 Orang
2. Syarat-Syarat Menjadi Volunteer CCE 1. Pemuda-pemudi Indonesia, Usia 17-35 tahun. 2. Berdomisili Jabodetabek dan sekitarnya. 3. Punya semangat mengabdi dan berkontribusi. 4. Mampu bersosialisasi dengan kalangan manapun. 5. Menyediakan waktu minimal 1 hari dalam seminggu.
54
6. Menyukai dunia anak-anak. 7. Bertanggung jawab dan disiplin.66 3. Prosedur Menjadi Volunteer CCE 1. Pendaftaran. 2. Mengikuti Tahap Wawancara. 3. Mengikuti Tahap Seleksi. 4. Mengikuti Acara Pengenalan antara Volunteer lama dan Volunteer baru. Gambar 1. Suasana Penerimaan Orientasi Volunteer Baru
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
66
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, 28 April 2015 pukul 10.03 wib.
55
F. Data Anak Didik CCE Community 1. Daftar Data Anak Didik CCE Community Tabel 2. No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
36 Orang
2
Perempuan
38 Orang
Jumlah
74 Orang
Adik–adik yang didaftar yang belajar bersama kami, mungkin tidak semua adik-adik yang ikut hadir nanti. Kurang lebih sekitar 50 anak yang dapat hadir.67 2. Prosedur Menjadi Anak Didik CCE Untuk prosedur menjadi anak didik CCE tidak ada persyaratan khusus, karena banyak anak didik CCE yang belum mengetahui data-data tentang dirinya sendiri seperti mereka tidak mengetahui tanggal lahir mereka, tidak adanya kartu keluarga, akta kelahiran dan lain-lain. Banyak juga dari anak-anak didik yang mengajak serta anggota keluarganya seperti adik dan saudara untuk belajar dan menjadi anak didik CCE. Hanya pendataan sederhana seperti nama dan keterangan sekolah atau tidaknya yang menjadi pegangan CCE.68
67 68
Wawancara pribadi dengan Wulan Sari Rahayu, 23 Maret 2015 pkl. 13.00 wib Obsevasi Lapangan, Januari 2015.
56
G. Fasilitas Kelas CCE Di dalam kelas CCE terdapat beberapa fasilitas yang memudahkan sarana dan prasarana dalam pengajaran. Diantaranya yaitu: 1. 1 Ruang Kelas. 2. 1 Kamar Mandi. 3. 1 Papan Tulis. 4. 20-25 Meja Lipat. 5. Rak Buku beserta Buku-buku Pengetahuan dan Buku Dongeng. 6. Crayon, Pensil Warna, dan Buku Gambar/Buku Mewarnai. 7. 1 Buah Kipas Angin.69
H. Sistem Pendanaan CCE Community Menurut Pernyataan dari Founder CCE Community, Agustina Dwi Handayani untuk mendapatkan dana CSR dari suatu perusahaan, suatu komunitas harus mempunyai sebuah legalitas hukum. Oleh karena itu, agar mempermudah dalam masalah pendanaan dan mencari donatur CSR dari sebuah perusahaan, CCE akhirnya melegalkan diri dengan hukum dengan Akta Notaris Eddy Haryadi, SH., M. KN. SK Menteri Hukum dan HAM RI. No. AHU-0004824.50.80.2014 Tgl 26 Agustus 2014. Ijin Operasional Yayasan dari Dinsos Kota Depok, No. 062/720/Sosial. Tgl 27 Oktober 2014. (lihat h. 53).
69
Observasi Lapangan, 20 Maret 2015.
57
Dibawah sebuah Yayasan bernama Green Indonesia Foundation, akhirnya CCE dapat mempermudah pendanaan lewat Yayasan Green Indonesia Foundation tersebut.70
I. Piagam Penghargaan CCE Community Sejak tahun 2012 hingga kini, CCE sudah mengantungi beberapa piagam penghargaan dari beberapa lembaga dan Universitas, diantaranya adalah sebagai berikut:
Bakti Sosial PK IMM FISIP UHAMKA 2014.
Sertifikat Children Education Community.
Piagam Penghargaan kepada CCE Community dari Universitas Bakrie 2014.
Piagam Penghargaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat Health Nutrition Care 2014.
70
Wawancara pribadi dengan Agustina Dwi Handayani dan Adjeng Septi Wulandari, 28 Maret 2015.
58
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Berada di lingkup kelurahan Kebagusan, yang berada di bagian selatan Pasar Minggu, secara geografis letaknya berbatasan dengan kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu, Kelurahan Jagakarsa, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, dan menempati areal seluas 226 Ha. Sebanyak 47. 773 jiwa hidup di daerah ini, 24.368 jiwa laki-laki dan 23. 405 jiwa adalah perempuan.71 Adapun sebagian dari penduduk berprofesi sebagai pemulung di daerah ini. Kesejahteraan mereka yang kurang mencukupi, sedangkan anggota keluarga dan kebutuhan pokok terus mendesak mereka. Sehingga untuk memikirkan biaya-biaya kehidupan lain sudah tidak bisa mereka tanggung. Dari latar belakang tersebut, CCE sedikit mencoba membantu perekonomian warga Kebagusan untuk mengenalkan pendidikan kepada anak-anak mereka. Dengan adanya bekal dari para pengajarnya yang notabene adalah mahasiswa dan mempunyai pendidikan yang memadai, maka untuk dapat memberikan anak-anak pengetahuan dan pengajaran moral, mahasiswa ini menyiasatinya dengan beberapa strategi program diantaranya:
71
Diambil Dari Buku Bulanan, Januari 2015. Kantor Kelurahan Kebagusan. h. 3.
59
A. Strategi Program CCE Community Seperti yang telah dikutip dalam bab 2, yang mana strategi adalah suatu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan, maka dengan ini CCE mencoba merealisasikan tujuan asalnya yaitu menjadi wadah untuk anak jalanan, pemulung, dan anak punk mendapatkan ilmu dan pembinaan karakter, moral dan budi pekerti. Dan sehubungan dengan hal diatas maka CCE mencoba mengimplementasikannya dalam beberapa strategi program, diantaranya adalah: 1. Rumah Singgah Dalam beberapa sektor kehidupan manusia, pendidikan sangat penting peranannya karena dengan adanya pendidikan manusia bisa lebih berpikir bijak dalam mengelola sesuatu dan bisa lebih diandalkan di beberapa hal dalam kehidupan. Manusia pun bisa lebih memilih mana yang baik dan mana yang kurang baik . Demikian pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka tidak heran jika manusia selalu mengejar pendidikan setinggitingginya dan bahkan hingga mancanegara demi sebuah kebutuhan dan manfaat akan pendidikan tersebut. Namun di negara kita yang termasuk negara berkembang, pendidikan yang tinggi masih menjadi suatu hal yang sulit untuk dijangkau lantaran masih banyaknya masyarakat kita yang belum mampu menyeimbangkan pendapatannya dengan biaya pendidikan yang semakin mahal. Bukan hanya untuk pendidikan, untuk kehidupan sehari-hari pun mereka masih harus berpikir dua kali untuk menggunakannya. Begitupun ungkapan Ibu T,
60
“Iya mbak, anak saya kan banyak ada enam orang jadi ya di pas-pasin aja buat makan sehari-hari. Buat makan aja susah”72. Ibu T yang berprofesi sebagai Pemulung ini mempunyai enam orang anak yang semuanya tidak bersekolah. Beberapa anaknya memang pernah merasakan bangku sekolah tetapi harus putus di tengah jalan lantaran kurangnya pendapatan untuk biaya sekolah maupun hidup sehari-hari. Oleh karena itu CCE mengusahakan selalu memberikan pengajaran kepada anak-anak didik agar sedikitnya mereka bisa merasakan bermain dan belajar sama seperti anak-anak pada umumnya. Pengajaran di CCE hampir sama dengan pengajaran pada sekolah-sekolah umum. Anak-anak diajarkan metode belajar sambil bermain, agar dapat memaksimalkan kinerja motorik mereka, mengasah kreativitas dan bakat serta menanggulangi perasaan bosan pada anak-anak. Di dalam pengajaran CCE ada beberapa pengelompokkan kelas berdasarkan umur anak-anak didik agar pengajar lebih mudah memberikan pengajaran. Berikut pengelompokkan kelas berdasarkan umur:
Kelas Melati untuk adik–adik PAUD dan TK : Untuk kelas ini, CCE
memberikan pengajaran mengenal huruf, angka, dan nama-nama benda seperti buah-buahan, hewan, nama bunga, benda-benda langit dan benda-benda yang sering dijumpai.
Kelas Mawar untuk adik–adik kelas 1–3 SD : Untuk kelas ini, diberikan
pengajaran membaca, menulis, dan berhitung serta pelajaran agama.
72
Wawancara dengan Ibu T, Warga Kampung Kebagusan, Maret 2015.
61
Kelas Sedap Malam untuk adik–adik kelas 4–6 SD : Untuk kelas ini
diberikan pengajaran yang mana siswa boleh menanyakan pelajaran yang sulit di sekolah formalnya.
Kelas Anggrek untuk adik–adik kelas SMP : Kelas ini diberikan
pengajaran Menari, Menyulam, Membuat kerajinan tangan seperti Bros, Tempat Pensil dan Lain-lain.
Kelas Alam untuk adik–adik umur >15 tahun : Kelas ini adalah kelas
untuk anak usia 15 tahun keatas yang berminat di bidang Musik. CCE mempunyai jadwal yang terdiri dari 3 hari dalam seminggu. Perinciannya adalah sebagai berikut: Sabtu : Pengajaran Calistung, Bahasa Inggris dan Pelajaran Agama kepada anak-anak Tingkat PAUD TK DAN SD (Usia 3-7 tahun). Minggu : Pengajaran Kesenian; seperti Menari dan Bermain musik kepada anak-anak Tingkat SMP. Senin : Pengajaran Bimbingan Belajar kepada Anak-anak Tingkat SMP. Anak didik yang <15 tahun, yang tak lain adalah seorang pemulung, mereka biasanya belajar setelah mereka bekerja. Biasanya ketika sore hari dan menjelang malam. Selain itu CCE mempunyai program lainnya yang masih berhubungan dengan pengajaran dan ekstrakurikuler sebagai berikut:
62
A. Kelas Calistung (Baca Tulis dan Berhitung) Kelas ini berisi anak-anak PAUD dan TK yang diajarkan membaca dan menulis serta berhitung. Selain menulis dan berhitung diajarkan juga menggambar dan mewarnai. Kelas ini kira-kira berisi 20-30 anak setiap minggunya. Suasana kelas ini layaknya kelas taman kanak-kanak pada umumnya, mereka belajar sambil bermain dan bernyanyi. Kelas ini diisi 3 orang pengajar dan 4-6 volunteer. Anak-anak ditempatkan dalam sebuah ruangan rumah petak yang berukuran sekitar 3 x 3 m. Pengajaran dimulai setiap hari Sabtu pagi pukul 10.00 wib. Berikut Ungkapan Ibu D, warga kebagusan. ”ya kalo sekolahkan enak mbak, udah bisa diajarin membaca sama berhitung, trus anak-anak ngga nganggurlah kalo habis mulung jadi kan ada kegiatan”.73
Ibu D mengatakan bahwa lebih baik anak anak bersekolah atau mengikuti kegiatan CCE seperti membaca dan menulis daripada anak anak menganggur.
73
Wawancara pribadi dengan Ibu D, 25 Mei 2015.
63
Gambar 2. Suasana pengajaran calistung Kelas PAUD dan TK.
(Sumber: Dokumentasi Peneliti) B. Kelas Bimbingan Belajar (Bimbel) Kelas ini berisi anak anak tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang belum mengerti pelajaran di sekolah bisa menanyakan kembali pelajarannya di kelas bimbingan belajar. Di dalam kelas ini kurang lebih terdapat 3-10 anak didik. Biasanya mereka menanyakan pelajaran yang mereka pelajari di sekolahnya seperti Matematika, B. Indonesia, B. Inggris, pelajaran Agama, dan lain-lain. Pengajarnya Bernama Hafiz Aliagra berasal dari Universitas Islam Negeri Jakarta, pengajaran dimulai setiap hari Senin sore pukul. 16.00 wib.74
74
Observasi Lapangan dan wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015.
64
C. Kelas Alam Di dalam kelas ini adalah anak-anak yang berusia diatas 15 tahun yang diajarkan pelajaran musik. Mereka juga sering ditampilkan dalam acara-acara sosial sebagai band pembuka atau hiburan. Sehingga mereka mempunyai sedikit keterampilan yang bisa terus mereka asah dan menjadi sedikit modal skill dalam menunjang kehidupan mereka. Pengajarnya bernama Syahrial Sukoco. CCE mencoba mendekati mereka dengan apa yang anak-anak suka yaitu salah satunya musik. Anak-anakpun pernah tampil dalam acara Abang None Buku 2012 sebagai band pembuka. Pengajaran setiap hari Minggu malam pukul 19.00 wib.75 D. Kelas Calistung untuk Ibu-ibu Kelas calistung untuk ibu-ibu dilakukan setiap hari Sabtu pukul 13.00 sampai 14.00 wib. Kelas ini terdiri dari 20-30 ibu rumah tangga yang berusia antara 20-70 tahun. Mereka belajar menulis dan membaca karena tidak sedikit juga dari ibu-ibu tersebut yang belum bisa membaca. Dan setiap selesai belajar, ibu-ibu tersebut mendapat sedikit “penyemangat” yaitu sembako yang dibagikan agar ibu-ibu mau terus belajar membaca dan berhitung.
Pengajarnya
bernama
Agustina
Pratiwi,
UNINDRA.76
75 76
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015. Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari- Mei 2015.
65
Mahasiswa
Gambar 3. Suasana Pengajaran Calistung Ibu-ibu
(Sumber: Dokumentasi Peneliti) E. Kelas Menari Di kelas menari, anak-anak yang mendapat pengajaran ini adalah khusus anak perempuan, mendapat pelatihan tari saman, tari aceh dan taritarian tradisional lainnya. Guru dari kelas ini bernama Vebri Dwi Rahmawati. Kelas dimulai setiap hari Minggu pukul 10.00 wib.77
F. Kelas Karate Kelas ini khusus untuk anak laki-laki, mereka diajarkan karate setiap hari Minggu sore. Pengajar bernama Arif Tirta. Ada sekitar 10-15
77
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015.
66
anak yang mengikuti kelas karate. Anak-anak belajar karate di lapangan di sekitar pemukiman warga.78
G. Kelas Kewirausahaan Anak-anak dan Ibu-ibu warga Kebagusan mendapat pelatihan kewirausahaan membuat barang-barang yang bisa diperjualbelikan seperti bros, tempat pensil, pouch sulam dan pelatihan menyulam. Pelatihan ini dapat membuat anak-anak dan ibu-ibu mandiri karena bisa membuat hasil karya tangan mereka sendiri lalu diperjualbelikan. Pengajar kelas ini adalah Dwi Nilam Sari. Mahasiswi Universias MH. Thamrin. Kelas ini dimulai hari Minggu sekitar pukul 13.00 wib. Ibu-ibu yang mengikuti kegiatan ini berjumlah sekitar 3-5 orang.79
78 79
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015. Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015.
67
Gambar 4. Suasana membuat Kerajinan Tangan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti) Cara pengajaran dari CCE Community sama seperti lembaga pendidikan pada umumnya. Anak-anak di bedakan dari umur dan tingkatan kepandaian mereka. Anak yang masih berumur 3-6 tahun dikelompokkan dalam kelas PAUD dan TK. Sedangkan anak yang sudah berumur 7-14 dikelompokkan dalam tingkat SD dan SMP. Anak-anak yang tergabung dalam kelompok PAUD dan TK diberikan pelajaran mengenal huruf dan angka yang sewaktu-waktu diselipkan dengan mainan dan gambar-gambar yang menarik untuk menarik perhatian mereka, merangsang ingatan dan mengurangi kejenuhan mereka. Terkadang diselipkan pula dengan lagu dan gerakan agar mengasah motorik mereka. Volunteer pun berusaha mendekatkan diri dengan anak didik agar anak didik merasa nyaman dan “betah” dalam kegiatannya dan juga agar anak-anak bisa belajar berkomunikasi dengan baik. Anak-anak yang tergabung dalam kelompok SD diajarkan menulis dan membaca huruf dan kata. Terkadang untuk
68
mengurangi kejenuhan dan menambah ingatan, digunakan pula metode bermain sambil belajar dengan berbagai permainan yang menambah semangat dan kreativitas.80 2. Event CCE Dengan adanya CCE warga sekitar bisa sedikit merasakan hiburan karena CCE menyediakan hiburan seperti acara musik yang menampilkan anak-anak didik CCE sendiri. CCE pun mengajarkan anak-anak pelajaran musik agar mereka bisa mengeksplorasi hobi mereka bermain musik. Dengan berbekal peralatan dari volunteer seadanya, CCE mengajarkan beberapa anak pemulung yang dinamakan Anak Alam bermain musik dan menampilkan mereka dalam beberapa acara CCE ataupun yayasan. CCE biasanya membuat panggung disekitar tempat tinggal warga agar warga lebih mudah menyaksikannya dan tanpa biaya. Untuk biaya pementasan biasanya mereka mendapat dana dari yayasan Green Indonesia Foundation. Acara mereka biasanya bertema pendidikan, penyuluhan sosial dan hiburan. Selain musik ditampilkan juga tari-tarian dan menyanyi dari anak-anak. Terkadang pun anak-anak diajak study tour ke tempat tempat yang belum pernah mereka kunjungi, misalkan Planetarium-Ancol untuk menambah pengalaman mereka.81
80 81
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015, Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Februari 2015.
69
3. Sekolah Paket Selain pemberian bakti sosial dan pelayanan kesehatan, CCE juga sedang mengusahakan agar anak-anak pemulung di daerah Kebagusan yang putus sekolah bisa kembali melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Anak-anak pemulung akan didaftarkan ke sekolah paket dan tetap mendapat pendidikan yang setara dengan kemampuan mereka tanpa membebani mereka. namun sebelum mereka dimasukkan ke dalam sekolah paket, anak-anak akan mendapat kelas sekolah paket dari CCE yang memberi pengajaran apa yang akan diajarkan.
82
B. Manfaat Adanya CCE Community Bagi Anak Didik Dan Warga Kebagusan 1. Anak Didik A. Informan 1 Gadis kecil berumur kurang lebih lima tahun yang bernama NR ini aktif mengikuti pengajaran di CCE. Ia mengikuti pengajaran di kelas PAUD dan TK. Ia sudah bisa membaca huruf-huruf dan menulis. Ia juga senang menggambar dan mewarnai. Ia terlihat lincah dan pandai berkomunikasi. Ia terlihat “lebih dewasa” dari anak-anak seumurannya. Ketika anak-anak lain masih takut dan malu untuk mengemukakan pendapatnya, ia terlihat lebih percaya diri dan pandai mengemukakan pendapatnya. Ia juga terlihat lebih tegas kepada teman-temannya. Ketika 82
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Mei 2015.
70
peneliti bertanya padanya apakah ia suka belajar dengan kakak-kakak di CCE, ia mengatakan ia suka belajar dengan kakak-kakak dan ia mengatakan kalau ia sudah masuk TK yang ada di dekat rumahnya. Peneliti melihat NR adalah anak yang ceria walaupun ia sudah tahu dan sudah bisa merasakan sulitnya kehidupan ia dan keluarganya. Ketika penulis bertanya pada NR apakah ia senang belajar dengan kakak-kakak CCE, NR mengatakan senang belajar dengan kakak-kakak CCE. “Seneng kak belajar sama kakak-kakak tapi aku masuk TK jadi udah ngga bisa lagi (mengikuti pengajaran CCE) .. hmm ka aku ngga dapet kelompok ka kemaren (NR langsung curhat tentang ia di TKnya)..kelompok belajar.. kemaren padahal aku udah bilang bu guru..aku dapet piala dong ka.. lomba, lomba nulis..kalah itu orang-orang..
Peneliti bertanya lagi pada NR apakah NR senang belajar dengan kakak-kakak, ia malah mengalihkan pembicaraan membicarakan temantemannya. Ia seperti lelah menjawab pertanyaan peneliti. Walaupun penurut, tetapi NR adalah anak yang tegas, terlihat ia selalu melakukan apa yang menurut ia benar. Ibu dari NR juga berterima kasih pada CCE yang telah mengajarinya menulis dan berhitung sehingga NR lebih pintar daripada sebelumnya. Berikut pernyataan Ibu T, Selaku ibu dari NR. “Iya saya banyak-banyak terima kasih ke CCE udah mau ngajarin anak saya, jadi anak saya ada kemauan, kepinteran, gitu jadi saya kepingin saya tuh anak biar ngga kaya orangtuanya udah buta huruf orangtuanya anak saya jangan sampe gitu lagi makanya CCE mengadakan belajar itu saya alhamdulillah sama kakak-kakak dari CCE yang udah mau ngajarin, anak saya udah ada kemampuan kepinteran”83 83
Wawancara pribadi dengan ibu T, Warga Kampung Kebagusan, 7 April 2015.
71
B. Informan 2 Anak laki-laki ini bernama G. Dia berumur kurang lebih 5 tahun. G adalah anak baru di CCE. Peneliti melihat awalnya ia adalah anak yang kalem dan pemalu jika belum mengenal orang, tetapi sekarang dia menjadi manja, terbuka dan periang. Sebelum penulis mengenalnya, dia masih malu-malu tetapi sesudah penulis mengajaknya bermain ia langsung ceria dan mendekat perlahan-lahan. Banyak perubahan yang signifikan terjadi pada diri G setelah ia belajar dengan CCE. C. Informan 3 Anak perempuan berumur 5 tahun ini bernama N, penulis melihat ia bisa dikatakan adalah anak yang suka mencari masalah, keributan dan sulit diatur namun disisi lain ia adalah anak yang mudah menangis dan manja, mungkin bisa dikatakan karena lingkunganlah yang membuat ia mempunyai sifat sekeras itu, tetapi setelah beberapa bulan mengikuti perkembangan di CCE ternyata N mempunyai sisi baik. Setelah belajar dengan kakak-kakak di CCE N menjadi anak yang komunikatif, bisa menjadi lebih sabar, dan menjadi manja dengan kakak-kakak di CCE. Maksud manja disini diartikan „selalu minta diperhatikan oleh kakak-kakak CCE‟.84 Banyak dari anak-anak yang pada awalnya malu untuk bersosialisasi dengan orang baru, namun setelah kita “tarik” mereka dan
84
Observasi Lapangan, Januari-April 2015.
72
mengajak mereka serta membuat mereka merasa nyaman, diperhatikan, dan dihormati, mereka akan mau membaur dan berkumpul.85 2. Warga A. Informan 1 Ibu ini bernama Ibu D berumur 37 tahun. Beliau mengatakan bahwa CCE membantunya dalam menjangkau akses-akses kesehatan seperti akses membuat BPJS Kesehatan agar lebih mudah, serta membantu anakanak beliau mengasah potensi dan prestasinya dalam belajar. Beliau mengatakan bahwa CCE membantu anak-anaknya mengikuti Ujian Olimpiade Sains. Beliau mengatakan bahwa pendidikan adalah yang utama, walaupun pemulung tetapi pendidikan harus tetap yang diutamakan. Seperti yang diungkapkan Ibu D, ”ya kalau saya sih pengennya anak tetep sekolah ya, tetep belajar, karna kalau saya, belajar itu tetap nomor satu, tapi kan semua orang tua belum tentu, kadang ada orangtua yang udahlah dia kan pemulung ngga usah belajar. Ya walaupun pemulung kan tetap belajar nomor satu, selain itu juga kakak-kakak juga bantu-bantu bikin BPJS, bikin akte, jadi kita enak”.86
Ibu D mengatakan bahwa walaupun ia adalah seorang pemulung namun kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anaknya begitu besar, ia rela bersusah payah mencari uang untuk pendidikan anak-anaknya. Terbukti anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan bahkan beliau mengatakan bahwa anak-anaknya adalah anak-anak yang memiliki kompetensi diatas rata-rata anak anak seusianya. 85 86
Observasi Lapangan, Maret- April 2015. Wawancara pribadi dengan ibu D, 24 Mei 2015.
73
B. Informan 2 Ibu ini bernama Ibu T, berumur sekitar 43 tahun, Beliau mengatakan CCE mengadakan bantuan ketika puasa seperti buka puasa bersama, memberi sembako pada anak-anak, dan mengajak anak-anak jalanjalan. Dahulu CCE sering memberikan bantuan berupa makanan seperti telur, mie, dan nasi box setiap hari jum‟at bahkan CCE memberikan uang santunan hingga berjumlah Rp. 250.000, per orang. Namun seiring berganti dan regenerasi anggota volunteer CCE, kini bantuan CCE berkurang signifikan. Berikut pernyataan Ibu T, warga Kebagusan. “kadang kadang ada bantuan, puasa puasa tapi udah jarang kalo dulu mah sering kita dikasih sembako, beras, uang juga waktu itu 250 ribu satu orang cuma udah lama”
Ibu T mengatakan bahwa sesekali ada bantuan, ketika waktu datang bulan puasa, CCE memberikan sembako bahan bahan makanan, berupa beras, dan kadang kala memberikan uang tunai sebesar Rp.250.000,per orang namun itu dikatakan sudah beberapa waktu lalu.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan tentang kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh Charity of Children Education Community untuk pendidikan anak pemulung menggunakan teknik wawancara dan observasi. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Dari beberapa program yang Charity of Children Education Community yaitu Kelas Alam, Kelas Menari, Kelas Calistung Anak-anak dan Ibu-ibu, terdapat juga Kelas Paket yang memberikan pembekalan pendidkan kepada Anak anak Pemulung agar dapat memahami materi-materi di sekolah paket dan mengusahakan agar Anak-anak Pemulung dapat melanjutkan pendidikan mereka dengan menyekolahkan Anak Pemulung ke dalam sekolah paket. 2. Selain itu Charity of Children Education Community menjadi perantara dimana anak didik bisa mengikuti olimpiade mata pelajaran sekolah seperti Sains dan Matematika tingkat Nasional sehingga anak tahu seberapa jauh potensi mereka dan apa yang mereka punya untuk mereka asah dan mereka dalami untuk masa depan mereka, dan membantu mereka agar mengerti bagaimana berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang lain. Serta mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada orangtua, guru, teman dan makhluk lainnya.
75
3. Charity of Children Education Communitypun menanamkan kepribadian yang sangat erat, seluruh anggota komunitas ini maupun penerima manfaatnya diajarkan dan mengajarkan bagaimana berhubungan baik dengan orang lain, bersabar, dan sopan santun.
B. Saran 1. Adapun buah pikiran penulis dan saran yang mungkin saja membangun untuk CCE adalah tingkatkan keseriusan CCE dalam menjalankan visi misi tujuan dan fungsi CCE bagi warga kebagusan. 2. Kuatkan dan jadikan diri CCE sebagai komunitas satu-satunya yang mengedepankan kepentingan warga Kebagusan dan berjuang untuk kesejahteraan warga Kebagusan. 3. Penulis berharap CCE menggandeng komunitas lain yang sejenis agar dapat menguatkan, dan dmeningkatkan kinerja positif dalam akses-akses yang dapat memudahkan warga Kebagusan dalam meningkatkan dan mensejahterakan kehidupannya seperti akses kesehatan, akses pinjaman modal, dan akses-akses yang lainnya.
76
Daftar Pustaka
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013. Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004. Burhan Bungin, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Gunawan, Iwan. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010. Hasan, Maimunah. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press, 2010. Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lantabora Press, 2005. Huraerah, Abu. Child Abuse (Kekerasan terhadap Anak). Bandung: Penerbit Nuansa, 2007. Ismail, Asep Usman. Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lentera Hati, 2012. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya, Lembaga Studi Pembangunan, Anggota IKAPI; Seri Sektor Informal ‘Galang’ ISSN : 0216-0226; Jakarta, 1985. Pidarta, Made. Landasan Pendidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Putro Widoyoko, Eko. Evaluasi Program Pembelajaran;Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Saroni, Mohammad. Orang Miskin Harus Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010.
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Sri Wahyudi, Agustinus. Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996. Suharto, Edi. Kemiskinan &Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta, 2009. Tirtarahardja, Umar dan Sulo, La. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Wiyono, Teguh. Rekonstruksi Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Internet: Masalah Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, diakses dari http://www.bimbingan.org/masalah-ekonomi-dan-kesejahteraan-masyarakat-indonesia.html http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/24/tingginya-angka-putus-sekolah-di-indonesia-622368.html Andi Lesmana, Edukasi Kompasiana, Definisi Anak, http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html Daniel Yonathan Missa, Kompasiana, Kebutuhan Dasar Anak, http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/31/kebutuhan-dasar-anak-666613.html
Pedoman Wawancara (Warga Kebagusan)
Nama: Umur:
1. Apa kesejahteraan menurut Bapak/Ibu? 2. Berapa penghasilan Bapak/Ibu, perbulan/perhari? 3. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa sejahtera dengan Gaji tersebut? 4. Menurut Bapak/Ibu Apa yang membuat hidup sejahtera? 5. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari Pemerintah? 6. Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai CCE? 7. Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di CCE? 8. Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari CCE? 9. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai CCE? 10. Apa kekurangan dari CCE? 11. Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari CCE?
Pedoman Wawancara (Pengajar CCE)
Nama: Jabatan: Umur:
1. Ada berapa jumlah penerima manfaat berupa pendidikan dari CCE? (Diklasifisikan berdasarkan umur dan jenis kelamin) 2. Apa dan bagaimana materi pengajaran yang diajarkan oleh CCE? 3. Bagaimana prosedur anak yang ingin belajar di CCE? 4. Ada berapa guru yang mengajar? Dari mana saja dan aktifitasnya apa saja? 5. Apakah anda mendapat honor dari mengajar ini? 6. Apa perasaan anda mengajar di sini? 7. Apa motivasi anda ingin mengajar disini? 8. Bagaimana metode mengajar anak didik? 9. Pelajaran apa yang paling anak sukai? 10. Bagaimana tingkah laku anak didik?
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama: Ibu T Umur: 43 Tahun
No 1
Pertanyaan Apa kesejahteraan menurut Bapak/Ibu?
Jawaban Ya kalo dipikir-pikir ya, orang kan pikirnya lain-lain ya, pengennya mah tadinya pengen seneng, ya namanya orang ditakdirin begini, yaudah kita ikutin apa adanya, makanya kalo jadi orang kecil susah. Yang penting bisa makan.
2
Berapa penghasilan Bapak/Ibu, perbulan/perhari?
30 ribu per hari.
3
Apakah Bapak/Ibu sudah merasa sejahtera dengan penghasilan tersebut?
Ya udah cukup saya mah.
4
Menurut Bapak/Ibu apa yang membuat hidup sejahtera?
Ya yang penting udah ketemu makan, ya anak-anak bisa kerja itu aja udah.
5.
Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari Pemerintah?
6.
Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai CCE?
Ya ada, namanya kita orang kecil gini kan ibaratnya, beda daerah beda, saya dulu waktu tinggal di Cipinang, begini hidup di lapak, ada bongkaran ada gusuran, sumbangan dari manapun dateng, dibantu penampungan, sebelum gubuk jadi tuh, kalo disini kan ngga ada, ya kita masing-masing hidup, boro-boro orang mau bantu orang kayak gini kan, malah lebih seneng malah disorakin, pikiran orang laen lah, baguslah digusur, kalo saya hidup di Cipinang mah dulu mah dibantu, ngga mau meremehkan orang kayak gini malah bantu, 4 tahun saya hidup di Cipinang, ada kebanjiran dibantu, ada kebakaran dibantu, ya kalo orang di Jakarta Selatan ini kayaknya sistemnya ngga sama.. dulu waktu saya di Cipinang, setiap minggu nasi dibagiin semua buat pemulung-pemulung, kalo di Cipinang enak ada makanan, ada obat gratis, ada sembako, RT mah mau mengontrol. Ya tau sih.
7.
Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di CCE?
Pelajaran, paktek bikin bantal, apa kerajinan tangan tuh.
8
Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari CCE?
Ya kadang-kadang ada sumbangan tas, buku-buku, ya makananlah sembako.
9
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai CCE?
10.
Apa kekurangan dari CCE?
11.
Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari CCE?
Ya bisa mendidik anak anak, memberi pelajaran anak-anak, bikin ibu-ibu tadi ngga bisa tau huruf jadi tau huruf. Ya dibilang kurang ya ngga ada, dibilang ngga ada ya ada. Ya ngga kayak yang dulu, kalo dulu sering ngasih sumbangan ibaratnya ngebantulah orang yang kayak gini-gini susah. Ya ada sih ada, maksud saya kan dia ibaratnya kan bulan puasa tiap puasa kan pasti ngasih sumbangan ya ibaratnya sembakolah setiap seminggu sekali trus ada acara buka bersama buat anak anak sama ibu ibu. Dulu tiap tiga hari ada buka bersama, trus tanggal 21 22 ada pembagian. Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama : Ibu A Umur : 26 tahun
No 1
Pertanyaan Apa kesejahteraan menurut Bapak/Ibu?
2
Berapa penghasilan Bapak/Ibu, perbulan/perhari?
3
Jawaban Ya mungkin hidup sejahtera itu ya yang enak kali ya.
Perbulan ngga sampe 500ribu juga sebenarnya. Ini ya kalo usaha di lapaklapak gitu. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa Ya gimana ya cukup ngga cukup. Ya sejahtera dengan penghasilan tersebut? cukup-cukupin aja gitu.
4
Menurut Bapak/Ibu Apa yang membuat hidup sejahtera?
Ya mungkin sama keluarga disini apa adanya aja jadi enak aja gitu.
5
Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari Pemerintah?
Ya biar melihat rakyat kecilnya kali ya supaya rakyat kecil, apa-apa naik jadi jangan sampe keberatan lah jangan sampe nyusahin gitu, udah susah.
6
Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai CCE?
Belajar, ngajarin anak-anak.
7
Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di CCE?
Itu yang ngajarin ibu-ibu baca tulis. Ibu yang belum ngerti huruf.
8
Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari CCE?
Ya enak ibu-ibu yang diajarin jadi tahu huruf.
9
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai CCE?
Ya sebenarnya si buat anak-anak baik mo belajar, jadi ngga terlalu banyak main.
10
Apa kekurangan dari CCE?
11
Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari CCE
Sebenarnya ngga juga, baik mereka, baik mo ngajarin anak-anak, kebutuhan anak anak. Biar lebih baik lagi sama anak anak, udah deket si udah, ya lebih baik lagi.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama: Ibu K Umur: 41 tahun
No 1
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Apa kesejahteraan menurut Bapak/Ibu?
Jawaban Hidup yang layak, kalo kita mah kagak layak. Ya hidup apa adanya.
Berapa penghasilan Bapak/Ibu, perbulan/perhari?
Suami saya OB disitu ya gajinya 2 juta ya sebulan, ya buat bayar anak sekolah, buat bayar kontrakan, buat biaya anak masuk PAUD, buat makan sehari-hari, buat ongkos. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa Ya belum. Buat ongkos anak buat makan sejahtera dengan penghasilan tersebut? kan anak dua sehari yang gede 15ribu yang kedua 10ribu. Ya belum jajan anak belum beli lauk itu ya cukup cukupin aja buat beli beras buat beli ikan namanya anak banyak. Menurut Bapak/Ibu Apa yang Punya rumah sendiri ngga ngontrak. Ya membuat hidup sejahtera? ngga pingin ini itu yang mewah mewah pokoknya punya rumah sendiri aja. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari Ya Insya Allah kalo ada bantuan gitu apa. Pemerintah? Kan kita juga kalo lagi sekolah juga ada KJP (Kartu Jakarta Pintar). Yah KJP mah kagak keluar, diurusin kaga keluar. Kalo yang kagak punya kan dapet gituan. Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai Ya cuma kalo kegiatan sehari-harinya ya CCE? ngajar anak anak PAUD SD SMP. Bikin anyaman gitu, karate sabtu minggu. Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di Kalo bikin pelatihan potong rambut ibu CCE? ikut.
8
Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari CCE?
Kita ada sembako dapet, per orang dapet 2 dus makanan.
9
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai CCE?
10
Apa kekurangan dari CCE?
Kalo menurut ibu bagus sekali, karena bisa lesin (memberi les) anak anak yang ngga mampu les di tempat les. Yang belum bisa bayar les, bisa les disitu (CCE). Ya ngga, alhamdulillah bagus banget. Kalo anak anak habis belajar dibagiin makanan nasi kotak dapet buku tas
11
Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari CCE
Ya kalo ibu pingin gimana cara belajarnya ditingkatin. Kan anak saya udah kelas naik 3 SMP. kan kalo udah kelas 3 kan tambah susah belajarnya. Sabtu minggu harus ada les ada tambahan gitu. Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PENGAJAR CCE
Nama: Anjas M. Umur: 19 Tahun Jabatan: Pengajar/Volunteer CCE
No 1
Pertanyaan Ada berapa jumlah penerima manfaat berupa pendidikan dari CCE? (Diklasifisikan berdasarkan umur dan jenis kelamin)
Jawaban Kira-kira ada 20 orang, terdiri dari PAUD, kelas 1 SD, tapi kebanyakan yang udah SD sih. Kalo untuk sekarang sih kalo untuk yang cowok itu kira-kira ya kurang dari sepuluh, tapi kalo untuk yang ceweknya dua belasan, itu termasuk anak anak yang tiga tahunan, empat tahun.
2
Apa dan bagaimana materi pengajaran yang diajarkan oleh CCE?
3
Bagaimana prosedur anak yang ingin belajar di CCE?
4
Ada berapa guru yang mengajar? Dari mana saja dan aktifitasnya apa saja?
Kalo yang diajarin di CCE itu materinya kalo untuk yang hari minggu itu berupa ekskul trus hari sabtunya akademik itu biasanya kalo untuk yang pagi itu buat anak TK, kalo yang siangnya itu buat yang SD. Oo iya kalo hari Minggu itu ada ekskul kalo jam 7 itu kita ngadain ngaji dulu, trus kelas kreasi untuk yang kecil buat ibu ibu juga kemudian kalo agak siangan dikit itu biasanya buat kelas tari. Kalo buat yang anak TK-nya belajar menghitung, menulis, membaca sama kita ada kayak games-games yang sifatnya edukasi, dongeng dongeng, ada sains juga. Oo iya buat les hari selasa rabu. Kalo diliat liat biasanya anak yang udah belajar di CCE itu dia kan bawa temennya, temennya dari luar, dan dia belum ikut pengajaran, itu dia ikut dulu nanti kalo mau lanjut nanti dimasukkin ke absen. Kalo untuk seluruhan itu 50 volunteer. Kalo untuk 1 hari mengajar itu udah dibagi kelompok ABCD seharusnya itu semua kan 1 kelompok itu 10 orang tapinya yang dateng paling beberapa paling 3-4, untuk yang kelompok laen juga bisa dateng bantu bantu kelompok yang hari ini ngajar. Volunteernya macem macem ya ka ada yang dari UIN, UNINDRA, Gunadarma, trus UI, MH
5
Apakah anda mendapat honor dari mengajar ini?
6
Apa perasaan anda mengajar di sini?
7
Apa motivasi anda ingin mengajar disini?
8
Bagaimana metode mengajar anak didik?
9
Pelajaran apa yang paling anak sukai?
10
Bagaimana tingkah laku anak didik?
Thamrin. Setau saya itu. Oo kalo di CCE kan kita sistemnya amal ibadah ya ka jadi kita udah berkomitmen jadi kita engga mentingin imbalan, imbalannya itu kita membagi ilmu sama berbagi aja. Masalah dapet honor ngga ngurusin. Perasaannya ya seneng liat adek adenya, trus, kangen pengen maen lagi pengen maen lagi, trus juga ade adenya enak gitu welcome. Ya kadang ada rasa marah ya, karena ada beberapa anak yang susah diatur, jadi kadang ya gimana ya, ya namanya manusiawi. Jadi ya disabar sabarin aja. Pengen berbagi ilmu, pengen berbagi pengalaman, dan cari kesibukan juga soalnya dirumahkan ngga ada kegiatan..pingin deket sama adek adek juga. Kalo saya metode pengajarannya pertama kita ajak maen-maen dulu kalo anak-anak nyaman kita mulai pengajaran, kan metodenya bisa dengan bermain, ngga harus fokus. Biasanya kalo anak anak itu semua pelajaran suka ya, tapi ada beberapa anak yang ngga suka misal kaya matematika anak anak jarang suka tapi disiasatin biar kayak bikin games biar anak anak mau trus diimingi hadiah biar anak anak belajar juga. Kalo yang minggu itu kan ada kelas kreasi, itu anak-anak suka. Anak anak suka menggambar mewarnai. Kalo saya liat disini anak anak ada yang aktif dan ada yang masih malu malu juga, kalo yang aktifkan ya kenal sama pengajarnya trus kalo yang malu malu gitu anak kecil mungkin karna masih takut sama pengajarnya, kayaknya perkembangan dari dulu sampe sekarang cenderung aktif ya paling Cuma beberapa aja anak yang diem.
Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PENGAJAR CCE
Nama: Sarah K. Umur: 21 Tahun Jabatan: Pengajar CCE
No 1
Pertanyaan Ada berapa jumlah penerima manfaat berupa pendidikan dari CCE? (Diklasifisikan berdasarkan umur dan jenis kelamin)
2
Apa dan bagaimana materi pengajaran yang diajarkan oleh CCE?
3
Bagaimana prosedur anak yang ingin belajar di CCE?
4
Ada berapa guru yang mengajar? Dari mana saja dan aktifitasnya apa saja?
5
Apakah anda mendapat honor dari mengajar ini?
6
Apa perasaan anda mengajar di sini?
Jawaban Sekitar 60anlah. Kalo untuk yang belajar, Umur 3 tahun sampe kelas 3 SMP. Kalo non formal ada 15 tahun keatas. Aku juga data nya ngga megang, Cuma kalo umumnya kebanyakan cewek sih. Cowok juga banyak cuma saya ngga bisa mastiin. Kalo PAUD dan TK pengajarannya kita lebih mengedepankan untuk adek adeknya menggunakan media untuk lebih gampang anak anak mengerti setiap pelajaran yang kita kasih sambil bermain, kalo untuk SD dan SMP kita lebih ke bimbel lebih ke apa tugas sekolah mereka jadi lebih enak. Ngga ada si ka, paling kalo ade adenya emang mau belajar disini, yaudah ngga apa-apa, banyak juga yang sodaranya ikut kayak gitu gitu ka. Setiap harinya ga tentu sih ka tergantung kalo hari senin selasa itu tim bimbel yang dateng trus kalo sabtu minggu lumayanlah ka banyak. Jadwal kelas untuk kelas bimbel biasanya hari senin dan selasa, paud dan ibu ibu itu hari sabtu dan PAUD biasanya dari jam 10 sampe jam 11kalo kelas ibu-ibu biasanya bareng juga sama kelas paud Cuma kalo ibu-ibu di lapangan kadang kalo ngga barengan ya ibunya paling nungguin selesai anak-anak belajar di kelas. Ngga.. karena disini bentuknya sukarela aja jadi tanpa bayaran kan kita juga bentuknya sosial. Seneng, apa ya, nyaman karena banyak yang saya dapat disini, dari pengalaman belajar, komunikasi dengan orang-orang baru, berkomunikasi dengan orang-orang yang jarang saya temukan, adek adeknya selalu buat saya seneng, kadang bisa
7
Apa motivasi anda ingin mengajar disini?
8
Bagaimana metode mengajar anak didik?
9
Pelajaran apa yang paling anak sukai?
10
Bagaimana tingkah laku anak didik?
ngilangin kegalauan juga sih kayak kita maen sama adek deknya, apa lagi ya, banyak lah. Pengennya ngliat semua anak dapet pendidikan, memberi perhatian yang lebih ke ade adenya biar ade adenya ngerasa diperhatikan selain dari keluarga. Pendekatannya kita lebih maen-maen aja sih sama adek adenya secara personal ya kayak maen dengan anak kecil pada umumnya lah, kalo yang gedenya kita ngobrol ngobrol, curhat gitu banyaklah. Banyak ya yang mereka suka tapi dengan kaya keterampilan gitu dan sains, eksperimen kayak anak SD, SMP Macem macem ada yang lari-lari, ada yang diem aja, beda usia beda tingkah laku.
Mengetahui,
PETA KELURAHAN KEBAGUSAN
(Sumber: Dok. Kelurahan Kebagusan)
KEADAAN PEMUKIMAN PEMULUNG KEBAGUSAN
Sebelum Digusur (06 Mei 2015)
(Sumber: Dokumentasi Peneliti) Setelah Digusur (28 Mei 2015)
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Membuat Kerajinan Tangan/Kewirausahaan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Calistung dan Menggambar
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Calistung Anak anak PAUD
Kegiatan Calistung Anak anak PAUD
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Orientasi Volunteer Baru
Kegiatan orientasi volunteer baru
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Evaluasi Kerja
Kegiatan Diskusi Volunteer
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Penampilan Anak Kelas Alam di Univ. Al Azhar Indonesia
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Tabel Nama Volunteer CCE
No
NAMA
JENIS KELAMIN
TEMPAT TANGGAL LAHIR
1
Siti Alhikmah
P
2
Nahaso Hia
L
3
Syahrial Sukoco
L
Pemalang, 28 Mahasiswi Juli 1991 UNINDRA/ karyawan swasta Turenamohesa Akademi Teknik 08 Agustus Elektromedika 1993 Andakara Jakarta Jakarta, 11 Karyawan Swasta Oktober 1985
4
Ustiya Dahwuni
P
5
Vebri Rahmawati
6
Abdul Fikry
Latief L
7
Radita Utami
Andinia P
8
Tsuwaybatul Aslamiyah
P
9
Aulia Rahman
P
10
Ika Utami Wahyu P Ningsih
11
12
Muhammad L Rachman Alamsyah Annisa Mufliyanti P
13
Amin
14
Dimas Ramadhan L
Dwi P
L
JAKARTA, 20 OKTOBER 1994 CILACAP,24 FEBRUARI 1994 Jakarta, 27Mei-1992 Jakarta, 5 Desember 1993 Jakarta, 05 April 1993 Jakarta, 15 November 1992 Bogor, 30 Agustus 1991 Jakarta, 22 Agustus 1993
PENDIDIKAN
Mahasiswi Universitas Nasional Pengajar KUMON
Mahasiswa UMJ/Karyawan Swasta Mahasiswi Universitas AlAzhar Indonesia Mahasiswi Universitas AlAzhar Indonesia Mahasisiwi Universitas AlAzhar Indonesia Asisten Dosen Universitas Pancasila Mahasiswa APP
Bekasi, 13 Mahasiswi Desember UHAMKA 1994 Cianjur, 06 Mahasiswa September Universitas 1993 Borobudur Jakarta, 06 Mahasiswa
15 16 17
Putra Umayah Arindah Mukhdidin Afriyanto Riri Nurizqiah
P L P
18
Andini Shafa
19
Devis Maredona
L
20
Mita Choirunnisa
P
21
Winda Sulistyani
P
22
Aniva Qaidi
P
23
Annisa Rahmawati Lystiani
P
24
Bilqis P
P
25
Dewi Ratih Ayu P Safitri
26
Sarah Khairini
27
Olivia Amalia
28
Nur Aisah
29 30
Putri Zikri Parmuji
31
Arif Tirtayana
L
32
Yasir Alwan
L
33
Jemi Penni
L
34
Nike Pratiwi
P
P
Resty P
P
Fadilah P P
Februari 1996 Jakarta, 09 Mei 1997 Jakarta, 11 Juni 1994 Tangerang, 25 Juni 1994 Bekasi, 27 September 1995 Lebak, 29 Maret 1992
UHAMKA Mahasiswa Wirausaha Mahasiswa UIN Mahasiswa UNINDRA
Mahasiswa UHAMKA/Pengajar Privat Jakarta, 27 Mahasiswa Maret 1996 UHAMKA Jakarta, 24 Mahasiswa November UNINDRA 1995 Jakarta, 16 Mahasiswa Desember UNINDRA 1995 Jakarta, 19 Mahasiswa UNPAM Maret 1993 Jakarta, 14 Mahasiswi Univ Oktober 1978 Borobudur/ Karyawan Swasta Tanjung Mahasiswa UIN Pandan, 7 Maret 1995 Jakarta, 12 Mahasiswa UAI Maret 1994 Jakarta, 25 Mahasiswa September Gunadarma 1995 Pemalang, 10 Mahasiswa November UNINDRA 1995 Jakarta, 01 Mahasiswa Oktober 1995 UNINDRA Semarang, 02 Mahasiswa Univ Desember Borobudur 1994 Bekasi, 16 Juli Karyawan Swasta 1993 Jakarta, 26 Mahasiswa April 1996 UHAMKA Majalengka, Mahasiswa 10 Juni 1996 UHAMKA Semarang, 13 Mahasiswa
35
Kholfi Aulia
P
36
Siva Khoirunnisa
P
37
Maryanah
P
38
L
39
Ageng Wicaksono Fitrah Azizah
40
Riny Alfina
P
41
Abdurrazaq
L
42
Ika Dewi Lestari
P
43
L
44
Hadiansyah Ismawan Alan Dahlan
45
Liana Frisca
P
46
Dian Febriani
P
47
Jaya Maulana
L
48
Heni Febriyani
P
49
Errica Syamara
P
50
Ritza Faiza
P
51
Mega Ulan P Nurmayasari Unggul Satria Adi L Wicaksono
52
P
L
53
Eka Apriyana
P
54
Bayu Nuriman
L
55
Putri Sherin
P
Oktober 1993 Tangerang, 13 April 1996 Jakarta, 19 Juni 1995 Tangerang, 26 Mei 1995 Wonosobo, 9 Februari 1992 Jakarta, 2 Juni 1996 Jakarta, 13 Juni 1996 Jakarta, 9 Desember 1994 Banyumas, 28 April 1995
UNINDRA Mahasiswa UHAMKA Mahasiswa UHAMKA Mahasiswa UHAMKA Mahasiswa UHAMKA Mahasiswa UAI Mahasiswa UAI Mahasiswa UAI
Mahasiswa Universitas Pancasila Sukabumi, 18 Mahasiswa UAI Mei 1992 Bandung, 10 Mahasiswa Univ November Borobudur 1989 Jakarta, 24 Mahasiswa UPN Maret 1992 Jakarta, 19 Pegawai Swasta Februari 1988 Jakarta, 27 Karyawan Swasta Desember 1993 Jakarta, 25 Karyawan Swasta Februari 1993 Jakarta, 28 Mahasiswa September UHAMKA 1994 Jakarta, 2 Juni Mahasiswa 1994 UNINDRA Tangerang, 14 Mahasiswa TEKNIK Mei 1995 PERTAMEDIKA Jakarta, 21 Mahasiswa November GunaDarma 1993 Jakarta, 20 Karyawan Swasta April 1988 Garut 26 Juli Mahasiswa 1991 UHAMKA Jakarta, 19 Mahasiswa Univ. April 1995 Moestopo
56
Dimas Putra
57
Muhamad Aziz
58
Andi Nurvadilah L Piqih Eka Sukaesih P
59 60
Haryo L
Noer L
Mochamad Nuruddin Filda Ayu Afrida
L
62
Muhammad Ibrahim Zainal
L
63
Firli Sucia Sari
P
64
Atika Zahra Nur P Auliya
65
L
66
Muhammad Yusuf Zulfikar Rahman
67
M. Khoirun Najib
L
68
Hafiz Alifiarga
L
69
Aditya Oktaviana
P
70
Joko Purnomo
L
71
Aulia Ristianingsih
P
72
Melisa Handayani P
73
Ratu Giovanni
74
Abdul Dehana Swastika Dea Safryna
61
75
P
L
P
Baits L Padma Aulia P
Jakarta, 17 Mahasiswa Trisakti November 1990 Jakarta, 20 Mahasiswa BINA Maret 1995 SARANA INFORMATIKA Jakarta, 9 Mahasiswa UNIV. April 1996 Pakuan Banjarnegara, Akademi Pimpinan 12 April 1996 Perusahaan Jakarta, 2 Juni Akademi Pimpinan 1995 Perusahaan Tegal, 28 Juni Mahasiswa UAI 1996 Malang, 22 Mahasiswa Trisakti November 1996 Bekasi, 6 Mahsiswi UIN Maret 1995 Timor Timur, Mahasiswa IPB 19 Oktober 1996 Lumajang, 10 Mahasiwa IPB Agustus 1995 Subang, 24 Mahasiswa IPB Juli 1995 Pekalongan, 8 Mahasiswa IPB Januari 1996 Jakarta, 18 Mahasiswa UIN Oktober 1994 Depok, 28 Mahasiswa Guna Oktober 1995 Darma Cirebon, 27 Mahasiswa Guna September Darma 1996 Jakarta, 31 Mahasiswa STIKIM Oktober 1991 (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju) Jakarta, 29 Mahasiswa IPB Maret 1995 Tangerang, 26 Mahasiswa Mercu Desember Buana 1996 Lamongan, 20 Mahasiswa IPB Agustus 1996 Boyolali, Juni 1996
29 Mahasiswa IPB
76 77 78 79
Safira Laisia P Atmara Fiqih N. P Amrinarazada Khoirunnisa P
80
Devi Kumala P Melati Agustina Pratiwi P
81
Anjas Maulana
L
82
Arih Amirah Sari
P
83
Sarah Fadiyah
P
84
Dewi Karima
P
85
Tiara Nurul Diah
P
86
Auliyati
P
87
Dina Yulyana
P
88
Sakinah
P
89
Arindha Mariesqa P Pangestu
90
Ibrahim Risyad
L
91
Indri Ustamar
P
92
Ari Hermawan
L
93
Vernanda Fairuz
P
94
Selma Praditya Himawan
Intan P Sari
Jakarta, 12 Juli 1996 Jakarta, 4 Januari 1996 Jakarta, 1 April 1995 Tangerang, 22 April 1995 Jakarta, 17 Agustus 1995 Brebes, 16 Mei 1996 Magelang, 13 Mei 1996 Kuningan, 1 Januari 1996 Pekalongan, 26 Juni 1996 Bantul, 7 Mei 1996 Jakarta, 30 Agustus 1995 Jakarta, 13 Juni 1993 Bogor, 04 Juli 1996 Jakarta, 16 Mei 1997 Jakarta, 8 Juni 1994 Depok, 13 Januari 1996
Mahasiswa IPB Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa IPB Mahasiswa IPB Mahasiswa IPB Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UI Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa UNIVERSITAS NASIONAL Mahasiswa GUNADARMA Mahasiswa UNIVERSITAS NASIONAL Mahasiswa UNINDRA Mahasiswa IPB
Jakarta, 12 Juli 1996 Jakarta, 14 Maret 1997 Ngawi, 14 Mahasiwa UAI Maret 1995
(Sumber: Dokumentasi CCE Community)
Tabel Nama Anak Didik CCE
No
Nama
1 2 3 4
Nurul Amad April Ayu
Jenis Kelamin P L P P
5
Caca A.
L
6
Devi
P
7 8
Despi Yanti
P P
9 10
Empi Fajar
L L
11 12
Firman Fitri
L P
13 14 15
Intan Linda Nabila
P P P
16 17
Tomi Pingkan
L P
18
Sandy
L
19 20
Soleha Sutriah
P P
21 22 23 24 25
Yahya Nur Ismail Imel Rizki
L P L P L
26 27 28 29 30 31 32
Raihan Tabila Frisa Yanto Aldi Rama Rustyah
L P P L L L P
TTL Cilacap, 1211-08 Jakarta, 1902-08 Karawang, 27-12-09 Jakarta, 2810-11 Jakarta, 2004-09 Jakarta, 3101-07 Jakarta, 1001-06 Indramayu, 2008 Jakarta, Mei-2007 Indramayu, 15 Juni 2003 Jakarta, 10 Juni 2008 -
Sekolah
Kelas
Belum Sekolah Belum Sekolah Belum Sekolah PAUD
Melati Melati Melati Melati
PAUD
Melati
PAUD
Melati
PAUD Belum Sekolah
Melati Melati
Belum Sekolah Belum Sekolah
Melati Melati
PAUD MI Kelas 1
Melati Mawar
PAUD Belum Sekolah SD 014 Pagi
Melati Melati Mawar
PAUD Belum Sekolah
Melati Melati
PAUD
Melati
SD Kelas 1 Belum Sekolah
Melati Melati
SD 014 Pagi Belum Sekolah Belum Sekolah Belum Sekolah SD Kelas 1
Mawar Melati Melati Melati Melati
PAUD PAUD Belum Sekolah SD 013 Pagi SD 013 Pagi Putus Sekolah SD 013 Pagi
Melati Melati Melati Mawar Mawar Mawar Mawar
33 34 35 36
Serly Santi Poeni Emi
P P P P
37 38 39 40
Durkendi Suendi Rani Putri
L L P P
41
Anjani
P
42
Desi
P
43 44 45
Arum Yeni Hamida
P P P
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Dainy Dani Dede Nia Diput Kholi Dila Cica Deny Mat Ardan Sanu Wahyu
P L P P L L L P L L L L L
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Ipin Ikbal Asep Ramsek Rosidi Sanah Ian Fikri Arif Ayas Nasir Sunida Tasya Tria
L L L L L P L L L L L P P P
Indamayu, 18 Januari 2004 Karawang, 16 Januari 2001 Bekasi, 09 Maret 2000 Jakarta, 29 Maret 2001 Indramayu, 18 Mei 2000 Bekasi, 19 Mei -
SD 013 Pagi Putus Sekolah Putus Sekolah SD 013 Pagi
Mawar Mawar Mawar Mawar
SD 013 Pagi SD 013 Pagi SMP Yaperjasa SMP Yaperjasa
Mawar Mawar Anggrek Anggrek
SD 013 Pagi SMP Yaperjasa
Sedap Malam Anggrek
SMP Yaperjasa SMP Yaperjasa Putus Sekolah
Anggrek Anggrek Anggrek
Putus Sekolah SD 013 Pagi SMP Yaperjasa SMP Yaperjasa Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah SD Kelas 4 Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah
Anggrek Mawar Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Mawar Anggrek Alam Alam Alam
Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah PAUD PAUD SD Kelas 1 SD SD Kelas 5 SMP Kelas 2 Belum Sekolah Putus Sekolah Belum Sekolah
Alam Alam Alam Alam Alam Melati Melati Mawar Mawar Mawar Anggrek Melati Mawar Melati
73 74
Eka 1 Eka 2
P L
-
Belum Sekolah Melati Belum Sekolah Melati (Sumber: Dokumentasi CCE Community)