1
Setting TCSC dan SVC Menggunakan Least Square Support Vector Regression (LS-SVR) untuk Menjaga Kestabilan Tegangan Akibat Kontingensi Bahrowi Adi Wijaya, Adi Soeprijanto, Rony Seto Wibowo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected] Abstrak โ Kestabilan tegangan transient merupakan fenomena yang terjadi pada range waktu yang sangat cepat, sehingga dibutuhkan tingkat akurasi dan kecepatan respon dari pusat kontrol sistem tenaga listrik dalam menganalisa gangguan guna menjaga sistem dari voltage collapse. Makalah ini menerapkan metode Least Square Support Vector Regression (LS-SVR) sebagai controller nilai setting peralatan Flexible AC Transmission Systems (FACTS). Parameter regulasi LS-SVR dan Radial Basis Function (RBF) Kernel digunakan untuk meningkatkan nilai akurasi dan respon waktu controller. Level beban dan konfigurasi letak gangguan diterapkan sebagai data historis kondisi sistem. Sedangkan nilai setting peralatan FACTS, yakni Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) dan Static Var Compensator (SVC) diperoleh dari kapasitas transfer daya pada sistem. Selanjutnya, data historis tersebut digunakan sebagai prediksi sinyal output controller dalam menentukan nilai setting TCSC-SVC. Untuk mengetahui efektifitas kinerja controller, digunakan metode Extreme Learning Machines (ELM) sebagai pembanding. Proses pengujian menghasilkan bahwa LS-SVR memiliki nilai akurasi lebih tinggi dibandingkan ELM dalam penerapannya terhadap sistem IEEE 14 bus maupun pada sistem dengan skala yang lebih besar yakni sistem IEEE 30 bus. Kata Kunci โ Extreme Learning Machines, Kestabilan Tegangan, Kontingensi, Least Square Support Vector Regression.
S
I.
PENDAHULUAN
ISTEM tenaga listrik harus bekerja secara optimal dalam melayani beban yang bersifat fluktuatif dan jenis beban yang beragam [1]. Karakteristik beban akan sangat mempengaruhi kapasitas (capacity) dan kemampuan (capability) sistem dalam menyalurkan daya. Konfigurasi jaringan yang luas dan berkembang juga menyebabkan pengoperasian sistem tenaga listrik menjadi lebih rumit dan sulit dikontrol. Salah satu masalah yang timbul adalah terjadinya gangguan yang mengakibatkan ketidakstabilan tegangan pada sistem. Analisa kontingensi digunakan untuk menentukan rating saluran maupun bus sistem saat terjadi gangguan. Kontingensi dapat diartikan sebagai putusnya saluran transmisi dalam menyalurkan daya ke beban atau lepasnya unit pembangkit sebagai pensuplai daya. Dampak kontingensi dapat menyebabkan ketidakstabilan tegangan pada sistem yang menyebabkan sistem harus melakukan pelepasan beban (load shedding) dan penjadwalan ulang (re-
scheduling) pembangkitan guna mengamankan sistem dari voltage collapse [2,3]. Oleh karena itu, dibutuhkan kontrol korektif dengan kecepatan respon dan akurasi tinggi guna mengatur nilai kompensasi sistem, salah satunya adalah dengan pemasangan Flexible AC Transmission Systems (FACTS) devices. Beberapa jenis peralatan FACTS yang sering digunakan dalam analisa kestabilan tegangan adalah Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) [4] dan Static Var Compensator (SVC) [5]. Penggunaan TCSC dan SVC ini dikarenakan kontrol respon peralatan yang cepat, biaya investasi murah, dan efisiensi kerja tinggi [6]. Metode Hybrid Particle Swarm Optimization (HPSO) digunakan untuk menentukan lokasi optimal TCSC-SVC sedangkan Optimal Power Flow (OPF) dengan fungsi optimasi biaya operasi menggunakan Sequential Quadratic Programming (SQP) digunakan untuk menentukan nilai re-setting TCSCSVC [3,7]. Penelitian sebelumnya [8] telah menggunakan metode Extreme Learning Machine (ELM) sebagai controller TCSC-SVC dalam dalam menjaga kestabilan tegangan akibat kontingensi berdasarkan level beban dan kontingensi saluran. Makalah ini menggunakan metode Least Square Support Vector Regression (LS-SVR) sebagai controller nilai setting TCSC-SVC untuk menjaga kestabilan tegangan berdasarkan level beban dan kondisi saluran. Untuk mengetahui efektifitas kinerja controller, maka dilakukan pengujian pada sistem IEEE 14 bus dengan ELM sebagai pembanding. Selain itu, LS-SVR juga diterapkan pada sistem IEEE 30 bus guna menguji performa controller pada sistem dengan skala yang lebih besar. II. KESTABILAN TEGANGAN A. Kestabilan Tegangan Kestabilan tegangan merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk mempertahankan kondisi seimbang (steady state) pada semua titik bus sistem saat kondisi operasi normal maupun saat terjadi gangguan [9]. Faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan tegangan sistem adalah peningkatan beban secara mendadak atau perubahan kondisi sistem. Selain itu, keterbatasan suplai daya reaktif oleh generator maupun peralatan kontrol tegangan juga berperan dalam fenomena ini. Fenomena ini menyebabkan
2
sistem berada pada kondisi voltage collapse. Gambar 1 menunjukkan kurva P-V pada kondisi normal dan saat terjadi kontingensi. Di mana terjadinya kontingensi akan mengakibatkan perubahan pembebanan maupun indeks kestabilan tegangan dalam hal ini adalah load margin (ฮป). B. Respon Waktu Kestabilan Tegangan Respon waktu dalam kestabilan tegangan dibagi menjadi dua, yaitu kestabilan tegangan transient dan kestabilan tegangan jangka panjang (long term). Peralatan FACTS merupakan komponen yang sangat cocok dalam mengatasi permasalahan kestabilan tegangan transient dibandingkan dengan On Load Tap Changer (OLTC) dan re-scheduling pembangkitan. Hal ini dikarenakan respon waktu kerja peralatan FACTS bekerja pada 0 hingga 1 detik. Sehingga kontrol koreksi menggunakan peralatan ini akan sangat efektif. Terjadinya kontingensi akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tegangan sistem. Gambar 2 mengilustrasikan terjadinya kontingensi dan kontrol koreksi yang dilakukan oleh peralatan FACTS guna menjaga kestabilan tegangan sistem. Titik A menunjukkan titik operasi sistem pada kondisi normal atau sebelum terjadi gangguan dengan asumsi bahwa load margin (ฮป 0 ) dijaga pada nilai 0.1. Saat terjadi kontingensi, titik operasi sistem bergeser pada titik B yang menunjukkan bahwa titik operasi sistem mendekati titik kritis atau titik collapse sistem. Dengan kata lain, sistem harus dilakukan kontrol koreksi yang dapat mengembalikan indeks kestabilan tegangan sistem dalam hal ini adalah load margin sehingga sistem berada pada titik operasi C untuk menghindari terjadinya voltage collapse. Tindakan koreksi tersebut salah satunya adalah dengan peralatan FACTS. Gambar 3 menunjukkan respon waktu dari beberapa fenomena yang berperan dalam kestabilan tegangan. C. OPF untuk Meminimalkan Biaya Operasi Optimal Power Flow (OPF) digunakan untuk mendapatkan nilai re-setting peralatan FACTS serta kontrol koreksi, yaitu load Shedding dan re-scheduling pembangkitan. Nilai tersebut digunakan sebagai data target dalam analisa prediksi nilai setting TCSC-SVC. Pada makalah ini digunakan beberapa batasan [3] yang digunakan antara lain: 1. Fungsi Objektif OPF 2 min ๐บ๐บ๐บ๐บ = โ๐๐โ๐บ๐บ ๐ถ๐ถ๐๐ (๐๐๐บ๐บ๐บ๐บ ) = โ๐๐โ๐บ๐บ ( ๐ถ๐ถ2 ๐๐๐บ๐บ๐บ๐บ + ๐ถ๐ถ1 ๐๐๐บ๐บ๐บ๐บ + ๐ถ๐ถ0 )
(1)
dengan GC adalah total biaya pembangkitan, C i adalah pembangkitan unit i, dan P Gi adalah pembangkitan daya aktif di bus i 2. Batasan Persamaan ๐๐๐บ๐บ๐บ๐บ โ ๐๐๐ท๐ท๐ท๐ท =
๐๐๐บ๐บ๐บ๐บ โ ๐๐๐ท๐ท๐ท๐ท =
๐๐๐๐ โ๐๐๐๐ ๐๐ =1 ๐๐๐๐ (๐บ๐บ๐๐๐๐
๐๐๐๐ โ๐๐๐๐ ๐๐ =1 ๐๐๐๐ (๐บ๐บ๐๐๐๐
cos(๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐ ) + ๐ต๐ต๐๐๐๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ (๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐ ))
sin(๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐ ) + ๐ต๐ต๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ (๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐ ))
(2) (3)
dengan G mn , B mn adalah admitansi saluran m-n, V m adalah magnitude tegangan bus m, ฮธ m adalah sudut fasa tegangan bus m, dan ฮธ n adalah sudut fasa tegangan bus n
Gambar 1 Load Margin saat normal dan kontingensi
Gambar 2 Kontrol koreksi untuk menghindari voltage collapse
Gambar 3 Waktu respon kestabilan tegangan
3. Batasan Pertidaksamaan - Batasan kapasitas pembangkit : ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ; ๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐
(4)
dengan ๐๐๐๐๐๐ dan ๐๐๐๐๐๐ adalah pembangkitan daya aktif dan reaktif pada bus i 4T
- Batasan Tegangan :
๐๐๐๐ ,๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐ ,๐๐๐๐๐๐ ;
๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐๐ต๐ต
(5)
dengan V m adalah magnitude tegangan bus m. - Kapasitas nilai setting TCSC : ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ;
๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
dengan X js adalah nilai reaktansi pada saluran j dan s
(6)
3
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐ โค ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ;
๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐๐๐๐๐๐๐
(7)
dengan Q i adalah daya reaktif pada bus i
D. Thyristor controlled series compensators (TCSC) TCSC pada prinsipnya dipasang secara seri dengan saluran transmisi (gambar 4). j
i
XTCSC
Zline
XTCSC = XMIN ~ XMAX
Gambar 4 Konfigurasi TCSC pada saluran
Pada gambar 4 diatas, dapat diketahui hubungan antara rating TCSC dengan reaktansi pada saluran transmisi, bahwa : ๐๐๐๐๐๐ = ๐๐๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ + ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (8) ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ . ๐๐๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ (9) dengan: ๐๐๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ๐ฟ = reaktansi saluran transmisi ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ = rating kompensasi TCSC
E. SVC (Static Var Compensator) Gambar 5 menunjukkan pemasangan SVC yang dipasang secara paralel pada bus tertentu. i
Qsvc = Qmin~Qmax
Gambar 5. Konfigurasi SVC pada bus
Keseimbangan daya reaktif pada bus i berada pada range berikut: ๐ต๐ต๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ โค ๐ต๐ต๐๐๐๐๐๐ โค ๐ต๐ต๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (10)
dengan injeksi daya reaktif, baik berupa kapasitif maupun induktif direpresentasikan sebagai: ๐๐ ๐ต๐ต๐๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐๐๐๐ (11) 2 ๐๐๐๐๐๐
III. LEAST SQUARE SUPPORT VECTOR REGRESSION (LS-SVR) Pada makalah ini, LS-SVR dikembangkan sebagai Multi Output Regression (MLS-SVR) [10]. Notasi yang digunakan dalam penerapan MLS-SVR meliputi: - ๐พ๐พ โ โ+ merupakan bilangan real positif sebagai konstanta regulasi atau faktor pinalti LS-SVR - Radial Basis Function (RBF) kernel, ๐๐(๐ฅ๐ฅ, ๐ฆ๐ฆ) = -
โ๐ฅ๐ฅโ๐ฆ๐ฆโ2
Fungsi ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐(๐จ๐จ1 , ๐จ๐จ2 , โฆ , ๐จ๐จ๐๐ ), digunakan untuk membentuk diagonal matriks ๐จ๐จ. Berikut merupakan formula penyelesaian dalam optimasi MLS-SVR [11]. Diberikan data training sebagai berikut: ๐ท๐ท๐๐ = (๐ฅ๐ฅ๐๐ , ๐ฆ๐ฆ๐๐ ) โฆ (๐ฅ๐ฅ๐๐ , ๐ฆ๐ฆ๐๐ ); ๐๐๐๐ โ โ๐๐ , ๐๐๐๐ โ โ๐๐ (12) dengan x sebagai input dan y sebagai target output. Permasalahan dalam kasus multi-output pada makalah ini dapat diselesaikan dengan mencari parameter ๐๐ = ๐ค๐ค1 , ๐ค๐ค2 , โฆ , ๐ค๐ค๐๐ โ โ๐๐ โ ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ dan ๐๐ = (๐๐1 , ๐๐2 , โฆ ๐๐๐๐ )๐๐ โ โ๐๐ , dengan w dan b merupakan inisial weight dan bias dengan ๐๐โ dimensi. Fungsi optimasi MLS-SVR didefinisikan sebagai: 1 1 min โ(๐๐, ๐๐) = ๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก (๐๐๐๐ ๐๐) + ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ๐พ (๐๐๐๐ ๐๐) ๐๐ ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ ๐๐ ๐๐โโ โ , ๐๐โโ 2 2 (13) Batasan persamaan: ๐๐ = ๐๐๐๐ ๐๐ + ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐(๐๐๐๐ , ๐๐, ๐๐) + ๐๐ (14) dengan ๐๐ = ๏ฟฝ๐๐(๐๐1 ), ๐๐(๐๐2 ), โฆ ๐๐(๐๐๐๐ )๏ฟฝโ๐๐ โ ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ , ๐๐: โ๐๐ โ โ๐๐ โ merupakan fitur space berdimensi tinggi (Hilbert space, โ) sebagai dengan ๐๐โ dimensi; ๐๐ = (๐๐1 , ๐๐2 , โฆ , ๐๐๐๐ ) โ โ๐๐๐๐๐๐ + vektor yang mengandung slack variabel dan ๐พ๐พ โ โ+ adalah bilangan real positif sebagai parameter regulasi. Persamaan (13,14) dapat diselesaikan dengan Lagrangian Function berikut: -
- Kapasitas nilai setting SVC :
๐๐๐๐๐๐โก๏ฟฝโ 2๐๐ 2 ๏ฟฝ, dengan ๐๐ 2 adalah parameter kernel. Fungsi ๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก(๐จ๐จ), merupakan penjumlahan elemen diagonal matriks ๐จ๐จ. Fungsi ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐(๐จ๐จ, ๐๐, ๐๐) digunakan untuk membentuk replika matriks berukuran besar dari matriks m x n hingga matriks ๐จ๐จ.
โ(๐๐๐๐ , ๐๐, ๐๐, ๐จ๐จ) = โ(๐๐, ๐๐) โ ๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก๐ก(๐จ๐จ๐๐ (๐๐๐๐ ๐๐ + ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐(๐๐๐๐ , ๐๐, ๐๐) + ๐๐ โ ๐๐))
(15) Dengan ๐จ๐จ = (๐ผ๐ผ1 , ๐ผ๐ผ2 , โฆ , ๐ผ๐ผ๐๐ ) โ โ๐๐๐๐๐๐ adalah matriks pada fungsi Lagrange. Kondisi Karush-Kuhn-Tucker (KKT) diberikan untuk menghasilkan sebuah fungsi linear: ๐๐โ
๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐โ ๐๐๐๐ ๐๐โ
๐๐๐๐ ๐๐โ
= 0 โ ๐๐๐๐ = โ๐๐ ๐๐=1 ๐๐๐๐
(16)
= 0 โ ๐จ๐จ๐๐ ๐๐๐๐ = ๐๐๐๐ = 0 โ ๐จ๐จ = ๐พ๐พ๐๐ ๐๐
(17) (18) ๐๐
= 0 โ ๐๐ ๐๐ + ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐(๐๐ , ๐๐, ๐๐) + ๐๐ โ ๐๐) = ๐๐๐๐๐๐๐๐ (19) Seperti pada kasus single output regression, multi-output regression [12] juga menggunakan eliminasi parameter ๐๐ dan ๐๐ (pers. 18) : ๐๐๐จ๐จ
4T
๏ฟฝ
๐๐ ๐๐๐๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๏ฟฝ โ๐๐ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๐ถ๐ถ ๏ฟฝ = ๏ฟฝ ๐๐ + ๐ธ๐ธ ๐ฐ๐ฐ ๐๐๐๐ ๐๐
(19)
dengan ๐๐๐๐ = [๐๐1 , ๐๐2 , โฆ ๐๐๐๐ ], kernel matrix ๐ด๐ด๐๐๐๐ = ๐๐(๐๐๐๐ , ๐๐๐๐ ), ๐๐ = [1,1, โฆ ,1]๐๐ , 0= [0,0, โฆ ,0]๐๐ . ๐๐11 โฏ ๐๐1๐๐ โฑ โฎ ๏ฟฝ ๐๐๐๐ = [๐๐1 , ๐๐2 , โฆ , ๐๐๐๐ ] = ๏ฟฝ โฎ ๐๐๐๐1 โฏ ๐๐๐๐๐๐ ๐ถ๐ถ11 โฏ ๐ถ๐ถ1๐๐ โฑ โฎ ๏ฟฝ ๐ถ๐ถ๐๐ = [๐ถ๐ถ1 , ๐ถ๐ถ2 , โฆ , ๐ถ๐ถ๐๐ ] = ๏ฟฝ โฎ ๐ถ๐ถ๐๐1 โฏ ๐ถ๐ถ๐๐๐๐
dari persamaan di atas, maka diperoleh fungsi output dari MLS-SVR adalah: ๐ฆ๐ฆ๏ฟฝ(๐๐) = โ๐๐๐๐=1 ๐ถ๐ถ๐๐๐๐ ๐๐(๐๐, ๐๐๐๐ ) + ๐๐๐๐ ; ๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐)
(20)
4
IV. IMPLEMENTASI LS-SVR SEBAGAI CONTROLLER Berikut ini merupakan proses perancangan controller LS-SVR untuk menentukan nilai setting TCSC-SVC. Gambar 6 menunjukkan diagram proses training sedangkan gambar 7 adalah proses testing. 1) Input data meliputi data sistem, load margin, kontingensi saluran, dan nilai setting maksimal TCSCSVC. 2) Menentukan level pembebanan (set beban pada 100%, 99%,...70%). 3) Run Optimal Power Flow (OPF). 4) Simpan data nilai setting TCSC-SVC dari langkah 3. 5) Data yang diperoleh pada langkah 4 kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu data training dan testing. Data training meliputi data nilai setting TCSC-SVC dengan level pembebanan 100%, 98%,โฆ70%. Sedangkan data testing meliputi data nilai setting dengan level pembebanan 99%, 97%,โฆ69%. 6) Set parameter input berupa ๐พ๐พ, ๐๐, dan fungsi kernel yang digunakan untuk proses training. 7) Setelah proses training, maka dilakukan evaluasi hasil pemodelan proses training dengan melihat nilai Mean Square Error (MSE) paling optimal. 8) Jika hasil pemodelan dinilai telah optimal, Simpan parameter training (berdasarkan persamaan 14). Jika tidak, maka kembali ke langkah 6. 9) Selanjutnya, dilakukan proses testing berdasarkan parameter training pada langkah 8). 10) Simpan hasil testing (berdasarkan persamaan 20) dan proses setting TCSC-SVC selesai dilakukan. Mulai
Input data: data sistem, Load margin, kontingensi, max setting TCSC-SVC
Aliran daya menggunakan Optimal Power Flow (OPF)
Parameter training (ฮณ, ฯ, dan RBF Kernel)
High fitur space (RBF Kernel)
Tampilkan hasil testing LS-SVR
Selesai
Gambar 7. Diagram aliran proses testing controller
Set parameter ฮณ, ฯ, fungsi kernel
Gambar 8. Sistem IEEE 14 Bus
V. HASIL DAN ANALISA
Proses training
Ketepatan pemodelan dan MSE Optimal Ya
Simpan nilai setting TCSC-SVC
Input data testing
Input data training
High fitur space (RBF Kernel) Set level pembebanan (100%,99%,...70%)
Mulai
Simpan hasil dan parameter training Tampilkan hasil training LS-SVR
Selesai
Gambar 6. Diagram aliran proses training controller
Tidak
Bagian ini membahas hasil simulasi controller LS-SVR untuk menentukan nilai setting TCSC-SVC dalam menjaga kestabilan tegangan akibat kontingensi. Pengujian dilakukan pada sistem IEEE 14 bus (Gambar 8) yang terdiri dari 4 bus generator dan 9 bus beban. Lokasi pemasangan TCSC ditunjukkan oleh warna biru sedangkan SVC ditunjukkan oleh warna merah. Pada proses training, awalnya konstanta regulasi (ฮณ) dan parameter kernel (ฯ) ditentukan berdasarkan trial and error dengan fungsi kernel yang digunakan adalah Radial Basis Function (RBF). Kriteria nilai MSE dan hasil pemodelan (gambar 9) digunakan sebagai acuan nilai optimal pada proses training. Dari hasil pengujian, maka dipilih ฮณ=1000 dan ฯ=0,01 sebagai paramater optimal (tabel 1).
5
Tabel 1. Performa parameter kernel LS-SVR Parameter RBF Kernel
ฮณ = 100
ฮณ = 1000
ฯ = 10 ฯ=1 ฯ=0 ฯ = 0.1 ฯ = 0.01 ฯ = 10 ฯ=1 ฯ=0 ฯ = 0.1 ฯ = 0.01
MSE Training
Waktu Training (detik)
0.00670062 0.00174889 0.00174889 0.0001755 4.2414e-06 0.00499541 0.0013413 0.00373178 9.7008E-05 4.2955e-08
0.0624004 0.0624004 0.0780005 0.6396041 0.5928038 0.3744024 0.2184014 0.0780005 0.3432022 0.0780005
Gambar 9. Hasil training TCSC untuk kondisi normal menggunakan LSSVR (ฮณ=1000 dan ฯ=0,01)
Tabel 2. Error dan waktu training Metode
MSE Training
MAPE Training
ELM LS-SVR
8.7556e-06 4.2955e-08
0.044124 10e-07
Waktu Training (detik) 0.0469 0.0780
Tabel 3. Error dan waktu testing Metode ELM LS-SVR
MSE Testing
MAPE Testing
Waktu Testing (detik)
0.00079182 0.00010343
0.000125686 1.641768e-05
0.0312002 0.0468003 Gambar 10. Hasil testing TCSC untuk kondisi normal menggunakan LSSVR (ฮณ=1000 dan ฯ=0,01)
Dari proses training didapatkan nilai MSE sebesar 4.2955e-08. Untuk mengetahui keefektifan LS-SVR dalam menentukan setting TCSC-SVC, digunakan ELM sebagai pembanding performa controller (tabel 2). Parameter LSSVR dari proses training kemudian diterapkan untuk proses testing. Gambar 10 menunjukkan perbandingan output LSSVR dengan data aktual TCSC saat kondisi normal dengan nilai MSE sebesar 1.0343e-04 (tabel 3). Hasil testing LS-SVR dalam menentukan setting TCSCSVC dibandingkan dengan ELM ditunjukkan pada tabel 4. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan level pembebanan dan kontingensi saluran yang dipilih.
Sedangkan nilai error yang terjadi selama proses testing ditunjukkan oleh tabel 5. Di mana LS-SVR memiliki nilai error lebih rendah dibandingkan ELM dalam menentukan nilai setting TCSC-SVC untuk menjaga kestabilan tegangan akibat kontingensi. Pengujian keefektifan controller dalam menentukan nilai setting TCSC-SVC juga diterapkan pada sistem IEEE 30 bus. Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian controller LSSVR dengan menggunakan ฮณ=1000 dan ฯ=0,01 sebagai paramater optimal.
Tabel 4. Nilai output setting TCSC-SVC pada sistem IEEE-14 bus (LS-SVR vs ELM)
Beban (MW)
249.084 244.052 239.020 249.084 244.052 239.020
Kontingensi Saluran Dari bus
Ke bus
Kondisi Normal
1
5
2
4
3
4
218.892 213.860 208.828 218.892 213.860 208.828 193.732 188.700 183.668
6
11
6
13
193.732 188.700 183.668
Nilai Output LS-SVR
Data Aktual Kapasitansi TCSC (p.u) Line 6-12
Injeksi SVC (MVAr) Bus Bus 12 10
Line 7-9
Line 9-14
0.0549
0.077
0.1892
20
20
0.0551
0.077
0.1892
20
20
Kapasitansi TCSC (p.u) Line 6-12
Nilai Output ELM
Injeksi SVC (MVAr) Bus Bus 12 10
Kapasitansi TCSC (p.u) Line 6-12
Line 7-9
Line 9-14
Injeksi SVC (MVAr) Bus Bus 12 10
Line 7-9
Line 9-14
0.0548
0.077
0.1892
20
19.9964
0.0550
0.0766
0.1938
20
20.0343
0.0550
0.077
0.1891
20
19.9757
0.0551
0.0772
0.1879
20
20.0042
0.0554
0.077
0.1892
20
20
0.0553
0.077
0.1892
20
20.0002
0.0553
0.0769
0.1899
20
19.9494
0.0550 0.0552 0.0555
0.077 0.077 0.077
0.1892 0.1892 0.1892
20 20 20
20 20 20
0.0550 0.0551 0.0553
0.077 0.077 0.077
0.1892 0.1891 0.1892
20 20 20
19.9964 19.9749 20.0084
0.0539 0.0555 0.0553
0.0769 0.0770 0.0770
0.1696 0.1946 0.1865
20 20 20
20.0056 19.9904 20.0181
0.0534
0.077
0.1892
20
18.160
0.0535
0.077
0.1892
20
18.2701
0.0533
0.0770
0.1873
20
18.1880
0.0530 0.0524
0.077 0.077
0.1892 0.1892
20 20
17.534 16.900
0.0530 0.0525
0.077 0.077
0.1892 0.1891
20 20
17.6124 16.9470
0.0532 0.0526
0.0771 0.0770
0.1899 0.1909
20 20
17.5886 16.9650
0.0528
0.077
0.1892
20
17.780
0.0529
0.077
0.1892
20
17.8870
0.0526
0.0770
0.1869
20
17.8275
0.0524
0.077
0.1892
20
17.171
0.0524
0.077
0.1892
20
17.2487
0.0525
0.0770
0.1922
20
17.2415
0.0519
0.077
0.1892
20
16.553
0.0519
0.077
0.1891
20
16.6002
0.0520
0.0770
0.1909
20
16.6122
0.0417
0.077
0.1892
20
14.005
0.0391
0.077
0.1760
20
14.0549
0.0380
0.0771
0.1531
20
14.1254
0.0360 0.0362
0.077 0.077
0.1892 0.1892
20 20
13.536 13.043
0.0355 0.0364
0.077 0.077
0.1909 0.1888
20 20
13.4555 12.9657
0.0364 0.0363
0.0770 0.0769
0.1993 0.1959
20 20
13.6694 13.2053
0.0131
0.077
0.1892
20
15.263
0.0137
0.077
0.1891
20
15.2178
0.0106
0.0770
0.1881
20
15.3440
0.0129 0.0132
0.077 0.077
0.1892 0.1892
20 20
14.601 14.101
0.0129 0.0134
0.077 0.077
0.1892 0.1892
20 20
14.5188 14.0199
0.0132 0.0146
0.0770 0.0770
0.1889 0.1902
20 20
14.7407 14.1959
6
Beban (MW) 249.084 244.052 249.084 244.052 218.892 213.860 218.892 213.860 193.732 188.700 193.732 188.700
Beban (MW)
Kontingensi Saluran Dari bus
Ke bus
Kondisi Normal 1
5
2
4
3
4
6
11
6
13
0.130 0.153 0.096 0.124 0.215 0.182 0.227 0.187 5.778 1.050 5.864 2.229
0.075 0.100 0.075 0.100 0.075 0.079 0.075 0.079 7.067 0.854 0.081 0.079
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.179 0.237 0.179 0.241 0.523 0.383 0.530 0.400 0.422 0.496 0.279 0.514
Injeksi SVC (MVAr)
Kapasitansi TCSC (p.u)
ke Bus
Kondisi Normal
0.011 0.014 0.011 0.014 0.011 0.011 0.011 0.011 0.012 0.011 0.012 0.011
8.037 2.187 0.325 0.086 0.172 0.195 0.249 0.623 8.165 2.208 13.889 5.745
0.254 0.104 0.498 0.154 0.054 0.066 0.073 0.004 0.061 0.034 0.036 0.053
7.962 2.163 3.349 0.577 1.148 0.869 0.578 0.012 17.931 6.654 0.053 0.091
0 0 0 0 0 0 0 0 0.001 0.001 0.001 0.001
0.071 0.064 0.148 0.102 0.175 0.274 0.308 0.390 0.948 1.089 0.622 1.035
Tabel 6. Hasil pengujian controller pada sistem IEEE-30 bus menggunakan LS-SVR Data Target Output LS-SVR
Kontingensi Saluran dari Bus
280.566 269.23
Tabel 5. Nilai error pengujian controller pada sistem IEEE-14 bus (LS-SVR vs ELM) Error Testing (%) LS-SVR Error Testing (%) ELM TCSC SVC TCSC SVC Line 6-12 Line 7-9 Line 9-14 Bus 10 Bus 12 Line 6-12 Line 7-9 Line 9-14 Bus 10 Bus 12
Injeksi SVC (MVAr)
Kapasitansi TCSC (p.u)
Line 10-22
Line 15-23
Line 23-24
Bus 30
Line 10-22
Line 15-23
Line 23-24
Bus 30
0.0581 0.0362
0 0
0 0
0.1059 0.0988
0.063071664 0.042192231
1.60E-05 1.46E-05
8.11E-07 7.39E-07
0.108182367 0.100290899
280.566 269.23
9
10
0.0556 0.0333
0 0
0 0
0.1096 0.1103
0.060074424 0.03869528
1.60E-05 1.46E-05
8.11E-07 7.39E-07
0.110780321 0.111281421
223.886 212.55 269.23 257.894 263.562 252.226
9
11
10
20
10
21
0.002 0.0018 0.1187 0.1253 0.0421 0.0116
0 0 0.0134 0.0625 0 0
0 0 0 0 0 0
0.0791 0.0744 0.1082 0.1052 0.097 0.091
0.002125982 0.001827139 0.116729799 0.123723968 0.048387196 0.020010726
1.46E-05 1.46E-05 0.001915221 0.002818752 1.46E-05 1.46E-05
7.40E-07 7.38E-07 7.39E-07 7.37E-07 7.38E-07 7.38E-07
0.080307633 0.075611534 0.109083482 0.105886186 0.099890986 0.092397502
VI.
KESIMPULAN
Pengaturan nilai setting tcsc-svc dalam menjaga kestabilan tegangan sangatlah penting guna mengan-tisipasi terjadinya voltage collapse. Tingkat keakuratan dan kecepatan respon sangatlah perlu dipertimbangkan. Dari hasil pengujian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Metode LS-SVR dapat digunakan sebagai controller nilai setting TCSC dan SVC untuk menjaga kestabilan tegangan akibat kontingensi. 2) Controller LS-SVR memiliki nilai akurasi lebih tinggi dibandingkan ELM. 3) Nilai MSE dan MAPE training dengan menggunakan metode LS-SVR adalah 4.2955e-08 dan 10e-8 sedangkan untuk testing adalah 0.00010343 dan 1.641768e-05. VII. [1] [2]
[3]
DAFTAR PUSTAKA
S. Aboreshaid, R. Billinton, โProbabilistic evaluation of voltage stabilityโ, IEEE Trans. Power Syst., vol. 14, no.1, pp.342-348, February. 1999. R. S. Wibowo, A. Priyadi, and Adi S, โFACTS devices allocation for preventive/corrective control against voltage collapse under deregulated power systemโ, in Proc. IEEE Region 10 Conf. Tencon: Bali, 2011 pp: 918 โ 922. R. S. Wibowo, N. Yorino, M. Eghbal, Y. Zoka, and Y. Sasaki, โFACTS devices allocation with control coordination considering congestion relief and voltage stabilityโ, IEEE Trans. Power Syst., vol. 26, no. 4, pp 2302-2310, Nov. 2011.
[4]
S. N. Singh and A. K. David, โOptimal location of FACTS devices for congestion management,โ Elect. Power Syst. Res., vol. 58, no. 2, pp. 71โ79, 2001. [5] J. G. Singh, S. N. Singh, and S. C. Srivastava, โAn approach for optimal placement of static VAr compensators based on reactive power spot price,โ IEEE Trans. Power Syst., vol. 22, no. 4, pp. 2021โ 2029, Nov. 2007. [6] Habur K, OโLeary D. โFACTS for cost effective and reliable transmission of electrical energyโ, Available at: www.worldbank.org/html/fpd/em/transmission/facts siemens.pdf). access date : 7 October 2002. [7] R. S. Wibowo, N. Yorino, M. Eghbal, Y. Zoka, and Y. Sasaki, โOptimal location and control of FACTS devices for relieving congestion and ensuring voltage stabilityโ, in Proc. IEEE Region 10 Conf. Tencon: Fukuoka, 2010 pp: 539 โ 544. [8] K. Anam, R. S. Wibowo, Ontoseno P., โSetting TCSC and SVC using extreme learning machine (ELM) to improve voltage stability under contingencyโ, in Journal POMITS: Surabaya, 2012 vol. 1, no.1, pp. 1-6. [9] P. Kundur, โPower System Stability and Controlโ, Mc Graw-Hill, Toronto, 1993. [10] Shuo Xu, Xiaodong Qiao, L. Zhu, Lin Li, โMulti-output least square support vector regression machinesโ, Elsevier, pattern recognition, 2013. [11] K. Ucak, Gulay Oke, โAdaptive PID controller based on online LSSVR with kernel tuningโ, INISTA, IEEE Simposium, 2011. [12] Ji Liang, C.M. Tong, W.J. Zhong, โReconstruction of dielectric cylinder by multi-output least square support vector machineโ, IEEE conference, Radio Science and Wireless Technology, 2011.