Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU SMA YADIKA 3 KARANG TENGAH Riesminingsih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhakti Pembangunan Jakarta Email:
[email protected] Abstract: The research aims to determine the influence of teacher’s competency and Motivation to the teacher’s performance in Yadika 3 Senior High School.The variables’ research are Competency And Motivation to analyze the influence of Teacher’s Performance as the samples through questioner by using ordinal scale with saturation technique for the total amount of Yadika 3 Senior High School’ teachers are 63 people. Using Multiple Linier Regression analysis to analyze data. The result of statistical descriptive analysis shows that Competency, Motivation and teacher’s performance in Yadika 3 Senior High school are High. The result of hypothesis’ test conclude that there are influence which positive and significant between Competency, Motivation either by itself and also in common. Keywords: Competency, Motivation, Teacher’s performance Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi guru terhadap kinerja guru di SMA Yadika 3. Variabel dalam penelitian ini adalah Kompetensi Dan Motivasi untuk menganalisis pengaruh kinerja guru sebagai sampel melalui kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dengan teknik saturasi untuk jumlah total guru di SMA Yadika 3 adalah 63 orang. Menggunakan Beberapa analisis regresi linier untuk menganalisis data. Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa Kompetensi, Motivasi dan kinerja guru di SMA Yadika 3. Hasil uji hipotesis 'menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Kompetensi, Motivasi baik dengan sendirinya dan juga kesamaan. Kata kunci: Kompetensi, Motivasi, kinerja Guru PENDAHULUAN Untuk menjadi guru yang profesional sesuai dengan Undang – Undang No.14 tahun 2005, pada pasal 8 ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan kegiatan mengajar di sekolah. Guru yang bermutu adalah guru yang profesional dalam pekerjaannya karena guru yang profesional senantiasa dapat meningkatkan kualitasnya, oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai kompetensi tersebut sehingga peserta didik dapat dengan mudah menyerap ilmu yang didapat. Kinerja yang optimal merupakan harapan semua pihak begitu juga di SMA Yadika 3 Karang Tengah, sekolah yang berlokasi di kawasan padat penduduk yaitu Ciledug serta salah satu dari 40 sekolah swasta unggulan se- Indonesia versi Majalah Gatra pada tahun 2009 pada kenyataannya di
263
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
lapangan menunjukkan masih ada beberapa guru yang kinerjanya belum optimal. Berdasarkan observasi di SMA Yadika 3 Karang Tengah terlihat bahwa kinerja guru dirasakan masih belum memuaskan. Dalam realitas sehari-hari masih ditemukan adanya gejala-gejala antara lain: Pertama. Rata – rata nilai UN yang semakin menurun pada beberapa mata pelajaran selama dua tahun berturut – turut, yaitu pada mata pelajaran Bahasa Inggris dan Fisika, sementara itu pada pelajaran Bahasa Inggris para siswa SMA Yadika 3 Karang Tengah selama satu minggu frekuensi belajar lebih banyak dibandingkan pelajaran lain yaitu tiga kali seminggu masing – masing pertemuan 2 x 45 menit. Kedua. Tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Ujian Semester beberapa mata pelajaran. Ketiga. Persentase rata – rata Kehadiran Guru SMA Yadika 3 di bawah 98% dimana dalam peraturan kepegawaian di Yayasan Abdi Karya bahwa rata – rata kehadiran guru minimal 98% per tahun. Pada penyelenggaraan pendidikan Tingkat Dasar, Menengah maupun Atas kehadiran guru merupakan faktor yang sangat penting. Salah satu peranan guru adalah sebagai pengelola kelas. Pengelola kelas dalam hal ini ada dua macam yaitu pengelolaan fisik atau yang berkenaan dengan pengelolaan benda mati seperti mendesain kelas dan pengelolaan non fisik yaitu siswa. Tanpa pengelolaan yang baik tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan optimal. Keempat. Masih banyaknya guru yang tidak lulus dalam tes kompetensi yang diselenggarakan oleh pihak Yayasan Abdi Karya setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang dijadikan pokok masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah?; (2) Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah?; (3) Apakah kompetensi dan motivasi secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah? Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak dicapai antara lain:1) Untuk mengetahui kuat pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru pada SMA Yadika 3 Karang Tengah, 2) Untuk mengetahui kuat pengaruh motivasi terhadap kinerja guru pada SMA Yadika 3 Karang Tengah, 3) Untuk mengetahui kuat pengaruh kompetensi guru dan motivasi secara bersama – sama terhadap kinerja guru pada SMA Yadika 3 Karang Tengah. Berdasarkan Kerangka di atas maka hubungan ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Bebas Variabel Terikat Kompetensi ( X1 ) 1.Kompetensi Paedagogik(X1.1) 2.Kompetensi Profesional(X1.2)3.Kom petensi Pribadi(X1.3) M 4.Kompetensi Sosial(X1.4) 5.Bidang Pengelolaan Hipotesis Kelas(X1.5) Motivasi ( X2 ) : 1.Tanggung Jawab(X2.1) 2.Prestasi(X2.2) 3.Pengembangan diri(X2.3) 4.Kemandirian(X2.4) 5.Harapan(X2.5)
Kinerja( Y ) 1.Kualitas (Y1) 2.Kecepatan/ Ketepatan Kerja (Y2) 3.Inisiatif dalam bekerja(Y3) 4.Kemampuan kerja(Y4) 5.Komunikasi(Y5)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran 264
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Hipotesis. Berdasarkan kerangka Pemikiran di atas maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut: H1 : Kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. H3: Kompetensi guru dan motivasi secara bersama – sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru Di SMA Yadika 3 Karang Tengah Tahun 2012/2013 Variabel Konstanta Kompetensi Motivasi R2 F Hitung
Nilai Koefisien 6,868 0,421 0,241 0,519
standardized coefficient
34,401
.487 .326
t hitung 4.205 4.430 2.962
Signifikansi 0,000 0,000 0,004 0,000 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013) Uji Koefisien regresi secara bersama – sama (Uji F). Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 34,401 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α=5%, df1 (Jumlah Variabel 1) atau 3 – 2 = 1 dan df2 ( n-1) atau 63 – 2 – 1 = 60 ( n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen ), hasil diperoleh F tabel sebesar 3,150. F hitung > F tabel (34,401 > 3,150) maka dapat disimpulkan Ho ditolak, artinya Kompetensi dan Motivasi secara bersama – sama berpengaruh terhadap Kinerja Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Dengan demikian Ho ditolak dan H3 diterima Uji Parsial (Uji t). Untuk menguji pengaruh masing – masing variabel bebas secara sendiri – sendiri terhadap variabel terikat dengan membandingkan t hitung atau t tabel. Uji Parsial untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 diketahui bahwa Nilai t hitung variabel Kompetensi adalah 4,430 lebih besar dari t tabel = 1,670 ( 4,430 > 1,670 ) artinya Kompetensi berpengaruh terhadap Kinerja Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima. Nilai t hitung variabel Motivasi adalah 2,962 (2,962 > 1,670) artinya terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H2 diterima. Koefisien Determinasi (R2). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai R square (R2) sebesar 0,519 atau 51,9%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan variabel kompetensi dan motivasi terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah sebesar 51,9% sedangkan sisanya 48,1% dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini misalnya kepemimpinan, budaya kerja, kompensasi, kepuasan kerja dan lain-lain.
265
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Tabel 2. Korelasi dimensi Kompetensi dengan Kinerja Guru Dimensi
K.Paedagogik Sig.2-tailed K. Profesional Sig.2-tailed K. Pribadi Sig.2-tailed K. Sosial Sig.2-tailed K. Bidang kelola Kelas Sig.2-tailed
Kualitas Kerja
0,250 0,048 0,319 0,11 0,438 0,000 0,133 0,301 0,340
Kecepatan dan Ketepatan kerja 0,198 0,119 0,165 0,197 0,361 0,004 0,191 0,134 0,195
0,006
0,125
Kinerja (Y) Inisiatif Kemampuan
Komunikasi
0,128 0,317 0,426 0,54 0,360 0,001 0,287 0,023 0,313
0,214 0,92 0,520 0,000 0,478 0,000 0,624 0,000 0,360
0,219 0,084 0,357 0,004 0,590 0,000 0,348 0,005 0,242
0,012
0,004
0,56
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan Tabel Korelasi Antar Dimensi Kompetensi Dan Kinerja di atas dapat diketahui bahwa nilai r Dimensi kompetensi sosial dengan kemampuan tertinggi dibandingkan dimensi lain yaitu sebesar 0,624, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial berpengaruh kuat terhadap kompetensi para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah. Kompetensi sosial guru diwujudkan dalam hubungannya dengan stake holder yaitu hubungan sosial dengan siswa, dengan rekan sesama guru, kepala sekolah serta orang tua siswa. Sekolah merupakan bentuk usaha dibidang jasa, oleh karena itu pelayanan yang baik menjadi modal utamanya selain itu dengan penguasaan kompetensi sosial tentu saja akan menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi. Sedangkan nilai r terendah yaitu pada dimensi kompetensi bidang pengelolaan kelas dengan kemampuan para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah lemah sebesar 0,360. Masih banyaknya guru yang enggan untuk mendesain kelas sesuai dengan materi yang di ajarkan sering kali ditemui terutama bagi beberapa guru, sementara itu mendesain kelas merupakan salah satu bentuk pengelolaan kelas terutama fisik agar pencapaian pembelajaran optimal karena dengan mendesain kelas para siswa tidak akan mudah bosan. Selain itu, Masih banyaknya guru yang mengajar dengan menggunakan metode yang sama untuk materi yang berbeda sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak maksimal. Dengan menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran justru akan mengasah kemampuan para guru untuk mengeksplorasi dirinya sehingga siswa mencapai kompetensi yang di harapkan. Berdasarkan Tabel Korelasi Antar Dimensi Motivasi Dan Kinerja (tabel 3) dapat diketahui bahwa dimensi Tanggung jawab dengan kemampuan dan Prestasi dengan Ketepatan dan Kecepatan kerja memiliki r terkecil dibandingkan dimensi lain, yaitu 0,366 atau 36,6% artinya tanggung jawab memiliki pengaruh yang kecil terhadap motivasi para guru. Kurangnya kontrol yang ketat dari pimpinan menyebabkan para guru menganggap tanggung jawab tidak mendorong mereka untuk bekerja lebih baik.
266
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Tabel 3. Korelasi dimensi Motivasi dengan Kinerja Dimensi
Tanggung jawab Sig.2-tailed Prestasi Sig.2-tailed Pengembangan diri Sig.2-tailed Mandiri Sig.2-tailed Harapan Sig.2-tailed
Kinerja ( Y ) Inisiatif Kemampuan
Kualitas Kerja
Kecepatan dan Ketepatan kerja
Komunikasi
0,280
0,318
0,387
0,366
0,474
0,26 0,238 0,60
0,11 0,366 0,003
0,002 0,517 0,000
0,003 0,501 0,000
0,000 0,380 0,002
0,259
0,394
0,254
0,464
0,367
0,40
0,001
0,000
0,003
0,294
0,210
-0,023
0,163
0,19 0,462 0,000
0,98 0,552 0,000
0,045 0,033 0,800 0,099 0,439
0,858 0,337 0,007
0,230 0,321 0,010
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013) Hal ini disebabkan kurangnya penghargaan dari pimpinan atau pihak yayasan terhadap guru yang berprestasi misalnya pemberian reward kepada guru yang berprestasi sehingga kemampuan yang telah di capai kurang berpengaruh terhadap kinerjanya. Begitu juga dengan Prestasi guru SMA Yadika 3 Karang Tengah tidak berpengaruh terhadap Motivasinya. Uji Kompetensi guru yang dilaksanakan oleh pihak yayasan misalnya, bagi para guru yang tidak lulus dan para guru yang lulus tidak berpengaruh terhadap karier mereka, sehingga guru-guru cenderung menganggap sebagai hal yang biasa. Berbeda jika Yayasan memberlakukan Reward, dengan memberikan penghargaan bagi guru yang lulus uji kompetensi akan menjadi daya dorong para guru meningkatkan Pengetahuannya baik keguruan maupun keilmuan. Sementara itu, bagi para guru yang tidak lulus diberikan teguran agar mereka tidak tetap jalan ditempat atau berusaha memperbaikinya. Meskipun begitu, Harapan dengan Ketepatan/kecepatan kerja memiliki r terbesar dibandingkan dimensi lain yaitu sebesar 0,552 atau 55,2%. Di Yayasan Abdi Karya ada 3 status guru yaitu GTY singkatan dari Guru Tetap Yayasan, DPK singkatan dari Diperbantukan atau guru berstatus Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di sekolah swasta dan GTT singkatan dari Guru Tidak Tetap. Dengan adanya status Guru Tetap Yayasan setidaknya para guru memiliki harapan untuk dapat diikut sertakan dalam sertifikasi. Sistem kompensasi struktural menjadikan Guru Tetap Yayasan menjadi idaman bagi para guru honor atau Guru Tidak Tetap. Meskipun tidak ada kriteria yang jelas bagi pengangkatan guru tetap yayasan namun harapan tersebut menjadi sumber motivasi bagi para guru. Di samping itu, adanya harapan tersebut mampu meningkatkan kecepatan/ketepatan kerja guru sehingga kinerja menjadi bertambah baik. Pembahasan. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara parsial kompetensi memiliki pengaruh secara positif dan signifikan dimana variabel kemampuan 0,00 < 0,05 menunjukkan bahwa peningkatan dan
267
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
penurunan kemampuan akan berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Variabel Kompetensi memiliki hubungan kuat dengan Variabel Kinerja yaitu sebesar 0,624 dengan dimensi tertinggi Kompetensi Sosial dengan Kemampuan. Artinya, Kompetensi Sosial para guru SMA Yadika 3 Karang Tengah menjadi kebutuhan tertinggi yang berpengaruh kuat terhadap Kompetensinya. Oleh karena itu, Hubungan sosial yang baik dengan seluruh komponen sekolah hendaknya tetap dijaga begitu juga dengan kemampuan kerja memiliki berpengaruh kuat terhadap kinerja para Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Semakin tinggi kemampuan kerja para guru maka akan menghasilkan kinerja yang terbaik sementara itu, Kompetensi bidang pengelolaan kelas harus di tingkatkan karena memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap kompetensinya sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Melalui kompetensi bidang pengelolaan kelas para guru secara tidak langsung mengasah seni mengajar mereka agar siswa tidak bosan sehingga kemampuan para guru semakin bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kingkin,S (2012) yang berjudul Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Profesi terhadap Kinerja. Populasi penelitian seluruh guru SMP Negeri di Kecamatan Kutowinangun,berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat pengaruh Motivasi berprestasi dan kompetensi profesi secara parsial terhadap kinerja. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja. Dari Tabel 1 dapat di ketahui bahwa secara parsial motivasi memberikan pengaruh secara positif dan signifikan akan tetapi memiliki hubungan yang lemah/rendah terhadap kinerja artinya motivasi yang diberikan oleh Sekolah maupun Yayasan hanya sedikit pengaruhnya terhadap kinerja para guru. Dimensi tertinggi yaitu pada harapan dengan ketepatan/kecepatan kerja; adanya harapan atas pekerjaan menjadi motivasi tertinggi dalam bekerja bagi para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah, oleh karena itu pimpinan sekolah dan pihak yayasan hendaknya mempertahankannya meskipun prestasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerjanya namun harapan bisa di jadikan motivasi para guru untuk meningkatkan ketepatan/kecepatan bekerja. Disamping itu, tanggung jawab juga tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah padahal tanggung jawab akan pekerjaan merupakan bagian dari profesionalisme. Peraturan dan sikap pimpinan yang tidak tegas membuat beberapa guru mengabaikan tanggung jawabnya misalnya kedisiplinan dalam pembuatan perangkat pengajaran serta tugas – tugas lain sangat kurang. Keterlambatan sering kali di ampuni dan berulang – ulang di lakukan tanpa ada tindakan tegas sehingga menghambat pekerjaan yang lain. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jhon Pieter (2010) kajiannya mengenai Analisis pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja jabatan fungsional perencana pada biro Perencanaan dan keuangan LIPI bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi terhadap kinerja dan variabel kinerja dipengaruhi kuat oleh motivasi kerja dan kemampuan kerja. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi secara simultan terhadap Kinerja. Pada Tabel 1 diketahui bahwa pengujian hipotesis menggunakan uji F membuktikan bahwa kompetensi dan motivasi secara bersama–sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2010) yang berjudul Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 87
268
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Jakarta. Kompetensi dan motivasi para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah cukup tinggi kinerjanya. Hal ini terbukti dari persentase sebesar 51,9% bahwa secara bersama – sama kompetensi dan motivasi mempengaruhi kinerja guru dan sisanya sebesar 48,1% kinerja guru di pengaruhi oleh sebab–sebab lain diluar model.Oleh karena itu, Kepala sekolah sebagai pimpinan hendaknya terus menjaga kondisi ini sehingga kinerja sekolah akan meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa di bidang akademik, bertambah siswa – siswi SMP yang masuk ke SMA Yadika Karang Tengah sehingga akan berpengaruh pada bertambahnya jam mengajar para guru di SMA Yadika 3 dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka. Kesimpulan Variabel Kompetensi: Variabel yang sangat kuat dalam mempengaruhi kinerja guru di SMA Yadika 3 adalah kompetensi pada dimensi Kompetensi Sosial dengan Kemampuannya sedangkan dimensi yang tidak berpengaruh/lemah adalah kompetensi bidang pengelolaan kelas dengan kemampuannya. Kesimpulan Variabel Motivasi: Variabel yang sangat kuat dalam mempengaruhi kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah adalah harapan denga ketepatan/kecepatan kerja dan dimensi yang tidak berpengaruh/lemah adalah prestasi dan tanggung jawab guru dengan ketepatan/kecepatan kerja dan inisiatif kerja. PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: Pertama. Kompetensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah, terutama pada dimensi kompetensi sosial dengan kemampuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang di miliki oleh para guru maka akan semakin tinggi kinerja para guru. Nilai standardized coefficient sebesar 0,487 menandakan pengaruh yang kuat kompetensi terhadap kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah sehingga ada faktor – faktor lainnya yang dapat dijadikan prediksi untuk meningkatkan kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Kedua. Motivasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah, terutama pada dimensi Harapan atas pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik motivasi yang dilakukan oleh pihak sekolah/Yayasan maka semakin tinggi kinerja guru. Nilai standardized coefficient sebesar 0,326 menandakan pengaruh yang kurang kuat motivasi terhadap kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah, sehingga ada faktor–faktor lainnya dapat dijadikan prediksi untuk meningkatkan kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah. Ketiga. Kompetensi dan Motivasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi (R) dan Koefisien determinasi (R square) yang di dapat adalah positif dan hasil uji F dimana F hitung lebih besar dari F tabel serta nilai signifikansinya lebih kecil dari yang ditetapkan (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi guru dan Motivasi yang diberikan pihak sekolah/Yayasan maka semakin tinggi kinerja guru. Nilai adjusted square R sebesar 0,519 menunjukkan besarnya pengaruh kompetensi dan dan motivasi terhadap kinerja guru adalah 51,9% dan sisanya sebesar 48,1% dipengaruhi oleh faktor– faktor lain. Keempat. Berdasarkan analisis matrik korelasi antar dimensi pada variabel kompetensi dengan variabel kinerja guru, hubungan terkuat pada dimensi kompetensi sosial dengan dimensi
269
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
kemampuan sebesar 0,624. Kelima. Pada variabel Motivasi dengan variabel kinerja guru, hubungan terkuat pada dimensi harapan dengan dimensi ketepatan/kecepatan kerja sebesar 0,559. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. (2004). Badan Akreditasi Sekolah Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas --------------, (2004). Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas. --------------, (2005). Undang – Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Bandung: Penerbit Fokus Media Kingkin, S., (2012). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Profesi Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Tesis. Universitas Negeri Jenderal Soedirman. Pieter, Jhon. (2010). Analisis Pengaruh motivasi dan Kemampuan Kerja terhadap Kinerja Jabatan Fungsional Perencana pada Biro Perencanaan dan Keuangan LIPI. Tesis. Universitas Mercu buana. Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Bandung: CV. Mandar Maju. Uno, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Wahyudi, Imam (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya Publisher. Winarti. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 87 Jakarta. Tesis. Universitas Mercu Buana. Amstrong, Gery dan Kotler, Philip, 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke Sembilan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit PT. Indeks. Assauri, Sofjan, (2004). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Ghozali, Imam, (2005). Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hawkins D., Mothersbough, dan Best (2007). Consumer Behaviour: Building Marketing Strategi. 10th Edition. MC. Grow Hil irvin. Husein, Umar, (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jonathan, Sarwono (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jagdish N, Sheth dan Mittal, Banawi (2004). Customer Behaviour. Managerial Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson. Kotler, Philip (2001). Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan control, jilid 1. Jakarta: Penerbit Prenhalindo. Kotler, Philip (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Kencana Prananda Media. Ma’aruf, Hendri, (2005). Pemasaran Rite. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
270
Riesminingsih 263 - 271
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Mowen, C, John dan Michael, Minor (2001). Prilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara. Mangkunegara, Anwar (2005). Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama. Nugroho J., Setiadi (2003). Prilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Bisnis Pemasaran. Jakarta: Pranada Media. Olson J., C., dan Peterr, J., P., (2000). Consumer Behaviour. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: penerbit Erlangga. Rangkuti, F., (2003). Riset Pemasaran. PT. gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rambat, Lumpiyoadi (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi I. Jakarta: Penerbit PT. Salemba Empat. Swasta, Basu (2002). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Swasta, Basu, dan Irwan (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
271
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMK BUDI MULIA TANGERANG Nachrowi Iman Santoso Dinas Pendidikan Kota Tangerang Email:
[email protected], Abstract: This research is conducted to analyze andreveal the influence of Principal Leadership and work motivation on the Performance of teachers in SMK Budi Mulia Tangerang. Principal's leadership role in the process of moving, influencing and guiding others in order to achieve organizational goals is the role to be performed as well as the leadership of the principal motivation influences from within and outside motivation. Research methodology used was a survey method is descriptive analytic. Techniques used in the determination of the sample is saturated sampling (census) in which all members of the population sampled. The results of the study showed the influence of the principal's leadership and work motivation on the performance of teachers in vocational high school Budi Mulia Tangerang. The influence of principal leadership effects on teacher performance, especially on intellectual development dimension to the dimensions of work ability and initiative, inspiring dimensions to the dimensions of the initiative, the influence of ideal dimensions to the dimensions of work ability and discipline, each has a strong-enough relationship while on work motivation has a strong relationship, particularly on the dimensions of the inside of the dimensions of initiative.. Keywords: principalleadership, work motivation, teacherperformance. Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap Kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam proses bergerak, mempengaruhi dan membimbing orang lain untuk mencapai tujuan organisasi adalah peran yang akan dilakukan serta kepemimpinan pengaruh motivasi utama dari dalam dan luar motivasi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif analitik. Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah sampel jenuh (sensus) di mana semua anggota populasi sampel. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kepala sekolah kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah menengah kejuruan Budi Mulia Tangerang. Pengaruh efek kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, terutama pada dimensi perkembangan intelektual dengan dimensi kemampuan kerja dan inisiatif, dimensi inspirasi untuk dimensi inisiatif, pengaruh dimensi yang ideal untuk dimensi kemampuan kerja dan disiplin, masing-masing memiliki kuathubungan yang cukup saat motivasi kerja memiliki hubungan yang kuat, terutama pada dimensi bagian dalam dimensi inisiatif. Kata kunci: principalleadership, motivasi kerja, teacherperformance.
272
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENDAHULUAN Keberhasilan prestasi sekolah ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru .kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah.Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dari inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah akan mempengaruhi bagi keberhasilan sekolah. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk memberdayakan seluruh sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan sekolah.Khusus berkaitan dengan guru kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja guru, melalui pemberdayaan sumber daya manusia (guru).Disamping itu kepemimpinan kepala sekolah juga harus mampu memberikan motivasi kerja bagi peningkatan kinerja guru dan hasil belajar siswa. Kepala sekolah memiliki peran yang begitu penting bagi peningkatan kinerja seorang guru, beberapa dimensi yang dapat mempengaruhi berupa pengaruh ideal yaitu gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi kerja bawahan, inspirasi yaitu gaya kepemimpinan memberikan panutan bagi bawahan untuk meraih prestasi, pengembangan intelektual yaitu gaya kepemimpinan memberikan rangsangan kepada bawahan untuk terus meningkatkan dan perhatian pribadi yaitu gaya kepemimpinan mempu memberikan lingkungan yang kondusif. Seorang guru yang profesioal akan mampu mengajar berangkat dari niat awal sebagai guru dan niat tulus yang telah direncanakan dan bukan karena kebetulan. Begitu penting motivasi dari dalam diri yang dapat mampu mengobarkan semangat diri untuk pencapaian tujuan, tumbuh sebagai nilai kesadaran diri disamping terdapat motivasi dari luar. Fenomena inilah yang menjadi bahan penelitian karya akhir peneliti di SMK Budi Mulia Tangerang. Kemerosotan prestasi sekolah yang dialami oleh SMK Budi mulia diduga kurang profesionalnya kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah yang ada .ini dapat dilihat pada Sie Kurikulum SMK Budi Mulia 2013 tersebut masih tumpang tindih dalam pemberian wewenang dan tanggung jawab, wakil kepala sekolah yang masih menjabat sebagai wali kelas dengan beban jam yang banyak yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tugas utama wakil kepala sekolah dalam menyikapi kemajuan sekolah. Rendahnya kehadiran guru pada jam mengajar mengakibatkan rendahnya prestasi peserta didik akibat sering ditinggalkan dan penyampaian materi pembelajaran tidak optimal. Begitupun dengan tingkat disiplin guru dan karyawan yang masih rendah yang ditandai dengan keterlambatan hadir dalam sekolah, hal ini menunjukkan tidak profesionalnya tingkat kinerja guru dan karyawan, yang akan menghambat birokrasi administrasi guru dan proses kegiatan beajar mengajar. Pergantian jabatan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah mulai dari periode awal berdiri sekolah hingga sekarang terlihat bahwa kepala sekolah tidak mengalami perubahan pergantian begitu pun dengan wakil kepala sekolah, dan ini menunjukkan tidak ada peningkatan jabatan kearah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sama artinya kesempatan berkarir bagi guru – guru untuk mencapai puncak jabatan sebagai wakil kepala sekolah dan kepala sekolah tidak memiliki peluang. Pada dasarnya guru memiliki
273
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
harapan kedepan dengan berbagai aspirasi yang ada salah satunya adanya kenikan karir dalam kinerja. Kurang optimalnya kinerja guru dan rendahnya motivasi guru baik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dari pengamatan penulis bahwa ada indikasi kinerja guru dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi antara lain kemampuan atau kompetensi dan motivasi guru dalam menjalankan profesinya, sedangkan faktor ekstern antara lain berupa kepemimpinan kepala sekolah sebagai Kejuruan, lingkungan, alat dan lain sebagainya. Dari latar belakang masalah di Kejuruan dapat dideteksi bahwa mutu pendidikan kita rendah.Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan kita adalah rendahnya profesionalisme guru yang berdampak pada kinerja. Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat motivasi yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik, karena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang melatar belakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja keras Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah. Disini Kepala Sekolah dituntut untuk mampu memerankan tugasnya.Kepemimpinan kepala sekolah disamping harus mampu mengelola sumber daya yang ada juga sebagai motivator bagi kepatuhan diri dan disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan salah satu bagian dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya produktivitas kerja dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai. Bertitik tolak pada realita yang ada di atas maka masalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu dibuktikan dengan mengadakan penelitian. Oleh karena itu, penulis membuat judul penelitian “ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Budi Mulia Tangerang“. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa kuat variable kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Dengan diketahuinya seberapa kuat pengaruh variable-variabel bebas terhadap variable terikat diharapkan akan dapat diidentifikasikan tindakan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja guru SMK Budi Mulia Tangerang. Berdasarkan latar belakang permasalah yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Ciledug Tangerang?; (2) Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Ciledug tangerang?; (3) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Ciledug Tangerang?; (4) Maksud dan tujuan riset adalah untuk
274
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
memperoleh bukti empiris mengenai ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap variable kinerja guru.pada sekolah menengah kejuruan Budi Mulia Tangereng. Variabel Kepemimpinan (X1). Konsep teoritas variable kepemiminan yang digunakan dalam korelasi dimensi antar variable tersebut diatas adalah menggunakan teoritas menurut Bass et al. Diamana hakikat kepemimpinan kepala sekolah adalah proses menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi Gaya kepemimpinan tranformasional adalah kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip pengembangan bawahan (follower development). Kepemimpinan dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Menurut Bass et al. ( 2003 ) mengemukakan bahwa Gaya kepemimpinan dalam penelitian didefinisikan sebagai kepemimpinan transformasional, yang merupakan variabel independen, yang dibentuk dari empat dimensi yaitu: (1) pengaruh ideal (gayakepemimpinan mempengaruhi motivasi kerja bawahan); (2) Inspirasi (gaya kepemimpinan memberikan panutan bagi bawahan untuk meraih prestasi); (3) Pengembangan intelektual (gaya kepemimpinan memberikan rangsangan kepada bawahan untuk terus meningkatkan kemampuan diri); (4) perhatian pribadi (gaya kepemimpinan mempu memberikan lingkungan yang kondusif). Variabel Motivasi Kerja (X2). Konsep teoritas variable Motivasi yang digunakan dalam tabel korelasi dimensi antar variable tersebut diatas adalah menggunakan teoritas menurut Menurut Frederich Herzberg (Sondang, 2002 : 107)., ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Berdasarkan uraian tersebut Herzberg menyimpulakan ada dua dimensi dalam motivasi yaitu: Pertama. Dimensi dari dalam atau faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, factor meliputi (1) Pencapaian prestasi, (2) Pengakuan, (3) Tanggung Jawab, (4) Kemajuan, (5) Pekerjaan itu sendiri, (6) Kemungkinan berkembang. Kedua. Dimensi dari luar atau dimensi ektrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor - faktor ekstrinsik ( konteks pekerjaan ) meliputi : (1) Upah, (2) Kondisi kerja, (3) Keamanan kerja, (4) Status, (5) Prosedur perusahaan, (6) Mutu penyeliaan, (7) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan Variabel Kinerja Guru (Y). Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya. Kinerja diukur dari dimensi kecakapan kerja malaui indikator: kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, Kreativitas, inisiatif, hubungan kerja dan prestasi kerja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Tangerang. Dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut:
275
Santoso 272 - 283
Kepemimpinan Kepala Sekolah ( X1 ) 1. Pengaruh Ideal 2. Inspirasi 3. Pengembangan Intelektual 4. Perhatian Pribadi
Motivasi Kerja Guru ( X2 ) 1. Motivasi Dari Dalam 2. Motivasi Dari Luar
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Kinerja Guru ( Y ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kemampuan Kerja Kerajinan Disiplin Kreativitas Inisiatif Hubungan Kerja Prestasi Kerja
Gamabar 1. Model Kerangka Pemikiran Penelitian Dari kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa: (1) Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap proses pelaksanaan tugas guru yang pada akhirnya berimplikasi pada kinerja guru.; (2) Motivasi kerja guru memberikan pengaruh pada pelaksanaan tugas guru yang berimplikasi pada kinerja guru. Hipotesisi. Dengan berdasarkan pada identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru ( Y) 2. Terdapat pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru ( Y) 3. Terdapat pengaruh secara simultan dan bersama-sama antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ( Y) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis 1 dan 2 ( Uji t – parsial ). Uji – t parsial digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas benar memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah jika secara terpisah variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel kinerja guru. Mengacu pada tabel hasil hitungan SPSS, didapat nilai t– hitung variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1). Variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) memiliki nlai t-hitung > t-tabel (4,263 > 2,012 ) dan nilai Sig t-hitung (0,00 < 0,05). Secara statistik berarti Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel kepemimpinan kepala sekolah (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru (Y) di SMK Budi Mulia Tangerang.
276
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
2. Motivasi Kerja Guru (X2). Variabel motivasi kerja (X2) memiliki nilai t-hitung (5,851) > t-tabel (2,012) dan nilai Sig t-hitung (0,00 < 0,05). Secara statistik berarti Ho ditolak dan H2 diterima artina variabel motivasi kerja guru (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang. Pengujian Hipotesis 3 ( Uji F–Simultan) Tabel 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F ) ANOVAb Sum of Mean Model Squares Df Square 1 Regression 1082.776 2 541.388 Residual 531.462 56 9.490 Total 1614.237 58 a. Predictors: (Constant), MOTIVASI KERJA, KEP. KEP SEK b. Dependent Variable: KINERJA GURU
F 57.046
Sig. .000a
Sumber: data diolah Uji statistik F merupakan uji simultan atau bersama-sama yang bertujuan untuk menguji apakah antara variable kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan pengaruh terhadap variable kinerja guru atau benar-benar memiliki hubungan linier (linear relation). Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa nilai F-hitung sebesar 57,046 dengn nilai signifikan 0,000. Nilai F-tabel dengan derajat bebas pembilang sebesar 2 dan derajat bebas penyebut 56 pada α = 0,05 didapat F-tabel = 3,1619. Karena nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan nilai F-Hitung > F-tabel, secara statistic berarti Ho ditolak dan H3 diterima. Artinya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja pada SMK Budi Mulia secara simultan atau bersama-sama memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja guru. Koefesien Determinasi (R2). Koefesien determinasi (R2) adalah besarnya nilai pengaruh seluruh variable bebas terhadap variable terikat dengan kisaran nilai koefesien antara 0 – 1 . Dengan kata lain semakin nilai R Squere mendekati 1, maka semakin baik model regresi yang terbentuk untuk menjelaskan permasalahan. Tabel 2. Koefisien Determinan Model Summary Model 1
R .819a
R Square .671
Adjusted R Square .659
Std. Error Of The Estimate 3.081
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI KERJA, KEP. KEP SEK Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai R squere sebesar 0,671. Hal ini dapat dinyatakan bahwa sumbangan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar 67,1%. Sedangkan sisanya 32,9 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
277
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Analisa Dimensi. Untuk mengetahui hubungan antar dimensi variabel bebas dan variabel terikat diperlukan matrik korelasi dimensi antar variabel bebas dan variabel terikat. Melalui tabel antar dimensi ini akan dapat dilihat dan dianalisa pengaruh variabel bebas melalui dimensi terhadap variable terikat pada dimensinya, sehingga dapat digunakan dalam peningkatan dan pengembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang. Adapun hubungan antar dimensi tersebut dapat di lihat pada tabel sebagai berikut. Interpretasi dari tabel korelasi dimensi antar variabel. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hubungan dimensi pengaruh ideal ( KK1 terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1) memiliki pengaruh positif dan signifikan artinya bahwa peranan kepala sekolah dalam memberikan kepercayaan, keyakinan pada guru untuk selalu optimis dan berkarya serta mengelolah sumber daya disekolah secara professional akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kerja dalam memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan pengajaran (RPP). Hubungan dimensi pengaruh ideal (KK1) terhadap dimensi disiplin (Y3) Hubungan ini memiliki pengaruh positif dan signifikan artinya bahwa peranan kepala sekolah dalam menjaga nilai kebersamaan untuk mencapai visi dan misi dan mampu mengelolah sumber daya disekolah secara professional akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru terutama pada peningkatan disiplin kehadiran, berpakaian dan kebersihan serta kerapian. Pada variabel kepemimpinan kepala sekolah melalui dimensi inspirasi (KK2) juga berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja guru yakni pada dimensi inisiatif (Y5), artinya bahwa guru akan selalu memberikan hasil belajar kepada peserta didik baik melalui lisan, tulisan maupun internet dan meningkatkan inisiatif guru dalam menilai kemampuan dan sikap siswa/i dalam pembelajaran demi keberhasilan siswanya manakala kepala sekolah mampu memberikan kenyamanan bekerja guru, memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, mendorong kemandirian guru dalam bekerja dan menumbuhkan nilai kekeluargaan . Variabel kepemimpinan kepala sekolah pada dimensi pengembangan intelektual (KK3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1), dan dimensi inisiatif (Y5). Artinya bahwa pentingnya kepala sekolah memberikan motivasi terhadap bawahan, memberikan perhatian dari hasil kerja guru, mendukung sepenuhnya bagi guru yang akan mengembangkan potensi diri dan menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh guru untuk mengembangkan bidang studi pelajarannya maka akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kerja guru dalam memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan berpedoman pada rencana pembelajaran, menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, serta mampu meningkatkan inisiatif guru dalam memberikan hasil evaluasi belajar baik melalui lisan, tulisan maupun internet serta dalam menilai kemampuan dan sikap siswa dalam pembelajaran demi keberhasilan siswanya. Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1), artinya bahwa bilamana guru melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya maka dalam proses kegiatan belajar mengajar guru akan selalu siap malaksanakan proses pembelajaran dengan berpedoman pada rencana pelaksanan pembelajaran dan akan mempersiapkan untuk memahami dan menguasai materi sebelum diajarkan kepada peserta didik.
278
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi kerajinan (Y2), artinya bahwa bilamana guru melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas keberhasilan prestasi siswanya dalam proses kegiatan belajar mengajar dan senang atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepala sekolah maka akan menjadikan guru lebih matang dalam pelaksanaan persiapan pembelajaran dan persiapan kelengkapan mengajar serta mampu mengembangkan sendiri bahan ajar/LKS/ringkasan. Ada hubungan yang kuat pada dimensi motivasi dari dalam (In.M) terhadap dimensi inisiatif (Y5) yaitu dengan nilai sebesar 0,609 ini berarti bahwa guru yang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar serta memiliki tanggung jawab atas keberhasilan prestasi siswanya akan memberikan hasil belajar, baik melalui media lisan, tertulis maupun internet, dan selalu meningkatkan pembelajaran dengan metode-metode yang disesuaikan serta memberikan penilaian terhadap kemampuan dan sikap anak dalam kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan keberhasilan siwa. Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi hubungan kerja (Y6). Artinya bahwa guru yang selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi yang lebih baik di masa depan, melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur, bertanggung jawab terhadap keberhasilan prestasi siswa, adanya pengakuan hasil dari teman dan senang atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepala sekolah maka akan mamberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja guru yaitu meningkatkan kinerja team dalam membuat bahan ajar per mata pelajaran. dan memotivasi guru untuk selalu menjalin hubungan baik terhadap warga sekolah ( guru, wali murid , siswa, DUDI dan warga setempat ) Pada dimensi motivasi dari luar (Ex. M) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan pada dimensi hubungan kerja (Y6). Artinya hubungan kerja guru terhadap warga sekolah akan selalu terjaga dengan baik manakala terjadi jalinan hubungan yang harmonis terhadap kepala sekolah dan bawahan, serta mampu menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan guru. Dari matrik korelasi diatas dapat disimpulkan bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja keduanya mampu memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang. ini berarti bahwa setiap indikator pada kepemimpinan kepala sekolah dan indikator pada motivasi kerja yaitu tingkat kemampuan dalam jasa percaya diri guru, tingkat kemampuan dalam mengimplimentasikan visi, tingkat kreatifitas, tingkat kenyamanan bekerja, tingkat kemampuan dalam memotivasi bawahan, tingkat kemampuan dalam meningkatkan potensi diri, tingkat perhatian secara pribadi terhadap bawahan dan tingkat kemampuan dalam mendorong bawahan dan indikator-indikator pada motivasi kerja prestasi yang telah dicapai, kesesuain prestasi dengan pekerjaan, pemberian penghargaan, kesesuaian penghargaan peran dalam pekerjaan, wewenang dalam pekerjaan, kesempatan mendapat promosi jabatan, kesempatan maju berkembang kejenjang lebih tinggi, kesesuan gaji dengan pekerjaan, kesesuaian gaji dengan kebutuhan, status sosial pekerjaan, status sosial jabatan pekerjaan, komunikasi dengan atasan, hubungan dengan atasan, kompetisi mendapat jabatan, dan kompetisi mendorong semangat kerja secara bersama – sama mempunyai dampak pengaruh terhadap perkembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang.
279
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Pembahasan dan Temuan Penelitian. Pembahasan penelitian mengenai pengaruh variabel bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap variable terikat yaitu kinerja guru memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 67,1%, dimana temuan dari peneliti ini akan mengintegrasikan dengan hasil penelitian sebelumnya, apakah hasil penelitian terdukung atau tidak terdukung. Hipotesisi Pertama. Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Budi Mulai Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia .Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini terdukung dan sekaligus juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Prijatna (2011). Menyimpulkan sebagai berikut: Hasil penelitian Hendra Prijatna (2011) yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru secara bersamasama memperlihatkan bahwa: Hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru secara bersama-sama memperlihatkan bahwa: (1) Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 45,2 %.; (2) Pengaruh total motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 21,3 %.; (3) Pengaruh total disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 10,4 %.; (4) Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi kerja (X2) dan disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru sebesar 76,9 %. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja guru tidak dapat berjalan sendiri-sendiri namun harus selalu bersinergi dalam pelaksanaannya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi Begitu pun penelitian yang dilakukan oleh Amin Wahyudi (2012) kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dan hasil penelitian kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama. Berdasarkan hasil koefisien determinasi yang dilakukan oleh Amin Wahyudi menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja (X2) dan lingkungan kerja (X3) memberikan sumbangan sebesar 78,8 % terhadap kinerja (Y) pegawai Kantor Informasi Komunikasi dan Kehumasan Kabupaten Boyolali, sedangkan sisanya 21,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (variabel di luar penelitian). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja(X2) dan lingkungan kerja (X3) secara simultan dan bersama-sama bersinergi dalam pelaksanaannya memberikan pengaruh terhadap peningatan kinerja guru. Hipotesisi kedua. Hipotesisi kedua menyatakan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK Budi mulia Tangerang. Hal ini berarti bahwa hipotesisi kedua yang diajukan dalam penelitian ini terdukung dan sekaligus juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lingga Sena Ginanjar (2012) menyimpulkan sebagai berikut: Pertama. Berdasarkan hasil koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 65,1%, artinya bahwa motivasi kerja dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru sebesar 65,1%, sementara sisanya 34,9% merupakan pengaruh variable lain yang tidak diteliti. Begitu pun penelitian
280
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
yang dilakukan oleh Rokhmaloka Habsoro Abdilah (2011) yang menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Kedua. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,680 yang menunjukkan bahwa 68% variabel kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variabel independen gaya kepemimpinan dan motivasi kerja, sedangkan sisanya sebesar 32% dijelaskan oleh variabel lain. PENUTUP Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, pengujian hipotesis terbukti bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi kerja (X2) baik sendiri-sendiri maupun bersama berpengaruh positif terhadap kinerja guru (Y). Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan temuan dan pengujian penelitian sebagai berikut: Pertama. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang berhubungan lewat: (a) Dimensi pengaruh ideal(KK1) terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1), dan dimensi disiplin (Y3). artinya pengaruh ideal kepala sekolah dengan memberikan kepercayaan dan keyakinan serta dengan pengelolaan sumber daya yang professional akan berpengaruh meningkatnya kemampuan guru dan disiplin guru.; (b) Dimensi inspirasi (KK2) terhadap dimensi inisiatf (Y5) artinya kepala sekolah dengan kreativitas yang tinggi, memberikan suasana yang nyaman dalam bekerja dan menumbuhkan nilai kekeluargaan sehingga mendorong kemandirian guru dalam bekerja dan mampu meningkatkan inisiatif guru.; (c) Dimensi pengembangan intelektual (KK3) terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1) dan dimensi inisiatif (Y5) artinya dengan diberikan motivasi, perhatian dan dukungan kepala sekolah sehingga guru akan pengembangan potensi diri guru mampu meningkatkan kemampuan kerja dan inisiatif guru. Kedua. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang berhubungan lewat: (a) Dimensi motivasi dari dalam (In.M) terhadap dimensi inisiatif (Y5), dimensi kerajinan(Y2), dimensi kemampuan kerja (Y1) dan dimensi hubungan kerja (Y6) artinaya sguru yang melaksanakan perkerjaan dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya akan memberikan pengaruh yerhadap meningkatnya terhadap kemampuan kerja guru, tingkat kerajinan guru, inisiatif guru danakan meningkatkan hubungan kerja yang yang lebih baik.; (b) Dimensi dari luar (Ex.M) terhadap dimensi hubungan kerja artinya hubungan yang harmonis dan hubungan komunikasi yang dilakukan kepala sekolah memberikan peningkatan terhadap hubunagn guru terhadap warga sekolah. Ketiga. Terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap Kinerja Guru di SMK Budi Mulia Tangerang. Dari taksiran koefesien determinasi (R2) dapat diartikan bahwa sumbangan bersama kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi kerja pada kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang adalah cukup besar dibandingkan dengan variabel lain yang tidak diteliti. Artinya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja bersinergi menciptakan kondisi seorang guru untuk memberikan prestasi kerja yang sebaik-baiknya untuk sekolah.
281
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
DAFTAR RUJUKAN Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,Bandung: Rosdakarya Hasibuan, Malayu S.P., (2007). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Bumi Aksara: Jakarta E. Mulyasa, (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Kartono, Kartini, (2008). Pemimpin dan Kepemimpinan (apakah kepemimpinan abnormal itu?), Jakarta: Raja Grafindo Persada Dimyati, Mudjiono. (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Barnett, K., McCormick, J. & Conners, R., (2000). Leadership Behaviour of Scondary School Principals, Teacher Outcomes and School Culture. A paper presented at the Australian Association for Research in Education Annual Conference. Depdiknas. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Robbins, S.P., (2001). Organizational Behavior. Upper Saddle River: Prentice Hall, Inc. Thompson, L.L., (2004). Making theTeam: A Guide for Managers. New Jersey: Pearson Education, Inc. Alwi, S., (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia, Stategi Keunggulan Kompetitif,. Yogyakarta: BPFE. Dessler, G., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi kesepuluh jilid 2 . Jakarta: penerbit PT. Indeks. Kelempok Gramedia Djalali, M. As’ad. (2001). Psikologi Motivasi. Minat Jabatan, Inteligensi, Bakat danMotivasi Kerja, Malang: Wineka Media Gibson, James L, et .al., (2000). Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alihbahasa : Djarkasih, Jakarta: Erlangga Gomes., F.C., (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset Handoko., T.H., (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.edisi kedua. Yogyakarta: BPFE Hasibuan., Malayu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta: Gunung Agung Koontz, Harold, Cyrill O’Donnell, dan Heinz Weihrich, (2003). Manajemen, terjemahan, Erlangga, Jakarta. Manullang. (2003). Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta Mathis., Robert L. dan J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat McClelland, D.C: Atkinson, J.W; Clark, R.A & Lowell, E.L., (2001). TheAchievement Motive. New York: Irvington Publishers, Inc. Priyatno., D., (2008). Mandiri belajar SPSS (Statistik Product and Service Solution) untuk analisis data dan uji statistik.Yokyakarta: Gajah mada Universty/press Rahmawati., I.K., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Riduwan, (2009). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Uzer Usman, (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya Miftah Toha, (2003). Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo.
282
Santoso 272 - 283
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Siagian, Sondang P., (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Jaya. Siagian., S. P., (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet. Ke-5. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Robbins, P. Stephen. (2002). Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dessler, G., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi kesepuluh jilid 2 . Jakarta: penerbit PT. Indeks. Kelempok Gramedia Tim Kelompok Kerja MBS Jawa Barat, (2003). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Handayaningrat, Soewarno, (2002). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta : Haji Masagung, Thoha, Miftah. (2004). Prilaku Organisasi Konsep Dasardan Aplikasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Apriani, Rini., (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. Prijosaksono, A. dan Roy Sembel, (2002). Motivasi, Harian Sinar Harapan, Jakarta, 2 Manulang, M. Dan Manulang, Marihot A. M. H., (2001). Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Siagian, Sondang P., (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Jaya. Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini, (2004). Kepemimpinan yang Efektif, Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
283
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIRO PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN INSTALASI SEKRETARIAT JENDERAL DPR-RI Lis Andayani Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta Email:
[email protected] Abstract: The research was conducted to identify and analyze the effect of Motivation and Work Discipline to Employee Performance of Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI. Data obtained by distributing questionnaires to 55 employees who were respondents. Research method used explanatory research, testing using multiple regression analysis and correlation analysis. The results of the simultaneous analysis showed that Motivation and Work Discipline have significant effect on employee performance. The magnitude of the correlation is positive and strong, the Disciplined Work much stronger influence than Motivation. Testing either partially Motivation and Work Discipline have significant effect on employee performance. Thereby increasing the motivation and Work discipline, Employee Performance will increase or better. Advice can be given to the organization and employees can increase motivation by inviting motivator, rewarding and publicity, employees also need to improve the quality of self and develop potential, can use office equipment. To Discipline of work by the way, do not leave or delegate work to others, using hours just to do the work, does not violate the hour came and curfew hours. Keywords: motivation, work discipline, employee performance. Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Biro Pemeliharaan Bangunan Dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI. Data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 55 karyawan yang menjadi responden. Metode penelitian yang digunakan penelitian explanatory, pengujian menggunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi. Hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Besarnya korelasi positif dan kuat, Kerja Disiplin pengaruh lebih kuat dari Motivasi. Pengujian baik secara parsial Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sehingga meningkatkan motivasi dan disiplin kerja, Kinerja Karyawan akan meningkat atau lebih baik. Saran dapat diberikan kepada organisasi dan karyawan dapat meningkatkan motivasi dengan mengundang motivator, bermanfaat dan publisitas, karyawan juga perlu meningkatkan kualitas diri dan mengembangkan potensi, dapat menggunakan peralatan kantor. Untuk Disiplin kerja by the way, jangan meninggalkan atau mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain, menggunakan jam hanya untuk melakukan pekerjaan itu, tidak melanggar jam datang dan jam jam malam. Kata kunci: motivasi, disiplin kerja, kinerja karyawan.
284
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
PENDAHULUAN Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong seseorang berbuat sesuatu, motivasi individu dapat timbul dan dalam diri individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu (motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku karyawan. Menurunnya motivasi dapat dilihat dari dimensi: motivasi internal dan motivasi eksternal karyawan yang sebenarnya apabila dipelihara dengan baik akan berguna untuk meningkatkan sumber daya yang mampu menghadapi tugas-tugas dan tanggung jawab yang akan datang. Disiplin pada dasarnya merupakan pelajaran, patuh, taat, kesetiaan dan hormat kepada ketentuan, peraturan atau norma yang berlaku. Dalam hubungan dengan disiplin karyawan, disiplin merupakan unsur pengikat, yaitu unsur yang dapat menggairahkan kerja karyawan bahkan dapat pula sebaliknya. Adanya pelanggaran-pelanggaran disiplin karyawan baik ringan, sedang maupun berat terlepas itu disengaja atau tidak disengaja terhadap tata tertib karyawan dan peraturan karyawan yang berkaitan dengan disiplin karyawan, ini menggambarkan bahwa masih kurangnya kesadaran disiplin karyawan dalam mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku. Disiplin kerja dapat dilihat dari dimensi yaitu teladan pimpinan, pengawasan dan sanksi hukuman. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan organisasi. Disiplin merupakan salah satu hal yang menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI (Biro PBI Setjen DPR-RI). Kedisiplinan tersebut dapat terlihat antara lain pada kehadiran karyawan sesuai jam kerja. Monitoring dan Evaluasi terhadap kehadiran karyawan berdasarkan absensi pada mesin elektrik dilakukan setiap triwulan. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut untuk mengetahui tingkat jam kedatangan dan pulang para karyawan. Demikian juga apa yang terjadi pada Biro PBI Setjen DPR-RI dijumpai masih adanya karyawan yang sering datang terlambat masuk kerja. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Monitoring dan Evaluasi SDM Triwulan IV Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Bulan Juni, Nopember, Desember Periode Tahun 2011 Bulan
Jumlah Karyawan (Orang) 122
Bulan Juni (21 hari kerja) Bulan Nopember (22 hari kerja) 122 Bulan Desember (21 hari kerja) 122 Total
Datang Terlambat (Jam) 1795,14
Pulang Cepat (Jam) 382,41
1819,24
359,46
2172,70
1871,54 5479,92
626,46 1368,33
2498,00 6848,25
Jam Efektif 2177,55
Sumber: Bagian Pengawasan Biro Perencanaan dan Pengawasan DPR-RI, 2012. Jam kerja karyawan berdasarkan waktu toleransi: Datang terlambat: 5479,92 jam : 64 hari : 122 karyawan = 0,70 jam (42 menit) / karyawan. Pulang cepat: 1.368,33 jam : 64 hari : 122 karyawan = 0,18 jam (11 menit) / karyawan. Sehingga dapat disimpulkan: Rata-rata karyawan datang pukul 08.12. Rata-rata karyawan pulang pukul 15.49. 285
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Kondisi ini bila berlangsung secara terus menerus dan berlarut-larut tentunya akan menghambat dan mengganggu kinerja karyawan itu sendiri pada khususnya maupun kinerja organisasi pada umumnya. Pada prinsipnya untuk mencapai tujuan utama organisasi yaitu mewujudkan Visi dan Misi organisasi, dibutuhkan adanya peran serta semua pihak untuk memberikan semangat membangun secara kebersamaan dan sekaligus dukungan kuat serta diterima oleh seluruh komponen organisasi yang ada untuk meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Biro PBI Setjen DPR-RI?; (2) Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Biro PBI Setjen DPR-RI?; (3) Apakah motivasi kerja dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI? Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis kekuatan pengaruh motivasi dan disiplin kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI., baik secara simultan maupun parsial. Motivasi. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu sebagaimana pendapat Stanford (1969:173) dalam Mangkunegara (2009: 93): ”Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain class” Artinya motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Atas dasar teori McClelland’s Achievement Motivation Theory ada tiga faktor atau dimensi dari motivasi, yaitu motif, harapan dan insentif. Ketiga dimensi dari motivasi tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Motif. Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak keamanan bekerja. Setisp motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Suatu dorongan di dalam diri setiap orang, tingkatan alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk menempuh sesuatu. 2. Harapan. Harapan adalah merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu. Seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya tinggi bila karyawan meyakini upaya tersebut akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian kinerja yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional (memberikan harapan kepada karyawan) seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi, dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan. 3. Insentif. Insentif yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan produktivitas kerja. Hal ini sesuai dengan Locke dalam (Mangkunegara, 2005:74) yang menyimpulkan bahwa insentif berupa uang jika pemberiannya dikaitkan dengan tujuan pelaksanaan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. Pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian insentif dalam bentuk uang yang memadai agar karyawan terpecut motivasi kerjanya dan mampu mencapai produktivitas kerja maksimal. Disiplin Kerja. Menurut Davis (1985-366) dalam Mangkunegara (2009:129), “Dicipline is management action to enforce organization standards.”Berdasarkan pendapat Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
286
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
pedoman-pedoman organisasi.Disiplin Kerja adalah sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan. (Hodges dalam Yuspratiwi, 1990). Tujuan pendisiplinan di atas harus diterapkan secara bertahap, yaitu dengan mengambil berbagai langkah, mulai dari yang paling ringan hingga kepada yang terberat, misalnya dengan: (1) Peringatan lisan; (2) Pernyataan tertulis ketidak puasan oleh atasan langsung; (3) Penundaan gaji berkala; (4) Penundaan kenaikan pangkat; (5) Pembebasan dari jabatan; (6) Pemberhentian sementara; (7) Pemberhentian atas permintaan sendiri; (8) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri; (9) Pemberhentian dengan tidak hormat. Kinerja Karyawan. Pengertian Kinerja menurut Schuler (2005: 3) adalah: ”Kinerja system formal dan terstruktur; mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkait. Kinerja menurut Irawan (2003:17) “Kinerja merupakan terjemahan performance arti umumnya adalah perbuatan atau prestasi.” Ada tiga hal pokok perlunya mengadakan penilaian terhadap kinerja karyawan (Rivai & Basri, 2005:14) adalah: (1) Untuk mendorong perilaku yang baik atau memperbaiki serta mengikis kinerja (prestasi) di bawah standar. Orang-orang yang berkinerja baik mengharapkan imbalan, walau sekedar pujian.; (2) Untuk memuaskan rasa ingin tahu karyawan tentang seberapa baik kerja karyawan. Setiap orang memiliki dorongan ilmiah untuk ingin mengetahui seberapa cocok seseorang dengan organisasi tempat orang tersebut bekerja. Seorang karyawan mungkin tidak suka dinilai, tetapi dorongan untuk mengetahui hasil penilaian ternyata sangat kuat.; (3) Untuk memberikan landasan yang kuat bagi pengambilan keputusan selanjutnya sehubungan dengan karir seorang karyawan. Hal-hal seperti kenaikan gaji, promosi, pemindahan atau pemberhentian dapat ditangani dengan lebih baik bila karyawan telah mengetahui kemungkinan itu sebelumnya. Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian praktis, kajian literatur dan penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa variabel Motivasi (X1), Disiplin Kerja (X2) sebagai variabel independen, kemudian dan Kinerja Karyawan (Y) adalah variabel dependen. Variabel Motivasi (X1), Disiplin Kerja (X2) mempengaruhi variabel Kinerja Karyawan (Y) yang ditunjukkan dengan tanda garis panah ke arah kanan. Pengaruh variabel independen terhadap dependen ini akan dibahas secara simultan (bersama-sama) dan pengaruh secara partial dengan menggunakan Uji Regresi Ganda. Korelasi antar variabel dilakukan pada variabel Motivasi dengan variabel Kinerja Karyawan dan variabel Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan, disajikan dalam Tabel Matriks Korelasi antar Variabel. Sedangkan korelasi dimensi antar variabel dilakukan pada korelasi antar dimensi Motivasi yaitu; Motif, Harapan, Insentif dengan dimensi Kinerja Karyawan; Kuantitas Kerja, Kualitas Kerja, Kerjasama, Pemahaman terhadap Tugas dan Kehandalan. Selanjutnya Korelasi dimensi antar variabel Disiplin Kerja yaitu; Penggunaan Waktu secara Efektif, Ketaatan terhadap Peraturan, Tanggung Jawab terhadap Pekerjaan dan Tugas dengan dimensi variabel Kinerja Karyawan yaitu; Kuantitas Kerja, Kualitas Kerja, Kerjasama, Pemahaman terhadap Tugas dan Kehandalan. Korelasi ini disajikan dalam Tabel Matriks Korelasi Dimensi antar Variabel. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antar variabel dan Korelasi antar dimensi menggunakan Uji Korelasi.
287
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Motivasi (X1) H1
Kinerja Karyawan (Y)
H3
1. 2. 3. 4.
1. Motif 2. Harapan 3. Insentif Disiplin Kerja (X2) 1. Penggunaan Waktu secara Efektif 2. Ketaatan Terhadap Peraturan 3. Tanggung Jawab Dalam Pekerjaan dan Tugas
H2
Kuantitas Kerja Kualitas Kerja Kerjasama Pemahaman terhadap Tugas 5. Kehandalan 1)
Gambar 1. Rerangka Pemikiran Hipotesis. Berdasarkan rumusan masalah dan model penelitian di atas, maka dapat dikemukakan suatu hipotesis yaitu: H1: Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. H2 : Disiplin Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. H3 : Motivasi dan Disiplin Kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahu apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau maka dalam penelitian ini menggunakan Uji Instrumen, Matrix Korelasi, Uji Asumsi Klasik dan Regresi Berganda. Nilai uji validitas r hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r table sebesar 0.2656. Diperoleh hasil rhitung lebih besar dari rtabel, maka hasil uji validitas variabel Motivasi, Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan dapat disimpulkan valid. 1. Uji Validitas Tabel 2. Uji Validitas Variabel Motivasi
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
r hitung 0.432** 0.397** 0.352** 0.283* 0.443** 0.648** 0.509** 0.579** 0.483** 0.443**
Uji Validitas rtabel 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
288
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013 11. 12. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Disiplin Kerja
Kinerja Karyawan
0.299* 0.424** 0.315* 0.630** 0.600** 0.603** 0.654** 0.698** 0.492** 0.493** 0.583** 0.712** 0.573** 0.510** 0.757** 0.799** 0.758** 0.727** 0.418**
0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656 0.2656
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data yang diolah 2. Uji Reliabitas Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha 0.619 0.684 0.813
Motivasi Disiplin Kerja Kinerja Karyawan
N of Items 12 8 9
Sumber: data diolah Nilai hasil uji reliabilitas pada Tabel 3 dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha variabel Motivasi adalah sebesar 0.619, Disiplin 0.684 dan Kinerja Karyawan sebesar 0.813. Dapat dilihat Cronbach's Alpha ketiga variabel lebih besar dari 0.60, sehingga dapat dinyatakan reliabel atau andal. 3. Hasil Deskriptif Tabel 4. Resume dari Deskriptif Variabel No 1
Variabel Motivasi
2
Disiplin Kerja
Dimensi 1. Motif 2. Harapan 3. Insentif 1. Tanggung jawab dalam Pekerjaan 2. Ketaatan terhadap Peraturan
Kategori Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
289
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013 3. Penggunaan Efektif Tinggi
3
Kinerja Karyawan
1. 2. 3. 4. 5.
Waktu
secara
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Kuantitas Kerja Kualitas Kerja Kerjasama Pemahaman terhadap Tugas Kehandalan
3. Hasil Uji Korelasi Tabel 5. Matriks Korelasi antar Variabel Motivasi
Kinerja Karyawan .452**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Disiplin Kerja
.001 55 .475** .000 55
Sumber: Data yang diolah Nilai korelasi atau R antara variabel Motivasi dengan Kinerja Karyawan adalah sebesar 0.452. Hal ini menunjukkan adalah hubungan positif dengan tingkat sedang. Arah hubungan positif menunjukkan semakin besar Motivasi akan membuat Kinerja Karyawan cenderung meningkat. Nilai korelasi atau R variabel Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan adalah besar sebesar 0.475. Hal ini menunjukkan hubungan positif dengan tingkat sedang, arah hubungan positif menunjukkan semakin besar Disiplin Kerja akan meningkatkan Kinerja Karyawan. Tabel 6. Matrik Korelasi antar Dimensi Variabel Variabel
Motif
.558**
.221
.328*
Pemahaman terhadap Tugas .431**
Harapan
.350**
.306*
.197
.131
.246
Insentif
.315
*
.167
.020
.080
.033
Penggunaan Waktu Secara Efektif Ketaatan terhadap Peraturan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan
.195
.228
.104
.108
.126
.319*
.272*
.293*
.444**
.205
.558**
.221
.328*
.431**
.470**
Dimensi Motivasi
Disiplin Kerja
Kinerja Karyawan Kuantitas Kualitas Kerja Kerja
Kerja sama
Kehandalan .470**
Sumber: Data yang diolah
290
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa hasil nilai Matrik Korelasi Dimensi antar Variabel dapat dideskriptifkan sebagai berikut: 1) Motivasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan dengan hubungan terkuat pada korelasi dimensi Motif dengan Kuantitas Kerja sebesar 0.558 dan Motif dengan Kehandalan sebesar 0.470, sedangkan terlemah ditunjukkan pada korelasi dimensi Insentif dengan Kerjasama sebesar 0.020 dan Insentif dengan Kehandalan sebesar 0.033. 1) Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan dengan hubungan terkuat pada korelasi dimensi Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan Kuantitas Kerja sebesar 0.558 dan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan Kehandalan sebesar 0.470, sedangkan korelasi terlemah pada korelasi dimensi Penggunaan Waktu Secara Efektif dengan Kerjasama sebesar 0.104 dan korelasi dimensi Penggunaan Waktu Secara Efektif dengan Pemahaman terhadap Tugas sebesar 0.108. Hasil Uji Klasik. Uji Multikoleniearitas Tabel 7. Coefficient a
Model 1 (Constant) Motivasi Disiplin Kerja
Collinearity Statistics Tolerance VIF .983 .983
1.017 1.017
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y) Sumber: Data yang diolah Dari hasil uji nilai Tolerance menunjukkan variabel Motivasi dan Disiplin sebesar 0.983, tidak ada nilai yang memiliki Tolerance kurang dari 0.10. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi disimpulkan tidak ada multikolenieritas antar variabel dalam model regresi. Hasil Uji Regresi Berganda. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara variabel Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan dan untuk membuktikan hipotesis yang sudah dirumuskan pada Bab sebelumnya maka dilakukan uji Regresi Berganda. Tabel 8. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Variabel Constant Variabel Motivasi Disiplin Kerja Motivasi dan Disiplin Kerja R F hitung
0.618; R2 (R Square) 16.032
Nilai Koefisien 1.289 Nilai Koefisien 0.326 0.596 0.381; Adjusted R
T 0.203 T 3.614 3.858
Sig. 0.840 Sig. 0.001 0.000 0.000 0.358
Ket: **. Signifikan pada α 0.01, *. Signifikan pada α 0.05 Sumber: Output SPSS 291
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
H1 : Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Pada Tabel 8 kolom Sig. untuk variabel Motivasi terlihat nilai Significance sebesar 0,001, karena nilai di bawah 0,05 signifikan. Pengujian dengan menggunakan uji t adalah, nilai tabel t pada alpha 0.05 (two tail) n-2=55-2=53 adalah 2.0057, sedangkan nilai t hitung pada Tabel diatas sebesar uji t = 3.614. Berarti thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian menunjukkan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan dapat dilihat nilai korelasi pada hasil matrik korelasi antar variabel sebesar 0.452 kemudian dipangkatkan, yaitu Koefisien determinasi (R2) atau Koefisien Penentu=0.4522= 0.2043 atau 20.43%, maka besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan adalah sebesar 20.43% dan sisa 79.57% karena pengaruh faktor lain lain diluar penelitian. H2 : Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Pada Tabel 8 kolom Sig. untuk variabel Disiplin kerja terlihat nilai Significance sebesar 0,000, karena nilai dibawah 0,05 two tail pasti signifikan. Sedangkan pengujian dengan menggunakan uji t adalah, nilai tabel t pada alpha 0.05 (two tail) n-2=55-2=53 adalah 2.0057, nilai thitung sebagaimana pada Tabel 5.11 sebesar uji t = 3.858. Nilai ini berarti t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian menunjukkan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan adalah nilai R sebesar 0.475 dipangkatkan, yaitu Koefisien determinasi (R2) merupakan Koefisien Penentu =0.4752= 0.2258 atau 22.58%, maka besarnya pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan dapat dikatakan sebesar atau 22.58% dan sisa 77.42% karena pengaruh faktor lain diluar penelitian ini. H3 : Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Karyawan. Pada Tabel 8 R (koefisien korelasi) menunjukkan nilai sebesar 0.618, merupakan nilai korelasi atau hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan positif, dengan tingkat hubungan Kuat. Koefisien determinasi atau koefisien penentu adalah R square atau R2 = 0.6182 sebesar 0.381, nilai ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamasama. Dalam pembahasan ini merupakan besarnya pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja secara simultan terhadap Kinerja Karyawan adalah sebesar 38.1%. Sisa sebesar 61.89% adalah pengaruh dari faktor lain. Nilai Sig. sebesar 0.000 menunjukkan untuk tingkat signifikansi alpha sebesar 0.05 two tailed pasti signifikan. Sedangkan untuk pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan antara nilai Ftabel dengan Fhitung. Nilai Fhitung sebesar 16.032, Ftabel adalah 3.18 (lihat pada Tabel F), sehingga didapat hasil F hitung (16.032) > F tabel (3.18) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan secara simultan Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut βo =1.289, β1= 0.326 β2= 0.596, sehingga: Y = βo + β1X1 + β2X2 + ε atau Y = 1.289 + 0.326 X1 + 0.596 X2 Menggambarkan bahwa: Y = Kinerja Karyawan, X1 = Motivasi dan X2 = Disiplin Kerja
292
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Besarnya a atau konstanta 1.289 menunjukkan bahwa bila tidak ada Motivasi dan Disiplin Kerja maka Kinerja Karyawan sebesar 1.289. Nilai β1 sebesar 0.326 positif adalah koefisien regresi Motivasi dan nilai β2 sebesar 0.596 positif adalah koefisien regresi Disiplin Kerja. Dalam persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bila Motivasi dan Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan lebih meningkat. Analisis dan Interpretasi Hasil 1. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Dari hasil analisis regresi yang telah diuraikan di atas maka dapat diungkapkan bahwa Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, dengan demikian Motivasi dapat meningkatkan Kinerja Karyawan, yaitu bila Motivasi meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat atau baik. Hasil analisis korelasi atau hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan menunjukkan hubungan positif dengan tingkat sedang. Korelasi positif Motivasi dengan Kinerja Karyawan ditunjukkan oleh hubungan terkuat pada korelasi dimensi Motif dengan Kuantitas Kerja dan terlemah ditunjukkan korelasi dimensi Insentif dengan Kerjasama. Selanjutnya didapat hasil deskriptif variabel Motivasi memiliki nilai Tinggi, dengan didukung oleh dimensi Motif Tinggi, Harapan Sangat Tinggi dan Insentif Tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian McCelland, Murray, Miller dan Gordon dalam Mangkunegara (2009:104), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, mereka yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya rendah. 2. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis regresi ditemukan bahwa Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI. Dapat disimpulkan bahwa Disiplin Kerja dapat meningkatkan Kinerja Karyawan, yaitu bila Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat atau baik. Selanjutnya hasil analisis korelasi diperoleh hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan menunjukkan positif dengan tingkat sedang. Hubungan positif Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI ditunjukkan oleh hubungan terkuat korelasi dimensi Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan Kuantitas Kerja dan sedangkan korelasi terlemah pada korelasi dimensi Penggunaan Waktu Secara Efektif dengan Kerjasama. Hasil deskriptif yang telah diuraikan di atas maka dapat diungkapkan bahwa deskriptif Disiplin Kerja menunjukkan nilai Tinggi terdiri dari dimensi Tanggung jawab dalam Pekerjaan Tinggi, dimensi Ketaatan terhadap Peraturan Tinggi, dan dimensi Penggunaan Waktu secara Efektif Tinggi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Saputra (2008): “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”, hasil penelitiannya adalah Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan. Disiplin merupakan unsur pengikat atau unsur yang dapat menggairahkan kerja. Karena pelaksanaan disiplin yang baik adalah setiap aturan-aturan disiplin harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati untuk dilaksanakan oleh setiap anggota atau karyawan dalam melangsungkan kehidupannya.
293
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
3. Pengaruh Motivasi dan Disiplin terhadap Kinerja Karyawan. Dari hasil analisis regresi pengaruh secara simultan atau bersama-sama variabel Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan, diperoleh hasil Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan lebih dominan dibanding dengan besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Pada hasil persamaan regresi yang terbentuk dinyatakan bahwa Motivasi dan Disiplin Kerja dapat meningkatkan Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yaitu bila Motivasi dan Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat atau semakin baik. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan positif dengan tingkat hubungan Kuat. Hubungan terkuat ditunjukkan oleh variabel Disiplin Kerja. Hasil deskriptif yang telah diuraikan di atas maka didapat deskriptif Kinerja menunjukkan nilai Tinggi, dengan lima dimensi yaitu: dimensi Kuantitas Kerja Tinggi, Kualitas Kerja Tinggi, Kerjasama Sangat Tinggi, Pemahaman terhadap Tugas Sangat Tinggi dan dimensi Kehandalan Tinggi. Pembahasan ini didukung oleh peneliti terdahulu Saputra (2010), Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Kepanduan Divisi Pandu Bandar Utama Pada PT. IPC Pelabuhan Indonesia II, Hasil analisis membuktikan secara parsial motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan disiplin kerja juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Secara simultan motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Motivasi dan disiplin kerja merupakan faktor pendukung bagi tercapainya kinerja yang tinggi guna tercapainya laba perusahaan yang optimal. Apabila motivasi dan disiplin kerja suatu perusahaan baik, maka kinerja karyawan yang tinggi dapat tercapai, dan sebaliknya. PENUTUP Hasil kausalitas ditemukan bahwa Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yang artinya jika Motivasi meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat. Dimensi Motif berhubungan kuat dengan Kuantitas Kerja. Diperoleh hasil deskriptif Motivasi menunjukkan nilai Tinggi. Hasil kausalitas menunjukkan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yang artinya jika Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat. Dimensi Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas berhubungan kuat dengan Kuantitas Kerja. Diperoleh hasil deskriptif Disiplin Kerja menunjukkan nilai Tinggi. Hasil analisis pengaruh secara simultan Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan, menunjukkan Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan, yang artinya jika Motivasi dan Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI akan meningkat. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan lebih dominan dibanding pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan positif dengan tingkat
294
Andayani 284 - 295
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
hubungan Kuat. Analisis deskriptif diperoleh hasil variabel Kinerja Karyawan menunjukkan nilai Tinggi. Besarnya kontribusi pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan atau R2 adalah sebesar 38.1%, sedangkan sisa sebesar 61.8% karena pengaruh faktor lain. DAFTAR RUJUKAN Irawan, Prastya. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penerbit STIA LAN PRESS, Jakarta. Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu, (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung. ____________, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Rivai, Veithzal dan Basri, Ahmad F.M., (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Saputra, (2008). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada P.T. Petrokopindo Cipta Selaras), Tesis Universitas Mercu Buana, Jakarta. Saputra, Ade Anugrah (2010). Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Bagian Kepanduan Divisi Pandu Bandar Utama pada PT. IPC Pelabuhan Indonesia II (Cabang Tanjung Priok), Universitas Diponegoro, Semarang. Schuler, Randall S., (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Setjen DPR-RI, Bagian Kepegawaian, (2012). Sumber Daya Manusia Kesekretariatan DPR-RI, Jakarta. Yuspratiwi, I., (1990). Hubungan antara Locus dan Control dengan Disiplin Kerja Wiraniaga di DIY, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakulatas Psikologi UGM.
295
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNGSIONAL, PSIKOLOGI DAN KONTEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK E-COMMERCE WEBSITE GROUPON Indria Kesuma Hastuti Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) Email:
[email protected] Abstract: This study aimsto identify and analyzethe influence offunctionalfactors, psychology, andcontenton product purchasing decisionsone-commerce websitegroupon. The independent variablein this study isthe functionalfactors, psychological factors, and the factor content, product purchasing decisions whilee-commerce is the dependent variable. In this study, data were collected by questioner.This questioner were distributed to respondents who had made a purchaseof goods or services throught he website groupon. The Sample used purposive sampling metho. Where as for filling out the questionnaire to be taken with accidental sampling. Fromthe result of data processing the functional factor variables affected to the purchase decisione-commerce productson the group on website, variable factor spsycholog not affected to purchase decision e-commerce productson the group on website and factor content factor affected topurchasedecision e-commerce productson thegrouponwebsite. The conclusion of this study, to increase consumer purchases the company must make improvements to increase the quality ofthe web site functionality, usabilility and content so that consumers feel comfortable and safty buying in the group on website. Keywords: usability, interactivity, online trust, aestheticsweb, marketing mix, ecommerce. Abstrak: aimsto Penelitian ini mengidentifikasi dan analyzethe offunctionalfactors pengaruh, psikologi, andcontenton pembelian produk decisions one-commerce websitegroupon. The variablein independen penelitian ini isthe functionalfactors, faktor psikologis, dan faktor isi, keputusan pembelian produk whilee-commerce adalah variabel dependen. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan oleh questioner.This kuesioner dibagikan kepada responden yang telah membuat barang atau jasa purchaseof pikir website yang groupon. Sampel yang digunakan purposive sampling metho. Sedangkan untuk mengisi kuesioner yang akan diambil dengan accidental sampling. Dari dana hasil pengolahan data variabel faktor fungsional berpengaruh terhadap pembelian decisionecommerce productson kelompok di website, variabel faktor spsycholog tidak terpengaruh untuk membeli keputusan e-commerce productson kelompok di situs dan konten faktor faktor mempengaruhi topurchasedecision e-commerce productson thegrouponwebsite. Kesimpulan dari penelitian ini, untuk meningkatkan pembelian konsumen perusahaan harus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas ofthe fungsi situs web, usabilility dan konten sehingga konsumen merasa nyaman dan keselamatan di jalan membeli dalam kelompok di website. Kata kunci: kegunaan, interaktivitas, kepercayaan online, aestheticsweb, bauran pemasaran, e-commerce.
296
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENDAHULUAN Dengan menggunakan teknologi internet, e-commerce dapat dijadikan sebagai solusi untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan perusahaan dan menghadapi tekanan bisnis akibat tingginya tingkat persaingan.E-commerce dapat meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan perusahaan yang konsisten. Perkembangan e-commerce di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya pendaftar domain Indonesia .co.id. di Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), 2012 terdaftar 103.882 nama domain dan akan terjadi lonjakan sebesar 170% sekitar 300.000 nama domain baru hingga akhir 2013. Tercatat pula 216 pendaftar domain biz.id dan 586 domain my.id. Keberhasilan suatu bisnis e-commerce dipengaruhi oleh perilaku konsumen online yang berbeda dengan konsumen biasa yang melakukan pembelian secara langsung.Perilaku konsumen di dunia maya sangatlah penting karena secara fisik konsumen atau calon pembeli hanya berhadapan dengan sebuah website sebagai representasi/perwakilan dari sebuah perusahaan. Faktor fungsional/kegunaan (functionality), kepercayaan/trust (psychological) serta kandungan/isi (content) dari sebuah website sangatlah berperan, sehingga kadang harga bukan menjadi isu utama selama konsumen merasa nyaman dan aman dengan website tersebut. Dari hasil wawancara dengan 10 orang yang pernah melakukan pembelian secara onlinesemua memberikan gambaran jika mereka menyukai pembelian pada website yang memberikan produk yang mereka butuhkan dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga jika membeli secara langsung, mereka juga membandingkan harga antar website.Kemudahan dalam mengakses website mempengaruhi mereka juga dalam mengambil keputusan untuk membeli secara online seperti mudahnya mengakses website, kecepatan menampilkan gambar, kemudahan dalam navigasi, menemukan produk. Selain itu, mereka juga lebih menyukai adanya komunikasi dua arah dengan vendor online karena jika terjadi kerusakan barang atau tidak sesuai dengan yang dijanjikan mereka akan dengan mudah melaporkannya. Tingkat kepercayaan konsumen juga sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian dimanapara konsumen sering kali tidak mudah percaya dalam memutuskan membeli barang secara online. Para calon konsumen online membeli setelah mencariinformasi dari beberapa sumber produk yang akan dibelidan juga belum percaya dengan sistem keamanan pembayaran secara online. Dari hasil wawancara dengan 10 orang, semuanya pernah melakukan pembelian online dan mereka melakukan pembayaran secara manual melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri) daripada melalui website seperti meggunakan kartu kredit, paypal ataupun internet bankingonline. Mereka juga menyatakan lebih menyukai jika ada pembayaran langsung saat barang diantar atau cash on delivery(COD). Objek dalam penelitian ini adalah website groupon, merupakan websitee-commerce yang menawarkan diskon antara 50-90% untuk pembelian produk maupun penggunaan layanan jasa seperti paket makan di restoran, spa, hotel, sampai liburan dari berbagai perusahaan.Karakteristik produk/layanan jasa yang ditawarkan website groupon yang memberikan diskon dan harga yang lebih murah membuat bisnis ini mudah ditiru atau dicloning.
297
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Salah satu website groupon lokal Indonesia terbesar yaitu Disdus yang menjadi salah satu website groupon nomor 1 di Indonesia dan menguasai 75% market share mempunyai lebih dari 1.000.000 pengunjung website tiap harinya(daily visitor), mempunyai 2.100.000 subscribers di Indonesia atau rata-rata 65.625 subscribers tiap bulannya. Disdus menjual lebih dari 70.000 macam produk yang dikirimkan tiap bulannya dari 300.000 rata-rata transaksi yang terjadi tiap bulanserta bekerjasama dengan perusahaan lokal dan internasional lebih dari 5.000 partnerships. Dari data website Disdus di atas menunjukkan conversion rate 0.01% yaitujumlah transaksi pembelian tiap bulannya yaitu 300.000 transaksi dibandingkan dengan jumlah pengunjung website (visitor) yaitu 30.000.000tiap bulannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan manajemen Disdus menjelaskan kondisi adanya visitor yang hanya menjadi subscribersdan tidak pernah melakukan pembelian, adanya subscribers yang melakukan pembelian hanya satu kali dan tidak melakukan pembelian berulang. Kondisi ini disadari oleh mereka karena karakteristik produk/layanan jasa yang ditawarkan website groupon yang memberikan diskon dan harga yang lebih murah memungkinkan visitor membandingkan harga antar website groupon, selain itu pelayanan dan kemudahan dalam mengakses website serta kepercayaan terhadap website groupon juga sangat mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis ingin menganalisa lebih lanjut faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk e-commerce yaitu faktor fungsional/kegunaan, psikologi/kepercayaan dan konten/isi website terhadap keputusan pembelian produke-commerce website groupon. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Bryan A. Garner (2005) menyatakan bahwa pengertian e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasakomputer online di Internet.Belanja online diklasifikasikan sebagai transaksi e-commerce Business to Consumer (B2C) (Turban et. al,2004).Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk/jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusul tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu: 1)Proses pengambilan keputusan, 2)Kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 2000)Web experience, merupakan suatu kombinasi dari fungsionalitas, informasi, emosi, tanda, pendorong dan produk/jasa. Dengan kata lain suatu campuran elemen yang kompleks yang berjalan diatas 4P dari marketing mix tradisional. Media utama untuk mengantarkan web experience ini merupakan website dari perusahaan itu sendiri, sarana berkomunikasi antara perusahaan dan kliennya (Constantinides, 2004). Pakar usability, Neilson (2012) menjelaskan usability adalah atribut kualitas yang menilai betapa mudahnya user interface yang digunakan. Kata "kegunaan" juga mengacu pada metode untuk meningkatkan kemudahan penggunaan selama proses desain. Constantinidas (2004) menjelaskan komponen usability, sebagai berikut: a. Kenyamanan: riset mengindikasikan bahwa kenyamanan merupakan penggerak utama bagi konsumen website untuk berinteraksi dengan vendor online. Konsumen mengasosiasikan kenyamanan dengan kemudahan dan pencarian informasi yang cepat, penyediaan transaksi online saat berbelanja.
298
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
b. Navigasi Website, Struktur Informasi dan Fasilitas Pencaraian/Proses Pencarian: konsumen online mengharapkan navigasi website yang mudah dan informasi yang mudah didapat. Mesin pencari menyediakan hasil yang dapat dipercaya dan cepat, membantu konsumen cepat mendapatkan informasi di internet, menjadi suatu keharusan bagi website dirancang dengan baik. c. Kemudahan penemuan website dan akses: hampir semua konsumen website mencari produk dan jasa dari mesin pencari dan direktori online. Sehingga website diharapkan dapat ditemukan dibeberapa mesin pencari. d. Kecepatan website: konsumen online mengharapkan pemuatan halaman website yang cepat. Perancang website harus terus memperhatikan bahwa rata-rata halaman dilihat perkonsumen adalah rendah dan secara terus menerus semakin berkurang. e. Proses Pemesanan/Pembayaran: ketidakmudahan dan proses yang lama yang dibutuhkan dalam melakukan transaksi online masih menjadi sumber data dari konsumen, kehilangan keinginan untuk melakukan transaksi dan transaksi online yang terganggu. Pendekatan yang seimbang dibutuhkan sehingga website mudah digunakan dan aman pada waktu yang bersamaan. Interaktifitas berarti kemampuan pengguna untuk berkomunikasi secara langsung dengan komputer dan memiliki dampak pada pesan apapun yang sedang dibuat. Interaktifitas terjadi antara pengunjung website dan halaman website adalah dengan cara membaca situs website tersebut. Komponen interaktifitas terbagi dalam dua kategori: Interaktifitas dengan vendor onlinedanInteraktivitas dengan pengguna website (Constantinides,2004). Faktor psikologi yang berhubungan dengan kepercayaan online menurut Constantinides (2004) juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu berupa: (1) Keamanan transaksi dan keselamatan data konsumen merupakan bagian terpenting dari konsumen online membeli produk dan atau jasa secara online. Gangguan layanan, hacking ke dalam basis vendor dan menampilkan data konsumen dalam website merupakan kejadian yang sering terjadi yang harus menjadi perhatian pihak vendor.; (2) Prosedur pemesanan, pembayaran dan pengembalian uang yang baik sebagaimana kebijakan konsumen yang kongkrit, komunikasi yang baik dan keamanan yang ketat membantu konsumen transaksi online lebih percaya diri.; (3) Penyalahgunaan data konsumen. Adanya penyalahgunaan data konsumen; (4) Garansi dan kebijakan pengembalian produk (retur); (5) Pengurangan elemen ketidakpastian. Website merupakan identitas e-commerce yang menampilkan bisnis ke dunia internet. Desain website user-friendly mewakili bisnis e-commerce dengan cara terbaik dan dapat menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan penjualan produk atau jasa dari perusahaan. Sehingga website harus dirancang dengan baik, menarik, mudah dinavigasi dan ramah mesin pencari. Perhatian khusus harus diberikan pada estetika website, karena estetika sering menjadi indikator penting dari kualitas pemasar online (Vrechopoulos et al, 2000). Menurut Kotler (2005) menyatakan bahwa “Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”. Constantinides (2004) menjelaskan konsep marketing mixkonvensional diterapkan bagi pemasaran online dimana unsur-unsur marketing mix dijabarkan sebagai berikut:
299
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
1. Product. Produk dalam bisnis e-commerce bisa berarti isi tulisan (content) dari website. Selain website menampilkan produk/jasa yang dipromosikan hal yang sangat penting yaitu memilih konten yang tepat. Enak dibaca oleh pengunjung website danmudah ditemukan oleh mesin pencari (search engine) seperti google, yahoo, atau MSN, dll. 2. Price. Harga yang bersaing. Banyak orang menggunakan internet sebagai sarana untuk membandingkan harga, jika ingin membeli sesuatu produk/jasa. 3. Place. Dalam bisnis e-commerce tempat merupakan website itu sendiri yang menjadi saranan untuk pemasaran dengan menawarkan produk/jasa. Sehingga, membuat website mudah diakses, mudah dibaca, dan tentu saja menarik dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. 4. Promotion. Dalam Internet Marketing, hal yang paling penting adalah membuat website kita terkenal dan ramai dikunjungi. Karena ada banyak ribuan bahkan mungkin jutaan website, yang bisa saja memiliki produk atau content yang sama. Memberikan potongan discount atau pengantaran gratis bisa menjadi pilihan promosi yang dilakukan dalam bisnis e-commerce. 5. Communication. Komunikasi yang dibangun dalam bisnis e-commerce dengan memberikan keterangan tentang produk dan perusahaan dengan jelas, memberikan aturan cara membeli dan cara pembelian serta persyaratan pengiriman. Informasi yang baik dan benar tentang produk akan membuat peningkatan tingkat kepercayaan konsumen dan menghindari keraguan konsumen dalam melakukan pembelian. Devaraj (2003) menjelaskan keputusan membeli secara online dipengaruhi: (1) Efisiensi untuk pencarian: waktu cepat, mudah dalam penggunaan dan usaha pencarian mudah. Kemudahan dalam mencari informasi tergantung dari layout halaman website. Jika layout cukup jelas, waktu yang digunakan untuk searching dapat dipersingkat. Usaha untuk searching lebih mudah. Sehingga efisiensi meningkat.; (2) Value: harga produk bersaing dan kualitas produk baik; (3). Interaksi: informasi, keamanan, load time, dan navigasi. Informasi pada halaman website dihubungkan dengan beberapa komponen. Bagaimana dan dimana komponen akan diletakkan mempengaruhi navigasi user dan interaksi antara user dengan halaman website. Ukuran komponen isi dan grafis mempengaruhi waktu loading. Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, disusun kerangka pemikiran yang bertolak dari pengaruh faktor fungsional terhadap keputusan pembelian berupa kemudahan dan pencarian informasi yang cepat meningkatkan efisiensi waktu saat berbelanja online.Website memberikan informasi yang jelas juga dapat meningkatkan interaksi konsumen online. Serta kemudahan proses pemesanan dapat meningkatkan efisiensi dalam berbelanja online. Hal ini karena konsumen dapat langsung membeli produk yang diinginkan dengan cepat dan mudah.Konsumen dapat berinteraksi dengan vendor online dapat meningkatkan efisiensi dan interaksi konsumen online. Karena konsumen online dapat langsung mendapatkan informasi yang mereka butuhkan tentang kondisi produk saat itu juga. Pengaruh faktor psikologi terhadap keputusan pembelian, berupa prosedur pemesanan, proses pembayaran dan proses pengembalian uang yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan interaksi konsumen online. Serta, adanya garansi terhadap produk dapat meningkatkan value dari produk yang dijual. Hal ini karena konsumen akan mendapatkan kepastian jika produk yang dibeli tidak sesuai dengan keinginannya.
300
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Pengaruh faktor konten terhadap keputusan pembelian, berupadesain dan style/atmosphere dari sebuah website dapat meningkatkan value dari produk yang dijual. Hal ini karena konsumen online hanya melihat produk yang ditawarkan hanya lewat gambar sehingga penampilan desain yang baik dapat membuat produk tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi.Desain website yang user-friendlydapat meningkatkan efisiensi dan interaksi konsumen online. Hal ini karena website yang dirancang dengan situs navigasi yang mudah dan pencarian informasi yang mudah dapat mempersingkat waktu berbelanja secara online, hal ini pun akhirnya meningkatkan interaksi konsumen online terhadap website tersebut.Dari uraian di atas maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor Fungsional (X1) 1.Usabilitas (X1-1) 2.Interaktifitas (X1-2)
H1 Keputusan Pembelian (Y) 1.Efisiensi (Y1) 2.Value(Y2) 3.Interaksi (Y3)
H2 Faktor Psikologi (X2) 1.Kepercayaan/Trust (X2-1) Faktor Konten (X3) 1.Estetika (X3-1) 2.Marketing Mix (X3-2)
H3
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hipotesis H1: Faktor fungsionsl berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce website groupon. H2 : Faktor psikologi berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce website groupon. H3: Faktor konten berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce website groupon. METODE Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu pengguna internet yang sudah pernah melakukan pembelian secara online di website groupon dan menggunakan penelitian eksplanatif kuantitatif yang sifatnya penjelasan/eksplanatif. Data penelitian bersumber dari data primer yaitu pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada subjek penelitian serta data sekunder yang didapatkan dari data yang memiliki perusahaan seperti:datapengunjung/visitor website, jumlah member/subscriber, penelitian terdahulu, literatur dan jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Populasi penelitian ini subscriber/member website groupon yang pernah melakukan pembelian produk e-commerce di website groupon di wilayah Jobodetabekyang jumlahnya tidak diketahui, sehingga dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel dari
301
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
populasi yang tidak diketahui dicari dengan menggunakan rumus Malhotra yaitu minimal 5 dikalikan jumlah variabel atau jumlah pertanyaan yang ada (Widayat, 2004, p.105) yaitu 5x34 jumlah pertanyaan jadi 170 responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008, p.122)yaitu subscriber/pelanggan yang pernah melakukan pembelian secara online di website groupon di wilayah Jabodetabek. Sedangkan untuk pengisian kuesioner diambil dengan accidental sampling. Kuesioner disebar dengan cara mengirimkan email pada subscriber website groupon dan responden mengirimkan kembali kuesioner yang sudan diisi lewat email serta memberikan kuesioner pada responden secara langsung dan diisi langsung oleh responden pada saat peneliti menemui responden. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan skalaLikert sebagai skala pengukuran dan menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara.Metode analisa data yang digunakan oleh penulis dalam mengukur hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan SPSS 20 untuk uji validitas dan uji reliabilitas, serta analisis dimensi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dimensi variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan matrik korelasi dimensi antar variabel (bebas dan terikat) yang besarnya - 1 ≤ r ≤ + 1. dan menggunakan teknik analisa data SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan aplikasi LISREL 8.80 untuk menguji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kecocokan Model Pengukuran: Memeriksa Validitas Variabel Teramati a. Variabel Faktor Fungsional.Dalam pengujian ini terdapat 9 variabel teramati tentang Faktor Fungsional yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=147.26, df=27, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.163dan semuanya mempunyai nilai standardized loadingestimate (muatan faktor standar) ≥ 0,5. b. Variabel Faktor Psikologi. Dalam pengujian ini terdapat 3 variabel teramati tentang Faktor Psikologi yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=0.00, df=0, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.000dan ketiga variabel tersebut mempunyai nilai standardized loadingestimate (muatan faktor standar) ≥ 0,5. c. Validitas Faktor Konten. Dalam pengujian ini terdapat 8 variabel teramati tentang Faktor Konten yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=224.29, df=20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.247. dari 8 variabel laten teramatiterdapat 7 variabel teramati yang bernilai ≥ 0,5. d. Validitas Keputusan Pembelian.Dalam pengujian ini terdapat 8 variabel teramati tentang Faktor Konten yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=224.29, df=20, Pvalue = 0.00000, RMSEA = 0.247.terdapat 8 variabel teramati yang bernilai ≥ 0,5. UjiKecocokan Keseluruhan Model Pengukuran. Langkah kedua adalah dengan menambahkan model pengukuran keseluruhan pada model CFA (Wijanto, 2008). Model hybrid ini kemudian diestimasi dan dianalisis untuk melihat kecocokan secara keseluruhan dan evaluasi terhadap model pengukuran keseluruhan (Wijanto, 2008).Peneliti telah
302
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
melakukan modifikasi/respesifikasi terhadap uji kecocokan pengukuran seperti ditunjukkan pada Tabel .di bawah ini.
keseluruhan
model
Tabel 1. Hasil Uji Kecocokan Model Pengukuran Model Sesudah Dilakukan Respesifikasi No Ukuran GOF 1 2 3 4 5 6 7 8
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) P (close-fit) Normed Fit Index (NFI) Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit Index (TLI atau NNFI) Comparative Fit Index (CFI) Incremental Fit Index (IFI) Relative Fit Index (RFI) Goodness-of-Fit Index (GFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Target Tingkat Kecocokan RMSEA ≤ 0,08 P ≥0,50 NFI ≥ 0,90
Hasil Tingkat Estimasi Kecocokan 0,070
Good Fit
0,80
Marginal Fit
NNFI ≥ 0,90
0,86
Marginal Fit
CFI ≥ 0,90 IFI ≥ 0,90 RFI ≥ 0,90 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90
0,89 0,89 0,75 0,81 0,74
Marginal Fit Marginal Fit Tidak Fit Marginal Fit Tidak Fit
Sumber: Hasil pengolahan data dengan program Lisrel 8.80 Dengan melihat hasil uji kecocokan model pengukuran model keseluruhan sesudah dilakukan modifikasi/respesifikasi tersebut di atas bahwa goodness of fit menunjukkan kecocokan yang baik (good fit dan marginal fit). Maka dapat disimpulkan kecocokan keseluruhan model sesudah dilakukan modifikasi/respesifikasi Good fit adalah baik dan dapat dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas model. Tabel 2. Construct Reliability, Variance Extraceted dan Reliability Model Keseluruhan Model Varibel Faktor Fungsional Faktor Psikologi Faktor Konten Keputusan Pembelian
Construct Reliability
Variance Extracted
Kesimpulan Reliabilitas
0,86 ≥ 0,50
0,41 ≥ 0,3
Baik
0,92 ≥ 0,50 0,87 ≥ 0,50
0,80 ≥ 0,3 0,46 ≥ 0,3
Baik Baik
0,87 ≥ 0,50
0,46 ≥ 0,3
Baik
Sumber: Hasil pengolahan data dengan program Lisrel 8.80 Berdasarkan Tabel 2 dimuka dapat diketahui bahwa nilai construct realiabity (CR) berada diatas 0,50 (≥0,50). Dengan demikian juga untuk variance extracted(VE) berada diatas 0,30 (≥0,30), adalah baik. Hasil uji kecocokan keseluruhan model dapat dilihat pada Tabel di berikut ini. Dari Tabel 3 berikut terlihat bahwa nilai kecocokan model menunjukkan nilai bagus artinya sebagian dari hasil tersebut nilai kecocokan menunjukkan Good Fit.
303
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Tabel 3. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural Model Penelitian Sesudah Modifikasi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Ukuran GOF Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) P (close-fit) Normed Fit Index (NFI) Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit Index (TLI atau NNFI) Comparative Fit Index (CFI) Incremental Fit Index (IFI) Relative Fit Index (RFI) Goodness-of-Fit Index (GFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Target Tingkat Kecocokan RMSEA ≤ 0,08 P ≥0,50 NFI ≥ 0,90
Hasil Estimasi
Tingkat Kecocokan
0,083
Marginal Fit
0,77
Tidak Fit
NNFI ≥ 0,90
0,82
Marginal Fit
CFI ≥ 0,90 IFI ≥ 0,90 RFI ≥ 0,90 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90
0,85 0,86 0,72 0,78 0,71
Marginal Fit Marginal Fit Tidak Fit Tidak Fit Tidak Fit
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan program Lisrel 8.80 Pengujian Hipotesis Penelitian. Dari Tabel 4 di bawah ini, bisa ditarik kesimpulan mengenai model penelitian untuk variabel Faktor Fungsional, yaitu bahwa Faktor Fungsional ternyata berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian, ditunjukan dengan nilai t ≥ 1,67 yaitu 2,88. Faktor Psikologi terhadap Keputusan Pembelian tidak berpengaruh secara signifikan dimana nilai t < 1,96 yaitu 1,61. Faktor Konten terhadap Keputusan Pembelian berpengaruh secara signifikan dimana nilai t ≥ 1.96 yaitu 4,43. Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis
Structural Path
TValues 2,28
H1
Faktor Fungsional Keputusan Pembelian
H2
Faktor Psikologi Keputusan Pembelian
1,61
H3
Faktor Konten Keputusan Pembelian
4,43
Keterangan
Kesimpulan
Data mendukung hipotesis Data Tidak mendukung hipotesis Data mendukung hipotesis
Faktor fungsional berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Faktor psikologi tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian Faktor konten berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.80 Dari Tabel 4 diatas bisa disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hanya 2 Hipotesis yang diterima sedangkan 1 hipotesis yang ditolak. Hasil uji hipotesis (H1) faktor fungsional terhadap keputusan pembelian dengan nilai 2,28 dapat diterima. Hal ini menerima hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan bahwa web experience: faktor fungsional: usabilitas/kegunaandaninteraktifitas/interaksiberpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian lainnya Assidiqi (2009) menyatakan bahwa Faktor usabilitas/kegunaan dan interaktifitas berpengaruh terhadap keputusan Pembelian. Beberapa hal yang menyebabkan Faktor Fungsional berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
304
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
karena kemudahan dalam mengakses sebuah website membuat konsumen merasa nyaman berada di website tersebut, hal ini terjadi karena konsumen merasa mudah, cepat dalam mengakses serta informatif dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan produk/jasa yang di jual. Faktor efisiensi dalam mencari informasi yang dicari dan kemudahan dalam mendapatkannya merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis e-commerce Hasil uji hipotesis (H2) faktor psikologi terhadap keputusan pembelian dengan nilai 1,61 ditolak. Hal ini menolak hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan bahwa Faktor Psikologi, kepercayaan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Penelitian lainnya,Ling (2010) menyatakan bahwa Faktor Psikologi berupa kepercayaan online mempengaruhi Keputusan Pembelian konsumen online.Beberapa hal yang menyebabkan Faktor Psikologi berupa kepercayaan online tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena semakin berkembangnya teknologi internet yang mudah diakses dimana saja dengan biaya murah membuat pengguna internet lebih percaya dengan membeli barang/jasa melalui internet mereka tidak merasa kuatir dengan cara bayar yang dilakukan secara online dan memberikan datanya. Hal ini merupakan dampak dari semakin berkembangnya e-commerce di seluruh dunia dan berdampak pada masyarakat Indonesia yang sudah mulai mempercayai pembelian secara online menjadi salah satu alternatif berbelanja barang/jasa jika tidak mempunyai banyak waktu untuk berbelanja secara konvensional. Hasil uji hipotesis faktor konten terhadap keputusan pembelian dengan nilai 4,43 dapat diterima. Hal ini menerima hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan bahwa Faktor Kontenberpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Penelitian lainnya Assidiqi (2009) menyatakan bahwa Faktor Konten berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Beberapa hal yang menyebabkan Faktor Konten berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian karena konten/isi yang terdiri dari estetika website termasuk didalamnya desain website dan marketing mix adalah sangat penting untuk strategi pemasaran internet yang efektif. Konten yang sesuai dan tepat sesuai target pengunjung maka website akan ramai dikunjungi konsumen yang akan membeli produk/jasa yang ditawarkan. Tabel 5. Matriks Korelasi Antar Dimensi Fariabel Faktor Fungsionaldengan Dimensi Variabel Keputusan Pembelian Variabel Faktor Fungsional (X1)
Variabel Dimensi Usabilitas (X1.1) Interaktivitas (X1.2)
Keputusan Pembelian (Y) Efisiensi (Y1.1) Value Interaksi (Y1.3) (Y1.2) 0,457 0,337 0,419 0,321
0,404
0,457
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2013 Matrik Korelasi Antar Dimensi Variabel Faktor Fungsional dengan Dimensi Keputusan Pembelian. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua dimensi Faktor Fungsional mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Keputusan Pembelian. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada Usabilitas dengan nilai korelasi 0,457 terhadap Efisiensi dan Interaktifitas dengan nilai korelasi 0,457 terhadap Interaksi. Kegunaan website akan
305
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
memberikan kemudahan dalam mengakses, mempunyai alur informasi yang jelas dan mudah dalam melakukan proses pemesanan atau proses pembayaran sehingga hal ini berpengaruh pada efisiensi dan interaksi dalam melakukan pembelian secara online di website groupon. Matriks Korelasi AntarDimensi VariabelFaktor KontendenganDimensi Variabel Keputusan Pembelian Tabel 6. Matriks Korelasi Antar Dimensi Variabel Faktor Kontendengan Dimensi Variabel Keputusan Pembelian Variabel Keputusan Pembelian (Y) Variabel Dimensi Efisiensi Value Interaksi (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) Faktor Konten Estetika 0,436 0,186 0,390 (X3) Web (X3.1) Marketing 0,632 0,400 0,604 Mix (X3.2) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2013 Matriks Korelasi AntarDimensi VariabelFaktor KontendenganDimensi Variabel Keputusan Pembelian. Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan kedua dimensi Faktor Kontenberpengaruh positif terhadap variabel Keputusan Pembelian. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada Marketing Mixdengan nilai korelasi 0,632 terhadap Efisiensi. Konsumen dalam melakukan pembelian secara online menginginkan produk yang dijual dipresentasikan dengan baik seperti menampilkan gambar produk yang interaktif, memberikan informasi produk dengan jelas dan menampilkan harga yang selalu di update dan memberikan diskon sehingga memberi kemudahan mendapatkan produk yang dibeli sehingga lebih efisien dalam berbelanja secara online. PENUTUP Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa faktor fungsional berpegaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk e-commerce website groupon. Hal ini berarti pembeli mempertimbangkan faktor fungsional usabilitas dan interaktifitas website dalam mengambil keputusan membeli barang/jasa produk e-commerce website groupon. Kemudahan dalam mengakses sebuah website dapat membuat konsumen merasa nyaman berada di website tersebut. Hal ini terjadi karena konsumen merasa mudah, cepat dalam mengakses serta informatif dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan produk/jasa yang di jual. Faktor efisiensi dalam mencari informasi yang dicari dan kemudahan dalam mendapatkannya merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ecommerce. Faktor konten berpegaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk e-commerce website groupon.Hal ini berarti konsumen mempertimbangkan faktor konten estetika website dan marketing mix website dalam mengambil keputusan membeli barang/jasa produk e-commerce website groupon.
306
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Faktor Konten berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian karena konten/isi yang terdiri dari estetika website termasuk didalamnya desain website dan marketing mix adalah sangat penting untuk strategi pemasaran internet yang efektif. Konten yang sesuai dan tepat sesuai target pengunjung maka website akan ramai dikunjungi konsumen yang akan membeli produk/jasa yang ditawarkan. Dari hasil penelitian dan kesimpulan seperti yang disebutkan sebelumnya,beberapa saran yang dapat penulis sampaikan bagi perusahaan selaku pelaku bisnis grupon dapat menjadikan faktor usabilitas dan interaktifitas menjadi prioritas utama dalam mempengaruhi konsumen dalam membeli produk/jasa di website mereka dengan memberikan kenyamanan yaitu dengan memberi kemudahan mencari informasi dengan cepat, mudah, dan informatif. Faktor konten juga dapat memiliki pengaruh yang penting dalam pengambilan keputusan vendor untuk mengambil strategi pemasaran yang tepat dalam memasarkan produknya. Serta dapat melakukan program-program marketing agar manarik minat konsumen untuk terus berbelanja di website groupon, seperti tambahan diskon untuk pembelian lebih dari satu item barang, dan lain-lain. Pelaku bisnis groupon harus selalu memastikan bahwa sistem yang digunakan selalu aman dari parahacker yang akan mengambil data konsumen dan aman dalam melakukan pembayaran secara online. Bagi Pembeli, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan awareness dalam melakukan pembelian secara online. Pembeli dapat lebih meningkatkan pembeliannya secara online jika website tersebut nyaman, aman dan terpercaya. Sedangkan bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan faktorfaktor variabel lain yang mempengaruhi keputusan pembelian secara online pada website groupon selain yang telah diteliti dalam penelitian ini. Seperti meneliti variabel kualitas desain website e-commerce, variable perilaku konsumen online yang berbeda antara pria dan wanita dan variable psikologi dengan menggunakan dimensi kepercayaan terhadap vendor online, kepercayaan terhadap pembayaran secara online. DAFTAR RUJUKAN Assidiqi, Hasbi. (2009). Pengaruh Faktor Web Experience Terhadap Keputusan Pembelian Produk Elektronik. Bina Nusantara, Jakarta. Alala, Dzulfikar. (2012). Inilah Keunggulan dan Kelemahan Belanja Online. Melalui http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/10/05/inilah-keunggulan-dankelemahan-belanja-online-499130.html Bryan A. Garner dalam Abdul Halim Barakatullah, (2005). Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan Dan Sistem Hukum Di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif. Penerbit Kencana, Jakarta Cheung, C.M.K., Zhu, L., Kwong, T., Chan, G.W.W. andLimayem, M. (2003). Online Consumer Behavior:a Review and Agenda for Future Research, Proceedings of The 16th Bled E-Commerce Conference, Bled, 9-11 June. Choon Ling Kwek, Hoi Piew Tan and Teck Chai Lau, (2010). The Advancement of The World Wide Web Has Resulted In The Creation of A New World Closes The Gap On Android. http://blog.nielsen.com/nielsenwire/consumer/more-us-consumerschoosingsmartphones-as-apple-closes-the-gap-on-android/
307
Hastuti 296- 308
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Constantinides, Efthymios, (2004). Influencing The Online Consumer’s Behavior: The Web Experience, Internet Research vol 14-Number 2- 2004. Emerald Group Publishing Limited, United Kingdom Devaraj, Fan, and Kohli, (2003). E-Loyalty -elusive ideal or competitive edge?. Communication of the ACM 46, 9 (Sept.2003), 184-191 Forrester, (2003). Forrester Research Projects US Ecommerce To Hit Nearly $230 Billion, Press Release, Available at: www.forrester.com/ER/Press/Release/0,1769,823,00.html, and “Consumer Technographics: The Online Consumer 1998 To 2003”, available at: www.forrester.com/ER/Research/Brief/Excerpt/0,1317,17225,00.htm ISO 9241-11, (1998). Ergonomic Requirements For Office Work With Visual Display Terminals (VDTs), Part 11: Guidance on usability. Janury, B. M. Dkk. (2008). Pengertian E-Commerce. Melalui http://juansyah.wordpress.com/2012/08/02/pengertian-e-commerce/ Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT Indeks Kelompok Gramedia.Jakarta Kotler, Philip. (2003). Manajemen PemasaranEdisi Kesebelas, Indeks Kelompok Gramedia,Jakarta. Lee, P-M. (2002). Behavioral Model of Online Purchasers In E-commerce Environment, Electronic Commerce Research, Vol. 2, pp. 75-85. Ling, Kwek Choon, Lau Tek Chai and Tan Hoi Piew. (2010). The Effects of Shopping Orientations, Online Trust and Prior Online Purchase Experience Towars Customers’ Online Purchase Intention. International Business Research Vol 3. (3) July 2010. Canadian Center of Science and Education, Georgia. Nielsen. (2012). More Us Consumers Choosing Smartphones As Apple. http://technorati.com/technology/article/apple-iphone-4s-climbs-android-falls/ Nielsen, Jacob. (2012). What Is Usability? Melalui http://www.zdnet.com/devhead/stories/articles/0,4413,2137671,00.html O’Cass, A. and Fenech, T., (2003). Web Retailing Adoption: Exploring The Nature of Internet Users’ Web Retailing Behaviour, Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 10, pp. 81-94. Prentice Hall, Englewood Cliffs. Riyadi, Valens. (2012). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. ww.apjii.or.id Swastha, Basu, 2000. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Liberty.Jakarta Turban, E.,et all. (2004). Electronic Commerce: A Managerial Perspective 2004. Pearson Prentice Hall, New Jersey Vrechopoulos, A., O’Keefe, R.M. and Doukidis, G.I., (2000). Virtual Store Atmosphere in Internet Retailing. Proceedings of the 13th International Bled Electronic Commerce Conference, Bled, Slovenia, 19-21 June. Watchfire Whitepaper Series, (2000). Bad Things Shouldn’t Happen to Good Websites: Best Practices for Managing The Web Experience, Available at: www.watchfire.com Widayat. (2004). Metode Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV. Cahaya Press, Malang. Wijanto, Setyo Hari. (2008). Struktur Equation Modeling. Konsep dan Tutorial. Graha Ilmu. Yogyakarta
308
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN Tri Wulan Sundari dan Wiwik Utami Fakultas Ekonomi Universitas Veteran (UPN) Jatim dan Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Email:
[email protected] dan
[email protected] Abstract: This study aims to determine the effect on the value of the company's financial performance with the dividend policy as a moderating variable. The population in this study are all banking companies listed on the BEI. Sampling method performed with saturated sampling method, and based on predetermined criteria, the number of samples is a sample of 15 banking companies that pay dividend during the period 2007-2012.The research data is secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id) and ICMD 2007-2012. The results showed that: 1) capital are significant positive influence to the firm value, 2) dividend policy are able to significantly moderate influence to the capital on the value company, 3) asset quality are not significant positive influence to firm value, 4) dividend policy are not able to significantly moderate influence to the asset quality on the value company, 5) earning are not significant positive influence to the firm value, 6) dividend policy are able to significantly moderate influence to the earning on the value company, but with negative effect, 7) liquidity are significant negative influence to the firm value, 8) dividend policy are able to significantly moderate influence to the liquidity on the value company. Keywords: financial performance, firm value, dividend policy Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pada nilai kinerja keuangan perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Metode Sampling dilakukan dengan metode pengambilan sampel jenuh, dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, jumlah sampel adalah contoh perusahaan 15 perbankan yang membayar dividen selama periode data penelitian 2007-2012.The adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www. idx.co.id) dan ICMD 2007-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan dividen dapat berpengaruh secara signifikan moderat ke ibukota pada nilai perusahaan, 3) kualitas aset tidak berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) kebijakan dividen tidak dapat berpengaruh secara signifikan moderat terhadap kualitas aset pada nilai perusahaan, 5) produktif adalah pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 6) kebijakan dividen dapat berpengaruh secara signifikan moderat terhadap pendapatan pada perusahaan nilai, tetapi dengan efek negatif, 7) likuiditas yang berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, 8) kebijakan dividen dapat berpengaruh secara signifikan moderat terhadap likuiditas pada perusahaan nilai. Kata kunci: kinerja keuangan, nilai perusahaan, kebijakan dividen 309
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENDAHULUAN Perbankan merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, fungsi utama dari perbankan adalah menyediakan berbagai jasa keuangan. Dari pengamatan terhadap distribusi perbankan, menunjukkan bahwa sebagian besar pasar dikuasai oleh sedikit bank yang mempunyai keunggulan di dalam kekuatan asset, dana serta jangkauan pelayanan (Brata, 1997). Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Kusumadilaga, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi atau kinerja bank tersebut biasa disebut CAMEL. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, analisis terhadap faktor CAEL dilakukan melalui penilaian terhadap komponen berikut: Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk menilai faktor permodalan, Non Performing Asset (NPA) untuk menilai faktor kualitas aktiva, Return On Asset (ROA) untuk menilai faktor rentabilitas, Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk menilai faktor lkuiditas. Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Dividen adalah proporsi laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliknya (Sunariyah, 2004). Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, hal ini dikarenakan kebijakan dividen menjadi pusat perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan (Enggar, 2009). Kebijakan dividen menarik digunakan sebagai variabel moderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan dalam penelitian ini, karena perusahaan akan memaksimumkan nilai perusahaan dapat dicapai bila perusahaan memperhatikan stake holder atau pemegang saham. Hasil kontroversi pada penelitian mengenai kebijakan dividen sebagai pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan sebelumnya yang dilakukan oleh Enggar (2009) pada perusahaan manufakur yang menemukan kebijakan dividen mampu memoderasi kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Berbeda dengan Murtini (2008) yang menemukan kebijakan dividen tidak mampu mempengaruhi nilai perusahan. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh permodalan, kualitas aktiva, rentabilitas, lkuiditas terhadap nilai perusahaan pada sektor perbankan dan apakah kebijakan deviden mampu memoderasi pengaruh keempat variabel tersebut terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2007-2012. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham, yang diwujudkan melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005). Hal tersebut mengimplikasikan bahwa konsep nilai perusahaan dalam hal ini bersifat krusial, karena menjadi tujuan utama bagi setiap perusahaan.
310
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk pada hubungan finansial antara barang dan jasa yang tersedia untuk dibeli dan mereka yang membeli dan menjualnya. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham karena semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Beberapa teori yang melandasi nilai perusahaan diantaranya: Signalling Theory, Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH), Asymetris Information Theory, Agency Theory. Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah dividen. Dividen merupakan proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. Secara matematis DPR dapat dirumuskan sebagai berikut: Dividen dalam penelitian ini terkait dengan teori “bird in the hand” dimana akan diteliti apakah kebijakan dividen sebagai variabel moderator mampu memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Kinerja keuangan adalah untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis memerlukan beberapa tolak ukur yang digunakan adalah ratio dan indeks, yang menghubungkan dua data keuangan antara satu dengan yang lain (Agnes Sawir, 2005). Kinerja perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat memberikan nilai kepada perusahaan tersebut. Tingkat kesehatan bank menurut Surat Keputusan Bank Indonesia No. 30/11/Kep/Dir tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, pada dasarnya menilai berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yaitu permodalan (capital), aktiva produktif (assets), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (likuidity) yang biasa disebut CAMEL. Penelitian mengenai pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh Siregar (2010) dengan obyek penelitian perusahaan manufaktur periode 2006-2008. Menggunakan teknik purposive sampling sampel yang diperoleh 61 perusahaan. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan stimultan likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya. Dalam penelitian di intepretasikan nilai koefisien likuiditas adalah negatif yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin rendah nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham. Interpretasi menyebutkan hal tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi dan persepsi subjektif dari investor. Penelitian Siregar (2010) didukung oleh Hartini (2010) yang menemukan secara parsial dan simultan likuiditas memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi nilai kesehatan suatu perusahaan akan memberikan keyakinan kepada pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa yang akan datang. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diteliti oleh Murtini (2008) dengan obyek penelitian perusahaan manufaktur tahun 2000-2004 dengan sampel 22 perusahaan, penelitian Murtini (2008) menyatakan likuiditas yang dinilai dari arus kas
311
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
bebas perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Arus kas bebas mencerminkan kinerja manajemen keuangan dalam mengambil keputusan keuangan. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan memiliki kas yang benar-benar bebas, yang dapat dibagikan kepada pemilik saham sebagai dividen. Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh Jhohor (2009) yang meneliti pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia dengan hasil penelitian secara parsial variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi secara simultan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian Jhojor (2009), Hartini (2010) menemukan leverage secara parsial dan simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan menyimpulkan investor tidak melihat perusahaan dari faktor leverage-nya. Hasil penelitian serupa dengan Hartini (2010) didukung oleh Fitriyanti (2009) dan Siregar (2010) dengan menggunakan uji F dan t menunjukkan bahwa leverage secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage dan nilai perusahaan telah diteliti oleh Hartini (2010) yang menyatakan terdapat hubungan antara nilai perusahaan dengan pembayaran dividen, arus kas bersih, leverage dan earnings per share yang di harapkan setiap tahun oleh perusahaan bahwa dividen menunjukkan hal yang pasti berkaitan dengan apresiasi harga saham. Penelitian mengenai profitabilitas terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Susilo (2009) meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan simultan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bisa dijelaskan bahwa penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian Susilo (2009) didukung oleh Fitriyanti (2009) dan Siregar (2010) secara parsial dan simultan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan deviden sebagai varaibel moderating yang dilakukan oleh Mahendra (2011). Hasil penelitiannya disimpulkan sebagai berikut : likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan, leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
312
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan uraian dari teori-teori yang mendasari mengenai nilai perusahaan, kebijakan dividen, permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas serta penelitian terdahulu, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Capital
Asset Quality
Earning
Liquidity
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
H1
H3
H5
H7
H6
H8
H4
Firm Value
Kebijakan Dividen (Z)
(Y)
(Y)
H2
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber: berbagai jurnal Hipotesis H1: Capital berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. H2: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh capital terhadap nilai perusahaan. H3: Asset quality berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. H4: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh asset quality terhadap nilai perusahaan. H5 : Earning berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. H6: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh earning terhadap nilai perusahaan. H7: Liquidity berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. H8: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh liquidity terhadap nilai perusahaan. Kajian Pustaka. Jenis desain penelitian yang dilakukan adalah penelititan deskriptif dan kausal. Ruang lingkup penelitian ini adalah emiten perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, data diperoleh dengan mengakses http://www.idx.co.id, dan website masing-masing emiten. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012 yang membagikan dividen. Variabel-variabel yang digunakan: 1)Variabel teikat, 2)Variabel bebas, 3) Variabel moderasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), sesuai dengan publikasi www.idx.co.id . Adapun kemudian dengan menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling: 1) Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012 per 31 Desember 2012 2) Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturur-turut di BEI pada periode 2007-2012 per 31 Desember 2012
313
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
3) Perusahaan perbankan yang membagi dividen pada periode 2007-2012 per 31 Desember 2012. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan formula sebagai berikut:
Selanjutnya variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah permodalan, kualitas aktiva, rentabilitas dan likuiditas yang diukur dengan formula sebagai berikut :
Variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
METODE Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan cara studi dokumenter dari www.idx.co.id. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan perbankan dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan perbankan di BEI tahun 2007-2012 dengan bantuan progam SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif. Berdasarkan data mentah yang diinput dari www.idx.co.id maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Price Earning Ratio (PER), Dividen Payout Ratio (DPR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan Loan Deposit Ratio (LDR). Selanjutnya apabila dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
314
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 Tabel 1. Analisis Descriptive
N PER DPR CAR NPL ROA LDR Valid N (listwise)
58 58 58 58 58 58 58
Descriptive Statistics Minimum Maximum 1.99 59.95 1.82 102.64 11.21 34.30 .38 8.18 .36 4.42 44.28 129.19
Mean 13.6126 33.5840 17.2883 2.6216 1.9055 76.8595
Std. Deviation 9.04148 17.69161 4.80452 1.59395 .80020 17.51781
Sumber: data yang diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 1, diperoleh gambaran sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai perusahaan berdasarkan Price Earning Ratio (PER) adalah 13,61 persen yang menunjukkan harga saham 13,61 kali dari laba tahun berjalan 2) Rata-rata nilai pembagian dividen berdasarkan Dividen Pay Out Ratio (DPR) adalah 33,58 persen yang menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan sebagai pemegang saham perusahaan berupa dividen kas sebesar 33,58 persen (Darmadji dan Fakhruddin, 2006) 3) Rata-rata nilai capital berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 17,29 persen menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan rasio kecukupan modal sangat baik yaitu diatas 8 persen sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 4) Rata-rata nilai asset quality berdasarkan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,62 persen menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan rasio kredit bermasalah cukup baik yaitu dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5 persen 5) Rata-rata nilai earning berdasarkan Return On Asset (ROA) sebesar 1,92 persen menunjukkan kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi secara keseluruhan sangat baik, dimana standar Bank Indonesia untuk rasio ROA sebesar 0,5% 1,25% 6) Rata-rata nilai rentabilitas berdasarkan Loan Deposit Ratio (LDR) sebesar 76.85 persen mengindikasikan bank mempunyai tingkat lkuiditas yang baik dan masih mempunyai ruang gerak untuk ekspansi kredit, yaitu tidak lebih rendah dari 75 persen sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia. Hasil Uji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Normalitas Data, pada penelitian ini data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa data penelitian yang mencakup variabel permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, kebijakan dividen dan nilai perusahaan telah menunjukkan distribusi data normal yang diperlukan sebelum melakukan pengujian hipotesis 2) Uji Heteroskedastisitas, dalam penelitian ini data sampel tersebar baik berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan 3) Uji Autokorelasi, pada penelitian ini sudah diuji dengan Durbin Watson dan tidak terjadi autokorelasi 4) Uji F, Pada penelitian ini secara simultan, DPR mampu memoderasi pengaruh CAR, NPL, ROA dan LDR terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut menandakan bahwa investor menilai kinerja perusahaan dari kesemua aspek yaitu capital, asset, rentabilitas dan lkuiditas, serta dengan adanya kebijakan dividen sebagai variabel moderasi mampu memperkuat
315
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
pengaruh keempat variabel independen terhadap nilai perusahaan 5) Pada penelitian ini diperoleh koefisien determinasi R2 sebesar 60,7 persen artinya variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 60,7 persen dan sisa 39,3 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan. Pada tabel 1 dijelaskan bahwa pengaruh variabel DPR terhadap PER adalah signifikan negatif dengan nilai signifikansi 0.028<0.05 sedangkan CAR tidak berpengaruh signifikan negatif dengan nilai signifikansi 0.129>0.05. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik investor untuk masingmasing pasar modal pada emiten perbankan. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Modal (CAR), Nilai Perusahaan (PER) dan Kebijakan Dividen (DPR) Unstandardized Coefficients
1
Model (Constant) DPR CAR DPR.CAR
B 15.772 -.360 -.465 .030
Std. Error 5.821 .159 .301 .007
Standardized Coefficients Beta -.704 -.247 1.501
T 2.710 -2.261 -1.543 4.087
Sig. .009 .028 .129 .000
Sumber: data diolah Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa para investor tidak terlalu memperhatikan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank khususnya tingkat kecukupan modal yang dicapai oleh setiap bank, sepanjang tidak ada pelanggaran terhadap indikator kesehatan perbankan yang telah ditetapkan BI, hal tersebut sesuai dengan penelitian Kusumawati (2009). Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi capital adequacy ratio, menunjukkan hasil yang positif signifikan dengan nilai signifikansi 0.000<0.05 dimana DPR mampu memoderasi pengaruh CAR terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan investor melihat CAR sebagai kondisi perusahaan yang memiliki kecukupan modal baik serta adanya pembagian dividen yang memperkuat rasio kecukupan modal, selain sebagai pertimbangan dalam membeli saham, yang mana sesuai dengan teori “bird in the hand”, dibuktikan dengan pengaruh DPR yang mampu memoderasi pengaruh CAR terhadap PER. Pengaruh variabel DPR dan NPL terhadap PER adalah tidak signifikan negatif dengan nilai signifikansi DPR 0.820>0.05 dan NPL 0.170>0.05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengendalikan kualitas aset dimana dalam perbankan aset sebagian besar terdiri dari kredit tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan, karena dalam pasar modal Indonesia pergerakan harga saham dan penciptaan nilai tambah perusahaan disebabkan faktor psikologis pasar. Hasil penelitian tersbeut tidak sesuai dengan penelitian dari Fitriyanti (2009), Siregar (2010) yang menyatakan secara parsial leverage mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi sesuai dengan penelitian Jhohor (2009) yang menyatakan secara parsial leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi non performing loan dengan nilai signifikansi 0.101>0.05, menunjukkan hasil yang positif tidak signifikan dimana DPR tidak mampu memoderasi pengaruh NPL terhadap PER. Hasil tersebut hampir sesuai dengan penelitian oleh Mahendra (2011), pada perusahaan manufaktur 316
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
dengan leverage sebagai salah satu kinerja keuangan, yang berbeda adalah hasilnya dimana leverage dengan DPR sebagai moderator berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya pembagian dividen, investor menganggap kemampuan perusahaan dalam mengelola aset cukup baik sehingga DPR yang memoderasi NPL dianggap sebagai sinyal positif terhadap nilai perusahaan walau tidak signifikan, hal tersebut juga sesuai dengan teori “bird-in-the-hand”. Secara parsial, DPR berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0.000<0.05, tetapi ROA tidak berpengaruh positif terhadap PER nilai signifikansi 0.094>0.05. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian dari Mahendra (2011) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada sektor manufaktur. Hal tersebut dikarenakan pada emiten perbankan, investor tidak hanya melihat dari sisi profitabilitas saja tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi return on asset menunjukkan hasil signifikan negatif dengan nilai signifikansi 0.002<0.05, menunjukkan dimana DPR mampu memoderasi pengaruh ROA terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya pembagian dividen lebih banyak, peluang pertumbuhan laba semakin sedikit karena kecilnya porsi untuk investasi. Hasil penelitian dengan variabel moderasi tidak sesuai dengan Mahendra (2011) yang menyatakan masuknya kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Tabel 3. Rentabilitas (ROA), Nilai Perusahaan (PER) dan Kebijakan Dividen (DPR) Unstandardized Coefficients
1
Model (Constant) DPR ROA DPR.ROA
B -3.532 .569 3.704 -.141
Std. Error 4.534 .097 2.173 .044
Standardized Coefficients Beta 1.113 .328 -.810
T -.779 5.853 1.705 -3.201
Sig. .439 .000 .094 .002
Sumber: data diolah dengan SPSS 18 Secara parsial, DPR dan LDR berpengaruh signifikan negatif dengan nilai signifikansi DPR 0.001<0.05 dan LDR 0.000<0.05 terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana semakin tinggi LDR suatu perbankan, resiko gagal bayar juga semakin besar, sehingga menurunkan nilai perusahaan, dan sesuai dengan penelititian dari Murtini (2008), Fitriyanti (2009), Susilo (2009), Siregar (2010) dan Mahendra (2011). Dividen Pay Out Ratio sebagai variabel yang memoderasi Loan Deposit Ratio, menunjukkan hasil signifikan positif dengan nilai signifikansi 0.000<0.05 dimana DPR mampu memoderasi pengaruh LDR terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan LDR yang tinggi menghasilkan kinerja yang baik, dibuktikan dengan kemampuan perusahaan meraih laba dan membaginya dalam dividen. Dari hipotesis-hipotesis yang telah diuji, diperoleh gambaran bahwa teori yang melandasi nilai perusahaan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah signalling theory, efficient market theory dan asymetris information theory dimana investor merespons terhadap nilai perusahaan berdasarkan sinyal mengenai kondisi perbankan
317
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
melalui laporan keuangan yang mencakup analisa CAEL dengan regulasi yang ditetapkan Bank Indonesia, serta harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, juga tidak semua informasi dapat diperoleh oleh investor dan hanya dimiliki oleh para agen perusahaan. Kebijakan deviden juga mampu memoderasi pengaruh CAR, ROA dan NPL terhadap PER, sesuai dengan teori ”bird-in-the-hand”, dimana investor cenderung menyukai dividen yang sudah pasti jumlah nominalnya. PENUTUP Kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating pada emiten perbankan. Dari 26 bank yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai 2012, dengan metode purposive sampling diperoleh 15 perusahaan yang memenuhi semua syarat penelitian untuk dijadikan sampel. Dari penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari modal (CAR), kualitas aset (NPL), rentabilitas (ROA) dan likuiditas (LDR) terhadap nilai perusahaan (PER) dengan dividen (DPR) sebagai variabel moderator diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Secara parsial permodalan yang diwakili dengan CAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diwakili PER, namun dengan masuknya kebijakan dividen yang diwakili DPR sebagai variabel moderasi terhadap CAR menunjukkan hasil positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang berarati kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh permodalan terhadap nilai perusahaan 2) Secara parsial kualitas aktiva yang diwakili NPL berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diwakili PER. Kebijakan dividen yang diwakili DPR tidak signifikan memoderasi NPL terhadap nilai perusahaan 3) Secara parsial rentabilitas yang diwakili ROA tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun dengan masuknya DPR sebagai variabel moderasi terhadap ROA menunjukkan negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini bermakna DPR mampu memperkuat pengaruh ROA tetapi berlawanan efeknya terhadap nilai perusahaan, dimana bila DPR tinggi, ROA nya rendah 4) Secara parsial, likuiditas yang diwakili LDR berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Dengan masuknya kebijakan dividen yang diwakili DPR sebagai variabel yang memoderasi LDR, menunjukkan hasil positif signifikan. Hal ini bermakna DPR mampu memperkuat pengaruh LDR terhadap nilai perusahaan. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah : 1) Bagi perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan bukti empiris yaitu pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan (kebijakan dividen sebagai variabel moderating) dalam pengambilan keputusan 2) Bagi investor diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan sebelum berinvestasi 3) Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian dengan variabel yang tidak mempunyai ketetapan regulasi dari undang-undang perbankan. DAFTAR RUJUKAN Anonymous (1990). SK Menteri Keuangan Nomor 792 Tahun 1990. Agnes. Sawir. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
318
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Ang, Robert, (2005). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia. Arsintadiani, D dan Harsono, M., (2002). Pengaruh tingkat LMX terhadap penilaian kinerja dan kepuasan kerja dengan kesamaan gender dan locus of control sebagai variabel moderator. Jurnal Perspektif, Volume 7, (2), Desember 2002: 113122. Bahagia, Malla, (2008). Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural Equation Modeling (SEM), Jakarta : UIN Syarifhidayatullah. Bank Indonesia, (1998). UU No. 10 Tahun 1998: “Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan”, Jakarta, BI. -------------------- ,Pakto 1988. Paket Kebijakan 27 Oktober 1988. -------------------- Surat Keputusan Bank Indonesia No, 30/11/Kep/Dir tanggal 30 April 1997. -------------------- SE BI No 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001. --------------------, (2003). Peraturan Bank Indonesia No. 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank. --------------------, (2004). Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. -------------------- , (2012). Kajian Stabilitas Keuangan. No. 19, September 2012. Biro riset info bank, (2010). Wajah Perbankan Indonesia. www.infobank.com. Brata, Aloysius Gunadi, (1997). Struktur dan Kinerja Perbankan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Brigham, Eugene F., (2011). Fundamentals of Financial Management, Seventh Edition, Holt-Saunders Japan: The Dryden Press. Brigham and Houston, (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Empat. Darmadji, T & Fakhruddin, H.M., (2006). Pasar Modal di Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Erlangga, Enggar, (2009). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai perusahaan Dengan Pengungkapan CSR, Good Corporate Governance, dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Pemoderasi, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammdiyah Yogyakarta. Fitriyanti, Hayu, (2009). Analisis Pengaruh Roa, Roe, Dan Der Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di BEI. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi Manajemen. (online), (http://etd.eprints.ums.ac.id/3020/ ). Ghozali, Imam, (2006). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ke 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Gujarati, Damodar. N., (2007). Dasar-dasar ekonometrika. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Gitman, Lawrance. J., (2003). Principles of Mangerial Finance. 10th edition. Addison Wesley. G. Sugiarso, dan F Winarni., (2006). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Media Pressindo.
319
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Hartini, Sri, (2010). Pengaruh Dividen Kas, Arus Kas Bersih, Leverage Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana. (online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20595). Helfert, Erich A., (2003). Technique of Financial Analysis, a guide to value creation, 11th edition, Mc Graw. Hill-Irwin, North America. Jensen, Michael C & CW Smith Jr, (1984). The Modern Theory of Corporate Finance, McGrow-Hill, Inc., USA. Jhojor Triwati N, Barasa, (2009). Pengaruh Debt To Equity Ratio (Der) dan Debt To Asset Ratio (DAR) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ekonomi Akuntansi. Jogiyanto, H.M., (2005). Analisis dan Disain Sistem Informasi :Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis, Yogyakarta. --------------------, (2010). Metodologi Penelitian Bisnis : salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Kasmir., (2008). Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sumarlin, J.B Menteri Keuangan, (1989). Keputusan Menteri Keuangan No, 740/KMK.00/1989 tanggal 28 juni 1989. Kusumadilaga, Rimba, (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating, Skripsi, Fakultas Ekonomi Diponegoro Semarang. Kusumawati, Fariyana, 2009. Pengaruh Risiko Bank dan Profitabilitas Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Perbankan, Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik. Kristiantari I Dewa Ayu, (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia, Tesis. Denpasar. Mahendra, Alfredo. DJ, (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderating) Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, Program Magister Program Studi Manajemen Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Mahsyud, Ali, (2006). Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Rajawali Pers, Jakarta. Martono dan Harjito, Agus, (2005). Manajemen Keuangan Edisi Pertama, cetakan keempat, penerbit Jala Sutia, Jakarta. Murtini, Umi, (2008). Pengaruh Manajemen Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi. vol 4, no. 1 Februari 2008. Napa J, Awat, (1999). Manajemen Keuangan : Pendekatan Sistematis, Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama. Nurmala, (2006). Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham Perusahaanperusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Mandiri Vol. 9 No.1 Juli-September. Nuringsih, Kartika, (2005). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, (2), Juli-Desember.
320
Sundari dan Utami 309- 321
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Rozeff, M., (1982). Growth, Beta and Agency Cost as Determinants of Payout Ratio. Jurnal Riset Keuangan, Vol 5, (3). Ridwan Sundjaja., Inge Barlian, (2003). Manajemen Keuangan 2 Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Salvatore, Dominick, (2005). Managerial Economics: Ekonomi Managerial dalam Perekonomian Global, Edisi Kelima, Terjemahan Ichsan Setyo Budi, Salemba, Jakarta. Siamat, Dahlan, (2005). Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Fakultas Ekonomi. Singgih Santoso, (2005). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia. Sinkey, Joseph F., (1992). Commercial Bank Financial Management in Financial Services Industry, 3th edition, Macmillan Publishing Company, Englewood Cliffs, New York. Siregar, Sheila Ramadhani, (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham dengan Menggunakan Rasio Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990. Sunariyah, (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Susanti, Rika, (2010). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Susilo, Agus, (2009). Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Emiten Terhadap Perubahan Harga Saham (studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2007), Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi Manajemen. Usman, Mohammad, (2001). Pengaruh Dividen Pay Out Ratio (DPR), Return On Equity (ROE) dan Earning -Growth terhadap Price Earning Ratio (PER). Jurnal Ekoma, Vol. 1, (1), September. Yusuf, Ahmad, (2005). Analisis pengaruh current ratio, debt to equity dan price earning ratio terhadap harga saham di industri food and beverages yang terdaftar di BEI periode 2004-2007.
321
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
PENGARUH KEPUASAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI DIVISI INDUSTRIAL DAN ENERGI PT HASKONING INDONESIA Yumi Meirina Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu Email:
[email protected] Abstrack: The purpose of this study is to analyze the effect of job satisfaction, work environment and work motivation and its impact on the employee performance. The independent variable are job satisfaction, work environment and work motivation with employee performance as dependent variable. Primary data were collected by using questioner .Using total sampling, total 114 samples were obtained from employees in Industrial and Energy Division PT Haskoning Indonesia. From the results of the data processing, the job satisfaction variables had no affect to the employee performance variable, work environment variable also had no affect to the employee performance variable, but work motivation affected to the employee performance variable. While job satisfaction, work environment and work motivation are simultaneously affect the performance of employees. The conclusionof this study, in order to affect employee performance, the company must increase employee motivation to obtain maximum results and meet the targets set. Keywords: job satisfaction, work environment, employee motivation, employee performance Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan. Variabel independen adalah kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja dengan kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner .Using total sampling, jumlah sampel 114 diperoleh dari karyawan di Industrial dan Divisi Energi PT Haskoning Indonesia. Dari hasil pengolahan data, variabel kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, variabel lingkungan kerja juga tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, tapi motivasi berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan bekerja. Sementara kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Conclusionof Penelitian ini, untuk mempengaruhi kinerja karyawan, perusahaan harus meningkatkan motivasi karyawan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memenuhi target yang ditetapkan. Kata kunci: kepuasan kerja, lingkungan kerja, motivasi kerja, kinerja karyawan PENDAHULUAN Salah satu elemen penting dalam suatu organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia atau karyawan yang merupakan aset penting suatu perusahaan haruslah
322
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi kinerja perusahaan. Karyawan adalah manusia yang juga memiliki kehidupan lain diluar pekerjaannya. Manusia bukanlah mesin, manusia memiliki harapan, keinginan, cita-cita dan dorongan yang ingin dicapainya. Dalam bekerja karyawan memiliki pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang mendasarinya untuk menentukan sikap dan perilakunya. Setiap pekerjaan memiliki arti yang berbeda-beda bagi masing-masing kemampuan karyawan. Ada karyawan yang merasa pekerjaan sebagai suatu beban berat yang harus dijalani. Adapula karyawan yang merasa pekerjaan yang ada harus dijalani secara optimal. Pekerjaan tersebut dilakukan dalam suatu lingkungan kerja yang bisa memberikan tambahan beban psikologis maupun jasmani kepada karyawan tersebut. Tambahan beban tersebut dapat berpengaruh positif maupun negatif pada kinerja karyawan. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama perusahaan adalah bagaimana memelihara kinerja para karyawannya agar selalu optimal. Apabila karyawan tidak merasakan kepuasan yang diterima, kenyamanan di lingkungan, tidak adanya motivasi yang baik maka karyawan tidak bisa mengembangkan segala potensi yang mereka miliki dan secara otomatis karyawan tidak dapat fokus dan berkonsentrasi secara penuh terhadap pekerjaannya. Hasil dari penilaian kinerja karyawan pada tahun 2011 dan 2012 secara umum terjadi penurunan kinerja walaupun tidak terlalu besar yaitu di kisaran 1%. Tetapi jika dilihat lagi terjadi kenaikan jumlah karyawan yang mendapat nilai below average dari 5% di tahun 2011 menjadi 8% di tahun 2012. Penurunan kinerja ini walaupun tergolong sedikit tetap harus disikapi dan diantisipasi secepatnya oleh pihak perusahaan. Apabila salah satu indikasi kepuasan karyawan adalah tingkat turnover maka dapat dilihat indikasi rendahnya kepuasan karyawan yang akhirnya memicu karyawan untuk keluar. Beberapa keluhan yang paling sering dilontarkan oleh karyawan adalah ketidakpuasan gaji yang diterima, ketidakjelasan pengembangan karir ke depannya dan mengenai pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari. Mayoritas alasan mereka keluar adalah karena mendapat kesempatan di perusahaan lain yang tentunya dengan penawaran yang jauh lebih baik daripada yang mereka terima sekarang baik dari sisi pendapatan maupun kejelasan pengembangan karir. Salah satu faktor yang dapat dijadikan alat ukur kinerja karyawan adalah tingkat kehadiran karyawan. PT Haskoning Indonesia menargetkan tingkat kehadiran karyawan minimal 90% setiap bulannya. Rata-rata tingkat ketidakhadiran karyawan dari bulan Juni 2012 – Januari 2013 sebesar 12% berarti lebih besar dari ketidakhadiran minimal yang ditetapkan yaitu 10%. Ketidakhadiran karyawan ini dapat mengganggu kelangsungan dan kontinuitas pekerjaan. Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan koordinasi beberapa orang maka apabila salah satu karyawan tidak hadir maka karyawan lain akan terhambat pekerjaannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh antara kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di divisi Industrial dan Energy PT Haskoning Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan / bersamasama. Kajian Pustaka. Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima karyawan dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbins, 2003:78). Greenberg dan Baron
323
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
(2003:148) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap postif dan negatif yang dilakukan individual terhadapa pekerjaan mereka. Pandangan senada dikemukakan juga oleh Gibson (2000:106) yang menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal tersebut merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan. Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004:117) “job satisfaction is favorableness or unfavorableness with employees view their work” (Kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja). Sementara menurut Wexley dan Yuki dalam Mangkunegara (2004:117) mendefinisikan kepuasan kerja “is the way an employee feels about his or her job” (adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya). Berdasarkan pendapat diatas, kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti gaji atau upah yang diterima, kesempatan pengembangan karir, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan dan hubungan dengan karyawan lainnya. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain usia, kondisi kesehatan, kemampuan dan latar belakang pendidikan. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugasnya (Pramudyo, 2010:17). Dalam jurnal tersebut hal pertama yang harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja karyawan adalah menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi syarat, sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya tanpa mengalami keteganganketegangan, atau dengan kata lain perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang baik bagi karyawannya. Menurut Sedarmayanti (2004:65) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Lingkungan Kerja Fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Komarudin seperti dikutip dalam Analisa (2011:21), lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan sosial - kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu. Sementara menurut Alex S. Nitisemito (2000: 183) lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas - tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih banyak berfokus pada benda–benda dan situasi sekitar tempat kerja sehingga dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. 2. Lingkungan Kerja Non Fisik. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan
324
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
(Sedarmayanti, 2004:67). Lingkungan kerja non fisik ini tidak kalah pentingnya dengan lingkungan kerja fisik. Semangat kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kerja non fisik, misalnya hubungan dengan sesama karyawan dan dengan pemimpinnya. Apabila hubungan seorang karyawan dengan karyawan lain dan dengan pimpinan berjalan dengan sangat baik maka akan dapat membuat karyawan merasa lebih nyaman berada di lingkungan kerjanya. Dengan begitu semangat kerja karyawan akan meningkat dan kinerja pun juga akan ikut meningkat. Motivasi diartikan sebagai sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. (Hariandja, 2002:321). Motivasi seringpula diartikan sebagai dengan keinginan, tujuan, kebutuhan atau dorongan-dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang. Motif yang sangat kuat akan membentuk usaha yang keras. Berdasarkan konsep diatas, studi tentang motivasi berarti mencoba mengidentifikasi faktor-faktor tersebut. Menurut Handoko (2001:78) motivasidapat diartikan sebagai keadaan dalampribadi seseorang yang mendorongkeinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapaitujuan. Dari pengertian diatas dapatdisimpulkan bahwa motivasi adalah suatuyang bisa menimbulkan semangat ataudorongan kerja pada diri seseorang. Teori Hirarki Kebutuhan–Need Hierarchy (Abraham Maslow)yaitu limatingkat kebutuhan manusia sebagai berikut: (a) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dan merupakan dorongan yang sangat kuat pada diri manusia karena merupakan kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya, misalnya kebutuhan makanan, minuman dan tempat beribadah.; (b) Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan pada tingkat kedua. Orang mempunyai harapan untuk dapat memenuhi standar hidup yang dianggap wajar. Bila kebutuhan akan akan rasa aman ini belum terpenuhi maka orang akan merasa takut sekali akan kehilangan pekerjaan atau kehilangan pendapatannya.; (c) Kebutuhan sosial sering juga disebut sebagai kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, atau kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu.; (d) Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan pada tingkat keempat. Orang mempunyai kecenderungan untuk dipandang bahwa mereka adalah penting, bahwa apa yang mereka lakukan itu ada artinya, serta bahwa mereka mempunyai kontribusi pada organisasi/lingkungan dimana mereka berada.; (e) Kebutuhan aktuliasasi diri merupakan kebutuhan pada tingkat yang paling tinggi dimana seseorang merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah penting. Menurut Sedarmayanti (2004:126) pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam As’ad, 2003:14) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter (dalam As’ad, 2003:14). menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya Dari batasan tersebut As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
325
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
bersangkutan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmatullah Burhanuddin Wahab (2012) tentang Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Makasar dengan hasil bahwa kepuasan kerja dan motivasi kerja baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian Deewar Mahesa tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT Coca Cola Amatil Indonesia)” diperoleh hasil penelitian bahwa kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian Lucky Wulan Analisa pada tahun 2011 dengan judul “Analisa Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Disperindag Kota Semarang)” memperoleh hasil bahwa motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian Anung Pramudyo pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V Yogyakarta” dengan variabel X motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompetensi ditelilti hubungannya terhadap variabel Y yaitu kinerja. Diperoleh hasil penelitian bahwa variabel motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Kerangka Pemikiran. Pekerjaan yang dilakukan di PT Haskoning Indonesia sebagai sebuah perusahaan konsultan engineering adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan seringkali dalam tenggat waktu terbatas. Pada kondisi pekerjaan seperti ini karyawan sangat rentan terhadap kejenuhan yang menyebabkan adanya ketidakpuasan dalam bekerja. Ketidaknyaman dan perubahan lingkungan kerja juga dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Kurang atau hilangnya motivasi kerja juga berpengaruh terhadap kinerja. Berdasarkan paparan tersebut maka perlu dilakukan kajian dan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja karyawan baik secara simultan maupun parsial yang diantaranya adalah faktor kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja karyawan. Pemikiran di atas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran seperti berikut:
Kepuasan Kerja (X1)
H1 H2
Lingkungan Kerja (X2)
Kinerja (Y) H3
Motivasi Kerja (X3)
H4
326
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Hipotesis. Dari gambar kerangka pikir diatas maka penulis dapat membuat hipotesa sebagai berikut: H1: Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. H2: Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. H3: Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan H4: Kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. METODE Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada obyek yang diteliti; (2) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa bagian yang terkait dan relevan dengan penelitian ini.;(3) Kuesioner, yaitu dengan membagikan selebaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Divisi Industrial dan Energi PT Haskoning Indonesia. Jenis populasi dibedakan menjadi dua macam yaitu: populasi target dan populasi contoh (sampling). Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Haskoning Indonesia sementara populasi target/sasaran adalah seluruh karyawan di divisi Industrial dan Energi yang berjumlah 114 orang. Sampel adalah sebagian unsure populasi yang dijadikan objek penelitian. Digunakan apabila ukuran populasinya relative besar. Dalam penelitian ini karena jumlah populasi target atau sasaran yang diambil tidak terlalu besar maka penulis mengambil seluruh populasi target sebagai sampel sehingga disebut sampel jenuh (total sampling). Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat tentang respon yang diberikan oleh responden, sehingga data yang berbentuk angka tersebut dapat diolah dengan menggunakan metode statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan persamaan regresi berganda, dengan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 Keterangan: Y= Kinerja Karyawan; a = konstanta yang merupakan nilai rata-rata Y saat X1, X2 dan X3 = 0; X1= Kepuasan Kerja; b1 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai rata-rata Y untuk tiap unit perubahan dalam X1 dengan menganggap X2 dan X3 konstan.; X2= Lingkungan Kerja; b2 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai rata-rata Y untuk tiap unit perubahan dalam X2 dengan menganggap X1 dan X3 konstan.; X3= Motivasi Kerja; b3 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai rata-rata Y untuk tiap unit perubahan dalam X3 dengan menganggap X1 dan X2 konstan. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabelvariabel penelitian, dengan melakukan beberapa uji data seperti uji validitas, reliabilitas dan uji asumsi klasik.
327
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa data menggunakan analisa statistik SPSS versi 20 dengan output sebagai berikut: Tabel 1. Correlations Kinerja
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kinerja Kepuasan Kerja Lingkungan Kerja Motivasi Kinerja Kepuasan Kerja Lingkungan Kerja Motivasi Kinerja Kepuasan Kerja Lingkungan Kerja Motivasi
1,000 ,311 ,330 ,441 . ,000 ,000 ,000 114 114 114 114
Kepuasan Kerja ,311 1,000 ,660 ,605 ,000 . ,000 ,000 114 114 114 114
Lingkungan Motivasi Kerja ,330 ,441 ,660 ,605 1,000 ,672 ,672 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 . 114 114 114 114 114 114 114 114
Sumber: data diolah Dari tabel dimuka diperoleh nilai Pearson Correlation masing-masing (r) untuk kepuasan kerja sebesar 0.331, lingkungan kerja sebesar 0.330 dan motivasi sebesar 0.441. Semakin besar nilai r (semakin mendekati nilai 1) maka makin kuat hubungannya. Korelasi motivasi terhadap kinerja lebih kuat daripada korelasi kepuasan kerja terhadap kinerja maupun korelasi lingkungan kerja terhadap kinerja. Nilai Sig dari ketiga variabel X adalah 0.000 < α = 0.005 maka masing-masing variabel bebas yaitu kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi berkorelasi signifikan secara statistik. Tabel 2. ANOVAa Model
1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1031,238 4177,043 5208,281
df
Mean Square 3 110 113
343,746 37,973
F 9,052
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: Kinerja b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja Sumber: data diolah Dari tabel diperoleh output untuk menjelaskan hasil uji F yang digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Untuk pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hitung terhadap F tabel (lihat bagian pembahasan Uji F) atau dengan melihat nilai signifikansinya (Sig). Jika nilai signifikansinya < 0.05 maka terdapat pengaruh antara variabel kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kinerja. Dari output diperoleh F hitung sebesar 9.052.
328
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
F hitung > F tabel (9.052>2.687) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja. Tabel 3. Coefficientsa Model
1
(Constant) Kepuasan Kerja Lingkungan Kerja Motivasi
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 22,577 3,495
t
Sig.
6,459
,000
Collinearity Statistics Tolerance VIF
,038
,080
,056
,472
,638
,517
1,936
,031
,109
,037
,286
,775
,447
2,237
,264
,083
,382
3,173
,002
,503
1,990
a. Dependent Variable: Kinerja Sumber: data diolah Dari tabel di atas diperoleh koefisien persamaan regresi linier berganda dengan 3 variabel independen sehingga persamaan menjadi: Y = 22.577 + 0.38 X1 + 0.031 X2 + 0.264 X3 Keterangan: (1) Nilai konstanta (a) adalah 22.577. Ini berarti jika kepuasan, lingkungan dan motivasi bernilai 0 maka kinerja bernilai positif yaitu 22.577.; (2) Nilai koefisien regresi variabel kepuasan kerja (b1) bernilai positif yaitu 0.38.; (3) Nilai koefisien regresi variabel lingkungan kerja (b2) bernilai positif yaitu 0.31.; (4) Nilai koefisien regresi variabel motivasi kerja (b3) bernilai positif yaitu 0.264. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja. Hipotesis: Ho : kepuasan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja Ha : kepuasan kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Dari output didapat t hitung sebesar 0.472, dan nilai sig = 0.638 Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110 diperoleh t tabel sebesar 1.982. Karena t hitung < t tabel dan nilai sig > α (5%) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja (koefisien konstanta untuk variabel kepuasan kerja adalah tidak signifikan secara statistik). Hipotesis: Ho : lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja Ha : lingkungan kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Dari output didapat t hitung sebesar 0.286 Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110 diperoleh t tabel sebesar 1.982. Karena t hitung < t tabel dan nilai sig 0.775 > α (5%) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
329
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
(koefisien konstanta untuk variabel lingkungan kerja adalah tidak signifikan secara statistik). Hipotesis: Ho : motivasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja Ha : motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Dari output didapat t hitung sebesar 3.173 Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110 diperoleh t tabel sebesar 1.982. Karena t hitung > t tabel dan nilai sig 0.02 < α (5%) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien konstanta untuk variabel motivasi adalah signifikan secara statistik. Tabel Coefficients (lihat tabel V.14) memperlihatkan konstanta korelasi masingmasing variabel bebas X untuk persamaan regresi Y . Dari uji t yang dilakukan kemudian ternyata diperoleh bahwa variabel kepuasan kerja dan variabel lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja. Satu-satunya variabel yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja di dalam penelitian ini adalah variabel motivasi. Kepuasan kerja dan lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini memungkinkan karena bagi karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun tidak lagi menganggap kepuasan kerja atau lingkungan kerja sebagai suatu hal yang mempengaruhi kinerja mereka. Bagi mereka dengan terpenuhinya kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial dan kebutuhan dihargai maka kebutuhan aktualisasi dirilah yang mereka inginkan. Dimensi kebutuhan aktualisasi diri dengan nilai korelasi 0.499 dan nilai sig 0.000 < α (5%) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap kinerja dibandingkan dengan dimensi variabel bebas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan sangat kuat dipengaruhi oleh kebutuhan karyawan untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari analisa data diatas didapat hasil bahwa kinerja karyawan secara parsial hanya dipengaruhi oleh motivasi. Dimensi yang paling kuat hubungannya adalah dimensi kebutuhan aktualisasi diri terhadap kualitas kerja. Sebagai sebuah perusahaan konsultan Engineering, divisi Industrial dan Energi mayoritas terdiri dari karyawan dengan posisi sebagai Engineer dan Drafter. PT Haskoning Indonesia sudah mengikuti peraturan ketenagakerjaan dan memberikan salary dan benefit yang relatif lebih baik dari tempat lain untuk posisi yang sama. Oleh karena itu kebutuhan aktualisasi dirilah yang menjadi dimensi yang paling kuat pengaruhnya di penelitian ini. Di dalam segitiga kebutuhan Maslow, kebutuhan aktualisasi diri berada di level teratas kebutuhan. Secara harfiah, manusia akan membutuhkan kebutuhan yang berada di level atasnya jika level bawahnya sudah terpenuhi. Karakteristik responden di penelitian ini terdiri dari 57% memiliki pendidikan S1 dan S2 dengan 50% karyawan memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dengan kondisi ini 4 kebutuhan Maslow sebelum kebutuhan aktualisasi diri sudah terpenuhi yaitu masingmasing kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial dan dihargai sehingga saat ini kebutuhan aktualisasi dirilah yang ingin mereka dapatkan. Output pekerjaan dari suatu konsultan engineering adalah berupa laporan perhitungan dan gambar struktur. Seseorang yang memiliki keinginan untuk terpenuhinya kebutuhan aktualisasi dirinya akan menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan pekerjaannya baik dari sisi kualitas,
330
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
kuantitas, efektifitas maupun ketepatan waktunya. Dengan kinerja terbaiknya dia akan menunjukkan bahwa dirinya berhak mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan aktualisasi dirinya. Di sinilah menjadi tugas perusahaan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri karyawannya dengan memberikan wewenang dan posisi yang lebih baik dari apa yang mereka peroleh sekarang. PENUTUP Kesimpulan. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Kepuasan kerja secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.; (2) Lingkungan kerja secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.; (3) Motivasi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Dimensi yang paling kuat hubungannya adalah dimensi aktualisasi diri terhadap dimensi kualitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas kerja diperoleh dengan meningkatkan aktualisasi diri karyawan.; (4) Kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara bersama-sama mempengaruhi kinerja. Dengan kesimpulan ini maka hipotesis yang ada telah dapat dibuktikan. Saran. Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah: (1) Dilihat dari karakteristik responden di mana mayoritas responden berada dalam usia produktif dan berlatar belakang pendidikan S1 dan S2, kebutuhan aktualisasi diri menjadi hal yang penting dan berpengaruh bagi kinerja. Tantangan bagi perusahaan untuk bisa mempertahankan karyawan di usia produktif ini untuk tetap menjadi aset penting bagi perusahaan.; (2) Kebutuhan aktualisasi diri dapat dipenuhi dengan adanya pengembangan karir. Salah satu hal yang harus dipikirkan dan sebaiknya perusahaan membuat suatu career path yang jelas bagi setiap karyawan. Perlunya melakukan promosi kenaikan golongan ataupun jabatan bagi karyawan dapat mempengaruhi kualitas kerja, kuantitas kerja dan efektifitas kerja karyawan. Semakin baik kinerja karyawan maka akan semakin baik pula kinerja organisasi.; (3) Kondisi kerja yang sangat mendukung juga sebaiknya disediakan dan dijamin oleh perusahaan. Sebagai perusahaan konsultan yang memiliki schedule kerja yang jelas dan pasti maka ketepatan waktu menjadi penting untuk diperhatikan. Tersedianya kondisi kerja yang nyaman dan baik akan mempengaruhi kinerja karyawan terutama dalam hal ketepatan waktu.; (4) Penelitian lebih lanjut bisa dilakukan bukan hanya di divisi industrial dan energi saja tetapi dilakukan untuk mewakili seluruh karyawan. Penelitian lebih lanjut juga bisa dilakukan di perusahaan lain yang bukan dengan bidang usaha konsultan engineering. DAFTAR RUJUKAN Analisa, Lucky, Wulan. (2011). Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang As’ad, Moh. (2003). Produktivitas Kerja Karyawan, Penerbit Liberty, Yogyakarta Budi Santosa, Purbayu., Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta 331
Meirina 322- 332
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Burhanuddin, Wahab, Rahmatullah. (2012). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Mandiri (PERSERO) Tbk Makasar, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makasar Campbell, Jim., (2000). Meningkatkan Kepuasan Karyawan dan Mengurangi Perputaran Karyawan, (online), http://oxforduniversity.com Gibson, James L.,John M Ivancevich dan James H Donnely, Jr., (2000). Organizations, Boston: McGraw Hill Companies Inc. Handoko, T. Hani, (2006). Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta Hariandja, Marihot Tua Effendi, (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, Jakarta Luthan, Fred. (1998). Organization Behaviour, Eight Edition, McGraw Hill, International Book Company Mahesa, Deewar. (2010). Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT Coca Cola Amatil Indonesia Central Java). Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Rosdakarya, Bandung Manullang (2002). Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia Malayu, SP Hasibuan. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta Nitisemeto, (2002). Seri Perusahaan Kecil, Edisi Kesatu, Penerbit Erlangga, Jakarta Pramudyo, Anung. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Jurnal UMY, Volume 1, No.1, JBTI: Yogyakarta Priyatno Duwi, (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta. Robbins, Stephen, P., (2001). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit Erlangga, Jakarta Robbins, Stephen, P., (2003). Organizational Behaviour, Prentice Hall, New Jersey Sedarmayanti. (2004). Pengembangan Kepribadian Pegawai, Penerbit Mandar Maju, Bandung Simamora, Henry. (2003). Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi III, Aditya Media, Yogyakarta Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung Sumarsono, Sonny. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta Umar, Husein. (2013). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Raja Grafindo Persada, Jakarta Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta
332
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
ANALISIS KEBIJAKAN PENGIKATAN HUBUNGAN, KEPUASAN PELANGGAN DAN LOYALITAS PELANGGAN OPERATOR SELULER XL SURVEI DI MARGO CITY, DEPOK Budiman Budiana Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta Email:
[email protected] Abstract: Along with the development of time and technology, telecommunications becoming something that is very important. With the numbers of companies/operators that provide telecommunications service, therefore the competition between the telecommunications business company can not be avoid. As for XL, to have a relationship with the customer may give a positive value apart, because the company can maintain existing customers so that consumers are sure on the value for themselves and not easy to switch to other companies products. Therefore relationship bonding is very necessary. This research was conducted to find out how the assessment of the customer relationship bonding the XL and the impact on customer satisfaction and what the impacton customer loyalty. In this research, data collection method was to survey using questioner. Research method used was descriptive method of research. Methods of data analysis using the average score of weight, likert-scale, regression, correlation and analysis. The result of this research shows that customers rate policy relationship bonding XLis good enough. In addition there is the influence of the bonding relationship between customer satisfaction. Research also shows that policy fastening relationship (bonding relationship) that affect customer satisfaction, the impact on customer loyalty. From the results of this research, it can be concluded that customers are satisfied with the relationship bonding policy made by XL. So that it creates customer loyalty and brand of product or company XL. Keywords: Market competition, customer relationship, retain consumers Abstrak: Seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi, telekomunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan jumlah perusahaan / operator yang menyediakan layanan telekomunikasi, sehingga persaingan antara perusahaan bisnis telekomunikasi tidak dapat dihindari. Adapun XL, memiliki hubungan dengan pelanggan dapat memberikan nilai positif terpisah, karena perusahaan dapat mempertahankan pelanggan yang sudah ada sehingga konsumen yakin pada nilai untuk diri mereka sendiri dan tidak mudah untuk beralih ke produk perusahaan lain. Oleh karena itu hubungan ikatan sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penilaian hubungan pelanggan ikatan XL dan dampak pada kepuasan pelanggan dan apa loyalitas pelanggan impacton. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data adalah untuk survei menggunakan kuesioner. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode analisis data menggunakan skor rata-rata berat badan, likert skala, regresi, korelasi dan analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pelanggan hubungan kebijakan ikatan XLis cukup baik. Selain itu ada pengaruh dari hubungan ikatan antara kepuasan pelanggan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
333
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
hubungan penambat kebijakan (hubungan ikatan) yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, dampak terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pelanggan puas dengan kebijakan hubungan ikatan yang dibuat oleh XL. Sehingga menciptakan loyalitas pelanggan dan merek produk atau perusahaan XL. Kata kunci: Pasar persaingan, hubungan pelanggan, mempertahankan konsumen PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, telekomunikasi menjadisesuatu yang sangat penting. Saat ini banyak sekali perusahaan/operator yang menyediakan jasa telekomunikasi, salah satunya ialah PT. Excelcomindo Pratama. Sehingga untuk memperoleh keunggulan bersaing dan juga berfungsi sebagai pembeda dengan produsen jasa telekomunikasi lainnya. Oleh karena itu produsen harus memfokuskan diri pada pelanggan, agar pelanggan merasa puas sehingga akan membuat pelanggan tersebut menjadi loyal. Untuk memperoleh keunggulan bersaing, operator XL mencoba untuk menemukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien yang mampu membuat para pelanggannya merasa puas. Dimana rasa puas tersebut akan menciptakan loyalitas terhadap jasa telekomunikasi perusahaan. Dalam melakukan kebijakan pengikatan hubungan dengan pelanggannya, operator/produsen XL melakukannya dengan cara mengembangkan hubungan dua arah yang interaktif antara operator XL dengan pelanggannya. Hal tersebut diwujudkannya dengan membuat reward program dan pemberian diskon. Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk mengembangkan tetapi juga bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi mereka secara konsisten, sehingga pelanggan memiliki alasan yang kuat untuk tetap bersama perusahaan. Bagi perusahaan, menjalin hubungan dengan pelanggan XL memberikan nilai positif tersendiri, karena perusahaan dapat mempertahankan konsumen yang sudah ada sehingga konsumen yakin akan nilai tambah bagi mereka sendiri dan tidak mudah beralih ke operator/perusahaan lain. Kerangka Pemikiran. Kebijakan pemasaran perusahaan berisi upaya-upaya bagaimana pasar digerakkan agar menjadi konsumen dan konsumen tetap bertahan menjadi konsumen setia. Salah satu upaya tersebut adalah melalui kebijakan pengikatan konsumen (customer bonding). Dengan mengimplementasikan kebijakan ini diharapkan konsumen merasakan kepuasan atas produk dan layanan perusahaan. Kepuasan pelanggan yang tinggi atas suatu produk dan jasa sangat diharapkan oleh perusahaan, karena konsumen tidak lari kepada produk dan jasa pesaing. Bahkan, kepuasan yang tinggi diharapkan akan menjadi loyal. Salah satu ciri loyal adalah konsumen bersedia membantu perusahaan mempromosikan produk dan jasanya. Dengan demikian, kerangka penelitian dalam bentuk model penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut.
334
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Relationship Bonding (X1) Kepuasan Pelanggan (X2)
Loyalitas Pelanggan (Y)
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kebijakan pengikatan hubungan (relationship bonding) yang dilakukan oleh XL kepada para pelanggannya akan mempengaruhi kepuasan para pelanggan XL. Dengan adanya rasa puas terhadap kebijakan pengikatan hubungan (relationship bonding) yang diterapkan XL maka secara tidak langsung akan menciptakan loyalitas pelanggan. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh kebijakan pengikatan hubungan (relationship bonding) terhadap kepuasan pelanggan. 2. Terdapat pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. METODE Obyek penelitian secara umum adalah kebijakan pengikatan hubungan (relationship bonding) dari operator/perusahaan telekomunikasi XL terhadap konsumen pengguna XL agar konsumen menjadipuas dan berdampak pada loyalitas. Responden dalam penelitian ini adalah para pelanggan yang menggunakan XL dan mengetahui kebijakan relationship bonding dari operator XL. Penelitian ini dilakukan di Margo City, Depok, dan periode penelitian bulan Januari – Juni 2011. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan dengan desain deskriptif pendekatan survey, dengan tujuan untuk mendeskripsikan, serta memberi gambaran tentang pelaksanaan program hubungan pelanggan oleh operator/perusahaan telekomunikasi XL dalam upaya pengikatan konsumen untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang berdampak pada loyalitas pelanggan terhadap XL. Pendekatan survey dilakukan dalam proses pengumpulan data dari konsumen yang akan dianalisis, diuraikan dan diinterpretasikan sebagai suatu kesimpulan dari maksud dan tujuan penelitian ini. Variabel-variabel yang akan digunakan dan dianalisis oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Variabel Relationship Bonding. Variabel ini berkaitan dengan dialog atau hubungan dua arah antara pemasar dengan konsumen, yang dibangun melalui pertukaran langsung berbagai manfaat antara pemasar dengan konsumennya yang bersifat timbal balik. 2. Variabel Kepuasan Pelanggan. Variabel ini berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya.Lovelock H. Christopher dan Wright K. Lauren (2007:102) mendefinisikan kepuasan sebagai keadaan emosional, reaksi pasca-pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan.
335
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
3. Variabel Loyalitas Pelanggan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui loyalitas pelanggan pada operator telekomunikasi XL, indiktor yang digunakan adalah apakah pelanggan merekomendasikan XL pada orang-orang yang dekat dengannya. Di mana kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh operator telekomunikasi XL dalam relationship bonding adalah sales promotion (pemasangan iklan dan pemberian diskon), complaining and suggestion (kebijakan keluhan dan saran), service (penampilan pramuniaga, pelayanan), dan reward program (reward point).Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yaitu pelanggan dari XL. Data yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan dengan teknik komunikasi yaitu: a. Kuesioner. Penulis memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada 150 responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai karakteristik responden serta tanggapan responden mengenai XL. Untuk mendapatkan data primer yang akurat, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. b. Uji Validitas. Pengertian validitas menururt Sugiono (2005:109) adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang diukur. Jika penelitian menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan datanya maka, kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang diukurnya. Menghitung korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment yang rumusnya sebagai berikut: n X iYi ( X i )( Y i ) rxy 2 2 n X i ( X i ) 2 n Yi ( Y i ) 2
Keterangan : n = jumlah sampel; x = nilai pertanyaan nomor ke i; y = skor total Jika koefisien korelasi (r) yang diperoleh > koefisien korelasi tabel product moment maka butir pernyataan dikatakan valid. Uji Reliabilitas. Pengertian reliabilitas suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Makin kecil kesalahan pengukuran maka makin reliabel alat pengukuran, sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran maka makin tidak reliabel alat pengukuran tersebut.Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana kuatnya korelasi butir-butir dalam kuesioner berkorelasi. Korelasi antar butirbutir pertanyaan tersebut dapat diukur dengan menggunakan perkiraan Cronbach’s Alpha dengan rumus: 2 k sb ralpha 1 2 (k 1) st Dimana: ralpha = reliabilitas instrumen; k = jumlah butir pertanyaan; varians total 2 s t = varians total Untuk menghitung varians digunakan rumus:
s
2 b
= jumlah
336
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Dimana: s2 = varian; n = jumlah responden; x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan). Setelah diperoleh nilai reliabilitasnya, maka nilai tersebut akan diuji kembali untuk mengetahui apakah nilai tersebut reliabel atau tidak. Untuk mengetahuinya, maka dapat dilakukan dengan membandingkan angka reliabilitas Cronbach Alpha dengan nilai dari r – product moment (α = 0,05; n = banyaknya responden). Jika nilai r alpha > r product moment berarti instrumen tersebut telah reliabel, demikian sebaliknya. Teknik Pengambilan Sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel non-probabilitas, yaitu teknik sampling berdasarkan pertimbangan, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan agar sesuai dengan masalah yang diteliti. Jenis teknik sampling non-probabilitas yang digunakan adalah purposive sampling (judgement sampling) dimana pengambilan anggota sampelnya berdasarkan syarat / kriteria, dengan harapan agar dapat diperoleh sampel yang representatif, sehingga didapat sumber informasi yang akurat, dengan kriteria yang diambil adalah responden yang menjadi pelanggan XL. Kriteria tersebut adalah bahwa responden mampu menjawab pertanyaan mengenai relatipnship bonding, kualitas layanan dan produk XL, serta kepuasan dan loyalitas mereka. Teknik Analisis Data. Data profil demografi yang berhasil dihitung dalam persentase untuk mengetahui profil responden. jumlahresponden fr 100% totalrespo nden
dikumpulkan
Pengukuran untuk mengetahui sampai sejauh mana operator XL mengikuti unsur-unsur dalam konsep Relationship Bonding, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan. Alat analisis yang digunakan adalah: Rata-rata ( x )
fi * xi n
Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, penulis menggunakan analisis skor dengan cara kelompok pertanyaan diberi bobot. Peringkat skala yang berupa bobot terhadap alternatif jawaban, terdiri dari angka 1 sampai dengan 5 yang melambangkan posisi daerah yang sangat negatif ke daerah yang sangat positif.Dalam penelitian ini penulis menggunakan rentang skala penilaian untuk menemukan secara pasti nilai skor setiap variable berada pada posisi yang benar. Untuk itu perlu dihitung rentang skalanya yang dilakukan dengan rumus: X max – X min Rs = M
337
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Untuk menghitung penilaian per-responden terhadap program-program relationship bonding yang dilakukan operator telekomunikasi XL, sebagai berikut Rs
5 1 5
Rs 0,8
Sehingga rata-rata yang diperoleh dari hasil pengolahan kuisioner dapat dikelompokkan menjadi: Rata-rata Keterangan 1,0 X 1,8 Sangat tidak setuju 1,8< X 2,6 Tidak setuju 2,6< X 3,4 Netral 3,4< X 4,2 Setuju 4,2< X 5,0 Sangat setuju Secara garis kriteria dapat digambarkan sebagai berikut: STS
1,0
TS
1.8
N
2.6
S
3.4
SS
4.2
5.0
Analisis Regresi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Penulis menggunakan analisis regresi untuk mengukur besarnya pengaruh relationship bonding terhadap kepuasan dan dampaknya pada loyalitas pelanggan. Rumus regresi adalah: Kep = a+b RB Loy = a + b Kep Dimana: RB = variabel relationship bonding; Kep = variabel kepuasan; Loy = variabel loyalitas; a = konstanta; b = koefisien regresi nilai a dan b dapat dilihat dengan menggunakan rumus: a = ∑Y (∑X²) - ∑X ∑XY n ∑X² - (∑X)² b
= n ∑XY - ∑X ∑Y n ∑X² - (∑X)²
Hipotesis statistiknya adalah: Ho : ß = 0, 0 berarti tidak ada pengaruh Ha : ß ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada pengaruh.
338
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang dibuat sudah valid atau belum. Nilai rhitung didapatkan berdasarkan proses perhitungan dengan menggunakan rumus cronbach alpha. Keputusan valid atau tidaknya pernyataan variabel relationship bonding, kepuasan pelanggan (jasa dan produk), dan loyalitas pelanggan diketahui dengan cara membandingkan rhitung dengan rtabel, dan rtabel dengan n=30 adalah 0,361. Jika rhitung> rtabel maka pernyataan valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel , maka pernyataan tidak valid. Dalam penelitian ini diadakan uji validitas dengan sampel sebanyak 30 responden dan hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 1. Uji Validitas Pernyataan P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07 P08 P09 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 Pernyataan P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31
R table dengan n=30 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 R table dengan n=30 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
r hitung 0,635 0,721 0,789 0,639 0,530 0,661 0,498 0,497 0,545 0,539 0,750 0,684 0,635 0,657 0,465 0,545 0,496 0,410 0,525 r hitung 0,674 0,574 0,637 0,696 0,667 0,376 0,479 0,454 0,529 0,440 0,652 0,403
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
339
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
0,390 0,570 0,604 0,579 0,723 0,815 0,818 0,799 0,805
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data diolah Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejauh mana suatu pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Untuk itu dilakukan pengujian kepada 30 responden, hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: Tabel 2. Uji Reliabilitas Variabel Relationship Bonding Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
N of Items ,863
6
Sumber: Data Primer Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel relationship bonding dapat diketahui dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,863. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliabel. Tabel 3. Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Atas Jasa Reliability Statistics Cronbach’s Alpha ,915
N of Items 18
Sumber: data primer
340
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel kepuasan atas jasa dapat diketahui dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,915. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliabel. Tabel 4. Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Atas Produk Reliability Statistics Cronbach’s Alpha ,826
N of Items 11
Sumber: Data primer Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel kepuasan atas produk dapat diketahui dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,826. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliabel. Tabel 5. Uji Reliabilitas Variabel Loyalitas Reliability Statistics Cronbach’s Alpha ,913
N of Items 5
Sumber: Data primer Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel loyalitas dapat diketahui dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,913. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliable. Tabel 6. Profil Responden Terbanyak dari 150 Orang Keterangan Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Pendidikan Lama Pemakaian
Wanita 17-23 thn Mahasiswa/Pelajar SMU 9-12 bln
Pengalaman memakai operator lain
Telkomsel
Jumlah Responden 83 78 64 84 41 39
Sumber: Hasil Kuesioner Diketahui bahwa jumlah total responden 150 orang dan diambil dari jumlah responden terbanyak yang menggunakan operator XL. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji pengaruh variabel relationship bonding (variabel independen) terhadap variabel kepuasan pelanggan (variabel dependen).
341
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013 Tabel 7. Coefficientsa
Model 1
(Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 92,288 3,141 ,505 ,151 ,265
t 29,382 3,347
Sig. ,000 ,001
a. Dependent Variable: Kepuasan Sumber: data primer diolah Coefficients(a) di atas yang diolah dengan menggunakan SPSS, maka dapat diketahui besarnya pengaruh variabel relationship bonding terhadap variabel kepuasan. Hal tersebut dapat dilihat pada keluaran komputer di atas menunjukkan nilai signifikan adalah 0,001 <α (5%). Berarti bahwa relationship bonding memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan dan tolak Ho. Artinya ada pengaruh signifikan dan positif antara relationship bonding terhadap kepuasan pelanggan. Selain itu besarnya pengaruh variabel relationship bonding terhadap variabel kepuasan dapat dilihat dari beta pada kolom standardized coefficient, yaitu sebesar 0,265. Tabel 8. Model Summary Model
R
R Square ,265a
1
Mean Square
,070
Std. Error of Square 5,64786
,064
a. Predictors: (Constant), RB Sumber: data diolah Nilai R2 (R Square) dari table Model Summary diatas menunjukkan bahwa 07,0 % dari variance “RB” dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel kepuasan. Tabel 9. RB terhadap kepuasan ANOVAb 1
Regression Residual Total
a. b.
Sum of Squares 357,315 4720,959 5078,273
df
Beta 1 148 149
357,315 31,898
F 11,202
Sig. ,001a
Predictors: (Constant), RB Dependent Variable: Kepuasan
Tabel ANOVA diatas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilai F = 11,202 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n – k – 1 = 150 – 1 – 1 = 148 dan P-value = 0.01 yang jauh lebih kecil dari α = 0.15. Dari table ANOVA jelas sekali terlihat bahwa Ho ditolak dengan P-value = 0.01 lebih besar dari α = 0.15 Berikut ini adalah hasil perhitungan uji pengaruh variabel kepuasan pelanggan (variabel independen) terhadap variabel loyalitas (variabel dependen).
342
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013 Tabel 10. Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepuasan
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -2,611 5,197 ,196 ,051 ,303
t
Sig. -,502 3,872
,616 ,000
a. Dependent Variable: Loyalitas Sumber: Data primer yang diolah Coefficients(a) di atas yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 13.0, maka dapat diketahui besarnya pengaruh variabel kepuasan terhadap variabel loyalitas. Hal tersebut dapat dilihat pada keluaran komputer di atas menunjukkan nilai signifikan adalah 0,000 < α (5%). Berarti bahwa kepuasan pelanggan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan maka tolak Ho. Artinya ada pengaruh signifikan dan positif antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Selain itu besarnya pengaruh variabel kepuasan terhadap variabel loyalitas dapat dilihat dari beta pada kolom standardized coefficients, yaitu sebesar 0,303. Tabel 11. Model Summary Model
R
R Square ,303a
1
,902
Adjusted R Square ,086
Std. Error of the Estimate 3,60091
a. Predictors: (Constant), Kepuasan Sumber: data diolah Nilai R2 (R Square) dari table Model Summary diatas menunjukkan bahwa 09,2 % dari variance “kepuasan” dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel loyalitas. Tabel 12. Kepuasan terhadap loyalitas ANOVAb 1
Regression Residual Total
c. d.
Sum of Squares 194,389 1919,051 2113,440
df
Mean Square 1 148 149
194,389 12,967
F 14,992
Sig. ,000a
Predictors: (Constant), Kepuasan Dependent Variable: Loyalitas
Tabel ANOVA diatas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilai F = 14.992 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n – k – 1 = 150 – 1 – 1 = 148 dan P-value = 0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05. Dari table ANOVA jelas sekali terlihat bahwa Ho ditolak dengan P-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05. PENUTUP
343
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
Kesimpulan. Berdasarkan keseluruhan dimensi pada relationship bonding dapat diketahui bahwa responden menyatakan setuju dengan kebijakan pengikatan hubungan yang dilakukan XL. Dengan adanya pernyataan setuju tersebut maka dapat diketahui bahwa responden/para pelanggan XL merasa kebijakan pengikatan hubungan yang dilakukan oleh XL sudah baik. Saran. Pertama. Disarankan perusahaan meningkatkan program kebijakan pengikatan hubungan dengan pelanggan terutama pada pemberian poin-poin berhadiah, pemberian diskon dan hal-hal lainnya yang berada pada pernyataan netral (dimana pada pernyataan netral sama dengan cukup puas atau biasa saja). Kedua. Disarankan perusahaan meningkatkan pelayanan terhadap jasa dan produk sehingga menjadi lebih baik lagi dengan begitu kepuasan pelanggan juga akan meningkat. Ketiga. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya, untuk itu disarankan apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan ruang lingkup batasan penelitian yang lebih luas dan juga jumlah responden yang lebih banyak. DAFTAR RUJUKAN Cross, Richard dan Janet Smith, (1995). Customer Bonding: Pathway To Lasting Customer Loyalty, Lincolnwood: NTC Publishing Group. Dunn, W.N., (2004). Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Pres. Jogyakarta. Irawan, Handi, (2002). 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kotler, Philip, (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Pemasaran, Imple,emtasi dan Pengendalian (Edisi kedelapan, terjemahan, Arcella Ariwati Hermawan. Jakarta: Salemba Empat. ----------------, dan Amstrong, Gry, (1996). Principles of Marketing, Intermedia, Jakarta. Lovelock, Christopher H. dan Lauren K. Wright, (2007). Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: PT. INDEKS. Terjemahan. Rangkuti, Freddy, (2003). Measuring Customer Satisfaction, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sunarto, (2006). Manajemen Pemasaran 2. Adityamedia, Yogyakarta. Simamora, Bilson, (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. -----------------, (2001) Remarketing For Business Recovery, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiono, (2007). Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Jawa Barat. CV Alfabeta. Tjiptono, Fandy, (1997). Prinsip-prinsip Total Quality Service, Edisi ke Empat, Penerbit And, Yogyakarta. -----------------, (2006). Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang. -----------------, dan Gregorius Chandra, 2005. Sservice, Quality, dan Satisfaction, Yogyakarta: ANDI Umar, Husein, (2000). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
344
Budiana 333- 344
Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
-----------------, (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
345
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Daniel Kurniadi Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta Email:
[email protected] Abstract: This study aims to determine how the effect of CAMELS ratios consisting of Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Operating Expense to Operating Income, Earnings Per Share, and the Loan to Debt Ratio on stock returns banking companies listed in Indonesia Stock Exchang. The research method used is a ratio measurement consisting of the Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Operating Expense to Operating Income, Earnings Per Share, and the Loan to Debt Ratio and the measurement of stock returns. After that tested the model by using the Fixed Effect Model to determine the effect of independent variables on the dependent variable. Results of this study indicate that a significant difference between the ratios of CAMELS on stock returns. Partially, there is a significant relationship between the Loan to Debt Ratio and stock return in the previous year on stock returns. The conclusion that can be given is the Loan to Debt Ratio and stock return in the previous year can be used by investors as an analytical tool that helps in predicting stock returns. Keywords: CAMELS Ratio, Stock Retur Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio CAMELS yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Laba Per Saham, dan Loan to Debt Ratio pada saham kembali perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Exchang perbankan. Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran rasio yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Laba Per Saham, dan Loan to Debt Ratio dan pengukuran pengembalian saham. Setelah itu dilakukan uji model dengan menggunakan Fixed Effect Model untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara rasio CAMELS terhadap return saham. Secara parsial ada hubungan yang signifikan antara Loan to Debt Ratio dan return saham pada tahun sebelumnya terhadap return saham. Kesimpulan yang dapat diberikan adalah Loan to Debt Ratio dan return saham pada tahun sebelumnya dapat digunakan oleh investor sebagai alat analisis yang membantu dalam memprediksi return saham. Kata kunci: CAMELS Ratio, Stok Retur PENDAHULUAN Perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Jasa-jasa keuangan yang diberikan biasanya didominasi oleh sektor perbankan. Perbankan memiliki peranan yang sangat penting di dalam 346
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
pergerakkan perekonomian suatu negara. Para ahli perbankan di negara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi karena diizinkan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Bank sentral memegang peran dalam hal pengawasan untuk menjaga stabilitas perekonomian dan meminimalisir setiap resiko yang mungkin terjadi. Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) adalah lembaga yang dibentuk oleh bank sentral dari negaranegara Group of Ten (G10) pada tahun 1974. Komite Basel merumuskan standar dan pedoman pengawasan bank umum dan merekomendasikan praktik terbaik dalam pengawasan perbankan yang mengatur tentang tingkat kecukupan modal untuk menjaga tingkat kesehatan bank. Penilaian terhadap kinerja perbankan tidak hanya dilihat dari faktor kecukupan modal saja, analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk) digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS ini diatur dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum yang menjelaskan mengenai berbagai jenis resiko yang dihadapi oleh perbankan yang antara lain adalah resiko kredit dan menjelaskan bagaimana meminimalkan resiko yang dihadapi oleh perbankan. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari krisis global pada tahun 2008, dimana aliran dana dan kredit di berbagai negara terhenti dan aliran dana keluar secara besar-besaran yang memberikan dampak pada likuiditas di dalam negeri yang berkurang sehingga bank mengalami kesulitan dalam mengelolah arus dananya. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan investor terhadap industri perbankan yang memberikan dampak pada penurunan harga saham perbankan yang dikarenakan turunnya minat para investor untuk membeli saham perbankan. Situasi ketidakpastian mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan return setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding lurus. Perdagangan beberapa jenis sekuritas perbankan mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lain yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas memiliki mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan untuk diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, dan begitu pula sebaliknya. (Marviana, 2010). Tingkat kesehatan bank yang dapat diukur dengan menggunakan rasio CAMELS dapat dijadikan sebagai tolak ukur para investor dalam menilai kinerja serta tingkat kesehatan suatu bank sehingga dapat dilihat apakah bank tersebut telah menjalankan manajemen dengan baik atau tidak dan pengelolaannya sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut Suardana (2007), semakin sehat suatu bank ditandai dengan semakin baiknya rasio-rasio keuangan bank tersebut sehingga suatu bank yang semakin sehat akan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba yang akan berdampak pada harga saham bank tersebut. Peningkatan harga saham merupakan hal yang diinginkan para investor karena akan meningkatkan return sahamnya.
347
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Penilaian terhadap return saham khususnya dengan menggunakan analisis fundamental, maka para calon investor akan mengaitkan tingkat kesehatan bank dengan harga saham bank tersebut. Sehingga semakin sehat tingkat kesehatan suatu bank maka akan menunjukkan harga saham yang baik. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (BI) nomor 6/10/PBI/2004 mengenai capital, asset, manajemen, earning, liquidity dan sensitivity to market risk (CAMELS) sebagai tolak ukur tingkat kesehatan suatu bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Beberapa penelitian terkait dengan return saham dan rasio-rasio CAMELS telah dilakukan, diantaranya Suardana (2007) pengaruh rasio CAMEL terhadap return saham, Sinaga (2012) pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL terhadap return saham, Kaddafi dan Syamni (2011) hubungan rasio CAMEL dengan return saham perusahaan perbankan, Wijaya et. al (2012) tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap return saham perbankan dimana masih terdapat hasil yang tidak sama dari penelitian yang dilakukan. Penelitian ini ingin menganalisis pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap return saham perusahaan perbankan. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kajian Pustaka. Menurut undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut Undangundang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan terhadap masyarakat, kegiatan perbankan tidak kan dapat berjalan dengan baik. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan dasar beroperasinya usaha perbankan, yaitu kesehatan bank dan rahasia bank. Kedua hal tersebut berperan penting dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup kesehatan bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan (Wardiah, 2013:238). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan spekulator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
348
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return saham baik langsung maupun tidak langsung. Return dapat berupa return realisasi yang yang telah terjadi merupakan hasil perhitungan dari data historis dan return ekspektasi yang merupakan return yang belum terjadi dan diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Return juga merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya (Jogiyanto, 2003). Penilaian terhadap kinerja perbankan tidak hanya dilihat dari faktor kecukupan modal saja, analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk) digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Inti dari CAMELS ini adalah laporan angka-angka kuantitaif yang tersaji dalam laporan keuangan bank. Faktor ini dapat dijadikan sebagai indikator bagi para investor dalam kaitannya dengan return saham yang diharapkan. Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan topik pada penelitian ini telah dilakukan. Kurniadi (2012) meneliti mengenai “Pengaruh CAR, NIM, LDR terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, NIM, dan LDR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. NIM dan LDR secara parsial berpengaruh terhadap return saham, dan CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham Marviana (2010) meneliti mengenai “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Secara simultan faktor fundamental dengan indikator melalui capital adequacy ratio (CAR), return on asset (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), debt to equity ratio (DER), loan to deposit ratio (LDR), earning per share (EPS), price earning ratio (PER), burden ratio (BR) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya net interest margin (NIM), loan to deposit ratio (LDR), earning per share (EPS), price earning ratio (PER) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return Saham. Penelitian yang dilakukan Wijaya et. al (2012) mengenai “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, ROA, BOPO, EPS secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham dan secara parsial CAR berpengaruh positif, ROA, BOPO, EPS berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitian Khadaffi dan Syamni (2011) mengenai “Hubungan Rasio CAMEL dengan Return Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, PPAP, FBI, ROA, ROE, LDR, BOPO, dan NIM terhadap return saham. Secara parsial CAR, ROE, NIM, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan PPAP dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Novikaryanti (2011) meneliti mengenai “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Go Publik Periode 2007-2009”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial, RORA dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. CAR, EPS dan LDR tidak berpengaruh signifikan return saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.
349
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, disusun kerangka pemikiran yang bertolak dari uraian bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kekuatan modal sendiri dibandingkan dengan aktiva tertimbang menurut resiko. Apabila CAR dihubungkan dengan harga saham, maka para investor akan berminat pada bank yang memiliki nilai CAR yang tinggi. Return on Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Hal ini akan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Return on Asset (ROA) yang semakin bertambah akan menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin membaik dan memberikan dampak terhadap deviden yang diterima para pemegang saham, atau semakin meningkatnya harga saham maupun return saham. Aspek manajemen bank dinilai oleh Bank Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang harus direspon oleh pengelola bank dalam rangka mengetahui dan memetakan kualitas manajemennya. Informasi ini merupakan informasi yang sangat privat sehingga cukup sulit untuk memperolehnya. Sebagai alternative, dapat digunakan pemeringkatan bank oleh lembaga independen atau dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu Operating Expense to Operating Income (OEOI). Earning Per Share digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada periode yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan suatu perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham (Hermuningsih, 2012, hal. 195). Dengan demikian EPS dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta mendistribusikan laba yang diraih tersebut kepada para pemegang saham. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin meningkatnya LDR maka akan meningkatkan profitabilitas sehingga laba semakin besar. Rasio LDR yang semakin kecil akan memberikan dampak pada penurunan harga saham. Kerangka berpikir di atas diwujudkan sebagai Gambar-1.
CAR ROA OEOI
Return Saham
EPS LDR
Gambar 1. Pengaruh Rasio CAMELS terhadap Return Saham
350
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Hipotesis Penelitian H1 = Capital Adequaty Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus H2 = Return on Asset (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus H3 = Operating Expense to Operating Income (OEOI) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus H4 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus H5 = Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus H6 = Capital Adequaty Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara simultan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian secara kuantitatif. Data penelitian adalah data polling dimana penyajian data dilakukan secara time series (antar waktu) dan cross section (antar perusahaan). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload data sekunder dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id dan laporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan dalam penelitian ini yang terdapat dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Berdasarkan purposive sampling diperoleh empat belas (14) perusahaan perbankan sebagai sampel penelitian. Kriteria perusahaan dipilih untuk menjadi sampel adalah: 1) Perusahaan secara kontinue terdaftar di BEI selama periode penelitian, 2) Saham aktif diperdagangkan selama periode penelitian, 3) Emiten tidak melakukan pemecahan saham (stock split) selama periode penelitian. Keempat belas perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan adalah BBKP, BNBA, BBCA, BNGA, BDMN, SDRA, BNII, BMRI, BBNI, PNBN, BNLI, BBRI, BVIC, MCOR. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham yang diukur dengan formula sebagai berikut: (Pi,t – Pi(t-1)) Rs = -----------------------------Pi(t-1) …………………………. (1) Dimana : Rs Pi,t Pi(t-1)
= Return Saham = Harga saham i pada periode t = Harga saham i pada periode t-1
Selanjutnya, variabel independen yang digunakan dalam penelitian berikut pengukurannya adalah: 351
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 Modal
CAR = ------------------------- x 100% ATMR ………………………..
(2)
Net Income ROA = ------------------------- x 100% Total Asset ………………………..
(3)
Operating Expense OEOI= --------------------------- x 100% Operating Income ………………………...
(4)
Keuntungan Bersih = ------------------------- x 100% Jumlah Saham Beredar …………………………
(5)
Total Loan = ------------------------- x 100 % Total Deposit ………………………….
(6)
EPS
LDR
HASIL DAN PEMBAHASAN Menggunakan metode regresi linier berganda, untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dihasilkan koefisien determinasi, koefisien regresi dan nilai Uji F dan Uji t sebagaimana yang disajikan di Tabel 1. Dalam menentukan penggunaan model penelitian, dilakukan pengujian terhadap variabel dengan menggunakan uji Chow dan uji Hausman untuk mengasumsikan apakah menggunakan Pooled Least Square, Fixed Effect Model, atau Random Effect Model. Sehingga diperoleh hasil pada Tabel 1, dimana diperoleh keterangan bahwa hasil uji Chow menunjukkan cross-section F dengan nilai Prob 0.6342, tidak signifikan karena nilainya lebih dari 0,10. Hal serupa juga ditunjukkan pada hasil uji Hausman, dimana cross-section random dengan nilai Prob 0.5522 melebihi dari nilai signifikan 0.10. Nilai prob masing-masing variabel independen lebih dari 0,10 yang menunjukkan bahwa secara parsial, variabel CAR, ROA, OEOI, EPS, dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pada uji model Tabel 1 tidak ditemukan hasil yang signifikan sehingga perlu dilakukan pengujian dengan memasukkan variabel Yt-1. Menambahkan variabel Yt-1 ini dilakukan karena return saham dipengaruhi oleh harga saham yang berfluktuasi setiap hari dan fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal. Namun di sisi lain, para pengamat juga berpendapat bahwa harga saham pada hari ini, dipengaruhi oleh harga saham pada hari kemarin, atau hari-hari sebelum kemarin dan juga harga saham pada hari ini akan mempengaruhi harga saham pada hari besok. Oleh karena itu, muncul asumsi bahwa “data speak for themselves” (Winarno, 2011:7.2).
352
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Tabel 1. Hasil Estimasi Pengujian Pengaruh CAR, ROA, OEOI, EPS, dan LDR terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan di BEI pada Periode 2009 – 2012 Koefisien C CAR ROA OEOI EPS LDR F-test Chow F-Test Hausman Test R-square Adj R-square
Model PLS FEM 0,587262 1,937642 (0,3010) (0,0481)** -0,061375 -0,803730 (0,9692) (0,7432) 1,428241 -3,353960 (0,9206) (0,8674) -0,040870 -0,450509 (0,9236) (0,4476) -1,41E-05 0,000323 (0,9734) (0,7424) -0,437308 -1,613542 (0,2619) (0,0793)* 0,289985 0,671032 (0.916325) (0,816172) 0.6342 0.5522 2,8181% 24,6107% -6,9001% 81,6172%
REM 0,587262 (0,3122) -0,061375 (0,969 9) 1,428241 (0,9224) -0,040870 (0,9253) -1,41E-05 (0,9741) -0,437308 (0,2731) 0,289985 (0,916325)
2,8181% -6,9001%
Keterangan : *) Signifikan pada taraf nyata 10%; **) Signifikan pada taraf nyata 5 %; ***) Signifikan pada taraf nyata 1% Sumber: Data sekunder yang diolah Pada Tabel 2 diperoleh hasil estimasi pengujian pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR), dimana diperoleh keterangan bahwa hasil uji Chow menunjukkan cross-section F dengan nilai Prob 0.0614, signifikan karena nilainya di bawah 0,10. Hal serupa juga ditunjukkan pada hasil uji Hausman, dimana cross-section random dengan nilai Prob 0.0005 melebihi dari nilai signifikan 0.10. Oleh karena itu, apabila uji Chow dan uji Hausman keduanya diperoleh data yang signifikan, maka Pooled Least Square, dan Random Effect Model dapat diabaikan dan model yang digunakan untuk penelitian ini adalah menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Data pada Tabel-2 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yaitu R Square dan Adjusted R Square masing-masing 62,49% dan 30,09%. Dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu variabel maka yang digunakan adalah Adjusted R Square dengan nilai sebesar 30,09%. Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel independen menjelaskan keragaman variabel dependen adalah sebesar 30,09%. Selebihnya 69,91% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Nilai Uji F dengan signifikansi 0.07, nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi α=10%. Dengan demikian secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi return saham perbankan.
353
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Tabel 2. Hasil Estimasi Pengujian Pengaruh CAR, ROA, OEOI, EPS, dan LDR terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan di BEI pada Periode 2009 – 2012 (Yt-1) Koefisien C CAR ROA OEOI EPS LDR Yt-1 F-test Chow F-Test Hausman Test R-square Adj R-square
PLS 0,741628 (0,3263) 1,120710 (0,5913) -7,775662 (0,6813) 0,124752 (0,8277) 0,000201 (0,6837) -0,680440 (0,1594) -0,369053 (0,0780)* 1,122606 (0.369489)
16,1388% 1,7626%
Model FEM REM 3,269978 0,741628 (0,0117)** (0,2459) 1,713962 1,120710 (0,6070) (0,5247) -29,74255 -7,775662 (0,2790) (0,6265) -0,597858 0,124752 (0,4724) (0,7965) -0,001298 0,000201 (0,2431) (0,6293) -2,404150 -0,680440 (0,0315)** (0,0972)* -0,409913 -0,369053 (0,0773)* (0,0384)** 1,929156 0,289985 (0,070086)* (0,916325) 0.0614*) 0.0005***) 62,4919% 16,1388% 30,0985% 1,7626%
Keterangan: *) Signifikan pada taraf nyata 10%; **) Signifikan pada taraf nyata 5 %; ***) Signifikan pada taraf nyata 1% Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel-2 dapat ditulis persamaan regresi linier sebagai berikut: Rs = 3,27 + 1,71 CAR – 29,74 ROA – 0,60 OEOI – 0,001 EPS - 2,40 LDR – 0,41 Yt-1 Konstanta sebesar 3,27 secara statistik berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Artinya bahwa jika variabel bebas dianggap konstan maka return saham sebesar 3,27 dan tidak signifikan karena lebih besar dari tingkat signifikansi 10%. Koefisien Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan nilai 1.713962. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% CAR akan menaikkan return saham sebesar 1,71% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Return on Asset (ROA) dengan nilai -29.74255. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% ROA akan menurunkan return saham sebesar 29,74% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Operating Expense to Operating Income (OEOI) dengan nilai 0.597858. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% OEOI akan menurunkan return saham sebesar 0,60% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Earning Per Share (EPS) dengan nilai -0.001298. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% EPS maka akan menurunkan return saham sebesar 0.001% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Loan to Deposit Ratio (LDR) -2.404150. Dapat diartikan setiap kenaikan 1% maka akan menurunkan return saham sebesar 2,40% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Return Saham Tahun Sebelumnya (Yt-1) -0.409913 dapat diartikan setiap
354
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
kenaikan 1% maka akan menurunkan return saham sebesar 0,41% dan begitu pula sebaliknya. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih dari 0,10 yaitu sebesar 0,6070. Untuk koefisien regresinya sebesar 1,71 berarti setiap kenaikan CAR sebesar 1% akan meningkatkan return saham sebesar 1,71%. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Capital Adequaty Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2012), Novikaryanti (2011) yang menyatakan bahwa Capital Adequaty Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa ROA memilki pengaruh negatif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih dari 0,10 yaitu sebesar 0,2790. Untuk koefisien regresinya sebesar -29,74 berarti setiap kenaikan ROA sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 29,74%. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et. al (2012) yang menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap return saham perbankan. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa OEOI memilki pengaruh negatif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih dari 0,10 yaitu sebesar 0,4724. Untuk koefisien regresinya sebesar -0,60 berarti setiap kenaikan OEOI sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,60%. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Operating Expense to Operating Income (OEOI) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Khadaffi dan Syamni (2011) yang menyatakan bahwa Operating Expense to Operating Income (OEOI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa EPS memilki pengaruh negatif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih dari 0,10 yaitu sebesar 0,2431. Untuk koefisien regresinya sebesar -0,001 berarti setiap kenaikan EPS sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,001%. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Novikaryanti (2011) yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif terhadap return saham serta signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,10 yaitu sebesar 0,0315. Untuk koefisien regresinya sebesar -2,40 berarti setiap kenaikan LDR sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 2,40%. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus diterima. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2012), Marviana (2010), Khadaffi dan Syamni (2011), dan Wulandari, et. al (2013) yang menyatakan
355
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. PENUTUP Pada hasil uji data yang pertama menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) namun tidak signifikan. Pada hasil uji data yang kedua dengan menambahkan variabel Return Saham tahun sebelumnya (Yt-1) menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per Share (EPS), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return Saham tahun sebelumnya (Yt-1) berpengaruh signifikan terhadap Return saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial Capital Adequaty Ratio (CAR) berpengaruh positif, Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Secara parsial Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah variabel independen seperti Giro Wajib Minimum (GWM), dan rasio Non Performing Loan (NPL) serta jangka waktu periode penelitian yang lebih panjang dan memperhitungkan dividen sebagai proksi dari return saham. Para calon investor dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan atau informasi serta menambah wawasan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan investasi khususnya di pasar modal. Keputusan calon investor dalam berinvestasi di pasar modal sebaiknya dapat memperhatikan rasio LDR dan return saham pada tahun sebelumnya, dan juga masih banyak faktor di luar rasio fundamental perusahaan perbankan yang dapat mempengaruhi return saham. Beberapa faktor yang dapat diperhatikan antara lain Giro Wajib Minimum (GWM) dan Non Performing Loan (NPL) Emiten diharapkan dapat memperhatikan rasio LDR dan return saham tahun sebelumnya sebagai masukkan dalam menentukan kebijakan. Kebijakan yang diambil dalam kaitannya dalam hal menjaga tingkat kesehatan bank agar bank tersebut tetap berada dalam kondisi yang sehat. DAFTAR RUJUKAN Aprilia, Susana. (2011). Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Bank Indonesia. (2004). Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, SE Deputi Gubernur No 6/23/DPNP (31 Mei). Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE. Khaddafi, Muammar, dan Ghazali Syamni. (2011). Hubungan Rasio CAMEL dengan Return Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Lhokseumaweh.
356
Kurniadi 345 - 356
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Kurniadi, Rintistya. (2012). Pengaruh CAR, NIM, LDR terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia. Accounting Analysis Journal. Agustus 2012. Marviana, Ratna Dina. (2010). Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Sumatera Utara Medan. Sinaga, Dianto Kurnia Parulian. (2012). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMEL terhadap Return Saham pada Industri Perbankan di Indonesia Stock Exchange (IDX). Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Suardana, Ketut Alit. (2007). Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali ________. (2010). Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia. Humas Bank Indonesia. Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Wardiah, Mia Lasmi. (2013). Dasar-Dasar Perbankan. Bandung: Penerbit CV Pustaka Setia. Wijaya, Rico, et al. (2012). Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Penelitian. Universitas Jambi. Winarno, Wing Wahyu. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Edisi ke-3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Wulandari, Yuliya, et al. (2013). Pengaruh CAMEL terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau.
357
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN CAT MEREK MOWILEK DI JAKARTA Lim Yosep Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Email:
[email protected] Abstract: This study aimed to determine the effect of price perception on purchase decisions and promotion of Mowilex paint,Exogenous variables were examined in this study is the perception of price and promotion variables. While purchasing decisions to be endogenous variables. Primary data were collected through questionnaires daan using purposive sampling with a total sample of 200 customers of PT Mowilex Indonesia in Jakarta. Aplying regression analysis,data are calculated processing to know perceptual variables affect the price and promotion variables purchasing decisions. The conclusion of this study, all the independen or exogenous variabel influenced to purchasing decisions. So the result make recommendation for companies should focus on mainly on price perception dimension of cost perception and should focus on promotion, especially in the dimension of sales promotion. Keywords: perceptions of price, promotion and purchasing decisions. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian dan promosi cat Mowilex, variabel eksogen yang diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi harga dan promosi variabel. Sementara keputusan pembelian menjadi variabel endogen. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 200 pelanggan PT Mowilex Indonesia di Jakarta. Analisis regresi, data yang dihitung pengolahan untuk mengetahui variabel persepsi mempengaruhi variabel harga dan promosi keputusan pembelian. Kesimpulan dari penelitian ini, semua variabel bebasnya atau eksogen berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sehingga hasilnya membuat rekomendasi bagi perusahaan harus fokus pada terutama pada harga dimensi persepsi persepsi biaya dan harus fokus pada promosi, terutama dalam dimensi promosi penjualan. Kata kunci: persepsi harga, promosi dan pembelian keputusan. PENDAHULUAN Dewasa ini permintaan akan hunian (landedhousing), apartemen dan perkantoran masih menunjukkan peningkatan, disertai kenaikan harga yang cukup dramatis. Sehingga mendorong pengembangan-pengembangan baru memenuhi permintaan tersebut. Menurut pengamat properti, Panangian Simanungkalit, stabilitas ekonomi yang ditandai BIrate yang stabil, bergemingnya tingkat inflasi dan investasi asing yang deras mengalir, turut memengaruhi pencapaian positif tersebut."Hanya, pertumbuhan harga tidak sepesat tiga tahun terakhir yang bisa mencapai 30 persen per tahun. Saat ini hingga akhir 2014, walau
358
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
masih terjadi pertumbuhan, namun hanya separuhnya saja, yakni 15-20% per tahun," ujar Panangian. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh konsultan properti terkemuka, Cushman and Wakefield, mengungkapkan, secara umum, permintaan pada tujuh sektor properti di Jakarta masih mengalami pertumbuhan yang cukup kuat. Ketujuh sektor tersebut adalah, sektor Perkantoran di wilayah CBD Jakarta, Pusat perbelanjaan (Retail), Kondominium, Apartemen Sewa, Hotel, Wilayah Industri Jabodetabek, Pasar Lahan Perumahan Jabodetabek. Tingginya permintaan juga membawa dampak positif bagi bidang usaha lainnya yang berkaitan atau berhubungan dengan bidang konstruksi. Salah satunya adalah para produsen dan perusahaan dibidang cat. Hal ini dikarenakan setiap rumah membutuhkan cat untuk melapisi dinding/temboknya untuk member kesan bersih dan meningkatkan penampilan visualnya atau kebutuhan mal dan kantor untuk mengecat ulang atau repainting gedungnya membuat permintaan cat melonjak. Pertumbuhan proyek pembangunan saat ini membuat permintaan akan cat menjadi tinggi. Bukan hanya itu saja, tiap-tiap developer juga ingin masing - masing proyek perumahannya mempunyai ciri khas dan menyediakan kenyamanan maksimal bagi para konsumen. Hal ini menuntut para pengusaha dibidang cat untuk dapat memproduksi cat dengan berbagai jenis warna dan dengan kualitas yang tinggi pula.Menurut Ketua Divisi Wood Coating Asosiasi Cat Indonesia Kris Rianto Adidarma, tingkat konsumsi pada tahun ini masih akan didominasi oleh cat tembok cair (wall paint water) yang diproyeksi akan mencapai 509.377 ton. Sedangkan pada tahun lalu hanya sebesar 471.590 ton dan 444.477 pada 2011. Memanfaatkan peluang pasar, perusahaan membutuhkan dukungan kegiatan pemasaran yang kompleks dan strategi pemasaran yang efisien serta efektif agar dana yang tersedia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebagaimana diketahui, dalam pemasaran modern dikenal istilah bauran pemasaran (marketingmix) yang menjadi inti dari sistem pemasaran modern dimana yang menjadi unsur-unsurnya adalah produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Pemasaran bukan hanya mengembangkan suatu produk yang baik, melainkan harus menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau serta harus berkomunikasi dengan pelanggan. Penetapan harga suatu produk merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi. Hal tersebut dikarenakan harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Disamping itu harga merupakan unsur yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Peran komunikasi yang efektif dengan para konsumen maka perusahaan harus menyusun kampanye iklan yang efektif, promosi penjualan, merancang program dan hubungan masyarakat untuk mengembangkan semua hal yang berkaitan dengan citra perusahaan. Peranan promosi sangat penting dalam meningkatkan penjualan, karena promosi merupakan kegiatan terpenting yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk atau jasa agar
359
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
mendorong konsumen untuk melakukan pembelian.Produk Mowilex memiliki harga yang kurang kompetitif dibanding harga produk kompetitor lainnya.Kurang gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex dalam mengenalkan produk-produknya ke masyarakat luas melalui media online maupun offline.Produk Mowilex belum pernah menduduki Top Brand Index peringkat tiga besar selama periode 2011 sampai 2013 dibandingkan dengan produk kompetitor lainnya.Pencapaian sales semester 1 tahun 2013 hanya 93 % dari target yang ditentukan, dan trend penjualan sejak bulan Maret sampai bulan Juni 2013 ada kecenderungan menurun dan bahkan untuk bulan May dan Juni 2013 tidak mencapai target penjualan. Melihat alasan tersebut di atas, maka penulis merasa tertantang untuk melakukan penelitian pada harga dan promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex Indonesia yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian bagi konsumen di dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat.Permasalahan yang ingin diangkat pada penelitian ini setelah meninjau penjelasan sebelumnya, meliputi: (1) Apakah persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia?; (2) Apakah promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian bagi produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia?; (3) Apakah persepsi harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian cat tembok PT Mowilex Indonesia? Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi harga dan promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex Indonesia dalam mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen sehingga meningkatkan volume penjualan Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui mengenai pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia.; (2) Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia; (3) Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga dan promosi secara bersamasama (simultan) terhadap keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia. Persepsi Harga. Selain sebagai mahluk sosial, setiap konsumen juga merupakan individu dengan karakteristik yang berbeda-beda. Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang mereka terima tidak sama, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual. Rangkuti (2008:103) menyatakan “Persepsi harga adalah biaya relative yang harus konsumen keluarkan untuk memperoleh produk atau jasa yang ia inginkan”.Sedangkan menurut Peter dan Olson (2008:406) “Price perception (persepsi harga) berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka”. Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen dapat membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan sebuah harga atau rentang harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut. Harga dalam benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini disebut internal reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal pada dasarnya bertindak
360
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat diterima konsumen atau tidak. Seringkali konsumen menganggap bahwa harga yang ditetapkan untuk suatu merek tertentu sebagai suatu ciri dari produk. Melalui pengetahuannya ini, konsumen kemudian membandingkannya dengan harga yang ditawarkan oleh merek lain dalam suatu kelas produk yang sama, ciri-ciri lain dari merek yang diamati dan dari merek-merek lainnya, serta biaya-biaya konsumen lainnya. Hasil dari proses ini kemudian akan membentuk sebuah sikap terhadap berbagai alternative merek yang ada. Menurut Rangkuti (2009:104) persepsi mengenai harga diukur berdasarkan persepsi pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan variabel-variabel apa saja yang menurutnya paling penting dalam memilih sebuah produk, misalnya untuk produk makanan, variabelnya meliputi: bahan baku, rasa, daya tahan, dan proses pembuatan. Pendapat sejenis juga diungkapkan oleh Monroe (2003:161), menurutnya persepsi harga sering diidentikan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk. informasi harga aktual yang diperoleh akan dibandingkan dengan persepsi harga yang ada di benak konsumen, hal ini menghasilkan persepsi nilai terhadap produk atau jasa tersebut. Selanjutnya konsumen akan memutuskan, apakah akan membeli produk/jasa tersebut atau tidak. Persepsi harga dibentuk oleh dua dimensi utama, yaitu persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan: 1. Perceived Quality (persepsi kualitas). Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap nama merek, nama toko, garansi yang diberikan (aftersaleservices), dan Negara yang menghasilkan produk tersebut. a. Persepsi nama merek. Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu produk. Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap sebuah produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen. Menurut Monroe (2003:162) dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa jika dibandingkan dengan nama toko dan karakteristik komponen produk lainnya, nama merek memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap persepsi kualitas produk. b. Persepsi nama toko/dealer. Reputasi nama toko/dealer akan menciptakan persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas maupun harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas pelayanan yang diterima konsumen akan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap reputasi toko/dealer tersebut. c. Persepsi garansi (after sale services). Produk yang menawarkan garansi bagi para konsumennya sering diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi. Konsumen akan merasa lebih tenang dalam menggunakan produk tersebut, karena pihak perusahaan menjamin kualitasnya. d. Persepsi Negara yang menghasilkan produk. Kualitas sebuah produk sering dikaitkan dengan Negara pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung memiliki persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari Negara mana produk tersebut berasal. “Dimana produk berasal seringkali menjadi pertimbangan penting bagi konsumen untuk evaluasi” (Sumarwan, 2003:304)
361
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
2. Perceived Monetary Sacrifice (persepsi biaya yang dikeluarkan). Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal ini terdapat tiga kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap biaya yang dikeluarkan, yaitu persepsi terhadap pajak, persepsi terhadap kewajaran harga dan efek ekuitas merek.yaitu: (a) Persepsi terhadap pajak; (b) ersepsi terhadap kewajaran harga; (c) Persepsi terhadap efek ekuitas merek Promosi penjualan merupakan salah satu alat promosi yang digunakan untuk membujuk pembeli agar membeli produk yang dihasilkan dan ditawarkan perusahaan. Menurut Saladin (2006: 195) mengemukakan "Promosi penjualan terdiri atas alat insentif yang beraneka ragam, kebanyakan untuk jangka pendek, dirancang untuk merangsang pembelian produk tertentu lebih cepat dan/ atau lebih kuat oleh konsumen atau pedagang". Tujuan Promosi Penjualan. Berikut ini tujuan promosi penjualan menurut Dharmesta (2002: 280), yaitu: (1) Tujuan promosi penjualan intern; (2) Tujuan promosi penjualan perantara; (3) Tujuan promosi penjualan konsumen Menurut Saladin (2006: 123) mengemukakan pengertian promosi sebagai berikut "Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut".Menurut Dharmesta dan Irawan (2005: 349) mengemukakan "Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran".Menurutnya promosi terdiri dari periklanan, promosi penjualan, personal sellling,publisitas dan pemasaran langsung. Tujuan dari setiap pemasaran suatu produk adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsuman atau pelanggan sasaran. Oleh karena itu, konsumen mempunyai arti penting dalam suatu perusahaan yaitu sebagai pembeli produk. Memahami perilaku konsumen tidaklah mudah karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang dapat berbeda setiap hari dan sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, dan selera. Tugas produsen adalah meneliti faktor-faktor yang mendasari konsumen dalam memilih salah satu atau beberapa diantara jajaran produk yang ditawarkan perusahaan. Menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002: 6) menggambarkan model perilaku konsumen sebagai terlihat pada gambar 1. Berdasarkan model perilaku konsumen pada Gambar 1, pada dasarnya konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) Konsumen individual adalah pengaruh yang datang dari dalam diri konsumen itu sendiri dalam melakukan keputusan pembeliannya. Pengaruh tersebut bisa dalam bentuk motivasi, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian individu.; (2) Pengaruh lingkungan sekitar memiliki peran yang cukup penting dalam perilaku konsumen. Pembelian yang dilakukan konsumen dapat dipengaruhi oleh kehidupan sosialnya atau pengalaman-pengalaman orang lain yang dekat dengan dirinya.; (3) Rangsangan yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk strategi pemasaran dapat mempengaruhi konsumen. Faktor ini merupakan variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Strategi pemasaran mungkin saja dalam bentuk strategi produk dengan modifikasi atribut-atribut produk guna mendorong konsumen melakukan pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian yang dilakukan
362
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
konsumen menghasilkan umpan balik (feed back) untuk konsumen berupa pengalaman untuk pengambilan keputusan pembelian. Umpan balik bagi konsumen (Evaluasi pasca pembelian) Konsumen individu
Pengaruh-pengaruh lingkungan
Pembuatan keputusan konsumen
Tanggapan konsumen
Penerapan dari perilaku konsumen pada strategi Umpan balik bagi pemasar
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen Sumber: Sutisna (2002: 6) Sedangkan untuk perusahaan menjadi informasi untuk mengevaluasi strategi-strategi yang telah dilakukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan.Penelitian sebelumnya yang telah membahas masalah bauran promosi dan brand awareness terhadap keputusan pembelian cukup beragam, diantaranya adalah berik Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Maqfira Dwi Utami
Moh. Rizal
Tahun
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
2011
Analisis pengaruh harga dan promosi terhadap peningkatan penjualan tiket pada PT Maniela Tour & Travel
2010
Pengaruh Produk, Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Suzuki APV di PT. Sunmotor Indosentra Trada
Hasil analisis regresi maka diperoleh persamaan Y = 1.690,966 - 0,708 X1 + 0,456 X2, kemudian analisis korelasi antara harga dan biaya promosi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dalam peningkatan volume penjualan sebab r = 0,996, sedangkan R2 = 0,993 yang artinya ada pengaruh dan hubungan yang simultan antara harga dan promosi terhadap peningkatan volume penjualan hasil regresi diperoleh persamaan Y = 1,027 + 0,188X1 + 0,202X2 + 0,198X3, sehingga H1 yang berbunyi produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian diterima. Variabel harga (X2) diperoleh t hitung 3,170 dengan nilai signifikan 0,002 < 0,05, sehingga H2 sehingga yang berbunyi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian diterima. Dan untuk varibel promosi (X3) diperoleh nilai t hitung = 3,044 dengan nilai signifikan 0,003 < 0,05, sehingga H3 yang berbunyi promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian diterima. Secara simultan menunjukkan Fhitung = 35,368 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05, sehingga H4 yang berbunyi ada pengaruh positif produk, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian diterima.
363
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Maduretno Widowati
2010
Pengaruh harga, promosi dan merek terhadap penjualan barang pharmasi di PT Anugrah Pharmindo Lestari
Dalam menguji hipotesis penelitian pengulis menggunakan classical assumption, untuk menguji regresi berganda, uji-t, uji-f serta koefisien Determinasi (R2). Hasil dari penelitian ini menginformasikan bahwa harga, promosi, dan merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjulan.
Husma Fadillah Nasution
2008
Analisis Pengaruh Promosi Dan Komunikasi Terhadap Keputusan Nasabah Untuk Menabung Di Bank Syariah Mandiri Cabang Tebing Tinggi.
Hasil analisis untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel bebas (promosi dan komunikasi) menjelaskan 14.1% terhadap variabel terikatnya (respon konsumen), dan promosi dan komunikasi .Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel bebas (promosi dan komunikasi) menjelaskan 28.1% terhadap variabel terikatnya (keputusan nasabah), dan promosi dan komunikasi berpengaruh high signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menabung di Bank Syariah Mandiri Cabang Tebing Tinggi
Achiruddin Siregar
2007
Pengaruh Bauran Promosi Pemasaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) ITMI Medan
Hasil penelitian menunjukkan Koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,31. Sehingga bauran promosi (periklanan, promosi penjualan dan pemasaran langsung) berpengaruh high signifikan terhadap keputusan mahasiswa memilih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) ITMI Medan
Adapun model penelitian dalam penelitian ini digambarkan dengan bagan berikut ini:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber: Penelitian terdahulu dan modifikasi peneliti
364
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat diidentifikasi hipotesis penelitian yang akan di konfirmasikan sebagai berikut: H1: Persepsi Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT Mowilex Indonesia H2: Promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT Mowilex Indonesia H3: Persepsi Harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT Mowilex Indonesia METODE Penelitian ini merupakan peneliltian kausalitas. Variabel penelitian adalah persepsi harga, promosi dan keputusan pembelian. Operasianal penelitian Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Variabel
Konsep variabel
Dimensi dalam Penelitian
Variabel bebas
Persepsi harga dibentuk oleh dua dimensi utama yaitu persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan.
Perceived Quality
Persepsi Harga (X1)
Indikator
a. Persepi Nama Merek
b. Persepsi Nama Toko
( Monroe 2003:161 ) c. Persepsi Garansi
Perceived Monetary Sacrifice
Item Pernyataan
No Item Penyataan
1. Anda lebih cepat mengingat merek sebuah produk Mowilex karena memiliki citra yang kuat. 2. Retail atau toko berperan terhadap harga cat tembok Mowilex di mata anda sebagai konsumen 3. Produk Mowilex yang memiliki garansi sering diidentifikasikan sebagai suatu produk kualitas tinggi. 4. Kualitas produk Mowilex sering anda kaitkan dengan Negara pembuatnya.
1
d. Persepsi Negara yang Menghasilkan Produk a. Kewajaran 5. Harga produk Harga Mowilex sesuai b. PersepsiTerhad kualitas ap Pajak 6. Harga produk Mowilex tidak lebih mahal dari
2.
3
4 5
365
Trisnadi 373 – 383
Variabel bebas Promosi (X2)
kombinasi yang paling baik dari variabelvariabel promosi yang semuanya direncanakan untuk membantu pencapaian tujuan program penjualan perusahaan
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Advertisin g
a. Iklan di media
b. Penggunaan billboard c. Penggunaan signboard
(Swastha dan Irawan 2005:349) Sales Promotion
a. Hadiah dan reward
b. Diskon
c. Produk ekstra
kompetitor. 7. Produk Mowilex memiliki harga termasuk nilai pajak yang kompetitif dengan produk kompetitor. 1. Iklan Cat tembok Mowilex seringkali anda lihat di media massa baik media cetak,elektronik dan dunia maya (internet) 2. Papan reklame (billboard) Mowilex sering anda lihat di titik – titik lokasi strategis 3. Papan tanda (sign board) Mowilex sering anda lihat di toko bangunan baik besar dan kecil di pinggir jalan besar
6
1. Anda biasanya menerima merchandise pada saat Anda membeli Cat Mowilex pada jumlah tertentu 2. Anda akan mendapatkan hadiah karena anda yang loyal menggunakan Cat Mowilex 3. PT Mowilex sering memberikan diskon pada saat Anda membeli Cat Mowilex. 4. Perusahaan sering memberikan produk ekstra di dalam kemasan Cat Mowilex
4
7
1
2
3
5
6
7
366
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 Public Relations
Personal Selling
Direct Marketing
Variabel terikat
proses yang mempengaruh i perilaku seseorang dalam
Pemilihan Produk
a. Pressrelease
1. Anda sering mendengar berita mengenai Mowilex Indonesia di media massa. b. CSR 2. Anda sering mendengar informasi tentang tanggung jawab sosial (CSR) dari Mowilex Indonesia a. Interaktif 1. Tenaga penjual personal Mowilex Indonesia selalu interaktif melayani anda b. Cara penggunaan 2. Cara petunjuk penggunaan memudahkan anda c. Hubungan yang dalam menggunakan baik Cat Tembok Mowilex 3. Tenaga Penjual Mowilex Indonesia sangat baik dalam melayani Konsumen. 4. Tenaga Penjual Mowilex Indonesia sangat ramah dalam melayani Konsumen a. Katalog 1. Anda biasanya mudah untuk memperoleh katalog b. Telepon Cat Mowilex 2. Anda sering menerima telepon c. Internet dari perusahaan mengenai program dan kegiatan Mowilex Indonesia 3. Anda sering mengakses website Mowilex Indonesia untuk mencari informasi lebih lanjut a. Kualitas produk yang baik b. Harga terjangkau c. Kemampuan
1. Anda selalu memilih produk cat atas dasar kualitas yang terbaik. 2. Anda selalu membeli produk cat atas dasar
8
9
10
11
12
13 14
15
16
17 1
2
367
Trisnadi 373 – 383 Keputus an Pembeli an (Y)
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
mengambil keputusan pembelian (Kotler 2006: 129)
membeli produk
Pemilihan Merek
Pemilihan Saluran Pembelian
a. Mowilex merek terkenal b. Percaya dengan merek Mowilex a. Lokasi yang dekat b. Mudah diperoleh
c. Lokasi yang nyaman
Waktu Pembelian
a. Hampir setiap semester b. Tidak tentu
Jumlah Pembelian
a. Sesuai dengan kebutuhan
harga yang pantas. 3. Anda selalu memilih produk cat sesuai dengan kemampuan ekonomi Anda. 1. Mowilex adalah merek yang sudah terkenal 2. Anda yakin dengan merek Mowilex 1. Lokasi yang dekat dengan anda menyebabkan anda membeli Cat Tembok Mowilex 2. Rekanan perusahaan yang dekat dengan anda menyebabkan anda membeli cat mowilex 3. Anda dengan sangat mudah untuk memperoleh cat tembok di sekitar lingkungan anda 1. Anda sering membeli produk merek Cat Tembok Mowilex secara berkala dalam periode tertentu misalnya setiap 6 bulan sekali atau lainnya 2. Anda membeli Cat Tembok Mowilex tidak dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan anda 1. Anda biasanya membeli Cat Tembok Mowilex dengan kuantitas yang banyak.
3
4
5 6
7
8
9
10
11
Populasi dalam penelitian ini dibatasi hanya pada konsumen yang membeli cat Mowilex di Jakarta khususnya daerah Serpong, Kelapa Gading, Gajah Mada, Panglima Polim dan Puri
368
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
indah.Dalam penelitian ini, responden yang digunakan adalah konsumen yang membeli cat tembok pada PT Mowilex Indonesia untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. .Jumlah sampel yang digunakan adalah 200 responden. Pengambilan sampel ini berdasarkan pernyataan Hair et al. (1998) yaitu, berjumlah 100-200 untuk teknik maximumlikehoodestimation, atau ukuran sampel minimal tergantung dari jumlah paremeter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode “purposive sampling (sampel menurut tujuan) yang merupakan pengambilan sampel anggota populasi dilakukan dengan memperhatikan maksud dan tujuan penelitian (Rahayu 2005: 43), yaitu penelitian harga, dan promosi, serta pengaruhnya pada keputusan pembelian.Selanjutnya untuk mengumpulkan data digunakan Intrumen penelitian yang diuji baik validitas dan reliabilitasnya. Dalam melakukan pengujian item layak, dilihat besarnya nilai KMO MSA. Sesuai dengan ketentuan yang sudah ada, apabila nilai KMO MSA < 0,5 maka item tersebut akan dibuang. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum menggunakan uji regresi yang akan digunakan untuk menganalisa pengaruh variabel independen thd dependen.Untuk memprediksi besarnya keputusan pemilihan produk (Y)yang dipengaruhi oleh harga (X1) dan promosi (X2) maka menggunakan rumus regresi linear berganda menurut Sugiono (2003 ;250) adalah sebagai berikut: Uji signifikan dengan alfa 5 % menggunakan uji F dan t. Analisis korelasi dimensi merupakan analisis yang digunakan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh secara operasional dalam setiap variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS menghasilkan output seperti berikut: Tabel 1. Persepsi Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 23,583 2,355 ,337 ,134
Model 1 (Constant) persepsi_har ga promosi ,317 ,066 a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Standardized Coefficients Beta ,205
t 10,014 2,513
Sig. ,000 ,013
,394
4,825
,000
Sumber: data primer diolah Berdasarkan hasil yang diperoleh dari koefisien regresi persepsi harga dan promosi terhadap keputusan pembelian, maka dapat dibuat sebuah persamaan regresi yaitu Y = 23,583+0,337X1 + 0,317X2. Melihat tingkat signifikan variabel menunjukkan nilai di bawah 0,05 maka persamaan regresi berganda dinyatakan tepat untuk memprediksi keputusan pembelian. Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
369
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
yang signifikan antara persepsi harga dan promosi terhadap keputusan pembelian, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.9 di atas yang memperlihatkan nilai signifikansi di bawah 0,5. Selanjutnya adalah menguji hipotesis dengan menggunakan Uji F yang hasilnya diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Hasil Uji F ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square 1 Regression 1511,166 2 755,583 Residual 3375,389 197 17,134 Total 4886,555 199 a. Predictors: (Constant), promosi, persepsi_harga b. Dependent Variable: keputusan_pembelian Sumber: data primer diolah
F 44,099
Sig. ,000a
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 44,099 dimana nilai ini di atas dari nilai F Tabel dengan n 200 dan nilai α 5%, yaitu 3,04, maka Ha diterima karena F hitung lebih besar dari F tabel, 44,099> 3,04, dan melihat nilai sgnifikansi di bawah 0,05,. Sehingga di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi harga dan promosi memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap keputusan pembelian. Kemudian untuk besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel persepsi harga dan promosi secara simultan terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Hasil Uji Pengaruh Persepsi harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Model Summaryb Model 1
R ,556a
R Square ,309
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
,302
4,13932
a. Predictors: (Constant), promosi, persepsi_harga b. Dependent Variable: keputusan_pembelian Sumber: data primer diolah Besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat pada R Square atau nilai koefisien determinasi, yaitu sebesar 0,309 atau 30,9% artinya persepsi harga dan promosi secara bersama-sama mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 30,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain yang bukan termasuk dalam penelitian ini.Uji koefisien korelasi Antar dimensi yaitu bertujuan mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dimensi yang terdapat pada penelitian kali ini, yaitu dimensi persepsi harga meliputi: persepsi kualitas dan persepsi biaya, kemudian promosi meliputi: advertising, salespromotion, publicrelations, personalselling dan directmarketing, dan yang terakhir adalah dimensi keputusan pembelian meliputi: pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan saluran
370
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
pemasaran, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS menghasilkan output sebagai berikut: Tabel 4. Korelasi Antar dimensi Keputusan Pembelian Pemilihan Produk
Pemilihan Merek
Pem.Saluran Pembelian
Waktu Pembelian
Jumlah Pembelian
A 1 2
Persepsi Harga Persepsi Kualitas Persepsi Biaya
-,072 1,000
-,024 ,193
,089 ,369
,040 ,149
,260 -,041
B 1 2 3 4 5
Promosi Advertising Sales Promotion Public Relation Personal Selling Direct Marketing
,119 ,268 ,109 ,100 -,046
,367 ,351 ,290 ,036 ,010
,712 ,512 ,230 ,078 ,104
,104 ,893 ,277 ,031 ,123
,108 ,180 ,726 ,100 ,233
Sumber: data primer diolah Hubungan antara persepsi kualitas dengan jumlah pembelian dalam kategori lemah sebesar 0,260, ini mengindikasikan bahwa konsumen melakukan pembelian dengan jumlah tertentu berdasarkan kualitas yang ada pada produk tersebut. Hubungan antara persepsi biaya dengan pemilihan produk dalam kategori kuat sebesar 1,000, ini juga mengindikasikan bahwa konsumen memilih suatu produk berdasarkan biaya yang akan dikeluarkan oleh konsumen saat membeli produk tertentu. Selanjutnya adalah korelasi antara dimensi yang terdapat pada promosi dengan keputusan pembelian, yaitu menunjukkan: (a) Hubungan antara advertising dengan pemilihan saluran distribusi dalam kategori kuat sebesar 0,712, ini mengindikasikan bahwa konsumen membeli produk mowilex setelah melihat signboard di toko bangunan yang telah menjadi mitra perusahaan.; (b) Hubungan antara sales promotion dengan waktu pembelian dalam kategori kuat sebesar 0,893, ini juga mengindikasikan bahwa konsumen membeli pada waktu tertentu berdasarkan adanya salespromotion seperti potongan harga, bonus, atau produk ekstra.; (c) Hubungan antara public relations dengan jumlah pembelian dalam kategori kuat sebesar 0,726, ini mengindikasikan bahwa publikasi yang dilakukan seputar perusahaan menjadi dasar konsumen untuk melakukan pembelian produk pada jumlah tertentu.; (d) Hubungan antara personal selling dengan pemilihan produk dan jumlah pembelian berada dalam kategori lemah sekali yaitu sebesar 0,100, ini mengindikasikan bahwa bentuk pelayanan yang ramah dari para penjual bukan menjadi dasar bagi konsumen untuk memilih suatu produk dan membeli pada jumlah tertentu.; (e) Hubungan antara direct marketing dengan jumlah pembelian dalam kategori lemah yaitu sebesar 0,233, ini mengindikasikan bahwa penawaran secara khusus melalui direct marketing berupa pemberian katalog, dan mengakses website Mowilex Indonesia bukan menjadi alasan konsumen membeli produk Mowilex dengan jumlah tertentu.
371
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENUTUP Kesimpulan. Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian untuk menjawab perumusan masalah, yakni: Pertama.Persepsi Harga yang dimiliki PT Mowilex Indonesia di masyarakat memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dimensi yang berhubungan erat adalah persepsi biaya dengan pemilihan produk. hal ini mengindikasikan bahwa dalam konsumen dalam melakukan pemilihan produk cat berdasarkan jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk produk cat Mowilex. Kedua. Promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, promosi seperti sales promotion, memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk Cat Mowilex. menunjukkan hubungan antara sales promotion dengan waktu pembelian begitu kuat. Ini mengindikasikan bahwa konsumen sangat tertarik untuk mengunjungi Toko Bangunan dan melakukan pembelian Cat Mowilex ketika adanya advertising seperti terdapatnya signboard yang ada pada Toko Bangunan yang menjadi mitra Perusahaan. Ketiga. Persepsi harga dan Promosi secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, hal ini mengindikasikan bahwa persepsi harga dan promosi memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk Cat Mowilex. Saran. Dari hasil penelitian dan kesimpulan seperti yang disebutkan sebelumnya, beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan meningkatkan keputusan pembelian di PT. Mowilex Indonesia antara lain: Pertama. Persepsi harga memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian. Khususnya pada dimensi persepsi biaya dengan pemilihan produk, dengan menggunakan media sebagai cara untuk mengenalkan dan menciptakan persepsi harga yang kompetitif, seperti penggunaan media massa eletronik, dan cetak. Kedua. Promosi memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian. Khususnya pada dimensi sales promotion dengan waktu pembelian. Oleh karena itu PT. Mowilex Indonesia lebih Meningkatkan cara-cara direct marketing yang efektif dengan melakukan promosi pada waktu-waktu tertentu misalnya melakukan event atau pameran. Dan penambahan jumlah katalog di tempat yang menjadi mitra perusahaan serta meningkatkan fitur pada website Mowilex Indonesia yang sudah ada agar lebih menarik sehingga banyak orang yang akan mengunjungi website. Mempublikasikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perusahaan, dan peluncuran produk baru agar lebih dikenal oleh masyarakat secara luas. Ketiga. Adanya keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan rancangan model variabel yang lebih kompleks sehingga ditemukan variabel dan dimensi baru lain yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap keputusan pembelian sehingga dapat memberikan hasil yang lebih optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut hal-hal yang masih harus diperhatikan adalah kondisi yang memperlihatkan persepsi kualitas masyarakat atas Cat Mowilex masih dirasa kurang, Jika dibandingkan oleh para kompetitor yang memiliki persepsi kualitas yang begitu kuat dalam pikiran masyarakat. Begitu pula kondisi pada publikasi melalui program promosi yang masih kurang di dengar oleh masyarakat, hal ini juga berdampak pada tingkat penjualan yang dipengaruhi oleh keputusan pembelian dari masyarakat. Sehingga
372
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
sudah sewajarnya jika perusahaan dalam hal ini PT Mowilex Indonesia melakukan inovasi-inovasi untuk melakukan langkah-langkah strategis. DAFTAR RUJUKAN Amstrong, Gery dan Philip Kotler, (2004). Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke Sembilan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit PT. Indeks. Assauri, Sofjan, (2004). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Ghozali, Imam, (2005). Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hawkins D., Mothersbough, dan Best, (2007). Consumer Behaviour: Building Marketing Strategi. 10th Edition. MC. Grow Hil irvin. Husein, Umar, (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jonathan, Sarwono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jagdish N, Sheth dan Mittal Banawi, (2004). Customer Behaviour. Managerial Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson. Kotler, Philip, (2001). Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan control, jilid 1. Jakarta: Penerbit Prenhalindo. Kotler, Philip, (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Kencana Prananda Media. Ma’aruf, Hendri, (2005). Pemasaran Rite. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Mowen, C, John dan Michael Minor, (2001). Prilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara. Mangkunegara, Anwar, (2005). Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama. Nugroho J., Setiadi, (2003). Prilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Bisnis Pemasaran. Jakarta: Pranada Media. Olson J., C., dan Peterr, J., P., (2000). Consumer Behaviour. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: penerbit Erlangga. Rangkuti, F., (2003). Riset Pemasaran. PT. gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rambat, Lumpiyoadi, (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi I. Jakarta: Penerbit PT. Salemba Empat. Swasta, Basu, (2002). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Swasta, Basu, dan Irwan, (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Supranto J.,M.,A., (2003). Metode Riset dan Aplikasi dalam Pemasaran. Edisi 7. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. ______________, (2001). Manajemen Jasa. Andy Offset, Yogyakarta. ______________, (2004). Strategi Pemasaran, Andy, Yogyakarta. ______________, (2005). Brand Managemen & Strategy, Andy, Yogyakarta. Umar, Husain, (2005). Studi Kelayakan Bisnis: teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
373
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
PENGARUH KUALITAS PRODUK TABUNGAN DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP MINAT MENABUNG KEMBALI DI CIMB NIAGA (STUDI KASUS PT BANK CIMB NIAGA TBK BINTARO) Dedy Trisnadi Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this research was to determine the effect of product quality and service quality savings on interest savings back partially and simultaneously. The population in this study is that customers save at CIMB Niaga branch Bintaro, while the sample is 100 respondents. The sampling technique was purposive sampling. Type of data used is primary data correlation and multiple regression analysis.The results showed that the quality of the product has a positive effect on savings interest savings back. Dominant factor affecting the interest saving back customers is the quality of the product. Keywords: Savings Product Quality, Service Quality, Savings Interest. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan kualitas layanan tabungan bunga tabungan kembali secara parsial dan simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah bahwa pelanggan menghemat di CIMB Niaga cabang Bintaro, sedangkan sampel adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah korelasi data primer dan beberapa hasil analysis.The regresi menunjukkan bahwa kualitas produk memiliki efek positif pada tabungan bunga tabungan kembali. Faktor dominan yang mempengaruhi minat menabung kembali pelanggan adalah kualitas produk. Kata kunci: Kualitas Produk Tabungan, Service Quality, Bunga Tabungan PENDAHULUAN Perubahan dalam dunia usaha perbankan yang semakin cepat mengharuskan bank untuk merespon perubahan yang terjadi, problem sentral yang dihadapi perbankan saat ini adalah bagaimana bank tersebut menarik, lebih mendekatkan ke nasabah dan mempertahankannya agar bank tersebut dapat berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses pemasaran yang terarah dan terencana dengan baik. Persaingan dalam bisnis perbankan yang semakin ketat mendorong para pelaku bisnis menciptakan atau menyediakan produk-produk yang inovatif sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para pelanggannya, dukungan teknologi menjadi pilihan agar penciptaan produk menjadi bermutu tinggi, pelayanan yang baik dan kemudahaan bagi pelanggan dapat terwujud. Penerapan teknologi informasi menjadi salah satu faktor penentu keunggulan kompetitif dalam persaingan bisnis yang semakin tajam dan cenderung berorientasi pada customer value.
374
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Nilai bagi nasabah merupakan komunikasi dua arah antara nasabah dengan bank dimana hubungan tercipta setelah nasabah tahu dan memberikan penilaian positif terhadap produk atau layanan yang ditawarkan. Jika nasabah menilai produk dan layanan mampu memberikan nilai tambah kepada nasabah maka nasabah akan puas dengan layanan atau produk yang ditawarkan. Kondisi seperti ini akan menciptakan hubungan atau ikatan emosional antara nasabah dengan bank. Hubungan emosional ini yang disebut dengan loyalitas nasabah nasabah agar tumbuh minat menabung di bank. Guna meningkatkan minat menabung nababah CIMB Niaga, maka CIMB Niaga menawarkan beberapa produk-produk yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan produk bank lainnya. Selain itu disediakan berbagai fasilitas yang lebih baik untuk kemudahaan dan kenyamanan nasabahnya dalam setiap melakukan kegiatan atau transaksi perbankan. Kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan layanan yang dikehendaki nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi bank. Kualitas produk tabungan didapatkan dengan cara menemukan keseluruhan harapan nasabah, meningkatkan nilai produk atau pelayanan dalam rangka memenuhi harapan nasabah tersebut. Sebuah produk atau layanan perbankan dikatakan mempunyai nilai yang tinggi di mata nasabah apabila mampu memberikan kualitas, manfaat dan pengorbanan seminimal mungkin. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui kualitas produk tabungan dan kualitas layanan dapat mempengaruhi minat menabung. Berdasarkan hal tersebut diatas dan didukung dengan teori-teori serta dilengkapi dengan data dan fakta yang ada, maka identifikasi masalah yang terdapat di CIMB Niaga cabang Bintaro sebagai berikut: (1) Suku Bunga tabungan CIMB Niaga kurang kompetitif.; (2) Produk tabungan CIMB Niaga kurang variatif.; (3) Persyaratan dan prosedur menjadi nasabah tabungan terlalu sulit.; (4) Hadiah tabungan CIMB Niaga untuk nasabah terlalu lama diberikan kepada nasabah.; (5) Hadiah tabungan CIMB Niaga lebih menguntungkan bagi nasabah besar.; (6) Sering terjadi gangguan pada jaringan komunikasi yang berpengaruh pada ATM tidak beroperasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah kualitas produk tabungan berpengaruh terhadap minat menabung kembali di CIMB Niaga?; (2) Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap minat menabung kembali di CIMB Niaga?; (3) Apakah kualitas produk tabungan dan kualitas layanan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat menabung kembali ? Menurut Kotler and Amstrong (2004:283) kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Produk didefinisikan Kotler dan Amstrong (2008) sebagai semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Berikut ini delapan dimensi kualitas produk yang diungkapkan oleh Tjiptono (2000:7), antara lain: (1) Performance
375
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
(Kinerja).; (2) Durability (Daya Tahan).; (3) Conformance to specifications (Kesesuaian Dengan Spesifikasi).; (4) Features (Fitur).; (5) Reliabilty (Reliabilitas).; (6) Aesthetics (Estetika).; (7) Serviceability (Kemampuan).; Perceived Quality (Kesan Kualitas) Dalam hal kualitas layanan, Menurut Kotler (2000:57), pengertian adalah “Quality is the totally of features and characteristic of a product or service that bear on it’s ability stated needs”. Artinya, kualitas merupakan keseluruhan sifat-sifat dan karakter-karakter suatu produk dan jasa, berdasarkan kemampuannya untuk menyatakan kepuasan atau kebutuhan secara tidak langsung. Kesimpulan dari definisi diatas adalah keseluruhan sifat-sifat dan karakter-karakter dari suatu produk yang dibangun atas dua faktor utama yaitu persepsi konsumen atas layanan yang mereka terima dengan layanan yang diharapkan dan merupakan tingkat atau sejauh mana ketidakcocokan antara harapan konsumen dengan layanan yang mereka terima. Menurut Tjiptono (2007), kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan (excellence) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Tingkat kualitas pelayanan jasa tidak dapat diukur berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi dipandang dari sudut pandang penilaian pelanggan. Dalam riset selanjutnya, menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001) terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya: (1) Tangibles (Bukti Fisik).; (2) Reliability (Reliabilitas).; (3) Responsiveness (Daya Tanggap); (4) Assurance (Jaminan).; (5) Emphaty (Empati). Kerangka Pemikiran Dan Hipotesa. Berdasarkan uraian diatas, maka berikut ini merupakan pemikiran yang dipakai dalam penelitian yang menggambarkan Pengaruh Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap Minat Menabung Kembali di CIMB Niaga.
Kualitas Produk (X1) - Performance - Durability - Conformance to Specifications - Features - H1 Reliability - Aesthetics - Serviceability - Perceived Quality
H1 H3 H2
Kualitas Layanan (X2) -
Minat Menabung (Y) -
Pencarian Informasi Kemauan Untuk Memahami Produk Kunjungan ke Bank Trust
Tangibles Reliability Responsiveness Assurance Emphaty
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
376
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Kualitas Produk Tabungan berpengaruh terhadap minat menabung kembali. H2 : Kualitas Layanan berpengaruh terhadap minat menabung kembali. H3 : Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat menabung kembali. Pengaruh Kualitas Produk Tabungan Terhadap Minat Menabung Kembali. CIMB Niaga terus melakukan peningkatan kualitas produk tabungannya dengan berbagai inovasi produk. Peningkatan kualitas layanan yang dilakukan CIMB Niaga tidak serta merta membuat nasabah percaya, mempunyai hubungan emosional dengan bank dan tidak pindah ke bank lain. Penyediaan produk yang berkualitas terbaik merupakan keharusan bagi sebuah bank. Semakin baik kualitas produk yang tawarkan oleh bank maka semakin tinggi pula kepuasan nasabah, sehingga semakin tinggi pula minat menabung kembali Terdapat dimensi kualitas yang umum digunakan dalam mengukur kualitas produk yang berpengaruh terhadap minat menabung, yaitu: (1) Hubungan performance dengan pencarian informasi. Aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut, dalam Tjiptono (2008).; (2) Hubungan Durability dengan kemampuan untuk memahami akan kualitas produk. Aspek fungsional suatu barang yang ditawarkan kepada nasabah merupakan barang yang tahan lama.; (3) Hubungan Conformance to specifications dengan Kemampuan untuk memahami. Karakteristik yang ditampilkan oleh suatu produk dapat memikat nasabah dan produk tersebut diciptakan untuk dapat memahami kebeutuhan nasabahnya tersebut.; (4) Hubungan features dengan keinginan menabung untuk memahami produk. Menurut Tjiptono dan Chandra (2008), karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior pada produk tabungan seperti jika kita menggunakan kartu ATM pada mesin ATM banyak pilihan dan fitur-fitur untuk memilih yang diinginkan.; (5) Hubungan Aesthetics dengan memahami suatu produk. Merupakan daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik kartu ATM tabungan yang menarik, desain buku tabungan yang artistik, warna dan sebagainya.; (6) Hubungan Reliability dengan Kepercayaan nasabah terhadap bank. Meliputi kemampuan kualitas produk tabungan dalam memfasilitasi keinginan nasabah untuk kemudahan yang didapat. (7) Hubungan Serviceability dengan kepercayaan bank (Trust). Meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan bertransaksi serta penanganan keluhan secara memuaskan. Layanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum transaksi, tetapi juga selama proses transaksi hingga selesai bertransaki dengan bank yang mencakup juga layanan online banking.; (8) Hubungan Perceived Quality dengan pencarian informasi. Kualitas produk tabungan yang dihasilkan merupakan sarana pemasaran yang tepat kepada nasabah, dimana nasabah yang tidak mengetahui kualitas produk tabungan dapat memahaminya. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Menabung Kembali. Kualitas layanan berpengaruh terhadap minat menabung, hal ini berarti bahwa semakin baiknya kualitas layanan yang diberikan oleh CIMB Niaga dapat membuat nasabah loyal kepada CIMB Niaga. Nasabah bank hanya akan berurusan dengan bank berdasarkan kepada tingkat
377
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
kebutuhannya, sehingga proses mencari bank dengan layanan terbaik masih terus dilakukan. Bila dikaitkan dengan lima dimensi kualitas layanan milik Parasuraman, CIMB Niaga memiliki fasilitas gedung dan lahan parkir yang memadahi, mampu menyelesaikan transaksi secara tepat, akurat dan cepat, cepat dan tanggap dalam melakukan layanan, jaminan akan keamanan uang, rahasia nasabah dan karyawan bekerja secara profesional, layanan dengan ramah dan selalu menjaga hubungan yang baik dengan nasabah. Hubungan tersebut antara lain: (1) Hubungan Tangible dengan minat menabung dengan mendatangi ke bank. Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang digunakan, serta penampilan pegawainya, menurut Tjiptono (2008).; (2) Hubungan Reliability dengan kepercayaan (Trust) bank. Dalam Tjiptono dan Chandra (2008), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai waktu yang disepakati.; (3) Hubungan Responsiveness dengan kemauan untuk memahami produk yang ditawarkan. Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan/nasabah dana merespons permintaan nasabah, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat (Tjiptono dan Chandra, 2008). Menurut Kotler (2005), kualitas layanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas layanan.; (4) Hubungan Emphati dengan pencarian informasi yang diberikan oleh bank. Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. ; (5) Hubungan Assurance dengan kepercayaan (Trust) dan reputasi bank. Dalam Tjiptono dan Chandra (2008) bahwa jaminan (Assurance) yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para nasabahnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Uji Validitas Variabel X1, X2 dan Y No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
X1 r
hitung
0.949 0.943 0.945 0.944 0.945 0.943 0.943 0.945 0.959 0.962 0.943
X2 r
table
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
r
hitung
0.937 0.928 0.938 0.927 0.926 0.928 0.929 0.937 0.928 0.930 0.939
Y r
table
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
r
hitung
0.949 0.899 0.935 0.904 0.904 0.899 0.897 0.912
r
Validitas table
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
378
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 X1
r
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
X2 r
hitung
0.943 0.949
table
0.195 0.195
r
hitung
0.938 0.938 0.945 0.937 0.926 0.929 0.928 0.927 0.938 0.927 0.928
Y r
hitung
r
table
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
r
Validitas hitung
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 1 di atas dinyatakan uji validitas, dapat digunakan korelasi bivariate pearson atau product moment jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Tabel 2. Uji Reliabilitas Variabel X1, X2 dan Y Nomor
Variabel
Alpha Cronbach`s
Batas Minimum
Realibilitas
1 2 4
X1 X2 Y
0.951 0.935 0.924
0,7 0,7 0,7
Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: data diolah Uji Statistik Alpha Cronbach`s yang tertuang pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel X1 mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,951 dan 0,951 > 0,7 yang berarti nilai 0,951 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk variabel X1 adalah Reliabel. Untuk variabel X2 mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,935 dan 0,935 > 0,7 yang berarti nilai 0,935 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk variabel X2 adalah Reliabel. Sedangkan untuk variabel Y mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,924 dan 0,924 > 0,7 yang berarti nilai 0,924 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk variabel Y adalah Reliabel. Kesimpulan yang didapat adalah hasil uji Validitas untuk variabel X1, X2 dan Y adalah Valid dan hasil uji Realibilitas untuk variabel X1, X2 dan Y adalah Reliabel.
379
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 Tabel 3. Regresivariabel X1, X2 terhadap Y Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
B 1 (Constant) Kualitas Produk Tabungan Kualitas Layanan
-5.022 0.326
Std. Error 1.533 0.085
0.281
0.083
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
0.516
-3.275 3.851
0.001 0
0.456
3.401
0.001
a. Dependent variable : Minat Menabung Sumber: data diolah Dari data yang terdapat pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel kualitas produk tabungan sebesar 3,851. Sedangkan untuk variabel kualitas layanan sebesar 3,401. Nilai t tabel dilihat dari derajat bebas (df) sama dengan jumlah sampel dikurangi 2 (N-2) yaitu 100-2 = 98 dengan signifikansi sebesar 0,05 diperoleh t tabel = 1.99 sehingga didapatkan nilai t hitung > t tabel untuk masing-masing variabel. Nilai signifikansinya masing-masing untuk variabel kualitas produk tabungan dan kualitas layanan adalah 0.000 dan 0.001 < 0,05 sehingga didapatkan untuk variabel kualitas produk tabungan nilai t hitung > nilai t tabel (3,851 > 1,99). Keputusan yang diambil berdasarkan data diatas bahwa nilai t hitung > t tabel (3,851 > 1,99) adalah Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti berdasarkan uji t tersebut diatas maka variabel Kualitas Produk Tabungan (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Minat Menabung Kembali (Y). Sedangkan untuk variabel kulitas layanan nilai t hitung > nilai t tabel (3,401 > 1,99). Keputusan yang diambil berdasarkan data diatas bahwa nilai t hitung > nilai t tabel (3,401 > 1,99) adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang mana hal ini berarti berdasarkan uji t tersebut diatas maka variabel Kualitas Layanan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Minat Menabung Kembali (Y). Hasil Uji Hipotesis yaitu Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan Secara Bersama-sama Berpengaruh Signifikan Terhadap Minat Menabung Kembali. Tabel 4. Korelasi dan Determinasi Model Summaryb Model 1
R .968a
R Square .937
Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate .936 .387 1.271
a. Predictors : (Constant), Kualitas Produk Tabungan, Kualitas Layanan b. Dependent Variable: Minat Menabung Sumber: data diolah Berdasarkan tabel output di atas diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap Minat Menabung sebesar 0,968.
380
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
Nilai ini tergolong dalam kategori pengaruh yang sangat kuat (0,800 – 1,000) dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan maka Minat Menabung Kembali akan semakin baik pula. Sedangkan nilai R square (R2) sebesar 0,937 atau 93,7%, yang berarti variabel Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan menentukan sebesar 93,7% terhadap variabel Minat Menabung Kembali. Tabel 5. Uji F a
ANOVA
Model
Sum of df Mean Square F Squares Regression 217.614 2 108.807 725.566 1 Residual 14.546 97 .150 Total 232.160 99 c. Predictors : (Constant), Kualitas Produk Tabungan, Kualitas Layanan Sumber: data diolah
Sig. .000b
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 725,566. Nilai ini kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftable. Dengan α = 5% diperoleh nilai Ftable sebesar 3,09. Karena F hitung > F table, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa variabel Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Minat Menabung Kembali. Korelasi Dimensi antar Variabel Tabel 6. Matrik Korelasi Dimensi
Variabel
Kualitas Produk (X1)
Dimensi Performance Durability Features Comformance to Specifications Aesthetics Reliability Perceived Quality Serviceability
(Y) Minat Menabung Kemauan untuk Pencarian memahami Informasi produk 0.553 0.520 0.885 0.208 0.862 0.203
Kunjungan ke Bank
Trust
0.720 0.288 0.281
0.288 0.462 0.450
0.872
0.410
0.568
0.910
0.909 0.603 0.959 0.632
0.427 0.142 0.451 0.148
0.591 0.196 0.624 0.206
0.948 0.315 0.500 0.329
Sumber: data diolah Dari hasil data diatas dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama. Pengaruh Perceived Quality terhadap Pencarian Informasi. Dari data diatas diperoleh korelasi yang paling besar ditemukan pada hubungan antara dimensi perceived quality dengan dimensi pencarian informasi dari variabel minat menabung kembali sebesar 0.959.
381
Trisnadi 373 – 383
Variabel
Dimensi
Tangible Kualitas Reliability Layanan Responsiveness (X2) Emphaty Assurance
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013 (Y) Minat Menabung Kemauan Pencarian untuk Informasi memahami produk 0.470 0.110 0.296 0.348 0.296 0.278 0.602 0.142 0.356 0.419
Kunjungan ke Bank
Trust
0.612 0.481 0.385 0.196 0.580
0.980 0.771 0.617 0.314 0.929
Sumber: data diolah Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel minat menabung kembali khususnya dimensi pencarian informasi paling besar dipengaruhi oleh dimensi perceived quality dari variabel kualitas produk tabungan. Dengan demikian maka CIMB Niaga harus memperhatikan dan fokus pada pengembangan karakteristik produk sehingga akan berdampak pada peningkatan jumlah nasabah baru. Kedua. Pengaruh Tangibles terhadap Kepercayaan (Trust) Dari data diatas yang mempunyai korelasi yang paling besar ditemukan pada hubungan antara dimensi tangibles dengan dimensi kepercayaan (trust) dari variabel minat menabung kembali sebesar 0.980. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel minat menabung kembali khususnya dimensi trust dipengaruhi oleh dimensi tangibles dari variabel kualitas layanan. Dengan demikian maka CIMB Niaga harus lebih menjaga reputasi bank dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap CIMB Niaga sebagai bank yang memperhatikan keamanan dan kenyamanan, sehingga akan berdampak pada peningkatan nasabah. PENUTUP Kesimpulan. Dari hasil analisis data terdapat hasil bahwa korelasi antara variabel Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap variabel Minat Menabung Kembali adalah sangat kuat (96.8%). Dengan kondisi seperti ini CIMB Niaga harus benarbenar menjaga Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan dan selalu meningkatkan strategi promosi yang tepat untuk dapat lebih banyak lagi konsumen yang menjadi nasabah CIMB Niaga antara lain: (1) Kualitas produk tabungan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung. Artinya jika produk semakin baik, maka minat menabung kembali semakin meningkat.; (2) Kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung. Artinya, jika keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi semakin baik dan aman, maka minat menabung kembali akan semakin meningkat. Nasabah akan semakin dilindungi pada saat bertransaksi.; (3) Kualitas produk tabungan dan kualitas layanan secara bersama-sama berkontribusi menentukan minat menabung kembali sebesar 93.7%, sedangkan 6.3% ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Saran. Pertama. Karena kualitas produk tabungan berpengaruh secara signifikan terhadap minat menabung kembali, maka sebagai saran untuk mendapatkan perhatian bagi
382
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
manajemen CIMB Niaga pada umumnya adalah penyempurnaan produk yang berinovasi dan bervariatif agar minat menabung kembali, kemudian peningkatan layanan terhadap nasabah dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang.; Kedua.Dalam hal kualitas layanan dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa kepuasan nasabah agar tercipta loyalitas yang menjadikan minat menabung kembali di CIMB Niaga tumbuh. Hal lainnya dalam rekomendasi ini adalah: (a) Peningkatan terhadap kualitas layanan terhadap karyawan lebih dioptimalkan pada program pelatihan, dengan harapan akan adanya peningkatan pada kualitas layanan yang diberikan kepada nasabah dan sesuai dengan harapan nasabah.; (b) Adanya media komunikasi agar nasabah lebih mudah dalam menyampaikan segala kebutuhan atau keluhan yang akan disampaikan. Serta harapan dari nasabah akan adanya penambahan mesin ATM yang dirasa perlu untuk dijadikan pertimbangan agar lebih meningkatkan kepuasan dan keinginan nasabah di CIMB Niaga.; (c) Pihak bank perlu menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi bagi nasabah, agar nasabah tidak merasa jenuh pada saat nasabah menunggu giliran mengantri di bank.; (d) Upaya strategis berikut adalah dengan memberikan kemudahan kepada nasabah dalam mengakses maupun melakukan transaksi. Lebih memperhatikan kebutuhan yang diharapkan nasabah dengan fasilitas dan penambahan fitur yang mudah diakses dan dimengerti oleh nasabah.; (e) Customer Experience menghubungkan Brand, People & Process yang sinergis untuk menghasilkan suatu value proposition yang dirasa sungguh bernilai bagi nasabah/pelanggannya dan sesuatu yang membuatnya berbeda dengan pesaing/kompetitor. Hal seperti inilah yang membuat seseorang menjadi loyal dan ingin terus bertemu dan berhubungan dengan orang atau badan jasa yang telah memberikan kenyamanan, keamanan, rasa dihargai, dihormati dan dipedulikan. Seperti itulah yang dirasakan para nasabah terhadap CIMB Niaga; (f) Sebanyak 6.3% faktor lain yang mempengaruhi harus ditindaklanjuti adalah faktor kemudahan dan keamanan nasabah pada saat parkir kendaraan harus ditingkatkan sampai memasuki area bank, hadiah untuk nasabah agar segera diberikan dengan cepat kepada nasabah dengan memperhatikan kualitas hadiah yang baik, keamanan lingkungan sekitar bank menjadi perhatian khusus agar nasabah nyaman datang ke bank dan tidak berpindah ke bank lain. DAFTAR RUJUKAN Armstrong, G & Kotler, Philip, (2005). Marketing: An Introduction 7th edition, Pearson International Bauman, Chris, Susan Burton, Gregory Elliot, Hugo M. Kehr, (2006). Prediction of Attitude and Behavioural Intentions in Retail Banking, International Journal of Bank Marketing, Vol.25 (2), 2007, pp.102-116 Kotler, (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta __________, (2002). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. __________ , (2003). Marketing Management, 11th ed, Prentice Hall International Edition, Engelwood Clifft, NJ. Kotler, P & Keller, K. L,. (2006). Marketing Management 12 edition, Pearson International
383
Trisnadi 373 – 383
Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
__________ , (2009). Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Lupiyoadi, Rambat, (2006), Manajemen Pemasaran dan Jasa, Salemba Empat, Jakarta. Nugroho J. Setiadi. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Bandung. Santoso, Singgih, (2011). Mastering SPSS Versi 19.00. PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Sarwono, Jonathan, (2006). Analisis Data Penelitian, ANDI Offset, Yogyakarta Schiffmann, G. Leon & Kanuk, Leslie Lazar, (2007). Consumer Behaviour, 7th Edition, Prentice Hall International, PT INDEKS, Jakarta Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12, Alfabeta, Bandung. Surip, Ngadino Diposumarto, (2012). Metodologi Penelitian: Teori dan Terapan, Mitra Wacana Media, Jakarta Swastha, Basu. (2000). Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta Tjiptono dan Chandra, (2003). Service, Quality and Satisfaction; Manajemen Kepuasan Pelanggan, ANDI Offset, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. ANDI Offset. Yogyakarta __________. (2007). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. ANDI Offset. Yogyakarta. __________, (2008). Pemasaran dan Jasa: Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Pelanggan dan Customer Relationship Management, ANDI Offset. Yogyakarta
384