ROMANSA DAN KETIGA Antara Aku,Kamu, Dia, dan Mereka
1
PROLOG Waktu sudah semakin larut malam. Jalanan begitu sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki kita berdua yang terdengan di jalanan tersebut. Dengan suara krusak krusuk dari kantong plastik berisikan nasi goreng yang sedang kita bawa. Lalu munculnya sosok wanita yang umurnya kurang lebih sekitar 50 tahun. Di depan rumahnya yang agak gelap dengan lampu yang remang remang. Bajunya menggunakan daster panjang, dan terlihat agak lusuh. Kita berdua jalan tanpa berkata sedikitpun. Suasana hening sekali. Dengan sesekali melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan jalanan aman. Lalu tiba tiba wanita tersebut memanggil kita berdua. “Mas mas, lagi apa mas?” dengan suaranya yang agak lemah. “Habis pulang kerja Tante”, jawabku. “Itu bawa apa mas?” tanya dia basa basi.
2
“Nasi goreng, Tante” jawab Firda. Perasaan kita berdua mulai was was. Apalagi malam begitu sepi, dan kita berada di tempat yang masih asing buat kita. “Sini kamuh mas lambai ke kita.
mampir”
sambil
melambai
“Enggak deh tante, makasih” jawab kita berdua kompak. Lalu kita berdua melangkahkan kaki dengan cepat, dengan ketakutan terhadap tante tersebut. Takut di ajak untuk hal yang tidak tidak, lalu kita di paksa memberikan uang kita, kalau tidak nanti titit kita bisa potong. Begitulah bayangan kita berdua saat itu. Setelah melewati rumah tersebut, kita berdua lari terbirit birit sambil teriak ketakutan.
3
CHAPTER 1 Jomblo Dan Nama
4
Sebelumnya, kenalin dulu. Nama aku Arif, jomblo selama 17 Tahun. Oke oke, aku ulangi. Nama aku Arif, JOMBLO 17 Tahun, Jomblo 17 tahun. Kurasa sudah cukup puas ketawanya.
Saat ini pas lagi nulis ini sih, udah di usia 21 Tahun. Setidaknya selama 4 tahun terakhir, kisahnya nggak terlalu ngenes seperti 17 tahun sebelumnya lah. Mungkin itu semua karena faktor tuntutan dari orang tua. Biasalah, namanya juga anak 90an, dan di desa pula. Pergaulannya masih sangat terbatas.
Sejak kecil, emang dah ditancepin di otak aku, kalo gak boleh pacaran kalau belum lulus sekolah. Dan seperti itulah akhirnya. Jomblo selama 17 tahun.
Dari SD sebenarnya sudah ada cewek yang aku sukai, namanya Reni. Agak tembem, rambutnya pendek. Kayak Dora The Explorer cuma ini versi realnya saja. Kenal cuma pas dikelas 1 sama kelas 2 SD saja. Setelah itu, dia pindah ke Jawa Tengah entah alasannya apa. Padahal, baru
5
pertama lewat seneng banget.
depan
rumahnya
saja
sudah
Namanya juga anak SD jaman dulu, cinta cintaannya hanya sebatas suka gitu aja. Hal yang memalukan untuk nyatakan cinta. Eiiitts, nggak sampek disitu aja ya. Di SMP juga pernah ada cewek yang aku sukain. Cuma ya gitu, karena umurku masuk kedalam 5 besar yang paling muda, jadi minder waktu deketin dia. Dia lebih tua satu tahun dariku. Namanya Intan. Tingginya standard lah, nggak terlalu tinggi kayak temennya cewek lainnya.
Aku suka karena emang dia pinter sih. Modusnya biasanya tanya soal pertanyaan apa gitu, biar bisa deket-deket. Tapi biasanya lewat Wahyu dulu, temen deketnya Intan ini. “Yu, rumus matem nomor 10 ini apa yaa?” tanya ku. “Tanya Intan aja, masih sibuk ngerjain soal bahasa Inggris nih” Jawabnya. Emang saat itu lgi jam istirahat, dan kebetulan dia lgi sibuk ngerjain PR, dan aku lanjutin tugas matematika yang baru selesai pelajarannya.
6
Ku tarik kursi yang ku pake saat itu dan berhenti tepat di deket mejanya Intan. Senyumnya menyapa, dan langsung membuat dag-dig-dug. Stop, tahan tahan. Nggak boleh sampek ketahuan ya.
“Ntan, ini rumusnya pake yang mana ya?” sambil nunjuk soalnya. “Oh itu” jawabnya.
Ku tunggu sesaat, dia sibuk bolak balik buku catatannya nyari rumus di bukunya. Tulisannya bagus, nggak kayak tulisanku yang sedikit berantakan. Sesekali aku pandangi dia saat dia sedang serius melototin bukunya.
“Nah, ini” sentak dia menemukan rumusnya. Langkung ku toleh seketika dan melihat kearah bukunya. “Ma-mana?” ya, memang saat itu masih sedikit kaget karena tiba-tiba dia sedikit menaikkan suaranya.
7
“Kamu masukkan ini sebagai variabelnya, lalu kalikan dengan ini itu dan bla bla bla” jelas dia dengan panjangnya.
Jujur saja, sebenarnya saat itu aku udah ngerti sama soal dan jawabannya. Namanya juga modus kan, biar bisa deket kan nggak masalah.
Kisah romansa di SMP cuma pas kelas 8 itu saja. Selebihnya hanya sekedar tertarik saja sama salah satu temen sekelas yang punya wajah paling manis nan imut. Namanya Okta. Tapi terakhir kali ketemu tahun lalu, sudah kayak tante-tante aja sekarang.
Jomblo berlanjut sampai dimana usiaku menginjak 17 tahun. Saat itu, aku dah kelas 3 SMK. Kisah romansa di kelas 3 ini cukup menarik. Waktu itu, deket dengan salah satu temen kelasku. Namanya Novia. Dia satu tahun lebih tua dari umur aku saat itu, dan sampai sekarang juga.
8
Hubunganku dengannya begitu dekat, dekat banget. Namun, hanya pas lagi chating aja. Begitu ketemu, ya biasa biasa saja. Problematika klasik yang sering terjadi di kalangan muda saat ini. Saat itu, di bulan Desember, dia punya pacar namanya Agung. Dia sering curhat ke aku soal percakapannya dengan Agung ini.
“Rif, masak ya. Dia cerita ke aku soal mantannya” jelasnya. “Cerita gimana?” sebagai pendengar yang baik, ku dengerin aja ceritanya. “Dia cerita soal mantannya sebelumnya. Katanya kalau di kelas lagi berduaan gitu, mereka cium ciuman gitu” lanjutnya. “lah, ngapain cobak cerita kayak gitu”. Kata kata ciuman merupakan hal yang tabu, terutama bagi kalangan jomblowan dan jomblowati. “Nggak tau Rif. Nggak Cuma sekali pula cerita kayak gitu, dia ceritain mantan-mantannya pas dia masih kelas 1 dan kelas 2 SMK dulu. Apaan cobak bahas kayak gitu” jelasnya. Bayanganku, dia lagi cerita sambil menggerutu. Emang waktu itu, kita hanya lewat sms saja ngobrolnya.
9
“Mungkin itu modus darinya buat ajak kamu ciuman” jawabku, meski agak kesel karena bahas pacarnya sih. “Eh, tapi katanya, dulu Agung waktu SMP juga satu sekolahan sama kayak kamu kamuh, Rif. Dia juga tahu kamu kata e dulu” lanjutnya. “Loh iya ta? Kelas apa emang?” “Kelas C dia” “Wah, nggak kenal aku. Mungkin dia nggak terlalu famous” jawabku sambil mikir. “Maklumlah, kan dulu aku terkenal Nov, hahaha” usahaku untuk buat suasana obrolan malam itu lebih hidup.
Malam makin larut. Saat itu, jam 10 itu udah masuk jam malamku. Sms dengannya sambil nahan kantuk yang melanda. Sampai akhirnya, tau tau ayam berkokok sudah membangunkanku untuk sholat subuh.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Bel berbunyi. Semuanya masuk ke dalam kelas masing masing. Bangku dan bangkunya cukup dekat. Dia dibarisan pertama, aku dibarisan
10
kedua. Jadi cukup dekat untukku kalau mau godain dia.
Namun seperti biasa, di kelas kita jarang ngobrol. Paling kalau lagi pelajaran aja baru ngobrol asiknya. Sesekali, aku sama dia dikrecokin karena beberapa kali terlihat kedekatanku dengannya secara tidak sengaja.
Pernah suatu saat, Novia kasih „lampu hijau‟ ke aku. Entah itu karena aku keGRan atau emang benar-benar lagi dikadalin.
“Kayaknya aku mau putus deh sama Agung” tibatiba dia sms seperti itu. “Lah kenapa?” tanyaku, padahal dalam hati sebenarnya seperti kabar gembira buatku saat itu. “Udah gak nyaman aja sama dia” lanjutnya. “Kamu yakin?” berusaha menjadi seorang pendengar yang baik. “pikir-pikir dulu aja coba”
11
“iya deh. Ntar kalo dah putus, kamu nembak aku, tak terima. Hahaha” jawabnya dengan sindiran halusnya mengenai pernyataan cintaku sebelumnya. “wah, senengnya” ucapku dalam hati. Entah itu dia serius atau enggak ngomongnya. Tapi yang penting kan aku seneng dulu, hahaha.
Satu bulan setelah sms itu, ternyata dia benar benar putus dengannya. Dan juga saat itu kedekatan kita berdua juga makin lengket. Tapi aku yakin, cewek secantik dia pasti banyak yang deketin. Yang berarti, sainganku untuk dapatinnya juga bertambah banyak dengan kabar putusnya dia dengan pacarnya. Tapi, tanpa keraguan, aku tetep deketin dia aja.
Dua bulan berlalu. Ku tembak lagi dia, namun tetep saja di tolak. Sudah beberapa kali aku nembak dia, namun kadang tanpa jawaban. Kurang lebih 5 kali atau 6 kali nembak dia. 2 atau 3 kali penolakan, 2 kali tanpa jawaban, dan di akhirnya, yang terakhir itu di tembak. Dan sekali lagi, yang TERAKHIR KALI itu di TERIMA.
12
Ntah waktu itu kita lagi ngobrolin apa. Tiba-tiba aku selingin aja di obrolan itu “Nov, pacaran yuk” dengan ekspresi harap harap cemas, namun tetap stay cool.
“Hahahahaha, ayuk” jawabnya. Dengan bicara yang seolah-olah sedang bercanda.
gaya
Biar gak keGRan, aku tanya aja lagi “hahaha, seriusan talah Nov jawabnya.” “iya iya Rif, mau kok. Heheh” jelasnya.
Well, itulah kisah pertama kali aku dengannya pacaran. Waktu itu kalau tidak salah, di pertengahan tahun 2013. Beberapa bulan setelah upacara kelulusan wisuda kita berdua.
Setelah itu, aku lanjutin sekolah di Magistra Surabaya. Selang beberapa bulan, dia juga dapet pekerjaan di Surabaya, di salah satu salon kecantikan di daerah Dukuh Pakis.
13
CHAPTER 2 Romansa Dan Pertama
14
Dan mulai dari ini, masa Jomblo aku selama 17 tahun berakhir. Terima kasih untuk Novia yang telah membebaskanku dari masa masa yang ngenes tersebut.
Sebenarnya nggak ngenes ngenes amat sih, jomblo itu kan pilihan. Apalagi kalo single, udah sendirian, bisa jadi Album pula, kan? #eh.
Kehidupanku di Magistra, sekolah yang setahun itu berjalan cukup gak karuan. Selain mata pelajarannya yang GeJe, juga kurang puas dengan materi yang berikannya.
Aku saat itu mengambil jurusan Management Informatika. Tapi pelajarannya sebagian besar malah soal Photoshop dan Corel Draw, dimana mengubah yang jelek jadi cakep, dan yang cakep tambah cakep aja.
Karena emang dasarannya nggak suka ya, jadi mau gimana lagi. Kagak ada yang nyantol materinya soal PS sama CD itu. So far, banyak
15
yang tanya ke aku biasanya soal materi materi tersebut.
“Lo kan punya ijazah Desain undangan dong model kayak gini”
nih,
bikinin
“Bisa bikin cover majalah gak? Nih aku sama temen temen ada foto bagus. Editin dong biar kayak di filem filem gitu efeknya. Bisa kan kamu?”
Biasanya dengan alibi “Wah, maaf nih. Sibuk sama kerjaan, jadi nggak sempet buat buatin itu bro.” Atau alibi lainnya “Laptop aku rusak nih bro” sambil pasang muka goblok gitu.
Sejak saat itu, aku jadi punya traumatis soal bohong barang barang yang rusak. Laptop aku saat ini dah benar benar rusak.
Di Magistra, aku punya 3 temen yang paling akrab. Namanya Badaar, Janu, dan Firda. Tapi
16
paling deket ya sama Badaar dan Janu ini. Karena waktu sekripsian sih, sama mereka berdua ini. Badaar, kisah cintanya paling tragis dia antara kita berempat. Pacarnya ketahuan selingkuh, dan ketahuannya langsung di depan mata dia sendiri. Pacarnya dan si orang Ketiga ini, berduaan di kursi taman. Fakta mengejutkannya, tempat itu merupakan tempat favorit antara Badaar dan Pacarnya ini. *Percakapan dalam bahasa jawa
“Hanc*k, ancen arek wedok iku guateli kok”, sontak dia tiba-tiba berbicara seperti itu memecah keheningan di tempat kita berempat Wifian. “Loh kamuh, onok opo Dar?” Jawabku. “Pacarku selingkuh Rif. Nguateli pek.” Dengan nada bicaranya yang khas. “Mangkane, nggak usah dipikir jeru jeru. Koyok aku ngene kamuh, pacar iki nggateli, ganti nang pacar cadangan situk e” sahut Firda, si cowok playboy yang udah masuk stadium ketiga. Parah. “Iyo nek awakmu Fir” jawabnya dengan nada kesal.
17
“Wes sabar wae,mending golek anime aeh iki kamuh. Ta dulinan game wae.” Jawabku. “Iyo Dar, seng sabar wae” Sahut Janu. Obrolan terus berlanjut sambil memainkan laptop masing masing. aku asik download dan nonton Anime. Badaar dengan game anehnya. Firda asyik main Criminal Case, dan Janu dengan Top Eleven Manager.
Jam sudah beranjak sore. aku pamitan pulang duluan, karena jam segitu biasanya bemo ke arah kos-kosanku sudah hampir tidak ada.
Diantara kita berempat, Cuma aku aja yang pulang pergi naik bemo. Mereka bertiga membawa motor semua. Sesekali sih nebeng sama Firda karena emang satu jurusan, atau di antar sama Mas Janu. Meski gak tau sih rumahnya dia di daerah mana.
Tiap hari senin, aku punya kegiatan pribadi setelah pulang dari Magistra. Kebetulan juga, hari
18
senin itu jadwalnya Novia libur. Waktunya apel mingguan.
Perjalanan kurang lebih sekitar 15 menit sampai 30 menit dari Magistra, tergantung kepadatan lalu lintas Surabaya. Apalagi di Surabaya, aku belum ada motor. Terpaksa naik bemo kesana kemari.
Nggak ada salahnya kan kencan naik bemo ? bisa kok romantis romantisan di atas bemo, kalo kamu nggak malu sama penumpang lainnya.
Sampai di kos, hal yang pertama aku lakukan adalah ngecek kerapian baju dan aroma tubuh. Agak kecut kecut dikit sih, apalagi habis masuk angkot yang panasnya kayak uap air mendidih.
Malahan kadang ada yang bawa barang-barang dari pasar yang baunya campur aduk di dalam angkot tersebut. Gak kebayang gimana aroma perpaduan antara keringat, bau kaki, dan aroma amis ikan. Mantap!!
19
Tapi untungnya aja, setiap kali nunggu bemo penuh, selalu ada hiburan kecil - kecilan dari pengamen jalanan yang suaranya kadang merdu, kadang juga kagak bisa didengerin lagunya. Tapi terima kasih untuk para pengamen, karena tanpa kalian, menunggu bemo penuh akan terasa begitu membosankan.
Ibu kos biasanya selalu standby di warung kecil di depan kos-kosannya. Sebelum masuk, aku selalu minta izin dulu sama ibu kos tersebut. Dan pastinya biasanya diizinin dan langsung di suruh masuk saja.
Kos-kosannya khusus buat cewek-cewek saja. Betapa rapinya dibandingkan kos-kosan cowok yang kayak kapal karam. Sepatu dan sandal berjajar di tangga lantai 2. Emang tempat kamar kosnya ada dilantai 2. Kurang lebih ada 6 sampai 7 kamar yang disewakan.
“Tok tok tok” suara pintu yang aku ketok.
20
“Nov... Novi...” panggilku. “Sebentar!!” suaranya dari dalam kamarnya. Mungkin lagi beres-beres. “Sini masuk” dia mempersilahkan masuk ke kamarnya, tapi pintunya tetep di buka. Sengaja emang dibuka aja biar tetangga kamar sebelah nggak curiga. “Bentar tak ambilin minum” dia pamit buat ambil minum. Entah kemana dia perginya. Sambil nunggu dia kembali, laptop dalam tas aku keluarin. Biasanya kita berdua ngobrol sambil nonton dan menikmatin cemilan yang dia belikan. Setelah aku pikir-pikir, kayaknya nggak pernah ku belikan cemilan dulu deh. Kurang lebih lima menitan, dia kembali dengan membawa dua minuman dingin yang dia beli di warungnya ibu kos. “Nih” tawarnya. Ku ambil minuman yang dia bawa di tangan kanannya. “Makasih ya” sahutku.
Minuman dingin dengan bola bola hitam putih yang kenyal di dalamnya. Seperti jeli, namun lebih padat. Ukurannya hanya 150ml , yang kadang nggak sampek lima menit sudah habis karena emang kehausan efek panasnya Surabaya.
21
“Punya film apa?” tanya dia pecah keheningan. “Film lama sih. Tapi lucu ini.” “Apa judulnya?” . “I give my Fisrt kamuve to You. Film jepang, tapi dah agak lama sih. Bagus kok” jelasku. “Coba liat” serunya.
Ku putar film tersebut. Kita berdua nonton sambil bercengkrama kesana kemari. Biasanya sih ngomongin soal temennya, atau urusan pekerjaannya. Kadang juga ngomongin soal planning dia buat beli HP baru. Karena emang Hpnya yang waktu itu dipake, udah butut sih. Miris liatnya. “Yaudah minggu depan aja kita beli di WTC. Tak anterin kesana” Ajakku untuk beli HP baru. “Tapi uangku cuma beberapa ratus ribu aja” jelasnya. “Nggak apa apa, nanti kita urunan aja” “Hmmm,, ntar tak ganti deh uangmu ya”
22
Dua jam lebih sudah berlalu sejak kita berdua ngobrol di kamarnya. Adzan Ashar sudah berkumandang. Tandanya waktunya buatku pulang sebelum kehabisan bemo nantinya. Dia antar aku sampek di depan rumah kos-kosan tersebut. Tak lupa aku juga pamitan ke ibu kos yang selalu stay di warungnya.
Sambil nungguin bemo, biasanya kita smsan. Padahal baru saja ketemu, udah berasa kangen lagi. Mungkin emang seperti itu kalau sedang jatuh cinta. Berasa seperti orang gila kadang. Senyum senyum sendiri hanya dengan melihat layar HP saja.
Satu minggu berlalu. Waktu yang di tunggu akhirnya datang. Dan kebetulan, hari itu kuliahnya lebur. Jadi bisa berangkat berduaan sama dia. aku jemput dia, lalu anter dia ke WTC Surabaya. Naik bemo, masih.
Bisa kok romantis romantisan. Seperti pegangan tangan di bemo sambil ngobrol kesana kemari. Perjalanannya kita habisin hanya untuk
23
mengobrol saja. Tanpa terasa, satu jam perjalanan terlewati, akhirnya sampai juga di tujuan. Memang dari kos-kosan jaraknya cukup jauh sih.
“Mau beli HP apa nanti ?” tanyaku. “Entahlah, kayak mau beli HP Samsung aja yang bermerek. Kalau merek lain, takutnya cepet rusak” “Yaudah, nanti kita liat liat aja dulu. Sapa tau aja lagi ada promo” jelasku. “Iya yank”
Dari lantai dasar sampai lantai paling tinggi kita susuri. Beberapa kali tanya ke konter buat kepoin HP yang cocok buat dia. Sampai akhirnya sampai kembali di lantai dasar, di gerai Samsung. Kebetulan hari itu ada promo.
“Mas, lagi ada promo apa nih?” tanya dia ke penjaga konter tersebut. “Lagi ada promo, untuk pembelian di bawah dua juta mendapatkan free memory 8GB, dan di atas dua juta bisa mendapatkan 1 buah powerbank.” Jelasnya si mas mas tersebut.
24
“Eh, tanya tanya o ke mas itu. Kan kamu yang ngerti soal beginian” Bisik dia ke telingaku. Sebenarnya aku juga nggak tau sih mau tanya apa. Apalagi suka grogi kalo ngobrol sama orang yang belum dikenal. Karena ada sang pacar, jadi harus berani dong yaa. “Mas, boleh liat spesifikasinya HP yang ini sama yang ini?” sambil ku tunjuk salah satu HP disitu. Hanya untuk basa basi saja sebenarnya. Toh uang yang kita bawa juga minimalis. “Yang ini harganya berapa mas?” “Oh, kalau yang itu 850ribu. Kalau yang satunya lagi harganya satu 1,1 juta.” Jelasnnya “Mau ambil yang mana nih?” tanyaku ke Novia. “Yang ini aja, bagus kok kayaknya.” Sambil pasang wajah lagi mikir “tapi yang warna putih aja kalau ada”. “Mas, yang putih ada kan?” “Sebentar ya, biar di cek dulu di gudang” Kurang lebih sekitar 10 menit kita berdua nunggu disitu. Sambil sesekali ngobrol buat rencana mau makan dimana.
25
“Wah mas, yang putih nggak ada. Hanya ada yang warna hitam ini saja” “Yawes mas, nggak apa apa” sahut Novia.
Pembayarannya kita urunan. Tapi aku bilang padanya kalau nggak usah dikembalikan uangnya. Hitung-hitung sebagai kado yang ku berikan buatnya meskipun nggak keseluruhan aku yang bayarin.
Pengambilan hadiahnya ada di stand yang berbeda. Antriannya cukup banyak saat itu. Syarat pengambilannya, harus di foto terlebih dahulu sebagai bukti kalau sudah beli.
Seperti biasa, kalau di depan kamera gayanya selalu mencucu, seperti paruhnya bebek. Emang gayanya dari dulu seperti itu kalau selfie. Dan akhirnya, sebuah Samsung Galaxy Ace sudah berada di tangan kita.
26
CHAPTER 3 Romansa, Kado, dan Pekerjaan
27
Satu bulan sebelum Nova pergi ke Surabaya, dia ajak aku untuk ketemuan. Kebetulan waktu itu lagi liburan di kampung halaman, dan lagi jalan jalan sama temenku. Dia ajak ketemuan di pinggir jalan raya, di daerah kampungnya.
Waktu itu, aku, Yahya, dan Alwi berencana buat beli mie ayam yang konon katanya rasanya enak tapi dengan harga yang murah. Satu motor kita naikin bertiga, seperti cabe-cabean saja.
Kebetulan arah perjalanan kita melewati kampungnya Nova. Jadi sekalian saja waktu itu ketemuannya. Hubunganku dengannya saat itu masih dirahasiakan dari teman-teman lainnya. Hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya.
“Ada apa Nov?” aku turun dari motor dan nyamperin Nova yang sudah menunggu di pinggir jalan. “Sini sini” ajak dia akan menjauh dari dua temenku tersebut. “Ini ada kado buat kamu. Di terima ya”
28
“Loh kado kebingungan.
buat
apaan?”
pasang
muka
“Wes nanti tak jelasin lewat sms saja” jelas dia sambil nyuruh aku balik ke temen temen dan lanjutin perjalanan. “Yaudah, makasih ya” dengan perasaan yang bingung, ku terima saja satu kotak kado beserta kantong plastiknya yang berwarna belang hitam putih tersebut.
Akhirnya kita bertiga sampai di tempat tujuan. Ternyata jam satu siang saat itu, warung Mie Ayam tersebut sudah penuh saja. Mungkin memang rasanya enak, pikirku.
Kita pesan 3 mangkuk mie ayam beserta minumnya es teh. Kurang lebih sekitar 15 menit, pesanan kita akhirnya datang. Satu persatu pembeli datang dan pergi.
Porsinya cukup banyak. Apalagi mendapatkan 2 butir pentol dan 1 buah tahu bakso. Lalu juga ada suiran ayam diatasnya. Ditambah lagi dengan
29
potongan kerupuknya sebagai toping penghisan mangkuk tersebut. Aroma sedap semakin terasa dan membuat perut semakin keroncongan.
Apalagi cuaca sangat panas. Gelas es teh yang kita pesan sudah berkeringat dan membasahi meja. Cuaca sepanas ini ditambah dengan mie ayam yang super pedas, menambah kenikmatan dalam menyantap mie ayam tersebut. Sempat sampai tidak kuat untuk makan lagi saking pedasnya.
Suasanya cukup hening diantara kita bertiga. Hanya terdengar suara motor lalu lalang di luar. Dan suara sruputan mie yang masuk ke dalam mulut kita. Juga suara dentingan es yang bertubrukan ketika sedang di aduk.
“Dikasih apa tadi sama Nova, Rif?” tanya Yahya pecah keheningan. “Nggak tau. Belum tak buka sih”. “Emang kado apa itu?” tanya Alwi penasaran. “Aku aja nggak tau, ini juga penasaran kamuh”
30
“Tapi kayak e sih isinya baju deh” tebakku. “Iya se, kok kayak e bisa di gulung gtu.” Jelas Yahya. “Buka o Rif, buka o” sahur Alwi yang makin penasaran. “Hahaha, emoh. Rahasia dong. Kalau ada surat cinta e gimana? Hahaha” jawabku sambil bercanda.
Satu jam kita bertiga duduk sambil menghabiskan minuman di atas meja. Siang semakin terasa panas. Akhirnya kita pulang menuju rumah masing-masing.
Sesampai di rumah, aku buka kado yang Novi/Novia kasih tadi sebelumnya. aku masuk kamar, aku tutup pintunya, dan aku buka dengan hati yang berdebar-debar. Memang kadang kalau sedang jatuh cinta memang seperti itu. Hal sekecil apapun dari sang gebetan atau pacar, bakal kamu simpen sampek kapanpun itu. Bahkan kantong plastik dan kertas kado yang dia pake bungkus kado tersebut aja, aku simpen. Sampek Akhirnya di buang ibuku
31
sewaktu bersih-bersih sepengetahuanku dulu.
kamar
tanpa
Isi kado tersebut sebuah kaos warna biru. Warna kesukaan aku. Itu adalah kado pertama yang aku dapatkan dari cewek, selain Kakakku dan Ibuku sendiri. Sungguh tragis sekali. Aku suka banget sama kaos itu. Maklumlah, namanya juga dari orang yang spesial. Apalagi dari pacar pertama, kan? Tiap kali kencan dengannya, pasti aku pake kaos itu.
Bulan demi bulan kita berdua lewatin bersama. Semua terasa lancar hingga akhirnya pada awal tahun 2014, semua jadi terasa semakin menjauh. Intensitas pacaran kita menurun. Biasanya selalu kita sempetin untuk telfonan, bahkan dulu sampek berjam-jam, terasa begitu panas di telinga. Namun sekarang, telfonan sudah mulai jarang. Apalagi ketemuan. Dulu yang awalnya seminggu sekali, jadi dua minggu sekali, lalu jadi sebulan sekali.
32
Di bulan ketiga, ada Job Fair di Magistra. Dimana banyak perusahaan yang datang kesana untuk menawarkan pekerjaan kepada Mahasiswa disitu. Dari situ, aku dapet pekerjaan jadi seorang sales yang menawarkan produk elektronik rumah tangga. Kerjaan tersebut, menuntut aku harus kerja 12 jam sampai 15 jam lebih. Apalagi kalau sedang Roadshow ke luar pulau, bisa sebulan sampai 2 bulan. Dan, dari sini kita berdua sudah jarang bertemu.
Perasaan dan kegalauan mulai melanda pikiran aku. Apalagi aku mendengar kabar, kalau dia deket dengan cowok yang rumahnya deket dengan tempat dia bekerja. Yang konon katanya awalnya benci, sekarang jadi deket. Tresno jalaran soko kulino. Cinta tumbuh karena sudah terbiasa.
Aku tau, kita berdua sama-sama sibuk. Tapi selalu aku sempetin untuk kontak dia di setiap kesempatan. Selalu aku sempetin, walau hanya satu kalimat yang terkirim untuk memberikan kabar, atau hanya sekedar menanyakan kabar.
33
Keraguan semakin tumbuh, seiring berjalannya waktu. Teman-temannya mulai bilang ke Novia, kalau aku keliatan nggak bahagia bersamanya. Ini merupakan hal yang berbahaya, bahaya banget. Salah satu faktor, cewek mutusin kamu itu, 60% dipengaruhi oleh teman temannya dan lingkungannya, 30% karena dirinya sendiri, dan 10% lainnya karena emang benar benar udah nggak suka sama kamu.
Satu bulan aku di Malang, lalu satu bulan lagi di Bali. Kita berdua masih tetap chating seperti biasanya. Sesekali kirim Voice Note pakai aplikasi WeChat. Kebetulan hari itu aku libur, jadi bisa telfonan dengan dia. “Udah pulang kerja?” tanyaku. Karena emang waktu itu biasanya jamnya dia pulang kerja. “Iya, ini masih beres beres. Kayaknya habis ini mau jalan jalan nih, aku sama 3 orang lainnya.” “Mau kemana?” sedikit penasaran. “Mau ke kodam aja kok” jelasnya. “Di ajak Mbak Silvia, temen kerjaku” “Owalah, lalu yang dua lagi itu siapa?”
34
“Itu, cowok yang biasanya ke tempat kerjaku, yang pernah suka sama aku itu. Sama pacarnya Mbak Silvia juga” “Ohh...” dengan sedikit menggerutu dan kesal, “Jadi kencan gitu?” “Enggaklah, Cuma jalan jalan biasa aja kok”, jawabnya menjelaskan kepadaku. “Hmm, yaudah. Coba deh lihat ke atas. Lihat bulan purnamanya nggak disana?” “Iya, kenapa?” “Saat orang terpisah jauh sekalipun, mereka bisa menjadi terasa begitu dekat saat mereka melihat sebuah benda yang sama. Seperti saat ini yang sedang kita lakukan”
Percakapan basa-basi kita, kurang lebih sekitar 30 menit sampai akhirnya telfonnya dia tutup. Lalu, aku nggak mendapatkan kabarnya lagi sampek keesokan harinya, sewaktu dia posting fotonya di Facebook. Menjengkelkan sekali, kadang itu yang aku rasakan. Sewaktu di Bali, aku pernah kena sakit yang parah banget. Seperti terkena radang di
35
tenggorokan. Mungkin penyakitku yang kambuh lagi, persis sakitnya seperti waktu aku masih belum kerja disini. Cuma kali ini, jauh lebih terasa sakit, gitu aja. Semua temen aku kerja semua. aku sendirian di kos-kosan. Dengan kondisi suhu badan panas banget, bahkan hanya untuk berdiri saja rasanya udah kayak mau jatuh saja. Sarapannya pun hanya sekedar minum energen, yang kebetulan masih ada sisa satu bungkus. Hingga siang pun menjelang. Lapar melanda, dan aku harus minum obat untuk menurunkan panas yang terasa. Obat yang aku minum Cuma obat sakit kepala aja yang bisa kamu temuin di warung warung biasanya. Maklum, waktu itu belum ada uang untuk periksa ke dokter. Apalagi masih „anak baru‟ di perusahaan tersebut yang komisi hanya mengandalkan omset yang didapatkan saja. Dengan kondisi kelaparan seperti itu, aku nekat pergi keluar jalan kaki untuk mencari makanan. Untung saja banyak orang Jawa di daerah kos situ yang jualan. Sambil berjalan gontai, menahan agar badan nggak sampai terjatuh. Itu merupakan pengalaman aku sakit yang paling nggak mengenakkan. Banget.
36
Akhirnya satu bulan terlewati di Bali. Lalu kita semua pindah Roadshow ke Surabaya, di East Coast Mall. Disini aku punya kabar baik dan kabar buruk. Kabar buruknya, satu minggu setelah pameran, omset aku mati dan aku di suruh training di Stand perusahaan ini yang dibuka di PTC Mall. Kabar baiknya, Stand tersebut, aku ketemu sama admin yang cakep dan comel, namanya Diana. Dan untuk pertama kalinya, mata aku selingkuh dengan memandanginya terus. Ngomong ngomong soal selingkuh, cowok biasanya hanya selingkuh sekedar di mata saja. Namun beda halnya dengan cewek, kalau selingkuh sampai ke hati. Itulah alasan kenapa cowok yang menjadi kepala keluarga. Karena kita tahu, sekalipun ada yang lebih baik dari pasangan kita, tak akan pernah bisa lebih baik dengan pasangan kita sendiri. Satu bulan di East Coast, kita berpindah lagi pameran di Antrium Supermall Surabaya, dengan lebar 1000 meter. Dan disana, aku satu pameran sama Diana, si admin yang imut ini. Satu minggu setelah pameran di buka, hal yang paling nggak ku inginkan akhirnya datang juga. Waktu itu, aku istirahat di Musholla yang letaknya
37
di lantai 3 di mall tersebut. Tiba tiba panggilan masuk darinya, Pacar aku. “Halo, lagi ngapain?” tanya dia. “Lagi istirahat ini. Habis makan siang juga. Udah makan kamu?” seperti biasa, basa basi terlebih dahulu. “Sudah kok. Aku ada yang ku omongin nih.” “Wah, ngomong apaan nih? Jangan bikin deg deg.an kayak gini dong”, tiba tiba cemas melanda. “Kita udahan aja ya? Kita putus...” suaranya yang pelan.
dengan
“Putus ? kenapa?” seketika semua tulang di tubuh remuk, serasa berjalan pun takkan sanggup. “Nggak apa apa. Maaf yaa. Semoga kamu baik baik saja” jawabnya. Dan telepon tersebut langsung berakhir. Waktu itu, aku nangis. Meskipun dengan sekuat hati aku tahan agar tidak keluar air mata. Apalagi saat itu masih posisi sedang bekerja. Ku kembali ke mushola lagi untuk mencuci muka, lalu kembali bekerja untuk melupakan masalah tersebut sejenak.
38
Kerja serasa seperti orang linglung. Nggak bisa fokus sama sekali saat itu. Bahkan saat berhadapan dengan customer, hanya bengong saja saat senior yang satu tim denganku menjelaskan produk kepada customer. Dua hari setelah kejadian itu, aku minta untuk libur dari aktifitas pekerjaan terlebih dahulu. Selama dua hari tersebut juga, kita berdua sudah tidak ada komunikasi sama sekali. aku putuskan untuk menemuinya secara langsung. Setelah aku fikir fikir, saat ulang tahunnya dia sebelumnya hanya aku belikan baju dengan sablon bertuliskan nama Panggilan kita berdua. „Fhee‟ dan „Ara‟. Kali ini, akan ku berikan sesuatu yang berbeda. Sebelum ke tempat kos-kosan dia, aku sempetin ke Mall terlebih dahulu untuk membelikan dia sesuatu yang menarik. Ternyata benda yang aku beli saat itu ukurannya cukup besar. Dan cukup memalukan untuk membawanya keluar dari Mall, seorang cowok dengan barang barang yang cewek banget. Sebelumnya, aku chat dulu sama dia untuk ajak ketemuan. Kali ini, kita hanya bertemu di pinggir jalan saja. Saat ketemupun, kita bahkan tidak berkata apapun. Hanya satu kalimat yang terucap
39
saat memberikan kado tersebut. “Ini kado untukmu”, “Terima kasih” jawabnya. Langsung aku berbalik badan dan langsung segera pulang untuk nangis lagi di kos kosan. Bahkan rencana aku buat peluk dia untuk terakhir kalinya pun gagal, karena betapa pedihnya patah hati tersebut.
Memang cinta pertama itu terasa begitu indah dan paling melekat di hati. Namun, cinta terakhirlah yang terbaik, karena dialah yang akan selalu bersamamu. Meskipun di hati selalu masih ada si „cinta pertama‟ tersebut yang masih membekas.
40
CHAPTER 4 Romansa dan Sekali Lagi
41
Setiap orang pasti pernah merasakan patah hati. Entah itu patah hati dengan pacar, atau hanya sekedar patah hati dengan seseorang yang bahkan namanya saja kamu nggak tau. Namun, disetiap patah hati tersebut, kita pasti akan berubah. Entah berubah menjadi lebih baik, atau malahan berubah ke arah buruk.
Salah satu cerita patah hati aku kali ini, pas di kamukasi kerja. Kerja selama 12 jam sampai 15 jam seperti itu, hanya bertemu dengan orang orang itu saja. Bahkan hanya sekedar untuk kenalan dengan cewek lain yang lalu lalang di Mall tersebut saja nggak bakal sempet. Alhasil, sering terjadinya cinlok pada suasana seperti ini. Tidak terkecuali olehku. Hal itu pun pernah aku rasain. Setelah putus dengan Novia, rasanya aku bisa bebas untuk deketin cewek manapun. Salah satunya, cewek yang aku suka yaitu Diana. Namun Diana ini, merupakan cinta aku yang hanya lewat dikehidupan aku saat itu. Yang bisa aku lakukan hanya melihatnya, meliriknya, dan sesekali menggodanya. Salah satunya pas aku lagi presentasi di PTC itu.
42
“Sebentar ya Bu, saya isi datanya dulu.” aku permisi ke customer aku, sambil membawa KTPnya tersebut. Lalu senior aku mulai menjelaskan produknya. Dan kebetulan, bulpoin aku ilang. Langsung aku lari ke meja admin. “Mbak admin, pinjem pulpennya ya” sambil tersenyum ke Diana. “Yaudah, nanti kembalikan ya” sambil memberikan bulpoin tersebut, dia senyum padaku. Sungguh membuat hati ini meleleh. Bulpoin merupakan senjata buat kita para sales. Apalagi buat admin yang kerjaannya nulis terus. Sangat penting. Jadi ketika hilang, atau bulpoinnya habis, terasa seperti sebuah bencana. Lebay ya? Sering kali aku kehilangan bulpoin aku. Dan, pas hilang itulah merupakan kesempatan aku buat ngelihat dia dari deket dengan waktu yang agak lama. Dari yang awalnya senyum, kini pas aku pinjem bulpoinnya, dia mulai memajukan bibirnya, manyun seperti bebek saja. Kadang kita berantem, padahal aku tau kalau itu kesalahanku. Ya, itu salah satu usaha aku buat menjadi figuran utama dikehidupannya, biar dia ingat sama aku.
43
Kisah aku dengannya hanya sebatas curi curi pandang saja. Hanya cinta yang tak terbalaskan. Kadang aku merasa patah hati saat dengar gosipnya tentang dia deket sama cowok lain. Satu bulan berlalu, aku satu group, di kirim untuk pameran di Medan, Sumatra Utara. Rencana awalnya adalah pameran di Medan selama satu bulan saja. Disini kita mendapatkan tempat kos yang kumuh, sangat tidak layak. Apalagi, di lantai bawah isinya cewek cewek yang kerjanya menjual diri mereka. Aku disini nggak ketemu sama Diana lagi. Bahkan hanya sekedar chat saja tidak pernah. Emang waktu itu, aku nggak tau kontak dia sama sekali. Di Medan, kebnyakan makanannya murah murah. Hanya saja, setiap hari uang jajan kita habis untuk transportasi kesana kemari. Aku punya pengalaman paling menggelikan seumur hidup aku. Waktu itu, aku sama Firda, habis pulang kerja. Emang aku sama Firda ini kerja di perusahaan ini bareng, dan kita kebetulan satu Group. Waktu sudah semakin larut malam. Jalanan begitu sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki kita berdua yang terdengan di jalanan tersebut.
44
Dengan suara krusak krusuk dari kantong plastik berisikan nasi goreng yang sedang kita bawa. Lalu munculnya sosok wanita yang umurnya kurang lebih sekitar 50 tahun. Di depan rumahnya yang agak gelap dengan lampu yang remang remang. Bajunya menggunakan daster panjang, dan terlihat agak lusuh. Kita berdua jalan tanpa berkata sedikitpun. Dengan sesekali melirik ke kanan dan kiri. Llau tiba tiba wanita tersebut memanggil kita berdua. “Mas mas, lagi apa mas?” dengan suaranya yang agak lemah. “Habis pulang kerja Tante”, jawabku. “Itu bawa apa mas?” tanya dia basa basi. “Nasi goreng, Tante” jawab Firda. Perasaan kita berdua mulai was was. Apalagi malam begitu sepi, dan kita berada di tempat yang masih asing buat kita. “Sini kamuh mas lambai ke kita.
mampir”
sambil
melambai
“Enggak deh tante, makasih” jawab kita berdua kompak.
45
Lalu kita berdua melangkahkan kaki dengan cepat, dengan ketakutan terhadap tante tersebut. Takut di ajak untuk hal yang tidak tidak, lalu kita di paksa memberikan uang kita, kalau tidak nanti titit kita bisa potong. Begitulah bayangan kita berdua saat itu. Setelah melewati rumah tersebut, kita berdua lari terbirit birit sambil teriak ketakutan. Kesialan pun pernah kita rasakan. Kos kosan yang kita tinggali benar benar tidak layak sama sekali. Bahkan pernah kejadian, sewaktu hujan begitu deras dan kita bertiga sedang kerja. Sewaktu pulang, kamar kos kita kebanjiran. Kasur yang biasa kita pakai basah semuanya. Karena kejadian itu, kita berempat masing masing mengungsi ke tempat kos group dari Jakarta yang memang memiliki tempat lebih bagus daripada yang kita tempati. Setelah kejadian tersebut, akhirnya kita berempat memutuskan untuk mencari kos kosan lain dengan biaya sewa dari kita sendiri. Dan dapatkan sebuah kamar kos yang sangat bersih, dengan kamar mandi di dalam. Kabar buruk datang dari Manager Group aku. Waktu itu, hanya beberapa sebelum jadwal kita semua kembali ke Roadshow selanjutnya. Namun kabar buruk keluar dari mulut Manager aku.
46
“Kita pameran disini diperpanjang satu bulan lagi.” “Loh kok diperpanjang. Katanya kita mau ke Yogjakarta setelah dari Medan?” Tanya supervisior teamku. “Iya, rencana dari pusat berubah. Kita akan diperpanjang satu bulan lagi.” “Yahh...” seru kita para sales salesnya. “Tapi nanti coba saya usulkan ke pusat untuk memberikan kompensasi berupa liburan ke Danau Toba selama 3 hari, tapi dengan syarat harus capai ompet sekian” jelasnya menenangkan kita. “Apaaa? Gak kebanyakan itu targetnya?” tanyaku. “Makanya usaha dulu Rif. Kalau kalian kompak, pasti bisa capai kok Group kita ini” Dan akhirnya dengan terpaksa kita semua menjalaninya. Kabar soal Diana juga sudah pernah terdengar lagi. Namun, sepertinya Firda diam diam deketin Diana ini. Suatu saat di kos, Firda tanya ke aku dan Ifan soal Diana. “Rif, kamu naksir sama Diana gak?” tanya dia.
47
“Enggaklah, ngobrol aja jarang. Chat juga nggak pernah. Bisa suka darimana coba?” Jawabku, bohong. “Kalo kamu Fan? Dulu katanya kamu pernah suka sama Diana juga?” berganti tanya ke Ifan. “Halah, dia waktu anak baru kamuh pernah deket sama aku. Pernah mau aku tembak dia. Kalo aku mau, pasti langsung diterima sama dia. Tapi akunya aja yang nggak mau sih” Jawab dia dengan sewot, bohong juga. aku tau kalo Ifan juga masih suka sama Diana ini. “Yaudah, ini soalnya lagi PDKT sama dia. Jadi nggak ada masalah kan sama kalian” jelasnya. “Iya, nggak apa apa kok” jawabku. Ifan asik lanjut lihat Youtube lagi. “Sini Rif, coba lihat. aku lagi chat sama Diana ini” panggil aku buat pamerin chatnya dia yang udah mulai dekat sama Diana. “Oh... udah deket ya. Kapan kamu dapet kontaknya?” dengan ekspresi aku yang datar. “Ada deh,, hehehe. aku gituloh” dengan banggain ke-playboy-annya.
48
Satu bulan berlalu. aku hanya dapet kabar soal Diana hanya pas dia lagi pamer saja. Dan akhirnya Group kita kembali lagi ke Surabaya. Tim aku pameran di TP Surabaya. Dan timnya Firda, di kirim ke Ambarrukmo Plaza, Yogyakarta. Dan yang menjadi adminnya disana adalah Diana ini. Cewek yang banyak ditaksir oleh cowok cowok di tempat kerja aku. Sesekali aku video call sama Firda, dan ada Diana disana. Tapi aku malu banget sewaktu video call dikasih ke Diana. Langsung aku kasihin ke Ifan buat mereka ngobrol. Blushing. Sewaktunya tim Yogyakarta kembali ke Surabaya, aku dapet kabar kalau Firda jadian sama Diana. Dan ini patah hati aku yang kedua kalinya pada orang yang sama. Tapi aku nggak terlalu memikirkannya. Bahkan aku belum pernah sama sekali berusaha untuk deketin Diana ini. Dua minggu setelah ketemu dengan Diana lagi, Group aku di kirim ke Banjarmasin, Kalimantan. Di Banjarmasin, aku PDKT sama Diah, salah satu „anak baru‟ yang masih satu Group sama aku. Tidak putih Diana, tapi Diah punya wajah yang cukup manis. Namun, seperti biasa. Hanyalah sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.
49
September 2014, Diana resign sewaktu satu pameran sama aku di PTC Mall, Surabaya. Sejak saat itu, aku nggak pernah dapet kabar dari dia lagi. Awal tahun 2015, aku resign juga dari perusahaan tersebut dengan baik baik. 11 Januari 2015, tiba tiba Diana kirim message ke aku lewat Facebook. Pesannya seperti ini.
Arif Maaf aku mau tanyak sesuatu sama kamu Aku gak tau gimana hubungin kamu karena aku wa kamu pun sepertinya wa mu ga aktif Makanya aku message kamuu Kalau kamu udah baca message aku Pliss balas yah Terima kasih Arif..
4 Hari setelah pesan itu di kirim, baru aku baca pesan tersebut. Karena pesan tersebut masuk ke dalam folder spam. Maklum sih, kan belum berteman kita di Facebook. Setelah aku bales, dia nggak jawab sama sekali. Sial, aku di kacangin. Satu tahun kita jarang banget komunikasi. Hanya sebatas komentar di Facebook, atau foto yang dia pasang di BBM.
50
Itupun, dia duluan yang invite PIN BBM aku. Kalau gak gitu, mana mungkin kita berdua bisa komunikasi. November 2015, aku dapet pakerjaan di sebuah perhotelan yang baru diresmikan. aku dapet posisi sebagai Housekeeping, sebelum akhirnya sekarang menjadi Sekretaris. Desember 2015, aku dapet kabar dari Wahyu, kalau dia putus dengan Firda. Dan aku pastiin juga ke Firda langsung, kalau emang dah putus mereka berdua. Seperti biasa, hanya sebatas chat singkat, lalu nggak ada chat lagi sama sekali. Lalu, Januari 2016, aku membuat status di BBM, “pengen jalan jalan nih, kemana ya? Surabaya atau Malang?”. Dan status itu di tanggepin sama Diana. Sejak saat itulah, aku deket sama Diana. Dua minggu setelah status itu, aku sama dia semakin deket. Walaupun dia sudah tau maksud aku deketin apa, dan dia masih ragu sama aku. Hingga suatu saat, dia kasih lampu hijau ke aku. “Kamu nggak apa apa ta deket sama aku?” tanya dia cemas. “Kenapa emang e?” heran, “yaa nggak apa apa sih”
51
“Kan kamu temend deket sama Firda, ntar gara gara kamu deket sama aku, kalian berantem lagi” jelasnya, masih dengan perasaan cemasnya. “Enggak apa apalah. Aku tanya langsung aja nih sama dia ya” “Berani kamu?” tanya dia. Belum sempat aku jawab, aku chat ke Firda. “Fir, udah putus beneran sama Diana?” “Iya Rif.” “Kenapa putus sama Diana?” tanyaku penasaran. “Nggak tau Rif. Tiba tiba dia minta putus sama aku. Sekarang aku deketin dia pun, dia nggak ngerespon sama sekali” jelasnya, dengan sedih. “Hahaha, kalo gitu, aku deketin Diana ya? kamu nggak apa apa kan?” tanyaku. “Iya nggak apa apa. Udah nggak ada harapan buat aku Rif. Tau gini, dulu aku perlakuin aja sama kayak cewek aku yang lainnya” jawabnya. “Woloh, ojok aneh aneh nguru Fir, Serem kamuh” jawabku sewot, “ Jadi nggak apa apa kan aku deketin dia” “Iya nggak apa apa kok Rif” Jawabnya.
52
Setelah itu, aku tunjukin chat aku sama Firda. Lalu tiba-tiba Diana bilang sesuatu yang mengejutkan buat aku. “Duhh... aku sayang juga kamu” Tanpa ada apa apa, tiba tiba dia bilang seperti itu. aku pura pura bodoh saja. aku tanya balik aja. “Saya sama siapa?” dengan wajah polos. “Ya sama kamulah, emang sama siapa lagi” jawabnya sewot. “Hmmm,, mau lanjut ke tinggat yang lebih nggak hubungan kita?” tanyaku. Blushing. “Iya, mau Rif” jawabnya. “Pacaran yuk”, sahutku.
Dan sejak saat itu, aku sekali lagi jatuh cinta dengan seseorang dan terbalaskan. Sekali lagi aku pacaran. Sekali lagi aku menjalin hubungan dengan orang lain. Dan sekali lagi, aku mengambil jalan dimana akan merasakan patah hati lagi.
53
CHAPTER 5 Romansa, Jarak, dan Ujung Jalan
54
Saat patah hati, ada beberapa tipe orang galau. Pertama adalah tipe yang normal. Mereka akan galau, tidak nafsu makan, dan susah untuk senyum. Kedua adalah tipe yang unik. Mereka secara tiba tiba ngalahin Mario Teguh kalau sedang membuat Quote. Statusnya di BBM, FB, IG, Twitter, Path, dan lainnya,, semua berisikan quote soal cinta. Lama lama bakal muncul acara TV yang judulnya “Orang Galau, Diamond Ways” dengan pembawa acara orang galau stadium akhir, yang penontonnya mereka yang baru sekali atau dua kali patah hati. Beda halnya dengan saat jatuh cinta. Ada dua tipe orang yang sedang jatuh cinta. Pertama, mereka yang bahagianya dibagi bagikan. Memasang foto pasangannya di sosmed, upload foto pasangannya di sosmed, trus bikin status romantis tentang dia dan pacarnya. Yang liatin orang orang jomblo, termasuk mantannya. Terus jomblowan dan jomblowati ini mendoakan agar mereka langgeng, padahal dalam hati berdoa agar setiap mereka merencakan untuk kencan, hujan bakal turun mengguyur. Kanvret banget. Lalu yang kedua, mereka yang berpasangan namun tidak terlalu mengeksposnya. Biasanya hubungan mereka lebih langgeng. Yang mengetahuinya hanya beberapa orang saja.
55
Selain itu, tidak ada orang lain yang iri akan hubungan mereka. Resiko Cuma satu aja, nanti pasangan kamu bakal ngaku jomblo, dan lirik sana sini nyari gebetan baru. Hubungan aku dan Diana berjalan dengan lancar dan baik baik saja. Semua terasa begitu indah dan menyenangkan. Bahkan, kita membuat banyak rencan rencan yang akan kita lakukan di masa depan nanti. Contohnya saja, seperti apa nanti keluarga kita, bagaimana kita dalam menidurkan anak kita, lalu bermain kartu bersama. Atau rencana untuk berbelanja sesekali untuk membeli baju baru. Juga rencana untuk ajak Diana makan di luar kalau dia sedang tidak mood untuk masak. Dan sebagainya. Rencana rencana indah sudah kita susun berdua sejak itu. Dan aku pun juga punya rencana untuk pindah pekerjaan dan menjadi tempat tinggal yang dekat dengan rumahnya di Surabaya. Hubungan kita terpisah jarak 60 Km panjangnya. Ya, hubungan kamung Distance Relationship. Sebuah hubungan yang paling ditakutkan kebanyakan orang, karena jarangnya pertemuan dan komunikasi secara langsung.
56
Tapi, sudah ku mantapkan bahwa aku bakal setia sama Diana, dan menjalani hubungan ini dengan memberikan kepercayaan kepadanya. Salah satu hal yang diperlukan untuk sebuah hubungan LDR memanglah sebuah kepercayaan. Kita juga punya panggilan sayang yang unik. Berawal dari chat yang lucu lucuan, berakhir dengan panggilan yang lucu pula. “Diana, oh Diana. Assalamuaikum” “Waalaikumsalam. Ada apa atok Arif” “Hahaha, kok atok? Kakek kakek dong? Tak patututttt...” jawabku dengan kamugat di acara Upin Ipin “Hahaha, lah terus jawab apa dong?” “Nggak tau, pikir aja sendiri, weekkk”. “Eh, coba lihat foto ponakanku nih” sambil ku tunjukin fotonya Zahwa kepadanya “Wah.. comelnyaaaa” “Iya dong, comel comel comel. Kayak kamu Yang, comel kan? Hehe” “haha, apaan cobak kamu nih. Bisa aja”
57
“Yaudah, aku panggil kamu „comel‟ aja ya Yang, buat panggilan sayang ke kamu, hehe” tanyaku. “Lah, terus aku panggil apa dong?” tanya dia, bingung. “Terserah kamu, pikirin aja sendiri. Hahaha” “Halah, bantulah cariin nama yang pas buat kamu”
Dan sejak saat itu, aku punya panggilan sayang buat dia. aku panggil „comel‟. Bahkan, sampai sekarang temen temennya juga menggunakan panggilan „comel‟ tersebut. Pada bulan Juli 2016, aku di ajak sama temen aku buat kumpul kumpul. aku setujuin aja tanpa tanya apapun. Sewaktu sudah mendekati jam yang di tentukan, aku tanya ke temen aku. “Rat, siapa aja yang iku?” tanyaku ke Ratna. “Banyak Rif, nanti kita ajak Alwi, Moho, Edy, Novia, Yustin, Astin, dan lainnya. Anak TKJ semua pokok e” jelasnya.
58
Tempat kumpulnya ditentukan di rumahnya Astin. Cukup jauh dari rumahku. aku datang tepat di jam yang sudah ditentukan. aku hanya melihat satu motor aja disana. Lalu muncullah Novia sama Ratna dari rumah Astin. “Sini masuk o Rif” ajak dia buat masuk ke dalam rumah Astin. “Loh, siapa aja yang ikut?” sambil berjalan masuk ke dalam. “Hanya kita berempat tok Rif. Aku, kamu, Novia, sama Astin aja. Novi kamuh tadi wes tak suruh sms Alwi” jelasnya, kebanyakan alasan. “Arek arek kamuh ndak ada yang bales SMSku. Yaudah Cuma kita berempat aja” Karena sudah terlanjur ikut, akhirnya aku memutuskan untuk tidak pulang. Toh, mereka semua temen temenku sewaktu masih SMK. Meskipun salah satunya adalah mantanku. Lalu kita berkunjung ke rumahnya Aris, cewek, untuk menemui anaknya yang baru berusia 1 tahun. Sesampai disana, Aris mengajaknya untuk makan di Lesehan Kebun Pakis, tempat suaminya bekerja. Kita berlima pergi ke kamukasi, dan
59
memesan satu tempat beserta paket makanan untuk lima orang. Kita makan bersama disana. Hanya aku sendirian cowok yang ikutan acara tersebut. Tak lupa juga, kiita foto foto bersama. Dan aku upload foto tersebut ke akun Instagram aku. Dari sana, Diana marah karena aku makan bareng tersebut sama temen temen aku. Alasannya dia marah, karena waktu itu aku cowok sendirian. Dan juga, disana ada mantan aku. Apalagi foto kita berlima aku upload di sosmed. Marahnya dia pun menjadi jadi. Memang dia tidak marah hebat. Tapi, secara sikap dia berubah banget, dan terlihat jelas. Bahkan, satu bulan setelah kejadian itu, aku sempat bahas hal itu. Dia langsung marah hebat, dan mengungkit permasalahan kenapa dia marah. September 2016, hari ini ulang tahun dia. aku sengaja mau kasih surprize ke dia dengan datang secara tiba tiba kerumahnya. Tapi, sebenarnya aku nggak dibolehin ke Surabaya sama dia, dengan alasan dia punya trauma dengan bulan September dengan pacarnya sebelum sebelumnya. Padahal September kan tidak punya salah apa apa dengan trauma tersebut ?
60
Satu kotak kue tanpa sebuah kado, ku berikan tepat di tempat kerjanya. Dan juga, satu kotak biskuit stik rasa teh hijau bersama satu botol teh susu menemani sedikit obrolan kita di teras AlfaMart tersebut. Tak lama kemudian, aku anter dia pulang lalu pergi kencan yang sederhana bersamanya. Sore menjelang, ku antar dia pulang kembali ke rumah. Begitupun aku, melanjutkan pulang kembali ke rumah dengan perasaan yang menyegarkan. Permasalahan datang silih berganti. Bahkan sampai hampir kata putus terucap diantara kita berdua. Selama beberapa bulan setelah kejadian di bulan Juli sebelumnya, masalah selalu ada menghampiri hubungan kita berdua. Hingga puncaknya pada bulan Desember. Suasana menjadi begitu runyam dan tidak nyaman. Tapi, kita tetap berjuang bersama hingga sampai di tahun 2017. Di bulan Januari, dia dipindahkan tempat kerja ke daerah Wiyung Regency karena Alfa sebelumnya sudah ditutup. Selama beberapa hari, dia mendapatkan beberapa bantuan dari cabang lain. Saat itulah dia bertemu dengan Nanda. Selain itu, disana dia juga bertemu dengan teman lamanya seperti Murni, dan Lainnya.
61
CHAPTER 6 Romansa dan Awal yang Baru
62
Salah satu yang membuat menarik ketika membaca buku adalah alur ceritanya. Ditambah lagi dengan adegan lucu yang tersirat di dalam buku tersebut. Contohnya dalam buku ini. Buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan banyak kelebihan yang bisa kita dapatkan setelah membaca buku ini sampai di bab ini. Contohnya saja kelebihan kekurangan. Lucunya, sampai di bab ini, tidak ada satu bagian pun yang memiliki adegan lucu. Begitupun kalian membacanya sampai di bab ini.
Salah satu faktor yang mempengaruhi fikiran seorang wanita adalah teman temannya. Karena wanita menggunakan perasaan, jadi mereka sangat mudah untuk berubah ketika mendengarkan ucapan ucapan temannya. Seperti halnya yang sudah terjadi pada hubunganku dengan Novia sebelumnya. Sebenarnya, saat dengan Diana ini, hubuganku juga tak luput dari campur tangan teman temannya. Misalnya saja waktu bulan November kemarin. Bu Tanti, salah satu teman kerjanya Diana, mengajaknya untuk jalan jalan bersama dengan pasangan masing masing. Sebelum aku
63
memberikan jawaban, aku bertanya kepada Diana terlebih dahulu. “Yang, itu Bu Ros ajak kita buat jalan jalan shoping lagi. Gimana? Mau ikut?” tanyaku kepada Diana. “Kayak e enggak dulu deh. Apalagi tanggal tua seperti ini” Jawab dia dengan sedikit keraguan. “Yaudah, nggak apa apa. Aku juga mau hemat kok” Ku coba untuk meyakinkan pilihannya dengan menyetujuinya. “Yaudah, enggak ikut nih ya. Aku tolak kalo gitu” lanjutku. “Iya, gak pa pa”
Lalu, aku chat ke Bu Tanti dan Mbak Murni, bahwa kita berdua tidak bisa ikut. Namun Mbak Murni sedikit memaksa dan akhirnya menyerah dengan keputusan kita berdua. Apalagi saat itu, AM mereka akan segera tutup dan tim mereka akan dipisah pisah. Makanya mereka mencoba untuk memaksa kita. Entah apa yang terjadi di AM waktu itu. Mungkin Diana diberikan jampi jampi dari Dukun yang menyemburkan segelas air, atau mendapatkan rayuan maut, hingga Diana mencoba untuk
64
berbohong kepadaku. Untuk pertama kalinya, dia berbohong. Namun Feelingku terasa tidak enak waktu di hari H, dimana rencana untuk Double Date tersebut berlangsung. PAGI “Beneran tah kamu ini nanti nggak ikut? Kalau mau ikut yaa gak apa apa. Nanti pulang kerja aku langsung kesana.” Tanyaku meyakinkan dia sekali lagi dengan keputusannya. “Entahlah nanti siang. Enggak tau aku” jawabnya dengan keraguan. SIANG “Jadi gimana nanti ?” tanyaku sekali lagi “Kayak e aku ikutan deh” jawabnya “Sendirian?” tanyaku, penasaran. “Entahlah”. “Yaudah, nanti aku temenin. Aku ikutan aja kesana” jawabku. “Jam 6 kan kumpulnya? Aku usahain bisa sampai disana tepat waktu”
65
“Loh, enggak usah. Udah ada temennya kok aku. Aku pasangan sama temenku. Dia customerku yang baik. Udah langganan sama AM gitu.”
Aku enggak terima dengan kondisi tersebut. Dan saat itu pula, aku memutuskan untuk langsung ke Surabaya usai pulang kerja. Di tengah perjalanan, Diana telfon kepadaku mencoba untuk membujukku. Yang akhirnya, dia memutuskan untuk tidak ikut dengan acara tersebut dengan syarat aku harus kembali ke rumah. Setelah itu, kita tidak berhubungan lagi selama beberapa jam. Aku tetap melanjutkan ke Surabaya, tanpa bilang ke Diana terlebih dahulu. Sampai disana tepat pukul 6 sore. Dan saat itu sepertinya dia sedang tidur. Bingung nggak tau harus ngapain, muter muter komlek di Lidah Wetan pun ku lakukan. Sampai akhirnya, berhenti di pom bensin, sendirian, termenung diam, dengan memegang handphone, berharap mendapatkan pesan darinya.
66
Jam 7 sore, akhirnya dia membalas pesanku. Dengan sedikit basa basi, kita ngobrol lewat chat saja. Lalu iseng ku tunjukkan lokasiku kepadanya. “Nih, coba lihat” Glymse, salah satu fitur di BBM. “Loh, apa ini?” tanya dia yang memang belum paham soal Glymse. “Itu lokasiku saat ini. Coba lihat” “Loh, dimana kamu? Di Surabaya?” tanya dia, kaget. “Iya, ehehhe. Lagi di pom bensin dekat rumah kamu ini” “Ya ampun, kamu ini loh. Yaudah, sini jemput aku” jawab dia, bahagia. Langsung ku pacu motorku ke rumahnya. Kita ngobrol beberapa menit, sebelum akhirnya kita berdua memutuskan untuk membeli bakso di pinggir jalan, tempat langganan dia beli bakso. Menyenangkan. Januari, dia bertemu dengan Nanda. Waktu itu, terjadi sesuatu di AM barunya Diana. Tiba tiba, Nanda chat Diana melalui fitur Instagram. Awalnya biasa biasa saja, lalu akhirnya Nanda meminta PIN BBM milik Diana. Biasanya tidak
67
pernah Diana memberikan PINnya kepada orang lain yang belum dekat, namun kali ini berbeda. Kecurigaanku muncul. Pertengahan Januari, tepat satu tahun hubungan kita. Kita berdua habiskan waktu berdua di Food Juction. Kita tukar kado juga disana. Dia memberikan aku sebuah surat dan juga kaos yang dia beli sendiri waktu itu. Ada hal lucu sewaktu dia beli kaos tersebut. Waktu itu masih jam kerjaku. Tiba-tiba, dia telefon kepadaku menanyakan arah jalan sambil terisak-isak menangis. “Rif, aku nggak tau dimana. Tolong aku” tanya dia sambil menangis. “Loh, kamu dimana?” tanyaku,kaget. “Enggak tau. Aku habis dari TP Mall. Pas aku pulang, aku nggak tau jalannya” Jelasnya, terisak isak menangis.
Aku gak tau, harus ketawa atau khawatir dulu. Rasanya begitu menggelikan. Berangkatnya tau jalan, pulangnya nyasar. Apalagi dia nggak bisa baca Maps atau GPS. Jadi khawatir juga dengan itu. Apalagi sudah malam dan dia sendirian.
68
Ternyata, waktu itu dia membelikan baju untuk kado buat kita. Dan dia juga membeli baju buat dia sendiri, dimana rencananya kedua baju tersebut, akan kita pakai sewaktu kita jalan jalan ke Wisata Bahari Lamongan. Bodohnya, sewaktu kita kencan tersebut, aku menanyakan perihal kedekatannya dengan Nanda. Mungkin dia merasa tidak nyaman dengan pertanyaanku. Dan dia tiba tiba tidak mau menunjukkan Hpnya yang membuatku semakin curiga. Padahal sebelumnya bukan menjadi masalah untuk kita bertukaran HP sekedar melihat halaman beranda sosmed masing masing. Malam itu, berbeda. Akhirnya, setelah perjalanan pulang, kita berantem lagi. Ya, di hari jadi kita, kita berantem, hebat. Februari, awal bulan, dia jalan jalan dengan temannya. Sewaktu ku tanya, dia menjawab bahwa akan jalan jalan dengan temannya, ramai ramai, cewek semua. Aku percaya, sepenuhnya. Pertengahan Februari, aku menemui dia di AM barunya. Kebetulan waktu itu kita ada rencana untuk jalan jalan ke Sutos dan beberapa tempat lainnya. Rencana aku mau memberikan dia film
69
sesuai dengan permintaannya sebelumnya. Aku pinjam HP miliknya. Entah malaikat mana yang membisikan di telingaku, yang membuatku merasa gundah dan hati terasa sakit. Padahal belum terjadi apa apa. Aku buka Whatsapp dia, dan aku penasaran dengan chatnya bersama Bu Tanti, tiga hari yang lalu yang sempat ditunjukkan kepadaku oleh Diana. Mengejutkan, ternyata waktu itu dia keluar bedua dengan Nanda ke Kodam. Berdua, berkencan. Aku lihat curhatannya dia ke Bu Tanti, yang terlihat senang dan bahagia dengan kencannya bersama Nanda tersebut. Salah satu orang KETIGA yang mengganggu hubungan kita, namun ini sangat dalam. Tanganku gemetar, bahkan berdiri saja dari motor yang ku duduki itu saja rasanya tidak kuat. Air mata rasanya mau turun, dengan deras. Tiba tiba, handphone yang ku pegang terasa begitu berat, berat sekali. Ku tekan semua emosiku, dan ku coba untuk berfikiran secara tenang. Aku foto semua bukti chat tersebut, untuk ku tunjukkan kepadanya ketika dia tidak mengaku.
70
Akhirnya, dia selesai dengan pekerjaannya. Aku antar dia kembali ke rumahnya untuk ganti pakaian sebelum kita pergi kencan. “Diana.... “ tanyaku, dengan suara yang berat. “Ya, kenapa?” tanya dia. “Aku tadi hapus akun BBMnya Nanda, aku blok. Nggak apa apa kan?” mau nangis. “Loh, apa apaa!!! jawabnya, histeris.
Kenapa??
Kok
bisa??”
“Enggak apa apa sih, hehe. Kemarin kamu jalan jalan sama dia kan?” tanyaku, berat. “Enggak kok. Sama temenku cewek.” Jawabnya, bohong. “Aku tadi baca chat kamu sama Bu Tanti, maaf ya” “Iya, gak apa apa” Suasana begitu tidak enak sekali selama perjalanan pulang. Bahkan saat berangkat ke Sutos, kita berdua berpura-pura seolah olah tidak terjadi apa apa. Sangat tidak menikmati suasana malam itu.
71
Akhirnya kita memilih makan di salah satu Junk Food, Fast Food. Selesai makan, aku menanyakan kembali perihal tersebut dengan cemilan kentang goreng dan es krim di meja kita. Awalnya dia tidak mengakui mengenai jalan bersama Nanda, yang sampai akhirnya mengaku setelah aku mengancamnya. Tapi dia tidak mau itu disebut perselingkuhan, hanya „main‟ saja. Ya, „main‟ saja. Awal Maret, kita kencan ke Daerah Pacet, Mojokerto. Kita jalan jalan berdua, sangat menyenangkan. Meskipun saat itu sedikit di guyur oleh hujan. Perjalanan terakhir kita ke pemandian air panas, Padusan. Kasus terulang kembali, sama seperti di bulan Januari. Dia tidak mau memberikan Hpnya kepadaku. Sepertinya ada yang dia rahasiakan dariku. Perjalanan pulang, kita kembali bertengkar hebat. Namun kita mencoba berpura pura baik baik saja. Perjalanan berakhir di kondangan teman dia yang sedang menikah. Disana bertemu dengan Bu Tanti, yang awalnya dia menyarankan untuk ke kondangan bersama Nanda saja, daripada bersama denganku. Hal itu, ku ketahui ketika aku mengintip saat Diana chat dengannya.
72
Satu minggu setelah itu, dia ada janji dengan temannya, Sasha. Hari kamis, seharian rasanya mau marah saja tanpa sebab. Entah setan apa yang merasaki waktu itu. Malam itu, tiba tiba terucap kata untuk berpisah dari mulutnya. Entah kenapa, hatiku tidak terasa sakit sama sekali. Sama sekali biasa biasa saja mendengarnya, hanya terbayang apa yang akan terjadi dengan harapan harapan kita berdua. Jum‟at, pagi pagi aku ke rumah dia untuk mengucapkan kata pisah. Setelah mengucapkan kata pisah, aku berencana kembali pulang. Namun seketika berubah fikiran, aku mencoba untuk mempertahankan dia, sekali lagi dan lagi. Rasanya aku tak mau kehilangannya. Aku memohon kepadanya, dengan sepenuh hati. Aku mencoba untuk meyakinkannya, dengan sungguh sungguh. Dan akhirnya dia mau menerimanya. Senangnya. Tiba tiba, mozaik saat kencan sebelumnya terlintas di fikiranku. Seketika, langsung aku rebut HP dia dari tangannya. Aku kabur, dan membukanya, melihat isinya. Hal mengejutkan apa yang dia sembunyikan. Chat dia mesrah bersama Nanda. Juga beberapa foto kencan dia, kemarin hari Kamis. Mereka berdua
73
kencan di Surabaya Karnival, di tempat yang pernah kita berdua datangin juga. Dan berfoto di tempat yang romantis, yang pernah kita pakai untuk berfoto juga. Dia berbohong dan selingkuh, sekali lagi. Tidak, tidak ada kata sekali lagi untuk kali ini. Ini sudah akhirnya, begitu pikirku. Tanpa kata, aku kembali ke rumahnya. Aku berikan Hpnya kepada dia. Rasanya mau ucapkan kata putus, namun saat itu ada orang tua dia beserta tetangganya waktu itu. Aku hanya diam. Aku berpamitan ke orang tuanya, lalu pulang dengan perasaan kesal karena dibohongi, bukan patah hati. Rasanya hati ini sudah sedingin es yang dilapisi dengan besi adamantium, yang super kuat, yang jadi cakarnya Wolverine itu. Kokoh, nggak bakal bisa retak sama apapun. Rasanya sudah nggak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Dalam hati, dia bukan siapa siapa lagi. Gue, berubah. Dua minggu setelah hari itu, Diana dan Nanda akhirnya jadian. Selamat ya atas hubungan kalian, semoga ini menjadi awal yang baru buat kalian. Semoga bahagia selalu menyertaimu. Aamiin.
74
Kemarin, gue chat sama Diana mengenai novel ini. Seperti biasa, gue nanyain untuk izin mencamtum kan dia di cerita ini. Kanvret banget, baru gue chat, langsung dia ganti Foto Profilnya pakai foto pacarnya. Apaan coba maksudnya? Hahaha. Kebetulan yang menggelikan. “Oh ya, aku iseng2 nulis, jadi kayak light novel. Disalah satu babnya.. ada yg nyeritain soal kamu. Jadi mau minta permisi.. kutip beberapa cerita soal kamu” “Apa itu” “Insyaallah, nanti ku samarkan namanya. Dan gitu aja, hehe” “Emang soal apa yaa” “Dari sebelum kenal sampek pura2 gak kenal” “Haha Masya Alloh” “Hahaha” “Yg purak2 gak kenal siapa yah” “Enggak enggak.. canda. Kan biasanya begitu. Hbis putus,, kalo ketemu kayak liat setan. Pura2 gak kenal,, gak nyapa”
75
“itu kan di meme meme. Insya Alloh aku gak begitu” “Bukan, itu di film” “wkwk. Halah sama aeh” “Ini nyata,, pasti beda” “Yah maksudnya aku kan gak kayak gitu” “Intinya soal itu deh. Entahlah. Belom ketemu lagi juga kan. Beli di tes (dibuktikan). Kalo dah jadi (buku ini),, nanti aku kasih” “Haha boleh kalo mau di tes. Iyya makasih” “Haha kalo ketemu yaa. Satu kemungkinan bertemu secara acak”
dari
sejuta
Setelah semua itu, ibu suka bilang ke gue, “udah mulai gemukan ya. Gak kayak sebelumnya, dah jahat sama ibuk, tambah kurus pula. Kebanyakan mikir”. Terbesit senyuman di bibirku. Menandakan sebuah keputusan yang tepat untuk gue ambil waktu itu. Entah apa yang bakal terjadi selanjutnya. Apakah Nanda dan Diana akan bersama terus? Ataukah dia nanti kembali bersamaku? Atau kita berdua
76
bakal bertemu dengan jodoh masing masing? Nggak ada yang tau. Dan mulai saat ini, yang pasti, gue maupun Diana, sudah berbeda. Kita bukan orang yang sama lagi seperti saat kali gue bersamanya. Ada sesuatu yang berubah.
77