perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA (Penelitian Dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi Oleh : ISNA NUR LAILATUL FAUZIYAH K 1308022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Isna Nur Lailatul Fauziyah
NIM
: K1308022
Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Matematika
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS
X
DALAM
MEMECAHKAN
MASALAH
GEOMETRI
BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA
-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Isna Nur Lailatul Fauziyah
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA (Penelitian Dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh : ISNA NUR LAILATUL FAUZIYAH K 1308022
Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Isna Nur Lailatul Fauziyah. K1308022. CREATIVE THINKING PROCESS X CLASS STUDENTS IN SOLVING THE PROBLEM GEOMETRY BASED ON WALLAS STAGES REVIEWED BY STUDENT ADVERSITY QUOTIENT (AQ) (Research conducted at the High School 1 Surakarta Batik in the Academic Year of 2011/2012). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Desember 2012. The purpose of this study is to investigate the process of creative thinking in X class in solving geometry problems based on Wallas stages reviewed by Adversity Quotient (AQ). This study used a qualitative descriptive method. Subjects were determined through purposive sampling which is based on several criteria, namely: (1) in the category of adversity quotient to be analyzed (climber, camper, quitter) and (2) have good communication skills (based on information from the teacher). Finally, subjects were taken for this research is 1 person for each category of AQ. The techniques of collection the data was done by doing task-based interview. The task in this research is Test of Problem Solving. The data analysis techniques include three activities there are classification, data presentation and conclusion. Data validation was done by time triangulation and perseverance. Based on the results of data analysis, it can be concluded that: (1) Stages of creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the preparation stage, climber understood the given problem in a relatively short time, student was able to convey the information with its own language, (b) In the incubation stage, climber was doing reflection activity, (c) In the illumination stage, student is able to specify the idea, (d) In the verification stage, climber were trying to determine the size by trial and error, the student is able to determine the size fluently, student give up eventhough student did some mistakes in defining the size; (2) Stages of camper creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the preparation stage, student was able to understand the problem well with a relatively short time, student was able to convey the information by its own language, (b) In the incubation stage, camper was doing reflection activities, student was thinking of similar problems are encountered in daily lives, (c) In the illumination stage, student was able to specify an idea and trying to imagine a real problem, (d) In the verification stage, student was trying to determine the size by trial and error in a way student chose one side-size and then determine the other size, student was able to determine the size fluently; (3) Stages of quitter creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the preparation stage, quitter was able to understand the given problem, but student relatively needs more time than students camper and climber, when student passed the information from the problem, quitter still speaks with a language problem, (b) In the incubation stage, quitter was doing
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reflection activities, but in hindsight was not too mean, (c) In the Illumination stage, quitter decide the ideas will be realized from prior knowledge, there are no new ideas, (d) In the verification stage, student was able to determine the size by finding the factors of a given volume, the scheme used during the test of problem solving , student was able to determine the size fluently. Keywords: creative thinking processes, stages of Wallas, adversity quotient, geometry.
vii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Isna Nur Lailatul Fauziyah. K1308022. PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SISWA (Penelitian dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa kelas X dalam memecahkan masalah Geometri berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient(AQ) siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ditentukan melalui purposive sampling dan didasarkan pada beberapa kriteria, yakni : (1) berada pada kategori adversity quotient yang akan diteliti (climber, camper, quitter) dan (2) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (berdasarkan informasi dari guru). Akhirnya subjek yang diambil untuk penelitian ini adalah 1 orang untuk setiap kategori AQ. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas. Tugas dalam penelitian ini adalah Tes Pemecahan Masalah. Teknik analisis data meliputi tiga kegiatan yakni penggolongan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validasi data dilakukan dengan triangulasi waktu dan ketekunan pengamatan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa : (1) Tahapan proses berpikir kreatif siswa climber dalam memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa climber tersebut memahami masalah yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat, siswa mampu menyampaikan informasi yang diperoleh dengan bahasa sendiri, (b) Pada tahap inkubasi, siswa climber melakukan aktivitas merenung, (c) Pada tahap iluminasi, siswa mampu menetapkan ide, (d) Pada tahap verifikasi, siswa climber mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih, siswa tidak berputus asa ketika salah menentukan ukuran; (2) Tahapan proses berpikir kreatif siswa camper dalam memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa camper mampu memahami masalah dengan cukup baik dan dengan waktu yang relatif singkat, siswa mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri, (b) Pada tahap inkubasi, siswa camper melakukan aktivitas merenung siswa memikirkan masalah yang serupa yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari, (c) Pada tahap iluminasi, siswa camper mampu memunculkan idenya dan menetapkan ide, dari masalah yang diberikan, siswa mencoba memberikan ide dengan membayangkan masalah secara nyata, (d) Pada tahap verifikasi, siswa camper mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error dengan cara siswa menentukan satu ukuran terlebih dahulu, kemudian menentukan ukuran sisi lain yang memenuhi, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih; (3) Tahapan proses berpikir kreatif siswa quitter dalam
viii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa quitter mampu memahami masalah yang diberikan, namun dalam memahami masalah siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan siswa camper dan climber, pada saat siswa menyampaikan informasi dari masalah yang disajikan, siswa quitter masih menyampaikannya dengan bahasa soal, (b) Pada tahap inkubasi, siswa quitter melakukan aktivitas merenung, namun dalam perenungannya tidak terlalu berarti, (c) Pada tahap iluminasi, siswa quitter memutuskan ide yang akan direalisasikan berasal dari pengetahuan sebelumnya, tidak ada ide baru, (d) Pada tahap verifikasi, siswa quitter mampu menentukan ukuran bangun ruang yang dibuat dengan cara mencari faktor dari volume yang diberikan, skema tersebut digunakan pada saat mengerjakan Tes Pemecahan Masalah, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Kata kunci : proses berpikir kreatif, tahapan wallas, adversity quotient, geometri.
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO:
"
." (Surah At-Taubah ayat 129)
#keep in faith and do it sincerely #
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Allah SWT tujuan dan alasan hidup ku Rasulullah Muhammad SAW yang kuharapkan memberi syafaat untukku kelak Papa dan Mama yang selalu kuharapkan restunya Mas Eka terima kasih telah menjaga dan melindungiku Mbak Nik, terima kasih atas kasih sayangmu. Alm nenek ku Siti Maryugi yang mendorong dan mengharapkan aku untuk menjadi seorang guru Orang-orang yang telah mencintaiku dengan tulus dan yang membenciku. Teman-teman P.Matematika (especially to Intan, Dewi, Thea, Wijaya)
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X dalam Memecahkan Soal Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) Siswa Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, yakni : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan banyak waktu, bimbingan, saran, dukungan dan kemudahan kepada penulis. 4. Henni Ekana Ch., S.Si, M.Pd., Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan banyak waktu, pengalaman, bimbingan, saran, dukungan kepada penulis. 5. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dan dukungannya dan kemudahan bagi penulis. 6. Drs. Literzet Sobri,M.Pd, Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
xii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Ibu Nur Afifah S.,S.Pd Guru matematika SMA Batik 1 Surakarta yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan kepada penulis selama penulis melakukan penelitian. 8. Seluruh siswa kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta, terimakasih banyak atas kerjasama selama penelitian. 9. Dewi, Intan, Thea, Yayah, Miftah, Wijaya, Doni yang telah membantu, berbagi ilmu dan memberikan semangat kepada penulis selama ini. 10. Papa, mama dan mas Eka kepada penulis. 11.
8 kakak tingkat dan adik tingkat atas segala dukungan serta suka duka selama kuliah.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Januari 2013 Penulis
Isna Nur Lailatul Fauziyah NIM. K1308022
xiii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN.........................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK...............................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................
xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
xii
DAFTAR ISI .................................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ........
xviii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ ........
xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian.................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................
6
D. Batasan Istilah..... .....................................................................................
6
E. Manfaat Penelitian....................................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................
8
xiv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Matematika.................................................................................
8
2. Pemecahan Masalah.............................................................................
9
a. Pengertian Masalah..........................................................................
9
b. Pemecahan Masalah.........................................................................
9
3. Berpikir................................................................................................. a. Pengertian Berpikir.............
.......
10 10
b. Pengertian Berpikir Kreatif.............................................................
13
c. Tahap Proses Berpikir Kreatif Wallas.............................................
15
d. Aktivitas Mental yang Membantu Kreativitas.................................
16
4. Adversity Quotient (AQ)........................................................................
16
5. Bangun Ruang........................................................................................
19
B. Penelitian yang Relevan.................................................................................
23
C. Kerangka Konseptual.................................................................................
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................................
28
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................
28
1. Tempat Penelitian................................................................................
28
2. Waktu Penelitian..................................................................................
28
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.................................................................
29
C. Sumber Data.............................................................................................
29
D. Subjek Penelitian.......................................................................................
30
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................
32
1.
32
2. Metode Tes...........................................................................................
32
3. Metode Wawancara..............................................................................
32
xv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Instrumen Penelitian.................................................................................
33
1. Instrumen Bantu Penelitian(Instrumen Tes)..........................................
34
2. Instrumen Bantu Penelitian(Instrumen Wawancara).............................
35
3. Angket Adversity Quotient....................................................................
36
G. Validitas Data............................................................................................
40
H. Teknik Analisis Data.................................................................................
41
I.
41
Prosedur Penelitian....................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................................
44
A.
Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian......................................................
44
B.
Hasil Penelitian....................................................................................
45
1. Paparan dan Analisis Data.....................................................................
48
C.
a. Analisis Data Subjek Kategori Climber.............................................
48
b. Analisis Data Subjek Kategori Camper.............................................
65
c. Analisis Data Subjek Kategori Quitter..............................................
80
2. Tabel Ringkasan Proses Berpikir Kreatif Siswa....................................
95
Pembahasan..............................................................................................
99
1. Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Climber............................................
98
2. Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Camper............................................
100
3. Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Quitter.............................................
101
4. Perbandingan Setiap Tahapan Ketiga Siswa................................................
103
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................................
105
A. Simpulan ..................................................................................................
105
B. Implikasi....................................................................................................
106
1. Implikasi Teoritis................................................................................
xvi commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis....................................................................................
107
C. Saran .........................................................................................................
107
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
109
LAMPIRAN ...................................................................................................................
111
xvii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Indikator Tahapan Proses Berpikir Kreatif Oleh Wallas................................................................................................
15
Tabel 2.2. Kerangka Kerja Siswa Dalam Melakukan Tahapan Proses Berpikir
26
Kreatif................................................. Tabel 3.1. Hasil Analisis Butir Angket Adversity Quotient (AQ)........................
39
Tabel 4.1 Tahap Persiapan Proses Berpikir Kreatif Siswa .................................
96
Tabel 4.2. Tahap Inkubasi Proses Berpikir Kreatif Siswa ...................................
96
Tabel 4.3. Tahap Iluminasi Proses Berpikir Kreatif Siswa ..................................
97
Tabel 4.4. Tahap Verifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa
98
xviii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Sebaran Data Adversity Quotient Siswa Kelas X-5 SMA Batik 1
31
Surakarta................................................................................................... Gambar 3.2 : Skema Prosedur Penelitian................................................................
xix commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket Adversity Quotient.................................................
112
Lampiran 2 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah 1.................................................
113
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah 2.................................................
117
Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Adversity Quotient.....................................
121
Lampiran 5.a Lembar Validasi Tes Pemecahan Masalah......................................
136
Lampiran 5.b Lembar Validasi Kesetaraan Tes Pemecahan Masalah...................
142 145
Lampiran 7.a Angket AQ (uji coba)......................................................................
151
Lampiran 7.b Angket AQ......................................................................................
156
Lampiran 8.a Soal Tes Pemecahan Masalah 1.......................................................
160
Lampiran 8.a Soal Tes Pemecahan Masalah 2.......................................................
161
..
162
Lampiran 9 Skor uji coba Angket AQ...................................................................
164
Lampiran 10.a Tabel Indeks Konsistensi Internal Butir Angket..........................
168
Lampiran 10.b Analisis Reliabilitas Butir Angket AQ..........................................
170
Lampiran 11 Skor AQ Siswa Kelas X-5 SMA Batik 1 Surakarta.........................
171
Lampiran 12.a Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah I siswa Quitter...............
172
Lampiran 12.b Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah II siswa Quitter..............
174
Lampiran 13.a Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah I siswa Camper.............
176
Lampiran 13.b Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah II siswa Camper............
179
xx commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 14.a Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah I siswa Climber..............
181
Lampiran 14.b Lembar Jawab Tes Pemecahan Masalah II siswa Climber............
184
Lampiran 15. Catatan Pengamatan Aktivitas Siswa pada Tahap Inkubasi............
186
Lampiran 16.a Kutipan Wawancara TPM I Siswa Quitter....................................
187
Lampiran 16.b Kutipan Wawancara TPM II Siswa Quitter..................................
196
Lampiran 17.a Kutipan Wawancara TPM I Siswa Camper..................................
200
Lampiran 17.b Kutipan Wawancara TPM II Siswa Camper................................
207
Lampiran 18.a Kutipan Wawancara TPM I Siswa Climber..................................
215
Lampiran 18.b Kutipan Wawancara TPM II Siswa Climber................................
220
Lampiran 19 Surat Permohonan Menyusun Skripsi...............................................
223
Lampiran 20 Surat Keputusan Dekan FKIP...........................................................
224
Lampiran 21 Surat Ijin ke Instansi Tempat Penelitian..........................................
225
Lampiran 22 Surat Keterangan dari Tempat Penelitian.........................................
226
xxi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini para ahli dan pemerhati pendidikan secara intensif mencurahkan perhatiannya dalam upaya mengembangkan konsep keberbakatan, yang diyakini terbentuk dari tiga komponen, yaitu: keunggulan intelektual, keterikatan pada tugas (motivasi), dan kreativitas. Upaya pengembangan konsep tersebut telah mewarnai arah perbaikan dan kebijakan pendidikan Nasional. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kreativitas sering kali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, di mana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, walaupun memang dalam
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
kenyataannya terlihat bahwa orang-orang tertentu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam. Namun demikian, sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan
gagasan baru
dan orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai berpikir dan berpikir kreatif. Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan pemecahan, yang kemudian menjadi masalah adalah bahwa hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena itu berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian-kejadian yang tidak sedang berlangsung. Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir di mana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi. Adapun berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal. Sebenarnya dalam menghadapi masalah kita membutuhkan kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir logis-analitis dan berpikir kreatif. Berpikir logisanalitis sering disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir ini cenderung menyempit dan menuju ke jawaban tunggal. Sementara itu berpikir kreatif sering disebut sebagai berpikir divergen, karena di sini pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru. Proses berpikir kreatif merupakan gambaran nyata dalam menjelaskan bagaimana kreativitas terjadi. Dalam berpikir kreatif proses yang terjadi ternyata melalui beberapa tahapan tertentu. Proses berpikir kreatif dapat dilihat dari perspektif Teori Wallas. Wallas dalam bukun
The Art of Thought
(New
World Enclycopedia, Graham _Wallas.htm) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap
yaitu, Preparasi (mengumpulkan informasi yang relevan),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Inkubasi (istirahat sebentar untuk mengendapkan masalah dan informasi yang diperoleh), Iluminasi (mendapat ilham), Verifikasi (menguji dan menilai gagasan yang diperoleh). Pada tahap pertama seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya. Pada tahap kedua, seseorang seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru dari daerah pra sadar. Pada tahap ketiga, seseorang mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap terakhir adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Pada tahap verifikasi ini seseorang setelah melakukan berpikir kreatif maka harus diikuti dengan berpikir kritis. Matematika sangat berkaitan erat dengan masalah. Sebagian besar ahli Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, tetapi mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan
otomatis
akan
menyatakan bahwa :
menjadi
masalah.
Cooney et.all.
(1975:245)
estion to be a problem, it must present a
challenge that can not be resolved by some routin procedure known to the student. pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin (routin procedure) yang sudah diketahui si pemecah masalah. Dengan demikian termuatnya tantangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada suatu pertanyaan yang diberikan kepada siswa akan menentukan terkategorikan tidaknya suatu pertanyaan menjadi masalah atau hanya suatu pertanyaan biasa. Karena dapat terjadi bahwa suatu masalah bagi seorang siswa akan menjadi pertanyaan bagi siswa lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk
menyelesaikannya.
commit to user
Oleh
karena itu,
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
memecahkan suatu masalah diperlukan waktu relatif lebih lama daripada proses pemecahan masalah rutin biasa. Pemecahan masalah diajarkan dan secara eksplisit menjadi tujuan pembelajaran matematika dan tertuang dalam kurikulum matematika. Hal tersebut menurut Pehkonen (1997), karena pemecahan masalah memiliki manfaat, yaitu: (1) mengembangkan keterampilan kognitif secara umum, (2) mendorong kreativitas, (3) pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi matematika, dan (4) memotivasi siswa untuk belajar matematika. Berdasar penjelasan tersebut, maka pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk mendorong kreativitas sebagai produk berpikir kreatif siswa. Adversity Quotient(AQ) adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan (Stoltz, 2000:8-9). Stoltz mengelompokkan orang dalam 3 kategori AQ, yaitu: quitter(AQ rendah), camper(AQ sedang), dan climber(AQ tinggi). Quitters merupakan kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk menerima tantangan dalam hidupnya. Campers merupakan kelompok orang yang sudah memiliki kemauan untuk berusaha menghadapi masalah dan tantangan yang ada, namun mereka berhenti karena merasa sudah tidak mampu lagi. Sedangkan Climbers merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan untuk berjuang menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang, baik itu dapat berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal
hal lain yang terus didapat
setiap harinya. Misalnya dalam menghadapi soal matematika yang tidak biasa dikerjakan, siswa quitter cenderung menghindar tidak mau mencobanya karena merasa tidak akan mampu menyelesaikannya. Siswa camper akan cenderung mencoba
mengerjakannya
tapi
ketika
tampak
rumit
maka
dia
pun
meninggalkannya, sedangkan siswa climber akan berusaha keras untuk menyelesaikan soal tersebut. Menurut Sudarman (2007:1)) siswa yang mempunyai AQ tinggi(siswa climber) memiliki motivasi dan prestasi belajar tinggi. Inovasi pada pokoknya merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan. Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat menjadi ada. Menurut futuris Joel Barker, kreativitas juga muncul dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal
hal yang tidak pasti (Stoltz.2000:94).
Mengingat setiap siswa memiliki kemampuan mengatasi kesulitan yang berbeda, tentu hal ini memberikan dampak yang berbeda ketika siswa menyelesaikan masalah matematika. Ada yang hanya mau mengerjakan soal seperti yang dicontohkan, ada pula yang hanya mau dalam perhitungan saja. Kebiasaan dalam pembelajaran di SMA Batik 1 Surakarta di mana siswa terbiasa menyelesaikan masalah yang hanya menuntut mereka untuk berpikir secara konvergen sehingga mereka tidak terbiasa berhadapan dengan permasalahan yang menuntut mereka berpikir meluas. Padahal dalam kehidupan, permasalahan hidup tidak selalu mengerucut pada satu jawaban saja. Diperlukan juga kreativitas individu
individu. Ditambah lagi, pemerintah menuntut pendidikan Indonesia
agar mencetak generasi yang bermental wirausaha seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng dalam sambutannya memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kreatif siswa Sekolah Menengah Atas dalam memecahkan masalah Geometri berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient-nya.
B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana proses berpikir kreatif oleh Wallas (tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi) siswa kelas X dalam menyelesaikan masalah materi Geometri ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Pertanyaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana proses berpikir kreatif siswa climber? 2. Bagaimana proses berpikir kreatif siswa camper? 3. Bagaimana proses berpikir kreatif siswa quitter?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa kelas X
dalam
memecahkan masalah Geometri berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient(AQ) siswa. D. Batasan Istilah Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda, maka didefinisikan beberapa istilah berikut. 1.
Berpikir adalah proses mental yang berusaha memecahkan permasalahan, membuat keputusan dan membuat diri sendiri mengerti.
2.
Berpikir kreatif adalah suatu proses mental yang digunakan seseorang untuk memunculkan suatu ide secara fasih, fleksibel dan baru. Ide dalam pengertian di sini adalah ide dalam memecahkan masalah matematika.
3.
Proses berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah proses berpikir yang meliputi tahap persiapan (menemukan masalah), inkubasi (melepaskan diri dari masalah, taking a break), iluminasi (menemukan ide), dan verifikasi (pembuktian ide) untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang baru(novelty) secara fasih (fluency) dan fleksibel.
4.
Masalah matematika dalam penelitian ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan bangun ruang, di mana siswa dibebaskan untuk memberikan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan.
5.
Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman jawaban yang dibuat siswa dengan benar (minimal siswa memberikan dua jawaban yang tidak sama dalam memecahkan masalah dengan catatan jawaban yang diberikan benar).
6.
Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda (minimal memberikan dua ide penyelesaian yang berbeda dalam memecahkan masalah dengan catatan ide yang diberikan benar). Berbeda dalam hal ini adalah konsep matematika yang digunakan tidak sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
7.
Kebaruan (novelty) dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai bena
(siswa)
pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
E. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan matematika. Manfaat yang diharapkan antara lain : 1. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika Sekolah Menengah Atas dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. 2. Bagi siswa Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah demi menghadapi tantangan masa depan. 3. Bagi pembaca Untuk menjadi referensi, bahan pertimbangan, acuan bagi penelitian sejenis. 4. Bagi peneliti Memberikan
pengalaman
penelitian
yang
pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran.
commit to user
dapat
menjadi
bahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa, -bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah
Purwoto (2003: 12pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
Sedangkan Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut: a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. (R. Soedjadi, 2000: 11) Matematika memiliki daya abstraksi yang begitu tajam terhadap berbagai permasalahan,
sehingga
wajar
bahwa
matematika
mampu
membantu
perkembangan bidang-bidang ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam. Tidak terdpat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati. Walaupun demikian, setelah mendalami masing-masing definisi yang berbeda, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
matematika secara umum. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.
2.
Pemecahan Masalah
a. Pengertian Masalah Masalah yang dalam bahasa Inggris disebut problem adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Umumnya masalah disadari "ada" saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang ia inginkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah) Cooney dalam Shadiq (2009:4) menyatakan bahwa: be a problem, it must present a challenge that can not be resolved by some routin procedure known to the student pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui orang yang memecahkan masalah. Ini berarti tidak semua per
diberikan kepada siswa akan menentukan terkategorikan tidaknya suatu
b. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah masalah
sebagai
tantangan
secara sederhana adalah proses penerimaan untuk
memecahkannya.
Cooney
dalam
Shadiq(2009) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah proses penerimaan masalah dan berusaha menyelesaikannya. Dengan demikian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pemecahan masalah dapat diartikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Dalam pemecahan masalah bukan hanya menggunakan dan mengaplikasikan konsep, definisi, teorema-teorema yang telah dipelajari tetapi memerlukan aspek-aspek lain seperti penalaran, analisis, dan sintesa. Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya. Jadi memecahkan masalah adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mencari penyelesaian masalah dengan bekal ilmu yang telah dipelajari sebelumnya.
3.
Berpikir
a. Pengertian Berpikir Menurut John W. Santrok (2007: 294) melibatkan memanipulasi dan transformasi informasi dalam memori yang ta dapat berpikir secara konkret atau secara abstrak. Kita juga dapat berpikir tentang masa lampau (apa yang terjadi pada kita 1 bulan yang lalu) dan tentang masa depan (seperti apa hidup kita pada tahun 2020). Kita dapat berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi, mengevaluasi ide ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan. Othman (Sabar Thinking is any mental activity that helps formulate or solve a problem, make a decision, or fulfill Cotton (dalam jurnal Sabar Nurohman, 2008) m
Thinking Skills The
processes. These skills consist of knowledge, and cognitive and metacognitive Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita. Hubungan-hubungan itu adalah : 1) Hubungan sebab akibat 2) Hubungan tempat 3) Hubungan perbandingan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
4) Hubungan waktu Proses-proses yang dilalui dalam berpikir antara lain : 1) Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan, sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis pada masalah itu. Yang harus diingat dalam pembentukan pengertian adalah pengertian itu mempunyai isi yang tepat, kalau perlu pembentukan pengertian itu harus dibantu dengan hal-hal yang nyata. Pengertian itu sendiri adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan pandangan yang konkret dari kenyataan-kenyataan. Pembentukan pendapat: artinya pikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa pengertian, yang menjadi tanda khas dari masalah itu. Ada dua macam pendapat: a) Pendapat yang positif ialah pendapat yang menggabungkan. Misalnya anak laki-laki, anak pak Mamat yang pincang yang sekarang kelas V SD, yang nakal sekali adalah Nino. b) Pendapat yang negatif ialah pendapat yang menceraikan. Misalnya Nino yang anak pak Mamat yang pincang sekarang duduk di kelas V SD adalah anak nakal sekali. 2) Pembentukan keputusan: artinya pikiran kita menggabungkan pendapatpendapat tersebut. Menurut terjadinya, ada 3 macam keputusan, yaitu : a) Keputusan dari pengalaman-pengalaman b) Keputusan dari tanggapan-tanggapan c) Keputusan dari pengertian-pengertian 3) Pembentukan kesimpulan: artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain. Menurut terjadinya ada 3 macam kesimpulan, yaitu : a) Kesimpulan Induksi adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusankeputusan yang khusus untuk mendapatkan yang umum. Misalnya besi kalau dipanaskan memuai, loyang kalau dipanaskan memuai, tembaga kalau
dipanaskan
memuai.
Kesimpulannya:
dipanaskan memuai.
commit to user
Semua
logam
kalau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b) Kesimpulan Deduksi ialah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan yang khusus. Misalnya semua manusia pasti mati, Karrta manusia, Kartta mesti mati. c) Kesimpulan Analogi ialah kesimpulan yang sama. Sebab analogi dari kata an (=tidak) dan a (=tidak) dan logi (=benar). Jadi analogi berarti benar, atau sama. Artinya kesimpulan analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain, yang telah kita kenal. Tetapi karena biasanya pengenalan kita kepada situasi pembanding ini kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya juga kurang benar. (Agus Sujanto, 2001: 56)
b. Pengertian Berpikir Kreatif Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencobacoba, berpetualang, suka bermain-main serta intuitif. Dalam masyarakat kita, kita cenderung memandang orang-orang tertentu seperti seniman, ilmuwan, atau penemu, sebagai orang-orang misterius hanya karena mereka itu kreatif. Walaupun demikian, kita semua mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikirpemikir yang kreatif dan pemecah masalah. Yang diperlukan adalah pikiran yang penuh rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil risiko dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil. (Edmund Bachman, 2005) Pehkonen (Tatag Yuli Eko Siswono, 2006) mengemukakan bahwa suatu kombinasi dari berpikir logis dan
Menurut Amb untuk menyelesaikan permasalahan, membuat penyelesaian, mengungkapkan ide baru dan penyelesaian yang komunikatif. Maite Garaigordobil dan Laura Berrueco (2011) melakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh program bermain terhadap kekreatifan anak. Program tersebut mencakup 75 menit waktu bermain anak dalam seminggu waktu sekolah anak. Dalam penelitiannya Maite Garaigordobi dan Laura Berrueco menggunakan dua instrumen yaitu The Torrance Test Of
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Creatifity (TTTC) dan Behaviours and Traits of Creative Personality Scale. Hasil penelitian menunjukan bahwa program tersebut secara signifikan meningkatkan kreatifitas anak. erpikir kreatif adalah merupakan suatu proses mental yang digunakan seseorang untuk
dalam pe Silver (dalam Tatag Yuli Eko Siswono, 2006) menjelaskan
bahwa
Untuk menilai berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila respon perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Sedangkan keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan. Jadi indikator atau komponen berpikir itu dapat meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Balka (dalam Tatag Yuli Eko Siswono, 2006) mengungkapkan gagasan lain mengenai aspek berpikir kreatif
efasihan mengacu pada banyaknya
masalah yang diajukan, fleksibilitas mengacu pada banyaknya kategori-kategori berbeda dari masalah yang dibuat dan keaslian melihat bagaimana keluarbiasaan (berbeda dari kebiasaan) sebuah respon da Dengan demikian kegiatan pengajuan dan pemecahan masalah yang meninjau kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dapat digunakan sebagai sarana untuk menilai kreativitas sebagai produk berpikir kreatif individu . Dalam kajian ini ketiga komponen itu diartikan sebagai: 1)
Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman
(bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar, sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dalam pengajuan masalah mengacu pada banyaknya atau keberagaman masalah yang diajukan siswa sekaligus penyelesaiannya dengan benar. Dua jawaban yang beragam belum tentu berbeda. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam tetapi tidak berbeda bila jawaban-jawaban itu tidak sama satu dengan yang lain, tetapi tampak didasarkan pada suatu pola atau urutan tertentu. Misalkan jawaban suatu masalah didasarkan pada bentuk aljabar 2y. Bila siswa semula menjawab 2 (karena y = 1), kemudian 4 (karena y = 2), berikutnya 6 (karena y = 3), maka jawaban siswa ini beragam tetapi tidak berbeda. Bila siswa semula menjawab 2 (karena y = 1), kemudian 5 (karena y = 2,5), berikutnya 1 (karena y = ½ ), maka jawaban siswa ini beragam sekaligus berbeda. Jawaban tersebut beragam karena jawaban satu dengan yang lain tidak sama, sedang jawaban itu berbeda karena pilihan nilai-nilai y tidak didasarkan pada urutan atau pola tertentu. Dalam pengajuan masalah, suatu masalah merupakan ragam dari masalah sebelumnya bila masalah itu hanya mengubah nama subjek tetapi isi atau konsep atau konteks yang digunakan sama. Dua masalah yang diajukan berbeda bila konsep matematika atau konteks yang digunakan berbeda. 2)
Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa
memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Sedang fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa mengajukan masalah yang mempunyai cara penyelesaian berbeda-beda. 3)
Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa
menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa mengajukan suatu masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya. Peneliti menyimpulkan
proses berpikir kreatif adalah proses berpikir
yang meliputi tahap persiapan (menemukan masalah), inkubasi (melepaskan diri dari masalah, taking a break), iluminasi (menemukan ide), dan verifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
(pembuktian ide) untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang baru(novelty) secara fasih (fluency) dan fleksibel.
c. Tahap Proses Berpikir Kreatif Wallas Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif. Untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa, pedoman yang digunakan adalah proses kreatif yang dikembangkan oleh Wallas (Munandar,2002:59) karena merupakan salah satu teori yang paling umum dipakai untuk mengetahui proses berpikir kreatif dari para penemu maupun pekerja seni yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap seperti pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Indikator Tahapan Proses Berpikir Kreatif Oleh Wallas Tahapan Proses Berpikir Kreatif 1. Tahap Persiapan
Indikator Pengumpulan
informasi
/
data
untuk
memecahkan masalah. Bekal pengetahuan
pengalaman, menja-jagi
kemungkinan penyelesaian masalah. Belum ada arah tertentu / tetap tetapi alam pikiran mengeksplorasi bermacam alternatif. 2. Tahap Inkubasi
Melepaskan diri sementara dari masalah. Tidak
memikirkan
secara
sadar
tetapi
-sadar. Penting untuk mencari inspirasi. 3. Tahap Iluminasi
Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4. Tahap Verifikasi
Ide atau kreasi baru diuji. Diuji terhadap realitas, muncul pemikiran kritis. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif atau sengaja. Akseptasi total harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati hati. (Munandar,1983 )
d. Aktivitas Mental yang Membantu Kreativitas. Berpikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti : 1) Mengajukan pertanyaan 2) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka. 3) Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal 4) Menghubungkan
hal yang berbeda.
hubungkan berbagai hal dengan bebas.
5) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. 6) Mendengarkan intuisi. (Edmund Bachman, 2005)
4.
Adversity Quotient(AQ) Stoltz(2000:8) menjelaskan suatu kecerdasan baru, yakni kecerdasan
menghadapi kesulitan dan bagaimana meningkatkan kecerdasan baru tersebut. Kecerdasan baru dimaksud berawal dari hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan selama 19 tahun, mengkaji lebih dari 500 referensi dari tiga cabang ilmu pengetahuan, yakni psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neurofisiologi, dan menerapkan hasil penelitian dan pengkajiannya selama 10 tahun di seluruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dunia dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa terdapat satu kecerdasan baru yang selama ini tidak terungkap dibutuhkan dan menentukan kesuksesan seseorang, yakni kecerdasan menghadapi kesulitan yang selanjutnya disebut Adversity Quotient (AQ). Stoltz mengelompokkan orang dalam 3 kategori AQ, yaitu: quitter(AQ rendah), camper(AQ sedang), dan climber(AQ tinggi). Quitters merupakan kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk menerima tantangan dalam hidupnya. Campers merupakan kelompok orang yang sudah memiliki kemauan untuk berusaha menghadapi masalah dan tantangan yang ada, namun mereka berhenti karena merasa sudah tidak mampu lagi. Sedangkan Climbers merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan untuk berjuang menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang, baik itu dapat berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal
hal lain.
Dalam penelitian ini, siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: quitter, camper, dan climber. Kategori tersebut berurutan mulai dari siswa berAQ rendah hingga siswa ber-AQ tinggi, yakni: quitter, camper, dan climber. Quitter masalah dan menolak kesempatan untuk bisa berhasil belajar matematika. Camper
matematika tetapi tidak mau berusaha keras lagi, siswa camper sudah cukup puas dengan bisa memahami matematika. Sedangkan siswa climber
selalu berusaha keras dalam belajar maupun memecahkan persoalan matematika. AQ terdiri dari empat dimensi, yakni CO2RE. CO 2RE adalah akronim dari control, origin dan ownership, reach, serta endurance. Dalam Adversity Quotient, control dalam mengelola situasi yang menimbulkan kesulitan. O2 merupakan akronim dari origin (asal usul) dan ownership atau apa yang menjadi asal usul kesulitan?. Dan sampai sejauh manakah saya mengakui akibat
Origin
commit to user
berkaitan
-AQ rendah melihat dirinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
sendiri sebagai satu
satunya penyebab atau asal
usul (origin) kesulitan
tersebut. Walaupun memang mempersalahkan diri sendiri adalah penting, tapi hendaknya hanya sampai pada tahap tertentu saja. Rasa bersalah yang terlalu berlebihan dan melupakan peran orang lain dalam menimbulkan kesulitan tersebut justru dapat menimbulkan hal yang lebih buruk. Jauh lebih penting ketika seorang bersedia mengakui akibat
akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan turut
bertanggung jawab atas akibat kesulitan tersebut. Dalam AQ, inilah yang dinamakan dimensi ownership. Dimensi ketiga dari AQ adalah reach atau
bagian kemungkinan besar akan menganggap situasi buruk sebagai bencana yang akan membiarkannya meluas dalam aspek kehidupannya. Sebaliknya, semakin tinggi AQ seseorang, semakin efektif pula orang tersebut membatasi jangkauan kesulitan agar tidak merambah jauh dalam aspek kehidupannya. Dimensi terakhir dari AQ adalah endurance
kemungkinannya
dua hal, yakni
menganggap
berlangsung lama bahkan selama
kesulitan
atau
penyebab
kesulitan
akan
lamanya. Sebaliknya, orang dengan AQ tinggi
menganggap kesulitan dan penyebab
penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat
sementara dan kecil kemungkinannya terjadi lagi. Stoltz(2000:119) menyebutkan bahwa untuk mengetahui AQ seseorang dapat digunakan Adversity Response Profile (ARP). Namun ARP cenderung ditujukan untuk subjek para pegawai (mereka yang telah bekerja), sehingga peneliti menyusun angket AQ dengan tetap berpedoman pada ARP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
5.
Bangun Ruang
a. Prisma 1) Definisi Prisma Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang konkuren dan sejajar
atau jajargenjang-jajargenjang
yang dua sisi berhadapan masing-masing berimpit dengan sisi-sisi dua segibanyak itu, sedangkan dua sisi berhadapan yanglain berimpit dengan sisi sisi jajargenjang yang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh prisma seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3.a
Gambar 2.3.b
Gambar 2.3 gambar bangun prisma. Gambar 2.3.a prisma dengan Prisma diberi nama berdasarkan pada bidang alas alas segitiga dan Gambar 2.3.b prismabentuk dengansegi-n alas segi-6 Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas atau bidang atasnya. Rusuk
rusuk pada prisma yang tegak lurus dengan
alas maupun bidang atas, sehingga prisma tersebut disebut prisma tegak Volume prisma Volume prisma = luas alas prisma x tinggi
2) Paralellepipedum adalah prisma yang alasnya berupa jajar genjang 3) Paralellepipedum tegak adalah paralellepipedum yang rusuk-rusuk tegaknya berdiri tegak lurus pada bidang alas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4) Paralellepipedum siku-siku adalah Paralellepipedum tegak yang bidang alasnya berupa persegi panjang.Balok adalah bangun yang dibatasi oleh enam persegi panjang. Paralellepipedum siku-siku disebut juga balok. Volume balok Balok ABCD.EFGH di bawah mempunyai panjang =p, lebar= l , dan tinggi = t. Gambar balok dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1
t l
p
Gambar 2.1 balok Volume balok = p x l x t Oleh karena p x l merupakan luas alas, maka volume balok dapat dinyatakan sebagai berikut. Volume balok = luas alas x tinggi 5) Pareallelepipedum siku-siku yang semua rusuknya sama panjang disebut kubus. Volume kubus Kubus ABCD.EFGH di bawah ini mempunyai panjang rusuk a seperti pada Gambar 2.2
a
Gambar 2.2 kubus Volume kubus dengan panjang= a adalah: V= luas alas x t=( a x a) x a= a3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
b. Limas 1) Definisi limas Limas adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh suatu segibanyakdan segitiga-segitiga yang puncak berimpit atau sama dan alasalas segitiga itu berimpit dengan sisi-sisi segibanyak. Segibanyak itu disebut alas limas dan segitiga-segitiga itu disebut sisi tegak limas. Limas diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alasnya. Gambar limas dapat dilihat seperti pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 limas segi-5
2) Volume limas Volume limas = luas alas limas x tinggi
c. Tabung 1) Definisi silinder Silinder adalah permukaan benda yang terbentuk dari suatu garis lurus (l) yang bergerak sedemikian sehingga selalu sejajar dengan garis tertentu dan selalu memotong kurva k. kurva k disebut garis lengkung silinder, garis g disebut garis arah silinder, garis-garis l disebut garis pelukis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Selanjutnya jika kurva k berupa lingkaran maka disebut silinder lingkaran. Sedangkan jika garis l tegak lurus dengan garis lengkung k maka disebut silinder lingkaran tegak. Silinder lingkaran tegak disebut tabung. 2) Volume tabung
2.
Volume tabung =Luas alas x tinggi =
Dengan r = jari-jari lingkaran t = tinggi tabung.
d. Kerucut 1) Definisi kerucut Bidang kerucut adalah permukaan benda yang terbentuk oleh garisgaris (g) yang bergerak sedemikian hingga selalu melalui suatu titik tertentu (T) dan selalu memotong kurva (k) dimana titik tertentu itu tidak terletak pada bidang pemuat kurva. Titik T disebut puncak, garis k disebut garis pelukis, dan kurva k disebut garis lengkung arah kerucut. Jika k berupa lingkaran, dan jika proyeksi T pada k berimpit dengan pusat linkaran maka disebut kerucut lingkaran tegak.
T
k
2) Volume kerucut
1 3 1 . =3 2
g
Volume kerucut = luas alas x tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
e. Bola 1) Definisi bola Bidang bola adalah permukaan tertutup sehingga setiap titik pada permukaannya memiliki jarak yang sama dari titik tertentu. Titik tertentu dinamakan titik pusat bola atau sering disingkat pusat bola.
r
2) Volume bola Volume bola =
4 33
Dengan r= jari-jari bola
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Tatag Yuli Eko Siswono. Tatag Yuli Eko Siswono melakukan penelitian untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa kelas VII dalam pengajuan masalah(problem posing). Dalam tulisan tersebut akan memberikan gambaran tentang kreativitas siswa di kelas I SMP (dalam hal ini SMP Negeri 4 dan SMP Negeri 26 Surabaya) dalam mengajukan masalah yang berpandu dengan model Wallas maupun Creative Problem solving (CPS), proses berpikir kreatif siswa ketika mengajukan masalah matematika, dan tingkat berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika. Penjelasan tersebut didasarkan pada hasil penelitian kualitatif yang telah dilakukan dengan cara pemberian tugas pengajuan masalah (TPM) dan wawancara. Analisis data dari hasil TPM dilakukan dengan mengidentifikasi soal matematika yang dapat diselesaikan. Kemudian dianalisis dengan berdasar kriteria produk kreativitas yaitu kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono memiliki kesamaan dengan penelitian ini yakni meneliti proses berpikir kreatif siswa berpandu dengan model Wallas, sedangkan perbedaannya pada penelitian Tatag Yuli Eko Siswono meneliti proses berpikir kreatif ketika mengajukan masalah dan pada penelitian ini proses berpikir kreatif ketika memecahkan masalah.
2. Penelitian oleh Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa (2006: 14) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengimplementasi teori tentang tingkat berpikir kreatif yang dikembangkan secara teoritis pada siswa SMP kelas VIII dan untuk mendeskripsikan karakteristik proses berpikir kreatif siswa tersebut. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
wawancara
berbasis tugas. Subjek
penelitian dipilih masing-masing 2 orang siswa kelas VIII dari SMP Negeri 5 Sidoarjo dan SMP Negeri 6 Sidoarjo. Hasilnya terbukti terdapat siswa yang memiliki karakteristik tingkat berpikir kreatif pada tingkat 4, 1 dan 0. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa
memiliki kesamaan dengan penelitian ini yakni mendeskripsikan
proses berpikir kreatif siswa, sedangkan perbedaannya pada penelitian Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa menganalisis tingkat berpikir kreatif dan pada penelitian ini proses berpikir kreatif ketika memecahkan masalah.
C. Kerangka Konseptual Adversity Quotient (AQ) atau kecerdasan adversarial sering disebut sebagai kecerdasan dalam mengatasi kesulitan. Menurut Stoltz (2000:18-19), berdasarkan Adversity Quotient siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: quitter, camper, dan climber. Kategori tersebut berurutan mulai dari siswa ber-AQ rendah hingga siswa ber-AQ tinggi, yakni: quitter, camper, dan climber. Quitter masalah dan menolak kesempatan untuk bisa berhasil belajar matematika. Camper
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
upakan siswa yang mau menghadapi tantangan matematika tetapi tidak mau berusaha keras lagi, siswa camper sudah cukup puas dengan bisa memahami matematika. Sedangkan siswa climber tematika, selalu berusaha keras dalam belajar maupun memecahkan persoalan matematika. Inovasi pada pokoknya merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan. Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat menjadi ada. Menurut futuris Joel Barker, kreativitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal
hal yang tidak pasti (Stoltz.2000:94).
Quitters
bekerja sekadar untuk hidup, mereka mengambil resiko sesedikit
mungkin
dan biasanya tidak kreatif, kecuali saat mereka harus menghindari
tantangan-tantangan yang besar. Berbeda dengan quitters, campers masih menunjukkan inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha. Campers bisa melakukan pekerjaan yang menuntut kreativitas dan mengambil risiko dengan penuh perhitungan, tetapi biasanya mereka mengambil jalan yang aman. Kreativitas dan kesediaan mengambil risiko hanya dilakukan dalam bidangbidang yang ancamannya kecil. Berbeda dengan quitters dan campers, climber menyambut baik tantangan-tantangan. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari hidup. (Stoltz.2000:25) Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses berpikir kreatif siswa Climber, camper, dan quitter. Proses berpikir kreatif berdasarkan tahapan Wallas meliputi pada tahap pertama seorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan
data
yang
relevan,
dan
mencari
pendekatan
untuk
menyelesaikannya. Pada tahap kedua, seseorang seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru dari daerah pra sadar. Pada tahap ketiga, seseorang mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
terakhir adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Pada tahap verifikasi ini seseorang setelah melakukan berpikir kreatif maka harus diikuti dengan berpikir kritis. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menduga jika seorang siswa dengan Adversity Quotient tinggi dalam arti siswa Climber tidak akan mudah putus asa jika menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah. Sehingga ia akan lebih berpikir kreatif dan berusaha keras agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dibandingkan siswa Camper , dan Quitter. Pada tahap persiapan siswa Climber akan memahami masalah kemudian menghubungkannya dengan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap inkubasi siswa Climber akan sejenak merenung atau melakukan aktivitas lain untuk mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Kemudian pada tahap iluminasi timbul ide dan keputusan untuk membuat solusi. Pada tahap verifikasi siswa melakukan verifikasi apakah ide yang telah ditentukan memenuhi persyaratan. Sama halnya dengan siswa Climber, siswa Camper dan Quitter akan melalui tahap yang sama. Hanya saja ketahanan siswa dalam mencari ide dan penyelesaian masalah yang berbeda. Dugaan tingkah laku siswa dalam proses berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kerangka Kerja Siswa Dalam Melakukan Tahapan Proses Berpikir Kreatif Tahapan proses
Tingkah Laku yang Ditunjukkan
berpikir kreatif Tahap persiapan
Siswa mampu memahami masalah yang disajikan dan menyebutkan syarat yang diperlukan dalam masalah yang disajikan. Siswa mampu menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri. Siswa menyebutkan bangun ruang apa saja yang telah dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Tahap inkubasi
Siswa melakukan aktivitas merenung. Dalam aktivitas ini siswa memikirkan bangun ruang apa saja yang bisa dibuat sebagai penyelesaian.
Tahap iluminasi
Siswa menyampaikan ide yang akan digunakan sebagai penyelesaian.
Tahap verifikasi
Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang dengan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMA Batik 1 Surakarta kelas X-5 tahun ajaran 2011/2012.
2.
Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap
tahap waktu
penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan 1) Bulan Januari 2012 2) Bulan Januari 2012 3) Bulan Februari 2012
kegiatan sebagai berikut : :penentuan masalah.
Maret 2012 Maret 2012
4) Bulan Maret 2012
:penyusunan proposal skripsi. :penyusunan instrumen penelitian. :uji coba instrumen angket.
b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan permohonan ijin ke SMA Batik 1 Surakarta
yang
dijadikan
tempat
penelitian,
kemudian
melakukan
pengambilan data angket AQ pada tanggal 23 April 2012 kemudian melakukan wawancara berbasis tugas yaitu pada bulan Mei 2012.
c. Tahap Penyelesaian Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan dan konsultasi pada pembimbing.
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
B.
Bentuk dan Strategi Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Ruseffendi (1994: 174), tif adalah suatu penelitian dimana kita akan mengejar lebih jauh dan dalam, tetapi kita belum bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi
ur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
kata tertulis atau lisan dari orang
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol
simbol atau
bilangan (Hadari Nawawi & Mimi Martini, 2005: 174). Dalam penelitian ini, tidak ada hipotesis dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa kata kata tertulis atau lisan. Strategi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu s
menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan objek yang
Pengambilan data menggunakan metode wawancara berbasis tugas. Data yang diperoleh akan didiskripsikan atau diuraikan kembali kemudian akan dianalisis.
C.
Sumber Data
Menurut Lofland dalam Lexy J Moeloeng (2000 : 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata adalah data tambahan seperti dokumen.
commit to user
kata dan tindakan, selebihnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Sumber data utama pada penelitian ini adalah subjek penelitian yakni siswa kelas X-5 SMA Batik 1 Surakarta yang dipilih berdasarkan Adversity Quotient (AQ) siswa.
D.
Subjek Penlitian
Pada penelitian ini dalam menentukan subjek penelitian tidak dipilih secara acak, tetapi pemilihan sampel bertujuan (purposive sample). Sampel bertujuan memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus untuk studi yang bersifat mendalam. Selain itu, juga untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Pada penelitian ini, subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria Adversity Quotient. Angket AQ yang telah diujicobakan kemudian diberikan kepada siswa kelas X-5 SMA Batik Surakarta pada tanggal 23 April 2012 mengambil jam pelajaran matematika saat jam pelajaran ke-7. Berdasarkan angket Adversity Quotient yang telah di isi siswa, diperoleh data seperti Lampiran 11 pada halaman 171 , dan diperoleh rerata dan simpangan baku sebesar 86,2 dan 9. Sehingga untuk menentukan kategori siswa Climber
1 2), yakni jika skor siswa lebih dari 91, kategori siswa Quitter adalah siswa dengan skor dibawah rerata dikurang setengah simpangan baku yakni 1 ( < 2), jika skor siswa kurang dari 82. Dan sisanya termasuk siswa
adalah siswa dengan skor diatas rerata ditambah setengah simpangan baku ( >
+
Camper.
Dari data skor siswa pada Lampiran 11 jika dibuat dalam diagram boxplot dengan bantuan perangkat minitab diperoleh distribusi data seperti pada Gambar 3.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2
110
100
90
80
70
23
60
Gambar 3.1. Sebaran Data Adversity Quotient Siswa Kelas X-5 SMA Batik 1 Surakarta. Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa terdapat 2 pencilan yaitu siswa dengan nomor absen 2 dan 23. Kategori pencilan menurut Boxplot adalah jika suatu data terletak lebih dari atau sama dengan kuartil 1 + 1,5(Kuartil 3 kurang dari atau sama dengan kuartil 3 - 1,5(Kuartil 3
Kuartil 1) dan
Kuartil 1). Pencilan
mungkin akibat dari pembulatan angka saat merekam pengukuran, dari kesalahan membaca instrumen, dari gangguan teknis, dan lain-lain. Bahkan ketika tidak ada kesalahan pencatatan atau pengamatan, satu set data dapat mengandung satu atau lebih pengamatan valid yang termasuk pencilan, untuk satu alasan atau lainnya, sangat berbeda dari data yang lain. Penelitian kualitatif berasumsi bahwa setiap individu, budaya, latar adalah unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan, sedangkan pencilan merupakan data yang tidak mengikuti pola umum data, sehingga siswa dengan kategori pencilan diduga memiliki keistimewaan. Pada penelitian kualitatif, pencilan inilah yang dipilih sebagai subjek penelitian. Siswa dengan nomor absen 2 tergolong siswa Climber dengan skor 112, sedangkan siswa dengan nomor absen 23 tergolong siswa Quitter dengan skor 62. Dari data tersebut, dipilih siswa dengan nomor absen 2 dan 23 sebagai subjek penelitian dengan kategori Climber dan Quitter. Sedangkan untuk siswa Camper dipilih siswa dengan nomor absen 10 dengan skor 87.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
E.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara berbasis tugas. 1. Metode Angket Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis (Budiyono, 2003). Di dalam penelitian ini, metode angket yang digunakan adalah metode angket langsung. Metode angket langsung yaitu metode angket yang jawaban dari pertanyaanpertanyaan diperoleh langsung dari subyek penelitian tanpa melalui perantara. Metode angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai adversity quotient dari subyek penelitian. 2. Metode Tes Nana Sudjana (1989:35) adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes s umumnya digunakan untuk mengukur proses berpikir siswa, menilai hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada dua macam jenis tes, yaitu tes uraian dan tes obyektif. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes dalam penelitian ini terdiri atas Tes Pemecahan Masalah dimana masalah geometri yang diberikan bersifat terbuka. 2. Metode Wawancara Budiyono (2003:52)
Metode
wawancara
atau
interview adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara
peneliti
dengan
obyek
penelitian/ responden. Dalam
commit to user
hal
ini,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
pewawancara
mengadakan
percakapan
sedemikian sehingga pihak
yang
diwawancarai bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu. Pada penelitian ini metode wawancara dilakukan pada siswa, untuk menggali informasi dari subyek penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah geometri. Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara tak terstruktur. Untuk mendapatkan data mengenai proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah bangun ruang dilakukan dengan metode wawancara berbasis tugas. Wawancara berbasis tugas dipilih karena memungkinkan peneliti memperoleh kekayaan data. Pada saat wawancara peneliti memberikan tes pemecahan masalah pada subjek. Peneliti meminta subjek mengerjakan tes pemecahan masalah sambil mengomunikasikan apa yang ada dalam pemikirannya dan menanyakan beberapa hal terkait untuk mengungkap proses berpikir kreatif subjek tersebut. Untuk keperluan triangulasi data, wawancara berbasis tugas tersebut dilakukan dua kali untuk setiap subjek penelitian.
F. Instrumen Penelitian Dalam suatu penelitian sangat diperlukan data yang objektif yang berisi berbagai keterangan dan bahan yang sesuai dengan masalah yang akan diselidiki. Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Lebih lanjut
Lexy
J.Moleong ( 2001 : 121 ) mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti sebagai instrumen yakni : 1. Responsif Manusia sebagai instrument responsive terhadap lingkungan dan terhadap pribadi
pribadi yang menciptakan lingkungan.
2. Dapat menyesuaikan diri Manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
3. Menekankan keutuhan Manusia sebagai instrument memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan di mana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang riil, benar,dan mempunyai arti. 4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. 5. Memproses data secepatnya. 6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan. Manusia sebagai instrument memiliki kemampuan lainnya, yaitu kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek dan responden. Selain peneliti sendiri, instrumen bantu dalam penelitian ini antara lain instrumen tes, instrumen wawancara dan angket Adversity Quotient (AQ).
1. Instrumen Bantu Penelitian (Instrumen Tes) Dalam penelitian ini digunakan tes uraian untuk mengetahui sampai sejauh mana proses berpikir kreatif siswa dalam dalam memecahkan masalah bangun ruang. Tes uraian dalam penelitian ini berkaitan dengan volume bangun ruang. Lembar tes pemecahan masalah tersebut terdapat sebuah permasalahan. Peneliti menyusun dua buah tes pemecahan masalah yakni Tes Pemecahan Masalah 1 dan Tes Pemecahan Masalah 2 untuk keperluan triangulasi. Data hasil wawancara berbasis Tes Pemecahan Masalah 1 akan ditriangulasi dengan data hasil wawancara berbasis Tes Pemecahan Masalah 2. Sebelum digunakan kedua tes pemecahan masalah tersebut dianalisis oleh dosen pendidikan matematika yang berpengalaman untuk menguji apakah instrumen ini benar-benar dapat mengungkap bagaimana siswa berpikir kreatif. Analisis dilakukan dengan menentukan apakah kecocokan materi, konstruksi dan bahasa yang digunakan dalam instrumen memenuhi kriteria validitas. Kriteria validitas yang digunakan adalah jika sekurang-kurangnya 2 dari 3 validator menyetujui bahwa dari segi isi, konstruksi kalimat, bahasa yang digunakan dalam tiap-tiap butir soal dapat mengungkap bagaimana siswa berpikir kreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Tes Pemecahan Masalah I divalidasi terlebih dahulu oleh Dr. Imam Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan matematika UNS), Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS) dan Dwi Maryana,S.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS). Dari Bapak Imam Sujadi dan Bapak Ponco Sujatmiko peneliti mendapatkan masukan dari segi bahasa dan konstruksi soal, peneliti awalnya menginginkan terdapat 3 soal untuk tiap permasalahan namun peneliti
bangun ruang apa saja yang mungkin kamu buat berdasarkan apa yang sudah
kemudian soal terse
yang kedua peneliti mendapatkan masukan dari segi konstruksi soal dan bahasa. Untuk perintah menentukan banyak wadah jelly, awalnya peneliti meletakkan perintah tersebut sebagai soal, tetapi peneliti merevisinya sebagai petunjuk khusus pengerjaan soal, agar tes pemecahan masalah yang kedua setara dengan tes pemecahan masalah pertama. Dari ketiga validator, ketiganya menyatakan bahwa instrumen tes yang digunakan valid untuk mengungkap proses berpikir kreatif siswa. Serta untuk Tes Pemecahan Masalah II telah dinyatakan setara dengan Tes Pemecahan masalah I.
3. Instrumen Bantu Penelitian (Instrumen Wawancara) Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik wawancara tak terstruktur. Pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dengan terlebih dahulu peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi butirbutir pertanyaan yang akan ditanyakan ketika wawancara. Pedoman wawancara divalidasikan kepada validator. Analisis hasil wawancara dilakukan dengan memperhatikan kata kunci yang mengindikasikan
aspek-aspek berpikir
kreatif
kemudian
dilakukan
pengodean sesuai indikator proses berpikir kreatif yang ditetapkan dan disimpulkan karakteristik yang muncul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Validator untuk instrumen pedoman wawancara ini adalah oleh Dr. Imam Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan matematika UNS), Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS) dan Dwi Maryana,S.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS). Dari ketiga validator tersebut, ketiganya menyatakan instrumen pedoman wawancara valid.
4. Angket Adversity Quotient Instrumen ini digunakan untuk mengategorikan siswa berdasarkan AQ. Angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan
pertanyaan
tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis(Budiyono, 2003:47). Menurut Stoltz (2000:119) untuk mengetahui kategori AQ seseorang digunakan Adversity Response Profile (ARP)yang terdiri dari 30 butir peristiwa dengan disertai dua pertanyaan untuk setiap peristiwa dengan skala Likert lima poin. ARP cenderung ditujukan untuk responden para pegawai(orang yang telah bekerja), sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA sehingga peneliti mengembangkan angket AQ dengan tetap berpedoman pada ARP. Angket AQ disusun sesuai dengan konteks keseharian siswa SMA dalam skala Likert lima poin dengan modifikasi menjadi 4 poin. ARP memiliki rentang skor antara 40 sampai dengan 200 dengan masing masing dimensi AQ(control, origin & ownership, reach, dan
endurance)
memiliki skor maksimal 50. Dengan memperhatikan rentang skor ARP tersebut, setelah dilakukan uji coba dan analisis konsistensi internal, angket AQ pada mulanya disusun dalam 56 butir kemudian digugurkan menjadi 30 butir, dengan rincian sepuluh butir untuk dimensi control, lima butir untuk dimensi origin, empat butir untuk dimensi ownership, empat butir untuk dimensi reach, tujuh butir untuk dimensi endurance. Secara garis besar, langkah
langkah dalam menyusun angket AQ
sebagai berikut: a. Menyusun kisi
kisi angket AQ dengan mengacu pada deskripsi masing
masing dimensi AQ yang dikemukakan Stoltz.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b. Menyusun butir
butir angket berdasarkan indikator pada kisi
c. Melakukan validasi terhadap butir
kisi angket.
butir angket.
d. Melakukan revisi jika memang ada yang perlu direvisi. e. Melakukan uji coba angket AQ. Berdasarkan langkah dengan merumuskan kisi
langkah di atas, penyusunan angket AQ dimulai kisi angket AQ. Kisi
kisi dirumuskan dengan
berpedoman pada deskripsi aspek AQ yang dikemukakan Stoltz. Selanjutnya, suatu angket dikatakan valid dari segi isi apabila isi angket merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi yang akan diukur. Untuk menilai apakah angket memiliki validitas isi yang tinggi dilakukan melalui experts judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam penelitian ini, untuk memenuhi validitas isi angket AQ divalidasi oleh validator. Dalam penelitian ini validasi isi dilakukan oleh 3 orang, yakni Dr. Imam Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS); Ira Kurniawati, S.Si., M.Pd.(dosen Pendidikan Matematika UNS); Dra. Sri Wiyanti, M.Si(dosen Psikologi UNS). Angket Adversity Quotient ini mengalami beberapa kali revisi. Pertama peneliti menyusun indikator-indikator berdasarkan aspek yang telah dikemukakan oleh Stoltz. Peneliti menyusun sebanyak 56 butir pernyataan yang terdiri atas 18 butir untuk aspek Control (kendali), 8 butir untuk aspek Origin (asal-usul), 8 butir untuk aspek Ownership (pengakuan), 10 butir untuk aspek Reach (jangkauan), dan 12 butir untuk aspek Endurance (daya tahan). Kemudian peneliti memvalidasikan angket tersebut kepada Dra. Sri Wiyanti, M.Si. Dari hasil validasi oleh Dra. Sri Wiyanti, M.Si peneliti mendapat masukan untuk tiap butir angket kemudian peneliti merevisi butir-butir yang perlu direvisi. Setelah itu, peneliti juga melakukan konsultasi dengan Ibu Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd. Dari konsultasi tersebut, peneliti merevisi beberapa butir pernyataan, terakhir peneliti berkonsultasi dengan Dr. Imam Sujadi, M.Si. Dari konsultasi tersebut, peneliti juga merevisi beberapa butir angket serta menambahkan kata pengantar pada angket tersebut. Setelah melakukan revisi, peneliti memvalidasikan angket tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Setelah angket dikatakan valid dari segi isi, selanjutnya dilakukan uji coba pada angket untuk melihat konsistensi internal setiap butir angket dan reliabilitas angket tersebut. Sebuah angket yang terdiri dari beberapa butir haruslah kesemua butir itu mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Hal inilah yang disebut konsistensi internal setiap butir angket. Untuk mengetahui konsistensi internal pada setiap butir angket dilakukan dengan menghitung indeks konsistensi internal (rxy) pada masing masing butir menggunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Dimana rxy
=
(
2
2)( 2
2)
= indeksi konsistensi internal butir ke
i
n
= banyaknya subjek yang dikenai uji coba angket
X
= skor untuk butir ke
Y
= total skor (dari subjek uji coba).
i (dari subjek uji coba)
Apabila diperoleh butir angket dengan rxy<0.3 maka butir tersebut harus dibuang. Suatu angket disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan angket tersebut memberikan hasil yang sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan kepada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang lain (tetapi memiliki kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menghitung reliabilitas angket AQ adalah teknik Cronbach Alpha, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
11= Dimana
11
2 2
r11 = indeks reliabilitas angket n
= banyak butir angket
si2 = variansi butir kest2 = variansi skor
skor yang diperoleh subjek uji coba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Suatu angket dikatakan reliabel jika memiliki indeks 0,7.(Budiyono,2003:65-70).
reliabilitas
r11
Peneliti mengujicobakan angket AQ yang telah divalidasi kepada kepada 76 siswa kelas X.2 dan X.3 SMA AL ISLAM 1 Surakarta. Awalnya peneliti memberikan angket untuk dibawa pulang agar siswa dapat mengisi angket tersebut di waktu luangnya. Namun, sistem ini mendapatkan kendala, tidak semua angket kembali pada peneliti, dan beberapa angket tidak diisi lengkap sehingga peneliti tidak dapat menggunakannya. Dari ujicoba tersebut peneliti memperoleh 41 angket yang bisa digunakan. Hasil ujicoba angket tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan konsistensi internal, dari 56 butir angket diperoleh 30 butir konsisten, dengan rentang indeks konsistensi internal antara 0,302 0,698. 2. Berdasarkan ujicoba reliabilitas angket, diperoleh indeks reliabilitas 0,77 sehingga angket tersebut dinyatakan reliabel. Butir angket AQ harus mewakili indikator-indikator keempat aspek AQ, yakni control, origin dan ownership, reach serta endurance. Hasil analisis konsistensi internal angket Adversity Quotient (AQ) dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Hasil Analisis Butir Angket Adversity Quotient (AQ). Aspek
Konsisten
Tidak konsisten Jumlah Butir
Nomor Butir
Jumlah Butir
Nomor Butir yang Dipakai
8
4,34,10,38,9,29, 55,51
10
7,16,31,1,22,27,13,3 7,43,10
Origin & 7 Ownership
12,24,3,2,18,33, 54
9
47,15,20,35,40, 19,36,45,5
Reach
6
21,14,32,56,49,30 4
41,6,23,44
Endurance
5
28,46,39,42,53
8,11,26,48,50,52,25
Total
26
Control
7 30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Selanjutnya, angket AQ disusun kembali untuk digunakan dalam pengelompokan siswa. Angket AQ yang digunakan untuk pengelompokan siswa selanjutnya diberikan pada 38 siswa kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta. Untuk mengetahui kategori AQ siswa, skor diubah ke dalam skala nominal, yaitu kategori AQ tinggi, kategori AQ sedang, atau kategori AQ rendah. Apabila skor siswa berada diatas rerata plus setengah simpangan baku ( >
+
1 2) maka termasuk kategori AQ tinggi, apabila1skor siswa berada dibawah rerata dikurangi setengah simpangan baku ( < 2) maka termasuk kategori AQ rendah, dan sissanya berada pada kategori AQ sedang (Budiyono, 2003:28). dengan
= skor siswa, = rerata skor satu kelas = simpangan baku.
Selanjutnya, siswa dengan AQ tinggi disebut climber , siswa dengan AQ sedang disebut camper, dan siswa dengan AQ rendah disebut quitter. Dari hasil analisis pengisian angket AQ di kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta diperoleh 9 siswa kategori climber, 17 siswa kategori camper dan 12 siswa kategori quitter.
G.
Validitas Data
Validitas data dilakukan untuk menguji keabsahan data. Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
Moleong, 2001 : 178 ).
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan Teknik triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Pada penelitian ini, triangulasi waktu dilakukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
mengecek data hasil wawancara pertama dengan hasil wawancara kedua untuk setiap subjek penelitian. Selain Triangulasi peneliti juga menguji keabsahan data dengan teknik Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
Moleong, 2001 :
177 ). Teknik ketekunan pengamatan pada penelitian ini
dilakukan jika peneliti merasa data yang diperoleh belum cukup atau masih dapat digali kembali maka peneliti dapat kembali melakukan penelitian.
H. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2001 : 103). Langkah analisis data kualitatif dalam penelitian ini melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1. Penggolongan data Siswa digolongkan berdasarkan Adversity Quotient-nya. 2. Penyajian data Data yang disajikan berupa kutipan wawancara mengenai Tes Pemecahan Masalah yang dikerjakan subjek penelitian. Data berupa kutipan wawancara akan digolongkan untuk setiap tahap. 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan didasarkan dari sajian data dengan tujuan memperoleh kesimpulan tentang proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah geometri berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient siswa.
I.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini ditempuh melalui langkah berikut :
commit to user
langkah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
1. Tahap Pra Lapangan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : a.
Menyusun proposal penelitian.
b.
Mengurus perijinan.
c.
Menyiapkan instrumen penelitian.
d.
Memvalidasi instrumen penelitian yang telah dibuat. Apabila instrument valid maka dapat digunakan untuk tes.
e.
Melakukan uji coba angket AQ kepada siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
2. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan untuk mengambil data yang relevan dan akurat dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Memberikan angket AQ kepada siswa untuk mengetahui Adversity Quotient mereka. b. Menganalisis angket AQ kemudian mengelompokkan siswa berdasarkan AQ-nya. c. Menentukan subjek penelitian dari hasil pengelompokan siswa berdasarkan AQ-nya. d. Melaksanakan wawancara. Melakukan wawancara berbasis tugas terhadap beberapa subjek penelitian. e. Menganalisis data hasil penelitian. Berdasarkan data hasil angket AQ dan wawancara akan dilakukan analisis proses berpikir kreatif siswa, data akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. 3. Tahap Pelaporan Penelitian Tahap ini dilakukan setelah diperoleh kekonsistenan proses berpikir kreatif subjek dalam memecahkan masalah geometri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Penyusunan proposal
Penyusunan perijinan
Penyusunan Penyusunan instrumen instrumen Sesuai
Tidak sesuai
Revisi Pemvalidasian instrumen Penyusunan instrumen Valid Tidak valid Uji coba angket Penentuan subjek
Wawancara berbasis tugas I
Angket
Wawancara berbasis tugas II dak
Pembuatan Laporan Penelitian
ya Analisis data
Gambar 3.2 : Skema Prosedur Penelitian
commit to user
Pengkroscekan data hasil Wawancara I dan II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi / Objek Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta. SMA Batik 1 Surakarta berlokasi di Jl. Slamet Riyadi 445 Surakarta. Lokasi SMA Batik 1 Surakarta berada di antara instansi pendidikan yang lain, seperti SMP Batik Surakarta, SMK Farmasi Muhammadiyah Surakarta , SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Hal ini menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). SMA Batik 1 Surakarta merupakan SMA RSBI. Luas tanah sekolah ini adalah 8.830 m2. SMA Batik 1 Surakarta membuka sembilan kelas untuk kelas X, dan delapan kelas untuk kelas XI dan XII yang terdiri atas tiga kelas untuk jurusan IPA dan lima kelas untuk jurusan IPS. Untuk setiap kelas berisi 35 sampai 38 siswa. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Selain itu setiap kelas memiliki fasilitas yang sama yaitu papan tulis (whiteboard), meja dan kursi untuk guru dan siswa, LCD, AC dan speaker. Seperti sekolah pada umumnya setiap kelas diampu oleh satu guru wali kelas. Hubungan guru dengan siswa di sekolah ini dapat dikatakan baik. Jika terdapat seorang siswa yang bermasalah, maka guru dalam hal ini wali kelas tak segan berkunjung kerumah siswa. Seperti salah satu misi SMA Batik 1 Surakarta yakni menyelenggarakan pendidikan menengah umum yang berkualitas sesuai dengan tuntutan masyarakat kini dan mendatang maka SMA Batik berusaha mencetak generasi yang kreatif dan sesuai dengan tuntutan zaman. Prestasi
siswa SMA Batik 1 Surakarta pada bidang
matematika dapat dikatakan cukup. Hal ini dapat dilihat dari data BNSP mengenai peringkat UAN mata pelajaran matematika tahun 2010, SMA Batik mendapatkan peringkat 17 dari 33 sekolah di Surakarta. Dalam proses pembelajaran, cenderung berlangsung konvensional. Permasalahan yang bersifat open ended tidak pernah diberikan.
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
B. Hasil Penelitian Seperti yang telah dikemukakan pada Bab III mengenai pemilihan Subjek pada penelitian ini adalah dengan mengambil 1 siswa untuk tiap kategori Adversity Quotient. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang siswa sebagai berikut. 1. Siswa dengan inisial ANR merupakan siswa yang berada pada kategori climber, siswa tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik, siswa ini dipilih karena merupakan salah satu pencilan dalam data AQ. Dari keterangan guru matematika, siswa ini sangat antusias terhadap pelajaran matematika. Sering meminta guru untuk memberikan soal-soal matematika untuk dikerjakan. 2. Siswa dengan inisial FND merupakan siswa yang berada pada kategori camper, siswa tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan cukup menyukai matematika. 3.
Siswa dengan inisial QAH merupakan siswa yang berada pada kategori quitter, siswa tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan merupakan pencilan dalam data AQ. Siswa ini mengaku tidak menyukai matematika dan tidak mempunyai ketertarikan di matematika. Selanjutnya, untuk memperoleh data mengenai proses berpikir kreatif
dilakukan wawancara berbasis tugas pada ketiga subjek tersebut. Setelah data hasil wawancara diperoleh, maka dilakukan analisis terhadap data tersebut. Dalam analisis data, digunakan pengodean pada data wawancara untuk mempermudah proses analisis data. Pengodean data hasil wawancara dibagi menjadi empat, yakni: 1. Pewawancara, disimbolkan dengan Px.y. dengan : a. x : wawancara I atau wawancara II : {I,II} b. y : urutan dialog wawancara : {1,2,3,...} 2. Subjek kategori climber, disimbolkan dengan SCrr.s dengan: a. r : wawancara I atau wawancara II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
: {I,II} b. s : urutan dialog wawancara : {1,2,3.....} 3. Subjek kategori camper, disimbolkan dengan SCprt.u dengan: a. t : wawancara I atau wawancara II : {I,II} b. u : urutan dialog wawancara : {1,2,3.....} 4. Subjek kategori quitter, disimbolkan dengan SQrp.q dengan: a. p : wawancara I atau wawancara II : {I,II} b. q : urutan dialog wawancara : {1,2,3.....} Selama proses wawancara berbasis tugas berlangsung, subjek diminta mengerjakan tes pemecahan masalah. Tes Pemecahan Masalah yang digunakan untuk mengungkap proses berpikir kreatif siswa adalah:
TES PEMECAHAN MASALAH 1 MASALAH Sebuah industri roti, akan membuat produk baru yaitu cokelat. Jika setiap bahan baku berupa balok cokelat berukuran panjang 5cm, lebar 6cm, dan tinggi 7cm akan dicetak ke dalam bentuk yang lain (cokelat padat) dengan cara dilelehkan. Dan kamu mendapat tugas untuk mendesign cetakannya (cetakan berbentuk bangun ruang dimana lelehan cokelat tersebut akan pas dimasukkan dalam cetakan), maka a. Tentukan bentuk cokelat yang akan kamu design tersebut (seperti bangun ruang atau gabungan bangun ruang yang telah kamu pelajari), buatlah sketsanya dan tentukan berapa ukurannya!.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
b. Tentukan bentuk cokelat yang lain dari yang sudah kamu buat, buat sketsanya dan tentukan pula ukurannya!
TES PEMECAHAN MASALAH 2
MASALAH Sebuah perusahaan jelly akan memproduksi jelly dalam kemasan baru. Jika bahan baku berupa adonan jelly diletakkan memenuhi dalam tabung injeksi berukuran tinggi 1 meter dan diameter alas 70 cm (tebal tabung diabaikan). Adonan tersebut akan dicetak menjadi ribuan buah jelly dalam wadah. Dan kamu diberi tugas untuk mendesign wadah jelly tersebut. Maka, a. Tentukan bentuk wadah jelly (seperti bangun ruang atau gabungan bangun ruang yang telah kamu pelajari) tersebut agar adonan dalam tabung tepat habis, buatlah sketsanya dan tentukan ukurannya!(petunjuk: tentukan dahulu banyak wadah jelly yang akan kamu buat!) b. Tentukan bentuk wadah jelly yang lain dari yang sudah kamu buat, buat sketsanya dan tentukan pula ukurannya! Untuk Tes Pemecahan Masalah I dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Mei 2012 bertempat di perpustakaan SMA Batik 1 Surakarta untuk ketiga siswa tersebut secara bergantian pada jam pelajaran matematika jam ke-7, ke-8 dan setelah pulang sekolah, karena data siswa quitter dianggap belum cukup maka peneliti kembali mewawancarai siswa pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2012 saat jam ke-7. Kemudian untuk Tes Pemecahan Msalah II dilakukan pada hari Senin tanggal 21 Mei 2012 bertempat di perpustakaan pada jam pelajaran matematika jam ke-7, ke-8 dan setelah pulang sekolah. Berikut merupakan analisis proses berpikir siswa berdasar data hasil wawancara berbasis tugas tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
1
Paparan dan Analisis Data
a. Analisis Data Subjek Kategori Climber 1) Tahap persiapan Dengan memperhatikan indikator pada
Tabel 2.2 halaman 26,
berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori climber pada tahap persiapan. Untuk melihat tahap persiapan siswa climber dalam memecahkan masalah geometri, dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pemahaman masalah, syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan bekal pengetahuan siswa tentang bangun ruang.
a) Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Berikut kutipan wawancara siswa Climber pada wawancara ke I. PI.8
:
SCrI.9 :
ari situ, masalahnya apa dek? asalahnya? Berarti kan ini panjang, lebar, tinggi kalau benda
lain kan juga segini ta, maksudnya. Volumenya kan sama, berarti dibikinnya bentuknya tu terserah tapi dalam jumlah volume yang sama . PI.10
:
ke berarti perintahnya?
SCrI.11 :
erintahnya suruh nyari volume?
PI.12
olume? Jadi dari soal ini yang diketahui apa saja?
:
SCrI.13 :
anjang, lebar, tinggi Dari kutipan wawancara PI.8 - SCrI.13, siswa belum memahami
maksud dari permasalahan secara keseluruhan. Kemudian siswa ditanya kembali seperti yang terlihat pada transkrip wawancara berikut ini. PI.16
aja apa yang kamu tangkap dari masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
SCrI.17 :
mbuat produk cokelat baru, cokelatnya punya
bahan baku ukurannya panjang 5, lebar 6 tinggi 7 dicetaknya terserah tapi ini mau dilelehin dulu baru dicetak gitu maksudnya, terus bikin PI.18
bikin berarti perintahnya, terus disitu apa syaratnya? Ada syarat khusus gak? Syarat khusus buat kamu membentuk
SCrI.19
Kan diketahui volumenya dulu, volumenya ini sama gak
PI.20 SCrI.21 Kemudian siswa mencari volume cokelat balok sebagai syarat mencari ukuran bangun ruang yang dibuat. Siswa mengerjakan seperti pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 sketsa balok dan volume balok oleh siswa Climber Kemudian untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang bangun ruang, peneliti kembali mewawancarai siswa climber seperti kutipan wawancara berikut ini. PI.32 SCrI.33 PI.134 SCrI.35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
(2).
Hasil wawancara II
Berikut kutipan wawancara siswa Climber pada wawancara ke II. PII.1 SCrII.2 PII.3
nyari volume dalam tabung, trus nentukan wadah
:
SCrII.4 :
da syarat khususnya tidak? a itu volumenya harus sama, jadi volume dari tabung sama
volume wadah yang mau dibuat itu sama . PII.5 SCrII.6 Karena dirasa siswa belum terlalu memahami masalah yang diberikan, maka peneliti meminta siswa membaca kembali soal seperti pada kutipan wawancara berikut. PII.7 (siswa membaca kembali) PII.8
kan
PII.9 SCrII.10 PII.11
:
SCrII.12 :
erarti dari tabung besar tadi? ari tabung tadi bisa dibuat cetakannya lima jumlahnya
ribuan? PII.13
:
SCrII.14 :
aksudnya? adi tabung isinya adonan jelly, dicetak menjadi ribuan dalam 1
wadah . PII.15
:
ang dibayangan kamu seperti apa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
SCrII.16 :
aya apa ya, jadi adonannya cuma segitu tapi kita disuruh
ngasih cetakan gitu. Jadi ada lima cetakan bis dijadikan ribuan gitu, nanti dicetak cetak gitu . PII.17 gimana SCrII.18 PII.19
atas lagi, ada jelly mau dicetak ke ribuan buah lalu
SCrII.20 :
entukan bentuk wadah .
PII.21
ke coba kerjakan dulu aja .
:
SCrII.22 : Ow aku tahu maksudnya. Jadi dalam satu tabung itu mau dijadikan ribuan jelly dalam wadah gitu Kemudian siswa mencari volume tabung besar sebagai syarat menyelesaikan permasalahan, siswa mencari volume tabung besar seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 volume tabung oleh siswa Climber Pada wawancara kedua ini untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang bangun ruang peneliti mewawancarai siswa seperti pada kutipan wawancara PII.30 - SCrII.31. PII.30
: sebelum kamu memutuskan kerucut yang kamu pikirkan apa aja?
SCrII.31
: kubus sama limas .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
b) Triangulasi Dari kutipan PI.16 - SCrI.21 terlihat siswa telah mampu memahami masalah yang disajikan, dalam menyampaikan informasi yang dipahami siswa menggunakan bahasa siswa sendiri. Dari kutipan PII.1 - SCrII.6 siswa mampu menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri namun untuk memahami masalah yang diberikan baru terlihat pada kutipan wawancara PII.7 - SCrII.22. Dari kutipan wawancara PI.32 - SCrI.35 pada Tes Pemecahan Masalah I dan PII.30 - SCrII.31 pada Tes Pemecahan Masalah II, siswa memikirkan bangun ruang yang telah dipelajari. Dari kedua data hasil wawancara tersebut terdapat kesesuaian antara data hasil wawancara yang pertama dan kedua. Pada tes pemecahan masalah I dan II siswa climber mampu memahami masalah dan menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri dan siswa mampu mengingat bangun ruang yang telah dipelajari sebagai bekal dalam menyelesaikan masalah, dari kesesuaian yang ada pada Tes Pemecahan Masalah I dan II, maka subjek dapat dikatakan valid.
c) Analisis data Untuk tahap persiapan baik pada Tes Pemecahan Masalah I dan II, siswa mampu memahami masalah yang diberikan dan menyampaikan dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini, siswa juga harus mengetahui syarat yang diperlukan dalam mencari penyelesaian seperti pada Gambar 4.1 dan 4.2 Gambar 4.1 menunjukkan siswa membuat sketsa balok dan mencari volume balok cokelat sebagai syarat siswa melakukan verifikasi. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan volume balok. Dari Gambar 4.2 terlihat siswa menghitung volume tabung besar sebagai syarat menentukan ukuran cetakan wadah. Siswa pada tahap ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
tidak mengalami kesulitan dalam menentukan volume tabung. Dari PII.28 SCrII.29 siswa menentukan membuat 1000 jelly untuk 1 tabung besar. Dari Gambar 4.1 dan 4.2 terlihat siswa mampu menentukan volume bangun ruang dari masalah yang disajikan tanpa mengalami kesulitan.
2) Tahap Inkubasi Untuk mengetahui kegiatan siswa climber pada tahap inkubasi, maka peneliti mengamati aktivitas siswa setelah memahami masalah.
a) Paparan data (1).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah I Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat dengan
membuat
coretan
pada
kertas
kosong
yang
disediakan. (2).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah II Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat. Pada Tes Pemecahan Masalah II ini, siswa tidak terlalu lama melakukan aktivitas berdiam diri.
b) Triangulasi Pada Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa pada tahap ini berdiam diri sebentar sehingga aktivitas siswa pada tahap ini dikatakan valid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
c) Analisis data Pada tahap inkubasi, siswa Climber melakukan aktivitas merenung, berdiam diri. Pada saat berdiam diri tersebut siswa memikirkan bangun ruang yang telah dipelajari dan bangun ruang yang bisa dijadikan solusi.
3) Tahap Iluminasi Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori climber untuk tahap iluminasi. Untuk melihat tahap iluminasi siswa climber dalam memecahkan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang timbulnya ide siswa untuk mencari penyelesaian masalah.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Berikut kutipan wawancara siswa Climber pada wawancara ke I. PI.36
:
ke,untuk yang soal a, kamu menjawab apa? Ini bentuk
SCrI.37
tu gabungan dari yang ini persegi
PI.38 ini? Dari Karena
saat
diverifikasi
ternyata
siswa
tidak
mampu
menunjukkan penyelesaian secara tepat, maka siswa kembali mencari ide seperti pada kutipan wawancara berikut. Untuk soal a. SCrI.63 :
pa ya?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
(siswa memikirkan kembali) SCrI.64 : PI.65
imas weh
:
Untuk soal b. PI.81
:
ke, buat apa ini?
SCrI.82 :
ak gabung og, ini kubus dan ini limas
PI.84
ke. kenapa kamu bisa mikir limas?
:
SCrI.85 :
oalnya limas tu unik gitu mbak
PI.86
nspirasinya dari mana?
:
SCrI.87 :
ari itu, kalau biasanya bangunan luar negeri itu kan limas gitu
keren. Kayak piramida gitu kan kog bisa gitu mbangunnya batunya ditumpuk tumpuk tapi tidak jatuh padahal dalamnya kan buat nyimpan PI.88
kepikiran
SCrI.89 :
(2).
ni rumah, rumah aja
Hasil wawancara II
Berikut kutipan wawancara siswa Climber pada wawancara ke II. Untuk soal a. PII.26 SCrII.27 :
arus sama,385. Wah salah igh
Untuk soal b PII.41
:
SCrII.42 :
enapa kamu menentukan balok? enapa balok? Tadinya aku mikir kubus, kubus nanti gampang,
tinggal sisi kali sisi kali sisi PII.43
:
SCrII.44 :
arena gampang ya? ya .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
b)
Triangulasi Dari PI.36 - PI.38 , SCrI.63 - PI.65 dan PI.81
- PI.8 8 pada Tes
Pemecahan Masalah I siswa mampu memunculkan ide berupa bangun ruang. Dari PII.26 - SCrII.27 dan
PII.41 - SCrII.44 pada Tes Pemecahan
Masalah II siswa juga mampu memunculkan ide berupa bangun ruang. Karena siswa mampu memunculkan ide pada kedua Tes Pemecahan Masalah yang diberikan, maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Dari PI.36 - PI.38 terlihat bahwa awalnya siswa memiliki ide untuk
membuat bangun ruang berbentuk hati yang terdiri dari 2 bangun ruang yang digabung. Siswa menunjukkan kebaruan ide. Tetapi pada tahap verifikasi siswa nampak tidak memahami konsep volume bangun ruang secara benar. Karena dalam menentukan ukuran siswa melakukan kesalahan yaitu jika volume dari bangun ruang yang dibuat tersebut dicari maka tidak memenuhi syarat yang diberikan yakni sebesar 210 cm 3 maka siswa mencari alternatif lain. Dari PI.84 - SCrI.89 terlihat siswa mengaitkan pengetahuan bangun ruang yang dimilikinya dengan ketertarikan terhadap bangun-bangun yang dijumpai dalam kehidupan. Kemudian untuk Tes Pemecahan Masalah II siswa memiliki ide untuk membuat wadah jelly berbentuk kerucut, kemudian kubus tetapi karena dirasa kubus terlalu mudah dalam menentukan ukurannya, maka siswa mencari bentuk lain yang menurutnya lebih menantang dalam menentukan ukuran wadah jelly dibandingkan dengan kubus dan siswa memilih balok. Ide yang muncul pada tes pemecahan masalah I tidak mempengaruhi
ide pada tes
pemecahan masalah II. Jika pada Tes Pemecahan Masalah I siswa terinspirasi dari bangun-bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, pada Tes Pemecahan Masalah II siswa tidak memunculkan ide yang baru atau tanpa memodifikasi bangun ruang yang telah dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
4) Tahap verifikasi Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori climber untuk tahap verifikasi. Untuk melihat tahap verifikasi siswa climber dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan ide untuk mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan, pada tahap ini siswa akan mencari ukuran dari bangun ruang yang dibuat dimana bangun ruang yang dibuat harus memenuhi syarat yang diberikan.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Berikut kutipan wawancara siswa Climber pada wawancara ke I. Pada awalnya siswa mengerjakan seperti pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Sketsa
Kemudian peneliti bertanya pada siswa seperti pada kutipan wawancara berikut. PI.38 (menunjuk Gambar 4.3) kenapa kamu bisa menentukan seperti ini? Dari SCrI.39
kan ini lebarnya lebih tinggi makanya ditaruh disini, 5 cm kan
PI.40
nyari volume ini (menunjuk Berarti volume bangun ini bisa kamu dapet gimana caranya?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
SCrI.41 :
olumenya berarti nyari volume persegi panjang eh balok
tambah volume prisma . PI.42 SCrI.43 3 menit kemudian. SCrI.44
aja
aan
pertama bahwa potongan pertama adalah balok) PI.45
:
udah?
SCrI.46 :
udah
PI.47
Coba kamu buktikan kalau volume prisma dengan alas
:
trapesium 1 ditambah volume prisma dengan alas trapesium 2 sama dengan volume ini
(menunjuk balok cokelat pada soal).
Berapa volume baloknya? SCrI.48 : (siswa mengerjakan) PI.49
:
erarti volumenya harus?
SCrI.50 : 210 Siswa mengerjakan dan dihasilkan
Gambar 4.4 Verifikasi siswa untuk volume bangun ruang pada Gambar 4.3 Siswa menyadari melakukan kesalahan dalam menentukan ukuran, dapat dilihat dalam kutipan wawancara SCrI.51 - SCrI.55. SCrI.51 : hemmm lebih i ta PI.52
:
an yang prisma dengan alas trapesium 1 tidak sama dengan
yang ke-2 kan?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
SCrI.53 : PI.54
:
ya,hemm . erarti memenuhi syarat bangun yang diminta tidak?
SCrI.55: Enggak Kemudian siswa memahami kembali masalah yang diberikan. Untuk soal a siswa climber membuat limas seperti pada Gambar 4.5.a.
Gambar 4.5.a Gambar 4.5.b Gambar 4.5 jawaban soal a Tes Pemecahan masalah I siswa Climber. Gambar 4.5.a sketsa bangun limas segi-4 , 4.5.b verifikasi volume limas. PI.66 SCrI.67
:
tu kamu buat limas? Nentukan ukurannya gimana tak bikin 5 kali 6 kali 7, trus aku pilih 18, kan 18 tak
PI.68 SCrI.69
kan luas alasnya panjang dikali
PI.70 PI.71 makanya yang kamu ganti 6 jadi 18 gitu ya,berarti bisa juga 5
SCrI.72
gitu
Untuk soal b siswa menjawab seperti pada Gambar 4.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Gambar 4.6.a
Gambar 4.6.b
Gambar 4.6. jawaban soal b Tes Pemecahan Masalah I siswa Climber. Gambar 4.6.a sketsa bangun ruang kubus dengan limas. 4,6.b verifikasi volume bangun ruang 4.76.a SCrI.76 :
Ukurannya sisi kubusnya 5, tinggi limasnya 10,2 . (siswa
membuktikan ukuran dengan menghitung volume bangun ruang tersebut). SCrI.77 PI.78 SCrI.79 PI.80
ng sisinya 5?
SCrI.81 : PI.82
ya, 7 juga bisa sebenarnya. Terus alas limasnya kan sama ma
kira kalau menentukannya dari limas dulu baru ke kubus
SCrI.83
kan tinggi limas itu kan gak tentu.eh bisa ding sebenernya bisa-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
(2).
Hasil wawancara II Pada awalnya siswa salah menentukan ukuran, karena volume
yang harus dipenuhi wadahnya adalah 385.000 cm3(volume tabung besar). Pada tahap ini siswa tidak membagi volume tabung besar dengan 1000 buah wadah jelly yang akan diproduksi. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7.a
Gambar 4.7.b
Gambar 4.7. jawaban soal a Tes Pemecahan Masalah II siswa Climber. Gambar 4.7.a sketsa kerucut. 4.7.b verifikasi volume bangun ruang 4.7.a Kemudian peneliti bertanya kepada siswa seperti pada kutipan wawancara PII.26 - SCrII.29. PII.26 SCrII.27 :
arus sama,385. Wah salah igh
PII.28
amu ambil seribu?
:
SCrII.29:
ya aku ambil seribu . Siswa menyadari kesalahannya, kemudian memperbaikinya.
Kemudian siswa mengubah tinggi kerucut seperti yang terlihat pada Gambar 4.8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Gambar 4.8 Menentukan tinggi kerucut yang diperbaiki. Kemudian siswa menuliskan kembali jawaban yang telah diperbaiki seperti pada Gambar 4.9.a Untuk soal a siswa menjawab seperti pada gambar 4.9
Gambar 4.9.a
Gambar 4.9.b
Gambar 4.9. jawaban soal a Tes Pemecahan Masalah II siswa Climber yang telah diperbaiki. Gambar 4.9.a sketsa kerucut. 4.9.b verifikasi volume bangun ruang 4.9.a. Kemudian peneliti menanyakan alur menentukan ukuran kepada siswa Climber. PII.34 dan tingginya
-jari alasnya 70cm
130
SCrII.35
udah tak tentukan dari awal 70cm. Tinggal nyari
PII.36
-
SCrII.37 Untuk soal b.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Siswa menjawab bentuk balok seperti pada Gambar 4.10
Gambar 4.10 Jawaban soal b Tes Pemecahan Masalah II siswa Climber.
Berikut kutipan wawancara untuk verifikasi soal b Tes Pemecahan Masalah II. PII.45
:
erus, ukurannya kamu bisa tentukan panjangnya 7, lebar 11,
tinggi 5 gimana? SCrII.46 : Kan volumenya diketahui 385000 dibagi seribu kan 385= px l x t. Terus nentuin l sama t nya. Tapi terserah tadinya aku pengenanya nentuin PII.47 SCrII.48 :
-nya
PII.49
apatnya l gimana?
:
SCrII.50 :
a pengen ja, tadi lihat lihat og kayaknya disini seruan 11
PII.51
erarti dari l nya habis itu ke t, t nya 5
:
SCrII.52 :
ya
PII.53
anjangnya tinggal dihitung gitu?
:
SCrII.54
b)
: iya .
Triangulasi Untuk soal a dan b pada Tes Pemecahan masalah I siswa
menentukan ukuran bangun ruang yang dibuat dengan cata mencoba-coba beberapa angka seperti yang dikatakan siswa pada kutipan wawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
PI.80 - SCrI.81. Pada Tes Pemecahan Masalah II dari PII.34 - SCrII.37 siswa menentukan ukuran kerucut dengan menentukan ukuran jari-jari alasnya. Siswa menentukan jari-jari 35 cm karena siswa ingin menyamakan dengan masalah yang ada. Kemudian siswa hanya perlu mencari tinggi kerucut agar volume kerucut 385 cm3. Dari kutipan wawancara PII.45 SCrII.54 untuk soal b, siswa menentukan bangun yang akan dibuat adalah balok. Yang dilakukan pertama kali oleh siswa adalah menentukan lebar dan tinggi balok. Dari Tes Pemecahan Masalah I dan Tes Pemecahan Masalah II siswa mampu mengerjakan dan memverifikasi dengan baik, siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan ukuran maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Dari kutipan wawancara PI.66 - SCrI.72 siswa menentukan ukuran
limas melalui ukuran balok yakni dengan panjang, lebar, tinggi masingmasing adalah 5, 6, dan 7. Kemudian siswa memilih ukuran panjang 6 untuk dikalikan dengan 3(dari rumus volume limas). Sehingga diperoleh ukuran baru yakni limas dengan alas persegi panjang dengan panjang 18cm, lebar 5cm dan tinggi limas 7cm. Terlihat bahwa siswa tidak banyak mengubah angka. Siswa berpikir praktis dengan menentukan ukuran limas dari hubungan rumus volume limas dengan volume balok. Untuk soal b ini dari kutipan SCrI.76 - SCrI.83 siswa mencoba menggabungkan 2 macam bangun ruang yakni kubus dengan limas. Dalam menentukan ukuran bangun ruang pada Gambar 4.7.a siswa menentukannya dari volume yang harus dipenuhi adalah 210 cm3, kemudian siswa menentukan ukuran kubus yakni 5 cm karena semua panjang sisi kubus harus sama. Diperoleh volume kubus adalah 125 cm 3. Sehingga diperoleh voleme yang harus dipenuhi limas adalah volume cokelat balok
volume kubus = 210 cm3 - 125 cm3= 85 cm 3. Karena alas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
limas adalah satu sisi kubus maka siswa hanya perlu menentukan tinggi limas agar dipenuhi volume limas 85 cm3. Dan diperoleh tinggi limas adalah 10,2 cm. Siswa menentukan ukuran dengan mencoba-coba beberapa angka dan dengan melihat bilangan-bilangan yang ditemui pada tahap persiapan. Pada Tes Pemecahan Masalah II ini, siswa menentukan ukuran kerucut dengan menentukan ukuran jari-jari alasnya. Dapat dilihat dari kutipan PII.34 - SCrII.37 siswa menentukan jari-jari 35 cm karena siswa ingin menyamakan dengan masalah yang ada. Kemudian siswa hanya perlu mencari tinggi kerucut agar volume kerucut 385 cm3. Jawaban siswa ini benar secara matematika, namun pemikiran kritis tidak muncul. Siswa tidak membayangkan bagaimana bangun ruang yang dibentuknya. Untuk soal b dari kutipan wawancara PII.45 - SCrII.54 siswa menentukan bangun yang akan dibuat adalah balok, yang dilakukan pertama kali oleh siswa adalah menentukan lebar dan tinggi balok. Dengan melihat verifikasi sebelumnya, siswa memilih 11 cm untuk lebar, dan 5 cm untuk tinggi balok. Setelah itu siswa menentukan panjang balok yang harus dipenuhi agar volume balok 385 cm3. Bilangan-bilangan tersebut ditemui siswa saat menghitung volume tabung besar, kemudian siswa menggunakan bilangan-bilangan tersebut saat menentukan ukuran bangun yang dibuat. Berbeda dari Tes Pemecahan Masalah I dimana siswa menentukan ukuran dengan Trial anda Error atau coba-coba, pada Tes Pemecahan Masalah II siswa menggunakan bilangan-bilangan yang ditemui pada tahap persiapan sehingga lebih efektif.
b. Analisis Data Subjek Kategori Camper 1) Tahap persiapan. Dengan memperhatikan indikator pada
Tabel 2.2 halaman 26,
berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori camper pada tahap persiapan. Untuk melihat tahap persiapan siswa camper dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
menyelesaikan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pemahaman masalah, syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan bekal pengetahuan siswa tentang bangun ruang. a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Berikut kutipan wawancara siswa Camper pada wawancara ke I. PI.5 SCprI.6
Kan balok cokelat, itu kan panjangnya ini, lebarnya , tingginya(sambil menunjuk pada masalah), ntar disuruh nyetak
PI.7 SCprI.8 PI.9
Trus
SCprI.10 PI.11 SCprI.12
design
PI.13 SCprI.14 PI.15
:
angan lupa sama menentukan?
SCprI.16
kan
PI.17 Kemudian siswa memikirkan bentuk apa saja yang mungkin bisa dibuat seperti pada kutipan wawancara berikut. PI.65
-apa, ngobrol-ngobrol dulu saja.setelah kamu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
SCprI.66
a mau saya buat bentuk bunga, love, bentuk kotak kado yaitu kubus yang ada pitanya yang juga dari cokelat. Tapi susah nentuin
(2).
Hasil wawancara II
Berikut kutipan wawancara siswa Camper pada wawancara ke II SCprII.11
Kan ada tabung, isinya adonan jelly, tabung itu tingginya 1m, diameternya 70cm trus adonan itu mau dicetak jadi ribuan jelly dalam wadah, trus disuruh bikin bentuk wadah jelly tapi ntar volume total jelly yang mau dibuat itu harus sama dengan
PII.12 SCprII.13 ribuan?berarti jelly nya itu kecil PII.14
:
kan
-
SCprII.15 PII.16 SCprII.17 PII.18 SCprII.19 Setelah beberapa saat siswa diminta menjelaskan kembali masalah yang diberikan seperti pada kutipan wawancara berikut. SCprII.37
-kecil, dan tabung keciltabung injeksi).
PII.38 SCprII.39 PII.40
dah tahu kan berikutnya?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
SCprII.41
ingung .
PII.42
asalahnya ya seperti yang
SCprII.43
-kecil. Adonannya ini, tiap tabung kecil-kecil itu ukurannya sama. Ntar kalau volume 10 tabung
Kemudian siswa memikirkan bentuk apa saja yang mungkin bisa dibuat seperti pada kutipan wawancara berikut. PII.172
udah kamu buat itu, yang kamu pikirkan apa aja
SCprII.173
abis itu ini (bola) trus langsung kepikiran ini (eskrim) mbak, ya itu aja
PII.174
Gak
SCprII.175
Gak dan gak
Kemudian siswa mencari volume tabung injeksi seperti pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Volume tabung oleh siswa Camper
b)
Triangulasi Dari kutipan wawancara PI.5 - PI.17 terlihat bahwa siswa mampu
menyampaikan
informasi
dengan
bahasanya
sendiri.
Dari
kutipan
wawancara SCprII.11 - SCprII.43 terlihat siswa mampu menyampaikan apa yang dipahami dengan bahasanya sendiri. Dari PI.65 - SCprI.66 pada Tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Pemecahan Masalah I dan PII.172 - SCprII.175 Tes Pemecahan Masalah II siswa memikirkan bangun yang dipelajari. Dari kedua data hasil wawancara tersebut terdapat kesesuaian antara data hasil wawancara yang pertama dan kedua. Pada tes pemecahan masalah I
dan II siswa camper mampu
memahami masalah dan menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri dan siswa mampu mengingat bangun ruang yang telah dipelajari sebagai bekal dalam menyelesaikan masalah, dari kesesuaian yang ada pada Tes Pemecahan Masalah I dan II, maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Pada tahap persiapan, dari kutipan wawancara PI.5 - PI.17 terlihat
bahwa siswa mampu memahami masalah yang diberikan dan arah penyelesaiannya dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang diberikan. Siswa camper juga mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasanya sendiri. Dari kutipan SCpr II.11 SCprII.19 siswa telah memahami masalah yang diberikan, namun siswa belum begitu yakin dengan informasi yang telah diterima, kemudian peneliti melanjutkan kembali wawancara seperti pada kutipan SCprII.37 - SCpr II.43, terlihat siswa mampu menyampaikan dengan bahasa sendiri dan membuat pengandaian yang relevan dengan permasalahan. Dari PI.65 - SCprI.66 pada Tes Pemecahan Masalah I dan
PII.172 - SCprII.175 pada Tes Pemecahan
Masalah II siswa menyampaikan bangun ruang yang mungkin dapat dijadikan penyelesaian. Pada Tes Pemecahan Masalah I siswa tidak menggambarkan permasalahan terlebih dahulu, siswa cukup mengetahui syarat yang diperlukan adalah volume cokelat balok sebesar 210 cm3.Pada Tes Pemecahan Masalah II siswa merasa perlu menuliskan cara dalam menentukan volume tabung injeksi. Dari Gambar 4.11 terlihat siswa melakukan kesalahan saat mencari volume dalam tabung besar. Awalnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
siswa menjawab 192.500 cm3, ternyata siswa mengalikan yang seharusnya 22 dengan 5 menjadi 11 dengan 5. Dari PII.78 - SCprII.83 siswa menentukan banyak wadah yang akan dibuat untuk satu tabung besar adalah 1000 buah. Sehingga dapat dikatakan baik pada Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari syarat untuk mengerjakan tes.
2) Tahap Inkubasi. Untuk mengetahui kegiatan siswa camper pada tahap inkubasi, maka peneliti mengamati aktivitas siswa setelah memahami masalah.
a) Paparan data (1).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah I Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat.
(2).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah II Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat. Pada Tes Pemecahan Masalah II ini, siswa tidak terlalu lama melakukan aktivitas berdiam diri.
b) Triangulasi Pada tahap ini, baik Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa melakukan aktivitas merenung berdiam diri sehingga aktivitas siswa pada tahap ini dikatakan valid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
c) Analisis data Pada tahap inkubasi, siswa camper melakukan aktivitas merenung, berdiam diri. Dari kutipan wawancara PI.65 - SCprI.66 pada Tes Pemecahan Masalah I siswa memikirkan bentuk-bentuk cokelat yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalkan bentuk hati, kubus, dan lain-lain, tidak jauh berbeda pada Tes Pemecahan Masalah II, dari kutipan wawancara PII.172 - SCprII.175, siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan produk jelly, namun siswa memikirkan beberapa bentuk seperti tabung, bola dan sekrim (kerucut). Pada tahap ini, terlihat siswa tidak hanya berpikir bangun ruang yang dipelajari dalam kelas, tetapi siswa membawa pengetahuannya kedalam pemikiran yang dihubungkan dengan produk serupa yakni cokelat dan jelly yang ditemuai dalam keseharian siswa.
3) Tahap Iluminasi. Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori camper untuk tahap iluminasi. Untuk melihat tahap iluminasi siswa camper dalam memecahkan masalah matematika dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang timbulnya ide siswa untuk mencari penyelesaian masalah.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Berikut kutipan wawancara mengenai tahap iluminasi untuk soal a. PI.41 SCprI.42
kan
PI.43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
SCprI.44 : Kan PI.45 SCprI.46
gitu
Berikut kutipan wawancara mengenai tahap iluminasi untuk soal b. SCprI.54
-kubusnya gambarnya gimana
PI.55
trus letakkan
SCprI.56
-kotak semua dong mba
PI.57
Orekorekannya di stu sekalian aja
SCprI.58 PI.59
malah biar aku tahu cara kamu nyarinya Kemudian siswa ditanya mengenai ide yang timbul seperti pada
kutipan wawancara berikut. PI.83 SCprI.84
trus dikasih kubus-
PI.85
di pinggir atau di tengah?
SCprI.86 PI.87 SCprI.88 (2).
lucu aja mbak, dapet idenya gitu og
Hasil wawancara II
Berikut kutipan wawancara mengenai tahap iluminasi untuk Tes Pemecahan Masalah II soal a. SCprII.45 PII.46
apa-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Untuk soal a, siswa memiliki ide untuk membuat tabung. Berikut kutipan wawancara mengenai tahap iluminasi untuk Tes Pemecahan Masalah II soal b. SCprII.119 PII.120 SCprII.121
Kan gini, tetap ada perseginya, tapi yang ke isi ini (kerucut)
b)
Triangulasi Dari PI.41 - SCprI.46 dan SCprI.54 - PI.59 pada Tes Pemecahan
Masalah I siswa mampu memunculkan ide berupa bangun ruang. Dari SCprII.45 - PII.46 dan SCprII.119 - SCprII.121 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa juga mampu memunculkan ide berupa bangun ruang. Karena kedua siswa mampu memunculkan ide pada kedua Tes Pemecahan Masalah yang diberikan, maka subjek dikatakan valid.
c)
Analisis data Dari PI.41 - SCprI.46 pada awalnya siswa ingin membentuknya
210
menjadi kubus. Tetapi karena terpaku dengan ukurannya yakni mencari
3
yang bukan merupakan bilangan bulat maka siswa tidak jadi
membentuk kubus. Siswa memiliki ide untuk penyelesaian soal a adalah balok dengan ketebalan 1 cm, sehingga berbentuk lempengan yang tidak lain adalah balok. Kemudian dari SCprI.54 - PI.59 untuk design kedua, siswa memutuskan mengembangkan idenya dengan menambahkan 3 buah kubus diatasnya. Ide siswa yang muncul dipengaruhi oleh produk cokelat yang ada di pasaran, yang biasa berbentuk lempengan. Pada tahap persiapan, siswa juga memikirkan bentuk lain yaitu bentuk hati, kubus seperti yang sering ditemui, namun karena dirasa jika dibentuk kubus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
siswa tidak akan menemukan ukuran sisi berupa bilangan bulat maka siswa mengurungkan niatnya untuk membuat kubus, kemudian untuk bentuk hati siswa merasa akan sulit dalam menentukan ukuran. Dari SCprII.45 - PII.46 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa memunculkan ide membuat cetakan berupa tabung dan SCpr II.119 - SCpr II.121 siswa memunculkan ide berupa kerucut. Pada Tes Pemecahan Masalah II, siswa memikirkan bentuk wadah jelly yang akan dibuat dengan memikirkan bentuk produk jelly dalam wadah yang ada di pasaran. Agar pada saat pengisisan jelly wadah jelly dapat berdiri maka siswa menambahkan kubus sebagai penyangga. Terlihat bahwa siswa membayangkan proses produksi jelly tersebut, sehingga timbul pemikiran siswa untuk menambahkan kubus sebagai penyangga agar kerucut tidak miring atau jatuh saat proses pengisian adonan jelly. Ide yang muncul pada masingmasing Tes Pemecahan Masalah terlihat disesuaikan dengan masalah yang diberikan.
4) Tahap verifikasi. Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori camper untuk tahap verifikasi. Untuk melihat tahap verifikasi siswa camper dalam memecahkan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan ide untuk mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan, pada tahap ini siswa akan mencari ukuran dari bangun ruang yang dibuat dimana bangun ruang yang dibuat harus memenuhi syarat yang diberikan. a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Pada Tes pemecahan Masalah I, siswa memverifikasi bangun yang dibuat seperti pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Untuk soal a
Gambar 4.12 Jawaban soal a Tes Pemecahan Masalah I Siswa Camper Berikut kutipan wawancara siswa Camper pada wawancara ke I. SCprI.79
Kan volumenya 210, saya ambil dulu 1cm untuk satu sisi, tinggal 21 ma 10 untuk 2 sisi
PI.80
:
PI.81
:
.
adi cari ukuran 1 sisi dulu? alau kamu nentuin ukuranya dengan cara lain bisa gak?
SCprI.82
gak
Dari kutipan wawancara SCprI.79 - SCprI.82, siswa menentukan bangun yang akan dibuat pertama adalah balok. Dengan menentukan tinggi balok terlebih dahulu yakni 1 cm, kemudian siswa menentukan panjang dan lebar balok.
Untuk soal b
Gambar 4.13 jawaban soal b Tes Pemecahan Masalah I siswa Camper
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
PI.89
Nentukan
SCprI.90
Kan volumenya 210 mbak, saya tentuin dulu kubusnya 3(3x3x3)=81 terus masih sisa 129, itu saya jadiin balok, cara nentuin
PI.91 SCprI.92 PI.93
trus 129 saya coba bagi dengan 7, dapatnya 18,42 ya
:
isa dengan cara lain? Misal dari baloknya dulu baru kubus?
SCprI.94 PI.95
gimana
SCprI.96
trus sisanya dibuat kubus, tapi kubus itu sisinya harus sama, susahnya disitu mbak kalau dari
(2).
Hasil wawancara II
Pada Tes pemecahan Masalah II, siswa memverifikasi bangun yang dibuat seperti pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.15
Gambarkutipan 4.14 jawaban soal asiswa Tes Pemecahan Masalah II siswa Berikut wawancara Camper pada wawancara ke Camper II PII.64
aja
SCprII.65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
175
PII.66 SCprII.67
nya eh r-
,
PII.68 SCprII.69
Kan dihitung mbak, ini 7cm, saya kasih tingginya 7cm.
175
trus tinggal 22x berapaxberapa=385. Trus, 385 itu dibagi 22 sama dengan 17,5, itu berarti kan PII.70
:
SCprII.71 :
2, ini(
2nya . Eh 2nya. Ini kan nanti dikuadrat
, )tu r nya . gini mbak, 22x
17,5 kan 385 . PII.72
: 22x17,5?
SCprII.73
toh
PII.74 SCprII.75 PII.76 SCprII.77 Untuk soal b
Gambar 4.15 jawaban soal b Tes Pemecahan Masalah II siswa Camper SCprII.159
aja
PII.160
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
SCprII.161
272, ini 21 (tinggi kerucut). Tadi 385, dibagi 22 hasilnya 17,5, pakai
PII.162
Udah
SCprII.163
Udah, ini
175 ,
(jari-jari lingkaran alas). Sudah ketemu
175
, dikuadratin kan 17,5 terus ini (21)coret ma
1 3
ini(7) jadi 3 coret ma ini ( ) habis tinggal 22 kali 17,5 ketemu 385 cm3 PII.176
kan ukuran yang kedua ini sama ya dek
SCprII.177
b)
1 3nya tabung ta tingginya tak
Triangulasi Dari kutipan wawancara SCprI.79 - SCprI.96 pada Tes Pemecahan
Masalah I siswa menentukan satu ukuran kemudian mencari ukuran lain dari faktor bilangan yang dipenuhi. Untuk Tes Pemecahan Masalah II dari kutipan PII.64 - SCprII.77 siswa menentukan 1 ukuran terlebih dahulu kemudian diikuti ukuran dari sisi yang lain yang memenuhi syarat yang diberikan. Pada Tes Pemecahan Masalah I dan II, siswa mampu menyelesaikan dan menentukan ukuran dengan baik. Baik Tes Pemecahan Masalah I dan II, siswa menggunakan cara trial and error dalam menentukan ukuran. Karena siswa mampu melakukan verifikasi, maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Dari kutipan wawancara SCpr I.79 - SCprI.82, siswa menentukan
bangun yang akan dibuat pertama adalah balok. Dengan menentukan tinggi balok terlebih dahulu yakni 1 cm, kemudian siswa menentukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
panjang dan lebar balok. Untuk soal b, dari kutipan wawancara PI.89 SCprI.96 siswa mulai menggabungkan bangun ruang yakni balok dan tiga buah kubus. Dalam menentukan ukurannya, siswa memulai dengan menentukan ukuran kubus. Secara acak siswa memilih kubus dengan panjang sisi 3 cm. Kemudian siswa menentukan volume balok yang harus dipenuhi yakni
210 cm3
81 cm3=129 cm3. Seperti pada jawaban soal
a, siswa menentukan terlebih dahulu tinggi balok yakni 1 cm. Kemudian siswa mencoba membagi 129 dengan 7 dan diperoleh 18,42. Siswa tidak mencoba membagi 129 dengan bilangan lain. Pada Tes Pemecahan masalah II untuk soal a, dari kutipan wawancara PII.64 - SCprII.77 siswa mencoba menentukan ukuran pada tabung agar volume jelly 385 cm3. Pertama yang dilakukan siswa adalah menentukan tinggi tabung, siswa memilih 7 cm agar dapat dibagi dengan
175
, dan jari-jari tabung diperoleh
272sehingga diperoleh 2= 32825=
175
, . Untuk soal b, dari SCprII.159 -
SCprII.177 siswa tidak berpikir untuk menentukan ukuran yang berbeda dari sebelumnya. Siswa mengembangkan dari verifikasi sebelumnya. Karena untuk rumus kerucut adalah sepertiga volume tabung, maka siswa mengubah tinggi kerucut menjadi tiga kali tinggi tabung agar diperoleh
volume yang sama yakni 385 cm3. Pada Tes Pemecahan Masalah I baik soal a dan b, siswa menentukan ukuran bangun yang dibuat dengan mencoba bilangan-bilangan agar dihasilkan angka yang menurut siswa cukup bagus. Sedangkan pada Tes Pemecahan Masalah II di mana design yang dibuat siswa memiliki rumus volume yang terkait sehingga siswa menemukan kemudahan dalam menentukan ukuran bangun ruang kedua yang didesign. Pada tahap verifikasi siswa menentukan ukuran bangun ruang yang dibuatnya dengan menentukan satu ukuran terlebih dahulu kemudian ukuran sisi yang lain yang memenuhi syarat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
c. Analisis Data Subjek Kategori Quitter 1) Tahap persiapan. Dengan memperhatikan indikator pada
Tabel 2.2 halaman 26,
berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori quitter pada tahap persiapan. Untuk melihat tahap persiapan siswa quitter dalam memecahkan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pemahaman masalah, syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan bekal pengetahuan siswa tentang bangun ruang.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I Untuk Tes Pemecahan Masalah I, siswa quitter ini diwawancarai
sebanyak dua kali. PI.8
:
Udah dibaca ta??trus dari soal tersebut bisa nggak kamu
ngomong apa yang diketahui di soal tersebut? Pakai bahasa kamu
SQrI.9 PI.10 SQrI.11 ukuran pada masalah) terus disuruh dicetak ke bentuk yang lain. Tapi carane dilelehke, trus kita suruh design PI.12 SQrI.13 PI.14
design :
design cetakannya gitu ya? Terus
syaratnya disitu apa?ada tidak syarat
SQrI.15 :
syarat nya untuk
ukuranya harus sama ini (menunjuk masalah) mbak,
trus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
PI.16
:
SQrI.17
Lah kan kita buat cetakannya yang volume sebanding sama ini
PI.18 SQrI.19 Kemudian siswa mencari volume balok cokelat seperti pada Gambar 4.16
Gambar 4.16 sketsa bangun dan volume balok cokelat oleh siswa Quitter. Kemudian siswa diwawancara di hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 saat jam ke-7. PI.206
aja dek bangunnya yang ingin kamu buat? Kamu mau buat cokelat itu bentuk apa aja yang kamu pikirin
SQrI.207 PI.208
aja
SQrI.209
trus ini tabung, prisma, tapi kan nyarinya yang .
PI.210
gak
SQrI.211
(2).
Hasil wawancara II
Berikut kutipan wawancara siswa Quitter pada wawancara ke II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
PII.3
Udah dibaca ya soalnya, tolong dijelaskan ke mbak yang kamu tangkap di situ apa aja
SQrII.4
kan, di dalam tabung ukurannya tingginya 1 meter diameter 70 cm mau dicetak jadi ribuan jelly dalam wadah. Tugasnya mendesign wadah jelly .
PII.5
: Udah dibaca poin a? Di situ ada petunjuk apa dek?
SQrII.6
:
entukan bentuk wadah jelly agar adonan dalam tabung tepat
PII.7 SQrII.8 PII.9
dah
SQrII.10
ig
Siswa masih belum dapat memahami masalah yang diberikan. PII.17
:
ke, di situ syaratnya apa aja? Ada tidak syarat
SQrII.18
Angel. Bentuknya ini hlo
PII.19 SQrII.20
gimana dek? Dari satu tabung ini
kecil. Kan ribuan .
Kemudian siswa mencari volume tabung injeksi sebagai syarat mengerjakan seperti pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 sketsa tabung dan volume tabung oleh siswa Quitter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Kemudian siswa ditanya mengenai bangun ruang yang dipikirkan seperti kutipan wawancara berikut. PII.86
:
SQrII.87 :
b)
alau tidak 2 bentuk itu kamu mau bikin bentuk apa? abung paling mbak .
Triangulasi Dalam Tes Pemecahan Masalah I dari PI.8 - SQrI.19 terlihat siswa
telah memahami masalah namun dalam menyampaikan informasi siswa masih menggunakan bahasa soal. Dari kutipan PI.206 - SQrI.211 siswa memikirkan bangun ruang yang telah dipelajari sebelumnya. Pada Tes Pemecahan Masalah II dari kutipan wawancara PII.3 - SQrII.20 siswa telah memahami masalah yang diberikan, meski dari kutipan PII.3 - SQrII.8 siswa masih menggunakan bahasa soal. Dari PII.86 - SQrII.87 siswa memikirkan bangun ruang yang dapat dibuat. Pada Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa quitter mampu memahami masalah dan dalam menyampaikan informasi siswa masih menggunakan bahasa soal. Siswa mampu memikirkan bangun ruang yang dapat dijadikan alternatif penyelesaian masalah. Dari kesesuaian yang ada pada Tes Pemecahan Masalah I dan II, maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Untuk tahap persiapan, pada Tes Pemecahan Masalah I dari PI.8 -
SQrI.19 terlihat
siswa
telah
memahami
masalah
namun
dalam
menyampaikan informasi siswa masih menggunakan bahasa soal. Pada tahap ini, siswa memikirkan bangun ruang apa saja yang dapat dibuat. Namun pada tahap verifikasi siswa tidak berpikir seperti yang diharapkan yakni menentukan ukuran bangun ruang dengan memotong balok cokelat saja, sehingga peneliti harus mewawancarai di hari lain. Dari kutipan PII.3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
- SQrII.8 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa masih menggunakan bahasa soal dan mengaku belum terlalu memahami masalah. Dari PII.17 SQrII.20 siswa telah mampu memahami masalah yang disajikan. Pada Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa mampu memahami masalah yang diberikan meskipun waktu yang dibutuhkan relatif lama. Dari kutipan PI.206 - SQrI.211 pada Tes Pemecahan Masalah I dan PII.86 - SQr II.87 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa memikirkan bangun ruang yang dapat dijadikan solusi adalah limas, prisma dan tabung. Siswa tidak terlalu banyak memikirkan bangun ruang yang bisa dijadikan penyelesaian. Pada tahap ini siswa juga harus mengetahui syarat yang diperlukan untuk mencari penyelesaian seperti pada Gambar 4.16 dan 4.17. Gambar 4.16 menunjukkan siswa membuat sketsa balok dan mencari volume balok cokelat sebagai syarat siswa melakukan verifikasi. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan volume balok. Pada Gambar 4.17 siswa mencari volume tabung besar sebagai syarat menentukan ukuran cetakan wadah. Pada tahap ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan volume tabung. Dari PII.46 - SQrII.49 siswa menentukan akan membuat 1000 buah wadah jelly untuk satu tabung besar.
2) Tahap Inkubasi. Untuk mengetahui kegiatan siswa quitter pada tahap inkubasi, maka peneliti mengamati aktivitas siswa setelah memahami masalah.
a) Paparan data (1).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah I Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat, siswa juga memainkan pulpennya. (2).
Data hasil pengamatan pada Tes Pemecahan Masalah II Setelah siswa diwawancarai untuk tahap persiapan, kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Sebelum siswa memulai mengerjakan, siswa berdiam diri memikirkan penyelesaian yang mungkin dibuat, melihat sekelilingnya. Pada Tes Pemecahan Masalah II ini, siswa tidak terlalu lama melakukan aktivitas berdiam diri.
b) Triangulasi Pada Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa pada tahap ini berdiam diri sebentar sehingga aktivitas siswa pada tahap ini dikatakan valid.
c) Analisis data Pada tahap inkubasi, siswa quitter melakukan aktivitas merenung, berdiam diri. Dari kutipan PI.206 - SQrI.211 pada Tes Pemecahan Masalah I dan PII.86 - SQrII.87 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa memikirkan bangun ruang yang dapat dijadikan solusi adalah limas, prisma dan tabung. Siswa pada tahap ini memerlukan waktu yang lama. Siswa memerlukan waktu untuk merenungkan bentuk apa yang akan dibuat dan mengingat-ingat rumus untuk menentukan volumenya. Pada tes pemecahan masalah II, siswa quitter cenderung tidak melakukan perenungan yang berarti.
3) Tahap Iluminasi. Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori quitter untuk tahap iluminasi. Untuk melihat tahap iluminasi siswa quitter dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
memecahkan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang timbulnya ide siswa untuk mencari penyelesaian masalah.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Untuk soal a siswa memiliki ide membuat prisma segi-3. PI.130 SQrI.131
Lah benar gak? Lah eh
PI.132 SQrI.133 Kemudian siswa ditanya kembali alasan siswa seperti wawancara berikut PI.158
milihnya
SQrI.159 : Biar agak gampang aja. Kalau ini (kubus) kan ketiga sisinya harus sama, nyarinya PI.160 SQrI.161
gak nyari
Untuk soal b siswa memiliki ide limas. PI.176 SQrI.177 PI.178 SQrI.179 PI.180 SQrI.181 ya mbak? Apa persegi panjang deh PI.182
gak
SQrI.183 PI.184
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
SQrI.185
juga, kan 3,14, bingung aja, malas aja .
(2).
Hasil wawancara II
Untuk soal a siswa membuat limas. PII.62
:
ke setelah itu kamu mulai. Yang kamu pikirkan tadi apa aja
dek?untuk menentukan bentuknya. Yang di bayangan kamu SQrII.63
gitu, tapi sebenarnya wagu sih
PII.64
aja gitu
SQrII.65 PII.66 Untuk soal b siswa membuat prisma. PII.76 Kemudian peneliti bertanya kembali kepada siswa. PII.78
:
enapa tidak coba-coba yang lain?
SQrII.79 : la kalau ada yang pasti pasti mbak . PII.80
:
SQrII.81 :
asti? asti aku mudhengnya itu lo. Nyoba
nyoba rung mesti aku
bisa . PII.82
: ngat rumusnya?
SQrII.83 :
ukan, ya masuk-masukin angkanya itu lo. Misal kalau kubus
kan volumenya sisi pangkat tiga, berarti nanti cari sisinya mesti diakar pangkat tiga, males aja ndag bisa . PII.84
:
Ga kepikiran bangun
bangun yang lain? Kamu masih
ingatkan bangun bangun ruang itu apa saja? SQrII.85 : Jane aku pengen bentuk bola tapi males og, rumusnya pake itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
PII.86
:
SQrII.87 : b)
alau tidak 2 bentuk itu kamu mau bikin bentuk apa? abung paling mbak .
Triangulasi Dari PI.130 - SQrI.133 , PI.176 - SQrI.185 siswa mampu memunculkan
ide berupa bangun ruang. Dari PII.62 - PII.66 , PII.76 siswa juga memunculkan ide berupa bangun ruang. Karena siswa mampu memunculkan ide untuk dijadikan penyelesaian masalah yang diberikan.
c)
Analisis data Pada Tes Pemecahan Masalah I dari PI.130 - SQrI.133 siswa quitter
memiliki ide untuk Tes Pemecahan Masalah I soal a adalah prisma, PI.176 - SQrI.181 siswa memikirkan bangun ruang yang akan dijadikan penyelesaian adalah limas dengan alas persegi panjang, awalnya terpikir alasnya persegi namun karena jika persegi sisinya harus sama, maka siswa menggantinya dengan persegi panjang. Dari PI.158 - SQrI.161 siswa terpikir membuat kubus, tetapi karena siswa merasa tidak dapat menemukan sisi berupa bilangan bulat maka siswa mengurungkan niatnya. Ide siswa pada Tes Pemecahan Masalah ini dipilih karena pada saat wawancara pertama di mana siswa memotong balok cokelat menjadi 2 prisma dan untuk soal b dipotong menjadi limas dengan alas persegi panjang. Pada Tes Pemecahan Masalah II
dari PII.62 - PII.66 siswa
memutuskan idenya adalah limas, dan dari PII.76 untuk soal b siswa memilih prisma. Siswa tidak berpikir secara lepas, karena terpaku pada rumus satu bangun ruang yang siswa ingat dan tahu. Pada Tes Pemecahan Masalah II siswa lebih memilih menjawab dengan bangun ruang yang sama dengan Tes Pemecahan Masalah I. Dari kutipan PII.78 - SQrII.87 siswa memikirkan bangun lain seperti bola, namun karena siswa akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
tersebut. Siswa tidak mencoba menghubungkan idenya dengan bangun ruang yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tahap verifikasi Dengan memperhatikan indikator pada Tabel 2.2 halaman 26, berikut merupakan transkrip hasil wawancara subjek kategori quitter untuk tahap verifikasi. Untuk melihat tahap verifikasi siswa quitter dalam memecahkan masalah geometri dilakukan wawancara berbasis tugas yang bertujuan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan ide untuk mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan, pada tahap ini siswa akan mencari ukuran dari bangun ruang yang dibuat di mana bangun ruang yang dibuat harus memenuhi syarat yang diberikan.
a)
Paparan data (1).
Hasil wawancara I
Untuk soal a siswa menjawab seperti pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Jawaban soal a Tes Pemecahan Masalah I siswa Quitter Berikut kutipan wawancara siswa Quitter pada wawancara ke I PI.134
gak? Pertamanya kamu menentukan apanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
SQrI.135 PI.136 SQrI.137 PI.138 pertama SQrI.139 PI.140 SQrI.141 PI.142
Ow
SQrI.143 PI.144
gitu biar
SQrI.145 PI.146 SQrI.147
Lah ini kan kamu mau buat biar
3
PI.148 segitiga, katanya tadi kamu menentukan dari alasnya dulu kan? Dari alasnya yang berupa segitiga ini, panjang alas sama
SQrI.149 PI.150
trus alasnya kamu tentukan
SQrI.151 PI.152 SQrI.153 PI.154 SQrI.155 PI.156
trus
2
Trus 10cm nya ini mikirnya
2biar 210 3dikalikan
SQrI.157 Kemudian peneliti kembali bertanya pada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
PI.162
Pinginnya ngitung sisinya berapa gitu ya? berarti milih prisma karena lebih gampang? Jadi satu bentuk, misal panjang alasnya 3cm, tingginya 14cm, tinggi prismanya 10cm. ya bisa, buat satu lagi, terserah kamu bentuknya! Berarti itu tadi yang kamu tentuin pertama bukan
SQrI.163
Gak mb
PI.164
Ow, jadi kamu pengen luas alasnya 21
2gitu
SQrI.165 PI.166
Trus
SQrI.167 PI.168
banget, tapi tidak apa-apa seperti itu. Tadi kamu menentukan luas alasnya dulu, pengennya 21
2gitu,
trus SQrI.169 PI.170 SQrI.171 PI.172 SQrI.173
Oke. Ulangi, jadi yang pertama kamu tentukan apanya dulu
kan Ow, jadi kamu nentuin luas alasnya sekian, berarti tingginya .
Untuk soal b siswa menjawab seperti pada Gambar 4.19
Gambar 4.19 Jawaban soal b Tes Pemecahan Masalah I siswa Quitter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
PI.188 SQrI.189 PI.190 SQrI.191 : PI.192 SQrI.193
3
210
2
. 5 x 6 kan 35
kan
PI.194 SQrI.195 PI.196 SQrI.197 :
kan 35, 35x6=210
PI.198
3
?
nnya dari apa dek? Sama pertanyaanya, kan menentukan luas alas sama tinggi, yang pertama kali kamu tentukan tadi apanya?
SQrI.199 :
ama, luas alasnya dulu .
PI.200
uas alasanya,kamu pengenya?
SQrI.201
:
35
2
PI.202
kayaknya
SQrI.203 PI.204
kan sisinya juga harus sama mbak, nyari
Ow
SQrI.205 (2).
Hasil wawancara II
Untuk soal a siswa menjawab seperti pada Gambar 4.20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Gambar 4.20 Jawaban soal a Tes Pemecahan Masalah II siswa Quitter. Berikut kutipan wawancara siswa Quitter pada wawancara ke II PII.66
untuk menentukan ukurannya sendiri, dimulai dari apa?bisa tolong dijelaskan?
SQrII.67 PII.68
gitu
SQrII.69 PII.70
:
SQrII.71
sih, kan ketemu kalau 385 dibagi 7 kan 55 ta, terus tak cari aja kira
PII.72
:
SQrII.73 : PII.74 SQrII.75
:
kira yang bisa dibagi 3 terus dikalikan
ang lima itu kamu kalikan tiga gitu? ya amu cari faktor dari 55 itu 5 ma 11. Ada lagi tidak Udah itu tok .
Untuk soal b siswa menjawab seperti pada Gambar 4.21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Gambar 4.21 Jawaban soal b tes Pemecahan Masalah II siswa Quitter
PII.76 SQrII.77
b)
cuman tak bedain 15 itu jadi 10 kan karena dibagi 2.
Triangulasi Dari kutipan wawancara PI.134 - SQrI.173 dan PI.188 - SQrI.205 pada
Tes Pemecahan Masalah I dalam menentukan ukuran siswa menggunakan bilangan yang merupakan faktor bilangan dari volume cokelat. Dari kutipan wawancara PII.66 - SQrII.75 dan PII.76 - SQrII.77 pada Tes Pemecahan Masalah II siswa juga menggunakan faktor dari bilangan yang merupakan volume tabung besar. Dari Tes Pemecahan Masalah I dan II siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik, mampu menentukan ukuran yang memenuhi syarat maka subjek dapat dikatakan valid.
c)
Analisis data Dari kutipan wawancara PI.134 - SQrI.173, yang pertama kali
dilakukan siswa dalam menentukan ukuran prisma adalah luas alas prisma yaitu 21 cm2 dan tinggi prisma 10 cm. Kemudian dalam menentukan ukuran alas prisma yakni bangun datar segitiga yang terdiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
dari alas dan tinggi, siswa quitter menentukan tinggi segitiga yakni 14 cm dan alas segitiga 3cm. Pada tahap ini timbul pemikiran kritis siswa mengenai tinggi segitiga yakni 14cm dapat dilihat pada percakapan SQrI.167 dan PI.168. Dari kutipan wawancara PI.188 - SQr I.205 untuk soal b, siswa membuat cokelat berbentuk limas dengan alas berbentuk persegi panjang. Pada tahap ini siswa menentukan ukuran dengan cara menentukan luas alas limas dahulu yang berbentuk persegi panjang yaitu 35 cm2. Siswa memilih persegi panjang dengan panjang dan lebar masing-masing 15 cm dan 7 cm. Pada awalnya siswa ingin limas dengan alas persegi tetapi karena luas alas telah ditentukan sebesar 35 cm2 maka siswa merasa kesulitan karena sisi bukan merupakan bilangan bulat. Tidak berbeda jauh pada Tes Pemecahan Masalah I soal b, siswa quitter mencari salah satu faktor dari 385 yaitu 7 dan 55, kemudian siswa menentukan tinggi limas 7 cm, siswa juga mencari faktor dari 55 yakni 5 dan 11. Agar diperoleh volume limas 385 cm3 maka pada alas limas ditentukan panjang dan lebar alas adalah 15cm dan 11 cm. Tidak jauh berbeda dari soal a Tes Pemecahan Masalah II, siswa hanya tinggal mengganti ukuran alas prisma agar diperoleh luas alas 55 cm2 yakni dengan panjang dan tinggi alas masing-masing 11cm dan 10cm. Penyelesaian yang diberikan antara Tes Pemecahan Masalah I dan II saling terkait. Dan siswa tidak mau mencoba mencari alternatif jawaban yang berbeda untuk Tes Pemecahan Masalah II.
2
Tabel Ringkasan Proses Berpikir Kreatif Siswa
Berikut disajikan Tabel ringkasan mengenai proses berpikir kreatif siswa climber , camper , quitter pada setiap tahapan berpikir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Tabel 4.1 Tahap Persiapan Proses Berpikir Kreatif Siswa Kategori Siswa Climber
Tingkah Laku Siswa Pada Tahap Persiapan Siswa mampu memahami masalah, menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri. Siswa memikirkan bangun ruang apa saja yang telah dipelajari.
Camper
Siswa mampu memahami masalah, menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri. Siswa memikirkan bentuk produk apa saja yang bisa dibuat dalam hal ini siswa telah mengaitkan dengan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari.
Quitter
Siswa mampu memahami masalah, tetapi dalam menyampaikan
informasi
siswa
masih
menggunakan bahasa soal. Siswa memikirkan bentuk produk apa saja yang bisa dibuat dalam hal ini siswa memikirkan bangun ruang yang telah dipelajari di kelas.
Tabel 4.2 Tahap Inkubasi Proses Berpikir Kreatif Siswa Kategori Siswa Climber
Tingkah Laku Siswa Pada Tahap Inkubasi Siswa melakukan aktivitas merenung dan dengan membuat coretan pada kertas kosong.
Camper
Siswa
melakukan
aktivitas
merenung
membeyangkan permasalahan secara nyata. Quitter
Siswa melakukan aktivitas merenung tetapi tidak terlalu berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Tabel 4.3 Tahap Iluminasi Proses Berpikir Kreatif Siswa Kategori Siswa Climber
Tingkah Laku Siswa Pada Tahap Iluminasi Siswa mengaitkan bangun ruang yang dipelajari dalam kelas dengan bangun ruang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, sehingga muncul kebaruan ide.
Camper
Siswa mencoba terjun dalam situasi yang diberikan, memikirkan bentuk bangun ruang yang sekiranya cocok dengan permasalahan yang diberikan. Siswa mengembangkan idenya dari ide yang telah muncul sebelumnya. Terdapat unsur kebaruan dalam ide siswa.
Quitter
Siswa tidak mau mencoba bentuk lain, karena merasa akan lebih mudah jika ia menggunakan bentuk bangun yang sama.
Tabel 4.4 Tahap Verifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa Kategori Siswa Climber
Tingkah Laku Siswa Pada Tahap Verifikasi Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Siswa menggunakan cara trial and error untuk menentukan ukuran sampai diperoleh bilangan yang menurutnya cukup bagus.
Camper
Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Dalam menentukan ukuran bangun ruang siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
menggunakan cara trial and error. Saat menentukan ukuran bangun ruang kedua siswa mampu menciptakan skema yang lebih efektif. Quitter
Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Dalam menentukan ukuran bangun ruang siswa menggunakan pengetahuannya mengenai faktor dari volume yang diberikan.
C. Pembahasan Dari analisis data wawancara berbagi tugas yang telah dilakukan, berikut ulasan mengenai proses berpikir kreatif siswa ditinjau dari AQ. 1.
Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Climber a. Tahap Persiapan Dari analisis data pada tahap persiapan halaman 52 , siswa climber mampu memahami masalah dengan cukup baik dan dengan waktu yang relatif singkat. Siswa mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri. Siswa climber selalu ingin mencoba hal baru, demikian pula pada saat pelajaran matematika. Meski masalah yang diberikan kepada siswa belum pernah diberikan guru, dan siswa tidak terbiasa mengerjakan soal terbuka, siswa antusias untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. b. Tahap Inkubasi Dari analisis data pada tahap inkubasi halaman 54, siswa melakukan aktivitas merenung, siswa memikirkan bentuk bangun ruang apa saja yang akan dijadikannya ide. Pada Tes Pemecahan Masalah I siswa memikirkan bangun-bangun ruang seperti bola, kubus, balok, limas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
dan prisma. Kemudian siswa memikirkan implementasi bangun tersebut dalam kehidupan dan ketertarikannya terhadap bangun ruang. Pada Tes Pemecahan Masalah II, siswa memikirkan bangun ruang kubus dan limas. c. Tahap Iluminasi Dari analisis data pada tahap iluminasi halaman 56, siswa memunculkan idenya, menetapkan ide yang akan direalisasikan. Ide yang muncul dari Tes Pemecahan Msalah I dan II tidak saling terkait. Pada Tes Pemecahan Masalah I siswa mencoba mengaitkan idenya dengan bendabenda dalam kehidupan sehari-hari, kemudian membawanya ke bentukbentuk bangun ruang maupun gabungan bangun ruang. Sedangkan pada Tes Pemecahan Masalah II, ide yang muncul berupa bangun ruang sederhana yang dipelajarinya dalam kelas. Terlihat dari PII.55 - PII.57 bahwa siswa mengaku tidak terpikir untuk menggabungkan bangun ruang. Pada saat Tes Pemecahan Masalah II diberikan pada siswa, siswa climber nampak tergesa-gesa dalam menyelesaikan tugasnya, karena saat itu adalah setelah pulang sekolah dan siswa memiliki kegiatan latihan drama untuk kelasnya. d. Tahap Verifikasi Dari analisis data pada tahap verifikasi halaman 64, siswa mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Siswa climber memiliki sikap tidak mudah patah semangat ketika mengalami kesulitan. Senada dengan hasil penelitian, pada saat siswa melakukan kesalahan dalam menentukan ukuran dari bangun ruang yang dibuatnya, siswa tidak menyerah atau langsung mengganti idenya, siswa tetap membuktikan terlebih dahulu bahwa yang dikerjakan salah, kemudian siswa mencari alternatif jawaban lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
2.
Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Camper a. Tahap Persiapan Dari analisis data pada tahap persiapan halaman 69, siswa camper mampu memahami masalah dengan cukup baik dan dengan waktu yang relatif singkat. Siswa mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri. Siswa camper bersedia mencoba hal baru, demikian pula pada saat pelajaran matematika. Meski masalah yang diberikan kepada siswa belum pernah diberikan guru, dan siswa tidak terbiasa mengerjakan soal terbuka, siswa bersedia untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Terlihat saat mengerjakan masalah yang diberikan peneliti, siswa memiliki pemikiran atau alternatif yang beraneka ragam, ketika berbicara mengenai bentuknya dan bersama peneliti mencoba memanipulasi bentuk, misalkan bentuk bunga dimanipulasi sedemikian hingga bentuk bunga merupakan gabungan dari beberapa bola yang dipotong-potong. Tetapi ketika siswa diminta menentukan ukuran dari bunga tersebut, siswa Camper menolak, karena merasa mengalami kesulitan.
b. Tahap Inkubasi Dari analisis data pada tahap inkubasi halaman 71, siswa melakukan aktivitas merenung siswa memikirkan bentuk bangun ruang apa saja yang akan dijadikannya ide dan mencoba memikirkan masalah yang serupa yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tahap Iluminasi Dari analisis data pada tahap iluminasi halaman 73, siswa mampu memunculkan idenya dan menetapkan ide. Siswa memikirkan dengan matang dan membayangkan masalah yang diberikan dalam kehidupan nyata. Siswa mampu memunculkan ide-ide yang menarik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
seperti pada Tes Pemecahan Masalah I, bersama peneliti siswa dapat membawa bentuk bunga, kura-kura, topi ke dalam gabungan bangun ruang sederhana, seperti bunga yang bisa dibuat dari gabungan beberapa setengah bola, namun siswa tidak bersedia menentukan ukuran bangun bunga tersebut, karena siswa tidak hafal rumus volume bola, dan merasa akan sangat sulit. Sehingga siswa hanya bersedia menggambarkan bentuk yang dipikirkan. Sedangkan pada Tes Pemecahan Masalah II siswa tidak banyak memikirkan bangun yang dapat dibuat menjadi cetakan jelly. Dari hal tersebut, terlihat karakter siswa camper memiliki kemauan dalam berusaha namun jika menghadapi tantangan atau kesulitan, siswa camper akan berhenti.
d. Tahap Verifikasi Dari analisis data pada tahap verifikasi halaman 78, siswa mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error dengan cara siswa menentukan satu ukuran terlebih dahulu, kemudian menentukan ukuran kain yang memenuhi. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Karakter dari siswa camper juga muncul pada tahap ini, ketika peneliti bertanya apakah bersedia mencoba kembali membuat design baru, siswa menolaknya karena siswa sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh..
3.
Profil Berpikir Kreatif Siswa Kategori Quitter a. Tahap Persiapan Dari analisis data pada tahap persiapan halaman 83, siswa quitter mampu memahami masalah yang diberikan, namun dalam memahami masalah siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan siswa camper dan climber. Pada saat siswa menyampaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
informasi
dari
masalah
yang
disajikan,
siswa
quitter
masih
menyampaikannya dengan bahasa soal. Siswa tidak begitu fasih dalam mengingat bangun yang telah dipelajari. Siswa quitter cenderung menolak untuk mencoba hal baru khususnya pada pelajaran matematika. Siswa memperlihatkan sedikit ambisi dalam mengerjakan masalah yang diberikan. Siswa hanya sekedar menjalankan perintah yang diberikan.
b. Tahap Inkubasi Dari analisis data pada tahap inkubasi halaman 85, siswa melakukan aktivitas merenung. Namun dalam perenungannya tidak terlalu berarti. Siswa memikirkan ide apa yang akan dibuatnya dipengaruhi oleh orang lain. c. Tahap Iluminasi Dari analisis data pada tahap iluminasi halaman 88, awalnya siswa memiliki ide untuk membentuk produk cokelat baru dengan cara memotongnya menjadi beberapa bagian. Pada soal a siswa memotong menjadi prisma, sedang pada soal b siswa memotong menjadi limas. Namun, karena menyadari kesalahannya bahwa yang dikerjakan tidak sesuai dengan perintah soal. Maka siswa membuat penyelesaian baru, namun dengan design lama. Siswa terpikir membuat kubus, tetapi karena siswa merasa tidak dapat menemukan sisi berupa bilangan bulat maka siswa mengurungkan niatnya. Siswa juga memikirkan bentuk bola dan
menggunakannya. Siswa menggunakan ide yang sama pada setipa masalah karena siswa tidak ingin berpikir lagi untuk mengingat rumus. Dari hal
tersebut nampak karakter siswa quitter di mana tidak menyukai tantangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
d. Tahap Verifikasi Dari analisis data pada tahap verifikasi halaman 94, siswa quitter mampu menentukan ukuran bangun ruang yang dibuat dengan cara mencari faktor dari volume yang diberikan. Siswa mencoba membuat tabung, namun karena siswa merasa mengalami kesulitan karena akan
niatnya untuk membuat bentuk Tabung, di sini terlihat karakter daripada siswa quitter yang memilih untuk menghindari hal yang sekiranya akan menyulitkan siswa tersebut. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih.
4. Perbandingan Setiap Tahapan Ketiga Siswa Dari Tabel 4.1 halaman 96 Pada tahap persiapan ketiga siswa mampu memahami masalah yang diberikan, meskipun tipe masalah yang diberikan jarang dijumpai, tetapi masalah yang diberikan memang tidak terlalu rumit. Siswa climber dan camper mampu menyampaikan informasi yang diperoleh dengan bahasa sendiri, sedangkan siswa quitter dalam menyampaikan informasi masih dengan menggunakan bahasa soal. Siswa climber dan camper mampu mengingat bangun ruang yang telah dipelajari beserta rumus volumenya, sedangkan siswa quitter mengalami kesulitan dalam mengingat volume bangun ruang. Siswa camper selalu mencoba mengaitkan penyelesaian yang akan dibuat dengan kejadian serupa dalam kehidupan sehari- hari. Dari Tabel 4.2 halaman 96, ketiga siswa tersebut melakukan aktivitas merenung dengan berdiam diri pada tahap inkubasi. Pada tahap ini, siswa camper melakukan aktivitas merenung lebih lama dibanding 2 siswa lainnya. Sedangkan pada tahap iluminasi, dari Tabel 4.3 halaman 97 siswa climber, camper dan quitter mampu menentukan ide yakni bangun ruang yang akan dijadikan penyelesaian. Dibandingkan siswa quitter peneliti menemukan ide-ide kreatif pada siswa climber, camper. Sedangkan pada tahap verifikasi, dari Tabel 4.4 halaman 97 siswa climber dan camper menggunakan trial and error untuk menentukan ukuran bangun ruang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
sedangkan siswa quitter menentukan ukuran dengan menggunakan faktor bilangan dari volume yang telah dicari sebelumnya. Pada tahap ini, pemikiran kritis timbul pada siswa quitter, jika pada siswa climber dan camper pada saat menentukan ukuran hanya melihat dari sisi benar dan telah memenuhi, siswa quitter mampu memberikan penilaian terhadap ukuran yang telah ia tentukan dengan membayangkan bangun yang dibuat dalam kenyataan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa SMA ditinjau dari adversity quotient-nya dalam memecahkan masalah geometri diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses berpikir kreatif siswa climber dalam memecahkan masalah geometri. a. Pada tahap persiapan, siswa climber tersebut memahami masalah yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat. Siswa mampu menyampaikan informasi yang diperoleh dengan bahasa sendiri. b. Pada tahap inkubasi, siswa climber melakukan aktivitas merenung. c. Pada tahap iluminasi, siswa memunculkan ide. d. Pada tahap verifikasi, siswa climber mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. Siswa tidak berputus asa ketika salah menentukan ukuran. 2. Proses berpikir kreatif siswa camper dalam memecahkan masalah geometri. a. Pada tahap persiapan, siswa camper mampu memahami masalah dengan cukup baik dan dengan waktu yang relatif singkat. Siswa mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri. b. Pada tahap inkubasi, siswa camper melakukan aktivitas merenung siswa memikirkan masalah yang serupa yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. c. Pada tahap iluminasi, siswa camper mampu memunculkan idenya dan menetapkan ide. Dari masalah yang diberikan siswa mencoba memberikan ide dengan membayangkan masalah secara nyata. d. Pada tahap verifikasi, siswa camper mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error dengan cara siswa menentukan satu ukuran
105
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
terlebih dahulu, kemudian menentukan ukuran sisi lain yang memenuhi. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih. 3. Proses berpikir kreatif siswa quitter dalam memecahkan masalah geometri. a. Pada tahap persiapan, siswa quitter mampu memahami masalah yang diberikan, namun dalam memahami masalah siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan siswa camper dan climber. Pada saat siswa menyampaikan informasi dari masalah yang disajikan, siswa quitter masih menyampaikannya dengan bahasa soal. b. Pada tahap inkubasi, siswa quitter melakukan aktivitas merenung. Namun dalam perenungannya tidak terlalu berarti. c. Pada tahap iluminasi, siswa quitter memutuskan ide yang akan direalisasikan berasal dari pengetahuan sebelumnya, tidak ada ide baru. d. Pada tahap verifikasi, siswa quitter mampu menentukan ukuran bangun ruang yang dibuat dengan cara mencari faktor dari volume yang diberikan. Skema tersebut digunakan pada saat mengerjakan Tes Pemecahan Masalah. Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses berpikir kreatif siswa SMA ditinjau dari adversity quotient-nya dalam memecahkan masalah geometri yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis dari penelitian ini, terlihat adanya kesesuaian antara adversity quotient siswa dengan proses berpikir kreatif masing-masing siswa pada setiap kategori adversity quotient tersebut. Namun untuk ide yang muncul pada setiap permasalahan yang diberikan tidak selalu berkaitan seperti pada siswa climber dan camper, namun karena karakter siswa quitter yang tidak menyukai tantangan, maka ide yang muncul pada masalah setara yang diberikan sama dan terkait. Untuk mengetahui lebih lanjut, dapat dilakukan penelitian untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
menghasilkan teori mengenai karakteristik proses berpikir kreatif siswa pada setiap kategori adversity quotient. 2. Implikasi Praktis Secara praktis berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Pembelajaran matematika dapat disusun dengan memperhatikan aspek kreativitas siswa, agar pembelajaran yang tercipta menyenangkan dan tidak monoton. Karena seperti yang telah dijelaskan di pendahuluan, bahwa prestasi dalam bidang matematika siswa SMA Batik 1 Surakarta tidak menonjol, serta pemberian masalah yang menuntut siswa berpikir secara konvergen membuat beberapa siswa menjadi tidak menyenangi belajar matematika. b. Pembelajaran matematika dapat disusun dengan mempertimbangkan aspek adversity quotient siswa. Tingkat kesulitan masalah yang diberikan guru perlu diperhatikan agar mampu mencakup semua kategori siswa. Siswa dengan kategori quitter diharapkan mampu mengikuti dari hal yang dianggapnya mudah sehingga setidaknya siswa quitter bersedia mengikuti pelajaran dan tidak selalu bersugesti buruk terhadap matematika.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa SMA ditinjau dari adversity quotient-nya dalam memecahan masalah geometri dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Memberikan permasalahan terbuka kepada siswa terutama siswa quitter agar siswa tertarik kepada matematika dan memberikan gambaran dari peran matematika dalam kehidupan sehari-hari. 2. Guru dapat menyusun sebuah model pembelajaran berdasarkan tahapan proses berpikir kreatif siswa untuk meningkatkan kreativitas siswa. 3. Dari hasil penelitian terlihat siswa quitter tidak memiliki ketertarikan pada matematika, hendaknya guru mampu memberikan motivasi kepada siswa quitter, dan memberikan sisi lain yang menarik dalam matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
4. Untuk siswa camper, guru dapat melakukan bimbingan dan memberikan semangat agar siswa tidak berhenti dan meninggalkan idenya begitu saja. 5. Siswa climber telah memiliki semangat yang tinggi dalam menghadapi tantangan, tapi hendaknya guru tetap mendampingi siswa agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
commit to user